Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi

Gaya Bahasa dalam Pantun Melayu Redaksi Balai Pustaka

Indah Sari1 Eti Sunarsih2 Zulfahita3

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Singkawang.

Abstrak
Info Artikel Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan gaya bahasa
Sejarah Artikel: perbandingan, (2) Mendeskripsikan gaya bahasa pertentangan, (3)
Diterima Mendeskripsikan gaya bahasa pertautan, (4) Mendeskripsikan gaya bahasa
Disetujui perulangan dalam pantun melayu redaksi balai pustaka dan (5)
Dipublikasikan
Mendeskripsikan rencana pembelajaran di sekolah. (6) Metode yang
digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Penelitian ini
Kata Kunci:
menggunakan pendekatan stilistika. Sumber data dalam penlitian ini adalah
Gaya bahasa, Pantun, Stilistika. buku pantun melayu redaksi balai pustaka. Teknik pengumpul data
menggunakan teknik studi dokumenter dan kartu pencatat data. Alat
pengumpul data peneliti sebagai instrumen kunci. (7) Hasil penelitian peneliti
menyimpulkan terdapat 500 jenis gaya bahasa meliputi; Gaya bahasa
perbandingan yang berupa gaya bahasa perumpamaan diperoleh 70 kutipan,
gaya bahasa metafora diperoleh 47 kutipan, gaya bahasa personifikasi
diperoleh 45 kutipan, gaya bahasa depersonifikasi diperoleh 3 kutipan, gaya
bahasa antitesis diperoleh 3 kutipan dan gaya bahasa pleonasme diperoleh 2
kutipan, Gaya bahasa pertentangan yang berupa gaya bahasa hiperbola
diperoleh 100 kutipan, gaya bahasa ironi diperoleh 15 kutipan, gaya bahasa
klimaks diperoleh 1 kutipan, dan gaya bahasa sarkasme diperoleh 8 kutipan.
Gaya bahasa pertautan yang berupa gaya bahasa sinekdoke terdapat 25
kutipan, gaya bahasa epitet terdapat 4 kutipan, gaya bahasa antonomasia
terdapat 26 kutipan, gaya bahasa erotesis terdapat 32 kutipan, gaya bahasa
elipsis terdapat 4 kutipan dan gaya bahasa asindeton terdapat 1 kutipan. Gaya
bahasa perulangan yang berupa gaya bahasa aliterasi terdapat 3 kutipan, gaya
bahasa asonansi terdapat 200 kutipan, gaya bahasa anadiplosis terdapat 1
kutipan dan gaya bahasa epanalepsis terdapat 4 kutipan. (8) Manfaat
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai gaya
bahasa yang terdapat dalam pantun melayu redaksi balai pustaka sehingga
dapat menumbuhkan literasi kritis dan sebagai relevansi materi ajar Bahasa
Indonesia SMP kelas VII.

Keywords: Abstract
Language Style, Pantun, The aims of this research are (1) to describe comparative language style, (2) to
Stylistic. describe contradictory language style, (3) to describe linking language style,
(4) to describe the repetition language style in Malay pantun, editorial office
of the library, and (5) to describe the lesson plan in school. (6) The method
used is descriptive in the form of qualitative research. This study uses a
stylistic approach. The source of the data in this research is the Malay pantun
book, the editorial office of the library. The data collection technique uses
documentary study techniques and data recording cards. The researcher's data
collection tool is the key instrument. (7) The research results concluded that
there were 500 types of language styles including; Comparative language style
in the form of parables got 70 quotes, metaphorical style got 47 quotes,
personification style got 45 quotes, depersonification style got 3 quotes,
antithesis style got 3 quotes and pleonasm style got 2 quotes, Contradictory
style In the form of hyperbole, 100 quotes, irony style, 15 quotes, climax style,
1 quote, and sarcasm, 8 quotes. The linking language style in the form of
synecdoche style has 25 quotes, the epithet style has 4 quotes, the antonymous
style has 26 quotes, the erotic style has 32 quotes, the ellipsis style has 4
quotes and the asyndeton style has 1 quote The repetition language style in the
form of alliteration has 3 quotes, assonance style has 200 quotes, anadiplosis
style has 1 quote and epanalepsis style has 4 quotes. (8) The benefits of this
research are expected to increase knowledge about the style of language
contained in the Malay pantun editor of the library so that it can foster critical
literacy and as the relevance of Indonesian language teaching materials for
class VII SMP.

© 2021 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6722 e-ISSN 2503-3476
Jl. STKIP - Kel.Naram, Kec.Singkawang Utara,
Singkawang-79251 Kalimantan Barat, Indonesia
Singkawang
E-mail: indahsss253@gmail.com
zulfahita.syakila@gmail.com
etisunarsih89@gmail.com

PENDAHULUAN menggunakan media bahasa tergantung pada


Karya sastra diciptakan oleh sastrawan sistem yang diadakan oleh bahasa. Dengan
dengan bahan utamanya berupa bahasa. Bahasa demikian, sebuah karya sastra hanya dapat
merupakan media atau sarana untuk dipahami melalui bahasa. Wujud karya sastra yang
menyampaikan gagasan dan pikiran pengarang. terlihat dari penggunaan bahasa sehingga
Bahasa dalam karya sastra tentu berbeda dengan menimbulkan estetika yaitu pantun.
bahasa kehidupan sehari-hari. Bahasa dalam karya Menurut Emzir dan Rohman (2016:238)
sastra mengandung unsur kehidupan dan gaya. “Pantun adalah puisi lama yang terikat oleh syarat-
Sangidu (2004:38) mendefinisikan “Karya sastra syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata,
adalah untaian perasaan dan realitas sosial (semua kata, persajakan, dan isi).” Pantun melayu adalah
aspek kehidupan manusia) yang telah tersusun pesan-pesan moral masyarakat melayu yang berisi
baik dan indah dalam bentuk benda konkret.” tunjuk ajar yang didalamnya terdapat nilai-nilai
Maka dari itu, karya sastra merupakan karya yang luhur, agama, budaya dan norma-norma yang
mencerminkan kejadian-kejadian yang ada dianut masyarakat. Penyampaian nilai-nilai
didalam masyarakat karena karya sastra biasanya tersebut bervariasi, ada yang melalui sindiran,
bersumber dari realitas permasalahan kehidupan nyanyian, dan sebagainya bahkan ada pula yang
manusia. Permasalahan yang ada pada masyarakat hanya menjadi hiburan belaka. Setiap penulis
lalu dituangkan dan diolah menjadi sebuah karya mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam
sastra yang memiliki nilai estetika. Sastra dan menuangkan imajinasinya. Penulis itu sendiri
bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat memilih dan mengolah bahasa dengan gayanya
dipisahkan. Hubungan antara sastra dengan bahasa sendiri. Setiap kata dan kalimat yang dipilih pada
bersifat dialektis. Bahasa sebagai sistem tanda umumnya dilakukan atas kesadaran untuk
membentuk model dunia bagi pemakainya, yakni menimbulkan efek keindahan pada bahasa tersebut
sebagai model yang pada prinsipnya digunakan sehingga bahasanya lebih indah, hidup, dan
untuk mewujudkan konseptual manusia didalam menarik untuk dinikmati pembacanya. Dengan
menafsirkan segala sesuatu baik didalam maupun adanya gaya bahasa, penyampaian sebuah gagasan
diluar dirinya. Sedangkan sastra, yang akan terlihat lebih menarik daripada menggunakan
kata-kata biasa. Kemampuan penulis dalam pantun dan sisindiran yang meliputi : Pertama,
menciptakan karya sastra dengan bahasa kiasan diksi menggunakan makna denotatif. Kedua,
untuk melukiskan suatu maksud akan pengimajian menggunakan penglihatan. Ketiga,
menimbulkan gaya bahasa. Gaya bahasa kata nyata merujuk pada penglihatan, penglihatan
merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui dan perasaan, pendengaran dan penglihatan.
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan Keempat, majas menggunakan majas asosiasi,
kepribadian penulis (Keraf, 2002:113). Sejalan metafora dan hiperbola. Kelima, rima
dengan pengertian tersebut Aminuddin (2009:72) menggunakan rima berselang, kecuali pada
“Gaya bahasa adalah cara seorang pengarang sisindiran terutama sisindiran yang berjenis
menyampaikan gagasannya dengan menggunakan rarakitan menggunakan rima berselang diawal dan
media bahasa yang indah dan harmonis serta diakhir. Struktur batin meliputi: tema, rasa, nada
mampu menuansakan makna dan suasana yang dan amanat. Nilai sosial yang terdapat pada pantun
dapat menyentuh daya intelektual dan emosi dan sisindiran yaitu golongan sosial dan
pembaca.” komunitas, sedangkan nilai budaya ditemukan
Pendekatan yang digunakan dalam peralatan hidup dan teknologi. Berdasarkan kedua
penelitian ini adalah pendekatan stilistika. Menurut penelitian tersebut peneliti mendapatkan referensi
Ratna (2009:167) “Stilistika adalah ilmu yang untuk mengkaji dan mempermudah peneliti dalam
berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi menganalisis Gaya Bahasa dalam Pantun Melayu
pada umumnya, lebih mengacu pada gaya bahasa.” Redaksi Balai Pustaka.
Hal tersebut sejalan dengan Endraswara (2008:72) Penelitian ini membahas gaya bahasa apa
“Stilistika adalah ilmu yang mempelajari gaya saja yang terdapat dalam pantun melayu redaksi
bahasa suatu karya sastra.” Jadi, stilistika balai pustaka, maka dapat di implementasikan di
merupakan sebuah pendekatan yang cocok sekolah kelas VII tingkat SMP kurikulum 2013
digunakan untuk menganalisis berbagai masalah semester genap pada KD 3.14 Menelaah struktur
