Anda di halaman 1dari 13

GAYA BAHASA DALAM NOVEL GITANJALI KARYA FEBRIALDI R.

ARTIKEL SKRIPSI

ERIKA DYAS KUSUMA

MAWARTIKA NPM : 1888201020

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) TRENGGALEK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2022
GAYA BAHASA DALAM NOVEL GITANJALI KARYA FEBRIALDI R.

ARTIKEL SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Yudisium Jenjang Strata 1

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Trenggalek

Oleh

ERIKA DYAS KUSUMA

MAWARTIKA NPM : 1888201020

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) TRENGGALEK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2022
GAYA BAHASA DALAM NOVEL GITANJALI KARYA FEBRIALDI R.
Language Style In The Novel Gitanjali By Febrialdi R.
Erika Dyas Kusuma Mawartika, Dwi Kuncorowati
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Persatuan Guru Republik Indonesia (STKIP PGRI)
Trenggalek Jalan Supriyadi 22 Trenggalek 66319
E-mail: erikadyaskusuma@gmail.com

Abstrak
Di masa sekararang ini, anak muda sudah menampakkan kecintaannya terhadap budaya literasi, salah
satu bentuk dari kecintaannya yaitu membaca novel. Di dalam sebuah novel selalu terdapat unsur-unsur
pembangun yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Dalam sebuah novel yang digunakan untuk melakukan
penelitian, peneliti menggunakan unsur intrinsik berupa gaya bahasa atau biasa disebut dengan majas. Novel
Gitanjali karya Febrialdi R. merupakan sebuah novel yang di dalamnya terdapat banyak jenis gaya bahasa.
Peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu berupa (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa
pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan. Peneliti menggunakan metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, karena permasalahannya akan dibahas dengan
mendeskripsikan secara jelas dan terperinci serta memperoleh data yang mendalam dari fokus penelitian.
Peneliti harus membaca novel Gitanjali karya Febrialdi R., menandai kalimat-kalimat atau kata yang
menunjukkan gaya bahasa tersebut, menyajikan hasil penelitian dan penjelasannya ke dalam bentuk tulisan,
kemudian membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah diperoleh.
Kata kunci: Gaya bahasa, kajian stilistika, novel

Abstract
Nowadays, young people have shown their love for literacy culture, one form of their love is trough
reading novels. In a novel there are always development elements, namely intrinsic elements and extrinsik
elements. In a novel that is used to conduct research, the researcher uses an intrinsic element in the form of
language style or commonly called figurative language. The novel Gitanjali by Febrialdi R. is a novel in
which there are many types of language styles. The researcher formulates the problem to be studied, namely
in the form of (1) comparative language style, (2) contradictory language style, (3) linking language style, and
(4) repetition language style. The researcher used a descriptive method using a qualitative approach, because
the problem will be discussed by describing clearly and in detail and obtaining in-depth data from the
research focus. Researcher must read the novel Gitanjali by Febrialdi R., mark sentences or words that
indicate the style of language, present the research results and explanations in written form, then draw
conclusion from the research results that have been obtained.
Keywords : Language style, stylistic studies, novel

PENDAHULUAN
Sastra merupakan sarana yang digunakan oleh pengarang untuk menuangkan
pemikiran atau imajinasi kreatifnya dan bukan sekedar cerita khayalan tetapi merupakan
wujud dari kreativitas pengarang yang baik isinya dan indah bahasanya. Sedangkan karya
sastra adalah hasil karya yang memiliki makna dihasilkan dari pengamatan kehidupan yang
diciptakan oleh pengarang atau sastrawan lewat lewat penggunaan bahasa yang menarik,
bervariasi, dan penuh imajinasi, dengan harapan mampu memberikan kepuasan estetik
maupun intelektual bagi pembacanya.
Menurut Kosasih (2012:60) novel merupakan karya imajinatif yang mengisahkan
sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Novel adalah
sebuah karya fiksi berbentuk prosa menceritakan kehidupan manusia maupun masyarakat
sekitar yang dijadikan tokoh dan diceritakan dalam sebuah alur atau peristiwa yang panjang
cakupannya. Kajian stilistika menjelaskan fungsi keindahan penggunaan bentuk kebahasaan
tertentu, mulai dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa figuratif, sarana retorika sampai
grafologi. Selain itu kajian stilistika juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan
dalam hal apa serta bagaimana pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik untuk
memperoleh efek khusus (Nurgiyantoro, 2014:75-76 dalam Lafamane, 2020:2). Gaya
bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa atau penggunaan kata-kata yang digunakan
seorang pengarang untuk menuangkan pikiran dan perasaan dalam bentuk sebuah karya
sastra dengan tujuan untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembacanya.
Dari latar belakang masalah tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Gaya Bahasa dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.” Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka fokus penelitian ini adalah gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa
pertentangan, gaya bahasa pertautan, dan gaya bahasa perulangan dalam novel Gitanjali
karya Febrialdi R. Permasalahan yang akan diteliti meliputi empat hal yaitu, (1) bagaimana
gaya bahasa perbandingan (perumpamaan (simile), personifikasi, dan depersonifikasi)
dalam novel Gitanjali Karya Febrialdi R.? (2) bagaimana gaya bahasa pertentangan
(hiperbola, klimaks, dan sinisme) dalam novel Gitanjali Karya Febrialdi R.? (3) bagaimana
gaya bahasa pertautan (metonimia dan antonomasia) dalam novel Gitanjali Karya Febrialdi
R.? (4) bagaimana gaya bahasa perulangan (epizeukis dan anafora) dalam novel Gitanjali
Karya Febrialdi R.

METODE PENELITIAN
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup 3 tahap yakni, (1)
tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa yang
dibaca kemudian mendata sepintas tentang informasi yang diperoleh. (2) tahap reduksi,
peliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh untuk memfokuskan pada masalah
tertentu. (3) tahap seleksi, yaitu menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih
rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus masalah. Dan hasilnya
tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan,
hipotesis, bahkan teori baru.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metode kualitatif menitikberatkan pada penalaran berdasarkan realitas
secara objektif. Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan tentang gaya
bahasa dalam novel Gitanjali yang dilakukan dengan menggunakan studi dokumentasi yaitu
pengumpulan data melalui dokumen-dokumen tertulis dalam novel tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penyajian dan pembahasan hasil penelitian “Gaya Bahasa dalam Novel Gitanjali
Karya Febrialdi R.” sesuai rumusan masalah yang diambil peneliti, yakni (1) jenis gaya
bahasa perumpamaan (simile) dalam novel Gitanjali karya Febrialdi R. (2) jenis gaya
bahasa personifikasi dalam novel Gitanjali karya Febrialdi R. (3) jenis gaya bahasa
depersonifikasi dalam novel Gitanjali karya Febrialdi R. (4) jenis gaya bahasa hiperbola
dalam novel Gitanjali karya Febrialdi R. (5) jenis gaya bahasa klimaks dalam novel
Gitanjali karya Febrialdi R. (6) jenis gaya bahasa sinisme dalam novel Gitanjali karya
Febrialdi R. (7) jenis gaya bahasa metonimia dalam novel Gitanjali karya Febrialdi R. (8)
jenis gaya bahasa antonomasia dalam novel Gitanjali karya Febrialdi R. (9) jenis gaya
bahasa epizeukis dalam novel Gitanjali karya Febrialdi R. (10) jenis gaya bahasa anafora
dalam novel Gitanjali karya Febrialdi R.
Jenis Gaya Bahasa Perumpamaan (Simile) dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.
Perumpamaan atau simile merupakan pengungkapan dengan perbandingan eksplisit
yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti, ibarat, sebagai, umpama,
serupa, dan lain-lain (Oktavia, 2017:6). Hasil penelitian yang ditemukan yaitu
perumpamaan (simile) menggunakan kata seperti dan perumpamaan (simile) menggunakan
kata bagai.
Gadis yang satunya nampak mengenakan celana cargo panjang. Ia memakai sepatu
gunung model rendah, mengenakan jaket parasut dan juga berkerudung. Dari kejauhan
gadis tersebut memiliki wajah yang nampak manis dan lembut. Cara berjalannya tampak
hati-hati, penuh perhitungan, dan tak mengundang perhatian orang-orang disekitarnya. Ed
menyamakan gadis berkerudung tersebut dengan seekor kijang yang berjalan pelan di sela-
sela ilalang dan rerumputan. Hal ini tampak pada data “Ia seperti kijang yang berjalan pelan
di sela-sela ilalang dan rerumputan” (4/JGBS/128). Ed menyamakannya dengan seekor
kijang karena cara berjalannya sama dengan kijang yang tampak penuh ke hati-hatian
seakan sewaktu-waktu akan ada yang memangsanya.
Jenis Gaya Bahasa Personifikasi dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.
Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati
atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan
dengan ide yang abstrak (Oktavia, 2017:6-7). Hasil penelitian yang ditemukan yaitu
personifikasi objek benda dan personifikasi lainnya.
Ed mendaki gunung bersama Nina. Sesekali mereka bercengkerama. Menceritakan
seputaran tentang gunung. Setelah makan siang dan istirahat sebentar, Ed dan Nina kembali
melanjutkan perjalanan untuk mendaki gunung. Saat itu matahari sudah mulai terlihat
bersahabat, tak begitu terik dan juga tidak teduh. Hal ini tampak pada data “Matahari mulai
bersahabat pada kami” (5/JGBP/202).
Personifikasi yang menggunakan objek benda yaitu matahari mulai bersahabat.
Bersahabat itu sikap yang dimiliki oleh manusia dan matahari merupakan benda yang tidak
memiliki sikap bersahabat. Febrialdi memberikan susunan kata-kata indah dan menciptakan
kesan imajinatif agar para pembaca menikmati karya tersebut.
Jenis Gaya Bahasa Depersonifikasi dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.
Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat atau perilaku manusia
kepada benda mati. Hasil penelitian yang ditemukan yaitu manusia diumpamakan seperti
benda.
Setelah berpisah dengan Putri, Ed berjalan sendiri di kegelapan malam. Menjadi
bayang-bayang. Hal ini tampak pada data “Malam ini aku jadi bayang-bayang”
(1/JGBD/112). Ed menyusuri jalan-jalan kota yang dulu begitu ia kenali. Kota di mana ia
tumbuh dan beranjak dewasa. Kota dimana ia mengetahui tentang pertemanan,
persaudaraan, dan juga kenakalan-kenakalan khas remaja. Meskipun sudah banyak yang
berubah dari kota tersebut, Ed tetap masih mengenal dengan baik kota tersebut.
Depersonifikasi yang diumpamakan seperti benda yaitu aku jadi bayang-bayang.
Aku adalah manusia dan bayang-bayang merupakan benda. Aku jadi bayang-bayang karena
aku berjalan di kegelapan malah. Alih-alih menuliskan aku mempunyai bayang-bayang,
Febrialdi malah menuliskan bahwa aku jadi bayang-bayang. Febrialdi ingin memberikan
susunan kata-kata yang indah dan menciptakan kesan imajinatif agar para pembaca
menikmati karya tersebut.
Jenis Gaya Bahasa Hiperbola dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.
Hiperbola merupakan gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan
jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu
pernyataan atau situasi untuk memperhebat dan meningkatkan kesan dan pengaruhnya, serta
melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Oktavia, 2017:10). Hasil penelitian yang
ditemukan yaitu hiperbola berkaitan dengan fisik dan hiperbola berkaitan dengan perasaan.
Ed terbangun di ranjang rumah sakit dengan tubuh yang penuh perban putih. Ia tidak
bisa menggerakkan tubuhnya. Semua terasa ngilu dan perih. Bahkan untuk mengangkat
tangan saja ia tidak bisa. Rasanya sakit sekali. Samar-samar di tengah kesadarannya yang
hampir pulih, tampak beberapa orang tengah berdiri di samping tempat ia tidur. Wajah
mereka penuh iba dan matanya basah. Ed hendak mengatakan sesuatu tetapi suaranya tak
kunjung keluar. Mulutnya terasa terkunci. Hal ini tampak pada data “Aku hendak
mengatakan sesuatu, tetapi mulut ini terasa terkunci” (4/JGBH/2). Kemudian Ed kembali
hilang kesadaran.
Hiperbola yang berkaitan dengan fisik adalah mulut ini terasa terkunci. Febrialdi
ingin memberikan kesan yang lebih dramatis agar bisa menarik perhatian dari para pembaca
novelnya.
Jenis Gaya Bahasa Klimaks dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.
Klimaks ialah gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran dan setiap kali
semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya (Oktavia, 2017:14).
Hasil penelitian yang ditemukan yaitu klimaks mengenai kegiatan, klimaks berkaitan
dengan perasaan, klimaks mengenai keadaan, klimaks berkaitan dengan waktu.
Ine mengirimkan email kepada Ed. Dalam email tersebut Ine bercerita bahwa ia
menanti-nanti kabar dari Ed. Tetapi email yang sebelumnya ia kirim tak kunjung
mendapatkan balasan dari Ed. Ine mencoba berpikir positif bahwa Ed sedang mendaki
gunung, sedang berada di tengah perjalanan yang barangkali tak memungkinkan Ed untuk
membuka dan membalas email darinya. Hal ini tampak pada data “Aku mencoba berpikir
positif bahwa kamu sedang mendaki gunung, sedang di tengah perjalanan, yang barangkali
tak memungkinkan membuka, membaca, dan membalas emailku” (6/JGBK/262). Ine selalu
berusaha berpikir positif dan terus menunggu balasan dari Ed. Membuka, membaca, dan
membalas merupakan sebuah kegiatan yang setiap urutan semakin meningkat
kepentingannya.
Jenis Gaya Bahasa Sinisme dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.
Sinisme ialah gaya bahasa berupa sindiran berbentuk kesangsian mengandung
ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati atau ungkapan bersifat mencemooh pikiran
atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia, lebih kasar dari ironi (Oktavia, 2017:17).
Hasil penelitian yang ditemukan yaitu sinisme untuk mengutarakan pemikiran, sinisme
untuk menegaskan suatu hal.
Ed bertanya kepada Ine apakah ada yang salah jika ia bekerja sebagai steward di
restoran dan Ine menjawab kalau itu tidak salah. Ine menambahkan bahwa ia selama ini
buktinya mau menjalin hubungan dengan Ed. Ine juga berkata kepada Ed bahwa jika ia
serius dengannya maka Ed juga harus memperjuangkan Ine. Ine berkata apa sulitnya
menyelesaikan kuliah, mengurangi hobi naik gunung dan bekerja secara layak. Hal ini
tampak pada data “Apa sulitnya menyelesaikan kuliah. Mengurangi hobi naik gunungmu.
Lantas bekerja secara layak” (1/JGBSin/10). Ine mengutarakan apa yang ada dipikirannya
selama ini kepada Ed. Sindiran yang diberikan Ine yaitu apakah sulit menyelesaikan kuliah
dan juga bekerja secara layak. Ine seakan berkata bahwa menyelesaikan kuliah itu benar-
benar mudah baginya, meskipun kenyataaannya memang benar mudah bagi seorang Ine
yang berprofesi sebagai dosen. Tetapi jika itu dikatakan untuk Ed yang bahkan
pekerjaannya hanya sebagai steward bukankan itu merupakan sebuah sindiran. Ditambah
Ine memperjelas bahwa steward itu merupakan pekerjaan yang tidak layak.
Jenis Gaya Bahasa Metonimia dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.
Metonomia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat (Oktavia,
2017:18). Hasil penelitian yang ditemukan yaitu metonimia berhubungan dengan gunung,
metonimia berhubungan dengan shelter, dan metonimia berhubungan dengan pintu masuk.
Di pos Ranu Pane Cery kerap memeriksa para pendaki sebelum naik, dan ia kerap
mendapati pendaki-pendaki muda yang bermaksud naik, tetapi menyepelekan soal
keamanan. Ia berkata bahwa Semeru tidak boleh dianggap enteng. Mendaki gunung
manapun tidak boleh ada yang menganggap enteng gunung tersebut. Cery mengatakan
Gunung Semeru dengan langsung mengatakan Semeru. Hal ini tampak pada data “Kamu
tahu sendiri, Semeru ini nggak boleh dianggap enteng. Mendaki gunung mana pun nggak
boleh nganggap enteng,” lanjut Cery” (1/JGBM/125). Cery menambahkan bahwa masih ada
saja pendaki yang menganggap sepele soal aturan dan itu yang sering membikin terjadi
kecelakaan.
Jenis Gaya Bahasa Antonomasia dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.
Antonomasia ialah gaya bahasa yang merupakan bentuk khusus dari sinekdoke
berupa pemakaian sebuah epitet untuk menggantikan nama diri atau gelar resmi, atau
jabatan untuk menggantikan nama diri (Oktavia, 2017:19-20). Hasil penelitian yang
ditemukan yaitu antonomasia menggunakan karakteristik dalam berpakaian atau outfit,
antonomasia menggunakan karakteristik dalam berperilaku, dan antonomasia menggunakan
karakteristik atau ciri khas sifat.
Dengan nada melecehkan ia bertanya kepada Ed tentang asal usulnya sampai-sampai
bisa jalan dengan Putri. Hal ini tampak pada data ““Kowe wong ngendi kok iso-isone mlaku
ro Putri?” dengan nada melecehkan si sepatu bot bertanya asal-usulku yang dirasa sudah
lancang jalan dengan Putri” (2/JGBA/113). Ed menjawab dengan mengejek, bahwa ternyata
permasalahan mereka semata soal perempuan.
Nina muncul dari arah belakang tenda sambil mengibas-ngibaskan telapak
tangannya, seperti seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah pekerjaan. Ia
mengagetkan Ed dan Ayu dengan berbicara bahwa mereka sudah mulai akrab. Cery yang
datang dibelakang Nina pun ikut memanasi mereka dengan berkata bahwa mereka sudah
saling tukar nomor telepon. Ayu dengan santai menjawab bahwa Ed malah sudah ngasih
bocoran tentang hobi, zodiak, golongan darah, dan warna kesukaan. Ed yang merasa tidak
membicarakan topik tersebut pun Cuma bisa melongo. Ed membatin bahwa dua gadis
manis yang sedang bersamanya tersebut konyol bin sableng. Hal ini tampak pada data “Dua
gadis manis ini betul-betul konyol bin sableng, batinku geram” (10/JGBA/135).
Jenis Gaya Bahasa Epizeukis dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.
Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang
ditekankan atau dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut (Oktavia, 2017:23). Hasil
penelitian yang ditemukan yaitu epizeukis mengenai kegiatan dan epizeukis mengenai sifat.
Hari mulai merambat sore dan matahari mulai condong beranjak menghilang. Ed
dan Nina masih harus menempuh sekian meter lagi menuju pos Pelawangan Senaru.
Mereka terus berjalan dan berjalan. Hal ini tampak pada data “Kami terus berjalan, berjalan,
dan berjalan lagi“ (2/JGBE/204). Setibanya di Pelawangan Senaru, mereka memutuskan
untuk beristirahat sejenak. Dan Ed memutuskan untuk memasak air dan membuat dua teh
gelas panas dan diserahkan kepada Nina. Merupakan epizeukis menggunakan kegiatan
karena berjalan merupakan sebuah kegiatan atau aktivitas dengan diberikan penekanan
secara berulang dan berturut-turut.
Jenis Gaya Bahasa Anafora dalam Novel Gitanjali Karya Febrialdi R.
Anafora ialah gaya bahasa berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau
kalimat (Oktavia, 2017:23-24). Hasil penelitian yang ditemukan yaitu anafora bersifat
pertanyaan, anafora digunakan untuk menegaskan makna, anafora digunakan untuk
menyatakan suatu tindakan, dan anafora digunakan untuk menunjukkan kuantitas.
Tangan Ed rasanya gemetar setelah membaca email dari Putri. Selama mendaki
Gunung Semeru, Ed yang nyaris lupa atas keberadaan Putri sirna begitu saja. Ed memang
berusaha melupakan apa yang terjadi di Yogyakarta. Tentang rumah panti dan juga tentang
apa yang ia alami selama di sana. Hal ini tampak pada data “Tentang rumah panti, tentang
Putri, juga tentang perkelahian brengsek bersama koboi koboi unyu yang pengecut”
(3/JGBAn/152). Namun Ed bergetar bukan karena permintaan Putri supaya Ed kembali ke
Yogyakarta, tetapi karena Putri memberi nasihat agar mendaki gunung demi kecintaan pada
Sang Pencipta. Ed betul-betul terkejut dan terhenyak. Sempat berulang kali ia membaca
kalimat tersebut. Ed nyaris tak percaya, karena selama ini tujuannya mendaki bukan dengan
alasan yang Putri sodorkan.
Anafora yang digunakan untuk menegaskan makna yaitu kata tentang, karena
menegaskan mengenai apa yang dialami oleh Ed selama di Yogyakarta. Tentang berarti
sama dengan mengenai, berkenaan. Kata tentang termasuk anafora karena terdapat
perulangan kata pertama setelah tanda baca koma.
Pagi-pagi di hari minggu, Ed mengajak beberapa anak panti untuk pergi dengannya.
Mereka memasuki sebuah toko peralatan rumah tangga. Ed membeli sabit, gunting rumput,
pacul, sekop kecil, sapu lidi, pengki, dan beberapa peralatan lain yang diperlukan. Dari toko
peralatan rumah tangga, mereka mampir ke toko bangunan. Ed membeli berlembar-lembar
ampelas, paku, palu, gergaji, beberapa lembar tripleks, cat tembok, cat besi, kuas berbagai
jenis dan ukuran, ember cat, semen, serta kebutuhan pendukung lainnya. Sebelum kembali
ke rumah panti, Ed menyempatkan untuk mampir ke sebuah toko kue kecil. Membeli
berbagai jenis kue dan roti dalam jumlah yang banyak. Merekapun kembali ke rumah panti.
Ed memanggil beberapa anak panti lain untuk berkumpul. Ed membagi-bagi tugas mereka.
Hal ini tampak pada data “Siapa yang mengampelas pagar, siapa yang mengerok dinding,
siapa yang membersihkan ilalang, siapa yang memotong rumput, siapa yang membersihkan
halaman, siapa yang memotong tripleks” (5/JGBAn/274).
Anafora menunjukkan kuantitas karena adanya pembagian siapa yang mengampelas
pagar, mengerok dinding, membersihkan ilalang, memotong rumput, membersihkan
halaman, dan siapa yang memotong tripleks. Dan pengulangan kata siapa diawal kalimat
juga setelah tanda baca koma.

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan penelitian disajikan secara berurutan sesuai dengan rumusan masalah,
yakni gaya bahasa perbandingan (1) terdapat gaya bahasa perumpamaan atau simile berupa
perumpamaan atau simile menggunakan kata ‘seperti’ dan perumpamaan atau simile
menggunakan kata ‘bagai’. (2) terdapat gaya bahasa personifikasi berupa personifikasi
menggunakan objek benda dan personifikasi bermakna lainnya. (3) terdapat gaya bahasa
depersonifikasi berupa manusia diumpamakan seperti benda. Gaya bahasa pertentangan (1)
terdapat gaya bahasa hiperbola berupa hiperbola berkaitan dengan fisik dan hiperbola
berkaitan dengan perasaan. (2) terdapat gaya bahasa klimaks berupa klimaks mengenai
kegiatan, klimaks berkaitan dengan perasaan, klimaks mengenai keadaan, dan klimaks
berkaitan dengan waktu. (terdapat gaya bahasa sinisme berupa sinisme untuk mengutarakan
pemikiran dan sinisme untuk menegaskan suatu hal. Gaya bahasa pertautan (1) terdapat
gaya bahasa metonimia berupa metonimia berhubungan dengan gunung, metonimia
berhubungan dengan shelter, dan metonimia berhubungan dengan pintu masuk. (2) terdapat
gaya bahasa antonomasia berupa antonomasia menggunakan karakteristik dalam berpakaian
atau outfit, antonomasia menggunakan karakteristik dalam berperilaku, dan antonomasia
menggunakan karakteristik atau ciri khas sifat. Gaya bahasa perulangan (1) terdapat gaya
bahasa epizeukis berupa epizeukis mengenai kegiatan dan epizeukis mengenai sifat.
(2) terdapat gaya bahasa anafora berupa anafora bersifat pertanyaan, anafora digunakan
untuk menegaskan makna, anafora digunakan untuk menyatakan suatu tindakan, dan
anafora digunakan untuk menunjukkan kuantitas.
Saran bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam
memahami dan menambah wawasan terkait gaya bahasa dalam karya sastra terutama novel.
Saran bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi, dan dijadikan
sebagai bahan masukan terkait gaya bahasa dalam karya sastra, terutama novel. Saran bagi
para pembaca atau khalayak umum, pada penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan, wawasan, dan mendapatkan gambaran mengenai gaya bahasa yang terdapat
dalam karya sastra.

DAFTAR RUJUKAN
Lafamane, Felta. 2020. KAJIAN STILISTIKA (Komponen Kajian Stilistika). Jurnal Sastra
Indonesia

Oktavia, Arni Susanti. 2017. Mengenal Gaya Bahasa dan Peribahasa. Bandung: CV. Rasi
Terbit
Pedoman Penulisan Proposal & Skripsi Program Sarjana. 2022. Trenggalek: STKIP PGRI
Trenggalek
Sugiyono. 2020. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suprapti. 2018. Gaya Bahasa dalam Buku Esai Mati Ketawa Ala Refotnasi Menyorong
Rembulan Karya Emha Ainun Nadjib. STKIP PGRI Trenggalek. Jurnal Sastra
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai