Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PEPATAH PADA BUKU PUISI KEKASIHKU KARYA JOKO PINURBO

Nurma Zidah
Mata Kuliah Stilistika
Sastra Melayu
mazidahnur645@gmail.com

ABSTRAK

Puisi adalah ungkapan hati dan hati penyair atau tangisan dalam kata-kata merdu dan
indah yang dituangkan ke dalam sebuah naskah yang diwakili oleh tanda atau simbol gaya atau
ekspresi tertentu. puisi adalah ungkapan hati dan hati penyair atau tangisan dalam kata-kata
merdu dan indah yang dituangkan ke dalam sebuah naskah yang diwakili oleh tanda atau simbol
gaya atau ekspresi tertentu. Metode yang digunakan di dalam melakukan penelitian ini yaitu
berupa metode deskriptif kualitatif, dimana menjelaskan tentang analisis yang menggunakan cara
untuk mendapatkan hasil dengan kata-kata. data yang didapatkan berbentuk deskripsi dari objek
penelitian. Data-data tersebut secara merinci berbentuk berupa kata-kata, kalimat, dan teks-teks.
Dari analsisi yang telah penelti lakukan, penelti merangkumkan bentuk hasil yang berupa, pada
puisi yang telah peneliti analisis tersebut terdapat perbaduan pepatah dengan bentuk dan
pengartian yang berbeda-beda, numun memilki daya tariknya sendiri-sendiri dalam cara
menyampaianya pada setiap puis tersebut. Pada puisi tersebut terdapat jenis-jenis bentuk kata
yang kreatif dan menujukan keindahan dalam penyampaianya dibalik arti yang sesungguhnya
yang terdapat pada pepatah patah setiap puisi. Pepatah yang terdapat pada setiap puisi tersebut
memberikan kesan memikat dalam unsur pelengkap keseluruhan puisi tersebut.

1. PENDAHULUAN

Puisi merupakan bentuk karya sastra yang memiliki bentuk yang terdiri atas bait perbait,
dalam satu bait secara umum pada beberapa karya sastra hanya terdapat empat baris saja, akan
tetapi berbeda dengan puisi, baris yang dimilki tidak ada batasanya. Menurut (Pradopo, 2010)
Puisi adalah cara mengungkapkan ide dan gagasan yang menggugah imajinasi, dan susunan kata
yang berirama meliputi emosi, penglihatan, suara, dan sentuhan. Salah satu karya sastra yang
mampu menjadih sebuah wadah dalam mencurahkan segala resah dan gelisah yang dirasakan
dalam hati yaitu puisi. Menurut (Logita, E, 2018), puisi adalah ungkapan hati dan hati penyair
atau tangisan dalam kata-kata merdu dan indah yang dituangkan ke dalam sebuah naskah yang
diwakili oleh tanda atau simbol gaya atau ekspresi tertentu. Sedangkan menurut Menurut
(Alpiah & Wikanengsih, 2019) puisi adalah sesuatu yang berkesan yang ditulis sebagai bagian
dari ekspresi dan merupakan wujud dari pengalaman dan imajinasi serta diungkapkan
menggunakan bahasa tak langsung. Menjadih tolak dalam menciptakan cara bekomunikasi dan

1
penyampaian yang terkadang memilki caranya tersendiri untuk melakukan pengolahan kata
untuk menciptakan sebuah makna. Terkadang cara pengolahan kata tersebut, makna yang
terkandung didalam sebuah puisi sulit untuk di tafsirkan atau diterjemahkan ke dalam bahasa
formal yang lebih muda dimengerti oleh sebagian penikmatnya, pemaknaan tersebut terkadang
hanya bias bias diketahui oleh sang penulisnya saja.

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani pocima ‘membuat’ atau poeisis
‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan „membuat‟ dan
„pembuatan‟ karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri,
yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah
(Aminudin, 2011: 134).

