Anda di halaman 1dari 29

1

ANALISIS GAYA BAHASA RETORIS DAN KIASAN DALAM ALBUM


KONSPIRASI ALAM SEMESTA KARYA FIERSA BESARI

1. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia

dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7).

Salah satu hal yang pertama kali diketahui orang tentang sastra adalah bahwa sastra

terdiri dari bahasa yang telah dibangun dan dibentuk dengan cara tertentu sehingga tidak

lagi terlihat seperti bahasa pada umumnya. Melalui karya sastra banyak penulis

meluapkan pengalamannya, pengetahuannya, atau perasaannya terhadap sesuatu, bahkan

bisa sebagai suatu pedoman yang sengaja diciptakan untuk para pembaca berdasarkan

wawasan penulis. Karya sastra terbagi menjadi dua genre yaitu sastra imajinatif dan

sastra nonimajinatif. Sastra imajinatif seperti prosa, puisi dan drama, sedangkan yang

non imajinatif seperti esai, kritik, sejarah, biografi dan autobiografi. Pada setiap aspek

karya sastra tersebut tentu terdapat yang namanya gaya bahasa untuk keindahan isinya.

Seperti halnya dalam prosa atau puisi yang sering diberikan penulis gaya bahasa

didalamnya.

Menurut Jacobson dalam Budianta (2006: 40) secara konvensional, sebuah puisi

biasanya menggunakan beberapa atau salah satu unsur secara dominan untuk

membangun makna. Salah satu unsurnya adalah gaya bahasa. Gaya bahasa dapat

diartikan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Semakin baik gaya
2

bahasanya, maka semakin baik pula cara penggunaan bahasanya, dengan demikian

penilaian orang terhadapnya akan baik, semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin

buruk pula penilaian orang terhadapnya (Keraf, 2005:113)

Menurut Ratna (2013:57) gaya bahasa paling dominan terdapat dalam puisi. Puisi

merupakan sebuah karya sastra yang mempunyai gaya bahasa yang menarik. Puisi

umumnya berisi pesan moral tertentu yang hendak disampaikan kepada pembaca dalam

bentuk bahasa yang kaya makna.

Selama ini kita sering mempelajari gaya bahasa secara umum saja, seperti gaya

bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan dan perulangan, padahal dalam setiap

bagian tersebut masih terdapat bagian-bagian lainnya. Masih banyak siswa, mahasiswa

dan masyarakat umum yang tidak mengetahui gaya bahasa secara mendetail. Maka dari

itu penulis tertarik untuk meneliti tentang gaya bahasa. Pada penelitian ini penulis

mengacu pada referensi yang disajikan oleh Gorys Keraf mengenai gaya bahasa.

Pembicaraan mengenai gaya bahasa sangatlah luas, Gorys Keraf (2005:115) membagi

persoalan gaya bahasa yakni: (1) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata; (2) gaya bahasa

berdasarkan struktur kalimat; (3) gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung; dan

(4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terdiri atas dua gaya bahasa,

yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Peneliti tertarik untuk mengkaji gaya

bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dikarenakan macam-macam gaya bahasa

yang sangat beraneka ragam dibandingkan dengan jenis-jenis gaya bahasa lainnya.

Penulis tertarik untuk menjadikan lirik lagu sebagai objek kajian karena lirik lagu

merupakan bentuk lain dari puisi yang berisi curahan hati penciptanya. Lirik lagu
3

merupakan susunan kata dalam sebuah nyanyian. Lirik lagu merupakan sebuah karya

seni yang mengandung intensitas penggunaan gaya bahasa yang berisi pesan dari

penciptanya. Dengan adanya lirik lagu penikmat nyanyian dapat menginterpretasikan

gaya bahasa serta makna yang terkandung didalamnya. Berdasarkan definisi lirik lagu

yang sudah penulis paparkan, penulis tertarik meneliti lirik lagu yang mengandung gaya

bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan didalamnya. Penulis melihat ada banyak lirik lagu

yang bergaya bahasa atau bermajas. Seperti lagu Konspirasi Alam Semesta yang

diciptakan Fiersa Besari. Berikut ini kutipan lirik lagunya:

Seketika itu pula, jagat raga berhenti bergerak


Jiwamu terbakar, ragamu lebur

Kutipan lirik lagu diatas, terdapat kalimat yang menggunakan gaya bahasa

personifikasi. Seperti //Seketika itu pula, jagat raga berhenti bergerak// dan //Jiwamu

terbakar, ragamu lebur//. Personifikasi adalah gaya bahasa yang mengumpakan benda

mati seakan hidup.

