1. ANALISIS STILISTIKA PADA PUISI KERIKIL KARYA CHAIRIL ANWAR
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat, karena data- datanya berupa teks. ""persamaan bunyi konsonan yang digunakan dalam Puisi Kerikil tajam dan yang Terampas dan yang Putus karya Chairil Anwar adalah bunyi konsonan /p/, /s/, /g/, /k/, /t/,/l/,/k/. Diksi dalam puisi Kerikil tajam dan yang Terampas dan yang Putus karya Chairil Anwar dapat ditinjau dari segi kosakata, pemilihan kata, dan denotasi serta konotasinya. Terampas dan yang Putus karya Chairil Anwar adalah metafora, alusio, hiperbola, sinestesia, alegori, personifikasi, fabel simbolik, repetisi. Stilistika adalah suatu kajian yang digunakan untuk memudahkan menikmati, memahami, dan menghayati sistem tanda yang digunakan dalam karya sastra yang berfungsi untuk mengetahui ungkapan ekspresif yang ingin diungkapkan oleh pengarang. Pengkajian stilistika ini memperlihatkan adanya relevansi linguistik terhadap karya sastra. Pada baris 6 dan 7 dapat dtemukan persamaan bunyi ng pada kata binatang, jalang, dan terbuang. Aspek Bunyi Bahasa dalam Puisi Kerikil Pada bait pertama puisi "Kerawang Bekasi" mengandung bunyi yang semacam/sama. pada bait satu juga terdapat sajak awal, tengah, dan akhir yang sama yaitu "i". Namun, sajak yang digunakan tidak senada.
Sudah itu mati
Bunyi I pada kata itu akan menghasilkan suara yang tinggi. Untuk bait kelima, memiliki aliterasi " k-m" sedangkan pada bait keenam memiliki aliterasi perbedaan aliterasi itu dimaksudkan agar bunyi yang dihasiklan berbeda dan bervariasi. Selain asonansi dan aliterasi, kedua bait tersebut memiliki persajakan yang hampir sama. Bunyi u yang dihasikan pada kata-kata itu, akan menimbulkan suara atau bunyi yang bulat dan merdu. Sebagai kombinasi bunyi, pengarang juga memunculkan bunyi lemah pada puisinya. Bunyi a ini akan menjadi pereda bunyi-bunyi tinggi yang telah mendominasi, sehingga suasana tidak selalu tegang. selain itu juga mempunyai bait tersebut yang difungsikan oleh penyair untuk menyatakan ketidakmampuan dia menghadapi kenyataan yang akan datang. Cemara menderai sampai jauh Terasa hari akan jadi malam. Ada beberapa dahan di tingkap merapuh Dipukul angin yang terpendam dosa yang begutu hebat sehingga mengganggu sampai ke mimpi. Seperti kata cacar dan bernanah, selalu meleleh, dan selalu diusap oleh sipeminta-minta sambil berjalan. Menghempas aku di bumi keras Rasanya si aku seperti dihempaskan di bumi yang keras oleh rasa dosa yang selalu mencekeramnya, selalu mengejarngejarnya. 2. ANALISIS GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU “BERTAUT” NADIN AMIZAH: KAJIAN STILISTIKA Berbagai karya sastra yang kita nikmati saat ini dapat dianalogikan sebagai media atau sarana untuk mengungkapkan emosi, perasaan, bahkan opini yang ingin disampaikan oleh pembuat karya sastra yang tak hanya sekedar imajinasi saja namun juga mencerminkan kehidupan masyarakat ataupun pengalaman pribadi. Putri dkk. (2020) mengungkapkan dalam tulisannya bahwa karya sastra digunakan untuk menuangkan imajinasi bagi para sastrawan serta tidak lepas dari penggunaan kata-kata indah di dalamnya. Berbagai bentuk karya sastra di antaranya adalah puisi, novel, fi lm, drama, catatan harian, biografi , dan lainnya. Satu di antara sekian banyak bentuk karya sastra adalah lagu. Lagu juga memerlukan perantara berupa media bahasa yang digunakan untuk menyampaikan gagasan dan ide. Itulah sebabnya lagu dilengkapi dengan lirik yang mengakibatkan adanya keterikatan hubungan dengan puisi (ekspresi emotif berbentuk kata) (Adha, 2017). Dalam stilistika, gaya bahasa yang digunakan dalam karya sastra berbeda jauh dengan gaya bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah, karena gaya bahasa yang sering digunakan dalam karya sastra jauh lebih mementingkan nilai estetika dan kebebasan berekspresi dari si penulis karya sastra tersebut (Lafamane, 2020). Hal ini dilakukan agar karya sastra tersebut memiliki makna yang mudah dipahami serta dapat tersampaikan dengan baik. Memahami suatu majas atau gaya bahasa bukan hanya dilihat dari penggunaan kata itu sendiri, tetapi juga harus memperhatikan penggolongan berdasarkan kategori yang ada serta jenis dari majas tersebut, sehingga langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah memahami makna dari kata atau kalimat yang sedang dianalisis. Makna sendiri berisi maksud atau tujuan yang ingin diutarakan oleh penulis.Penelitian gaya bahasa pada lagu “Bertaut” karya Nadin Amizah ini menggunakan teori Keraf (2006) tentang jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Dalam mendiskusikan hasil, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif serta teknik bacacatat. Dari hasil penelitian tersebut peneliti mengungkap bahwa majas retoris lebih banyak digunakan oleh Nadin Amizah dalam lirik lagu “Bertaut”. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini setidaknya ada 16 jenis majas yang terbagi atas 8 majas retoris dan 8 majas kiasan. Secara menyeluruh, dalam gaya bahasa retoris yang terdapat pada lagu “Bertaut” antara lain hiperbola, litotes, pleonasme, aliterasi, aliterasi, asonansi, anastrof, asindeton, dan polisindeton. Pada gaya bahasa kiasan terdapat jenis majas simile, metafora, alegori, personifi kasi, alusi, hipalase, innuendo, dan sarkasme. Meskipun penulis mengungkapkan hanya terdapat dua jenis majas tersebut dalam penelitian ini, namun tidak menutup kemungkinan untuk menganalisis gaya bahasa lainnya pada lagu “Bertaut” dengan mempertimbangkan teori-teori lain atau pengelompokan jenis majas lainnya. Pesan yang terkandung dalam lagu ini pun cukup dalam yang mana lebih menggambarkan bagaimana hubungan ibu dan anak di setiap liriknya. 3. KAJIAN STILISTIKA MANTAP Unsur-unsur/aspek-aspek stile yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra antara lain yaitu aspek bunyi, aspek leksikal, aspek gramatikal, aspek kohesi, pemajasan, penyiasatan struktur, dan citraan. Unsur leksikal mempunyai pengertian yang sama dengan diksi, yaitu yang mengacu pada penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih oleh pengarang untuk mencapai tujuan tertentu . Aspek leksikal dalam suatu cerpen dapat berupa bahasa kolokial, penggunaan bahasa lain, kata-kata yang menyimpang, dan lain-lain. Kolokial adalah bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, bahasa percakapan, bukan bahasa tulis . Dalam unsur stile, aspek gramatikal yang dimaksud adalah unsur sintaksis yang di dalamnya terdapat frase, klausa, dan kalimat. Jika kosakata yang dipakai sederhana dan didukung oleh struktur sintaksis yang juga sederhana, itu merupakan jaminan bahwa komunikasi bahasa akan lancar . Menurut Nurgiyantoro unsur struktur yang dapat dijadikan fokus kajian adalah kompleksitas kalimat, jenis kalimat, dan jenis frasa dan klausa. Makna inilah yang kemudian dicari dan berusaha dipahami oleh pembaca . Sedangkan koherensi adalah hubungan tertentu yang digunakan untuk mengaitkan antargagasan dalam sebuah ujaran secara eksplisit atau implisit . Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan atau makna yang tersirat. Penyiasatan struktur bermain di ranah struktur, dimaksudkan sebagai struktur yang sengaja disiasati, dimanipulasi, dan didayakan untuk memperoleh efek keindahan. Citraan merupakan penggunaan kata-kata dan ungkapan yang mampu membangkitkan tanggapan indra. Citra merupakan gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata. Citraan merupakan salah satu unsur stile yang penting karena berfungsi mengkonkretkan dan menghidupkan penuturan . Keduanya dimaksudkan untuk mengonkretkan dan menghidupkan sebuah penutura.