Anda di halaman 1dari 14

A.

Latar Belakang
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar penutur dan mitra tutur.
Menurut Chaer dan Agustina (2010:11), bahasa adalah sebagai alat komunikasi
atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia. Bahasa juga adalah sebuah
sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara
tetap dan dapat dikaidahkan. Dengan demikian bahasa itu juga sebuah sistem
lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan
manusiawi.
Penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan nilai seni tidak
terlepas dari gaya bahasa yang digunakan seorang pengarang. Menurut Supriyanto
(2011:3), melalui penggunaan bahasa dalam karya sastra, jalinan cerita dapat
diidentifikasi. Dengan demikian, penelitian sastra melalui deskripsi bahasa dalam
teks dapat diketahui ciri penggunaan bahasa yang lazim disebut gaya bahasa.
Gaya bahasa inilah yang digunakan seorang pengarang untuk menyampaikan
gagasannya.
Gaya bahasa yang digunakan pada karya satra biasanya bersifat
memperindah suatu karya sastranya. Menurut Keraf (2010:115), style atau gaya
bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara
khas tang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Gaya bahasa berpengaruh pada karya sastra khususnya cerpen tersebut
karena untuk membedakan dengan karya sastra orang lain. Menurut Nurhayati
(2012:6), Cerpen merupakan pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen
kehidupan manusia yang di dalamnya tidak dituntut terjadinya suatu perubahaan
nasib dari para pelakunya.
Salah satu cara menikmati karya sastra melalui kajian stilistika. Menurut
Ratna (2009:167), secara definitif stilistika adalah ilmu yang berkaitan dengan
gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya
bahasa. Jadi, dalam pengertian yang paling luas stilistika sebagai ilmu tentang
gaya yang meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia.

1
Hal menarik yang terdapat dalam Cerita Pendek Pelajaran Mengarang
Karya Seno Gumira Ajidarma yaitu terdapat kalimat yang menunjukan adanya
aspek sosial yang berkesinambungan dengan gaya bahasa yang akan peneliti
lakukan. Cerpen ini terpilih dalam 26 kumpulan naskah cerpen yang termasuk ada
dalam Cerpen Pilihan KOMPAS 1993 edisi 2. Hal itu yang membuat peneliti
tertarik untuk meneliti gaya bahasa yang terdapat dalam cerita pendek Pelajaran
Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma. Sehingga dalam penelitian ini dapat
menghasilkan analisis yang bermanfaat sebagai salah satu contoh pembelajaran
gaya bahasa dalam sebuah karya sastra.
Data yang peneliti dapatkan dari cerita pendek Pelajaran Mengarang
karya Seno Gumira Ajidarma berupa kalimat Ini titipan si Marti, aku tidak
mungkin meninggalkannya sendirian dirumah. Diperkosa orang malah repot
nanti. Pada kalimat “Ini titipan si Marti, aku tidak mungkin meninggalkannya
sendirian dirumah” adanya aspek sosial yang berkesinambungan dengan gaya
bahasa. Data lain berupa kalimat pada paragraf awal Anak-anak kelas V menulis
dengan kepala hampir menyentuh meja. Pada kalimat “kepala hampir menyentuh
meja” adanya gaya bahasa hiperbol.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
Bagaimanakah Gaya Bahasa Pada Cerita Pendek Pelajaran Mengarang Karya
Seno Gumira Ajidarma?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik gaya
bahasa pada cerpen sebagai berikut:
Mendeskripsikan gaya bahasa pada cerita pendek Pelajaran Mengarang karya
Seno Gumira Ajidarma.

2
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, adapun manfaat
penelitian sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan tentang gaya bahasa pada cerita pendek
Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma,
2. Memberikan gambaran mengenai gaya bahasa,
3. Menambah wawasan tentang kajian stilistika,
4. Dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
gaya bahasa pada cerita pendek,
5. Mengembangkan kajian stilistika khususnya gaya bahasa dalam sebuah
karya sastra.

E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, sebelumnya sudah
ada yang meneliti hampir serupa yaitu penelitian mengenai gaya bahasa antara
lain:
Penelitian pertama dilakukan oleh Nurhasanah, Laurensius Salem, Agus
Wartiningsih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak
yang berjudul Analisis Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Rectoverso Karya
Dewi Lestari. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif dengan
pendekatan struktural dan stilistika. Tujuan yang ingin dicapai dalm penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan gaya bahasa yang digunakan oleh Dewi Lestari
dalam kumpulan cerpen Rectoverso. Hasil analisis data dari penelitian ini adalah:
1) terdapat kelima gaya bahasa yaitu klimaks, antiklimaks, pararelisme, antitesis
dan repetisi; 2) terdapat gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang
tebagi menjadi gaya bahasa retoris sebanyak 9 jenis gaya bahasa dari 21 jenis
gaya bahasa yang ada yaitu gaya bahasa alitrasi, asonansi, asindenton,
polisindeton, elipsis, perifrasis, eroteris atau pertanyaan, retoritis, koreksio atau
epanortesis dan hiperbola. Selanjutnya, gaya bahasa kiasan sebanyak 3 jenis gaya
bahasa dari 16 gaya yang ada yaitu gaya bahasa persamaan atau simile,
personifikasi atau prosopopoeia dan metonimia.

3
Penelitian kedua yang terdapat dalam artikel jurnal Gaya Bahasa yang
berjudul “Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Cerpen ‘Saat Cinta Datang
Belum Pada Waktunya’ karya Ari Pusparini” oleh Peri Andriyanto pada tahun
2017, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Metode dari
penelitian tersebut yaitu kualitatif yang bersifat deskripsi. Penelitian kualitatif
pada dasarnya memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam
bentuk deskripsi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan gaya bahasa
dalam kumpulan cerpen “Saat Cinta Datang Belum Pada Waktunya” dan hal ini
ditunjukkan dengan penggunakan gaya bahasa yang cukup variatif, karena
didalamnya terdapat gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan dan
perulangan. Gaya bahasa yang dianggap terkandung dalam kumpulan cerpen Ari
Pusparini tersebut yaitu (a) Gaya bahasa perbandingan terdiri dari perumpamaan,
metafora, personfikasi, dan antitesis. (b) Gaya bahasa pertentangan terdiri dari
hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, dan zeugma. (c) Gaya Bahasa
Pertautan terdiri dari; metonimia, sinekdoke, alusi, eufimisme, elipsis, dan
gradasi. (d) Gaya bahasa perulangan terdiri dari: aliterasi, asonansi, kiasmus, dan
repetisi.
Penelitian ketiga terdapat dalam artikel e-journal yang berjudul Analisis
Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen Matahari Di Rumahku oleh Wenny Juwita Sari
tahun 2014, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang. Hasil penelitian diketahui bahwa Kumpulan cerpen Matahari di
Rumahku, memiliki penggunaaan gaya bahasa yang beragam. Setiap
pengarang menggunakan gaya bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan
gagasan dan ide-ide kreatif dari penulis cerpen- cerpen tersebut. Terdapat 14 jenis
gaya bahasa yang digunakan penulis cerpen dalam mengembangkan gagasan
mereka. Gaya bahasa tersebut yaitu: hiperbola, personifikasi, simile,
eklamasio, metafora, eufemisme, hipalase, sarkasme, epitet, metonimia,
pleonasme, ironi, litotes, dan alusio. Gaya bahasa yang paling dominan dalam
kumpulan cerpen tersebut adalah gaya bahasa hiperbola. Gaya bahasa yang
mengandung suatu pernyataan yang berlebih-lebihan dan membesar-besarkan
sesuatu.

4
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut memiliki persamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama meneliti tentang gaya bahasa
pada cerita pendek (cerpen). Sedangkan perbedaannya dari ketiga penelitian
tersebut yaitu terdapatnya gaya bahasa yang berbeda-beda pada setiap cerita
pendek (cerpen) yang akan diteliti. Dengan demikian, diatas telah disebutkan
adanya penelitian dengan tema yang sama. Maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Gaya Bahasa pada Cerita Pendek Pelajaran
Mengarang Karya Seno Gumira Ajidarma.

F. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini berupa definisi dari beberapa
sumber:
1. Bahasa
Menurut Chaer (2010:11), bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa
itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat
dikaidahkan. Menurut Supriyanto (2011:1), bahasa merupakan sarana
yang digunakan pengarang untuk menyampaikan buah pikiran dan
imajinasinya dalam proses penciptaan karya sastra. Hal itu menyiratkan
makna bahwa karya sastra pada dasarnya adalah peristiwa bahasa.
2. Stilistika
Menurut Ratna (2009:3), stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya,
sedangkan stil (style) secara umum sebagaimana akan dibicarakan secara
lebih luas pada bagian berikut adalah cara-cara yang khas, bagaimana
segala sesuatu diungkap kandengan dengan cara tertentu, sehingga tujuan
yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal.
Aminudin (1997:68), menyatakan bahwa Stilistika sebagai studi tentang
cara pengarang dalam mengunakan sistem tanda sejalan dengan gagasan
yang ingin disampaikan, dari kompleksitas dan kekayaan unsur terbentuk
karya sastra yang dijadikan sasaran kajian hanya pada wujud penggunaan
sistem tandanya.

5
3. Gaya Bahasa
Menurut Keraf (2010:115), style atau gaya bahasa dapat dibatasi
sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas tang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Jenis-
jenis gaya bahasa menurut Keraf sebagai berikut:
a) Gaya Bahasa dilihat dari aspek kebahasaan.
1) Segi Nonbahasa
2) Segi Bahasa
b) Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata
1) Gaya Bahasa Resmi
2) Gaya Bahasa Tak Resmi
3) Gaya Bahasa Percakapan
c) Gaya Bahasa Berdasarkan Nada
1) Gaya Sederhana
2) Gaya Mulia dan Bertenaga
3) Gaya Menengah
d) Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
1) Klimaks
2) Antiklimaks
3) Paralelisme
4) Antitesis
5) Repetisi
e) Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
1) Gaya Bahasa Retoris
Macam-macam gaya bahasa retoris seperti yang diuraikan di bawah
ini:
a) Aliterasi
b) Asonansi
c) Anastrof
d) Apofaris atau Preterisio
e) Apostrof
f) Asindeton

6
g) Polisindenton
h) Kiasmus
i) Elipsis
j) Eufemismus
k) Litotes
l) Histeron Proteron
m) Pleonasme dan Tautologi
n) Perifrasis
o) Prolepsis
p) Erotesis
q) Silepsis dan Zeugma
r) Koreksio
s) Hiperbol
t) Paradoks
u) Oksimoron
2) Gaya Bahasa Kiasan
Macam-macam gaya bahasa kiasan seperti yang diuraikan di bawah
ini:
a) Persamaan atau Simile
b) Metafora
c) Alegori, Parabel, dan Fabel
d) Personifikasi atau Prosopopoeia
e) Alusi
f) Eponim
g) Epitet
h) Sinekdoke
i) Metonomia
j) Antonomasia
k) Hipolase
l) Ironi, Sinisme, dan Sarkasme
m) Satire
n) Inuendo

7
o) Antifrasis
p) Pun atau Paronomasia
4. Cerpen
Menurut Nurhayati (2012:6), Cerpen merupakan pengungkapan suatu
kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia yang di dalamnya tidak
dituntut terjadinya suatu perubahaan nasib dari para pelakunya.
Menurut Poe (dalam Nurgiyanto, 1961:72), cerpen adalah sebuah cerita
yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah
sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk
sebuah novel.
Menurut Agustien (1999:37), cerpen yaitu prosa yang menceritakan
salah satu segi saja peristiwa yang dialami pelakunya, uraiannya tidak
begitu terperinci, hanya yang penting-penting saja dan jumlah barisnya
antara 5-15 halaman.
Menurut Suherli, dkk (2017:118) unsur-unsur pembangun cerpen
sebagai berikut:
a. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita.
b. Amanat
Amanat merupakan jaaran atau pesan yang hendak disampaikan
pengarang.
c. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
d. Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh
hubungan sebab akibat ataupun bersifat kronologis.
e. Latar
Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan
dalam suatu cerita.

8
f. Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu
nada atau suasana persuasive serta merumuskan dialog yang mampu
memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesame tokoh.
Menurut Suherli, dkk (2017:125) struktur cerpen merupakan rangkaian
cerita yang membentuk cerpen itu sendiri. Dengan demikian, struktur
cerpen tidak lain berupa unsur yang berupa alur, yakni berupa jalinan
cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun secara
kronologis. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian
berikut:
1. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientation)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata
adegan dan hubungan antar tokoh.
2. Pengungkapan peristiwa (complication)
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan
berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi
para tokohnya.
3. Menuju pada adanya konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun
keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya
kesukaran tokoh.
4. Puncak konflik (turning point)
Bagian ini disebut pula klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar
dan mendebarkan.
5. Penyelesaian (ending atau coda)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang sikap
ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami
peristiwa puncak itu.

9
Menurut Suherli, dkk (2017:126) Cerpen juga memiliki ciri-ciri
kebahasaan seperti berikut:
1. Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh
fungsi-fungsi keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika itu,
beberapa tahun yang lalu, telah terjadi.
2. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi
kronologis).
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa
yang terjadi, seperti menyuruh, membersihkan, menawari, melompat,
menghindar.
4. Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak
langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh
pengarang.
5. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang
dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.
6. Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik
ganda (“….”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk
menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana.

G. Kerangka Berfikir
Penelitian ini berdasarkan Gaya Bahasa Pada Cerita Pendek Pelajaran
Mengarang Karya Seno Gumira Ajidarma. Mengetahui gaya bahasa pada cerita
pendek Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma, dengan kajian
stilistika. Gaya bahasa tersebut dapat dilihat dari teks cerpen yang digunakan.
Penelitian ini mengajukan analisis Gaya Bahasa pada Cerita Pendek
Pelajaran Mengarang Karya Seno Gumira Ajidarma. Yang didasari bentuk
bahasa yang terdapat pada cerpen tersebut.
Menggunakan teori Keraf yang terdapat 2 gaya bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

10
Sehingga hasil akhir yang didapat dalam penelitian ini dapat
mendeskripsikan gaya bahasa pada cerita pendek Pelajaran Mengarang karya
Seno Gumira Ajidarma
Skema kerangka berfikir untuk mengetahui arah dan tujuan penelitian, sebagai
berikut:

Gaya Bahasa Pada Cerita Pendek

Pelajaran Mengarang Karya Seno Gumira


Ajidarma

Analisis Gaya Bahasa

Retoris Kiasan

Macam Gaya Bahasa Macam Gaya Bahasa


Retoris pada Cerita Kiasan pada Cerita
Pendek Pendek

Deskripsi Gaya Bahasa pada Cerita


Pendek Pelajaran Mengarang Karya
Seno Gumira Ajidarma.

11
H. Metode Penelitian
Metode penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap penelitian. Pada bagian ini, akan
diuraikan pengumpulan data, analisis data, dan penyajian data.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan dokumentasi. Teknik yang
digunakan yaitu membaca, mencatat dan mencari referensi data yang
berhubungan dengan teori yang mendukung dalam penelitian.
b. Analisis Data
Analisis data terhadap gaya bahasa pada cerita pendek Pelajaran
Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma, mempunyai tujuan untuk
mengetahui gaya bahasa. Analisis data dilakukan dengan memaparkan
gaya bahasa yang didasari dengan bentuk bahasa yang terdapat pada
cerpen tersebut. Terdapat 2 gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya
makna yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa
retoris yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa
untuk mencapai efek tertentu. Sedangkan gaya bahasa kiasan yang
merupakan penyimpangan yang lebih jauh khususnya dalam bidang
makna. Gaya bahasa yang dominan pada cerita pendek Pelajaran
Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma yaitu gaya bahasa sarkasme,
personifikasi, apofasis atau preterisio, polisindenton, metonimia, dan
hiperbol.
c. Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian
informal. Menurut Sudaryanto (1993:145), metode penyajian informal
adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi
yang teknis sifatnya. Dalam penelitian ini, kajian yang disampaikan
menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dapat
langsung dipahami. Kajian ini berupa deskripsi gaya bahasa pada cerita
pendek Pelajaran Mengarang karya Seno Gumira Ajidarma.

12
I. Sistematika Penulisan
Kajian ini akan disajikan dalam bentuk makalah dengan sistematika penulisan
yang di awali dari sampul luar, sampul dalam, dan daftar isi.
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka.
Bab II Landasan Teori, kerangka berfikir yang berisi tentang teori-teori dari
kutipan beberapa buku yang berkaitan dengan penelitian.
Bab III Metode Penelitian, berisi tentang pengumpulan data, analisis data dan
hasil analisis data.
Bab IV Hasil penelitian dan Pembahasan, yang berisi tentang deskripsi gaya
bahasa yang terdapat pada cerita pendek Pelajaran Mengarang karya Seno
Gumira Ajidarma.
Bab V Penutup, yang berisikan tentang kesimpulan dan saran.
Pada bagian akhir penelitian berupa daftar pustaka dan lampiran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Agustien. 1999. Buku Pintar Bahasa dan Sastra Indonesia. Semarang: CV Aneka
Ilmu.
Aminudin. 1997. STILISTIKA Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya
Sastra. Semarang: CV IKIP Semarang Press.
Andriyanto, Peri. 2017. “Analisis Gaya Bahasa pada dalam kumpulan cerpen Saat
Cinta Datang Belum Pada Waktunya Karya Ari Pusparini.”
Diakses dari laman
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/diksatrasia/article/download/630/
523 Pada tanggal 24 Mei 2018, Pukul 21.57 WIB.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguitik. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Nurhayati. 2012. Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia. Surakarta: Cakrawala Media.
Nurgiyanto, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sari, Wenny Juwita. 2014. “Analisis Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen Matahari Di
Rumahku.” Diakses dari laman
http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-
ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2014/08/EJOURNAL-
WENNY-JUWITA-SARI-090388201344-FKIP-2014.pdf
Pada tanggal 24 Mei 2018, Pukul 22.03 WIB.
Sudaryanto. 1993. Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Suherli, dkk. 2017. Bahasa Indonesia. Gresik. PT Temprina Media Grafika.
Supriyanto, Teguh. 2011. Kajian Stilistika dalam Prosa. Yogyakarta: Elmatera
Publishing.
Wartiningsih, Ari, Nurhasanah, dan Laurensius Salem. 2013. “Analisis Gaya
Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Rectoverso Karya Dewi Lestari.”
Diakses dari laman:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/2328/2258
Pada tanggal 24 Mei 2018, Pukul 21.56 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai