…
(Sutardji Calzoum Bachri)
Matriks atau kata kunci puisi di atas adalah kata tanah air dan air mata.
Kata tanah air dan air mata sebagai kata kunci dapat mengantarkan kepada
pemahaman terhadap keseluruhan makna yang terkandung dalam puisi tersebut.
Kata tanah air dapat diartikan sebagai negara, tanah kelahiran, atau tempat
kediaman atau sesuatu yang harus diperjuangkan untuk kemaslahatan bersama.
Air mata merupakan simbol kedukaan, tangis kesedihan, dan kesengsaraan batin.
Dengan penemuan kata kunci inilah akan memudahkan penafsir puisi untuk
memaknainya.
Pembacaan Semiotik
Selain penentuan matriks, pemaknaan terhadap puisi dapat dilakukan juga
dengan cara pembacaan semiotik. Proses pembacaan semiotik untuk memaknai
puisi dilakukan dengan dua tahap. Kedua tahap tersebut adalah pembacaan secara
heuristik dan pembacaan secara retroaktif atau heurmenitik.
a. Pembacaan Heuristik
Pembacaan heuristik dapat dikatakan sebagai pembacaan pelacakan makna
puisi karena kegiatan ini menekankan pada struktur normatif bahasa sebagai
sistem tanda. Pembacaan ini didasarkan atas konvensi bahasa sesuai dengan
kedudukannya sebagai sistem semiotik tingkat pertama. Oleh karena itu,
pembacaan heuristik hanya menitikberatkan pada hal-hal lahiriah dari puisi.
Bahasa dalam puisi umumnya tidak mengikuti kaidah-kaidah konvensional
kebahasaan. Bahasa puisi menyimpang dari penggunaan bahasa secara normatif.
Bahasa puisi merupakan suatu ketidakotomatisan atau ketidakbiasaan. Ini
merupakan sifat kepuitisan yang dapat dialami secara empiris (Hawkes, 1978: 62).
Penyimpangan penggunaan bahasa dalam puisi dari sistem bahasa normatif sering
terjadi misalnya, berupa penghilangan imbuhan, pemendekan kata, penyimpangan
struktur sintaksis, penghapusan tanda baca, penggabungan kata, pemutusan kata,
penggunaan kata-kata lama atau baru.
Dengan adanya pembacaan heuristik, sebuah puisi akan terlihat
sebagaimana penggunaan bahasa secara normatif. Penyisipan imbuhan,
penambahan kata, penggunaan tanda baca dilakukan dalam pembacaan heuristik.
Hal itu dilakukan agar hubungan antarkalimat dalam puisi menjadi jelas. Oleh
karena itu, dalam pembacaan heuristik ini semua yang tidak biasa dibuat menjadi
biasa atau harus dinaturalisasikan sesuai dengan bahasa normatif.
Apapun yang dilakukan dalam pembacaan heuristik akan tetap
mempertahankan bahasa asli puisi. Susunan puisi tetap dijaga seperti sediakala.
Penambahan yang dilakukan dengan cara membubuhkan tanda kurung untuk
menandai bahwa yang terdapat di dalam kurung tersebut merupakan unsur
tambahan. Dengan penggunaan tanda kurung yang mengapit komponen tambahan
akan tampak bagian-bagian yang ditambahkan dari kata-kata atau baris-baris
dalam puisi.
b. Pembacaan Retroaktif
Puisi sesuai dengan konvensinya menyatakan suatu gagasan secara tidak
langsung. Bahasa dalam puisi banyak menggunakan kiasan, tanda-tanda visual,
atau konvensi-konvensi lainnya. Untuk memaknai puisi dapat juga dilakukan
dengan pembacaan retroaktif. Pembacaan retroaktif atau heurmenitik merupakan
kaji (pembacaan) ulang dari awal sampai akhir dengan penafsiran atau pembacaan
heurmenitik.
Pembacaan retroaktif merupakan kelanjutan dari pembacaan heuristik.
Puisi, pada pembacaan ini, diinterpretasikan sesuai dengan simbol dan lambang
sesuai dengan konvensi puisi. Pembacaan retroaktif berusaha menafsirkan hal-hal
yang terkandung di dalam sebuah puisi seperti makna denotasi konotasi, bahasa
kiasan, citraan, gaya bahasa retoris, matriks, dan lain-lain sesuai dengan konvensi
pemaknaan terhadap karya sastra. Dengan pembacaan retroaktif akan muncul
makna-makna yang terkandung dalam puisi sebagai hasil interpretasi. Oleh karena
itu, pembacaan retroaktif dalam kajian semiotik dapat dikatakan sebagai kajian
komprehensif terhadap puisi.
Nilai Karakter
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1).
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-
nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Sedangkan karakter adalah nilai kebajikan akhlak dan moral
yang terpatri, yang menjadi nilai intrinsik dalam diri manusia yang melandasi
pemikiran, sikap, dan perilakunya. Karakter bangsa Indonesia merupakan
kristalisasi nilai-nilai kehidupan nyata bangsa Indonesia yang merupakan
perwujudan dan pengamalan Pancasila.
Pada hakekatnya pendidikan Karakter merupakan pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan
keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik & mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Rencana Aksi
Nasional Pendidikan Karakter, 2010). Dalam proses pendidikan karakter, secara
aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses
internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam
bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih
sejahtera, dan mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang
membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: (1) mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan
berprilaku baik; (2) membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; (3)
mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri,
bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan kebangsaan
yang multikultural dan bermartabat; (2) membangun peradaban bangsa yang
cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan
kehidupan ummat manusia; (3) membangun sikap warganegara yang cinta
damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain
secara harmonis.
Tujuan pendidikan karakter di SMA pada intinya adalah untuk:
1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa;
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius;
3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa;
4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta
dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Pendidikan karakter di SMA berfungsi sebagai (1) pengembangan potensi,
(2) perbaikan generasi, dan (3) penyaring budaya.
1. Pengembangan potensi. Pendidikan budaya dan karakter bangsa berfungsi
mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berhati baik, berpikiran baik,
dan berperilaku baik;
2. Perbaikan generasi. Pendidikan budaya dan karakter bangsa memperkuat dan
membangun perilaku bangsa yang multikultur untuk menjadi bangsa yang
bermartabat; dan
3. Penyaring budaya. Pendidikan budaya dan karakter bangsa menyaring budaya
yang negatif dan menyerap budaya yang lebih sesuai dengan karakter bangsa,
untuk meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia.
Pendidikan karakter di SMA adalah kegiatan sekolah; oleh karenanya
harus dilakukan secara bersama oleh semua warga sekolah, yaitu kepala sekolah
sebagai pengelola pendidikan, semua pendidik melalui pembelajaran dan
pengembangan diri, tenaga administrasi dalam melayani/menunjang administrasi
pendidikan, dan semua peserta didik sebagai subjek pendidikan, didukung dengan
pengkondisian sekolah sehingga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
budaya/kultur sekolah (school culture).
Pendidikan karakter bangsa merupakan tanggungjawab bersama bangsa
Indonesia. Oleh karena itu pendidikan karakter harus dilakukan melalui
berbagai media yaitu keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah,
dunia usaha, dan media massa.
Merujuk berbagai sumber, nilai-nilai karakter sangat kompleks namun
pada dasarnya merupakan perpaduan dari pengembangan olah hati (spiritual and
emotional development), olah pikir (intellectual development), olah raga
(physical and kinesthetic development), serta olah rasa dan karsa (affective and
creativity development).
Menurut Lickona (2004) terdapat sepuluh kebajikan (virtues) yang
membentuk karakter kuat seseorang, yaitu : (1) kebijaksanaan (wisdom); (2)
keadilan (justice); (3) keteguhan (fortitude); (4) kontrol diri (self-control); (5) cinta dan
kasih sayang (love); (6) perilaku positif (positive attitude); (7) kerja keras (hard work) dan
kemampuan mengembangkan potensi (resourcefulness); (8) Integritas (integrity); (9) rasa
terimakasih (gratitude); (10) kerendahan hati (humility). Sedangkan Suyanto (2010)
mengelompokkan sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur
universal, yaitu: (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) kemandirian dan
tanggungjawab; (3) kejujuran/amanah, diplomatis; (4) hormat dan santun; (5)
dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; (6) percaya diri
dan pekerja keras; (7) kepemimpinan dan keadilan; (8) baik dan rendah hati; (9)
toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa
Indonesia dilandasi sumber-sumber agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional. Berdasarkan keempat sumber tersebut telah diidentifikasi 18
nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui pendidikan karakter di satuan
pendidikan, seperti tertera pada tabel berikut.
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Balitbang, Puskur (2010)
NO NILAI DESKRIPSI
1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya.
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya. Toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
NO NILAI DESKRIPSI
agama lain.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9 Rasa ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
tahu mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10 Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
Kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11 Cinta Tanah Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
Air kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
12 Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
Prestasi menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
13 Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
Komunikatif bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15 Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
Membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16 Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
Lingkungan kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18 Tanggung- Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
jawab dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Keseluruhan nilai-nilai karakter yang disebutkan di atas tidak harus
dikembangkan secara serentak. Sekolah dapat memilih dan menentukan prioritas
nilai-nilai yang akan dikembangkan setelah melakukan analisis konteks sesuai
dengan kondisi sumber daya yang terdapat di masing-masing sekolah, kebutuhan
peserta didik yang dilayani, karakteristik mata pelajaran, bahan kajian, dan
hakikat kompetensi setiap mata pelajaran. Implementasi nilai-nilai karakter yang
akan dikembangkan dapat dimulai dari nilai-nilai yang esensial, sederhana, dan
mudah dilaksanakan, seperti: bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
Contoh Analisis Semiotik dan Nilai Karakter Puisi 99 Untuk Tuhanku
karya Emha Ainun Nadjib
“0”
Tuhanku
kususun 99ku
agar sampai pada 0
dan kulahirkan kembali 1-ku
sampai 99ku yang baru.
Tuhanku
kususun 99 nafasku
untuk meniru-Mu
mendekati watak-Mu
dan menjadi hati-Mu.
Tuhanku
ini bukan puisi
bukan keindahan
ini hanya cinta sunyi
yang jadi menggelikan
karena kuucapkan.
Tuhanku
aku hanya kepunyaan-Mu
aku tidak asli
aku tak sejati
aku hanya mulut-Mu
jiwa menganga
menunggu-Mu tiba
dari dunia ke dunia
dari semesta ke semesta.
Analisis Unsur Puisi
a. Makna Kata
Secara keseluruhan, puisi ini menggunakan kata-kata yang umum
digunakan sehingga mudah dipahami. Ada beberapa kata yang perlu mendapat
penegasan khusus berkaitan dengan makna denotatif dan konotatif. Kata-kata
tersebut adalah 99, nafasku, puisi, cinta sunyi, jiwa menganga. Hal tersebut
dilakukan untuk mempermudah pemahaman terhadap makna yang terkandung.
Kata 99 pada puisi ini dapat bermakna kesempurnaan dan kebaikan. Jika
dikaitkan dengan angka atau hitungan, 99 merupakan angka yang sangat tinggi
dalam hitungan yang mendekati kesempurnaan yaitu angka 100. Islam mengenal
99 asmaul husna yang merupakan 99 nama/asma Tuhan yang baik dan sempurna.
Asmaul husna menjelaskan nama Tuhan dan sifat-sifat kebaikan dan
kesempurnaan yang dimiliki-Nya.
Kata nafasku pada puisi tersebut dapat bermakna hidup dan kehidupan si
aku lirik. Kata nafas bermakna udara yang dihirup. Manusia yang hidup pasti akan
bernafas, maka kata nafas yang terdapat pada puisi tersebut dapat dimaknai
sebagai hidup dan berbagai hal yang dialami dalam kehidupan seseorang manusia,
dalam hal ini si aku lirik.
Kata puisi bermakna karangan kesusastraan yang berbentuk sajak (syair,
pantun, dsb) (Poerwadarminta, 2011: 915). Kata puisi pada puisi tersebut dapat
bermakna kata-kata indah yang disusun oleh si aku lirik.
Frasa cinta sunyi pada puisi tersebut dapat dimaknai sebagai perasaan
cinta yang sunyi si aku lirik terhadap Tuhannya. Cinta yang sunyi bermakna
bahwa perasaan cinta yang dialami oleh si aku lirik tidak diungkapkan dalam
bentuk kata-kata atau pernyataan yang tegas tetapi hanya dalam sebuah kesunyian
atau diam.
Frasa jiwa menganga pada puisi ini bermakna roh manusia atau
kehidupan batin manusia yang menganga. Menganga yang dimaksud pada puisi
ini adalah terbuka terhadap segala sesuatu yang mungkin akan datang atau
diperoleh dari Tuhannya. Dengan kata lain, si aku lirik siap menerima apapun
yang akan terjadi padanya dengan sepenuh hati, jiwa, dan batinnya selama itu
berasal dari Tuhannya.
b. Citraan
Citraan merupakan salah satu efek yang tergambarkan dari larik-larik
puisi. Dengan adanya citraan, puisi akan semakin dinikmati pembacanya. Dalam
larik-larik puisi ini terdapat tiga jenis citraan. Ketiga jenis citraan tersebut adalah
citraan gerak, perasaan, dan pemikiran.
Citraan gerak terdapat pada ungkapan /Tuhanku/ kususun 99ku/ agar
sampai pada 0/ dan kulahirkan kembali 1-ku/ sampai 99ku yang baru./. Ungkapan
tersebut sangat jelas menimbulkan kesan sesuatu yang dilakukan, yang
membutuhkan gerak dari si aku lirik yaitu kususun dan kulahirkan. Ungkapan
/Tuhanku/ kususun 99 nafasku/ untuk meniru-Mu/ mendekati watak-Mu/ dan
menjadi hati-Mu./ juga menimbulkan kesan gerak yang dilakukan oleh si aku lirik
yaitu kususun, meniru-Mu, mendekati watak-Mu, menjadi hati-Mu. Selain itu,
pada baris-baris terakhir yaitu pada ungkapan /jiwa menganga/ menunggu-Mu
tiba/ dari dunia ke dunia/ dari semesta ke semesta./ terdapat pula kesan gerak
yang dilakukan oleh si aku lirik yaitu menganga dan menunggu-Mu tiba.
Selain citraan gerak, citraan perasaan pun terdapat pada puisi ini dengan
munculnya ungkapan /Tuhanku/ ini bukan puisi/ bukan keindahan/ ini hanya cinta
sunyi/ yang jadi menggelikan/ karena kuucapkan./. Pada ungkapan tersebut jelas
terdapat kesan perasaan batin si aku lirik yaitu dengan munculnya bukan puisi,
bukan keindahan, hanya cinta sunyi, dan yang jadi menggelikan. Perasaan yang
dominan muncul pada ungkapan tersebut adalah rasa cinta yang sunyi si aku lirik
terhadap Tuhannya.
Pada puisi tersebut muncul pula citraan pemikiran dengan adanya
ungkapan /Tuhanku/ aku hanya kepunyaan-Mu/ aku tidak asli/ aku tak sejati/ aku
hanya mulut-Mu/. Pada ungkapan tersebut muncul kesan pemikiran yang terjadi
dalam pikiran si aku lirik. Kesan tersebut muncul yaitu dengan adanya pernyataan
si aku lirik bahwa dirinya hanya kepunyaan Tuhan melalui ungkapan aku hanya
kepunyaan-Mu. Aku tidak asli aku tak sejati aku hanya mulut-Mu merupakan
ungkapan yang menunjukkan bahwa hal tersebutlah yang muncul dalam pikiran si
aku lirik. Si aku lirik berpikir bahwa dia tidaklah asli dan bukanlah sesuatu yang
sejati, Tuhanlah yang asli dan sejati. Si aku lirik juga berpikir bahwa dia tidak
dapat melakukan atau mengatakan apapun dengan ungkapan aku hanya mulut-
Mu. Tuhanlah yang mengatur si aku lirik untuk dapat berkata-kata dan melakukan
semua yang dialaminya dalam kehidupan.
c. Gaya Bahasa Retoris
Gaya bahasa retoris yang terdapat pada puisi “0” adalah gaya bahasa
paralelisme dan hiperbola. Gaya bahasa paralelisme pada puisi tersebut tampak
pada kata /Tuhanku/. Paralelisme yang merupakan gaya bahasa perulangan dapat
dimaknai sebagai kesungguhan si aku lirik menyampaikan perasaan kepada
Tuhannya yaitu dengan mengulang kata Tuhanku sebanyak empat kali.
Selain paralelisme, penyair juga menggunakan gaya bahasa hiperbola
seperti tampak pada ungkapan /untuk meniru-Mu/ mendekati watak-Mu/ dan
menjadi hati-Mu./. Ungkapan tersebut mengandung hiperbola yang melebih-
lebihkan sesuatu. Kita dapat melihat terjadi peningkatan kualitas pada ungkapan
tersebut dari yang asalnya meniru-Mu, mendekati watak-Mu, sampai menjadi
hati-Mu. Pada ungkapan yang lain pun kita dapat melihat adanya hiperbola yaitu
ungkapan /aku hanya kepunyaan-Mu/ aku tidak asli/ aku tak sejati/ aku hanya
mulut-Mu/ dan ungkapan /jiwa menganga/ menunggu-Mu tiba/ dari dunia ke
dunia/ dari semesta ke semesta./.
d. Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan yang digunakan dalam puisi “0" adalah metafora, seperti
tampak pada ungkapan /kususun 99 nafasku/. 99 nafasku yang dimaksud pada
puisi tersebut bukanlah nafas yang berjumlah 99 tetapi memiliki makna lain yaitu
si aku lirik berusaha menyusun kesempurnaan hidupnya dengan menggunakan
metafora 99 nafasku. Metafora juga dapat ditemukan pada ungkapan /ini hanya
cinta sunyi/. Cinta sunyi yang dimaksud bukan cinta yang sunyi tetapi memiliki
makna lain yaitu perasaaan cinta si aku lirik yang tidak diungkapkan melalui kata-
kata melainkan dalam diam dan penuh kesunyian. Ungkapan /jiwa menganga/ pun
menggunakan metafora karena memiliki makna lain yaitu si aku lirik siap
menerima apapun yang akan terjadi padanya dengan sepenuh hati, jiwa, dan
batinnya selama itu berasal dari Tuhannya.
Pemaknaan Puisi
a. Matriks
Matriks atau kata kunci puisi “0” adalah kususun 99ku. Dengan kata
kunci tersebut, makna yang terkandung dalam puisi tersebut menjadi jelas.
Kususun merupakan gabungan dua kata aku dan susun. Aku dimaknai sebagai si
aku lirik. Susun dimaknai sebagai upaya/usaha yang dilakukan oleh si aku lirik
dengan menentukan langkah-langkah yang akan ditempuhnya. 99ku dapat
dimaknai sebagai kesempurnaan hidup yang ingin ditempuh oleh si aku lirik.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, angka 99 merupakan angka yang mendekati
sempurna bila kita mengambil hitungan 100. Selain itu, Islam mengenal 99
sebagai jumlah asma/ nama Tuhan yang dikenal dengan asmaul husna yaitu nama-
nama Tuhan yang baik dan kesempurnaan sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan.
Dengan demikian, makna kata kunci pada puisi tersebut adalah usaha yang
dilakukan oleh si aku lirik untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan hidup
sesuai yang diharapkannya.
b. Pembacaan Heuristik
Tuhanku, ku (me[N])susun 99ku agar sampai pada 0 dan ku
(me[N])lahirkan kembali 1-ku sampai 99ku yang baru. Tuhanku, ku (me[N])susun
99 nafasku untuk meniru-Mu, mendekati watak-Mu, dan menjadi hati-Mu.
Tuhanku, ini bukan(lah) (sebuah) puisi bukan (pula) keindahan. Ini hanya(lah)
cinta (yang) sunyi, yang jadi (sangat) menggelikan karena aku
(me[N])ucapkan(nya). Tuhanku, aku hanya(lah) kepunyaan-Mu aku tidak(lah)
asli, aku tak sejati, aku hanya(lah) mulut-Mu. Jiwa(ku) menganga, menunggu-Mu
tiba dari dunia ke dunia dari semesta ke semesta.
Larik-larik puisi “0” menampakkan kelengkapan struktur setelah adanya
penambahan beberapa unsur. Unsur-unsur yang menjadi tambahan dalam puisi ini
di antaranya imbuhan (me[N], -nya), partikel (-lah), klitika (-ku), pelengkap
(sebuah, pula, sangat), dan konjungsi (yang). Dengan adanya unsur tambahan
tersebut usaha untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya menjadi
lebih mudah.
Dengan lengkapnya struktur pada larik puisi tersebut tampaklah makna
yang ada di dalamnya. Makna puisi tersebut adalah usaha si aku lirik untuk
mencapai kebaikan dan kesempurnaan hidup sesuai yang diharapkannya.
Kebaikan dan kesempurnaan hidup tersebut diusahakan dengan cara mendekati
dan mengenal Tuhan lebih dekat.
c. Pembacaan Retroaktif
Pada bait pertama muncul ungkapan /Tuhanku/ kususun 99ku/ agar
sampai pada 0/ dan kulahirkan kembali 1-ku/ sampai 99ku yang baru./. Ungkapan
/Tuhanku/ menunjukkan dengan jelas bahwa si aku lirik menyapa Tuhannya.
Pernyataan-pernyataan yang diungkapkan pada puisi ini ditujukan untuk
Tuhannya bukan untuk yang lain. Ungkapan /kususun 99ku/ menggambarkan
usaha si aku lirik untuk menyusun kebaikan dan kesempurnaan hidup dan
kehidupannya. Ungkapan /agar sampai pada 0/ menggambarkan bahwa dalam
menyusun kebaikan dan kesempurnaan hidupnya, si aku lirik tidak hanya
melakukannya sekali saja. Si aku lirik ketika telah mencapai satu kebaikan dan
kesempurnaan, dia kembali menyusun mulai dari nol lagi kebaikan dan
kesempurnaan yang lainnya. Ditambah dengan ungkapan /dan kulahirkan kembali
1-ku/ semakin jelas si aku lirik secara bertahap menyusun kembali kebaikan dan
kesempurnaan hidupnya. Diakhiri dengan ungkapan /sampai 99ku yang baru/,
semakin tampak jelas bahwa si aku lirik berusaha untuk mencapai kebaikan dan
kesempurnaan yang baru. Dari ungkapan-ungkapan tersebut maka jelaslah bahwa
si aku lirik menyampaikan pada Tuhannya bahwa si aku lirik berusaha mencapai
kebaikan dan kesempurnaan dalam hidup dan kehidupannya. Dalam usahanya
untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan hidup dan kehidupannya tersebut, si
aku lirik melakukannya dengan penuh kesungguhan dan secara terus-menerus
tidak pernah berhenti.
Pada bait kedua muncul ungkapan /Tuhanku/ kususun 99 nafasku/ untuk
meniru-Mu/ mendekati watak-Mu/ dan menjadi hati-Mu/. Pada bait ini, si aku lirik
kembali menyapa Tuhannya dengan ungkapan /Tuhanku/. Ungkapan /kususun 99
nafasku/ mengandung makna bahwa si aku lirik berusaha menyusun kebaikan dan
kesempurnaan dalam hidup dan kehidupannya. Dalam usahanya menyusun
kebaikan dan kesempurnaan dalam hidup dan kehidupannya tersebut, si aku lirik
memiliki tujuan yaitu untuk dekat dengan Tuhannya bahkan si aku lirik sangat
ingin dekat dengan Tuhannya. Si aku lirik ingin meniru sifat-sifat yang dimiliki
oleh Tuhannya. Keinginan untuk dekat dengan Tuhannya tersebut diungkapkan
melalui /untuk meniru-Mu/ mendekati watak-Mu/ dan menjadi hati-Mu/.
Pada bait selanjutnya muncul ungkapan /Tuhanku/ ini bukan puisi/ bukan
keindahan/ ini hanya cinta sunyi/ yang jadi menggelikan/ karena kuucapkan/.
Ungkapan tersebut memiliki makna bahwa si aku lirik dalam mencintai Tuhannya
tidak dengan cara yang muluk-muluk, tidak dengan kata-kata indah, tidak pula
dengan hal-hal yang berlebihan, tetapi cukup dengan cinta yang sunyi. Di bagian
lain, si aku lirik juga merasa bahwa cinta sunyinya jadi menggelikan atau menjadi
hal yang lucu karena si aku lirik mengucapkannya melalui puisi ini.
Pada bait terakhir, terdapat ungkapan /Tuhanku/ aku hanya kepunyaan-
Mu/ aku tidak asli/ aku tak sejati/ aku hanya mulut-Mu/ jiwa menganga/
menunggu-Mu tiba/ dari dunia ke dunia/ dari semesta ke semesta/. Ungkapan
tersebut dapat dimaknai sebagai pengakuan atau pernyataan si aku lirik bahwa si
aku lirik hanyalah milik Tuhannya. Si aku lirik juga mengakui dan menyatakan
bahwa dirinya bukanlah sesuatu yang asli dan bukan pula sesuatu yang sejati. Si
aku lirik dalam melakukan apapun dalam kehidupannya selalu berdasarkan apa
yang diperintahkan Tuhannya. Kesiapan batin atau jiwa si aku lirik sangat terbuka
untuk bertemu dengan Tuhannya di manapun si aku lirik berada. Hal tersebut
dapat terlihat pada ungkapan terakhir puisi ini yaitu /jiwa menganga/ menunggu-
Mu tiba/ dari dunia ke dunia/ dari semesta ke semesta/.
Nilai Karakter
Setelah melakukan pengkajian semiotik terhadap puisi “0”, kita dapat
menemukan maknanya secara keseluruhan. Dari makna yang telah diperoleh, kita
dapat menemukan nilai karakter yang terkandung pada puisi tersebut. Adapun
nilai karakter yang terdapat pada puisi “0” di antaranya yaitu: religius, jujur,
disiplin, dan kerja keras.
Nilai religius dapat kita lihat dari hampir semua kata yang digunakan
pada puisi tersebut. Suasana religius sangat kental terasa pada puisi tersebut. Salah
satu di antaranya yaitu dengan munculnya kata Tuhanku sebanyak empat kali pada
puisi tersebut. Hal tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa puisi tersebut
bernilai religius. Ditambah lagi dengan munculnya ungkapan /meniru-Mu/
mendekati watak-Mu/ menjadi hati-Mu/, juga kata kepunyaan-Mu, mulut-Mu, dan
menunggu-Mu, semakin menambah suasana religius yang semakin kental.
Nilai jujur dapat kita lihat dari ungkapan /Tuhanku/ ini bukan puisi/
bukan keindahan/ ini hanya cinta sunyi/ yang jadi menggelikan/ karena
kuucapkan/ dan ungkapan /aku tidak asli/ aku tidak sejati/. Pernyataan atau
pengakuan tersebut dapat dimaknai sebagai kejujuran si aku lirik dalam menilai
keadaan dirinya. Si aku lirik menilai dirinya apa adanya tanpa ada yang ditambah-
tambahkan.
Nilai disiplin dan kerja keras yang terdapat pada puisi ini dapat dilihat
dari munculnya ungkapan /Tuhanku/ kususun 99ku/ agar sampai pada 0/ dan
kulahirkan kembali 1-ku/ sampai 99ku yang baru/ Tuhanku/ kususun 99 nafasku/
untuk meniru-Mu/ mendekati watak-Mu/ dan menjadi hati-Mu/ dan juga ungkapan
/jiwa menganga/ menunggu-Mu tiba/ dari dunia ke dunia/ dari semesta ke
semesta./. Ungkapan tersebut menunjukkan kedisiplinan dan kerja keras yang
dilakukan si aku lirik dalam menyusun kehidupannya. Si aku lirik melakukannya
secara bertahap dan penuh kesungguhan. Hal-hal yang dilakukan si aku lirik
secara bertahap tersebut merupakan nilai disiplin yang sangat jelas tampak pada
puisi tersebut dan kesungguhan si aku lirik dapat dijadikan sebagai nilai kerja
keras yang dilakukannya pada puisi tersebut.
LEMBAR KERJA SISWA
Tugas/Perintah
1. Bacalah puisi berikut dengan teliti!
1
Tuhanku
kuawali setiap langkahku
dengan asma-Mu
ampunilah kami
yang selalu merasa punya nama
yang tak kunjung tahu
bahwa segala sesuatu
akan hanya tinggal Satu.
Tuhanku
adapun di antara beribu mimpiku
cuma satu yang sejati
ialah di nafas-Mu
aku menyertai.
Tuhanku
jika haq bagi-Mu
perkenankan aku
tinggal di dalam diri-Mu
agar sesudah lahirku
yang ini
dan yang nanti
takkan mati.
Jawaban:
1. Unsur-unsur puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Makna puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Kelompok : ….....……………….
Anggota : 1. …………….........
2. …………….........
3. …………….........
4. …………….........
5. …………….........
LEMBAR KERJA SISWA
Tugas/Perintah
1. Bacalah puisi berikut dengan teliti!
2
Tuhanku
Engkaulah cahaya langit dan bumi
pasti, sebab siapa yang lain lagi?
tapi lihatlah
kami kejar cahaya
hanya karena diam-diam khawatir, akan tiada.
kami benci kegelapan
luput dari yang ia tawarkan.
Tuhanku betapa dangkal !
dan kedangkalan, sungguh
adalah kefakiran yang sebenarnya.
kami tak gentar pada apa pun
di bawah tangan-Mu, tapi Kau tahu
Tuhanku
kami sendiri yang menciptakan
ancaman-ancaman bagi hidup kami
kami sendiri yang menyulut api
yang membakar usia kami
kami sendiri yang membangun
kesempitan di tengah keluasan ini
kami sendiri yang membikin bumerang
yang menikam perut kami
serta perut anak-anak kami.
Tuhanku
pantaskah kami mohon ampunan
di hadapan kemurahan-Mu
Jawaban:
1. Unsur-unsur puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Makna puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Tugas/Perintah
1. Bacalah puisi berikut dengan teliti!
3
Tuhanku
betapapun rasa malu
menghardik diriku
tapi inilah sembahyangku
memasrahkan jiwa yang dungu.
Tuhanku
kenyataan-Mu akan terus menegaskan
segala yang semu kepadaku
hari-hari akan makin melenyapkan
kesombongan keduniaanku
yang menipu.
Tuhanku
bimbinglah aku
memahami ilmu-Mu
bumi dan angkasa
ruang dan waktu
logam tanah air api
ilmu kapak Ibrahim dan tongkat Musa
badai dan samudera, 99 asmaul husna
ilmu masa silam
segala yang disimpan oleh
masa datang
cahaya Yusuf dan mantra Muhammad
ilmu para Nabi
yang menggerakkan dunia
dengan sepatah kata.
Jawaban:
1. Unsur-unsur puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Makna puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Tugas/Perintah
1. Bacalah puisi berikut dengan teliti!
4
Tuhanku
sembahyang
bibirku
sembahyang
wajahku
sembahyang
telapakku
sembahyang
kulitku
sembahyang
dagingku
sembahyang
tulangku
sembahyang
uratku
sembahyang
ubun-ubunku
sembahyang
darahku
sembahyang
nafasku
sembahyang
ma’rifatku
sembahyang
fikirku
sembahyang
rasaku
sembahyang
hati jiwaku
sembahyang
sukmaku
sembahyang
heningku
sembahyang
Tuhanku
Jawaban:
1. Unsur-unsur puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Makna puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. Nilai karakter puisi
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Kelompok : ….....……………….
Anggota : 1. …………….........
2. …………….........
3. …………….........
4. …………….........
5. …………….........
LEMBAR KERJA SISWA
Tugas/Perintah
1. Bacalah puisi berikut dengan teliti!
5
Tuhanku
berdekatankah kita
sedang rasa teramat jauh
tapi berjauhkah kita
sedang rasa begini dekat.
seperti langit dan warna biru
seperti sepi menyeru
Kekasih
Kau kandung aku
kukandung Engkau
seperti mengandung mimpi
terendam di kepala
tapi sayup tak terhingga
hanya sunyi
mengajari kita
untuk
tak mendua.
Jawaban:
1. Unsur-unsur puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Makna puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Kelompok : ….....……………….
Anggota : 1. …………….........
2. …………….........
3. …………….........
4. …………….........
5. …………….........
LEMBAR KERJA SISWA
Tugas/Perintah
1. Bacalah puisi berikut dengan teliti!
8
Tuhanku
sekian banyak hal
wajib, dan telah kurelakan.
sekian harapan, sekian kenikmatan
sekian sumber, sekian kemungkinan.
Tuhanku
sekian banyak hal
kusaring dan kuikhlaskan.
sebab aku bukan milikku
sebab hanya ke hadirat-Mu
musti ditumpahkan segala sesuatu.
Tuhanku
sekian banyak hal
telah direlakan
oleh orang-orang-Mu,
sejarah menjadi asing
tapi apa gerangan sejarah, Kekasih?
ialah paket-peket kegagahan
dan kecengengan
berisi pedang serta sampah
dari perut para pemenang.
Tuhanku
sekali-kali
tidaklah semua itu
Kau kehendaki.
Jawaban:
1. Unsur-unsur puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Makna puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Tugas/Perintah
1. Bacalah puisi berikut dengan teliti!
19
Tuhanku
aku berguru kepada-Mu
ajarilah bagaimana mendengarkan batu
membaca suara
menggenggam angin yang bisu
Tuhanku
kedunguan memberiku pengertian
buta mata menganugerahiku penglihatan
kelemahan menyimpan berlimpah kekuatan
jika aku tahu
terasa betapa tak tahu
waktu melihat
betapa penuh rahasia
gelap
yang dikandung cahaya
Tuhanku
aku berguru kepada-Mu
tak tidur di kereta waktu
lebur dalam ruang
karena setiap satu mengandung seribu
berguru kepada-Mu, Tuhanku
kuragukan setiap yang kutemu
kutimba ilmu dari yang paling dungu.
Jawaban:
1. Unsur-unsur puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Makna puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Tugas/Perintah
1. Bacalah puisi berikut dengan teliti!
22
Tuhanku
duniaku menghutan
hutanku jadi taman
tamanku kering, kembali jadi hutan
tanpa pepohonan
Tuhanku
panas merambah
kucari tetumbuhan yang bertahan dari api
yang kami nyalakan sendiri
di mana?
bagai telapak tangan-Mu
bumi tak pernah selesai memperanakkan
tapi semua telah dimusnahkan
cintaku kepada-Mu
tinggal jiwa telanjang
Tuhanku
kalau Engkau mau
sekejap bisa tumbuh selaksa benih
buat esok pagi
segala banjir niscaya milik-Mu jua
tapi hari ini tetumbuhan malang melintang
binatang-binatang bercakaran
kawah Candradimuka
semoga tetap mengekalkan
satuku
pada-Mu.
Jawaban:
1. Unsur-unsur puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Makna puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Tugas/Perintah
1. Bacalah puisi berikut dengan teliti!
99
Tuhanku
inilah kata-kataku
bahasa paling wadag
dari gairah cintaku
untuk ketemu.
Tuhanku
betapa masih jauh
jarak antara kita
ketika masih kubutuhkan
ungkapan ungkapan.
Tuhanku
namun betapa pun
inilah sebagian
dari ilmu
yang Kau ajarkan.
Tuhanku
dari hari ke hari
terus kunanti
saat merdeka
dari tubuh ruang waktu ini
di mana asma-Mu
tak perlu kupanggil lagi
di mana senyum-Mu
langsung mengaliri
rohku ini.
Jawaban:
1. Unsur-unsur puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Makna puisi:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………