Makna yang terkandung tersebut menjadihkan daya tarik tersendiri dari sebuah puisi,
sebuah puisi tersebut terlihat indah dan penuh kesan ketika seseorang penikmatnya merasa
kagum dan terus mengulang-ulang beberapa kalimat yang terdapat dalam bait puisi tersebut,
menjadih sebuah keberhasilan tersendiri bagi seorang penulis, karena berhasil menciptakan
sebuah keindahan dari sebuah keastetikan pengolahan dan pemilihan kata yang tepat. Hal
tersebut menjadih salah satu aspek target dalam menimbulkan sebuah simpati akan kaingin
tahuan makna yang terselip dibalik kata atau sebuah kalimat yang tersaji dalam puisi tersebut,
pemaknaan yang terus terfikirkan dan terus menjadihkan rasa penasaran yang mendalam mampu
memberikan daya tarik dalam kehidupan para pecinta karya sastra, sehingga akan terus menjadih
buah bibir dalam segi pembahasan untuk mengungkapka isi dari makna puisi tersebut

Menganalisis merupakan sesuatu yang terkadang tidak semua orang mampu melakukannya,
menikmati belum tentu mampu untuk menganalisis suatu karya sastra secara akadamis dari
sebuah teori-teori yang telah tersaji dalam ruang lingkup ilmu bahasa. Menurut Waluyo
(2002:25), mengemukan bahwa puisi merupakanjenis karya sastra yang secara imajinatif
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair, disusun dengan mengkonsentrasikan seluruh daya
bahasa melalui pemusatan struktur fisik dan internal. Cara dan aspek-aspek yang terdapat dalam
melakukan bentuk pembedahan sebuah kata untuk menjacari makna dari sebuah kaliamat atau
kata juga memerlukan logika dan daya pengetahuan relasi menguasai cara berfikir dan imajinasi
yang memadai untuk sebuah pemaknaan suatu karya sastra, hal itu memberikan sebuah celah
didalam pengartian yang terkadang sulit diterjemahkan bagi sebagian orang yang hanya bias
mengandalkan logika, namun tidak mengerti penganalisisan yang baik dan benar. Menurut
Menurut (Nursalim, M, 2018), mengatakan bahwa puisi catatan dan interpretasi dari
pengalaman, sehingga hanya menunjukkan inti permasalahan. Dalam setiap penganalisisan
makna, jika sebuah teori sudah salah dimngerti dan salah dalam menafsirkanya, akan menjadih
kesalah pehaman dalam penerjemahan makna yang terdapat dalam karya sastra tersebut.

Isi yang terkandung dalam setiap kandungan sebuah puisi tak luput dari berbagai macam
aspek kehidupan, baik percintaan, kehidupan, religious, bahkan tentang sebuah tips dalam
melakukan sebuah prilaku yangbenar didalam kehidupan bersosial. Menurut Fatimah, Sadiah &

2
Primandhika (2019), puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang memuat interpretasi
pengarang tentang kehidupan yang kasat mata dan kehidupan yang tak kasat mata. Kandungan
makna tersebut mampu menjadikan suatu puisi terkadang terlihat hidup dengan segala bentuk
jenis dan bentuk kata yang digunakan oleh sang penulis agar memilki penarik untuk dibaca oleh
penikmatnya, puisi menjadihkan suatu sarana ide yang mampu mengasah segala kreativitas
dalam berfikir kearah sebuah yang melandaskan Sesutu yang bersifat khayalan dalam
mencurahkan segala bentuk rasa kearah yang lebih selektif dalam pembentukan suatu karya
yang berkualitas untuk dapat dibaca atau dinikmati oleh orang ramai. Bentuk tatanan yang teratur
dan jelas juga menjadihkan sebuah puisi sebagai sarana edukasi dalam pemaknaan kandungan
dibalik arti kata yang terbilang estetik tersebut, srana dalam berfikir mampu memberikan sebuah
tolak ukur seberapa berkuaitasnya nilai yang terdapat dalam karya sastra itu, dengan cara menilai
setiap kalimat dan kata yang tersisipkan didalam setiap baitnya.

Metode yang digunakan di dalam melakukan penelitian ini yaitu berupa metode
deskriptif kualitatif, dimana menjelaskan tentang analisis yang menggunakan cara untuk
mendapatkan hasil dengan kata-kata, tidak dengan angka-angka. Metode tersebut dilakukan
dengan cara mendeskripsikan segala bentu peribahasa yang perlu dianalisis. Bentuk data yang
didapatkan berbentuk deskripsi dari objek penelitian. Data-data tersebut secara merinci
berbentuk berupa kata-kata, kalimat, dan teks-teks yang di dapatkan dari hasil analisis.
Pendekatan pangkajian yang dilakukan melalui pendekatan stilistika, objek kajian yang inigin
diteliti berupa beberapa puisi pilihan yang terdapat pada Buku Puisi Kekasihku Karya Joko
Pinurbo. Tujuan dalam penelitian ini untuk mendapatkan bentuk peribahasa yang berada pada
beberapa puisi pilihan dari Buku Puisi Kekasihku Karya Joko Pinurbo, semoga dengan adanya
peneltian ini dapat bermanfaat dan mempermudah para pembaca puisi karya Joko Pinurbo dalam
melihat jenis peribahasa yang terdapat pada beberapa puisi pilihan tersebut.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Stilistika dan sastra

Ratna (2009: 255) menyatakan bahwa stilistika adalah bagaimana bahasa disusun, digunakan,
bahkan dengn melakukan pelanggaran puitika, sehingga melahirkan keindahan. Dilihat dari segi
keindahan itu sendiri, jelas pemahamnnya tidak tetap, berubah sepanjang waktu, sesuai dengan
proses hubungan antara karya sastra dengan subjek penikmat. Stilistika adalah ilmu yang
meneliti penggunaan bahasa di dalam teks sastra (istilah sastra disini dapat diartikan dalam arti
sempit, dan dalam arti luas. Begitu pula, arti istilah teks daan naskah perlu diluruskan (Satoto,
2012: 54).

Salah satu cara untuk menikmati karya sastra yakni melalui pengkajian stilistika. Stilistika
adalah ilmu yang mempelajari gaya bahasa suatu karya sastra. Hal ini sesuai dengan pendapat

3
Zhang (Mengutip pendapat Lodge, 1996) bahwa untuk menjembatani apresiasi karya sastra
dengan bahasa, maka diperlukan telaah yang dikenal dengan telaah ilmu gaya bahasa (Zhiqin
Zhang, 2010: 155).

Satoto (2012: 36) mengtakan bahwa stilistika sebagai bidang linguistik terpan, dalam
pengertian „extended’ adalah cara untuk mengungkapkan teori dan metodologi penganalisisan
formal sebuah teks sastra. sedang dalam pengertian ‘restricted’, linguistik terapan dikaitkan
khusus pada bidang pendidikan bahasa. sangat menarik, bahwa dalam perkembangan linguistik
akhir-akhir ini, khususnya bidang lingusitik terapan, bahwa muncullah minat bahkan
kesungguhan hati para linguis untuk menerapkan teori dan pendekatan linguistik dalam rangka
pengkajian sastra. Yang jelas, teori linguistik memberi kemungkinan sebagai faktor penyumbang
yang sangat berharga, lewat aplikasinya dalam rangka pengkajian cipta sastra, sebagai karya
kreatif. sumbangan lingustik terhadap karya sastra meliputi bidang pengkajian, analisis,
penelitian, kritik dan apresiasi sastra.

Ratna (2009:13) mengatakan bahwa stilistika sebagai ilmu pengetahuan mengenai gaya
bahasa dipihak lain, maka sumber penelitiannya adalah semua jenis komunikasi yang
menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. jadi, meliputi baik karya sastra dan karya seni
pada umumnya, maupun bahasa sehari-hari. Darbyshire dalam Ratna (2009:13) menunjukkan
dua cara untuk mengidentifikasi gaya bahasa, yaitu: a) secara teoretis, dilakukan dengan
penelitian ilmiah, misalnya pada saat menganalisis sebuah karya sastra, b) secara praktis, melalui
pengamatan langsung terhadap pemakaian bahasa sehari-hari, misalnya, melalui pemakaian
berbagai perumpamaan. keduanya tidak dapat dipisahkan sebab baik secara pertama maupun
kedua dapat digunakan sebagai penelitian ilmiahatau semata-mata sebagai pengamatan sepintas.
Meskipun demikian, dikaitkan dengan relevansinya, sebagai kekhasan itu sendiri, bahasa yang
diciptakan dengan sengaja, bahkan sebagai bahasa yang artifisial maka stilistika pada umumnya
dibatasi pada karya sastra.

2.2. Enam Bentuk Ekaspresi Individu

2.2.1. Peribahasa

Peribahasa adalah kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung
aturan berperilaku, nasihat, prinsip hidup, perbandingan atau perumpamaan. Peribahasa biasanya
menggunakan kiasan untuk menggambarkan maksud tertentu.

2.2.2. Pepatah

Pepatah, yakni jenis peribahasa yang makna khususnya adalah untuk nasihat serta ajaran.
Biasanya pepatah adalah berasal dari orang tua zaman dulu yang umum dipakai untuk
mematahkan dari lawan bicaranya.

4
2.2.3. Plastic Bahasa

Plastic bahasa merupakan sebuah bentuk kalimat yang emosional dalam menggambarkan
sesuatu, sehingga menimbulkan gambaran yang jelas.

2.2.4. Ungkapan

Ungkapan, adalah kalimat kiasan terkait keadaan dan kelakuan seseorang. Umumnya
ungkapan dinyatakan dengan beberapa patah kata atau pepatah.

2.2.5. Semboyan

Semboyan, yakni kumpulan kata, kalimat hingga frasa yang umum digunakan menjadi
prinsip hingga pedoman.

2.2.6. Majas

Majas atau gaya bahasa yaitu pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk
memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan
ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tiada

Tiada pengembara yang tak merindukan

sebuah rumah, bahkan jika rumahnya hanya ada

di balik iklan yang ia baca di perjalanan

Tiada rumah yang tak merindukan seorang ibu

yang murah berkah, bahkan jika ibu tinggal ada

di bingkai foto yang mulai kusam.

5
Lebih baik punya ibu daripada punya rumah.

kata temanku yang rumahnya konon baru enam

sementara sosok ibunya belum juga ia temukan.

Ya lebih baik punya keduanya, kata saya,

dan entah mengapa airmatanya leleh perlahan.

(2003)

HAL 13 Pada buku puisi kekasihku

Analisis Pepatah Pada Puisi “Tiada”

Pada puisi yang berjudul “Tiada” yang terdapat pada buku puisi karya Jokopinurbo ini,
terdiri atas empat bait dan dua belas larik. Puisi ini secara detail terletak pada hal 13 dan terbit
pada tahun 2003, puisi ini bercerita tentang hasil dari sebuah keinginan dan perbandingan dengan
kehadiran soso seorang ibu. Awal mula yang hanya memperbandingkan lebih baik memilki
rumah untuk tempat tinggal, namun ketika melihat dari sisi yang berbeda, akankah lebih
indahnya memiliki sebuah rumah dan ada seorang ibu sebagai penghuni rumah tersebut, akan
tetapi tiadalah arti memilki rumah banyak, jika sosok ibu tiada didalamnya, seperti itulah singkat
cerita yang terdapat pada larik puisi yang terdapat diatas. Namun pada kali ini saya akan
menganalisis pepatah yang terdapat pada puis yang berjudul “Tiada” tersebut.
Pepatah yang terdapat pada puisi yang berjudul “Tiada” tersebut terdapat pada bait ketiga
larik pertama, yang dimana memilki kalimat yang berbunyi seperti ini “Lebih baik punya ibu
daripada punya rumah.” Arti dari kalimat tersebut memiliki makna yang sangat mendalam,
secara umum seperti biasa saja, akan tetapi jika dibaca secara penuh makna akan menimbulkan
efek yang begitu menjatuhkan bagi seseorang yang memilki sebuah rumah namun tidak
memilkiseorang ibu lagi. Hal tersebut jelas terlihat dangan nyata ketika penggalan kalimat
“Lebih baik punya ibu”. Terdapat sebuah patahan yang menjatuhkan dari sisi bagi mereka yang
sudah mendapatkan keinginan memilki sebuah rumah, namun terlalu sombong kepada mereka
yang tidak memilki rumah, namun memilki seorang ibu, seperti penggalan kalimat terakhir
“daripada punya rumah”.

Rumah Cinta

6
buat Wien & Aan

Aku datang ke dalam engkau.

ke rumah rantau yang melindap

di antara dua bukit

di mana senja mengerjap-ngerjap alam kerlap birulangit.

Ada sejoli celana berkibar-kibar

di balik jendela:

Hai, kami sedang belajar bahagia.

Ada buku masih terbuka di atas meja

dan ada ayat rahasia:

Miskin mungkin bencana,

tapi kaya juga cuma karunia.

Aku pulang ke dalam engkau,

ke rumah singgah yang terlindung

di antara dua kubah

di mana ia datang berkerudungkan bulan,

merapikan tubuh yang berantakan

dan berkata: Supaya tidurmu makin sederhana.

(2003)

HAL 14 Pada buku puisi kekasihku

7
Analisis pepatah pada puisi yang berjudul “Rumah Cinta”

Pada puisi yang berjudul “Rumah Cinta” yang terdapat pada buku puisi karya
Jokopinurbo ini, terdiri atas tiga bait dan delapan belas larik. Puisi ini secara detail terletak pada
hal 14 dan terbit pada tahun 2003, puisi tersebut menggambarkan tentang gemerlapnya sebuah
senja yang redup akan sesuatu yang berbaur tentang sebuah rumah yang terletak pada sebuah
perbukitan dari sisi kiri dan kenan yang terhimpit. Terlihat dengan jelas sisi yang terdapat dalam
rumah tersebut dangan adanya kata “sijoli” terlihat dibali-balik sebuah jemuran yang tergantung
pada sebuah jendala yang menutupinya, mencoba untuk memulai sebuah kehidupan yang baik
dan tentram dari sebuah kata “Bahagia” akan tetapi sebuah takdir hidup dari sebuah nasib tidak
bias terhindarkan dari garis kehidupan, perbandingan yang didapat baik kaya maupun miskin
sudah ada garis nasibnya. Namun pada akhir puisi menjelaskan sesuatu yang mengartikan
tentang rumah terarkhir untuk berpulang ke rahmatullah, pengantar tidur yang semakin sedrhana,
(dalam puisi sulit untuk mengetahuai beerapa kata makna yang terkandung didalamnya).

Pepatah yang terdapat pada puisi yang berjudul “Rumah Cinta” tersebut terdapat pada
bait kedua larik keenam dan ketujuh. Yang dimana memiliki arti dan makna yang mematahakan
seseorang yang bersifat kurang bersyukur akan segala nikmat Tuhan berikan kepadanaya, hal
tersebut dapat tercerminkan pada kalimat larik tersebut yang berbunyi “Miskin mungkin
bencana, tapi kaya juga cuma karunia.”. dari kalimat tersebut sangat jelas memperlihatkan
tentang cara mematahakan sebuah sindiran kepada mereka yang masih saja kurang bersyukur
dengan apa yang telah dimiliki, terpapar pada penggalan kalimat “Miskin mungkin bencana,”
yang dapat dimaknai, sebuah nasib menjadih seorang yang miskin memang sebuah bencana
ddalam menjalani kehidupan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari-hari, namun pada
penggalan kalimat selanjutnya, “tapi kaya juga cuma karunia.” Mengartikan sebuah kekayaan
hanyalah sebuah titipan dan kpan saja bias saja hilang begitu saja jika Tuhan berkehendak. Maka
dari pada itu pepatah tersebut mengajakan kita tetang cara selalu bersykur dalam melihat kedua
sisi pepatah tersebut, tidak perlu ada yang harus di sombbongkan akan sebuah titipan (harta) dan
tidak perlu terlalu hina akan sebuah bencana (miskin).

Perjamuan Petang

Dua puluh tahun yang lalu ia dilepas ayahnya

di gerbang depan rumahnya.

"Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.

Jangan pulang sebelum benar-benar jadi orang "

8
Dua puluh tahun yang lalu ia tak punya celana

yang cukup pantas untuk dipakai ke kota.

Terpaksa ia pakai celana ayahnya

Memang agak kedodoran, tapi cukup keren juga.

"Selamat jalan. Hati-hati, jangan sampai

celanaku hilang

Senja makin menumpuk di atas meja.

Senja yang merah tua.

Ibunya sering menangis memikirkan nasibnya.

Ayahnya suka menggerutu,

"Kembalikan dong celanaku!"

Haha, si bangsat akhirnya datang

Datang di akhir petang bersama buku-buku

yang ditulisnya di perantauan.

Ibunya segera membimbingnya ke meja perjamuan.

"Kenalkan, ini jagoanku. Ia tersipu-sipu

Saudara-saudaranya mencoba menahan tangis

melihat kepalanya berambutkan gerimis,

"Hai, ubanmu subur berkat puisi?" la tertawa geli.

Di atas meja perjamuan jenazah ayahnya

relentang tenang berselimutkan mambang.

9
Daun-daun kalender beterbangan

"Ayah berpesan apa?" Ja terbara-bara

"Ayahmu cuma sempat bilang, kalau mati ia ingin

mengenakan celana kesayangannya)

celana yang dulu kaupakai itu."

Diciumnya jidat ayahnya sepenuh kenangan.

Tubuh yang tak butuh lagi celana adalah sakramen.

Celana yang tak kembali adalah testamen

"Yah, maafkan aku Celanamu terselip

di tetumpukan kata-kataku."

HAL 3-4, Pada buku puisi kekasihku

Analisis pepatah pada puisi yang berjudul “Perjamuan Petang”

Pada puisi yang berjudul “Perjamuan Petang” merupakan salah puisi yang terdapat pada
Buku Puisi Kekasihku Karya Joko Pinurbo, yang terdapat pada halaman 3-4, puisi tersebut
terdiri atas enam bait, dan masing-masing memilki bentuk keragaman bunyi pada setiap baitnya
dalam puisi tersebut. Puisi “Perjamuan Petang” menggambarkan sebuah kisah yang disuduhkan
secara leluasa dengan prinsip penggambaran yang singkat namun jelas. Gambaran yang terdapat
pada puisi tersebut berupa dimana awal cerita menyuduhkan seorang anak yang akan menuntut
ilmu jauh ketanah seberang sana, berpamitan didepan pindengan orang tuanya, mereka dari
orang kalangan kurang berada, sehingga ayahnya berpesan kepadanya agar menuntul ilmu sejauh
mungkin, hingga perlu kenegeri cina, jangan kembali sebelum benar-benar sukses dalam
mendapatkan ilmu tersebut. Sang anak yang ingin menuntu ilmu tersebut tidak memiliki celana
yang baik untuk digunakan ketika hendak ke kota untuk menuntut ilmu, lalu sang ayah
meminjamkanya, hingga pada hamper setiap hari ibunya terus mencengarkan ocehan sang ayah
untuk cepat mengembalikan celana yang telah dipinjamkan oleh anaknya tersebut, dalam
pengartian celana tersebut sebuah ungkapan yang terselibung dari rasa cinta seorang kepada
anaknya, namun dengan cara yang berbeda berkedok celana, hingga bertahun-tyahunpun berlalu
sang anak kembali ke kampong halamanya dan berjumpa kembali dengan sang anak, betapa

10
bahagianya sang ayah dengan penuh ocehan candaan, sedangkan para saudranya hanya menantap
dengan penuh haru dan sedih, dan sang ayah masih saya menagih celana kesayanganya yang
pernah ia pinjamkan dahulu, hingga ia meninggal, dan sang anak hanya bias mengatakan dalam
hanyanya "Yah, maafkan aku Celanamu terselip di tetumpukan kata-kataku.".

Pepatah pada puisi yang berjudul “Perjamuan Petang” tersebut terdapat pada bait
pertama larik ketiga dan empat, yang memilki kalimat penggalan puisi tersebut berbunyi
"Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Jangan pulang sebelum benar-benar jadi orang ". pada
potongan kalimat pada bait pertama tersebut memiliki arti, tuntutlah ilmu sejauh mungkin, bila
perlu sampai kenegeri cina yang jauh diujung dunia sana, karena menuntut ilmu tersebut tidak
akan pernah habis selama raga masih terus bernafas dimuka bumi ini, hal itu dibuktikan dangan
adanya penggalan "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.”. lalu pada penggalan selanjutnya
mempertegas kembali akan sebuah nada yang mengatakan “Jangan pulang sebelum benar-benar
jadi orang ", jamgan pernah balik pulang kerumah sebelum benar-benar mendapatkan ilmu
tersebut dan sukses dalam hal menerapkan ilmu tersebut yang mampu berguna untuk diri sendir
dan orang lain.

Penjual Kalender

Pawai tahun baru baru saja dibubarkan sepi.

Sisa-suara terompet berceceran, sebentar lagi basi.

Lelaki tua berulang kali menghitung receh di tangan,

barang dagangannya sedikit sekali terbeli.

"Makin lama waktu makin tidak laku," ia berkeluh sendiri.

Anaknya tertidur pulas di atas tumpukan kalender

yang sudah mereka jajakan berhari-hari.

Lelaki tua membangunkan anaknya. "Tahun baru

sudah tiba, Plato. Ayo pulang. Besok kembalikan saja

kalender-kalender ini kepada pengrajin waktu.

11
Perempuan itu masih setia menanti ketika dua orang

pejuang pulang dinihari. "Selamat tahun baru, tuan-tuan!"

Tuan besar segera mampus dihajar kantuknya.

Tuan kecil segera ingin menyambung tidurnya.

Ibunya menepuk pantatnya: "Kau telah dinakali waktu,

Buyung Kok tubuhmu terhuyung-huyung?"

la ibu yang pandai merawat waktu. Terberkatilah waktu.

Dengan sabar dibongkarnya tumpukan kalender itu.

Ha! Berkas-berkas kalender itu sudah kosong,

ribuan angka dan hurufnya lenyap semua. Dalam sekejap

ribuan kunang-kunang berhamburan memenuhi ruangan.

(2003)

HAL 31-32, Pada buku puisi kekasihku

Analisis pepatah pada puisi yang berjudul “Penjual Kelender”

Pada puisi yang berjudul “Penjual Kelender” yang terdapat pada buku puisi karya
Jokopinurbo ini, terdiri atas lima bait dan terbitan pada tahun 2003, berada pada halaman 31-32.
Puisi tersebut menceritakan tentang sebuah penggambaran seorang ayah dan seorang anak yang
masih saja bekerja pada malam tahun baru. Mereka bekerja dari matahari terbit hingga hamper
fajar tiba, dimana puncak pergantian tahun tiba mereka masih diluar rumah masih bekerja hingga
larut malam lamanya, sang ayah menyuruh anaknya untuk segera kembali pulang dan
mengembalikan kepada sang pengrajin waktu, sang pengrajin waktu yang dimaksud tersebut
berupa waktu-waktu yang telah mereka lewati sepanjang tahun lalu. Sedangkan seorang wanita
terus saja menunggu kedatang dua orang lelaki yang ia cintai, yaitu sang aank dan suami
tercintanya disaat malam tahun baru itu, hingga akhirnya anak dan suaminyapun tiba, sang istreri
12
menyampunya dengan mengatakan "Selamat tahun baru, tuan-tuan!" dan bentuk rupa suami dan
anaknya penuh dengan rasa kandung yang amat menyiksa, hingga sang isteri menepuk pantat
sang anak dan mengatakan "Kau telah dinakali waktu, Buyung Kok tubuhmu terhuyung-
huyung?". Sang ibu yang berkemas-kemas mengumpulkan tumpukan kelender yang tahunya
baru saja berlalu dengan welewati hari demi hari, waktu demi waktu, dan bulan dami bulan,
sehingga mucul segala bentuk kenangan-kengan yang telah terlewatkan oleh mereka.

Pepatah yang terdapat pada puisi tersebut terdapat pada bait pertama larik kelima, "Makin
lama waktu makin tidak laku,", dimana pada potongan puisi tersebut bemakna arti sehingga
mampu berbentuk sebuah pepatah, yang menggamabarkan tentang sebuah momen yang telah
berlalu yang sudah terjadi, maka tidak akan pernah terulang kembali dimasa yang akan dating,
meskipun akan terulang, pasti tidak akan sama kembali seperti dahulu saat sebuah peristiwa
kisah moment yang berharga itu terjadi.

KESIMPULAN

Hasil dari analisis yang telah peneliti lakukan menggunakan teori stilistika yaitu enam
bentuk ekspresi individu pepatah, pada buku puisi Kekasihku Karya Joko Pinurbo,peneliti dapat
menyimpulkan, dalam puisi yang telah peneliti analisis tersebut terdapat perbaduan pepatah
dengan bentuk dan pengartian yang berbeda-beda, numun memilki daya tariknya sendiri-sendiri
dalam cara menyampaianya pada setiap puis tersebut. Pada puisi tersebut terdapat jenis-jenis
bentuk kata yang kreatif dan menujukan keindahan dalam penyampaianya dibalik arti yang
sesungguhnya yang terdapat pada pepatah patah setiap puisi. Pepatah yang terdapat pada setiap
puisi tersebut memberikan kesan memikat dalam unsur pelengkap keseluruhan puisi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alpiah, S., & Wikanengsih, W. (2019). Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran menulis
puisi siswa SMK. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia), 2(2), 215–
218.

Pradopo, R. D., & Puisi, P. (2010). Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Stanton, Robert. (2007). Teori fiksi. Yogyakarta: pustaka pelajar

A. Teeuw. (1985). Sastra dan ilmu sastra. Bandung: pustaka jaya

Waluyo, H. (2002). Apresiasi dan pengajaran sastra. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Nurgianto, Burhan. (2007). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: gajah mada university press

13
Logita, E. (2018). Analisis dalam puisi „hujan bulan juni‟kARYA SAPARDI DJOKO

DAMONO. Wacana Didaktika, 10(1), 38–48

Wibison. Wahyu. (2003). Kekasihku; Kumpulan Puisi Joko Pinurb. Jakarta. Percetakan PT
Gramedia

14

Anda mungkin juga menyukai