Alasan penulis memilih album ini karena penulis tertarik dengan lagu yang

terdapat dalam album ini. Menurut penulis setiap lirik lagunya mengandung unsur yang

puitis, unik dan menarik. Dan dari ketiga album yang diciptakan oleh Fiersa Besari

hanya album Konspirasi Alam Semesta yang semua lirik lagunya berbahasa Indonesia.

Album Konspirasi Alam Semesta dirilis pada tanggal 29 Oktober 2015. Pencipta

album ini sedang ramai dibicarakan dan diidolakan banyak anak remaja yakni Fiersa

Besari. Fiersa Besari merupakan seorang penulis, pencipta lagu, dan pendiri komunitas
4

Pecandu Buku. Bakatnya dalam menulis telah diluangkannya dalam beberapa novel.

Fiersa Besari telah menciptakan beberapa novel seperti, Garis Waktu, Konspirasi Alam

Semesta, Catatan Juang, Arah Langkah, 11:11, dan Tapak Jejak. Selain sebagai penulis

Fiersa Besari juga sebagai musisi, keberhasilannya sebagai musisi dapat kita lihat dari

lahirnya beberapa album lagu seperti Tempat Aku Pulang, Konspirasi Alam Semesta,

dan 11:11.

Lirik lagu yang dirilis Fiersa Besari memiliki makna yang mendalam sehingga

dapat menciptakan nilai estetika. Dalam album Konspirasi Alam Semesta ini contohnya,

Fiersa Besari memberikan kekhassan lirik lagunya dengan banyak membubuhi kata-

kata puitis bertemakan cinta dan memberi judul lagu dengan unik sehingga membuat

para penggemarnya segera mendengarkan.

Penelitian yang berkaitan dengan lirik lagu juga pernah dilakukan oleh Ricky

Syahrani mahasiswa FKIP Unsyiah, dengan judul penelitian, “Analisis Gaya Bahasa

dalam Album Sabda Alam Karya Chrisye.” Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015.

Penelitian yang juga meneliti hal yang sama dengan judul yang berbeda pernah diteliti

oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang bernama Yoyok Cahyo

Saputro dengan judul, “ Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Lagu Fiersa Besari.”

Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2019. Penelitian Yoyok Cahyo Saputro

mengangkat masalah jenis gaya bahasa kiasan yang terkandung dalam lirik lagu Fiersa

Besari secara acak, sedangkan dalam penelitian ini penulis mengkaji secara spesifik

gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan dalam album Konspirasi Alam Semesta

Karya Fiersa Besari. Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa penelitian Analisis
5

Gaya Bahasa Retoris dan Kiasan dalam Album Konspirasi Alam Semesta Karya Fiersa

Besari belum pernah diteliti. Oleh karena itu, peneliti mengkaji mengenai gaya bahasa

dengan judul Analisis Gaya Bahasa Retoris dan Kiasan dalam Album Konspirasi Alam

Semesta Karya Fiersa Besari.

2. Rumusan Masalah

Masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimanakah gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan yang terdapat

dalam lirik lagu album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari?

2) Jenis gaya bahasa apa yang dominan terdapat dalam lirik lagu album

Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Menganalisis gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam

lirik lagu album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

2) Mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu album

Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.


6

4. Manfaat Penelitian

1) Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti, mahasiswa dan pengembangan ilmu

pengetahuan, bagi peneliti berguna untuk mendapat gelar sarjana dan untuk

dapat mengetahu gaya bahasa apa saja yang terdapat dalam lirik lagu album

Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari. Bagi mahasiswa dan ilmu

pengetahuan, penelitian ini berguna untuk memperkaya khazanal ilmu

pengetahuan, serta diharapkan dapat menjadi salah satu referensi yang sangat

bermanfaat untuk berbagai kepentingan, khusunya dibidang unsur analisis

unsur instrinsik puisi, selanjutnya diharapkan dapat membantu peneliti-

peneliti lain dalam usahanya menambah wawasan yang berkaitan dengan

analisis unsure instrinsik puisi yang terdapat dalam lirik lagu.

2) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pendidik, khususnya guru Bahasa

Indonesia, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu tambahan

bahan pembelajarana menganalisis unsur instrinsik karya sastra khususnya

puisi.

5. Landasan Teoritis

5.1 Pengertian Gaya Bahasa

Gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah

laku, berpakaian, dan sebagainya. Menurut Keraf (2005: 113) gaya bahasa dapat dibatasi

sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan

jiwa dan kepriadian penulis (pemakai bahasa). Gaya bahasa adalah kemampuan dari
7

seorang pemakai bahasa dalam mempergunakan ragam bahasa tertentu untuk

menimbulkan efek keindahan tertentu yang dimunculkan secara kreatif oleh seorabf

penulis atau pemakai bahasa.

Menurut Karmini (2011:74) gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam

prosa, atau bagaimana seoarang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan

dikemukakannya. Kemudian Tarigan (2013:4) mengatakan bahwa gaya bahasa adalah

bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek estetik dengan jalan

memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum.

5.2 Jenis-Jenis Gaya Bahasa

Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam sudut pandang. Oleh sebab itu, sulit

diperoleh kata sepakat mengenai pembagian yang bersifat menyeluruh dan dapat

diterima oleh semua pihak. Pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat tentang gaya

bahasa sejauh ini sekurang-kurangnya dapat dibedakan, pertama, dilihat dari segi

nonbahasa, dan kedua dilihat dari segi bahasanya sendiri. Keraf (2005:115). Menurut

Tarigan (2013:6) gaya bahasa dibagi menjadi empat:

1) Gaya bahasa perbandingan. Yang termasuk ke dalam gaya bahasa perbandingan

adalah sebagai berikut: perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi,

alergi, anitesis, pleonasme, tautology, perfrasis, antisipasi, dan koreksi.

2) Gaya bahasa pertentangan. Yang termasuk ke dalam gaya bahasa pertentangan

adalah sebagai berikut: hiperbola, litotes, ironi, paronomasia, paralepsis, innuendo,

antifraksi, paradoks, klimaks, antiklimaks, anastrof, dan sinisme.


8

3) Gaya bahasa pertautan. Yang termasuk ke dalam gaya bahasa pertautan adalah

sebagai berikut: metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, antonomasia,

erotis paralesisme, elepsis, gradasi, asyndeton, dan polisindeton.

4) Gaya bahasa perulangan. Yang termasuk ke dalam gaya bahasa perulangan adalah

sebagai berikut: aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes,

anaphora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, dan anadiplosis.

5.2.1 Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata

Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata adalah gaya bahasa yang mempersoalkan

kata mana yang paling tepat dan sesuai dengan posisi tertentu dalam kalimat, serta tidak

tepatnya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat.

Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam

menghadapi situasi- situasi tententu. Keraf (2005:117) mengatakan bahwa gaya bahasa

berdasarkan pilihan kata dapat dibedakan atas gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi,

dan gaya bahasa percakapan.

1) Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang

dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang digunakan oleh mereka

yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara ( Keraf, 2005:117).

Gaya bahasa resmi dipakai dalam kesempatan seperti amanat kepresidenan, berita

Negara, khotbah-khotbah, dan lain-lain. Oleh sebab itu, gaya bahasa resmi adalah gaya

penulisan dalam tingkat tertinggi, walaupun sering juga dipergunakan dalam pidato-

pidato umum yang bersifat seremonial.


9

2) Gaya Bahasa Tidak Resmi

Gaya bahasa tidak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan

dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau

kurang formal (Keraf, 2005: 118). Gaya bahasa ini dipergunakan dalam karya-karya

tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam

perkuliahan, dan sebagainya. Oleh karena itu gaya bahasa tidak resmi juga dikatakan

gaya bahasa yang umum dan normal bagi pelajar.

3) Gaya Bahasa Percakapan

Menurut Keraf (2005:120) dalam gaya bahasa percakapan, pilihan katanya

adalah kata-kata popular dan kata-kata percakapan.

5.2.2 Gaya Bahasa Berdasarkan Nada

Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan

dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti ini

akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, bila sajian yang

dihadapi adalah bahasa lisan. Keraf (2005:121) mengatakan bahwa gaya bahasa

berdasarkan nada pertama lahir dari sugesti yang dipancarkan oleh rangkaian kata-kata,

sedangkan rangkaian kata-kata itu tunduk pada kaidah-kaidah sintaksis yang berlaku,

maka nada, pilihan kata, dan struktur kalimat sebenarnya berjalan sejajar. Dilihat dari

sudut nada yang terkandung dalam sebuah wacana gaya bahasa berdasarkan nada dibagi

atas:
10

1) Gaya sederhana, gaya ini biasanya cocok untuk memberi instruksi,

perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya.

2) Gaya mulia dan bertenaga, gaya ini penuh dengan vitalitas dan energi, dan

biasanya dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu. Nada yang agung dan

mulia akan sanggup pula menggerakkan emosi setiap pendengar.

3) Gaya bahasa menengah, gaya yang diarahkan kepada usaha untuk

menimbulkan suasana senang dan damai.

5.2.3 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya

bahasa. Yang dimaksud, dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana

tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Menurut

Keraf (2005:124) Ada kalimat yang bersifat periodic, bila bagian terpenting terdapat

diakhir kalimat. Ada kalimat yang bersifat kendur bila bagian penekanan di dalam

kaliamat terdapat di awal kalimat. Dan kalimat berimbang, yaitu kalimatyang

mengandung dua bagian kalimat yang kedudukannya sama tinggi atau sederajat. Gaya

bahasa berdasarkan kalimat diantaranya :

1) Klimaks

Klimaks merupakan gaya bahasa yang mengandung urutan- urutan pikiran yang

setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya

(Keraf, 2005:124). Pengertian lain juga disampaikan oleh Kosasih (2008:116) yang
11

mengatakan bahwa klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut

yang semakin lama semakin menghebat.

Contoh:

(1) Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan


pengalaman harapan.
(2) Berbagai jenis kendaraan, mulai dari sepada motor, sampai mobil, berjejer
di halaman rumah Riski.

2) Antiklimaks

Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks

sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari

yang terpenting berturur-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks sering

kurang efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga

pembaca atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya

dalam kalimat itu.

Contoh:

(1) Bapak kepala sekolah, guru-guru, dan murid-murid, sudah hadir di halaman
upacara.
(2) Ketua pengadilan negeri itu adalah orang kaya, pendiam, dan tidak terkenal
namanya.

3) Paralelisme

Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran

dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam

bentuk gramatikal yang sama (Keraf, 2005:126). Kesejajaran tersebut dapat pula

berbentuk anak kalimat yang bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. Gaya

ini lahir dari struktur kalimat yang berimbang.


12

Contoh:

(1) Baik golongan tinggi maupun golongan yang rendah, harus diadili kalau
bersalah.
(2) Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas.

4) Antitesis

Antitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang

bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan

(Keraf, 2005:126).

Contoh :

(1) Kaya-miskin, tua- muda, besar-kecil semuanya mempunyai kewajiban


terhadap keamanan bangsa dan negara.
(2) Ia sering menolak, tapi sekalipun tak pernah melukai hati.

5) Repetisi

Gaya bahasa repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian

kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang

sesuai (Keraf, 2005:127).

Contoh:

(1) Terimakasih undangannya, terimakasih jamuannya, dan terimakasih


keramah-tamahannya.

5.2.4 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna yaitu

adakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada

penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu masih mempertahankan makna dasar,
13

maka bahasa itu masih berrsifat polos. Tetapi bila sudah ada perubahan makna, entah

berupa makna konotatf atau sudah menyimpang jauh dari makna denotatifnya, maka

acuan itu dianggap sudah memiliki gaya sebagai dimaksudkan disini.

Gaya bahasa yang disebut trope atau figure of speech dalam uraian ini

dibagi atas dua kelompok yaitu, gaya bahasa retoris, yang semata-mata merupakan

penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan gaya bahasa

kiasan yang merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang

makna.

5.2.4.1 Gaya Bahasa Retoris

Retoris adalah gaya bahasa yang menanyakan sesuatu yang jawabannya sudah

terkandung dalam pertanyaan tersebut (Waridah, 2013:331). Gaya bahasa berupa

pertanyaan retoris adalah gaya bahasa yang banyak dimanfaatkan oleh orator dalam

menyampaikan orasinya atau dalam menekankan pengungapan dengan menampilkan

semacam pertanyaan yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban. ‘ Pertanyaan-

pertanyaan’ yang dikemukakan itu telah dilandasi oleh asumsi bahwa hanya terdapat

satu jawaban yang mungkin di samping penutur juga mengasumsi bahwa

pembaca/pendengar telah mengetahui jawabannya. Macam- macam gaya bahasa retoris

seperti yang dimakud diatas adalah sebagai berikut:


14

1) Aliterasi

Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan

yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk

perhiasan atau untuk penekanan (Keraf, 2005:130).

Contoh:

(1) Takut titik, lalu tumpah


(2) Keras-keras kerak, kena air lembut juga

2) Asonansi

Asonansi adalah semacam gaya bahasa perulangan bunyi vocal yang sama.

Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh

efek penekanan atau sekedar keindahan (Keraf, 2005:130).

Contoh:

(1) Aku adalah wanitamu, aku adalah kekasihmu, dan aku adalah kamu.
(2) Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu

3) Anastrof

Anastrof adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan

susunan kata yang biasa dalam kalimat (Keraf, 2005:130). Gaya bahasa semacam ini

dilakukan guna untuk mendapatkan keindahan tertemtu yang diharapkan.

Contoh:

(1) Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya.


(2) Bersorak-sorak orang di tepi jalan memukul-mukul bermacam-macam
bunyi-bunyian melalui gerbang dihiasi bunyi dan panji berkibar.
15

4) Apofasis

Apofasis adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan

sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal (Keraf, 2005:130)

Contoh:

Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah.

5) Apostrof

Apostrof adalah semacam gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari

para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir (Keraf, 2005:131).

Contoh:

Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami
dari belenggu penindasan ini.

6) Asindeton

Asindeton adalah gaya bahasa yang berupa acuan yang bersifat padat dan

mampat dimana beberapa kata, frasa atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan

dengan kata sambung (Keraf, 2005:131).

Contoh:

Kesesakan, kepedihan, kesakitan. Seribu derita detik-detik penghabisan orang


melepaskan nyawa.

7) Polisendenton

Polisendenton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari

asindenton (Keraf, 2005:131). Jika gaya bahasa asindenton adalah pelepasan kata
16

hubung atau acuan yang tidak dihubungkan dengan kata hubung, maka polisendenton

kebalikan dari hal tersebut, yaitu acuan yang menggunakan kata hubung.

Contoh:

Dan ke manakah burung-burung yang gelisah, (dan) tak berumah, (dan) tak
menyerah pada gelap, (dan) dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya?

8) Kiasmus

Kiasmus adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua

bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu

sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan

frasa atau klausa lainnya (Keraf, 2005:134).

Contoh:

Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk
melanjutkan usaha itu.

9) Elipsis

Ellipsis adalah suatu gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur

kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh

pendengar (Keraf, 2005:132).

Contoh:

Ayah dan Ibu ke rumah nenek (penghilangan predikat pergi).

10) Eufemismus

Eufemismus adalah gaya bahasa berupa ungkapan-ungkapan yang tidak

menyinggung perasaan orang untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin

dirasakan menghina(Keraf, 2005:132)


17

Contoh:

(1) Ayahnya sudah tak ada (mati).


(2) Pikiran sehatnya makin merosot saja akhir-akhir ini (gila).

11) Litotes

Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu

dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal yang dinyatakan kurang dari keadaan

sebenarnya (Keraf, 2005:133).

Contoh:

(1) Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.


(2) Saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan satu milyar rupiah.

12) Histeron Proteron

Histeron Proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan

dari yang logis, kebalikan dari sesuatu yang wajar (Keraf, 2005:133).

Contoh:

(1) Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.


(2) Silakan membaca terus sampai jadi kutu buku agar kebodohanmu tidak
berkurang dan kepandaianmu tidak bertambah.

13) Pleonasme dan tautologi

Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan

kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran

atau gagasan (Keraf, 2005:133). Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang

berlebihan itu dihilanhkan, artinya tetap utuh. Sebaliknya, acuan itu disebut tautology

kalau kata yang berlebihan itu sebenarnya mengandung perulangan dari sebuah kata

yang lainnya.
18

Contoh:

(1) Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri
(pleonasme).
(2) Ia tiba pukul 20.00 malam waktu setempat (tautologi).

14) Perifrasis

Perifrasis adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata lebih banyak dari

yang diperlukan (Keraf, 2005:134). Dengan kata lain perifrasis adalah semacam

pemubaziran kata.

Contoh:

(1) Anda harus coba lagi (gagal).


(2) Ia telah beristirahat dengan damai (mati).

15) Prolepis

Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa dimana orang

mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan

yang sebenarnya terjadi (Keraf, 2005:134).

Contoh:

(1) Pada pagi yang naas itu, ia mengendarai sebuah sedan biru.
(2) Pesawat yang sial itu, jatuh di gunung Salak.

16) Erotesis

Erotesis adalah semacam pertanyaan yang diperguanakn dalam pidato atau

tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang mendalam dan penekanan yang wajar

dan sama sekali tidak menghendaki adanya jawaban (Keraf, 2005:134).


19

Contoh:

Rakyatkah yang harus menanggung akibat semua korupsi dan manipulasi di


negara ini?

17) Koreksio

Koreksia adalah gaya bahasa yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu,

tetapi kemudian memperbaikinya (Keraf, 2005:135).

Contoh:

Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.

18) Hiperbol

Hiperbol adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan

yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal (Keraf, 2005:135). Biasanya

gaya bahasa ini sering digunakan untuk sindiran terhadap sesuatu.

Contoh:

(1) Kemarahanku sudah menjadi-jadi, hingga hampir-hampir meledak aku.


(2) Jika kau terlambat sedikit saja, pasti kau tidak akan diterima lagi.

19) Paradoks

Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata

dengan fakta fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik

perhatian karena kebenaran (Keraf, 2005:136).

Contoh:

(1) Musuh sering merupakan kawan yang akrab


(2) Ia mati kelaparan ditengah-tengah kekayaannya yang berlimpah-limpah.
20

20) Oksimoron

Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha menggabungkan kata-kata

untuk mencapai efek yang bertentangan atau dapat juga dikatakan gaya bahasa yang

mengandung pertentangan dengan memperguanakan kata-kata yang berlawanan dalam

frasa yang sama (Keraf, 2005:136).

Contoh:

(1) Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.


(2) Keramah-tamahan yang bengis.

5.2.4.2 Gaya bahasa kiasan

Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan atau

persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain. Berarti mencoba

menemukan ciri-ciri yang menunjukan kesamaaan antara kedua hal tersebut. Pada

umumnya kiasan dianggap hanya digunakan pada karya sastra dalam bentuk lirik lagu.

Perihal lirik lagu merupakan karya sastra yang diciptakan sama dengan puisi dan

didalamnya terdapat berbagai bahan kiasan. Sehingga secara tidak langsung kiasan

dianggap dapat ditemukan dalam berbagai bentuk penggunaan bahasa. Jenis-jenis gaya

bahasa kiasan:

1) Persamaan atau Simile

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang

dimaksud dengan perbandingan yang eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan

sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara
21

eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan,

laksana, dan sebagainya (Keraf, 2005:138).

Contoh:

(1) Kikirnya seperti kepiting batu


(2) Bagai air dalam talas.

2) Metafora

Metafora adalah analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi

dalam bentuk yang singkat (Keraf, 2005:139). Metafora sebagai perbandingan langsung

tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebaginya, sehingga pokok

pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.

Contoh:

(1) Kapan anda bertemu buaya darat itu?


(2) Pemuda bunga bangsa.

