Anda di halaman 1dari 23

MAJAS SIMILE DALAM NOVEL AZAB DAN SENGSARA

KARYA MERARI SIREGAR

Felta Lafamane
feltafamane@gmail.com
Universitas Haluoleo
Fakultas Sastra

Abstract
This study aims to identify the use of simile by Merari Siregar in novel’s Azab dan Sengsara. This
research is a qualitative research. The data is collected using the listening method used to obtain data by
listening to the use of language. The data were analyzed descriptively and The data were analyzed based
on the Kridalaksana word class manifestation theory and stylistic theory by Keraf. The type of data is
written data, that is simile style language in the novel’s Azab dan Sengsara by Merari Siregar.
The results showed that the embodiment of simile to Merari Siregar in novel’s Azab dan Sengsara
have five, namely (1) embodiment of simile in the noun class with nouns; (2) embodiment of simile in the
noun class with adjectives; (3) embodiment of simile in the adjectives class with verb; (4) embodiment of
simile in the verb class with verb; (5) embodiment of simile in the verb class with nouns. While, simile
markers to Merari Siregar in novel’s Azab dan Sengsara, namely sebagai, ibarat, seperti, tak ubahnya,
laksana, dan seolah-olah.

Keywords: simile, novels, azab dan sengsara

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penggunaan majas simile dalam novel Azab dan Sengsara
karya Merari Siregar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan
metode simak, yakni metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan melakukan penyimakan
terhadap penggunaan bahasa. Data dianalisis secara deskriptif dan data dianalisis berdasarkan teori
perwujudan kelas kata Kridalaksana dan teori gaya bahasa Keraf. Jenis datanya adalah data tertulis,
yaitu majas simile dalam novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perwujudan simile dalam novel Azab dan Sengsara ada lima,
yakni (1) perwujudan simile dalam kelas kata nomina dengan nomina; (2) perwujudan simile dalam kelas
kata nomina dengan adjektiva; (3) perwujudan simile dalam kelas kata adjektiva dengan verba; (4)
perwujudan simile dalam kelas kata verba dengan verba; (5) perwujudan simile dalam kelas kata verba
dengan nomina. Sementara, penanda simile yang digunakan oleh Merari Siregar dalam novel Azab dan
Sengsara, yakni sebagai, ibarat, seperti, tak ubahnya, laksana, dan seolah-olah.

Kata kunci: simile, novel, azab dan sengsara

PENDAHULUAN adalah tentang pengalaman hidup manusia,


Wujud karya sastra mempunyai dua sedangkan bentuknya adalah segi-segi yang
aspek penting, yakni isi dan bentuk. Isinya menyangkut cara penilaian, yaitu cara
sastrawan memanfaatkan bahasa yang indah Gaya bahasa atau majas dominan
untuk mewadahi isinya (Semi, 1989:8). dipakai dalam karya-karya sastra seperti
Bahasa merupakan unsur penting dalam gaya bahasa perumpamaan (simile),
karya sastra karena perannya sebagai sarana metafora, personifikasi, litotes, alegori,
pengungkapan dan penyampaian pesan hiperbola, dan masih banyak lagi. Dalam
dalam karya sastra. Penggunaan bahasa penelitian ini dikhususkan mengidentifikasi
dalam karya sastra berbeda dengan perwujudan gaya bahasa simile yang
penggunaan bahasa dalam karya ilmiah digunakan oleh Merari Siregar. Kekhasan
misalnya ceramah, pidato dan sebagainya. perwujudan gaya bahasa simile oleh Merari
Bahasa yang digunakan pengarang dalam Siregar dalam novel Azab dan Sengsara
suatu karya sastra merupakan gaya memperlihatkan ciri pribadinya dalam
pembungkus idenya dalam mengekspresikan menulis jalan cerita dalam novel tersebut
imajinasinya terhadap suatu objek sehingga dan karakteristiknya menyelami karya-
sering disebut dengan gaya bahasa atau karyanya.
majas (style language). Karakteristik majas simile dalam novel
Penggunaan gaya bahasa dalam karya Azab dan Sengsara sangat bervariatif. Hal
sastra memiliki nilai rasa, seni, dan estetika ini dapat dilihat dari ranah terbanding dan
yang tinggi yang dapat memperlihatkan ciri ranah pembanding misalnya wujud nomina,
pribadi pengarang. Buffon (dalam Junus, verba, adjektiva, dan lain-lain. Penanda-
1989:20) menyatakan bahwa gaya adalah penanda pembanding juga sangat beragam
orang (penulis) itu sendiri. Dengan misalnya kata seperti, laksana, ibarat,
mengatakan gaya sebagai serangkaian ciri sebagai dan sebagainya.
pribadi, pengarang dalam membuat Novel Azab dan Sengsara karya Merari
karyanya akan memperlihatkan penggunaan Siregar lahir pada era Balai Pustaka. Tema
bahasa yang khas dengan ciri atau Azab dan Sengsara mempermasalahkan
karakteristik tersendiri yang berbeda dari perkawinan dalam hubungannya dengan
pengarang lainnya. harkat dan martabat keluarga. Penggunaan
Enkvist (dalam Junus, 1989:31) bahasa dalam novel Azab dan Sengsara
menyatakan bahwa gaya adalah sekumpulan bergaya melayu kesekolahan, melayu
ciri kolektif. Artinya, keberadaan gaya rendah, atau melayu pasar.
bersama dimiliki oleh dua orang pengarang Secara umum novel Azab dan Sengsara
atau lebih. Seperti yang diungkapkan oleh memiliki ciri-ciri, yakni menguatnya
Junus (1989:34), bahwa jika dalam kesadaran individu dan menipisnya
pengungkapan ciri pribadi yang ditonjolkan kesadaran adat, kuat diwarnai
adalah perbedaan antara pengarang yang penggambaran alam dan pengungkapan
satu dengan pengarang lainnya, maka pada perasaan. Merari Siregar mempunyai
persoalan gaya sebagai ciri kolektif atau karakteristik penceritaan dan gaya karya
gaya sosial yang harus dicari adalah sastranya, yakni penggunaan bahasa yang
sekumpulan teks yang ditekankan pada lancar dan rapi dengan gaya khotbahnya
hakikat persamaan. langsung menunjukkan perkataan atau
maksudnya kepada pembaca; meminta
perhatian untuk ceritanya. Ia memberi LANDASAN TEORI
nasihat, mengecam yang kurang baik serta Pendekatan Stilistika
memuji-muji tindakan yang menurut aturan Stilistika adalah ilmu yang mempelajari
masyarakat baik (Susiati, 2017:67) gaya bahasa yang merupakan bagian
Penelitian ini tidak terlepas dari linguistik yang memusatkan pada variasi-
berbagai macam penelitian yang relevan, di variasi penggunaan bahasa yang kompleks
antaranya Munir dkk (2013:89) meneliti pada kesusatstraan. Sama halnya dengan
tentang Diksi dan Majas dalam Kumpulan pernyataan Endraswara (2003:72) yang
Puisi Nyanyian dalam Kelam Karya Sutikno menyebutkan bahwa stilistika adalah ilmu
W. S: Kajian Stilistika. Hasil penelitiannya, yang mempelajari gaya bahasa suatu karya
yakni diksi yang ditemukan dalam sastra. Selanjutnya, ada dua pendekatan
kumpulan puisi Nyanyian dalam Kelam analisis stilistika, yaitu (1) dimulai dengan
Karya Sutikno W. S adalah kata serapan dari analisis sistem tentang linguistik karya
bahasa Jawa, bahasa Asing, dan sastra dan dilanjutkan ke interpretasi tentang
pemanfaatan sinonim. Sementara, majas ciri-ciri sastra, intrepretasi diarahkan ke
yang ditemukan adalah majas perbandingan, makna secara total; (2) mempelajari
metafora, perumpamaan (simile), epos, sejumlah ciri khas yang membedakan satu
personifikasi, metonomia, sinekdoke, sistem dengan sistem lain.
alegori. Sidjiman (1993:13), stilistika adalah
Rachman dkk (2013:45) meneliti style, yaitu cara yang digunakan seorang
tentang Majas Metafora pada Kumpulan pembicara atau penulis untuk menyatakan
Sajak Chairil Anwar Aku Ini Binatang maksudnya dengan menggunakan bahasa
Jalang. Hasil penelitiannya, yakni ditemukan sebagai sarana.
beberapa hal yang berkenaan dengan unsur Menurut Teeuw (dalam Fananie,
batin seperti makna yang terdapat dalam tiap 2000:25) menyatakan stilistika adalah sarana
bait puisi dan puisi secara keseluruhan. yang dipakai pengarang untuk mencapai
Sementara, untuk bidang pengajaran hasil suatu tujuan karena stilistika merupakan
penelitian ini dapat membantu pelajar cara untuk mengungkapkan pikiran, jiwa,
menemukan penggunaan majas metafora dan kepribadian pengarang dengan khasnya.
pada kumpulan sajak Chairil Anwar, Ratna (2016:167) secara definisi stilistika
masukan bagi guru Bahasa Indonesia untuk adalah ilmu yang berkaitan dengan gaya dan
memilih karya sastra sebagai bahan ajar gaya bahasa tetapi pada umumnya lebih
yang berhubungan dengan penggunaan mengacu pada gaya bahasa.
majas metafora dalam melihat pemahaman
siswa tentang makna puisi. Gaya Bahasa
Penelitian ini bertujuan untuk Ahmadi (1990:170) menyatakan bahwa gaya
mengidentifikasi majas simile oleh dalam bahasa adalah penggunaan bahasa yang
novel Azab dan Sengsara karya Merari istimewa, dan tidak dapat dipisahkan dari
Siregar. cara atau teknik seorang pengarang dalam
merefleksikan (memantulkan dan resmi, dan gaya bahasa percakapan (Keraf,
mencerminkan) pengalaman, nilai-nilai 2010:120).
kualitas kesadaran pikiran dan pandangan 2) Gaya Bahasa Bedasarkan Nada
yang istimewa atau khusus. Ahmadi Gaya bahasa dilihat dari segi nada yang
membagi gaya bahasa menjadi dua, yaitu terkandung dalam sebuah wacana, dibagi
gaya bahasa penekanan yang terdiri dari 25 atas: gaya yang sederhana, gaya mulia dan
jenis gaya bahasa dan gaya bahasa bertenaga, serta gaya menengah.
perbandingan yang terdiri dari empat belas 3) Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur
jenis. Lain halnya Keraf (2010:113) yang Kalimat
menyebutkan bahwa gaya bahasa Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
merupakan cara mengungkapkan pikiran terdiri dari gaya bahasa klimaks,
melalui bahasa secara khas yang antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan
memperhatikan ciri dan kepribadian penulis repetisi.
(pemakai bahasa). 4) Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung
Menurut Kridalaksana (2011:76) gaya Tidaknya Makna
bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan Berdasarkan langsung tidaknya makna yang
bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau terkandung dalam sebuah kata atau
menulis serta pemakaian ragam tertentu. kelompok kata maka gaya bahasa dapat
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2002:276) dibedakan atas dua bagian, yakni gaya
gaya bahasa (style) adalah suatu hal yang langsung atau gaya bahasa retoris dan gaya
pada umumnya tidak lagi mengandung sifat bahasa kiasan.
kontroversional, menyaran pada pengertian a) Gaya Bahasa Retoris
cara penggunaan bahasa dalam konteks Gaya bahasa retoris harus diartikan menurut
tertentu, oleh pengarang tertentu dan nilai lahirnya.Tidak ada usaha
sebagainya. Sementara, Menurut Jabrohim menyembunyikan sesuatu di dalamnya
(2000:102) gaya bahasa merupakan (Keraf, 2010: 129). Gaya bahasa retoris
penggunaan bahasa sebagai media terdiri dari aliterasi, asonansi, anastrof,
komunikasi secara khusus, yaitu apofasis atau preterisio, apostrof, asindeton,
penggunaan bahasa secara bergaya dengan polisondeton, kiasmus, ellipsis, eufemisme,
tujuan ekspresifitas pengucapan. Gaya litotes, histeron, proteron, pleonasme dan
bahasa meliputi seluruh unsur bahasa, yaitu tautologi, perifrasis, prolepsis atau
intonasi, bunyi, kata, dan kalimat. antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris,
Keraf (2010:115) membagi jenis-jenis silepsis dan zeugma, koreksio atau
gaya bahasa sebagai berikut: epanortosis, hiperbola, paradoks, dan
1) Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan oksimoron.
Kata b) Gaya Bahasa Kiasan
Dalam bahasa standar (bahasa baku) Gaya bahasa kiasan ialah gaya yang dilihat
dapatlah dibedakan: gaya bahasa resmi dari segi makna tidak dapat ditafsirkan
(bukan bahasa resmi), gaya bahasa tak sesuai dengan kata-kata yang
membentuknya. Makna harus dicari di luar
rangkaian kata atau kalimatnya. Gaya Dengan begitu, keduanya benda atau hal
bahasa kiasan terdiri atas persamaan atau yang diperumpamakan bisa
simile, metafora, alegori, parabel, fabel, diperbandingkan. Perbandingan ini tidak
personifikasi, alusio, eponim, epitet, menimbulkan masalah. Majas ini mudah
sonekdoke, metonomia, antonomasia, dikenali karena kedua penanda muncul
hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, secara bersamaan dan selalu dihubungkan
inuendo, antifrasis, paronomasia. oleh kata pembandingnya.
Contoh:
Simile Tutur manisnya seperti madu
Keraf (2010:138) menyatakan bahwa simile Bagan wilayah makna yang
atau perumpamaan adalah perbandingan diperumpamakan pada contoh di atas adalah
yang bersifat eksplisit yaitu gaya bahasa frasa tutur manisnya dengan kata madu.
langsung menyatakan sesuatu sama dengan Komponen makna penyama pada frasa tutur
hal yang lain. Simile atau perumpamaan manisnya dan kata madu adalah merasa enak
memerlukan ipaya yang secara eksplisit dan terpengaruh. Sementara, komponen
menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: makna pembeda, pada frasa tutur manisnya
seperti, sama, sebagai, bagaikan, bagai, bermakna cara bertutur yang enak didengar,
laksana, seolah-olah, tak ubahnya, dan atau mengandung rayuan sehingga yang
sebagainya. mendengarnya dapat terpengaruh.
Menurut Tarigan (1986:144) simile atau Sementara, kata madu merupakan cairan
perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang banyak mengandung zat gula yang
yang pada hakekatnya berlainan dan rasanya manis sekali. Jadi, komponen
dianggap sama. Perbandingan ini secara makna penyama dan pembeda pada dua hal
eksplisit dijelaskan dengan pemakaian kata yang dipersamakan untuk frasa
seperti, sebagai, bagaikan, laksana, tuturmanisnya terletak pada cara dan pada
umpama, ibarat, dan sejenisnya.Contohnya kata madu terletak pada sifatnya.
kikirnya seperti kepiting batu. Simile menyaran pada adanya
Terdapat dua kata (atau bentuk lainnya) perbandingan yang langsung dan eksplisit
dalam simile atau perumpamaan yang dengan mempergunakan kata-kata tugas
masing-masing menampilkan konsep dan tertentu sebagai penanda keeksplisitan
acuan yang berbeda. Menurut pandangan seperti: seperti, bagai, bagaikan, sebagai,
tiap budaya perumpamaan dalam sebuah laksana, mirip, dan sebagainya
bahasa dapat berbeda-beda bergantung dari (Nurgiyantoro, 2014:298).
latar belakang masyarakat tentang
pengetahuan yang mereka pahami. Jadi, Perwujudan Kelas Kata
dalam simile dapat berupa perumpamaan Kridalaksana (2011:110), kata adalah
secara orisinil atau perumpamaan secara morfem atau kombinasi morfem yang oleh
kesepakatan kelompok masyarakat yang bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil
makna antara pembanding dan terbanding yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang
memiliki kesamaan komponen makna. bebas atau satuan bahasa yang dapat berdiri
sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau Sementara, pendekatan stilistika, yaitu
morfem gabungan. Kata tunggal atau memberikan perhatian terhadap tampilan
morfem tunggal adalah kata yang berasal bahasa di dalam karya sastra.
dari leksem tunggal setelah mengalami
proses morfologi. Kata kompleks adalah Metode dan Teknik Pengumpulan Data
kata yang sudah mengalami proses Metode yang digunakan dalam penelitian ini
morfologis. Kata golongan ini dapat adalah metode simak. Menurut Mahsun
dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) kata (2013:242) metode simak adalah metode
berimbuhan; (2) kata ulang; (3) kata yang digunakan untuk memperoleh data
majemuk. Kata berimbuhan adalah kata dengan melakukan penyimakan terhadap
yang dibentuk dengan proses afiksasi, penggunaan bahasa. Teks dalam novel Azab
sedangkan kata ulang adalah kata yang dan Sengsara karya Merari Siregar disimak
dibentuk dengan proses reduplikasi. dan diamati untuk mencari penggunaan
Menurut perwujudan majas simile yang terdapat
Kridalaksana (2009:28) kata majemuk dalam novel Azab dan Sengsara karya
adalah gabungan morfem dasar yang Merari Siregar, kemudian ditandai, serta
seluruhnya berstatus sebagai kata yang didokumentasikan untuk diinventarisasikan
mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan sebagai data dalam penelitian ini. Adapun
semantik yang khusus menurut kaidah yang teknik yang digunakan untuk melengkapi
bersangkutan. Kridalaksana (2009:29) metode simak tersebut adalah teknik catat.
menggolongkan kelas kata menjadi tiga Teknik catat adalah teknik yang
belas kata, yaitu verba (kata kerja), adjektiva digunakan untuk mencatat data yang
(kata sifat), nomina (kata benda), pronomina ditemukan. Teknik catat merupakan teknik
(kata ganti), numeralia (kata bilangan), yang digunakan untuk mencatat beberapa
adverbia (kata keterangan), interogativa bentuk yang relevan bagi penelitian yang
(kata tanya), demonstrativa (kata tunjuk), bersumber dari penggunaan bahasa secara
preposisi (kata depan), konjungsi (kata tertulis (Mahsun, 2013:127). Teks novel
penghubung), artikula, kategori fatis, dan Azab dan Sengsara karya Merari Siregar
interjeksi (kata seru). dibaca, kemudian menandai kata-kata dalam
teks novel yang mengandung majas simile.
METODE PENELITIAN Semua data yang telah ditandai dalam novel
Jenis penelitian dan Pendekatan Azab dan Sengsara karya Merari Siregar,
Penelitian ini merupakan jenis penelitian selanjutnya disalin dalam kartu data untuk
deskriptif kualitatif dengan menggunakan dianalisis perwujudannya.
pendekatan stilistika. Jenis penelitian
deskriptif kualitatif, yakni salah satu Sumber dan Jenis Data
prosedur penelitian yang menghasilkan data Sumber data penelitian ini adalah novel
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan novel Azab dan Sengsara karya Merari
perilaku orang-orang yang diamati (Bodgan Siregar terbitan PT. Balai Pustaka, cetakan
dan Taylor dalam Moleong, 2007:67). kedua belas, Jakarta (1993).
Jenis data dalam penelitian ini adalah
data tertulis, yaitu majas simile dalam novel Perwujudan simile dalam novel Azab dan
novel Azab dan Sengsara karya Merari Sengsara sangat bervariasi, yakni berwujud
nomina, verba, adjektiva
Siregar.
Dalam mengidentifikasi perwujudan
simile dalam novel Azab dan Sengsara,
Teknis Analisis Data penulis menggunakan teori perwujudan
Analisis data dalam penelitian ini sebagai kelas kata Kridalaksana dan teori gaya
berikut: bahasa Keraf. Adapun perwujudan simile
1. Pengidentifikasian data, yakni dalam novel Azab dan Sengsara, yakni (1)
mengidentifikasi perwujudan simile perwujudan simile dalam kelas kata nomina
dengan nomina; (2) perwujudan simile
melalui teks dalam novel Azab dan
dalam kelas kata nomina dengan adjektiva;
Sengsara karya Merari Siregar. (3) perwujudan simile dalam kelas kata
2. Pengklasifikasian data, yakni adjektiva dengan verba; (4) perwujudan
mengklasifikasi teks yang menunjukkan simile dalam kelas kata verba dengan verba;
perwujudan simile dalam novel Azab (5) perwujudan simile dalam kelas kata
dan Sengsara karya Merari Siregar. verba dengan nomina. Sementara, penanda
3. Penganalisisan data, yakni semua data simile yang digunakan oleh Merari Siregar
dalam novel Azab dan Sengsara, yakni
yang telah diklasifikasi dianalisis dengan
sebagai, ibarat, seperti, tak ubahnya,
mendeskripsikan secara mendetail laksana, dan seolah-olah. Berikut
permasalahan yang ada dalam penelitian penjelasannya.
ini berupa perwujudan simile oleh
Merari Siregar dalam novel Azab dan 1. Perwujudan Simile dalam Kelas Kata
Sengsara. Nomina dengan Nomina
Perwujudan simile Merari Siregar meliputi
terbanding dan pembanding. Adapun
PEMBAHASAN terbanding berwujud nomina konkret dan
Pembahasan dalam penelitian ini akan nomina abstrak, begitu pula dengan
mengidentifikasi perwujudan simile oleh pembanding berwujud nomina konkret dan
Merari Siregar dalam novel Azab dan nomina abstrak. Gaya bahasa simile Merari
Sengsara yang menjadi fokus masalah. Siregar dengan Perwujudan nomina dengan
nomina dalam novel Azab dan Sengsara
dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Perwujudan Simile dalam Novel Azab dan
Sengsara
Tabel 1
Perwujudan Simile oleh Merari Siregar dalam Kelas Kata Nomina dengan Nomina

No Kutipan Teks Perwujudan Nomina Penanda


Novel Azab dan terbanding dan Terbanding Pembanding
Sengsara Teb Pem Pembanding (Teb) (Pem)

1 Langit di sebelah Nomina Nomina Sebagai Langit di Emas juwita


barat pun merah konkret konkret sebelah barat
kuning rupanya pun merah
dan sinar matahari kuning
yang turun itu
nampaklah di atas
kayu yang tinggi-
tinggi, indah
rupanya sebagai
disepuh dengan
emas juwita.
(hlm.11)
2 Batang padi yang Nomina Nomina Sebagai Batang padi Ombak yang
tumbuh di sawah konkret konkter yang tumbuh berpalu-paluan
yang luas itupun di sawah yang di atas laut
dibuai-buaikan luas itupun yang lebar
angin sebagai dibuai-buaikan
ombak yang angin
berpalu-paluandi
atas laut yang
lebar. (hlm.11)
3 Sawah yang luas Nomina Nomina Tak ubahnya Sawah yang Lautan
itupun tak konkret konkret luas
ubahnya dengan
lautan. (hlm.11)
4 Nasib manusia itu Nomina Nomina Sebagai Nasib manusia Roda
sebagai roda, abstrak konkret
kadang-kadang ke
atas, kadang-
kadang ke bawah
(hlm.16)
5 Ah, sungguh saya Nomina Nomina Sebagai Anak Matahari
merasa beruntung konkret konkret
karena anak kita bernyawa
ini sebagai
matahari yang
menyinari
peernikahan kita.
(hlm. 26)
6 Hatinya hancur Nomina Nomina Sebagai Hati yang Kaca terempas
sebagai kaca abstrak konkret hancur ke batu
terempas ke batu .
. . (hlm.32)
7 Sipipisan pun Nomina Nomina Sebagai Sipipisan pun bentuk
sudah hilang konkret konkret sudah hilang ranggah ayam
puncaknya yang puncaknya jantan yang
bagus itu, berdiri dengan
bentuknya sebagai gagahnya
bentuk ranggah
ayam jantan yang
berdiri dengan
gagahnya. (hlm.
38)
Contoh (1) yang tumbuh di sawah yang luas itupun
Langit di sebelah barat pun merah kuning dibuai-buaikan angin merupakan terbanding
rupanya dan sinar matahari yang turun itu dan kalimat ombak yang berpalu-paluan di
nampaklah di atas kayu yang tinggi-tinggi, atas laut yang lebar merupakan
indah rupanya sebagai disepuh dengan pembanding. Komponen makna penyama
emas juwita. (hlm.11) pada kalimat Batang padi yang tumbuh di
Bagan wilayah terbanding dan sawah yang luas itupun dibuai-buaikan
pembanding yang diperumpamakan pada angin dan kalimat ombak yang berpalu-
contoh di atas, yang termasuk terbanding paluan di atas laut yang lebar adalah
adalah kalimat langit di sebelah barat pun diayun-ayunkan dan berpukul-pukulan.
merah kuning rupanya dengan pembanding Sementara, komponen makna pembeda,
frasa emas juwita. Komponen makna pada kalimat Batang padi yang tumbuh di
penyama pada kalimat langit di sebelah sawah yang luas itupun dibuai-buaikan
barat pun merah kuning rupanya dan frasa angin bermakna batang padi yang bergerak-
emas juwita adalah kesamaan warna, yakni gerak karena tertiup oleh angin. Sementara,
sama-sama menghasilkan warna kalimat ombak yang berpalu-paluan di atas
kekuningan. Sementara, komponen makna laut yang lebar bermakna ombak yang
pembeda, pada kalimat langit di sebelah begelombang. Jadi, batang padi yang dibuai-
barat pun merah kuning rupanya bermakna buaikan angin diasosiasikan dengan bentuk
warna langit ketika matahari terbenam. ombak yang berpalu-paluan karena memiliki
Sementara, frasa emas juwita bermakna komponen makna penyama.
emas yang berwarna kuning kemerah-
merahan. Jadi, warna kekuningan yang Contoh (3)
dihasilkan oleh matahari yang terbenam Sawah yang luas itupun tak ubahnya
diasosiasikan dengan warna emas juwita dengan lautan. (hlm.11)
karena memiliki komponen makna Bagan wilayah terbanding dan
penyama. Penanda simile antara pembanding yang diperumpamakan pada
pembanding dan terbanding pada contoh di contoh di atas, antara lain yang termasuk
atas adalah kata sebagai. terbanding adalah kalimat Sawah yang luas
dan pembanding adalah kata lautan.
Contoh (2) Komponen makna penyama pada kalimat
Batang padi yang tumbuh di sawah yang Sawah yang luas dan kata lautan adalah
luas itupun dibuai-buaikan angin sebagai lapang; lebar suatu bidang atau ruang. Jadi,
ombak yang berpalu-paluandi atas laut sawah yang luas diasosiasikan dengan
yang lebar. (hlm.11) bentuk lautan yang luas. Sementara,
Penanda simile antara terbanding dan komponen makna pembeda, pada kalimat
pembanding pada contoh di atas adalah kata sawah yang luas bermakna sawah yang
sebagai. Bagan wilayah terbanding dan ukurannya sangat lebar bidangnya.
pembanding yang diperumpamakan pada Sementara, kata lautan bermakna samudera.
contoh di atas, yaitu kalimat Batang padi Penanda simile antara pembanding dan
terbanding pada contoh di atas adalah kata berwujud nomina konkret, nomina abstrak
tak ubahnya. dan adjektiva, begitupula dengan
pembanding berwujud nomina konkret,
nomina abstrak, dan adjektiva. Perwujudan
2. Perwujudan Simile dalam Kelas Kata
gaya bahasa simile dalam kelas kata nomina
Nomina dengan Adjektiva
dengan adjektiva pada novel Azab dan
Perwujudan simile meliputi terbanding
Sengsara, sebagai berikut:
dan pembanding. Adapun terbanding
Tabel 2
Perwujudan Simile oleh Merari Siregar dalam Kelas Kata Nomina dengan Adjektiva

No Kutipan Teks Perwujudan Nomina Penanda Terbanding Pembanding


Novel Azab dan terbanding (Teb) (Pem)
Sengsara Teb Pem dan
pembanding
1 Pengetahuannya Nomina Adjektiva Ibarat Pengetahuannya Gendeng
tiada suatu apa abstrak tiada suatu apa
ibarat gendeng
kalau dipalu
keras suaranya,
dibelah tak ada
isinya (hlm.31)
2 Lihatlah warna Adjektiva Nomina Sebagai Warna kulitnya Kulit langsat
kulitnya yang konkret yang jernih dan
jernih dan bersih bersih itu, putih
itu, putih kuning kuning
sebagai kulit
langsat. (hlm.33)
3 Giginya yang Adjektiva Nomina Sebagai Giginya yang Mutiara
putih dan halus, konkret putih dan halus
berkilat-kilat
sebagai mutiara.
(hlm.33)
4 Air matanya Adjektiva Nomina Sebagai Air matanya Seri gunung
yang hening dan konkret yang hening waktu
jernih, suci dan dan jernih, suci matahari akan
basah sebagai seri dan basah terbenam
gunung waktu
matahari akan
terbenam adanya
(hlm.33)
5 Hari yang kelam Adjektiva Nomina Sebagai Hari yang Waktu
itu menjadi kelam konkret kelam itu matahari
sebagai waktu menjadi kelam terbenam
matahari
terbenam. (hlm.
38)
6 Terasa benar- Adjektiva Nomina Sebagai Besar cinta Tanam-
benar dalam konkret tanaman
hatiku: makin
lama makin besar
cinta itu sebagai
tanam-tanaman.
(hlm.71)
7 Akan tetapi cita- Adjektiva Nomina Sebagai Cita-cita itu Kabut ditiup
cita itu sudah konkret sudah lenyap angin
lenyap sebagai
kabut ditiup
angin. (hlm. 71)

Contoh (4) langsat merupakan pembanding. Komponen


Pengetahuannya tiada suatu apa ibarat makna penyama pada kalimat warna kulitnya
gendeng kalau dipalu keras suaranya, yang jernih dan bersih itu, putih kuning dan
dibelah tak ada isinya (hlm.31) frasa kulit langsat adalah putih bersih.
Bagan wilayah terbanding dan Sementara, komponen makna pembeda,
pembanding yang diperumpamakan pada pada kalimat warna kulitnya yang jernih dan
contoh di atas, meliputi kalimat bersih itu, putih kuning bermakna
pengetahuannya tiada suatu apa yang mempunyai kulit yang putih kekuning-
merupakan terbanding dan kata gendeng kuningan. Sementara, frasa kulit langsat
merupakan pembanding. Komponen makna bermakna kulit buah yang berwarna putih
penyama pada kalimat pengetahuannya atau kuning; buahnya menyerupai duku.
tiada suatu apa dan kata gendeng adalah Jadi, warna kulitnya yang jernih dan bersih
bodoh; tidak punya pengetahuan. Sementara, itu, putih kuning disamakan dengan kulit
komponen makna pembeda, pada kalimat langsat karena mempunyai komponen
pengetahuannya tiada suatu apa bermakna makna penyama. Penanda simile antara
tidak pintar; kurang pintar. Sementara, kata terbanding dan pembanding pada contoh di
gendeng bermakna gila; tidak normal. Jadi, atas adalah kata sebagai.
pengetahuannya tiada suatu apa
diasosiasikan dengan gendeng karena Contoh (6)
mempunyai komponen makna penyama. Giginya yang putih dan halus, berkilat-
Penanda simile antara pembanding dan kilat sebagai mutiara. (hlm.33)
terbanding pada contoh di atas adalah kata Bagan wilayah terbanding dan
ibarat. pembanding yang diperumpamakan pada
Contoh (5) contoh di atas adalah kalimat giginya yang
Lihatlah warna kulitnya yang jernih dan putih dan halus, berkilat-kilat merupakan
bersih itu, putih kuning sebagai kulit terbanding dan kata mutiara merupakan
langsat. (hlm.33) pembanding. Komponen makna penyama
Bagan wilayah terbanding dan pada kalimat giginya yang putih dan halus,
pembanding yang diperumpamakan pada berkilat-kilat dan kata mutiara adalah putih
contoh di atas adalah kalimat warna kulitnya bersih; mengkilat. Sementara, komponen
yang jernih dan bersih itu, putih kuning makna pembeda, pada kalimat giginya yang
merupakan terbanding dan frasa kulit putih dan halus, berkilat-kilat bermakna
mempunyai bentuk giginya yang putih,
bersih, dan berkilat. Sementara, kata mutiara 3. Perwujudan Simile dalam Kelas Kata
bermakna permata berbentuk bulat dan Adjektiva dengan Verba
keras yang berwarna putih. Jadi, giginya Perwujudan simile meliputi terbanding
dan pembanding. Adapun terbanding
yang putih dan halus, berkilat-kilat
berwujud adjektiva dan verba begitupula
diasosiasikan dengan mutiara karena dengan pembanding berwujud adjektiva dan
mempunyai komponen makna penyama. verba. Perwujudan simile dalam kelas kata
Penanda simile antara pembanding dan adjektiva dengan Verba pada novel Azab
terbanding pada contoh di atas adalah kata dan Sengsara, sebagai berikut:
sebagai.
Tabel 3
Perwujudan Simile oleh Merari Siregar dalam Kelas Kata Adjektiva dengan Verba
No Kutipan Teks Perwujudan Nomina Penanda Terbanding Pembanding
Novel Azab dan terbanding dan (Teb) (Pem)
Sengsara Ter Pem pembanding
1 Pencarian istrinya Adjektiva Verba Sebagai Pencarian Hujan jatuh ke
itu pun, karena ia tiada tinggal, pasir
masih juga tandas sama
bekerja di rumah sekali
tuannya, tiada
tinggal, tandas
sama sekali
sebagai hujan
jatuh ke pasir
(hlm.31)
2 Lenyap dari mata Adjektiva Verba Sebagai Suaranya Jatuh ke lubuk
sedang suaranya minta tolong
minta tolong itu itu sia-sia saja
sia-sia saja
sebagai jatuh ke
lubuk. (hlm.136)
Contoh (7) kalimat hujan jatuh ke pasir adalah
Pencarian istrinya itu pun, karena ia pendapatan yang tidak menyisakan sesuatu.
masih juga bekerja di rumah tuannya, Sementara, komponen makna pembeda,
tiada tinggal, tandas sama sekali sebagai pada kalimat pencarian tiada tinggal, tandas
hujan jatuh ke pasir (hlm.31) sama sekali bermakna uang yang didapat
Bagan wilayah terbanding dan langsung habis saat itu juga. Sementara,
pembanding yang diperumpamakan pada kalimat hujan jatuh ke pasir bermakna
contoh di atas adalah kalimat pencarian cairan hujan yang jatuh ke pasir langsung
tiada tinggal, tandas sama sekali merupakan terserap ke dalam, tidak menyisakan
terbanding dan kalimat hujan jatuh ke cairannya di atas permukaan. Jadi, pencarian
pasirmerupakan pembanding. Komponen tiada tinggal, tandas sama sekali
makna penyama pada kalimat pencarian diasosiasikan dengan hujan jatuh ke pasir
tiada tinggal, tandas sama sekali dan karena mempunyai komponen makna
penyama. Penanda simile antara teriakan yang semakin hilang tidak
pembanding dan terbanding pada contoh di terdengar. Sementara, kalimat jatuh ke lubuk
atas adalah kata sebagai. bermakna sesuatu yang jatuh ke dasar yang
terdalam tak terlihat; hilang lenyap. Jadi,
Contoh (8) suaranya minta tolong itu sia-sia saja
Lenyap dari mata sedang suaranya minta diasosiasikan dengan jatuh ke lubuk karena
tolong itu sia-sia saja sebagai jatuh ke mempunyai komponen makna penyama.
lubuk. (hlm.136) Penanda simile antara pembanding dan
Bagan wilayah terbanding dan terbanding pada contoh di atas adalah kata
pembanding yang diperumpamakan pada sebagai.
contoh di atas, yakni yang termasuk
terbanding adalah kalimat suaranya minta 4. Perwujudan Simile dalam Kelas Kata
tolong itu sia-sia saja dan pembanding Verba dengan Verba
Perwujudan simile meliputi terbanding
adalah kalimat jatuh ke lubuk. Komponen
dan pembanding. Adapun terbanding dan
makna penyama pada kedua contoh kalimat pembanding berwujud verba dan verba.
tersebut adalah sesuatu yang tak terdengar Perwujudan simile dalam kelas kata verba
atau lenyap. Sementara, komponen makna dengan Verba pada novel Azab dan
pembeda, pada kalimat suaranya minta Sengsara, sebagai berikut:
tolong itu sia-sia saja bermakna suatu
Tabel 4
Perwujudan Simile oleh Merari Siregar dalam Kelas Kata Verba dengan Verba
No Kutipan Teks Perwujudan Nomina Penanda Terbanding Pembanding
Novel Azab dan terbanding dan (Teb) (Pem)
Sengsara Ter Pem pembanding
1 Kalau matahari Verba Verba Seperti Kalau Emas disepuh
hendak masuk ke matahari ke puncak
perhentiannya, ia hendak masuk gunung
akan ke
memancarkan perhentiannya,
sinar yang seperti ia akan
emas disepuh ke memancarkan
puncak gunung sinar
(hlm.48)
2 Air matanya Verba Verba Laksana Air matanya Mutiara yang
bercucuran, bercucuran gugur dari
laksana mutiara karangnya
yang gugur dari
karangnya.
(hlm.77)
3 Tiadalah Verba Verba Sebagai Diketahuinya Air mayang
diketahuinya air air matanya enau baru
matanya jatuh jatuh bertititk- dipancung
bertititk-titik titik
sebagai air
mayang enau baru
dipancung.
(hlm.104)
4 Tetapi meskipun Verba Verba Sebagai ia lambat- Raja berjalan
ia lambat-lambat lambat turun lakunya
turun ke sebelah ke sebelah
barat sebagai raja barat
berjalan lakunya. .
. (hlm.129)
5 Karena pohon Verba Verba Sebagai kepala sajalah terapung di
tembakau pada yang terulur atas laut
waktu itu telah ke atas rupanya
tinggi, sehingga
badan mereka itu
kelindungan
hanya kepala
sajalah yang
terulur ke atas
sebagai terapung
di atas laut
rupanya. (hlm.
129)
6 Terpancarlah Verba Verba Sebagai Terpancarlah anak panah
sinarnya yang sinarnya yang
amat permai itu, melayang
keluar dari pada daripada
suatu benda yang busurnya
bundar sebagai
anak panah yang
melayang
daripada
busurnya.
(hlm.132)
7 Layar pun Verba Verba Sebagai Layar pun Sayap burung
terkembang terkembang yang sedang
semua sebagai melayang di
sayap burung udara
yang sedang
melayang di
udara. (hlm. 148)

