Anda di halaman 1dari 13

DIKBASTRA 1 (1) (2022

DIKBASTRA : Jurnal Pendidikan Bahasa


dan Sastra
https://online-journal.unja.ac.id/index.php/dikbastra

Analisis Puisi Selamat Idul Fitri Karya A


Mustofa Bisri Dengan Pendekatan Objektif.

Andri Rustandi
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pascasarjana

Universitas Jambi

email: andrirustandi513@gmail.com

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Drs. Yundi Fitrah, M.Hum

Abstrak
. A Mustofa Bisri dalam menulis sebuah puisi memiliki gaya sendiri dibandingkan
dengan teman satu alirannya D Zawawi Imran, Taufik Ismail, dan Danarto, gaya penulisannya
lebih apa adanya dan linear bahkan terkadang bisa terlihat lugu dan berubah menjadi ganas.
Menjadi sangat mungkin, jika untuk mengulas antologi Gus Mus membutuhkan waktu yang
relatif lama untuk menyelesaikannya. A Mustofa Bisri Lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10
Agustus 1944, dari keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama.
Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren
Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur. Achmad Mustofa Bisri, akrab
dipanggil Gus Mus ia adalah Kiyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan
muslim, ini telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para
ulama.

Dia telah menulis belasan buku fiksi dan nonfiksi. Justru melalui karya budayanyalah,
Gus Mus sering kali menunjukkan sikap kritisnya terhadap budaya yang berkembang dalam
masyarakat. Gus Mus adalah seorang kyai dengan kesimpulan sudut pandang manusia sehari-
hari: kehidupan sekelilingnya, perjalanan hidupnya, ritual religiusnya dan sebagainya.Tidak
jarang akan ditemukan romantisme religiusitas dalam puisinya.

Kata kunci : Puisi. Pendekatan. Analisis

PENDAHULUAN dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang


bulat dengan unsur-unsur pembangunnya.
Konsep Pendekatan Objektif Oleh karena itu, untuk memahami
maknanya, karya sastra harus dianalisis
Pendekatan Objektif adalah pendekatan berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari
yang memberi perhatian penuh pada karya
berbagai unsur yang ada di luar struktur
sastra sebagai struktur yang otonom,
karena itu tulisan ini mengarah pada analisis signifikansinya.
karya sastra secara strukturalisme. Sehingga
pendekatan strukturalisme  dinamakan juga Penerapan Pendekatan Objektif
pendekatan objektif.  Semi (1993:67)
menyebutkan bahwa pendekatan struktural Pendekatan ini lebih banyak digunakan
dinamakan juga pendekatan objektif, dalam bidang puisi (Jefferson, 1982:84)
pendekatan formal, atau pendekatan analitik. Tulisan  ini pun bermaksud menerapkan
Strukturalisme berpandangan bahwa untuk pendekatan objektif dalam menganalisis
menanggapi karya sastra secara objektif puisi. Dalam lingkup puisi , Pradopo (2000:
haruslah berdasarkan pemahaman terhadap 14) menguraikan bahwa karya sastra itu tak
teks karya sastra itu sendiri. Proses hanya merupakan satu sistem norma,
menganalisis diarahkan pada pemahaman melainkan terdiri dari beberapa strata (lapis)
terhadap bagian-bagian karya sastra dalam norma. Masing-masing norma menimbulkan
menyangga keseluruhan, dan sebaliknya lapis norma dibawahnya. Mengacu pendapat
bahwa keseluruhan itu sendiri dari bagian- Roman Ingarden, seorang filsuf Polandia,
bagian (Sayuti, 2001; 63). , Oleh  karena itu, Rene Wellek dalam Pradopo (2000:14)
untuk memahami maknanya, karya sastra menguraikan norma-norma itu , yaitu (1)
harus dianalisis berdasarkan strukturnya lapis bunyi  (sound stratum), misalnya bunyi
sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, suara dalam kata,frase, dan kalimat,(2) lapis
lepas dari diri dan niat penulis, dan lepas arti (units of meaning), misalnya arti dalam
pula dari efeknya pada pembaca. Mengacu fonem, suku kata, kata, frase, dan kalimat,
istilah Teeuw (1984:134) , jadi yang penting (3) lapis objek, misalnya objek-objek yang
hanya close reading, yaitu cara membaca dikemukakan seperti latar, pelaku, dan dunia
yang bertitik tolak dari pendapat bahwa pengarang. Selanjutnya Roman Ingarden
setiap bagian teks harus menduduki tempat masih menambahkan dua lapis norma lagi
di dalam seluruh struktur sehingga kait- (1) lapis dunia , dan (2) lapis metafisis.
mengait secara masuk akal
( Pradotokusumo, 2005 : 66) Waluyo (1987: 145)  menjelaskan, struktur
puisi dibangun oleh struktur fisik (metode
sendiri, pendekatan ini beranggapan pengucapan makna) dan struktur batin
karya sastra sebagai sesuatu yang otonom. (makna) puisi.
Sebagai struktur yang otonom, karya sastra
Secara sederhana, penerapan pendekatan secara keseluruhan bukan dalam penggalan-
objektif dalam menganilis karya sastra penggalan, karena penggalan-penggalan
dalam hal ini Puisi , dapat diformulasikan baik penggalan satu larik maupun satu bait,
sebagai berikut . Pertama,  mendeskripsikan baru merupakan potongan puisi belum
unsur-unsur struktur karya sastra. Kedua, makna untuk puisi. Adapun unsur-unsur
mengkaji keterkaitan makna  antara unsur- pembangun puisi Somad (2010: 14-20),
unsur yang satu dengan yaitu:[3]
lainya. Ketiga, mendeskripsikan fungsi serta
hubungan antar unsur (intrinsik) karya yang 1. Tema adalah ide pokok puisi. Ide-ide
bersangkutan . Adapun langkah-langkah tersebut bisa muncul secara tiba-tiba.
menelaah puisi dapat melalui tahap-tahap Munculnya tema tertentu akan
yang dikemukakan oleh Waluyo ( 1987: memberikan dorongan yang kuat
146), tahap 1) menentukan struktur karya untuk menghasilkan karya puisi.
sastra, 2) menentukan penyair dan kenyataan Misalnya, ketika kamu melihat
sejarah, 3) menelah unsur-unsur, dan 4) keindahan alam maka muncul ide
sintesis dan interpretasi.  Dengan empat untuk menulis puisi dengan tema
tahap  tersebut, diharapkan puisi dapat keindahan. Begitu pula ketika
dipahami sebagai struktur dan sebagai suatu muncul ide yang berkaitan dengan
kesatuan yang bulat dan utuh.  Sejalan persoalan hubungan sesama manusia,
dengan itu Djojosuroto (2006:60) maka puisinya akan bertema sosial.
mengemukakan analisis strategi pemahaman 2. Perasaan adalah sikap penyair
puisi. Strategi tersebut dimulai dengan : 1) terhadap pokok pikiran yang
pemahaman makna kata, 2) pemahaman ditampilkannya. Perasaan ini sangat
baris dan bait, dan 3) pemahaman totalitas berkaitan dengan tema yang
makna.[1] ditampilkan. Misalnya, pada tema
ketuhanan, perasaan yang muncul
Pandangan terhadap karya sastra secara adalah perasaan religious dan
objektif menyatakan bahwa karya sastra khidmat. Hal ini akan berbeda
merupakan dunia otonom, yang dapat dengan puisi yang bertema
dilepaskan dari pencipta dan lingkungan perjuangan. Perasaan yang muncul
sosial-budaya  zamannya. Dalam hal ini, dalam puisi bertema perjuangan
karya sastra dapat diamati berdasarkan tersebut akan lebih bersemangat atau
strukturnya. Struktur  tersebut merupakan bergelora.
unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam karya 3. Amanat dalam puisi adalah maksud,
sastra. Unsur intrinsik  dapat berupa pesan, tujuan yang hendak
perwatakan tokoh, alur, setting dan tema. disampaikan penyair. Amanat ini
Sedangkan unsur ekstrinsik  dapat  berupa biasanya tersirat di balik kata-kata
psikologis  pengarang, keadaan lingkungan yang disusun dan di balik tema yang
dan struktur sosial masyarakat. Pendekatan diungkapkan. Amanat yang
ini lebih mengeksploitasi unsur intrinsik disampaikan penyair mungkin secara
sebuah karya sastra (naratif).[2] sadar berada dalam pikiran.
4. Ritma atau irama puisi sangat
Menurut M.S. Hutagalung (dalam Zulfahnur berhubungan dengan rima, bunyi,
dkk, 1996:18) yaitu dalam memahami puisi kata, frasa, dan kalimat. Ritma dapat
suka dipisahkan kedua unsur pokok tersebut, diartikan pengulangan bunyi yang
sebab sebuah puisi hendaklah dipahami berulang-ulang dan tersusun rapi.
Dalam ritma muncul bunyi tinggi penyair dalam puisi. Rima bisa
rendah, panjang pendek, keras berupa:
lemah, yang mengalir secara teratur 9. Pengulangan bunyi-bunyi konsonan
dan berulang-ulang sehingga dari kata-kata berurutan (aliterasi).
membentuk keindahan. Seperti 10. Persamaan bunyi vocal dalam
halnya rima, keindahan ritma akan deretan kata (asonansi).
dapat dinikmati jika puisi tersebut 11. Persamaan bunyi yang terdapat
dibacakan dengan pembacaan yang disetiap akhir baris.
tepat.
5. Diksi adalah pilihaan kata. Diksi METODE PENELITIAN
tidak hanya ada dalam puisi. Artinya,
agar puisimemiliki kesan indah, Penelitian ini merupakan penelitian
kata-kata dalam puisi harus dipilih kualitatif dengan teknik analisis deskriptif
secara cermat karena puisi dengan kajian kepustakaan. Adapun
merupakan pemadatan kata. Jadi, beberapa sumber yang digunakan antara
kata-kata yang dipilih harus benar- lain; buku buku teks, jurnal ilmiah, hasil-
benar mewakili nilai sebuah
hasil penelitian dalam bentuk skripsi, tesis,
keindahan.
6. Citraan Puisi mengandung unsur disertasi, dan internet, serta sumber-sumber
citraan. Citraan atau pengimajian lainnya yang relevan. Dimana penelitian ini
adalah gambar-gambar dalam pikiran berusaha mendeskripsikan hasil temuan dari
dan bahasa yang analisis puisi dengan menggunakan