yang berkaitan dengan gaya bahasa. Pada dan kebahasaan (pantun, syair, dan bentuk puisi
penelitian ini peneliti memfokuskan mengenai rakyat setempat) yang dibaca dan didengar dan KD
gaya bahasa dalam kumpulan pantun melayu 4.14 Mengungkapkan gagasan, perasaan, pesan
redaksi balai pustaka berdasarkan gaya bahasa dalam bentuk puisi rakyat secara lisan dan tulis
perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya dengan memperhatikan struktur, rima, dan
bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan penggunaan bahasa. Sejalan dengan kompetensi
yang telah peneliti tentukan. Berdasarkan latar dasar yang ada di dalam silabus tersebut maka
belakang yang telah dijabarkan di atas, maka siswa diharapkan mampu menganalisis pantun
peneliti berasumsi bahwa penelitian ini penting baik yang dibaca dan didengar. Hal ini serupa
dilakukan penelitian ini nantinya akan memberikan dengan penelitian yang dilakukan peneliti tentang
gambaran bahwa gaya bahasa yang terdapat dalam gaya bahasa pantun melayu redaksi balai pustaka.
kumpulan pantun melayu redaksi balai pustaka Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
banyak mengandung penggunaan bahasa figuratif tertarik untuk mengadakan analisis guna
sehingga akan menimbulkan efek estetika. mengungkapkan gaya bahasa apa saja yang
Penelitian ini juga dapat diimplementasikan dalam terdapat di dalam larik pantun melayu redaksi balai
proses pembelajaran di sekolah. pustaka dengan judul “Gaya Bahasa dalam Pantun
Jurnal relevan dalam penelitian ini pertama, Melayu Redaksi Balai Pustaka”. Peneliti berharap
adalah Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat setelah membaca penelitian tentang gaya bahasa
dalam Pantun Adat Jambi yang ditulis oleh dalam pantun melayu redaksi balai pustaka,
Priyanto tahun 2016 Universitas Jambi Program pembaca mendapat pengetahuan tentang jenis-jenis
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. gaya bahasa, maknanya, dampak penggunaan gaya
Hasil penelitiannya yaitu ada empat pembagian bahasa dalam pantun melayu redaksi balai pustaka,
gaya bahasa berdasarkan teori Tarigan yaitu, gaya serta bagaimana hubungan gaya bahasa dan pantun
bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, melayu sehingga dapat menghasilkan sebuah
gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa ajaran yang dapat mendidik anak-anak.
perulangan. Kedua, Analisis Struktur dan Nilai
Sosial Budaya Pantun Melayu Redaksi Balai METODE PENELITIAN
Pustaka dan Sisindiran Karya M.A. Salmun yang Metode penelitian yang digunakan pada
ditulis oleh Yeyet Nurhayati tahun 2018 Institut penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
Pendidikan Indonesia Program Studi Lingua bentuk penelitian kualitatif. Metode deskriptif
Sastra. Hasil dari penelitiannya yaitu struktur fisik adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil dokumenter dan dibantu dengan kartu pencatat
penelitian tetapi digunakan untuk membuat data dengan cara menelaah gaya bahasa dari larik
kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2005:21). pantun melayu redaksi balai pustaka yang menjadi
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, sumber data dalam penelitian ini. Hal ini
2017:4) “Metode penelitian deksriptif kualitatif direalisasikan peneliti dengan cara menelaah larik
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data pantun melayu redaksi balai pustaka. Alat
deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang- pengumpul data yang digunakan dalam penelitian
orang dan perilaku yang dapat diamati.” Sehingga, ini adalah peneliti sebagai instrumen kunci.
bentuk kualitatif memberikan perhatian terhadap menurut Arikunto (2010:265) “Instrumen
data alamiah, data dalam hubungannya dengan pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih
konteks keberadaannya. Penelitian kualitatif dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
didasarkan pada upaya membangun pandangan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.” Jadi,
kata-kata, gambaran holistik dan rumit (Moleong, peneliti sebagai instrumen kunci berkedudukan
2017:6). sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, dan
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang penafsir data penelitian untuk mencatat
mengkaji dengan berdasarkan penghayatan serta pengklasifikasian jenis gaya bahasa menurut
kata-kata yang lebih rinci untuk membangun Tarigan yang mempunyai empat jenis, yaitu (1)
sebuah pandangan yang diuraikan dengan kata- gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa
kata diperlukan penghayatan yang mendalam. pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, (4) gaya
Penelitian tentang gaya bahasa pantun melayu bahasa perulangan, yang terdapat di larik pantun
redaksi balai pustaka akan menghasilkan data melayu redaksi balai pustaka. Tahap analisis data
deskripsi berupa kalimat-kalimat yang berkaitan kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai
dengan Gaya Bahasa dalam Pantun Melayu berikut; (1) membaca secara intensif pantun
Redaksi Balai Pustaka. Data tersebut akan di melayu redaksi balai pustaka secara, (2)
maknai oleh peneliti secara objektif mengenai gaya mengidentifikasi atau mengenali data yang diteliti
bahasa dalam pantun melayu redaksi balai pustaka. dengan menandai bagian yang dianalisis sesuai
Pendekatan penelitian ada bermacam- dengan rumusan masalah, (3) mengklasifikasikan
macam, tergantung sisi pandang peneliti. Semakin data berdasarkan permasalahan yang diteliti, (4)
rinci jenis pendekatan yang dipilih, tentu penelitian Hasil identifikasi dan klasifikasi data diteliti
akan semakin sempit dan detail (Endraswara, kembali, hal ini dilakukan untuk memastikan data
2008:8). Pendekatan yang digunakan dalam yang diperoleh benar-benar akurat, (5) Data yang
penelitian ini adalah pendekatan stilistika. sudah diperoleh kemudian dianalisis untuk
Mahmud (2011:151) “Sumber data adalah objek menjawab rumusan masalah peneliti, (6)
tempat asal data dapat diperoleh, dapat berupa Menyimpulkan hasil analisis data sesuai masalah
bahan pustaka, atau nama orang (informan atau dalam penelitian. Pengecekan keabsahan data
respon).” Maka, sumber data dalam penelitian ini dalam penelitian ini adalah: ketekunan pembacaan,
yaitu buku pantun melayu redaksi balai pustaka. triangulasi, dan kecukupan referensial.
Terdapat 1.575 pantun melayu redaksi balai
pustaka. Menurut Siswantoro (2014:72) “Data HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah sumber informasi yang akan diseleksi Berdasarkan hasil penelitian gaya bahasa
sebagai bahan analisis.” Maka dapat disimpulkan, dalam pantun melayu redaksi balai pustaka
bahwa data didapat dari sumber data yang berupa terdapat sebanyak 800 gaya bahasa dengan rincian
kutipan-kutipan yang berkaitan dengan gaya sebagai berikut; (1) Gaya bahasa perbandingan
bahasa yang terdapat pada pantun melayu redaksi yang berupa gaya bahasa perumpamaan 70
balai pustaka dengan berdasarkan kata-kata, frasa kutipan, gaya bahasa metafora diperoleh 47
atau kalimat berkenaan dengan gaya bahasa kutipan, gaya bahasa personifikasi diperoleh 45
perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya kutipan, gaya bahasa depersonifikasi diperoleh 3
bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan. kutipan, gaya bahasa antithesis diperoleh 3 kutipan
Menurut Sukmadinata (2010:221-222) “Teknik dan gaya bahasa pleonasme diperoleh 2 kutipan.;
studi dokumenter merupakan suatu teknik (2) Gaya bahasa pertentangan yang berupa gaya
pengumpulan data dengan menghimpun dan bahasa hiperbola diperoleh 200 kutipan, gaya
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen bahasa ironi diperoleh 15 kutipan, gaya bahasa
tertulis, gambar maupun elektronik.” Teknik yang klimaks diperoleh 1 kutipan, dan gaya bahasa
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi sarkasme diperoleh 8 kutipan. (3) Gaya bahasa
pertautan yang berupa gaya bahasa sinekdoke yang berbeda. Larik hatiku besar bukan
terdapat 25 kutipan, gaya bahasa epitet terdapat 4 kepalang yaitu membandingkan kata besar
kutipan, gaya bahasa antonomasia terdapat 26 dengan bagian tubuh manusia yaitu hati.
kutipan, gaya bahasa erotesis terdapat 32 kutipan, Maksud hatiku besar bukan berarti hati
gaya bahasa elipsis terdapat 4 kutipan dan gaya seseorang itu mengalami kondisi membesar
bahasa asindeton terdapat 1 kutipan. (4) Gaya tetapi hati yang besar menandakan bahwa
bahasa perulangan yang berupa gaya bahasa seseorang sedang bergembira atau bahagia.
aliterasi terdapat 3 kutipan, gaya bahasa asonansi c. Personifikasi
terdapat 306 kutipan, gaya bahasa anadiplosis Cenderawasih mengirai kapak
terdapat 1 kutipan dan gaya bahasa Diambil dari larik pantun data ke-1
Pada gaya bahasa dalam pantun melayu gaya bahasa personifikasi. Termasuk ke
redaksi balai pustaka ditemukan beberapa gaya dalam gaya bahasa personifikasi karena
bahasa menurut teori Tarigan (2013 : 6) yang melekatkan sifat-sifat insan kepada benda
meliputi (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, Kalimat cenderawasih mengirai kapak
dan (4) gaya bahasa perulangan. diibaratkan seekor burung cenderawasih
1. Gaya Bahasa Perbandingan yang seakan-akan mengirai sebuah kapak.
Gaya bahasa perbandingan adalah gaya Mengirai adalah suatu aktifitas mengibas-
bahasa yang membandingkan sesuatu dengan ngibaskan suatu benda, cenderawasih
sesuatu yang lain melalui ciri-ciri fisik, sifat, diumpamakan dapat mengibas-ngibaskan
sikap, keadaan, suasana, tingkah laku, dan kapak. Seperti yang kita ketahui yang dapat
sebagainya (Tarigan, 2013:400). Gaya bahasa mengibas-ngibaskan kapak hanya dapat
perbandingan dalam pantun melayu redaksi dilakukan oleh manusia. Sehingga,
balai pustaka sebagai berikut. cenderawasih seakan-akan memiliki sifat
a. Perumpamaan yang dimiliki oleh manusia yang dapat
Untung bundaku sebagai ayam mengibas-ngibaskan kapak.
Diambil dari larik pantun data ke-1 d. Depersonifikasi
gaya bahasa perumpamaan. Termasuk ke Jika adinda jadi juragan,
dalam gaya bahasa perumpamaan karena saya menjadi kelasinya.
ditandai dengan kata pembanding sebagai. Diambil dari larik pantun data ke-1
Kata pembanding sebagai termasuk dalam gaya bahasa depersonifikasi. Termasuk ke
gaya bahasa perumpamaan karena kata dalam gaya bahasa depersonifikasi karena
sebagai merupakan kata yang menyatakan ditandai dengan kalimat pengandaian yang
perbandingan seperti, seakan-akan, seolah- secara eksplisit memanfaatkan kata kalau,
olah untuk mengandai-andaikan atau jika, jikalau dan sejenisnya sebagai penjelas
mengibaratkan suatu hal. Larik untung gagasan. Larik pantun Jika adinda jadi
bundaku sebagai ayam yaitu juragan, saya menjadi kelasinya yaitu
membandingkan seorang ibu yang mencari membandingkan manusia atau insan dengan
uang untuk makan dengan binatang yaitu kata pembanding jika. Maksud dari larik
perilaku ayam. Seperti yang kita ketahui, pantun diatas adalah jika kekasihnya
ayam mencari makanan dengan mengekas menjadi juragan atau atasan maka dia akan
tanah untuk mendapatkan cacing sedangkan menjadi kelasinya atau bawahannya.
manusia mencari makan bukan dengan cara e. Antitesis
mengekas seperti yang dilakukan ayam. Tuan berjalan bersenang hati,
Manusia mencari makanan dengan cara saya yang tinggal berhati rusak.
bekerja untuk menghasilkan uang dan uang Diambil dari larik pantun data ke-1
tersebut digunakan untuk membeli gaya bahasa antithesis. Termasuk ke dalam
makanan. gaya bahasa antitesis karena ditandai
b. Metafora dengan perbandingan antara dua antonim
Hatiku besar bukan kepalang yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri
Diambil dari larik pantun data ke-1 semantik yang bertentangan. Kata yang
gaya bahasa metafora. Termasuk kategori mengandung antonim adalah bersenang hati
gaya bahasa metafora karena ditandai dan berhati rusak. Bersenang hati adalah
dengan perbandingan yang implisit tanpa perasaan seseorang yang sedang senang
kata seperti atau sebagai diantara dua hal atau gembira sedangkan berhati rusak
adalah perasaan seseorang yang bersedih. yang mengimplikasikan sesuatu yang nyata
Antonim dari kata senang adalah sedih. berbeda, bahkan seringkali bertentangan
Sehingga larik pantun diatas merupakan dengan yang sebenarnya dikatakan itu.
gaya bahasa antitesis karena Larik Panjang benar janggut tuan,mari
membandingkan antara dua antonim yang dibuat tali timba berisi pernyataan yang
mengandung ciri-ciri semantik yang mengolok-olok. Maksud dari larik pantun
bertentangan. tersebut adalah menyindir seseorang karena
f. Pleonasme janggut yang dimilikinya begitu panjang
Didengar telinga dipandang mata sehingga dapat dibuat menjadi tali timba
Diambil dari larik pantun data ke-1 untuk menimba air. Pernyataan yang
gaya bahasa pleonasme. Termasuk ke awalnya memuji kemudian berubah
dalam gaya bahasa pleonasme karena menjadi pernyataan yang menyindir.
pemakaian kata yang mubazir yang c. Klimaks
sebenarnya tidak perlu. Kalimat didengar Pertama undang silama-lama,
telinga dipandang mata adalah kata yang kedua undang sigemak-gemak.
berlebihan, jika kata itu dihilangkan artinya ketiga undang simumbang jatuh,
tetap akan utuh. Telinga berfungsi untuk itulah undang masa ketika.
mendengar sedangkan mata berfungsi untuk Diambil dari larik pantun data ke-1
memandang atau melihat sesuatu. Sehingga gaya bahasa klimaks. Termasuk ke dalam
kalimat didengar telinga dan dipandang gaya bahasa klimaks karena mengandung
mata cukup hanya ditulis dengan didengar urutan-urutan pikiran yang setiap kali
dan dipandang saja. Karena, seperti yang semakin meningkat kepentingannya dari
kita ketahui saat mendengar pasti dengan gagasan-gagasan sebelumnya. Kata
telinga dan memandang pasti dengan mata. “pertama” “kedua” “ketiga” merupakan
urutan-urutan secara periodik untuk
2. Gaya Bahasa Pertentangan meningkatkan kepentingan dari gagasan-
Gaya bahasa pertentangan adalah suatu gagasan sebelumnya. Sehingga terkesan
bentuk gaya bahasa menunjuk pada makna adanya penekanan untuk memperjelas suatu
yang berkebalikan dengan yang disebut secara kalimat.
harfiah atau yang disebut secara umum d. Sarkasme
(Tarigan, 2013:402). Gaya bahasa pertentangan Dahulu badan betul senang,
dalam pantun melayu redaksi balai pustaka kini serasa jadi kuli.
sebagai berikut. Diambil dari larik pantun data ke-1
a. Hiperbola gaya bahasa sarkasme. Termasuk ke dalam
Sejak anak bunda tinggalkan, gaya bahasa sarkasme karena mengandung
gila berurai air mata. pernyataan yang mengolok-olok atau
Diambil dari larik pantun data ke-1 sindiran pedas, menyakiti hati dan kurang
gaya bahasa hiperbola. Termasuk ke dalam enak didengar. Larik pantun Dahulu badan
gaya bahasa hiperbola karena mengandung betul senang,kini serasa jadi kuliberisi
pernyataan yang berlebih-lebihan pernyataan yang menyindir. Makna dari
jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan larik pantun diatas bahwa dulu hidupnya
maksud memberi penekanan pada suatu sangat senang atau kaya tapi kini hidupnya
pernyataan atau situasi untuk memperhebat, menderita yang diibaratkan serasa menjadi
meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Kata kuli.
gila memberikan kesan penekanan yang 3. Gaya Bahasa Pertautan
berlebihan jika sang anak sedih Gaya bahasa Pertautan adalah gaya
ditinggalkan ibunya. bahasa yang didalamnya terdapat unsur
b. Ironi pertautan, pertalian, penggantian atau
Panjang benar janggut tuan, hubungan yang dekat antara makna yang
mari dibuat tali timba sebenarnya dan apa yang secara konkret
Diambil dari larik pantun data ke-1 dikatakan (Tarigan, 2013:404). Gaya bahasa
gaya bahasa ironi. Temasuk ke dalam gaya pertautan dalam pantun melayu redaksi balai
bahasa ironi karena menyatakan makna pustaka sebagai berikut.
yang bertentangan, dengan maksud a. Sinekdoke
berolok-olok. Ironi adalah gaya bahasa Orang Bandung memintal kapas
Diambil dari larik pantun data ke-1 kasih ? menggunakan gaya bahasa erotesis
gaya bahasa sinekdoke. Termasuk ke dalam karena didalamnya hanya terdapat satu
gaya bahasa sinekdoke karena asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang
menyebutkan nama bagian sebagai mungkin bahkan sama sekali tidak
pengganti nama keseluruhannya, atau menuntut sebuah jawaban. Adanya gaya
sebaliknya. Larik orang Bandung memintal bahasa erotesis ini hanya bertujuan untuk
kapas menggunakan gaya bahasa sinekdoke mencapai efek yang lebih mendalam.
totem pro parte yang menyatakan sebagian e. Elipsis
dari suatu objek dengan menyebutkan Ke balai membawa labu
keseluruhan bagiannya atau dengan objek Diambil dari larik pantun data ke-1
lain yang mempunyai makna lebih luas. gaya bahasa elipsis. Termasuk ke dalam
Kata orang Bandung berarti semua warga gaya bahasa elipsis karena ditandai dengan
dikota Bandung. Akan tetapi, dalam larik penghilangan salah satu atau beberapa
pantun diatas kata orang Bandung unsur penting dalam konstruksi sintaksis
digunakan untuk mewakili seseorang yang lengkap. Kata “ke balai” seharusnya
(beberapa warga kota Bandung) yang yang benar adalah “pergi ke balai”. Kata
memintal kapas. tersebut menggunakan gaya bahasa elipsis
b. Epitet karena menghilangkan konstruksi sintaksis
Ingin hati melihat kembang yaitu predikat “pergi”.
Diambil dari larik pantun data ke-1 4. Gaya Bahasa Perulangan
gaya bahasa epitet. Termasuk ke dalam Gaya bahasa perulangan atau penegasan
gaya bahasa epitet karena mengandung adalah kata-kata kias yang menyatakan
acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri penegasan untuk meningkatkan kesan dan
yang khas dari seseorang atau sesuatu hal. pengaruh kepada pendengar dan pembaca
Dengan kata lain, epitet adalah gaya bahasa (Tarigan, 2013:406). Gaya bahasa perulangan
yang menggantikan nama sesuatu benda dalam pantun melayu redaksi balai pustaka
atau nama seseorang. Kata kembang dalam sebagai berikut:
larik pantun diatas merupakan kata a. Aliterasi
pengganti nama seseorang. Kata kembang Nenek perpatih nan sebatang,
berarti seorang perempuan. Tetapi, dalam pandai melukis cupak dan gantang.
larik pantun ini perempuan itu diibaratkan Ulaslah tenun yang terentang,
dengan kembang agar larik pantun tersebut penolok buatan datang.
terkesan memiliki nilai estetis. Diambil dari larik pantun data ke-3
c. Antonomasia gaya bahasa aliterasi. Termasuk dalam gaya
Baik-baik tuan bertenggang bahasa aliterasi karena berwujud
Diambil dari larik pantun data ke-1 perulangan konsonan yang sama. Biasanya
gaya bahasa antonomasia. Termasuk ke digunakan dalam puisi, kadang-kadang
dalam gaya bahasa antonomasia karena dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk
menggantikan nama diri atau gelar resmi, penekanan. Larik Nenek perpatih nan
atau jabatan untuk menggantikan nama diri. sebatang, pandai melukis cupak dan
Larik pantun diatas yang mengandung gaya gantang. Ulaslah tenun yang terentang,
bahasa antonomasia terdapat pada kata penolok buatan datang terlihat sekali
“tuan” yang merupakan pengganti nama pemakaian konsonan “n” dan“g” pada
diri dengan menggunakan gelar resmi atau setiap akhir rima didalam setiap katanya.
jabatan. Konsonan “n” dan “g” muncul berkali-kali
d. Erotesis untuk memperindah bunyi sebuah pantun.
Dimana tuan katakan kasih? b. Asonansi
Diambil dari larik pantun data ke-32 Maulah kami hendak melapun,
gaya bahasa erotesis. Termasuk ke dalam lapun dibawa ‘rang menjaja.
gaya bahasa erotesis karena berupa Maulah kami hendak berpantun,
