NPM : 227015029
Mata Kuliah : Sastra Lanjutan
Tugas
1. Jelaskan cara memahami karya sastra menurut pendapat para ahli: (a) A. Teeuw; (b)
H.B. Jassin; dan (c) Henry Guntur Tarigan.
Jawab:
a. A. Teeuw
Dalam buku A.Teeuw berjudul “Sastra dan Ilmu Sastra” (2022: 20) bahwa
kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata hs-,
dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau
instruksi. Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka dari itu sastra
dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi pengajaran;
misalnya silpasastra, buku arsitektur, kamasastra, buku petunjuk mengenai seni
cinta. Dalam bukunya, termuat bab pertama dengan judul “Apakah Sastra? Bahasa
Lisan-Bahasa Tulis-Sastra.”
Sedangkan dalam tulisan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum yang termuat di
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 23 Januari 2022 bahwa bagi A.
Teeuw, sastra bukanlah hal yang remeh-temeh. Di dalam sastra terungkap hakikat
pandangan manusia terhadap eksistensinya. Melalui kritik sastra, hakikat ideologi
mengenai kemanusiaan yang dianut dalam masyarakat yang bersangkutan dapat
diungkap.
b. Menurut HB. Jassin
Cara HB. Jassin memahami sastra berdasarkan periode, tertulis Meilisna Maulina
di Kompasiana, 15 April 2022, bahwa menurut HB. Jassin periodesasi sastra
Indonesia terdiri dari; sastra melayu lama dan sastra Indonesia modern. Pada masa
sastra melayu lama, periode sastra digolongkan berdasarkan ciri-ciri sastra yang
dikaitkan dengan situasi sosial serta berdasarkan pembabakan waktu dari awal
kemunculan sampai dengan perkembangan. Pada masa ini juga sastra dipengaruhi
oleh kebudayaan Hindu-Budha dan kebudayaan Isam di Indonesia, ciri-ciri
Melayu lama tentunya masih menggunakan bahasa Melayu, ceritanya seputar
istana sentries dan hal-hal tahayul, serta masih sangat terikat dengan aturan-aturan
dan adat-istiadat daerah setempat. Adapun sastra Indonesia modern muncul pada
awal ke-20 yang dipelopori oleh gerakan nasionalis dari pejuang bangsa
Indonesia. Yang di dalamnya terdapat angkatan Balai Pustaka, angkatan Pujangga
Baru (33), angkatan 45, dan angkatan 66.
c. Menurut Henry Guntur Tarigan
Henry Guntur Tarigan memahami sastra melalui bukunya yang berjudul “Prinsip-
Prinsip Dasar Sastra” sebagaimana kutipan dari Vincil C. Coulter, beberapa
prinsip dasar sastra adalah sebagai berikut:
1.) Sastra adalah suatu mode berpikir universal karakteristik manusia dalam
segala masa dan tahap perkembangan.
2.) Tipe berpikir ini tidak akan dapat dikembangkan terpisah dari
obyektifikasinya dalam beberapa bentuk lisan atau tulisan yang bertindak
sebagai suatu lambang yang penting, seperti juga halnya kata merupakan
lambang penting dalam jenis berpikir kita yang lebih sederhana.
3.) Maksud dan tujuan cara berpikir ini adalah untuk membuat pengalaman lebih
intensif dan bermakna.
4.) Pemupukan serta pengembangan sastra haruslah dilaksanakan: (a) melalui
upaya pada penulisan kreatif; dan (b) melalui apresiasi, apropriasi atau
kesepadanan nilai-nilai yang terdapat dalam karya orang lain.
5.) Nilai sastra suatu puisi, novel, drama, senantiasa bersifat pribadi; dengan kata
lain, hanya akan terdapat di dalam nilai pengalaman yang berguna bagi
penikmat (penyimak atau pembaca) secara pribadi.
6.) Intensitas pengalaman penikmat sastra tergantung dari beberapa faktor,
misalnya:
a.) Perasaannya waktu membaca itu,
b.) Faham atau tidaknya dia akan lambang-lambang yang dipakai,
c.) Biasa atau tidaknya dia akan interpretasi imajinatif,
d.) Pengalaman-pengalamannya pada masa lalu, dan
e.) Kesesuaian bahan-bahan yang disajikan pada masalah-masalahnya sendiri,
dan lain-lain.
7.) Dari segi hakikat dan tujuan sastra, maka nilai-nilai estetika perlu sekali
dialihkan, dan kegunaan suatu karya sastra tertentu mungkin saja berbeda dari
masa ke masa, dari bangsa ke bangsa, dan dari pribadi ke pribadi.
8.) Reaksi-reaksi perseorangan terhadap sastra ini sangat erat kaitannya dengan
perkembangan sikap kita terhadap diri dan lingkungan kita, sehingga pada
akhirnya tidaklah mungkin menilai suatu karya sastra tanpa
mempertimbangkan implikasi-implikasi moralnya. (HG. Tarigan, 2017: 189-
190)