3) Alegori, Parabel, dan Fabel

Alegori, Parabel, dan Fabel adalah suatu cerita singkat yang mengandung

kiasan. Bila seuah metafora mengalami perluasan, maka ia dapat berwujud alegori,

parable atau fable. Perluasan ketiga bentuk ini akan mengandung ajaran-ajaran moral

dan sering sukar dibedakan suatu dari yang lain. Makna kiasan ini harus ditarik dari

bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah abstrak, serta

tujuannya selalu jelas tersurat. Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh

biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral. Fabel adalah suatu metafora

berbentuk cerita mengenai dunia binatang, dimana binatang-binatang bahkan makhluk-

makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah sebagai manusia. Tujuan fable seperti
22

parable adalah menyampaikan ajaran moral atau budi pekerti. Fabel menyampaikan

suatu prinsip tingkal laku melalui analogi yang trnansparan dari tindak-tanduk binatang,

tumbuh-tumbuhan, atau makhluk tidak bernyawa (Keraf, 2005:140).

Contoh:

(1) Ular yang mendesis merisik dengan warna kulit indah mengejarku, bahkan
sampai dalam mimpi.

4) Personifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda

mati atau barang- barang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan

Contoh:

(1) Angin yang meraung ditengah malam yang gelap menambah lagi ketakutan
kami
(2) Kulihat bulan itu tersenyum kearahmu.

5) Alusi

Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara

orang, tempat dan peristiwa. (Keraf, 2005:141)

Contoh :

(1) Bandung adalah paris jawa

6) Eponim

Eponim adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering

dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat

itu, misalnya: Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan. (Keraf, 2005:141)


23

7) Epitet

Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau cirri yang

khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskripstif

yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau nama barang. (Keraf,

2005:141).

Contoh:

(1) Puteri malam untuk bulan


(2) Raja rimba untuk singa

8) Sinekdoke

Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang

dimaksud adalah keseluruhan bagian atau sebaliknya. Sinekdoke terbagi atas pars

prototo (sebagian untuk seluruh bagian) dan totum pro parte (keseluruhan untuk

sebagian) (Waridah, 2013:343).

Contoh:

(1) Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp. 1000,- (pars prototo)
(2) Malaysia membawa piala kemenangan setelah menggulung Thailand
(totum pro parte).

9) Metonimia

Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan merek atau atribut untuk

menyebut suatu benda (Waridah, 2013:340). Metonimia dengan kata lain adalah

penyebutan nama barang yang mempunyai pertalian erat seperti penemu atau pemilik

dari barang tersebut, pemilik untuk barang yang dimiliki, akibat untuk sebab, sebab

untuk akibat, dan sebagainya.


24

Contoh:

(1) Vespa merah itu telah menemani Reza berkeliling Aceh.


(2) Ia tampak sibuk memainkan Playstation 4 yang baru dibelinya.

10) Antonomasia

Antonomasia adalah penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri,

gelar atu jabatan.

Contoh:

(1) Yang Mulia tidak dapat menghadiri pertemuan ini.


(2) Guru Besar yang meresmikan gedung baru itu.

11) Hipalase

Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu

dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah

kata yang lain. (Keraf, 2005:142).

Contoh:

(1) Ia berbaribg di atas sebuah bantal yang gelisah ( yang gelisah adalah

manusianya, bukan bantalnya)

12) Ironi

Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu maksud menggunakan kata-

kata yang berlainan atau bertolak belakang dengan maksud tersebut, (Waridah,

2013:336). Ironi bisa juga berarti penyataan makna yang bertentangan dengan maksud

untuk menyindir.
25

Contoh:

(1) Bagus sekali nilaimu, Ayu? Banyak benar warna merahnya.


(2) Kamu cantik sekali Rita sampai dandanan mu seperti badut.

13) Sinisme

Sinisme adalah gaya bahasa berupa sindiran yang berbentuk kesangsian cerita

mengandung ejekan terhadap keiklasan dan ketulusan hati (Waridah, 2013:336).

Contoh:

(1) Bisa-bisa aku jadi gila karena kelakuanmu itu.

14) Sarkasme

Sarkasme adalah gaya bahasa yang berisi sindiran kasar, lebih kasar dari

sinisme dan ironi (Waridah, 2013:336). Gaya bahasa sarkasme banyak mengandung

acuan yang lebih kasar dari ironi. Ia lebih banyak mengandung kepahitan atau celaan

yang tajam yang kurang enak didengar.

Contoh:

(1) Lihat sang raksasa itu (maksudnya si Cebol).


(2) Mulut kau harimau kau

15) Ineundo

Ineundo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang

sebenarnya. ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung dan sering

tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu (Keraf, 2005:144).

Contoh:

(1) Setiap kali ada pesta, pasti dia akan sedikit mabuk karena terlalu
kebanyakan minum.
26

6. Metode Penelitian

6.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Mahsun

(2006:233) berpendapat bahwa penelitian deskriptif fokusnya pada penelitian makna,

deskripsi, penjernihan, dan penenpatan data pada konteksnya masing-masing dan data

tersebut dalam bentuk kata kata. Penggunaan metode ini bertujuan mendeskripsikan dan

menganalisis lirik lagu pada album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

Menurut Samsudin (2006:6) pendekatan yang bersifat deskriptif-kualitatif yang

berupa deskriptif kata, kalimat, paragraf, dan hasil analisis tidak berupa angka-angka

atau koefisien tentang hubungan antar variabel.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Ratna (2004:53)

mengatakan metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-

fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Dengan metode ini dapat dijelaskan,

dideskripsikan, dan dikaji gaya bahasa yang terdapat dalam album Konspirasi Alam

Semesta karya Fiersa Besari.

Penelitian lirik lagu pada album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari

merupakan jenis penelitian sastra. Ratna (2004:19) mengatakan bahwa penelitian sastra

meruapakan kegiatan yang diperlukan untuk menghidupkan, mengembangkan, dan

mempertajam suatu ilmu. Kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan ilmu

memerlukan metode yang memadai, yakni metode yang ilmiah. Keilmiahan penelitian

sastra berkaitan dengan penelitian tentang konsep sastra, yang meskipun bersifat

universal, tetapi tetap bersifat individualitasnya.


27

3.2 Data dan Sumber Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa

Besari. Album ini dirilis pada tanggal 29 Oktober 2015 oleh Fiersa Besari. Sedangkan

data penelitian ini yaitu lirik-lirik lagu dalam album tersebut. Adapun judul-judul lagu

dalam album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari adalah sebagai berikut:

(1) Konspirasi Alam Semesta

(2) Kau

(3) Juara Kedua

(4) Sepasang Pendaki

(5) Rumah

(6) Bandung

(7) Kawan Yang Mengangumkan

(8) Telapak Kaki

(9) Garis Terdepan

(10) Nadir

(11) Hingga Napas Ini Habis

(12) Tanpa Karena

(13) Lembayung

(14) Epilog
28

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik dokumentasi.

Dokumentasi menurut Sugiyono (2011:329) adalah suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah. Peneliti akan

mengumpulkan data-data yang berupa lirik-lirik dalam album Konspirasi Alam Semesta

karya Fiersa Besari. Selanjutnya lirik-lirik lagu tersebut akan dianalisis dengan cara

1) Membaca dan memahami lirik-lirik lagu dalam album Konspirasi Alam Semesta

karya Fiersa Besari.

2) Mendeskripsikan data dengan cara menulis atau mencatat data yang diperoleh

dari album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

3) Mengidentifikasi gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan pada lirik-lirik lagu

dalam album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

4) Memilah data, dan

5) Mengklasifikasikan data yang telah diseleksi tersebut ke dalam bentuk korpus

data sesuai dengan jenis gaya bahasa.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikan data

ke dalam pola, dan klasifikasi data. Penafsiran data memberikan arti yang signifikan

terhadap analisis. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Penelitian kualitatif


29

menurut Sugiyono (2010:1) merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelediki,

menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari

pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui

pendekatan kuantitatif.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut:

1) Mendeskripsikan data.

2) Menganalisis gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan yang terdapat di dalam

lirik-lirik lagu pada album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

3) Mengelompokan gaya bahasa yang terdapat dalam lirik-lirik lagu pada album

album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari untuk mengetahui gaya

bahasa apa saja yang lebih dominan.

4) Menyimpulkan hasil analisis gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu pada

album Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari.

Anda mungkin juga menyukai