menggambarkannya. Citraan dalam pendekatan objektif.
puisi mampu menimbulkan suasana
khusus. Selain itu, citraan juga
menghidupkan gambaran dalam HASIL PENELITIAN DAN
pikiran pembaca. PEMBAHASAN
7. Majas Unsur lain yang tak kalah
pentingnya dalam puisi adalah Suatu tolak ukur dalam pengelompokkan
majas. Majas sering disebut juga teks puisi adalah situasi bahasa.
gaya bahasa. Munculnya majas dapat Pengelompokkan ini tidak memberi
menjadi daya tarik puisi, mampu penentuan tentang isinya, seperti juga
menimbulkan suasana yang lebih pengelompokkan berdasarkan bentuk
segar dan hidup. Majas sering cetaknya.[5] Sedangkan situasi bahasa
digunakan penyair untuk memiliki bahasa dialog atau berlapis. Situasi
menimbulkan kesan indah. bahasa berlapis juga merupakan  bentuk
8. Rima adalah persamaan atau khas puisi naratif, balada, roman bersajak,
pengulangan bunyi. Bunyi yang epos dan sebagainya.[6] dalam teks naratif
sama itu tidak terbatas pada akhir sebagai pencerita tidak dapat di identikan
baris, tetapi juga untuk keseluruhan dalam pengarang, karena sebagai pihak yang
baris, bahkan juga bait. Persamaan bercerita ia merupakan bagian dari teks,
bunyi yang dimaksudkan disini pada dasarnya orang lain dari pengarang di
adalah persamaan (pengulangan) luar teks. Jadi pembicara dalam sajak harus
bunyi yang memberikan kesan juga dibedakan dari pengarang yang
merdu, indah, dan dapat mendorong eksistensinya lepas dari teks.[7]
suasana yang dikehendaki oleh
Dengan begitu di bawah ini merupakan puisi Maafkanlah kami
karya A. Mustafa Bisri yang berjudul
Selamat Idul Fitri, dengan kepiawaian Selama ini
penyair dalam membuat puisi yang
bermaksud juga untuk mengkritik apa yang Kami mengeruhkanmu
dirasakan oleh penyair. Sehingga dalam
puisi ini terlihat penyair memiliki lawan Selamat idul fitri, burung-burung
bicara. Dalam teks puisi dibawah ini 
menggunakan kata metafor sebagai lawan Maafkanlah kami
bicara yang disebut kami-lirik.
Selama ini
Puisi yang berjudul “Selamat Idul Fitri”
Memberangusmu
Selamat Idul Fitri
Selamat idul fitri, tetumbuhan
Selamat idul fitri, bumi
Maafkanlah kami
Maafkan kami
Selama ini
Selama ini
Tidak puas-puas
Tidak semena-mena
Kami menebasmu
Kami memperkosamu
Selamat idul fitri, para pemimpin
Selamat idul fitri, langit
Maafkanlah kami
Maafkanlah kami
Selama ini
Selama ini
Tidak habis-habis
Tidak henti-hentinya
Kami membiarkanmu
Kami mengelabukanmu
Selamat idul fitri, rakyat
Selamat idul fitri, mentari
Maafkanlah kami
Maafkanlah kami
Selama ini
Selama ini
Tidak sudah-sudah
Tidak bosan-bosan
Kami mempergunakanmu. []
Kami mengaburkanmu
A. Bentuk dan Struktur Batin Puisi
Selamat idul fitri, laut
1. Tema mengungkapkan sinisme sebagai bentuk
kritik sosial. Penyair memilih ungkapan
Tema yang diangkat Mustafa Bisri pada selamat idul fitri, karena idul fitri
puisi “Selamat Idul Fitri” yaitu tema merupakan hari yang fitrah, dimana seluruh
Permintaan Maaf atas kebodohan dan umat muslim di dunia kembali suci dari
ketamakan manusia di dalam Bumi Pertiwi segala dosa yang mereka perbuat selama ini,
sesuai dalam kutipan  /Tidak semena-mena, dan sesuai tradisi idul fitri adalah moment
Kami memperkosamu/, /Tidak henti- dimana manusia saling maaf-memaafkan
hentinya, Kami mengelabukanmu/, / Tidak agar manusia kembali suci seperti terlahir
bosan-bosan, Kami mengaburkanmu /, / kembali dan semua dosa-dosanya
Selama ini, Memberangusmu /, / Tidak puas- terhapuskan.
puas, Kami menebasmu/, / Tidak habis-
habis, Kami membiarkanmu/, / Tidak sudah-  Nada
sudah, Kami mempergunakanmu/.  terlihat
jelas kata “maafkanlah kami” diulang-ulang Nada yang muncul pada puisi “Selamat Idul
setiap baitnya sehingga penyair ingin Fitri” ini, A. Mustafa Bisri menuangkan
menegaskan ada penyesalan dan nada yang memohon. memohon dengan
permohonan maaf yang sungguh-sungguh. nada yang lembut tidak dengan nada yang
Bahwa kita sebagai  manusia banyak yang keras, sehingga dalam puisi “Selamat Idul
tidak mensyukuri nikmat yang Allah berikan Fitri” A Mustofa Bisri mengajak pembaca
di muka bumi ini dengan tidak menjaga untuk melihat perlakuan manusia terhadap
yang telah diciptakannya untuk sekelilingnya yang tak pernah disadarinya.
kesejahteraan bersama sebagai penduduk
bumi yang menggambarkan kehidupan nyata  Amanat
tindakan manusia saat ini dalam masyarakat
yang juga mengkritik penguasa dan rakyat. Amanat adalah pesan yang ingin
disampaikan oleh penyair kepada pembaca.
 Rasa adalah dapat dilihat dari kami-lirik yang
sebagai objek yang menjadikan kejadian
Rasa yang ada pada puisi ini adalah rasa yang telah diperbuat manusia akan ciptaan
yang sunyi walaupun kita dapat merasakan Allah baik itu bumi, laut, langit, hewan,
dimensi sosial yang terkandung hal ini tumbuhan, antara pemimpin dan rakyat
dikarenakan pada awalnya Mustofa Bisri semua sebagai metafora yang digunakan
adalah seorang ulama, sehingga pandangan penyair  yang berubah-ubah objeknya untuk
dunianya merefleksikan kesadaran menunjukkan permohonan maaf akibat
religiusnya dengan menggambarkan ibadah tindakan manusia yang selalu berulah tanpa
yang personal dapat memberikan dampak merasa bersalah. Serta seorang rakyat yang
sosial pada setiap baitnya yang akhirnya meminta maaf pada pemimipinnya, namun
terlihat memiliki rasa sunyi dan rasa kemudian dirubah pada bait selanjutnya
bersalah, penyesalan dengan penggunaan kami lirik menjadi objek seorang pemimpin
kata “Maaf” kita sebagai manusia kepada yang meminta maaf kepada rakyatnya
tuhan, bumi dan segala ciptaan-Nya sebagai bentuk memperdalam rasa bersalah
diungkapkan dalam simbol puisi “Selamat kami-lirik, sekaligus memperkuat ironi
Idul Fitri” adalah sebuah ironi sosial. Ia sosial yang dikedepankannya.
tidak saja menyatakan rasa bersalah dan
mohon maaf, melainkan juga  Bentuk dan Struktur Fisik Puisi
1. Perwajahan Puisi (Tipografi) kinestetik (gerak), imaji visual
(pengelihatan) dan imaji perasaan seperti:
Tipografi puisi ‘Selamat Idul Fitri’ cukup
sederhana, dengan penulisannya rata tengah. a. maji visual:
Sajak ini terdiri atas 8 bait, dengan jumlah
baris adalah 38, dengan masing-masing /Selamat idul fitri, bumi/
terdiri atas 4 kata dengan 8 suku kata.
/Maafkan kami/
Pada awal baris/kalimat, kata ditulis dengan
hurut kapital, dan diakhiri tanda koma dan       Bumi dijadikan imaji visual karena
khusus baris terakhir  pada bait diakhiri sesuatu yang dapat dilihat dan dirasakan
denga tanda titik. Dan memiliki berbagai oleh manusia serta dapat  dimanfaatkan
macam bunyi vokal. Bunyi vokal dalam sumber daya alam di dalam muka bumi ini.
puisi Selamat Idul Fitri terdiri atas 93 Sehingga kutipan diatas kami-lirik dapat
vokal /a/, 68 vokal /i/, 29 vokal /u/, 36 vokal diartikan sebagai sekelompok manusia atau
/e/, dan memiliki 3 vokal /o/ dalam seluruh bisa jadi sebagai sekelmpok rakyat yang
bunyi puisi. mengungkapkan penyesalan dan rasa
bersalahnya, dengan meminta maaf kepada
 Diksi bumi yang mungkin bisa diartikan secara
luas oleh setiap individu karena selama ini
            Diksi yang terdapat pada puisi telah melucuti dan mengambil sesuatu yang
“Selamat Idul Fitri” terdapat beberapa kata paling berharga yang ada di bumi. Demikian
yang memakai konotasi, seperti: jelas adanya hubungan yang erat antara
penyair dan kami-lirik untuk menyampaikan
Semena-mena  : sewenang-wenang, tidak suatu pesan kepada pembaca.
berimbang.
/Selamat idul fitri, langit/
Mengelabu      : menyesatkan pandangan,
menipu. /Maafkanlah kami/

Mengaburkan  : membuat/menyebabkan Pada baris kedua seperti kutipan puisi diatas,


kabur penyair kembali menggunakan kami-lirik
yang berperan sebagai sekelompok manusia
Memberengus  : melarang mengeluarkan atau sekelompok rakyat yang melukiskan
pendapat rasa bersalahnya dengan kata maaf, karena
selama ini kami-lirik selalu saja
Mengeruhkan  : menyebabkan/ menjadikan membohongi atau memperalat langit yang
keruh menjadi atap tempat kami-lirik berpijak.

Menebas          : memborong hasil tanaman /Selamat idul fitri, mentari

 Imaji Maafkanlah kami/

            Imaji yang dipakai dalam puisi Dalam baris ketiga kutipan puisi “Selamat
“Selamat Idul Fitri” ini adalah imaji Idul Fitri” diatas, kembali kami-lirik
meminta maaf kepada mentari yang
merupakan metafor. Atau secara harfiah Dalam baris keenam seperti kutipan puisi
mentari dapat diartikan sebagai sumber diatas, kami-lirik kembali mengucapkan
kehidupan bagi manusia yang dianggap selamat idul fitri dan meminta maaf kepada
penting tetapi kami-lirik tidak tumbuh-tumbuhan karena selama ini telah
memperdulikan atau mengacuhkan fungsi bertindak kejam dan tidak menjaga dengan
dari mentari itu sendiri. baik. Melakukan penebangan liar,
membakar hutan sembarangan yang
/Selamat idul fitri, laut/ berdampak negatif bagi tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan manusia itu sendiri.
/Maafkanlah kami/
 Imaji perasaan:
Dalam baris keempat seperti pada kutipan
puisi diatas, kami-lirik meminta maaf /Selamat idul fitri, para pemimpin/
kepada laut, karena selama ini telah
mengeruhkannya. Mungkin secara harfiah /Maafkanlah kami/
dapat diartikan bahwa manusia tidak
menjaga kebersihan dan kelestarian Dalam kutipan puisi diatas, kami-lirik
alamnya. Tuhan telah menciptakan banyak berperan sebagai rakyat yang mengucapkan
sesuatu yang dapat manusia nikmati dan selamat idul fitri. Seolah-olah meminta maaf
manfaatkan, tetapi manusia tidak pernah dan merasa bersalah kepada diri sendiri akan
bersyukur dan melestarikannya. Tuhan sikap kebisuan dan kediaman mereka yang
menciptakan laut yang begitu indah dan membiarkan  para pemimpin bertindak
maha luas, tetapi manusia mengotorinya semena-mena dan memanfaatkan rakyat
dengan sampah, merusak kehidupan di untuk kepentingannya. Ini merupakan
dalam laut dengan membuang limbah, tragedi nyata bangsa ini. Potret kehidupan
racun, dan bom ke laut. Seperti itulah bangsa Indonesia yang sampai saat ini masih
kenyataannya. tertinggal jauh oleh negara-negara lain
akibat kemiskinan, kebodohan, kejahatan,
/Selamat idul fitri, burung-burung/ dan kelaparan dimana-dimana. Walaupun
kita semua tahu, Indonesia begitu kaya dan
/Maafkanlah kami/ berpotensi tetapi kita selalu terbelakang
karena penguasa-penguasa yang tamak dan
Dalam baris kelima seperti kutipan puisi egois. Sehingga perasaan yang akan
diatas, kami-lirik mengucapkan selamat idul dirasakan pembaca ikut dalam keresalahan
fitri dan meminta maaf kepada burung- dalam rasa bersalah pada diri sendiri
burung karena tidak menjaga dan dengan  penggambaran dari bait yang
merawatnya melainkan membunuhnya mengungkapkan para pemimpin.
secara luar dan membinasakan habitatnya.
Tampak terlihat jelas keberingasan manusia /Selamat idul fitri, rakyat/
terhadap alamnya.
/Maafkanlah kami/
/Selamat idul fitri, tetumbuhan/
Dalam kutipan baris terakhir puisi “Selamat
/Maafkanlah kami/ Idul Fitri” karya A Mustofa Bisri ini.
Kamai-lirik berperan sebagai penguasa yang
seakan-akan meminta maaf dan merasa
bersalah kepada rakyat karena tidak henti- /Kami mengeruhkanmu/
hentinya mempergunakan rakyat sebagai
alat untuk kepentingannya dan kesejahteraan /Selama ini/
hidupnya. Banyak mengumbar kata manis
dan janji-janji palsu untuk kepentingan /Memberangusmu/
rakyat tetapi hasilnya nol. Mereka justru
mengacuhkan dan tidak memperdulikan /Tidak puas-puas/
aspirasi, nasib, dan keluhan rakyatnya. Yang
mereka pikirkan hanya kekuasaan dan harta /Kami menebasmu/
untuk kehidupannya, mengambil hak yang
seharusnya milik rakyat dan memanipulasi /Tidak habis-habis/
segala sesuatunya. Jadi apakah kata maaf itu
mampu memecahkan semua permasalahan /Kami membiarkanmu/
manusia (antara penguasa dan rakyat) yang
hanya diucapkan saat idul fitri?  karena Kata /Tidak sudah-sudah/
maaf yang diucapkan kami-lirik mampu
diucapkan oleh semua orang, namun /Kami mempergunakanmu./
bagaimana penguasa mempertanggung
jawabkan apa yang telah mereka lakukan Imaji kinestetik ini bahwa pada puisi
kepada rakyat, itulah yang terpenting. “Selamat Idul Fitri” penyair dalam puisinya
Karena rakyat tidak akan hidup layak hanya kita dapat membaca kata bumi, langit,
dengan kata maaf, bangsa ini tidak akan mentari, laut, burung-burung, tetumbuhan
pernah maju hanya dengan maaf yang sebagai metafor yang secara personifikasi,
diucapkan satu kali dalam setahun.  Dalam karena seolah-olah bisa berprilaku,
baris terakhir puisi ini penyair berperasaan, dan memiliki perasaan seperti
menyampaikan kritik sosial yang amat manusia. Sehingga dapat menjadi cermin,
menyentuh yang terjadi di Indonesia sebagai bagaimana potret kehidupan bangsa ini,
bentuk dari perwakilan yang dirasakan oleh yang tidak pernah bersyukur dengan apa
rakyat yang terdapat pada diri pembaca. yang tuhan beri dan karuniakan kepada
orang-orang di bangsa ini. Mereka selalu
 Imaji kinestetik merasa tidak cukup dengan apa yang mereka
miliki, untuk itu mereka terus mencari
/Tidak semena-mena/ dengan cara apapun hingga menjadi
keserakahan dan ketamakan yang mendarah
/Kami memperkosamu/ daging hingga saat ini. Penyair memberikan
sebuah pesan di dalam puisi tersebut, agar
/Tidak henti-hentinya/ pembaca berpikir, berpikir untuk
memperbaiki hidup dan lebih bersyukur
/Kami mengelabukanmu/ serta menghargai apa yang mereka miliki
saat ini, berpikir untuk maju, berpikir untuk
/Tidak bosan-bosan/ lebih memperhatikan orang lain dan
lingkungannya, dan berpikir untuk lebih
/Kami mengaburkanmu/ baik. Dalam perspektif ini, hal-hal yang
bersifat individual dan sosial merupakan
/Selama ini/ satu-kesatuan, bukan saja karena individu
merupakan anggota sosial, melainkan
terutama karena individu harus Maka puisi-puisi Musofa Bisri adalah
mengekspresikan dan merefleksikan dirinya refleksi dari kesadaran sosio-religiusnya
secara sosial. Demikianlah maka ibadah dalam bahasa yang penuh tenaga: keras,
yang paling personal pun harus memberikan ironis, dalam, dan jenaka. Mustofa Bisri
dampak sosial secara konkret. adalah sosok manusia dengan kedalaman
visi seorang ulama dan ketajaman intuisi
 Kata konkret seorang penyair. Itulah yang bisa
digambarkan dari penyair A. Mustafa Bisri
Hasil kerja dari ucapan selamat idul fitri dengan puisi “Selamat Idul Fitri” yang
dialamatkan kepada lawan bicaranya seperti menunjukkan perasaan sunyi dan rasa
bumi, langit, mentari, laut, burung-burung, bersalah dalam dimensi sosial yang terlihat
dan tumbuh-tumbuhan. Semua lawan bicara samar-samar.
tersebut tidak hanya mengacu pada
pengertian leksikalnya, melainkan juga pada  Rima
pengertian konotatifnya, pada makna
kontekstualnya dari makna yang memiliki             Rima adalah persamaan bunyi pada
kemungkinan untuk memperluas cakupan puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
yang dikandungnya. Maka dalam hal ini ada puisi.
sisi religius yang yang menunjukkan kritik
sosial bahwa dalam puisi ini A. Mustrofa Selamat Idul Fitri
Bisri memperlihatkan hubuingan vertikal
(kepada Tuhan) dengan penciptaannya, serta Selamat idul fitri, bumi
Horizontal (kepada lingkungan sosial)
dengan pemanfaatan penciptaan Tuhan Maafkan kami
untuk kesejateraan bersama.
Selama ini
 Bahasa figurative
Tidak semena-mena
Perrine menyatakan bahwa bahasa figurative
dipandang lebih efektif untuk menyatakan Kami memperkosamu
apa yang dimaksud oleh penyair karena (1)
bahasa figuratif mampu menghasilkan Selamat idul fitri, langit
kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif
adalah cara untuk menghasilkan imaji Maafkanlah kami
tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak
jadi konkret dan menjadikan puisi lebih Selama ini
nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif  adalah
cara menambah intensitas perasaan pada Tidak henti-hentinya
penyair untuk puisinya dan menyampaikan
sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah Kami mengelabukanmu
cara untuk mengonsentrasikan makna yang
hendak disampaikan dan cara Selamat idul fitri, mentari
menyampaikan sesuatu yang banyak dan
luas dengan bahasa yang singkat. [8] Maafkanlah kami

Selama ini
Tidak bosan-bosan Tidak sudah-sudah

Kami mengaburkanmu Kami  mempergunakanmu.

Selamat idul fitri, laut             Puisi ini dapat digolongkan dalam
puisi berima semi tertutup dan rima datar.
Maafkanlah kami Karena suku akhirnya termasuk suku
tertutup dengan vokal yang sama yaitu vokal
Selama ini u (rima semi tertutup) dari kata berakhiran -
mu dan kata – kata yang berima terdapat
Kami mengeruhkanmu pada baris yang sama (rima datar). Seperti:
/tetumbuhan/, dan / para pemimpin/. Serta
Selamat idul fitri, burung-burung adanya repetisi atau pengulangan kata dan
frasa di setiap bait dari awal sampai akhir,
Maafkanlah kami memiliki arti tersendiri, memberikan
penekanan dan meyakinkan. Seperti:
Selama ini Selamat

Memberangusmu  Kesimpulan Analisis

Selamat idul fitri, tetumbuhan Bahwa puisi Selamat Idul Fitri karya
A.Mustafa Bisri ini sebuah ungkapan yang
Maafkanlah kami berisi kritik sosial yang juga menjadi
gambaran nyata dari kehidupan masa kini.
Selama ini Gambaran nyata itu diperlihatkan dari kata-
kata yang bisa dirasakan,dimanfaatkan, serta
Tidak puas-puas dapat menjadi ladang kesejahteraan manusia
yaitu bumi, langit, mentari, laut, burung-
Kami menebasmu burung, dan tumbuh-tumbuhan sebagai
lawan bicara penyair yang mewakilkan
Selamat idul fitri, para pemimpin perasaan-perasaan yang seakan-akan penyair
dapat menunjukkan rasa kekecewaan
Maafkanlah kami mereka terhadap manusia, yang seenaknya
mempergunakan kekayaan alam yang ada
Selama ini dimuka bumi ini dengan semaunya, dengan
keegoisannya, lupa bahwa kekayaan alam
Tidak habis-habis ini adalah sumber kehidupan umat manusia
dan seharusnya dapat mencapai
Kami membiarkanmu kesejahteraan antara sesama manusia atas
nikmat yang telah Allah berikan kepada
Selamat idul fitri, rakyat seluruh umat manusia di muka  bumi ini.
Jadi nikmat mana yang engkau dustakan? .
Maafkanlah kami dan itulah sifat manusia yang tidak pernah
bersyukur atas nikmat tuhan yang selalu
Selama ini mencari kekayaan di dunia lupa pada
sekelilingnya yang masih banyak
membutuhkan uluran tangan dalam dan lebih bersyukur serta menghargai apa
mempertahankan kebutuhan hidupnya. yang mereka miliki saat ini, berpikir untuk
Sebagaimana ungkapan itu juga ditunjukkan maju, berpikir untuk lebih memperhatikan
antara penguasa dan rakyat. Dimana rakyat orang lain dan lingkungannya, dan berpikir
hanya sebagai pelampiasan keegoisan para untuk lebih baik.
penguasa/pemimpin, yang memanfaatkan
rakyat demi kepentingannya seperti DAFTAR PUSTAKA
mempergunakan kekayaan sumber alam
yang semena-mena dengan merusak  Daftar Pustaka
ekosisitem alam, yang dapat merugikan
rakyat dan kebutuhan hidupnya yang Mustika, Ika. Pendekatan Objektif : Salah
dampaknya dapat dirasakan saat ini. Satu Pendekatan Menganalisis Karya
Sastra,
Maka dari itu ungkapan penyair sebagai https://ikamustika444.wordpress.com/2012/
pengingat untuk manusia dengan 11/10/pendekatan-objektif-salah-satu-
memanfaatkan peristiwa yang lumrah pendekatan-menganalisis-karya-sastra/ &nbs
dilakukan ketika Idul Fitri yaitu saling p; diakses pada tanggal 3 Juni 2020, pukul
memohon maaf kepada sesama manusia 15.41
sebagai tradisi manusia untuk  kembali suci
seperti terlahir kembali dan semua dosa- Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian
dosanya terhapuskan. Namun hal itu, hanya Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University
ungkapan yang sifatnya sementaara yang di Press, 2002)
ucapkan satu kali dalam setahun, tapi
perubahan dalam perilaku manusia sama Sulkifli dan Marwati, KEMAMPUAN
saja tidak berubah, jika sudah tergiur akan MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP
kekuasaan dan lupa pada daratan, seperti NEGERI SATU ATAP 3 LANGGIKIMA
hasrat penguasa/pemimpin yang banyak KABUPATEN KONAWE UTARA, 
mengumbar kata manis dan janji-janji palsu http://ojs.uho.ac.id/index.php/BASTRA/artic
untuk kepentingan rakyat tetapi hasilnya nol. le/view/105, diakses pada tanggal 3 Juni
Mereka justru mengacuhkan dan tidak 2020, pukul 15.41
memperdulikan aspirasi, nasib, dan keluhan
rakyatnya. Yang mereka pikirkan hanya Luxemburg, Jan Van. Tentang Sastra,
kekuasaan dan harta untuk kehidupannya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1989).
mengambil hak yang seharusnya milik
rakyat dan memanipulasi segala sesuatunya. Djoko Damono, Sapardi . Bilang Begini
Ini merupakan tragedi nyata bangsa ini. Maksudnya Begitu, (Jakarta: PT. Gramedia,
Potret kehidupan bangsa Indonesia yang 2016)
sampai saat ini masih tertinggal jauh oleh
negara-negara lain akibat kemiskinan, Alfitiana, Wulan. analisis puisi A mustofa
kebodohan, kejahatan, dan kelaparan Bisri “Selamat Idul Fitri”,
dimana-dimana. Walaupun kita semua tahu, http://wulanalfitiana.blogspot.com/2012/04/
Indonesia begitu kaya dan berpotensi tetapi analisis-puisi-mustofa-bisri-selamat.html,
kita selalu terbelakang karena penguasa- diakses pada tanggal 5 Juni 2020, pukul
penguasa yang tamak dan egois. Dengan 11.33.
begitu, puisi ini berpesan agar pembaca
berpikir, berpikir untuk memperbaiki hidup
[1]  Ika Mustika, Pendekatan Objektif :
Salah Satu Pendekatan Menganalisis Karya
Sastra,

https://ikamustika444.wordpress.com/
2012/11/10/pendekatan-objektif-salah-satu-
pendekatan-menganalisis-karya-sastra/  
diakses pada tanggal 3 Juni 2020, pukul
15.41

[2] Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian


Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2002) h. 37

[3]  Sulkifli dan Marwati, KEMAMPUAN


MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI SATU ATAP 3

LANGGIKIMA KABUPATEN KONAWE


UTARA,

 http://ojs.uho.ac.id/index.php/BASTRA/
article/view/105, diakses pada tanggal 3 Juni
2020, pukul 15.41

[4] Sapardi Djoko Damono, Bilang begini


maksudnya begitu, (Jakarta: PT. Gramedia:
2016) h. 3.

[5]  Jan van Luxemburg,  Tentang Sastra,


(Jakarta: PT. Intermasa, 1989). H. 71.

[6]  Ibid, h. 72

[7]  Ibid, h.73

[8]  Wulan alfitiana, analisis puisi A mustofa


Bisri “Selamat Idul Fitri”,
http://wulanalfitiana.blogspot.com/2012/04/
analisis-puisi-mustofa-bisri-selamat.html,
diakses pada tanggal 5 Juni 2020, pukul
11.33.

Anda mungkin juga menyukai