Anda di halaman 1dari 33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Tahapan Pelaksanaan Pengembangan Produk

Hasil penelitian pengembangan bahan ajar IPS berbasis budaya lokal untuk

meningkatkan hasil belajar dijabarkan berdasarkan proses pengembangan bahan

ajar, validasi bahan ajar oleh ahli dengan bidangnya yang terdapat beberapa

perbaikan bahan ajar. Hasil penelitian pada pengembangan bahan ajar budaya

lokal ini dilakukan berdasarkan prosedur pengembangan pada model 4-D (four D

models) yang terdiri dari 4 tahap, yaitu: (1) tahap pendefenisian (degine), (2)

tahap perencanaan (design), (3) tahap pengembangan (develop) dan (4) tahap

penyebaran (disseminate). Deskripsi data hasil penelitian dijelaskan sebagai

berikut:

4.1.1 Deskripsi Hasil Tahap Pendifinisian (Define)

4.1.1.1 Analisis awal

Berdasarkan hasil observasi terhadap bahan ajar yang digunakan oleh

guru selama proses pembelajaran di SDN 112137 Kecamatan Rantau Utara,

Kabupaten Labuhanbatu, menunjukkan bahwa adanya kelemahan pada

bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan

observasi di lapangan, pelaksanaan bahan ajar belum sesuai dengan budaya

lokal setempat. Karena penggunaan buku yang kurang tepat digunakan

dalam proses belajar mengajar di kelas tepatnya pada materi keragaman

suku bangsa di daerahku.

74
67
75

Siswa masih kurang paham kearifan keragaman suku bangsa di daerah

Kecamatan Rantau Utara, ini dikarenakan guru masih menggunakan bahan

ajar yang diberi dari sekolah, yang membahas budaya secara umum.

Penyusunan bahan ajar merupakan bagian dari perencanaan proses

pembelajaran. Maka dari itu, akan dilakukan pengembangan bahan ajar pada

materi keragaman suku bangsa di daerah Rantau Utara yang diharapkan

sesuai kriteria bahan ajar yang baik.

4.1.1.2 Analisis Siswa

Pada tahap ini dalam kegiatan pengembangan ini adalah melakukan

analisis kebutuhan pengembangan bahan ajar di SD Negeri 112137 Rantau

Utara dengan cara melakukan wawancara kepada 30 orang siswa kelas IV.

Berdasarkan hasil wawancara di kelas IV SDN 112137 Kecamatan Rantau

Utara, diperoleh beberapa informasi. Secara umum siswa di kelas ini pada

dasarnya mempunyai sifat yang cukup aktif. Namun keaktifan tersebut

belum terarah dengan baik untuk pengetahuan tentang keberagaman suku

yang ada di daerah tersebut. Mereka hanya mengetahui bahwa di daerah

setempat mempunyai dialeg bahasa yang sama. Misalnya, ketika guru

memberikan pertanyaan berapa banyak suku yang ada di daerah tempat

tinggal siswa. Mereka menjawab dua suku. Bukan hanya itu, siswa juga

belum mengetahui pakaian, makanan, kebiasaan, tarian suku yang

disebutkan tadi. Berhubung ketidaktauan, akhirnya mereka merasa

kebosanan dalam pembelajaran. Siswa beranggapan materi yang diajar tidak


76

menyenangkan sehingga membuat kelas menjadi tidak kondusif. Selain itu

siswa sibuk dengan aktivitas masing-masing, ada yang berbicara dengan

teman, ada yang bermain kertas, ada yang termenung menatap ke jendela.

Analisis siswa juga dilakukan dengan interview atau sering dikenal

dengan wawancara merupakan suatu kegiatan dialog yang dilakukan peneliti

untuk memperoleh informasi dari siswa. Hasil dari wawancara dengan siswa

menyatakan bahwa mereka membutuhkan pengembangan bahan ajar

berbasis budaya lokal setempat agar pembelajaran lebih aktif dan efektif

serta dapat meningkatkan hasil belajar.

Tabel 4.1 Hasil Wawancara Siswa


Banyaknya Jawaban
No Pertanyaan Total Persentase
siswa siswa
1 Telah mengenal atau tidak
mengenal pengembangan 0 Ya 0 0%
bahan ajar yang berbasis
budaya lokal Rantauprapat. 30 Tidak 30 100 %
2 Telah mengunakan atau
belum menggunakan 0 Ya 0 0%
pengembangan bahan ajar
yang berbasis budaya lokal 30 Tidak 30 100 %
Rantauprapat.
3 Memerlukan atau tidak
memerlukan pengembangan 30 Ya 30 100 %
bahan ajar yang berbasis
budaya lokal Rantauprapat. 0 Tidak 0 0%

Berdasarkan hasil analisis wawancara kepada 30 siswa kelas IV dapat

disimpulkan sebagai berikut SD 112137 Rantau Utara. :


77

a. 100% siswa menyatakan belum mengenal dan melihat pengembangan

bahan ajar berbasis budaya lokal Rantauprapat Labuhanbatu.

b. 100% siswa menyatakan belum menggunakan pengembangan bahan ajar

yang berbasis budaya lokal Rantauprapat Labuhanbatu.

c. 100% guru dan siswa menyatakan sangat memerlukan pengembangan

bahan ajar yang berbasis budaya lokal Rantauprapat Labuhanbatu.

Berdasarkan analisis tersebut, terlihat bahwa diperlukan bahan ajar yang

mengarahkan rasa ingin tahu siswa dan keaktifan siswa ke arah yang positif.

Bahan ajar yang digunakan untuk menambah wawasan siswa tentang keragaman

suku yang ada di lingkungannya. Sejalan dengan permasalahan tersebut,

pembelajaran keragaman suku bangsa di daerahku mampu mengembangkan

kegiatan pembelajaran budaya lokal pada siswa kelas IV SD 112137 Rantau

Utara.

Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur dengan kedua guru kelas

IV di SD 112137 Rantau Utara yaitu Ibu Neneng Andriani dan Ibu Salma mereka

mengatakan bahwasanya mereka memerlukan adanya sebuah pengembangan

bahan ajar berbasis budaya lokal yang sesuai konteks budaya setempat. Adapun

alasan mereka membutuhkan pengembangan bahan ajar tersebut agar kiranya

memudahkan mereka dalam menyampaikan materi yang selama ini pembelajaran

hanya memakai buku yang diberikan pemerintah, dimana buku tersebut hanya

menjabarkan keragaman suku yang tidak sesuai dengan keberadaan setempat.


78

Selain itu tuntutan standar kompetensi agar siswa dapat menidentifikasi

keragaman sosial budaya setempat sebagai identitas bangsa Indonesia.

4.1.1.3 Analisis Konsep

Pada langkah ini peneliti melakukan analisis yang bertujuan untuk

mengidentifikasi, merinci dan menyusun secara sistematis konsep-konsep

relevan yang diajarkan berdasarkan silabus pembelajaran keragaman suku

bangsa di daerahku yang terdiri dari empat tema. Materi yang disajikan di

dalam pengembangan bahan ajar berbasis budaya lokal dapat dijadikan

sebagai penunjang di dalam pembelajaran siswa. Bahan ajar yang peneliti

kembangkan memuat beberapa gambar-gambar serta warna yang menarik

pada setiap pembahasannya, sehingga memudahkan siswa dalam

memahami atau mengingat pembelajaran tersebut. Bahan ajar

dikembangkan dipastikan bernuansa budaya setempat, sehingga

penyampaian materi tidak monoton dan dapat dimengerti oleh siswa.

Diharapkan adanya bahan ajar ini dapat mendorong peserta didik untuk

menemukan dan menyampaikan ide-ide kreatif, serta memberi ruang pada

peserta didik untuk dapat mengutarakan atau berbagi pengalaman yang

berkaitan dengan pembelajaran. Pada awal bahan ajar berbasis budaya

lokal terdapat beberapa bagaian diantaranya yaitu lambang Kabupaten

Labuhanbatu, peta Sumatera Utara, petunjuk penggunaan bahan ajar bagi

siswa, standar kompetensi, kompetensi dasar, informasi pendukung, peta

konsep pembelajaran. Berikut akan dipaparkan materi-materi yang

terdapat di dalam bahan ajar.


79

Tabel 4.2 Konsep Pembelajaran

No Materi/ Pembelajaran Sub Topik


- Pakaian adat Mandailing
1 - Tradisi pemberian upah-upah
- Tarian Endeng-endeng
Mandailing - Lagu tradisional suku Mandailing
- Holat dan Ikan sale makanan khas
- Bahasa Mandailing
- Bagas Godang rumah adat
Mandailing
- Mata pencaharian suku Mandailing
- Keberadan masyarakat Mandailing
- Pakaian adat Batak Toba
2 - Tradisi Mangulosi
- Tor-tor tarian tradisional
- Lagu tradisional Batak Toba
Batak Toba - Ikan mas arsik dan ombus-ombus
makanan khas Batak Toba
- Bahasa Batak Toba
- Mata pencaharian
- Keberadan masyarakat Batak Toba
- Pakaian Adat Jawa
3 - Tradisi Tangkeban
- Tarian Jarang kepang
- Lagu tradisional suku Jawa
Jawa - Lagu tradisional suku Jawa
- Nasi among-among dan pecal
makanan khas suku Jawa
- Bahasa Jawa
- Joglo rumah adat Jawa
- Mata pencaharian
- Keberadan masyarakat Jawa
- Pakaian Adat Melayu
4 - Tradisi nasi Hadap-hadapan
- Tarian serampang dua belas
- Lagu tradisional suku Melayu
Melayu - Pulut kuning dan Gulai asamikan
baung makanan khas Melayu
- Bahasa Melayu
- Rumah adat Melayu
- Keberadaan masyarakat Melayu
80

Berdasarkan konsep pembelajaran yang tertuang di dalam tabel tersebut,

maka dapat ditarik kesimpulan materi pembelajaran di susun secara sistematis dan

sesuai dengan budaya lokal daerah setempat sehingga memudahkan siswa dalam

memahaminya. Rantauprapat Labuhanbatu terdiri dari beberapa suku tetapi di

dalam bahan ajar yang dirancang hanya memaparkan suku Mandailing, Batak

Toba, Jawa dan Melayu adapun alasaanya karena suku tersebut merupakan

mayoritas suku terbanyak pada daerah Rantauparapat. Penyusunan kata dalam

bahan ajar dirancang sesuai dengan tingakat pemahaman bahasa anak khususnya

anak yang duduk di bangku sekolah dasar. Pada setiap materi memaparkan

gambar dan warna yang dapat menambah ketertarikan siswa dalam memahami isi

bahan ajar. Adapun pembagian di setiap materi disesuaikan dengan konteks

lingkungan yang sering diadakan pada acara-acara pernikahan dan hajatan

sehingga memudahkan siswa untuk memahaminya.

4.1.1.4 Analisis Tugas

Pada langkah ini peneliti melakukan analisis terhadap tugas-tugas

berupa kompetensi yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran.

Kegiatan ini ditujukan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan

yang dimiliki oleh siswa yang akan dikembangkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan analisis siswa dan analisis konsep materi keragaman suku

bangsa di daerahku. Adapun analisis tugas yang tertera di dalam bahan ajar

dirujuk berdasarkan kurikulum serta turunan dari standar kompetensi,

kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Analisis tugas juga disesuaikan

dengan tema pembelajaran IPS dan dikaitan dengan konteks budaya lokal
81

setempat. Tugas-tugas yang tertera di dalam bahan ajar terdapat di dalam

akhir setiap bab pembelajaran bertujuan agar siswa dapat lebih mudah

menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Bahan ajar yang peneliti

kembangkan terdiri dari empat pembelajaran atau ada empat topik

pembelajaran, maka dari itu adapun soal-soal pertanyaan juga terdapat

empat bagian soal yang terdapat di dalam bahan ajar. Berikut tabel tugas-

tugas yang terdapat di dalam pengembangan bahan ajar berbasis budaya

lokal di kelas IV SD 112137 Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu.

Tabel 4.3 Tugas Pada Bahan Ajar

Materi
Mandailing Batak Toba Jawa Melayu
1. Mengapa 1. Tradisi apa yang 1. Apa nama penutup Pada pembelajaran
masyarakat ada pada suku kepala pada pakaian ke empat, tugas
Rantauprapat Batak Toba? adat suku Jawa? dirancang dengan
dijuluki sebagai 2. Hiasan yang 2. Siapakah pencipta menemukan sebuah
masyarakat dipakai wanita lagu Gundhul Pacul? kalimat yang
majemuk! pada kepala, 3. Pada saat kapan nasi berkaitan dengan
2. Pada pakaian adat dinamakan? Among-among suku Melayu.
Mandailing,apa 3. Tuliskan kosa kata dibuat?
nama hiasan yang dalam Batak Toba 4. Apa saja mata
dipakai diatas 4. Makanan apa saja pencaharian
kepala? yang menjadi masyakat suku
3. Tuliskan makna makanan khas pada Jawa?
nasi Upah-upah Batak Toba? 5. Dimanakah
pada suku 5. Apa makna lagu mayoritas
Mandailing! Butet pada suku keberadaan
4. Apa saja yang Batak Toba? masyarakat suku
menjadi makanan Jawa yang tinggal di
khas suku Rantauparapat?
Mandailing?
5. Apa fungsi dari
Bagas Godang?

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa adanya tugas-

tugas pada setiap akhir materi pembelajaran merupakan hal yang penting,
82

dimana dengan adanya tugas dapat mengasah kemampuan pemahaman

siswa terhadap pembelajaran. Dengan adanya tugas pada setiap akhir

pembelajaran, akan memudahkan guru melihat tingkat pemahaman siswa

pada materi tersebut. Pemilihan tugas peneliti merancang kata-kata yang

dapat dipahami tingkat anak sekolah dasar agar pemahaman mereka dapat

lebih mudah dipahami. Jawaban dalam setiap pertanyaan dapat di temukan

langsung di dalam bahan ajar berbasis budaya lokal, dengan tujuan agar

siswa dapat dengan mudah mencari jawabannya.

4.1.2 Deskripsi Hasil Tahap Perancangan (Design)

Berdasarkan analisis pada tahap pendefinisian maka dilakukan

perancangan terhadap bahan ajar keragaman suku bangsa di daerahku untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 112137 Rantau Utara. Bahan

ajar sesuai dengan KD yang ditetapkan kurikulum. Materi ajar yang dirancang

mendorong siswa untuk berdiskusi aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar

dilengkapi dengan gambar berwarna dan menarik bagi siswa. Bahan ajar

berbasis budaya lokal tampak kegiatan yang ada dalam bahan ajar yang

disajikan dalam bentuk kalimat dan gambar-gambar yang komunikatif. Dengan

demikian perancang bahan ajar ini akan lebih disenangi siswa dan dapat

menunjang dalam proses pembelajaran nantinya. Pada tahap perancangan ini

terdiri dari empat langkah-langkah yaitu penyusunan tes, pemilihan media,

pemilihan format dan perancang awal (desain awal). Adapun langkah-langkah

adalah sebagai berikut:


83

1. Penyusunan Tes (Criterion Test Construction)

Dasar dari penyusunan tes adalah analisis tugas dan analisis konsep

yang dijabarkan dalam spesifikasi tujuan pembelajaran. Pada langkah ini

penelitian menyusun tes yang terdiri dari pilihan berganda yang digunakan

sebagai alat ukur untuk mengetahui pencapaian kemampuan siswa

sebelum dilakukan pembelajaran dan setelah dilakukan pembelajaran dan

tes hasil belajar. Dalam hal ini peneliti ingin mengukur tingkat

pemahaman siswa sebelum dan sesudah diberikan produk bahan jar yang

berbasis budaya lokal pada siswa kelas IV Sekolah Dasar. Adapun tes ini

dinamakan sebagai soal pretes dan postes, sebelum perlakuan dan sesudah

perlakuan. Tentunya sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran

memiliki perbedaan yang berbeda. Penyusunan tes disusun dalam bentuk

tes pilihan berganda yang terdiri dari 30 soal .

2. Pemilihan Media (Media Selection)

Pada langkah ini peneliti memilih dan menentukan media yang tepat

untuk penyajian materi pelajaran yang disesuaikan dengan analisis tugas,

analisis konsep, karakteristik siswa dan fasilitas sekolah. Berdasarkan

analisis tugas, analisis konsep, analisis karakteristik siswa dan sarana yang

tersedia di sekolah maka media yang dipilih adalah papan, spidol dan

bahan ajar berbasis budaya lokal, buku siswa, gambar pendukung materi.

Hal ini juga berguna untuk membantu siswa mencapai kompetensi dasar

yang diinginkan. Dalam hal ini pemilihan media dilakukan untuk

mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas.


84

3. Pemilihan Format (Format Selection)

Pemilihan format pengembangan bahan ajar ini bertujuan untuk

mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi,

pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Format yang

dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan sesuai

dengan tahapan pengenalan suku bangsa di daerah setempat. Pemilihan

format dilakukan dengan mengkaji format-format bahan ajar yang telah

ada. Sedangkan untuk pengaturan format dan gaya penulisan, penulis

mengembangkannya sendiri.

4. Rancangan Awal (Initial Desain)

Kegiatan pada fase ini adalah penulisan rancangan awal bahan ajar yang

meliputi rancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

pembelajaran berbasis budaya lokal. Rancangan awal ini disebut sebagai

draft I yang dibahas sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP yang dikembangkan sebanyak satu RPP untuk materi

keragaman suku bangsa di daerahku. RPP yang dikembangkan sesuai

dengan prinsip dan karakteristik dari penyusun RPP pada kurikulum

2013, yang terdiri dari: (1) satuan pendidikan; (2) mata pelaajaran; (3)

kelas; (4) materi pokok; (5) alokasi waktu; (6) kompetensi inti; (7)

kompetensi dasar; (8) indikator pencapaian kompetensi; (9) tujuan

pembelajaran; (10) deskripsi materi pembelajaran; (11) media/alat,


85

bahan sumber pembelajaran; (12) kegiatan pembelajaran; dan (13)

penilaian.

b. Bahan Ajar

Bahan ajar ini disusun sebagai alat bantu pada proses pembelajaran

siswa. Melalui bahan ajar ini siswa dapat belajar dengan adanya guru

maupun tanpa adanya guru. Bahan ajar berfungsi sebagai bahan

tambahan bagi siswa dalam mempelajari materi pelajaran selain dari

buku teks yang telah digunakan peserta didik. Bahan ajar yang peneliti

kembangkan merupakan bahan ajar yang disesuaikan dengan konteks

lingkungan budaya lokal. Adapun tampilan dari bahan ajar yang

dikembangkan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran produk bahan

ajar.

4.1.3 Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan (Develop)

Hasil dari tahap define dan design menghasilkan rancangan awal sebuah

bahan ajar yang disebut dengan draf I. Selanjutnya yaitu tahap develop atau

tahap pengembangan. Fase pertama pada tahap pengembangan adalah

melakukan validasi draf I. Validasi para ahli difokuskan pada format, isi,

ilustrasi, dan bahasa pada perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

Adapun validator yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
86

Tabel 4.4 Daftar Nama Validator


No Nama Validator Keterangan
Dosen Pascasarjana Unimed Prodi
1. Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S
Antropologi Sosial
Dr. M. Oky Fardian Gafari, S.Sos., Dosen Pascasarjana Unimed Prodi Bahasa
2.
M.Hum. dan Sastra
Dosen Unimed Prodi Pendidikan Tata
3. Prof. Dr. Dina Ampera, M.Si
Boga

Hasil validasi ahli berupa nilai validasi, koreksi, kritik, dan saran yang

digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi dan penyempurnaan bahan ajar.

Hasil revisi bahan ajar tersebut merupakan bahan ajar yang telah memenuhi

kriteria valid yang disebut draft II.

4.1.3.1 Tahap Validasi

Untuk memperoleh data secara lengkap yang digunakan sebagai

bahan revisi produk, maka produk awal bahan ajar berbasis budaya lokal

yang telah dirancang divalidasi terlebih dahulu. Adapun tahap validasi

produk tersebut dilakukan untuk mendapatkan penilaian dari ahli materi,

ahli bahasa, dan ahli desain dikembangkan sebagai berikut :

4.1.3.1.1 Data Hasil Validasi Ahli Materi

Validasi ahli materi terhadap pengembangan bahan ajar IPS

berbasis budaya lokal topik keragaman suku bangsa di daerahku yaitu

Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S salah satu Dosen Pascasarjana

Prodi Antropologi Sosial Universitas Negeri Medan.

Adapun penilaian ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

informasi kelayakan pengembangan bahan ajar IPS berbasis budaya

lokal topik keragaman suku bangsa di daerahku. Hasil validasi materi


87

ini berupa skor penilaian terhadap komponen-komponen Hasil

validasi oleh ahli materi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Skor Penilaian Ahli Materi untuk Pengembangan Bahan Ajar IPS
Berbasis Budaya Lokal

No Indikator Penilaian Skor


Kesesuaian Materi
1 Kelengkapan setiap materi 4
2 Kedalaman isi materi 4
Keakuratan Materi
3 Ketepatan cakupan materi 4
4 Keakuratan konsep 4
Kemutakhiran Materi
5 Keakuratan istilah 3
6 Kesesuaian materi dengan tingkat perkembangan anak 4
7 Kesesuaian dengan budaya lokal 4
8 Gambar dan Ilustrasi 4
9 Contoh kasus aktual 4
Mendorong keingintauan
10 Memotivasi siswa mendorong rasa ingin tau 4
13 Mendorong siswa untuk mendapatkan informasi lebih lanjut 4
Jumlah 43
Rata-rata 97,73
Kriteria Sangat valid

Berdasarkan pengamatan hasil validasi materi pada Tabel 4.5 dapat dilihat

bahwa kelayakan pengembangan bahan ajar IPS berbasis budaya lokal pada

materi kergaman suku bangsa di daerahku rata-rata mendapatkan jumlah rata-rata

97,73 dengan kriteria “Sangat Valid”.

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 maka dapat disimpulkan penilaian materi

pada pengembangan bahan ajar IPS berbasis budaya lokal khususnya dari

validator ahli materi masuk dalam rentang yakni 81,26 % < P ≤ 100% dapat

digolongkan pada kategorisasi “Sangat Valid”. Tingkat kelayakan tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut :


88

Tabel 4.6 Interpretasi Kelayakan Materi Pada Pengembangan


Bahan Ajar IPS Berbasis Budaya Lokal
Tingkat pencapaian Kualifikasi
81,26 % < P ≤ 100% Sangat valid
62,26 % < P ≤ 81,25 % Valid
43,76 % < P ≤ 62,25 % Kurang valid
25 % < P ≤ 43,75 % Tidak valid
Sudjana (2007:91)

4.1.3.1.2 Hasil Revisi Pertama Masukan Ahli Materi

Revisi ini dilakukan berdasarkan analisis penilaian dan saran dari

validasi produk awal oleh ahli materi. Data hasil revisi Pada

Pengembangan Bahan Ajar IPS Berbasis Budaya Lokal dirangkum

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Data Hasil Revisi Ahli Materi

No. Sebelum Revisi Sesudah Revisi


1 Pada bahan ajar lengkapi SK Pada bahan ajar telah dilengkapi SK
dengan KD pembelajaran dan KD pembelajaran

2 Penjelasan materi harus lebih Sudah dilakukan penjelasan materi


spesifik yang lebih spesifik
3 Tambahakan nilai-nilai sejarah Sudah ditambahkan nilai-nilai
yang mengarah pada pengetahuan sejarah yang mengarah pada
sosial pada bahan ajar pengetahuan sosial pada bahan ajar

4.1.3.1.3 Data Hasil Validasi Ahli Bahasa

Validasi ahli materi terhadap pengembangan bahan ajar IPS

berbasis budaya lokal topik keragaman suku bangsa di daerahku yaitu

Bapak Dr. M. Oky Fardian Gafari, S.Sos., M.Hum, Dosen Prodi

Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Medan.


89

Adapun penilaian ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

informasi kelayakan pengembangan bahan ajar IPS berbasis budaya

lokal topik keragaman suku bangsa di daerahku. Hasil validasi bahasa

ini berupa skor penilaian terhadap komponen-komponen Hasil validasi

oleh ahli bahasa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Skor Penilaian Ahli Bahasa untuk Pengembangan Bahan Ajar IPS
Berbasis Budaya Lokal
No Indikator Penilaian Skor
Aspek Penggunaan Bahasa
1 Keakuratan struktur kalimat 4
2 Keefisien kalimat 4
3 Ketepatan bahasa dalam materi 4
4 Penggunaan bahasa yang baik dan benar 4
Aspek ketepatan bahasa
5 Kejelasan huruf 4
6 Bahasa yang digunakan mudah dipahami 4
7 Penggunaan bahasa sesuai PEUBI 4
Aspek kesesuaian perkembangan siswa
8 Penggunaan bahasa sesuai perkembangan siswa 4
9 Penggunaan bahasa merangsang imajinasi siswa 3
10 Gambar dan ilustrasi 4
11 Contoh kasus aktual 4
12 Memotivasi siswa mendorong rasa ingin tau
4
13 Mendorong siswa untuk mendapatkan informasi lebih lanjut 4
Jumlah 51
Rata-rata 98,08
Kriteria Sangat valid

Berdasarkan pengamatan hasil validasi materi pada Tabel 4.8 dapat dilihat

bahwa kelayakan pengembangan bahan ajar IPS berbasis budaya lokal pada

bahasa keragaman suku bangsa di daerahku rata-rata mendapatkan jumlah rata-

rata 98,08 dengan kriteria “Sangat Valid”.


90

Berdasarkan data pada Tabel 4.8 maka dapat disimpulkan penilaian materi

pada pengembangan bahan ajar IPS berbasis budaya lokal khususnya dari

validator ahli bahasa masuk dalam rentang yakni 81,26 % < P ≤ 100% dapat

digolongkan pada kategorisasi “Sangat Valid”. Tingkat kelayakan tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.9 Interpretasi Kelayakan Bahasa Pada Pengembangan


Bahan Ajar IPS Berbasis Budaya Lokal
Tingkat pencapaian Kualifikasi
81,26 % < P ≤ 100% Sangat valid
62,26 % < P ≤ 81,25 % Valid
43,76 % < P ≤ 62,25 % Kurang valid
25 % < P ≤ 43,75 % Tidak valid
Sudjana (2007:91)

4.1.3.1.4 Hasil Revisi Pertama Masukan Ahli Bahasa

Revisi ini dilakukan berdasarkan analisis penilaian dan saran dari

validasi produk awal oleh ahli bahasa. Data hasil revisi pada bahan ajar

IPS berbasis budaya lokal dirangkum pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Data Hasil Revisi Ahli Bahasa

No. Sebelum Revisi Sesudah Revisi


1 Perbaiki tata bahasa Tata bahasa telah diperbaiki

2 Penggunaan kalimat efektif di Telah dirubah menjadi kalimat yang


setiap paragraf lebih efektif
3 Memotivasi peserta didik untuk Telah diperbaiki untuk dapat
mendorong rasa ingin tau mendorong rasa ingin tau siswa
91

4.1.3.1.5 Data Hasil Validasi Ahli Desain

Validasi ahli desain terhadap pengembangan bahan ajar IPS

berbasis budaya lokal topik keragaman suku bangsa di daerahku yaitu

Ibu Prof. Dr. Dina Ampera, M.Si Dosen Prodi Pendidikan Tata Boga

Fakultas Teknik Unimed.

Adapun penilaian ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

informasi kelayakan pengembangan bahan ajar IPS berbasis budaya

lokal topik keragaman suku bangsa di daerahku. Hasil validasi desain

ini berupa skor penilaian terhadap komponen-komponen dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Skor Penilaian Ahli Desain untuk Pengembangan Bahan Ajar IPS
Berbasis Budaya Lokal
No Indikator Penilaian Skor
Kelayakan Penyajian
1 Ketetapan sistematika sajian dalam kegiatan pembelajaran 4
2 Ketepatan konsep 4
3 Latihan soal pada akhir pembelajaran 4
4 Ketepatan pemilihan gambar 4
5 Terdapat informasi pendukung 4
6 Ketepatan pemilihan cerita sesuai konteks budaya lokal 4
7 Ketepatan pemilihan gambar 3
Penyajian Pembelajaran
8 Memotivasi siswa mendorong rasa ingin tau 3
9 Mendorong siswa untuk berpikir kritis 3
Koherensi dan keruntunan alur pikir
10 Kesesuaian materi dengan tingkat perkembangan bahasa anak 4
11 Kemudahan dalam pemahaman bahasa 4
Kualitas tampilan bahan ajar
12 Tampilan 4
13 Ilustrasi 4
Jumlah 49
92

Rata-rata 94,23
Kriteria Sangat valid

Berdasarkan pengamatan hasil validasi materi pada Tabel 4.11 dapat dilihat

bahwa kelayakan pengembangan bahan ajar IPS berbasis budaya lokal pada

materi keragaman suku bangsa di daerahku rata-rata mendapatkan jumlah rata-rata

94,23 dengan kriteria “Sangat Valid”.

Berdasarkan data pada Tabel 4.11 maka dapat disimpulkan penilaian desain

pada pengembangan bahan ajar IPS berbasis budaya lokal khususnya dari

validator ahli desain masuk dalam rentang yakni 81,26 % < P ≤ 100% dapat

digolongkan pada kategorisasi “Sangat Valid”. Tingkat kelayakan tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Interpretasi Kelayakan Desain Pada Pengembangan


Bahan Ajar IPS Berbasis Budaya Lokal
Tingkat pencapaian Kualifikasi
81,26 % < P ≤ 100% Sangat valid
62,26 % < P ≤ 81,25 % Valid
43,76 % < P ≤ 62,25 % Kurang valid
25 % < P ≤ 43,75 % Tidak valid
Sudjana (2007:91)
4.1.3.1.6 Hasil Revisi Pertama Masukan Ahli Desain

Revisi ini dilakukan berdasarkan analisis penilaian dan saran dari

validasi produk awal oleh ahli desain. Data hasil revisi Pada bahan ajar

IPS berbasis budaya lokal dirangkum pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13 Data Hasil Revisi Ahli Desain

No. Sebelum Revisi Sesudah Revisi


1 Tambahkan penggunaan bahan ajar Penggunaan bahan ajar telah
ditambahkan
93

2 Perbaiki gambarnya-gambarnya Gambar-gambar telah diperbaiki

3 Tambahkan peta konsep Peta konsep telah ditambahkan


pembelajaran

Rangkuman hasil validasi bahan ajar masing-masing validator. Adapun hasil

rekapitulasi nilai validator dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14 Hasil Validasi Bahan Ajar


No Validator Skor Kategori
1 Ahli Materi 97,73 Sangat Valid
2 Ahli Bahasa 98,08 Sangat Valid
3 Ahli Desain 94,23 Sangat Valid

Untuk melihat nilai hasil validasi bahan ajar secara jelas, dapat dilihat pada

diagram berikut:

Hasil Validasi
99

98

97

96

95

94

93

92
Ahli Bahasa Ahli Materi Ahli Desain
Gambar 4.1 Diagram Hasil Validasi Bahan Ajar

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat hasil validasi pada bahan ajar yang

dilakukan oleh para validator. Rata-rata yang diberikan Ahli bahasa 98,08, Ahli

Materi sebesar 97,73, Ahli Desain 94,23 pada produk bahan ajar pengembangan
94

bahan ajar IPS berbasis budaya lokal. Perolehan rata-rata penilaian tersebut

termasuk ke dalam kategori “sangat valid” dan dapat digunakan dengan beberapa

saran dan perbaikan untuk direvisi. Selanjutnya, hasil validasi dari tim ahli ini

dirujuk pada kriteria kevalidan yang telah ditetapkan pada bab III, dapat

disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria valid dan

dapat digunakan.

4.1.3.2 Hasil Validitas Instrumen Hasil Belajar

Sebelum tes hasil belajar berupa pilihan berganda diberikan kepada

siswa sebagai instrumen, terlebih dahulu divalidasi oleh ahli. Setelah butir

soal ini divalidkan.

Tabel 4.15 Revisi Tes Berdasarkan Hasil Validasi

No Validator Kesalahan/Kelemahan Saran Revisi


Gunakan ejaan yang benar
Validator
1. Pada penulisan butir soal Perhatikan pengetikan
ahli materi
Perbaiki susunan bahasa

Berdasarkan perhitungan validitas buti soal dengan rumus korelasi point

biserial diperoleh bahwa dari 35 soal hasil belajar siswa, penulis mendapatkan 30

butir yang akan dipakai. Penulis akan membuang soal nomor 14, 15, 18, 22, dan

26, dikarenakan gugur sesuai validitas. Kemudian penulis mengurutkan soal yang

valid dari nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 25,

27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, dan 35 menjadi soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,

11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30.
95

4.1.3.4 Hasil Angket Respon Siswa

Angket Respon siswa diberikan kepada siswa untuk mengetahui

pendapat siswa tentang bahan ajar pada akhir uji coba. Uji coba produk

dilakukan untuk mengidentifikasi kekurangan produk dan tanggapan siswa

terhadap produk yang telah dikembangkan. Uji coba kelompok kecil

dilakukan terhadap 6 orang siswa di kelas IV dan uji lapangan terbatas

dilakukan terhadap 30 siswa kelas IV. Secara ringkas hasil lembar angket

respon siswa setelah menggunakan bahan ajar dapat dilihat pada tabel

yang tertera pada lampiran.

Berdasarkan data uji coba kelompok kecil disebarkan bahan ajar

kepada 6 siswa atau kelompok kecil kemudian mereka akan menjawab

angket untuk mengukur kevalidan bahan ajar tersebut. Berdasarkan hasil

angket siswa kelompok kecil, bahwa sebanyak 74% siswa memberikan

respon baik saat menggunakan bahan ajar berbasis budaya lokal dengan

tema Keberagaman suku bangsa di daerahku. Itu artinya, bahan ajar

tersebut layak digunakan.

Berdasarkan data hasil angket respon siswa uji coba lapangan terbatas,

disebarkan bahan ajar kepada 30 siswa atau kelompok lapangan terbatas atau

kelompok besar kemudian mereka akan menjawab angket untuk mengukur

kevalidan bahan ajar tersebut. Berdasarkan data tersebut, bahwa sebanyak 87%

siswa memberikan respon baik memberi penilaian bahan ajar berbasis budaya
96

lokal dengan tema Keragaman suku bangsa di daerahku. Berarti bahan ajar

tersebut layak dipakai.

Penilaian Aspek
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5

Kelompok Kecil Kelompok Lapangan Terbatas

Gambar 4.2 Diagram Hasil Respon Siswa Terhadap Bahan Ajar

berdasarkan diagram di atas, terlihat bahwa pada angket respon siswa pada

setiap penryataan yang menggambarkan secara keseluruhan hasil analisis

data respon siswa pada uji kelompok kecil adalah sebagai berikut: (1) 79%

siswa menyatakan senang terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran;

(2) 75% siswa menyatakan komponen dan kegiatan pembelajaran masih

baru; (3) 83% siswa menyatakan berminat mengikuti pembelajaran pada

materi yang lain; (4) 67% siswa menyatakan bahasa pada bahan ajar sudah

jelas; (5) 67% siswa menyatakan tertarik terhadap penampilan bahan ajar.

Persentase rata-rata total respon positif siswa pada uji coba kelompok kecil

sebesar 74%. Berdasarkan hasil respon uji kelompok kecil maka dilakukan
97

perbaikan dan diuji pada tahap uji lapangan terbatas yang hasilnya yaitu:

(1) 86% siswa menyatakan senang terhadap komponen dan kegiatan

pembelajaran; (2) 85% siswa menyatakan komponen dan kegiatan

pembelajaran masih baru; (3) 90% siswa menyatakan berminat mengikuti

pembelajaran dengan bahan ajar keberagaman suku bangsa di daerahku;

(4) 83% siswa menyatakan bahasa pada bahan ajar sudah jelas; dan (5)

93% menyatakan tertarik terhadap penampilan bahan ajar. Persentase rata-

rata total respon posiitif siswa pada uji coba produk sebesar 87%. Jika

hasil analisis ini dirujuk pada kriteria yang ditetapkan pada bab III, dapat

disimpulkan bahwa respon siswa terhadap komponen dan kegiatan

pembelajaran adalah positif.

4.1.3.5 Hasil Uji Efektifitas Bahan Ajar

a. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa

Penilaian uji coba lapangan terbatas dilakukan untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan terhadap

produk yang telah dikembangkan dengan menggunakan bahan ajar

berbasis kearifan budaya lokal. Hasil pretes dan postes secara lengkap

dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen

Keterangan Nilai Pretes Nilai Postes


Rata-rata 65,11 81,22
Banyak siswa yang tuntas belajar 15 28
Persentase ketuntasan klasikal 50% 93,33%
Ketuntasan belajar klasikal Tidak Tuntas Tuntas
98

Berdasarkan tabel di atas, bahwa persentase ketuntasan klasikal

meningkat dari pretes dan postes siswa sebesar 50% ke 93,33%. Nilai

pretes dan postes berdasarkan kriteria ketuntasan belajar secara

klasikal tergolong tuntas. Dimana nilai rata-rata hasil pretes sebesar

65,11, siswa yang tuntas belajar ada sebanyak 15 siswa. Sedangkan

nilai rata-rata postes sebesar 81,22, siswa yang tuntas belajar sebanyak

28 siswa dari 30 siswa. Berdasarkan gain score, peningkatan dan

keefektifan bahan ajar keragaman suku bangsa di daerahku antara

sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar dalam proses

pembelajaran pada kelas eksperimen sudah tergolong sedang. Hal

tersebut dapat dilihat rangkumannya yang disajikan pada tabel 4.17

berikut:

Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Gain Score Kelas Eksperimen


Keterangan Nilai
Rata-rata pretes 65,11
Rata-rata postes 81,22
Gain Score 0,46
N-Gain Sedang

Tabel 4.18 Perbandingan Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Perbandingan
Pretes Postes Pretes Postes
Persentase Ketuntasan belajar
50% 93,33% 36,7% 43,33%
klasikal
Gain Score 0,46 0,27
99

Perbandingan Kelas Eksperimen dan


Kontrol

Series4
100
80 Series3
60
40 Postes
20 Pretes
0
Eksperimen Kontrol

Pretes Postes Series3 Series4

Gambar 4.3 Diagram Perbandingan Hasil Pretes dan Postes pada Kelas
Eksperimen dan Kontrol

Berdasarkan tabel dan gambar diatas, terlihat adanya perbedaan

nilai persentase ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa kelas IV SD

112137 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai persentase

ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa pada pretes dan postes

kelompok eksperimen lebih tinggi yakni 50% dan 93,33%, dimana

gain score adalah 0,46 sedangkan pada pretes dan postes kelas kontrol

nilai yang diperoleh sebesar 36,7% dan 43,33% dengan gain score

adalah 0,27.

Nilai persentase ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa pada

pretes dan postes kelompok eksperimen lebih tinggi yakni 50% dan

93,33%, dimana gain score adalah 0,46 dimana pada gain score

tersebut dapat disimpulkan bahwa 0,30 < gs ≤ 0,70 masuk dalam

kategori “sedang” sedangkan pada pretes dan postes kelas kontrol


100

nilai yang diperoleh sebesar 36,7% dan 43,33% dengan gain score

adalah 0,27 dimana pada gain score tersebut dapat disimpulkan 0,00 <

gs < 0,30 masuk dalam kategori “rendah”.

4.1.4 Deskripsi Hasil Tahap Penyebaran (Disseminate)

Pengembangan bahan ajar ini sesuai dengan tahap pengembangan

Thiagarajan sampai tahap pengembangan kelompok terbatas, untuk tahap

disseminate tidak dilaksanakan.

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Penelitian Kelayakan Produk

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya

menunjukkan bahwa bahan ajar IPS berbasis budaya lokal pada materi

Keragaman Suku Bangsa di Daerahku "Sangat Layak" dari penilaian dan

saran perbaikan yang diberikan oleh ahli materi, bahasa dan desain.

Bahan ajar IPS berbasis budaya lokal pada materi keragaman suku

bangsa di daerahku dikatakan valid (layak) karena berdasarkan faktor,

diantaranya: Pertama, bahan ajar IPS yang telah memenuhi kriteria penilaian

validasi materi itu berarti komponen-komponen pada bahan ajar IPS yang

dikembangkan telah sesuai dengan tuntutan kurikulum yang terdapat di

SD/Mi berkaitan dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan

pembelajaran berkaitan materi keragaman suku bangsa di daerahku di kelas

IV SD. Kedua, bahan ajar IPS telah dapat memenuhi kriteria penilaian
101

validasi berarti semua komponen bahan ajar IPS yang telah dikembangkan

satu dengan sudah saling berhubungan secara konsisten.

Penilaian validasi materi diberikan oleh salah satu dosen ahli materi

IPS yaitu Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S pada bahan ajar IPS berbasis

budaya lokal pada materi keragaman suku bangsa yang telah dikembangkan.

Hasil penilaian dari ahli materi memperoleh skor rata-rata 97,73 sehingga

dapat dinyatakan "Sangat Layak" untuk digunakan dalam pembelajaran.

Penilaian validasi bahasa diberikan oleh salah satu dosen ahli bahasa

dan sastra Indonesia yaitu Bapak Dr. M.Oky Fardian Gafari.,S.Sos.,M.Hum

pada bahan ajar IPS berbasis budaya lokal materi Keragaman Suku Bangsa

yang telah dikembangkan. Hasil penilaian dari ahli bahasa memperoleh skor

rata-rata 98,08 sehingga dapat dinyatakan "Sangat Layak" untuk digunakan

dalam pembelajaran.

Penilaian validasi desain diberikan oleh salah satu dosen ahli desain

yaitu Ibu Prof. Dr. Dina Ampera.,M.Si pada bahan ajar IPS berbasis budaya

lokal materi Keragaman Suku Bangsa yang telah dikembangkan. Hasil

penilaian dari ahli desain memperoleh skor rata-rata 94,23 sehingga dapat

dinyatakan "Sangat Layak" untuk digunakan dalam pembelajaran.

Dalam proses pengembagannya, bahan ajar dalam penelitian ini

dikembangkan dengan berbasis kepada beberapa penelitian terdahulu. Salah

satu penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan Rapita Aprilia

(2017). Dalam penelitiannya, adanya sebuah buku ajar IPS kelas IV SD

berbasis budaya lokal dapat membuat siswa menjadi individu yang bisa
102

mempelajari dari hal-hal yang ada dilingkungan hidupnya. Siswa sebagai

mahkluk sosial mereka nantinya akan berinteraksi secara aktif dengan

lingkungan sekitar dan diharapkan mampu menghargai keragaman baik suku

bangsa dan budaya. Hal ini sesuai dengan teori dari John Dewey. Bagi

Dewey, belajar merupakan bagian dari interaksi dengan lingkungannya. Anak

harus dibimbing kearah pemanfaatan dari lingkungan tersebut. Sejalan

dengan itu juga sesuai dengan teori belajar dari Piaget yang menekankan anak

diusia 7-12 tahun berada pada tahap concrete operations.

Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa bahan ajar sangat berperan

penting dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas.

Bukan hanya itu, proses dalam pembelajaran menjadikan siswa lebih aktif

dan menyenangkan, dikarenakan adanya gambar dan pengetahuan mengenai

lingkungan sekitar rumahnya. Hal ini akan menimbulkan kekaguman siswa

pada beberapa suku di daerah lingkungannya dan juga

menumbuhkembangkan rasa menghargai antar suku.

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan kajian teori di atas, maka

terbukti benar bahwa bahan ajar yang dikembangkan berbasis budaya lokal

tepat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, serta dapat dijadikan

sebagai tambahan bahan ajar sebagai penunjang demi tercapainya tujuan

pendidikan agar terwujudnya perubahan di dalam pembelajaran IPS sehingga

lebih menarik bagi peserta didik.

4.2.2 Penelitian Keefektifan Produk


103

Bahan ajar IPS berbasis budaya lokal pada materi keragaman suku

bangsa di daerahku masuk dalam kategori "Efektif" untuk digunakan dalam

pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan terhadap

hasil belajar siswa sebelum dan setelah menggunakan bahan ajar IPS

berbasis budaya lokal.

Keefektifan bahan ajar IPS berbasis budaya lokal materi keragaman

suku bangsa di daerahku dapat dilihat dari adanya peningkatan terhadap

hasil belajar siswa baik pretest maupun postest. Keefektifan dapat dilihat

berdasarkan dari hasil belajar untuk pretest kelas eksperimen nilai rata-rata

63 dan 67 sedangkan untuk postest pada kelas eksperimen 80 dan 83.

Dengan nilai rata-rata pretest 65,11 dan rata-rata postes 81,22 dengan gain

score 0,46 masuk dalam kategori “Sedang”. Sedangkan keefektifan untuk

pretest kelas kontrol nilai rata-rata 30,70 sedangkan untuk tes akhir nilai

rata-rata 63 dan 70. Dengan nilai rata-rata pretest 49,44 dan rata-rata postest

63,56 dengan gain score 0,27 masuk dalam kategori “Rendah”.

Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar telah efektif berdasarkan adanya

tes hasil belajar. Nilai ketuntasan manimal (KKM) untuk mata pelajaran IPS

yaitu 75 dan nilai rata-rata siswa setelah perlakuan pada kelas eksperimen

adalah 80 dan 83 hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar telah efektif

digunakan pada pembelajaran IPS khususnya pada materi Keragaman Suku

Bangsa di Daerahku di kelas IV SD 112137 Kecamatan Rantau Utara

Kabupaten Labuhanbatu.
104

4.3 Keterbatasan Penelitian

Pengembangan bahan ajar keberagaman suku bangsa di daerahku berbasis

budaya lokal, peneliti menemukan beberapa keterbatasan antara lain:

1. Uji coba produk hanya dilakukan pada 30 siswa kelas IV SDN 112137

Kecamatan Rantau Utara.

2. Buku ajar ini hanya menguraikan tentang keberagaman suku bangsa di

daerahku yang ada di Kecamatan Rantau Utara, sehingga manfaatnya

terbatas.

3. Produk buku ajar ini sudah divalidasi dari tim ahli namun hanya

menyertakan satu validator pada setiap bidangnya.

4. Uji coba produk hanya mengembangkan delapan karakter hanya

menggunakan empat subtema, yaitu suku Mandailing, Batak Toba, Jawa

dan Melayu.

5. Instrumen yang digunakan untuk melihat keefektifan produk buku ajar

hanya sebatas hasil belajar siswa. Belum dapat mengukur proses

pembelajaran yang dilakukan siswa untuk mendapatkan hasil belajar

secara keseluruhan.
89

Anda mungkin juga menyukai