pertanyaan yang digunakan untuk tulisan pantun sebuah hilang pula.
atau pidato yang bertujuan untuk mencapai Diambil dari larik pantun data ke-1
efek yang lebih mendalam dan penekanan gaya bahasa asonansi. Termasuk ke dalam
yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut gaya bahasa asonansi karena berwujud
sebuah jawaban. Larik dimana tuan katakan perulangan vokal yang sama. Biasanya
digunakan dalam karya puisi ataupun dalam redaksi balai pustaka sebanyak 800 gaya bahasa
prosa yang bertujuan untuk memperoleh dengan rincian sebagai berikut.
efek penekanan atau menyelamatkan 1. Gaya bahasa perbandingan berupa gaya
keindahan. Larik maulah kami hendak bahasa perumpamaan diperoleh 70 kutipan,
melapum, lapun dibawa ‘rang menjaja. gaya bahasa metafora diperoleh 47 kutipan,
Maulah kami hendak berpantun, pantun gaya bahasa personifikasi diperoleh 45
sebuah hilang pulamenggunakan vokal “a” kutipan, gaya bahasa depersonifikasi
yang lebih dominan. Dengan adanya diperoleh 3 kutipan, gaya bahasa antitesis
perulangan huruf vokal “a” membuat diperoleh 3 kutipan dan gaya bahasa
pantun tersebut lebih kelihatan indah baik pleonasme diperoleh 2 kutipan.
diucapkan maupun didengarkan oleh 2. Gaya bahasa pertentangan berupa gaya
pembaca. bahasa hiperbola diperoleh 200 kutipan, gaya
c. Anadiplosis bahasa ironi diperoleh 15 kutipan, gaya
Minta daun diberi daun, bahasa klimaks diperoleh 1 kutipan, gaya
dalam daun buah bidara. bahasa paralepsis dan gaya bahasa sarkasme
Minta pantun diberi pantun, diperoleh 8 kutipan.
dalam pantun ada bicara. 3. Gaya bahasa pertautan berupa gaya bahasa
Diambil dari lirik pantun data ke-1 sinekdoke terdapat 25 kutipan, gaya bahasa
gaya bahasa anadiplosis. Termasuk ke epitet diperoleh 4 kutipan, gaya bahasa
dalam gaya bahasa anadiplosis karena antonomasia diperoleh 26 kutipan, gaya
ditandai dengan kata atau frasa terakhir dari bahasa erotesis diperoleh 32 kutipan, gaya
suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau bahasa elipsis diperoleh 4 kutipan dan gaya
frasa pertama dari klausa atau kalimat bahasa asindeton diperoleh 1 kutipan.
berikutnya. Pada bagian sampiran, kata 4. Gaya bahasa perulangan berupa gaya bahasa
terakhir “daun” diulang kembali untuk aliterasi diperoleh 3 kutipan, gaya bahasa
kalimat berikutnya dan pada bagian isi, kata asonansi diperoleh 306 kutipan, gaya bahasa
terakhir “pantun” juga diulang kembali anadiplosis diperoleh 1 kutipan dan gaya
untuk kalimat berikutnya. Sehingga bahasa epanalepsis diperoleh 4 kutipan.
menimbulkan efek estetika. 5. Implementasi penelitian berdasarkan
d. Epanalepsis kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa
Dibalik daun dibalik Indonesia kelas VII tingkat SMP Semester
Diambil dari larik pantun data ke-1 Genap pada KD 3.14 Menelaah struktur dan
gaya bahasa epanalepsis. Termasuk ke kebahasaan (pantun, syair, dan bentuk puisi
dalam gaya bahasa epanalepsis karena rakyat setempat) yang dibaca dan didengar
ditandai dengan perulangan kata pertama dan KD 4.14 Mengungkapkan gagasan,
dari baris, klausa, atau kalimat menjadi perasaan, pesan dalam bentuk puisi rakyat
terakhir. Larik dibalik daun secara lisan dan tulis dengan memperhatikan
dibalikmengulang kata pertama kalimat struktur, rima, dan penggunaan bahasa.
tersebut ke bagian akhir kalimat. Kata “ Pembelajaran ini menggunakan media buku
dibalik” yang berada diawal kalimat kelas VII semester genap infocus dan laptop.
kemudian diulang kembali diakhir kalimat. Metode yang digunakan adalah metode
Sehingga menimbulkan efek estetik dan Diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah
adanya penekanan bunyi untuk kemudian dilakukan penilaian.
memperjelas pantun tersebut.
SARAN
SIMPULAN Analisis gaya bahasa terhadap karya sastra
Berdasarkan analisis dalam pembahasan sangat penting perannya pada kemajuan studi
dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa gaya bahasa stilistika di Indonesia khususnya di program studi
dalam pantun melayu redaksi balai pustaka Pendidikan Bahasa Indonesia STKIP Singkawang.
membuat sebuah kata atau kalimat dalam larik Pendekatan stilistika dalam penelitian ini mampu
pantun tersebut menjadi lebih hidup, lebih estetis, menemukan perihal kebahasaan dan kesusastraan
lebih menarik, lebih jelas dan lebih menekankan sebagai objeknya yang membahas gaya bahasa
dengan bahasa yang digunakan. Penggunaan gaya mengenai pemanfaatan dan pemilihan pemakaian
bahasa pada gaya bahasa dalam pantun melayu gaya bahasa dalam pantun melayu redaksi balai
pustaka. Oleh karena itu, masih dimungkinkan
untuk peneliti berikutnya untuk meneliti pantun
melayu redaksi balai pustaka dari sudut pandang
yang lain, seperti kajian stilistika yang membahas
permasalahan dari aspek etimologisnya yaitu
cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal usul
suatu kata.

Daftar Pustaka
Aminuddin. (2009). Pengantar Apresiasi Sastra.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Emzir dan Rohman. (2016). Teori dan Pengajaran


Sastra. Jakarta: Rajawali Pers.

Endraswara, Suwardi. (2008). Metodologi Penelitian


Sastra. Yogyakarta: MedPress.

Keraf, Gorys. (2002). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung : Pustaka Setia.

Moleong, Lexy J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurhayati, Yeyet dkk. (2018). Analisis Struktur dan


Nilai Sosial Budaya Pantun Melayu Redaksi
Balai Pustaka dan Sisindiran Karya M.A.
Salmun. Jurnal Artikel (Online). Diterbitkan
oleh Institut Pendidikan Indonesia.

Priyanto. (2016). Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur


Kalimat dalam Pantun Adat Jambi. Jurnal
Artikel (Online). Diterbitkan oleh
Universitas Jambi.

Ratna, Nyoman Kutha. (2009). Stilistika: Kajian Puitika


Bahasa, Sastra dan Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Sangidu. (2004). Metode Penelitian Sastra, Pendekatan


Teori, Metode dan Kiat. Yogyakarta: UGM.

Siswantoro. (2014). Metode Penelitian Sastra.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sugiyono, (2005). Metode Penelitian Kuantitatif,


Kualitatif dan R & D. Bandung: CV
Alfabeta.

Sukmadinata. Nana S. (2010). Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. (2013). Pengajaran Gaya


Bahasa. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai