Anda di halaman 1dari 4

No.

23 Sahirudin

MATERI/BAHAN AJAR

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia


Sekolah : SMP SATAP SMP Negeri 2 Kambowa
Kelas/ Semester : VIII/Gasal
Materi pokok : Unsur-unsur Puisi
Alokasi waktu : 6 X 40 menit (2 kali pertemuan)

A. Kompetensi Inti :

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.8 Menelaah unsur-unsur pembangun 3.8.1 Mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi
teks puisi (perjuangan, lingkungan (perjuangan, lingkungan hidup, sosial, dan lain-lain) yang
hidup, kondisi sosial, dan lain-lain) diperdengarkan atau dibaca.
yang diperdengarkan atau dibaca. 3.8.2 Menganalisis unsur-unsur pembangun teks puisi
(perjuangan, lingkungan hidup, sosial, dan lain-lain) yang
diperdengarkan atau dibaca.

4.8 Menyajikan gagasan, perasaan, 4.8.1 Menulis gagasan, perasaan, pendapat dalam bentuk teks
pendapat dalam bentuk teks puisi puisi secara tulis/lisan dengan memperhatikan unsur-unsur
secara tulis/ lisan dengan pembangun puisi
memperhatikan unsur-unsur 4.8.2 Menyajikan gagasan, perasaan, pendapat dalam bentuk teks
pembangun puisi puisi secara tulis/ lisan dengan memperhatikan unsur-unsur
pembangun puisi

A. Pengertian Puisi
Para ahli sastra berusaha mendefinisikan arti puisi tetapi tidak ada satupun yang
memuaskan masyarakat akan pengertian atau definisi puisi itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh
para ahli memandang puisi dari berbagai sudut pandang dan semakin lama puisi semakin
berkembang mengikuti zaman sehingga definisi yang tepat untuk puisi itu sendiri belumlah
ditemukan.
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima “membuat” atau
poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry (Aminuddin, 2004:
134). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat
oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait (Depdiknas, 1997: 794). Thomas Chalye
yang dikutip Waluyo mengatakan puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal
(Waluyo, 1991: 23).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dirumuskan bahwa puisi adalah bentuk
karangan kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan mengekspresikan perasaan, yang
merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama secara imajinatif, dengan
menggunakan unsur musikal yang rapi, padu dan harmonis sehingga terwujud keindahan. Jadi,
puisi adalah cara yang paling indah, impresif dan yang paling efektif dari pikiran manusia dalam
bahasa emosional dan berirama.

Unsur-unsur Puisi

Sebenarnya dalam materi sastra, selain ada unsur-unsur puisi, masih ada materi lain
yang serupa tapi tak sama, yaitu unsur intrinsik-ekstrinsik cerpen dan ada pula
materi unsur drama. Masing-masing memiliki kesamaan dan perbedaan unsur yang
membangunnya.

Unsur-unsur puisi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fisik dan batin.

1. Unsur Fisik Puisi

Unsur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi yang bersifat fisik atau nampak dalam
bentuk susunan kata-katanya. Struktur fisik puisi terdiri dari beberapa macam, yaitu:

(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak
selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut
sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan
banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata
dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh
(imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar,
dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau
lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan
hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor,
tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan


efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi
prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif
disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile,
personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme,
antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga
paradoks.

(6) Verifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum.

 Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi. Rima mencakup:

1. Onomatope adalah kata tiruan bunyi, msl "kokok" merupakan tiruan bunyi ayam,
"cicit" merupakan tiruan bunyi tikus.
2. Bentuk intern pola bunyi yang terdiri dari aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi
(kata), dan sebagainya.
3. Pengulangan kata/ungkapan.

 Ritma (ritme; irama) adalah alunan yg terjadi krn perulangan dan pergantian
kesatuan bunyi dl arus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi
rendah nada; ritme
 Metrum adalah ukuran irama yg ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan
suku kata dl setiap baris; pergantian naik turun suara secara teratur, dng
pembagian suku kata yg ditentukan oleh golongan sintaksis

2. Unsur Batin Puisi


Unsur batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak langsung dalam penulisan
kata-katanya. Struktur batin puisi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(1) Tema/makna (sense)


Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yg dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang,
menggubah/mengarang sajak, dsb). Media puisi adalah bahasa. Maka puisi harus bermakna, baik
makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

(2) Rasa (feeling)


Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair,
misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada
kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih
banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk
oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(3) Nada (tone),


Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.

(4) Amanat/tujuan/maksud (itention), Amanat adalah gagasan yg mendasari karya sastra;


pesan yg ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Sadar ataupun tidak,
ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum
penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

Referensi

https://zlen.wordpress.com/2013/05/22/unsur-pembangun-puisi/

Lahumoko, Oktober 2018

Mengetahui,
Kepala SMP SATAP SMPN 2 Kambowa Pendidik Mata Pelajaran,

Asrul Suleman, S.Pd. Sahirudin, S.Pd.


NIP 19751209 200903 1 002 NIP 19910101 201503 1 003

Anda mungkin juga menyukai