PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Identifikasi Masalah
1. Adanya gaya bahasa yang digunakan dalam Lirik Lagu Iwan Fals
Album Manusia Setengah Dewa.
2. Majas sarkasme yang terdapat dalam Lirik Lagu Iwan Fals Album
Manusia Setengah Dewa.
3. Fungsi majas sarkasme yang digunakan dalam Lirik Lagu Iwan Fals
Album Manusia Setengah Dewa.
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Stilistika
5
6
2. Gaya Bahasa
3. Sarkasme
4. Lirik Lagu
Lirik lagu menurut Semi (1993 : 106) adalah puisi yang pendek
yang mengekspresikan emosi. Hal ini juga diperkuat pada definisi lain
mengenai lirik lagu yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008 : 528), yaitu lirik lagu adalah karya puisi yang
dinyanyikan. Lirik lagu merupakan bentuk ekspresi seseorang terhadap
suatu hal yang dialaminya, dirasakan, dilihat, maupun didengar. Dalam
mengekspresikan pengalamannya, penyair atau pencipta Lagu
melakukan permainan kata-kata dan bahasa untuk menciptakan daya
tarik dan kekhasan terhadap lirik atau syairnya. Permainan bahasa ini
dapat berupa permainan vokal, gaya bahasa maupun penyimpangan
makna kata dan diperkuat dengan penggunaan melodi dan notasi
musik yang disesuaikan dengan lirik lagunya sehingga pendengar
semakin terbawa dengan apa yang dipikirkan pengarangnya. Definisi
lirik atau syair Lagu dapat dianggap sebagai puisi begitu pula
sebaliknya, puisi tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra melainkan
juga ungkapan yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan-
semboyan politik, syair-syair lagu pop dan doa-doa
(http://daemoo.blogspot.com/2012/01/pengertian-lirik-lagu.)
Sebuah lirik lagu pada intinya sama dengan puisi, karena pada
keduanya mempunyai ciri yang sama yaitu terdapat struktur bentuk
dan struktur makna. Lirik lagu terbentuk dari bahasa yang dihasilkan
melalui komunikasi antara penyair lagu dengan masyarakat penikmat
lagu sebagai wacana tulis, karena disampaikan dengan media tulis
9
B. Penelitian Terdahulu
Pemakaian bahasa kias dalam penelitian ini antara lain penggunaan majas
metafora, sarkasme, penggunaan peribahasa, majas metonimia, dan majas
epitet. Tindakan lucu yang diangkat dalam program SS meliputi humor
dan wit. Tema yang diangkat dalam program “Sentilan Sentilun” meliputi
tema kemiskinan, tema korupsi, dan tema pemimpin yang baik. Fungsi
sindiran yang diujarkan dalam program “Sentilan Sentilun” antara lain
fungsi kritikan, ancaman, menjatuhkan, didikan, informasi, teguran,
larangan, dan nasihat.
Penelitian yang ketiga tentang gaya bahasa sindiran berasal dari
jurnal nasional yang berjudul Gaya Bahasa Sindiran Dan Perbandingan
Pada Status Twitter Sujiwo Tejo karya Nurul Arifiyani, Umi Hartati. Hasil
penelitian pada status Sujiwo Tejo di Twitter adalah sebagai berikut. (1)
jenis gaya bahasa sindiran pada status Sujiwo Tejo di Twitter antara lain
meliputi: (a) ironi, (b) permainan kata, (c) sarkasme, (d) sinisme, (e) satire,
(2) jenis gaya bahasa perbandingan pada status Sujiwo Tejo di Twitter
antara lain meliputi: (a) alusio, (b) antonomasia, (c) hiperbola, (d) litotes,
(e) metafora, (f) paronomasia, (g) personifikasi, (h) simile, (i) sinekdoke
totum pro parte, (3) fungsi gaya bahasa pada status Sujiwo Tejo di Twitter
terdiri atas: (a) gaya bahasa yang digunakan untuk menciptakan perasaan
hati, (b) gaya bahasa yang digunakan untuk meyakinkan pembaca, (c)
gaya bahasa digunakan untuk memperkuat efek terhadap gagasan yang
disampaikan, (4) makna gaya bahasa pada status Sujiwo Tejo di Twitter
terdiri atas: (a) kesamaan makna dari dua hal, (b) kedekatan makna antara
dua hal, (c) penerapan makna yang satu dengan penerapan makna lain.
Acuan selanjutnya berasal dari jurnal internasional yang berjudul
Social Media, Science, and Attack Discourse: How Twitter Discussions of
Climate Change Use Sarcasm and Incivility (Media Sosial, Sains, dan
Wacana Penyerangan: Bagaimana Diskusi Twitter tentang Perubahan
Iklim Menggunakan Sarkasme dan Ketidaksopanan) karya Ashley A.
Anderson, Heidi E. Huntington.
13
menantang, serta memotivasi peserta didik untuk terus menggali yang ada
dalam suatu puisi/karya sastra.