Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam


kehidupan manusia, bahasa digunakan sebagai alat untuk
berinteraksi/komunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang
lainnya. Selain sebagai alat komunikasi, melalui bahasa seseorang juga
dapat menggambarkan kehidupannya ke dalam sebuah karya tulis atau
karangan yang berupa lirik lagu.

Lagu merupakan sebuah ragam suara yang berirama (KBBI,


2008:624). Di dalam sebuah lagu terdapat permaianan bahasa, sebuah lagu
menjadi lebih menarik dan berkesan bagi pendengarnya maka di dalamnya
harus mengandung variasi bahasa yang khas dan unik. Jadi, lagu
merupakan unsur-unsur bunyi bahasa yang dilantunkan si penyanyi
berdasarkan tinggi rendahnya suara (not), sehingga bunyi bahasa lebih
enak didengar. Sebuah lagu yang mengandung nilai estetik dapat
membuat pendengar lebih bersemangat dan tertarik untuk mendengarkan
lagu tersebut.

Lirik merupakan sebuah karya sastra (puisi) yang berisi curahan


perasaan seorang penulis. Lirik digunakan sebagai unsur pembangun
sebuah lagu karena mengandung unsur sastra yaitu puisi yang di dalmnya
terdapat penggunaan gaya bahasa dan merupakan salah satu upaya yang
dilakukan oleh seorang pencipta lagu untuk mencapai tujuan artistik.
Pencipta lagu mencoba mengkreasikan unsur-unsur bahasa, baik kata,
frase, klausa maupun kalimat untuk mencapai efek keindahan tertentu
bagi pendengar.

1
2

Gaya Bahasa menurut Keraf (2008, 112—113) dikenal dalam


retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata latin stilus,
yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian
mengunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititik-beratkan pada
keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi
kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata
secara indah. Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
gaya bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis. Namun, ketika disandingkan dengan gaya sarkasme, artinya
menjadi sangat berbeda.

Majas/gaya bahasa sarkasme merupakan sebuah gaya bahasa


pertentangan, kata sarkasme berasal dari bahasa yunani “sarkasmos” yang
diturunkan dari kata kerja “sarkasein” yang berarti ‘merobek-robek
daging seperti anjing’, ‘menggigit bibir karena marah’ atau ‘bicara dengan
kepahitan’ (Keraf, 2008:144). Dalam bahasa Indonesia, arti sarkasme
berbeda dari kepercayaan banyak orang bahwa sarkasme berarti
penyindiran yang menggunakan kata yang terbalik dari maksudnya, seperti
ironi. (http://id.m.wikipedia.org)

Sarkasme dapat digunakan dalam percakapan langsung maupun


secara tertulis, sarkasme dalam bentuk tertulis dapat ditemukan dalam
sebuah karya sastra seperti novel,puisi, dan juga lirik lagu. Dalam sebuah
lagu, lirik yang menggunakan gaya sarkasme biasanya digunakan sebagai
suatu cara mengungkapkan ekspresi yang tidak bisa diungkapkan secara
langsung. Berdasarkan hal tersebut, majas sarkasme menjadi sesuatu yang
sangat menarik untuk diteliti dalam hal ini penulis mencoba menganalisis
lirik lagu ciptaan Iwan Fals dalam album Manusia Setengah Dewa, karena
dalam lagu tersebut mengandung penggunaan bahasa yang bersifat
menyindir.
3

B. Identifikasi Masalah

Penelitian ini akan mengidentifikasi berbagai kemungkinan


permasalahan yang muncul dari tema atau topik penelitian. Untuk itu
diperlukan adanya identifikasi masalah yang berkaitan dengan penelitian
ini. permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Adanya gaya bahasa yang digunakan dalam Lirik Lagu Iwan Fals
Album Manusia Setengah Dewa.

2. Majas sarkasme yang terdapat dalam Lirik Lagu Iwan Fals Album
Manusia Setengah Dewa.

3. Fungsi majas sarkasme yang digunakan dalam Lirik Lagu Iwan Fals
Album Manusia Setengah Dewa.

4. Faktor-faktor yang memengaruhi gaya bahasa dalam Lirik Lagu Iwan


Fals Album Manusia Setengah Dewa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang harus dikaji dalam lirik lagu


yang diteliti, karena keterbatasan waktu, agar lebih intensitas dan efisien
dengan tujuan yang ingin dicapai, maka diperlukan pembatasan masalah.
Peneliti membatasi masalah penelitian ini, dalam hal ini penulis hanya
mengkaji majas sarkasme dalam Lirik Lagu Iwan Fals yang hanya terdapat
dalam Album Manusia Setengah Dewa saja serta implikasinya dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
4

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini


adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk dan makna majas sarkasme yang terdapat dalam


Lirik Lagu Iwan Fals Album Manusia Setengah Dewa?

2. Bagaimanakah implikasi hasil penelitian bagi pembelajaran Bahasa


Indonesia di SMA?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk dan makna majas sarkasme yang terdapat


dalam Lirik Lagu Iwan Fals Album Manusia Setengah Dewa.

2. Implikasi hasil penelitian bagi pembelajaran Bahasa Indonesia di


SMA.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kesastraan


yang terkait dengan teori stilistika.

b) Digunakan sebagai sumber informasi bagi peneliti berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi terhadap


penelitian sastra selanjutnya.

b) Hasil penelitian ini diharapkan mampu mendeskripsikan majas


sarkasme dalam kehidupan masyarakat dan hal-hal yang
menelingkupinya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Stilistika

Stilistika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:


859) kata slitistika berarti ilmu tentang penggunaan bahasa di dalam
sebuah karya sastra. Gaya dalam kaitan ini tentu saja mengacu pada
pemakaian atau penggunaan bahasa dalam karya sastra. Kajian ini
bertujuan untuk menerangkan sesuatu yang berhubungan dengan
bahasa. Stilistika sering dikaitkan dengan penggunaan bahasa sastra
meskipun Champman menyatakan bahwa kajian ini dapat ditunjukan
dengan berbagai ragam penggunaan bahasa (Nurgiyantoro, 2014:279).
Sedangkan Pradopo (2000:264) mengartikan stilistika sebagai ilmu
yang mempelajari gaya bahasa.

Menurut Shipley dalam Ratna (2013 : 8) stilistika (stylistic)


adalah ilmu tentang gaya (style), sedangkan style itu sendiri berasal
dari kata stylus (latin), yang pada awalnya berarti alat berujung lancip
yang digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. Stilus itu
sendiri berasal dari akar kata “sti-“ yang berarti mencakar atau
menusuk. Pada umumnya ketajaman benda lancip, bukan tumpul yang
dapat menyentuh sesuatu sehingga dapat menghasilkan efek tertentu,
yaitu keindahan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stilistika merupakan


bidang ilmu yang mengkaji terhadap gaya bahasa, khususnya yang
terdapat dalam sebuah karya sastra (puisi/lagu).

5
6

2. Gaya Bahasa

Gaya merupakan perwujudan penggunaan bahasa oleh seorang


penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan
membuahkan efek tertentu bagi penanggapnya, sebagaimana cara yang
digunakannya (Aminuddin 1995:1). Gaya bahasa adalah bahasa indah
yang digunakan untuk meningkatkan dengan jalan memperkenalkan
serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau
hal lain yang lebih umum (Tarigan, 1993 :4)

Sedangkan menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2014:276)


mengungkapkan stile/gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa
dalam pros, atau bagaimana seseorang mengungkapkan sesuatu yang
akan dikemukakan. Selanjutnya dijelaskan bahwa style ditandai oleh
ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat,
bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi dan lain-lain.
Kridalaksana (2001:63) memberikan pengertian gaya bahasa sebagai
pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau
menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek
tertentu. Gaya bahasa bukan sekedar saluran, tetapi alat yang
menggerakkan sekaligus menyusun kembali dunia sosial itu sendiri
Jorgense dan Phillips (dalam Ratna, 2013: 84). Lebih jauh menurut
Simpson (dalam Ratna, 2013: 84) gaya bahasa baik bagi penulis
maupun pembaca berfungsi untuk mengeksplorasi kemampuan bahasa
khususnya bahasa yang digunakan.

Pengungkapan bahasa dalam sastra mencerminkan sikap dan


perasaan pengarang yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap
dan perasaan pembaca. Untuk itu, bentuk pengungkapan bahasa harus
efektif dan mampu mendukung gagasan secara tepat yang memiliki
segi estetis sebagai sebuah karya. Kekhasan, ketepatan, dan kebaruan
pemilihan bentuk-bentuk pengungkapan yang berasal dari imajinasi
7

dan kreatifitas pengarang dalam pengungkapan bahasa dan gagasan


sangat menentukan keefektifan wacana atau karya yang dihasilkan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa


merupakan sebuah gaya yang digunakan oleh seseorang
penulis/penutur bahasa dengan cara yang tepat untuk melukiskan
perasaan dan pikiran penulis bahasa agar dapat menimbulkan efek
tertentu bagi penanggapnya.

3. Sarkasme

Sarkasme adalah gaya bahasa yang berupa sindiran kasar. Gaya


bahasa sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar mengandung
olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati. Sarkasme dapat saja
bersifat ironis dapat juga tidak tetapi yang jelas adalah bahwa gaya
bahasa ini selalu akan menyakiti hati dan kurang enak didengar.
Menurut Agni (2009:111) sarkame adalah sindiran secara langsung
dan cenderung kasar. Menurut Tarigan (1985:92) ciri utama majas
sarkasme ialah selalu mengandung kepahitan dan celaan yang getir,
menyakiti hati dan kurang enak didengar. Intensitas menyindir itu ada
tingkatanya, jika sindiran itu rendah tingkatanya, gaya yang dipakai
adalah ironi, sedang sindiran yang tajam biasanya memakai gaya
sarkasme, jadi sarkasme merupakan ungkapan untuk menyindir,
mengkritik dan mengecam yang lebih serius dari pada ironi
(Nurgiantoro, 2014:269). Sarkasme dalam penggolongannya
disamakan dengan gaya bahasa ironi dan sinisme. Ketiga gaya bahasa
ini memiliki perbedaan yang sangat tipis dan terkadang perbedaan
tersebut bahkan tidak terlihat. Sarkasme memiliki arti “berbicara
dengan kepahitan” sehingga kata-kata yang digunakan cenderung akan
dapat menyakiti hati lawan bicaranya karena kurang enak didengar
(Keraf, 2005:143). Bahasa sarkasme sendiri menonjolkan bahasa yang
mengandung sindiran secara kasar yang menyakiti hati.
8

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sarkasme


merupakan salah satu jenis gaya bahasa/majas pertentangan karena
bentuk ungkapannya mengandung sindiran yang cenderung kasar,
ungkapannya kurang enak didengar dan dapat menimbulkan sakit hati
bagi yang menerima ungkapan sarkasme tersebut.

4. Lirik Lagu

Lirik lagu menurut Semi (1993 : 106) adalah puisi yang pendek
yang mengekspresikan emosi. Hal ini juga diperkuat pada definisi lain
mengenai lirik lagu yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008 : 528), yaitu lirik lagu adalah karya puisi yang
dinyanyikan. Lirik lagu merupakan bentuk ekspresi seseorang terhadap
suatu hal yang dialaminya, dirasakan, dilihat, maupun didengar. Dalam
mengekspresikan pengalamannya, penyair atau pencipta Lagu
melakukan permainan kata-kata dan bahasa untuk menciptakan daya
tarik dan kekhasan terhadap lirik atau syairnya. Permainan bahasa ini
dapat berupa permainan vokal, gaya bahasa maupun penyimpangan
makna kata dan diperkuat dengan penggunaan melodi dan notasi
musik yang disesuaikan dengan lirik lagunya sehingga pendengar
semakin terbawa dengan apa yang dipikirkan pengarangnya. Definisi
lirik atau syair Lagu dapat dianggap sebagai puisi begitu pula
sebaliknya, puisi tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra melainkan
juga ungkapan yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan-
semboyan politik, syair-syair lagu pop dan doa-doa
(http://daemoo.blogspot.com/2012/01/pengertian-lirik-lagu.)

Sebuah lirik lagu pada intinya sama dengan puisi, karena pada
keduanya mempunyai ciri yang sama yaitu terdapat struktur bentuk
dan struktur makna. Lirik lagu terbentuk dari bahasa yang dihasilkan
melalui komunikasi antara penyair lagu dengan masyarakat penikmat
lagu sebagai wacana tulis, karena disampaikan dengan media tulis
9

pada sampul albumnya dapat juga sebagai wacana lisan melalui


rekaman. Lirik itu berisi curahan perasaan pribadi, yang merupakan
susunan sebuah nyanyian. Dalam menggunakan lirik seseorang penyair
atau pencipta lagu itu harus benar-benar pandai mengolah kata. Kata
lagu mempunyai arti ragam suara yang berirama. Lagu merupakan
hasil karya seni yang dinikmati melalui indera pendengaran yang dapat
menghasilkan suatu emosi. Lagu adalah syair yang dilafalkan sesuai
nada, ritme, birama, dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni.
Nyanyian sering juga disebut sebagai lagu yang berarti gubahan seni
nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal
(biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan
musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung
irama). Dan ragam nada atau suara yang berirama disebut juga dengan
lagu. (wikipedia.org)

Berdasar kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lirik


lagu adalah karya seni yang merupakan penggabungan dari seni suara
dan seni bahasa yang puitis, bahasanya singkat dan ada irama dengan
bunyi yang padu, serta pemilihan kata-kata imajinatif yang melibatkan
melodi dan suara penyanyinya.

5. Album Manusia Setengah Dewa

Manusia Setengah Dewa adalah album dari Iwan Fals yang


dirilis pada tahun 2004. Beberapa lirik dalam album ini banyak
menggambarkan suasana politik pada masa itu. Album ini juga sedikit
kontoversial dengan adanya protes dari penganut Hindu berkaitan
dengan judul dan cover album yang dianggap menyinggung perasaan
umat Hindu. Beriku lagu dalam album Manusia Setengah Dewa : Asik
Gak Asik, Manusia Setengah Dewa, 17 Juli 1996, Dan Orde Paling
Baru, Buktikan, 16 Juli 1996, Negeriku, Matahari Bulan Dan Bintang,
Desa, Para Tentara, Mungkin, Politik Uang (wikipedia.org).
10

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir 3


September 1961 di Jakarta) adalah seorang penyanyi beraliran balada
yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.

Lewat lagu-lagunya, ia ‘memotret’ suasana sosial kehidupan


Indonesia (terutama Jakarta) di akhir tahun 1970-an hingga sekarang.
Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante
Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang
Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau
kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema
lagu-lagu yang dibawakannya. Kemudian dalam album Manusia
Setengah Dewa yang merupakan album paling laris pada masanya.
Dalam lagu yang diciptakan oleh Iwan Fals di dalamnya banyak yang
mengandung sindiran terhadap pemerintahan Indonesia. Selama Orde
Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan
oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat
memancing kerusuhan. Pada awal karirnya, Iwan Fals banyak
membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu
itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga
perusahaan rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih
tepatnya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album
untuk dijual bebas. Oleh karena itu menarik minat para peneliti untuk
menganalisis penggunaan bahasa serta makna yang terkandung dalam
lirik-lirik lagu Iwan Fals.
11

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang gaya bahasa sarkasme/sindiran pernah dilakukan


oleh peneliti sebelumnya yang dirangkum dalam sebuah jurnal nasional,
yang pertama yaitu karya Putri Dian Afrinda dan Dosen Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
yang berjudul Sarkasme Dalam Lirik Lagu Dangdut Kekinian (Kajian
Semantik). Tulisan ini berisi pembahasan tentang diksi yang terdapat pada
lirik lagu dangdut kekinian. menguraikan perubahan makna yang berjenis
sarkasme dalam lirik lagu pada aliran musik dangdut masa kini atau
kekinian. Lagu pada umumnya dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Mulai dari generasi tua, muda, dewasa hingga anak-anak. Jika lagu yang
didengar tidak sesuai dengan umurnya, maka hal ini secara tidak langsung
dapat menghancurkan karakter anak. Untuk membentuk karakter anak
dimulai sejak dalam kandungan ibu. Calon bayi sudah diperdengarkan
musik-musik klasik untuk merangsang motorik sehingga bayi lebih aktif
bergerak. Karena musik klasik dianggap mirip dengan detak jantung sang
ibu. Lagu yang berkembang saat ini lebih mengutamakan musik yang
asyik diputar, lirik lagu yang mudah diingat, dibandingkan diksi yang
menjiwai lagu tersebut. Hal ini mengakibatkan lagu tersebut kurang
bermanfaat atau bermakna bagi pendengar. Jika hanya sekedar nikmat
untuk didengar, maka sebuah lagu tersebut akan kehilangan jiwa karena
tidak bermakna. Lagu atau nyanyian, tidak hanya sebagai sarana hiburan,
tetapi ada maksud yang hendak disampaikan oleh pencipta lagu.
Penelitian yang kedua berjudul Gaya Bahasa Satir Program
“Sentilan Sentilun” Metro TV Karya Patricia Rahayu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada program “Sentilan Sentilun” (episode bulan
Agustus-Desember 2011) ditemukan adanya penggunaan gaya bahasa satir
dengan pemakaian gaya bahasa tanpa kias dan pemakaian gaya bahasa
kias. Pemakaian bahasa tanpa kias yang ditemukan dalam penelitian ini
antara lain menggunakan gaya bahasa repetisi, paradoks, ironi, dan gaya
bahasa berdasarkan pilihan kata seperti penggunaan akronim dan slogan.
12

Pemakaian bahasa kias dalam penelitian ini antara lain penggunaan majas
metafora, sarkasme, penggunaan peribahasa, majas metonimia, dan majas
epitet. Tindakan lucu yang diangkat dalam program SS meliputi humor
dan wit. Tema yang diangkat dalam program “Sentilan Sentilun” meliputi
tema kemiskinan, tema korupsi, dan tema pemimpin yang baik. Fungsi
sindiran yang diujarkan dalam program “Sentilan Sentilun” antara lain
fungsi kritikan, ancaman, menjatuhkan, didikan, informasi, teguran,
larangan, dan nasihat.
Penelitian yang ketiga tentang gaya bahasa sindiran berasal dari
jurnal nasional yang berjudul Gaya Bahasa Sindiran Dan Perbandingan
Pada Status Twitter Sujiwo Tejo karya Nurul Arifiyani, Umi Hartati. Hasil
penelitian pada status Sujiwo Tejo di Twitter adalah sebagai berikut. (1)
jenis gaya bahasa sindiran pada status Sujiwo Tejo di Twitter antara lain
meliputi: (a) ironi, (b) permainan kata, (c) sarkasme, (d) sinisme, (e) satire,
(2) jenis gaya bahasa perbandingan pada status Sujiwo Tejo di Twitter
antara lain meliputi: (a) alusio, (b) antonomasia, (c) hiperbola, (d) litotes,
(e) metafora, (f) paronomasia, (g) personifikasi, (h) simile, (i) sinekdoke
totum pro parte, (3) fungsi gaya bahasa pada status Sujiwo Tejo di Twitter
terdiri atas: (a) gaya bahasa yang digunakan untuk menciptakan perasaan
hati, (b) gaya bahasa yang digunakan untuk meyakinkan pembaca, (c)
gaya bahasa digunakan untuk memperkuat efek terhadap gagasan yang
disampaikan, (4) makna gaya bahasa pada status Sujiwo Tejo di Twitter
terdiri atas: (a) kesamaan makna dari dua hal, (b) kedekatan makna antara
dua hal, (c) penerapan makna yang satu dengan penerapan makna lain.
Acuan selanjutnya berasal dari jurnal internasional yang berjudul
Social Media, Science, and Attack Discourse: How Twitter Discussions of
Climate Change Use Sarcasm and Incivility (Media Sosial, Sains, dan
Wacana Penyerangan: Bagaimana Diskusi Twitter tentang Perubahan
Iklim Menggunakan Sarkasme dan Ketidaksopanan) karya Ashley A.
Anderson, Heidi E. Huntington.
13

Hasil penelitiannya yaitu bahwa konflik dalam diskusi sains online


memiliki potensi untuk mempolarisasi persepsi individu terhadap sains,
namun beasiswa ilmu komunikasi tidak banyak memerhatikan studi
sistematis tentang bagaimana serangan verbal dimainkan dalam diskusi
sains daring. Penelitian ini menganalisis sarkasme dan ketidaksopanan
dalam diskusi Twitter tentang perubahan iklim selama peristiwa cuaca
ekstrim (n = 4.094). Kami menemukan contoh ketidaksopanan dan
sarkasme secara keseluruhan rendah. Ketidaksopanan digunakan dalam
hubungan dengan topik-topik politik, dan baik ketidaksopanan maupun
sarkasme digunakan di samping perspektif skeptis tentang perubahan iklim
dan oleh mereka yang menyebutkan politik yang bersandar pada profil
mereka.
Acuan yang terakhir yaitu jurnal internasional yang berjudul The
highest form of intelligence: Sarcasm increases creativity for both
expressers and recipients (Bentuk kecerdasan tertinggi: Sarkasme
meningkatkan kreativitas bagi para ekspreser dan penerima) karya Li
Huang, Francesca Gino, Adam D.Galinsky. Penelitian saat ini
mengusulkan dan menguji model teoritis baru di mana baik konstruksi dan
interpretasi sarkasme mengarah pada kreativitas yang lebih besar karena
mereka mengaktifkan pemikiran abstrak. Studi 1 dan 2 menemukan bahwa
baik pengungkap sarkasme dan penerima melaporkan lebih banyak konflik
tetapi juga menunjukkan peningkatan kreativitas setelah percakapan
sarkastik simulasi atau setelah mengingat pertukaran sarkastik. Studi 3
menunjukkan bahwa efek sarkasme pada kreativitas untuk kedua belah
pihak dimediasi oleh pemikiran abstrak dan generalisasi di berbagai
bentuk sarkasme. Akhirnya, Studi 4 menemukan bahwa ketika para
peserta mengekspresikan sarkasme terhadap atau menerima sarkasme dari
orang lain yang dipercaya, kreativitas meningkat tetapi konflik tidak
terjadi. Kami membahas sarkasme sebagai pedang bermata dua: meskipun
perannya dalam menghasut konflik, itu juga dapat menjadi katalis untuk
kreativitas.
14

Perbedaan dan persamaan antara penelitian yang saya lakukan


dengan penelitian sebelumnya terletak pada kajian dan objek yang diteliti.
Ada beberapa penelitian yang sama yaitu menggunakan objek lirik lagu,
namun berbeda pada kajian penelitian yaitu menggunakan kajian semantik,
sedangkan penelitian yang saya lakukan menggunakan kajian stilistika.
Beberapa penelitian terdahulu juga menggunakan objek sastra seperti
puisi, novel, bahkan surat kabar dan acara televisi. Jadi dalam penelitian
kali ini, penulis mencoba sesuatu yang baru dengan penelitian sebelumnya
dengan menggunakan objek kajian lagu dengan pendekatan stilistika.

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat


rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum
2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan
dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013


mengisyaratkan suatu pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan tahapan
mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesa, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Melalui
pendekatan saintifik, guru dapat membangkitkan keingintahuan peserta
didik akan sebuah karya sastra. Karya sastra (puisi) dihidupkan dalam
pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran akan menjadi menarik,
15

menantang, serta memotivasi peserta didik untuk terus menggali yang ada
dalam suatu puisi/karya sastra.

Berkaitan dengan pembelajaran di SMA penelitian “Analisis Gaya


Bahasa Sarkasme pada lirik lagu iwan fals dalam album Manusia Setengah
pada kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum Tahun 2013
(Kurtilas) untuk jenjang SMA/SMK kelas X semester 2 (dua) dalam
materi pokok Teks Puisi dengan Kompetensi Dasar Menulis puisi dengan
memperhatikan unsur pembangunnya.

Anda mungkin juga menyukai