Contoh (9) hendak masuk ke perhentiannya, ia akan


Kalau matahari hendak masuk ke memancarkan sinar merupakan terbanding
perhentiannya, ia akan memancarkan dan kalimat emas disepuh ke puncak gunung
sinar yang seperti emas disepuh ke puncak merupakan pembanding. Komponen makna
gunung (hlm.48) penyama pada kedua contoh kalimat
Bagan wilayah terbanding dan tersebut adalah cahaya yang dipancarkan;
pembanding yang diperumpamakan pada tampilan warna. Sementara, komponen
contoh di atas, yakni kalimat kalau matahari makna pembeda, pada kalimat kalau
matahari hendak masuk ke perhentiannya, pembanding dan terbanding pada contoh di
ia akan memancarkan sinar bermakna atas adalah kata laksana.
warnah yang dihasilkan oleh matahari saat
akan terbenam. Sementara, kalimat emas Contoh (11)
disepuh ke puncak gunung bermakna emas Tiadalah diketahuinya air matanya jatuh
yang dicampur dengan sendawa, tawas bertititk-titik sebagai air mayang enau
untuk menuakan warna emas. Jadi, matahari baru dipancung. (hlm.104)
hendak masuk ke perhentiannya, ia akan Bagan wilayah pembanding dan
memancarkan sinar diasosiasikan dengan terbanding yang diperumpamakan pada
emas disepuh ke puncak gunung karena contoh di atas adalah pembanding kalimat
mempunyai komponen makna penyama. air matanya jatuh bertititk-titik dengan
Penanda simile antara pembanding dan terbanding kalimat air mayang enau baru
terbanding pada contoh di atas adalah kata dipancung. Komponen makna penyama
sebagai. pada kedua contoh kalimat tersebut adalah
suatu cairan yang menetes berkali-kali.
Contoh (10) Sementara, komponen makna pembeda,
Air matanya bercucuran, laksana mutiara pada kalimat air matanya jatuh bertititk-titik
yang gugur dari karangnya. (hlm.77) bermakna air mata yang jatuh menetes dari
Bagan wilayah terbanding dan mata. Sementara, kalimat air mayang enau
pembanding yang diperumpamakan pada baru dipancung bermakna air mayang enau
contoh di atas adalah pembanding kalimat yang jatuh menetes-netes saat dipancung.
air matanya bercucuran dengan terbanding Penanda simile antara pembanding dan
kalimat mutiara yang gugur dari karangnya. terbanding pada contoh di atas adalah kata
Komponen makna penyama pada kedua sebagai.
contoh kalimat tersebut adalah sesuatu yang
mengalir turun terus menerus. Sementara, 5. Perwujudan Simile dalam Kelas Kata
komponen makna pembeda, pada kalimat Verba dengan Nomina
air matanya bercucuran bermakna air mata Perwujudan simile meliputi terbanding
dan pembanding. Adapun terbanding
yang berpancaran turun dari mata;
berwujud verba dan nomina, begitupula
menangis. Sementara, kalimat mutiara yang dengan pembanding berwujud nomina dan
gugur dari karangnya bermakna mutiara verba. Perwujudan simile dalam kelas kata
yang jatuh secara bersama-sama dari verba dengan nomina pada novel Azab dan
karangnya. Penanda simile antara Sengsara, sebagai berikut:
Tabel 5
Perwujudan Simile oleh Merari Siregar dalam Kelas Kata Verba dengan Nomina
No Kutipan Teks Perwujudan Nomina Penanda Terbanding Pembanding
Novel Azab dan Terbanding (Teb) (Pem)
Sengsara Ter Pem dan
Pembanding
1 Bunga-bunga Verba Nomina Sebagai Bunga-bunga halaman yang
yang yang permai penuh
berkembangan di berkembangan dengan intan
pantai laut tawar, di pantai laut permata
serta cahaya tawar, serta
embun yang cahaya embun
berhamburan pada yang
daun rumput- berhamburan
rumput adalah pada daun
pada mata kita rumput-
sebagai halaman rumput
yang permsai
penuh dengan
intan permata
(hlm.148)
berkembangan di pantai laut tawar, serta
Contoh (12) cahaya embun yang berhamburan pada daun
Bunga-bunga yang berkembangan di rumput-rumput diasosiasikan dengan
pantai laut tawar, serta cahaya embun halaman yang permai penuh dengan intan
yang berhamburan pada daun rumput- permata karena memiliki komponen makna
rumput adalah pada mata kita sebagai penyama. Penanda simile antara
halaman yang permai penuh dengan intan pembanding dan terbanding pada contoh di
permata (hlm.148) atas adalah kata sebagai.
Bagan wilayah pembanding dan
terbanding yang diperumpamakan pada PENUTUP
contoh di atas adalah pembanding kalimat Berdasarkan hasil penelitian dalam
bunga-bunga yang berkembangan di pantai pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan
laut tawar, serta cahaya embun yang beberapa hal yang menjadi temuan dalam
berhamburan pada daun rumput-rumput penelitian ini terkait perwujudan simile oleh
dengan terbanding kalimat halaman yang Merari Siregar dalam novel Azab dan
permai penuh dengan intan permata. Sengsara.
Komponen makna penyama pada kedua Terdapat lima perwujudan simile oleh
contoh kalimat tersebut adalah suatu objek Merari Siregar dalam novel Azab dan
yang indah yang dipenuhi kilauan warna dan Sengsara, yakni (1) perwujudan simile
cahaya. Sementara, komponen makna dalam kelas kata nomina dengan nomina; (2)
pembeda, pada kalimat bunga-bunga yang perwujudan simile dalam kelas kata nomina
berkembangan di pantai laut tawar, serta dengan adjektiva; (3) perwujudan simile
cahaya embun yang berhamburan pada dalam kelas kata adjektiva dengan verba; (4)
daun rumput-rumput bermakna keindahan perwujudan simile dalam kelas kata verba
bunga-bunga yang tumbuh di pantai laut dengan verba; (5) perwujudan simile dalam
tawar yang dijatuhi cahaya embun yang kelas kata verba dengan nomina. Sementara,
menyinari halaman tersebut. Sementara, penanda simile yang digunakan oleh Merari
kalimat halaman yang permai penuh dengan Siregar dalam novel Azab dan Sengsara,
intan permata bermakna halaman yang yakni sebagai, ibarat, seperti, tak ubahnya,
indah yang dipenuhi dengan kilauan intan laksana, dan seolah-olah.
permata. Jadi, bunga-bunga yang
DAFTAR PUSTAKA Moleong, Lexi. 2007. Metodologi Penelitian
Ahmadi, M. 1990. Dasar-dasar Komposisi Kualitatif. Bandung: Remaja
Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan Rosdakarya.
Asah Asih Asuh.
Munir, Saiful, Nas Haryati S., dan Mulyono.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi 2013. “Diksi dan Majas dalam
Penelitian Sastra (Epistemologi, Kumpulan Puisi Nyanyian dalam
Model, Teori, dan Aplikasi). Kelam Karya Sutikno W. S: Kajian
Yogyakarta: PN. Pustaka Widyatama. Stilistika”. Jurnal Sastra Indonesia.
Vol. 2, No. 1.
Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra.
Surakarta: Muhammadiyah University Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori
Press. Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Iye, Risman and Susiati. 2018. "Nilai
Edukatif dalam Novel Sebait Cinta di . 2014. Stilistik. Yogyakarta: Gadjah
Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Mada University Press.
Jauhari Ali (Educative Values in Sebait
Cinta di Bawah Langit Kairoby Abrams, M.H. 1976. The Mirror and The Lamp :
Mahmud Jauhari Ali). Sirok Bastra, 6 Romantic Theory and The Critical Tradition.
(2), 185-191. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Jabrohim. 2000. Metodologi Penelitian Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar


Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.
Widya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Junus, Umar. 1989. Stilistika: Suatu Bradford, Richard. 1997. Stylistics. London: New
Pengantar. Kuala Lumpur: Dewan Fetter Lane.
Bahasa dan Pustaka Kementerian
Pendidikan Malaysia. Bressler, Charles E. 1999. Literary Criticism : An
Introduction to Theory and Practice. Second
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Edition. New Jersey: Prentice Hall, Upper Saddle
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. River.
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kelas Kata Child, Peter and Roger Fowler. 2006. The
Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Routledge Dictionary of Literary Terms. London
Gramedia Pustaka Utama.
and New York: Routledge.
. 2011. Kamus Linguistik. Edisi
Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Darmono, S. D. 2003. Kita dan Sastra Dunia.
Utama. dalam http://www.mizan.com. diakses pada
tanggal 13 Januari 2012.
Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa
(Tahapan Strategi, Metode dan Darwis, Muhammad. 2002. Pola-Pola
Tekniknya). Jakarta: PT Raja Grafindo Gramatikal dalam Puisi Indonesia. Dalam Jurnal
Persada. Masyarakat Linguistik Indonesia edisi Tahun 20,
Nomor 1, Februari 2002.
Davies, Alan and Catherine Elder (Ed). 2006. The Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian
Handbook of Applied Linguistics. Australia: Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Blackwell Publishing.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1997. Pengkajian Puisi
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural
Indonesia (edisi 3). Jakarta: Balai Pustaka. dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Endaswara, Suwardi. 2003. Metodologi
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pranawa, Erry. 2005. Analisis Stilistika Novel
Widyatama. Burung-burung Manyar Karya Y.B.
Mangunwijaya (Tesis). Program Studi Linguistik
Fabb, Nigel. 2003. Linguistics and Literature. In Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Mark Arnoff and Janie Rees-Miller (Ed), The Surakarta.
Handbook of Linguistics. USA: Blackwell
Publisher. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian
Puitika Bahasa Sastra dan Budaya. Yogyakarta:
Junus, Umar. 1989. Stilistika : Satu Pengantar. Pustaka Pelajar.
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Renne Wellek & Austin Warren, 1995.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa Penerjemah Melani Budianta, Teori
(cetakan XVI). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Kesusastraan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama. Utama.
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya bahasa. Sangidu. 2004. Penelitian Sastra Pendekatan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta:
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik Unit Penerbitan Asia Barat.
(edisi IV). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Satoto, Soediro. 1995. Stilistika. Surakarta: STSI
Mikics, David. 2007. A New Handbook of Press.
Literary Term. London: Yale University Press.
Sayuti, Suminto A. 2001. Penelitian Stilistika :
Mills, Sara. 1995. Feminist Stylistics. London and Beberapa Konsep Pengantar. Dalam Jabrohim
New York: Routledge. (Ed) Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Hanindita.
Missikova, Gabriela. 2003. Linguistics Stylistics.
Nitra: Filozoficka Fakulta Univerzita Konstantina Shipley, Joseph T. 1979. Dictionary of World
Filozofa. Literature : Forms, Technique, Critics.. USA:
Boston The Writer, Inc.
Musthafa, Bachrudin. 2008. Teori dan Praktik
Sastra dalam Penelitian dan Pengajaran. Simpson, Paul. 2004. Stylistics : A Resource
Bandung: UPI. Book for Student. New York: Roudledge.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Starcke, Bettina Fischer. 2010. Corpus
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Linguistics in Literary Analysis. New York:
Press. Continuum nternationa Publishing Group.
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistik. Djamudi, N. L., Nurlaela, M., Nazar, A.,
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Nuryadin, C., Musywirah, I., & Sari, H. (2019,
October). Alternative social environment policy
Suprapto. 1991. Kumpulan Istilah Sastra dan through educational values in Kafi’a’s
Apresiasi Sastra. Jakarta: Dian. customary speech to the kaledupa community
Tuloli, Nani. 2000. Kajian Sastra. Gorontalo: of Wakatobi Island, Indonesia. In IOP
Nurul Jannah. Conference Series: Earth and Environmental
Science (Vol. 343, No. 1, p. 012118). IOP
Lafamane, F. (2020). Tata Bahasa Fungsional Publishing..
(functional Grammar).
Indonesia, K. K. D. B. Morfologi Bahasa
Lafamane, F. (2020). Fenomena Penggunaan Indonesia.
Bahasa Daerah di Kalangan Remaja.
Iye, R., & Susiati, S. (2018). NILAI EDUKATIF
Amanto, B. S., Umanailo, M. C. B., Wulandari, R. DALAM NOVEL SEBAIT CINTA DI BAWAH LANGIT
S., Taufik, T., & Susiati, S. (2019). Local KAIRO KARYA MAHMUD JAUHARI ALI (Educative
Consumption Diversification. Int. J. Sci. Technol. Values in Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo by
Res, 8(8), 1865-1869. Mahmud Jauhari Ali). Sirok Bastra, 6(2), 185-
191.
Amri, M., Tahir, S. Z. A. B., & Ahmad, S. (2017).
The Implementation of Islamic Teaching in Iye, R., Susiati, S., & Karim, K. (2020). Citra
Multiculturalism Society: A Case Study at Perempuan dalam Iklan Sabun Shinzui. Sang
Pesantren Schools in Indonesia. Asian Social Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas
Science, 13(6), 125. Muhammadiyah Buton, 6(1), 1-7.

Andini, K. NILAI BUDAYA SUKU BAJO SAMPELA Karim, K., Maknun, T., & Abbas, A. (2019).
DALAM FILM THE MIRROR NEVER LIES KARYA Praanggapan Dalam Pamflet Sosialisasi
KAMILA ANDINI. Pelestarian Lingkungan Di Kabupaten Wakatobi.
Jurnal Ilmu Budaya, 7(2), 241-247.
ARYANA, A. PERBANDINGAN GAYA BAHASA
DALAM NOVEL ATHEIS KARYA ACHDIAT KARTA Lafamane, F. (2020). Tata Bahasa Sistemik
MIHARDJA DAN NOVEL TELEGRAM KARYA PUTU Fungsional (Suatu Pandangan).
WIJAYA: TINJAUAN STILISTIKA.
Lafamane, F. (2020). Perkembangan Teori
Azwan, A. (2018). Politeness strategies of Sastra (suatu Pengantar). OSF Preprints. July,
refusals to requests by Ambonese community. 25.
LINGUA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan
Pengajarannya, 15(1), 1-6. Mansyur, F. A., & Suherman, L. A. (2020). The
Function of Proverbs as Educational Media:
Crystal, David. 2000. New Perspectives of Anthropological Linguistics on Wolio Proverbs.
Language Study 1 : Stylistics. University of ELS Journal on Interdisciplinary Studies in
Reading: Department of Linguistics Science. Humanities, 3(2), 271-286.
Rahayaan, I., Azwan, A., & Bugis, R. (2016). The Susiati, S., & Iye, R. (2018). Kajian Geografi
Students' Writing Ability through Cooperative Bahasa dan Dialek di Sulawesi Tenggara:
Script Method. Jurnal Retemena, 2(2). Analisis Dialektometri. Gramatika: Jurnal Ilmiah
Kebahasaan dan Kesastraan, 6(2), 137-151.
Sadat, A., Nazar, A., Suherman, L. O. A.,
Alzarliani, W. O. D., & Birawida, A. B. (2019, Susiati, S. Dialektometri Segitiga: Hubungan
October). Environmental care behavior through Kekerabatan Bahasa Di Sulawesi Tenggara
e-jas model with science edutainment (Bahasa Wakatobi, Bahasa Cia-Cia, Bahasa
approach. In IOP Conference Series: Earth and Pancana, Bahasa Kioko, Bahasa Tolaki).
Environmental Science (Vol. 343, No. 1, p.
012126). IOP Publishing. Susiati, S., Iye, R., & Suherman, L. O. A. (2019).
Hot Potatoes Multimedia Applications in
Sadat, A., Sa’ban, L. M. A., Suherman, L. O. A., Evaluation of Indonesian Learning In SMP
Bahari, S., Ibrahim, T., & Zainal, M. (2019, Students in Buru District. ELS Journal on
October). Internalization characters of Interdisciplinary Studies in Humanities, 2(4),
environmental care and disaster response 556-570.
through care partner schools. In IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science (Vol. Susiati, S. (2018). Homonim bahasa kepulauan
tukang besi dialek kaledupa di kabupaten
343, No. 1, p. 012125). IOP Publishing.
wakatobi [the homonymon of tukang besi island
Salamun, T. (2018). DEIKSIS PERSONA BAHASA languange in kaledupa dialect at wakatobi
INDONESIA DIALEK AMBON [Personal Deixes of regency]. Totobuang, 6 (1), 109, 123.
Indonesian Leanguage With Ambonese Dialect].
Totobuang, 5, 325-339. Susiati, S. (2020). Emosi Verbal Suku Bajo
Sampela.
Salamun, T. (2018). RELASI KEKERABATAN
Susiati, S. (2020). Fenomena Tuturan Emosi
BAHASA HITU, WAKAL, MORELA, MAMALA,
Verbal Bahasa Indonesia Suku Bajo Sampela.
DAN HILA DI PROVINSI MALUKU [The Family
Relationship Language Hitu, Wakal, Morela, Susiati, S. (2020). Nilai Budaya Suku Bajo
Mamala, and Hila in Maluku Province]. Sampela Dalam Film The Mirror Never Lies
Suherman, L. A. (2018). The Analysis of Karya Kamila Andini.
Metaphorical Domain on English “Stab Verb” in Susiati, S. (2020). Konsep Pertentangan Dalam
Corpora. ELS Journal on Interdisciplinary Studies Film" Aisyah Biarkan Kami Bersaudara" Karya
in Humanities, 1(1), 52-58. Herwin Novianto.
Suherman, L. O. A., Salam, S., Mursanto, D., Susiati, S. (2020). Strategi AMBT untuk
Efendi, A., Bahar, S. B., & Kanna, T. (2019, Meningkatkan Kemampuan Membaca
October). The effect of open-air curing on Pemahaman Interpretatif Siswa Kelas IV SD
compressive strength of geopolymer mortar Negeri 3 Namlea Kabupaten Buru.
containing laterite soil and slaked lime. In IOP
Conference Series: Earth and Environmental Susiati, S. (2020). Fungsi Konatif Pada Iklan
Science (Vol. 343, No. 1, p. 012133). IOP Mesin Cuci Hole-Less Tub Dari Sharp: Analisis
Publishing. Wacana Kritis.
Susiati, S. (2020). GAYA BAHASA SECARA Susiati, S. (2020). Gaya Bahasa Secara Umum
UMUM DAN GAYA BAHASA PEMBUNGKUS Dan Gaya Bahasa Pembungkus Pikiran: Stilistika.
PIKIRAN.
Susiati, S. (2020). Tuturan Kesantunan Imperatif
Susiati, S. (2020). The Concept Of Togetherness Bahasa Indonesia Suku Bajo Sampela.
In The Films" Aisyah Biarkan Kami Bersaudara"
By Herwin Novianto. Susiati, S. (2020). Nilai Budaya Suku Bajo
Sampela Dalam Film The Mirror Never Lies
Susiati, S. (2020). Konsep Kebersamaan Dalam Karya Kamila Andini.
Film" Aisyah Biarkan Kami Bersaudara" Karya
Susiati, S. (2020). Pengaplikasian Multimedia
Herwin Novianto.
Hot Potatoes Dalam Evaluasi Pembelajaran
Susiati, S. (2020). Teori dan Aliran Linguistik: Bahasa Indonesia Pada Siswa SMP Negeri 9
Tata Bahasa Generatif. Buru.

Susiati, S. (2020). Metode Pembelajaran Bahasa Susiati, S., & Iye, R. (2018). Kajian Geografi
Indonesia: Sosiodrama. Bahasa dan Dialek di Sulawesi Tenggara:
Analisis Dialektometri. Gramatika: Jurnal Ilmiah
Susiati, S. (2020). Rekontruksi Internal Bahasa Kebahasaan dan Kesastraan. 6 (2), 137-151.
Bugis dan Bahasa Makassar: Linguistik
Komparatif. Susiati, S. (2020). Kaidah Fonologi Bahasa
Indonesia.
Susiati, S. Bahan Ajar: Psikolinguistik.
Susiati, S. (2020). Wujud Morfologi Bahasa
Susiati, S. (2020). PENTINGNYA MELESTARIKAN Indonesia.
BAHASA DAERAH.
Susiati, S. (2020). Makian Bahasa Wakatobi
Susiati, S. (2020). Morfologi Kelas Kata Dalam Dialek Kaledupa.
Bahasa Indonesia.
Susiati, S. (2020). Eksistensi Manusia Dalam
Susiati, S. (2020). Semantik: Teori Semantik, Film" Aisyah Biarkan Kami Bersaudara" Karya
Relasi Makna, Marked, Dan Unmarked. Herwin Novianto.
Susiati, Y. T. Risman Iye. A. Kesantunan Susiati, S. NILAI BUDAYA SUKU BAJO SAMPELA
Imperatif Bahasa Indonesia Suku Bajo Sampela: DALAM FILM THE MIRROR NEVER LIES.
Balai Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
2018. Kongres Bahasa Indonesia (No. 12, pp. 1- Susiati, S. (2020). Konsep Keterasingan Dalam
6). Report. Film" Aisyah Biarkan Kami Bersaudara" Karya
Herwin Novianto.
Susiati, S. (2020). Internal Recontruction Bugis
Language and Makassar Language. Susiati, S. (2020). Concept Of Conflict In The
Films “AISYAH BIARKAN KAMI BERSAUDARA” By
Susiati, S. (2020). Kesantunan Imperatif Bahasa Herwin Novianto.
Melayu Ambon.
Susiati, S. (2020). Embrio Nasionalisme Dalam
Bahasa dan Sastra.
Susiati, S. PERWUJUDAN SIMILE OLEH MERARI Zhang, Zhiqin. 2010. The Interpretation of a
SIREGAR DALAM NOVEL AZAB DAN SENGSARA. Novel by Hemingway in Term of Literary.

Susiati, S. (2020). Nilai Pembentuk Karakter Zulfahnur, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta:
Masyarakat Wakatobi Melalui Kabhanti Wa Depdikbud
Leja.
Rachman, Abdul, Chairil Effendy, dan
Tahir, S. Z. A. B. (2017). Pengembangan Materi Totok Priyadi. 2013. “Majas Metafora
Multibahasa untuk Siswa Pesantren. Unpublish pada Kumpulan Sajak Chairil Anwar
dissertation. Aku Ini Binatang Jalang”. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran.Vol 2,
Tahir, S. Z. B. (2015). Multilingual Teaching And No. 6.
Learning At Pesantren. 14 Asian EFL Journal
Ratna, Nyoman Kutha. 2016. Stilistika
Conference.
Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Tenriawali, A. Y. (2018). Representasi korban Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kekerasan dalam teks berita daring tribun
Semi, M. Atar. 1989. Kritik Sastra.
timur: analisis wacana kritis [the representation
Bandung: Angkasa.
victims of violence in tribun timur online news
text: critical discourse analysis]. TOTOBUANG, 6 Siregar, Merari. 1993. Azab dan Sengsara.
(1), 1, 15. Jakarta: Balai Pustaka.
Yusdianti, A. (2020). THE REPRESENTATION Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai
VICTIMS OF VIOLENCE IN TRIBUN TIMUR Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama.
ONLINE NEWS TEXT: CRITICAL DISCOURSE
ANALYSIS. Susiati, Susiati, and Risman Iye. 2018.
“Kajian Geografi Bahasa dan Dialek
Verdonk, Peter. 2002. Stylistics. New York: di Sulawesi Tenggara: Analisis
Oxford University Press. Dialektometri”. Gramatika. Vol. 6.
No. 2. 137-151.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori
Kesusastraan. Diterjemahkan oleh Melani Susiati. 2017. “Majas Dalam Novel Azab
Budianta. Jakarta: Gramedia. dan Sengsara Karya Merari Siregar”.
Jurnal Welia. Vol. 2. No. 2.
Widdowson, H.G. 1997. Stilistika dan
Pengajaran Sastra. Diterjemahkan oleh Sudijah. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran
Surabaya: Airlangga University Press. Semantik. Bandung: Angkasa.

Wynne, Martin. 2005. Stylistics : Corpus


Approaches. Oxford: Oxford University.

Yunus, Umar. 1989. Stilistika; Suatu Pengantar. \


Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai