Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Bahasa dan Sastra

Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL DILAN:
DIA ADALAH DILANKU 1990 KARYA PIDI BAIQ
Asnani
Email: Asnanimohammad22@gmail.com
Prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, jurusan pendidikan bahasa dan seni, fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Tadulako

ABSTRAK- Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gaya bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dalam
novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 Karya Pidi Baiq. Data
dalam penelitian ini berupa kata, frasa, atau kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam novel
Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan membaca novel secara berulang dan menuliskan data yang ditemukan. Analisis data
dilakukan dengan mengumpulkan data, mereduksi data, menyajikan data, verifikasi, dan
kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990
karya Pidi Baiq ditemukan sebelas gaya bahasa retoris, yaitu: Aliterasi, Asonansi, Anastrof, Apostrof,
Polisindeton, Pleonasme dan Tautologi, Perifrasis, Erotesis, Koreksio, Hiperbola, dan Oksimoron.
Tujuh gaya bahasa kiasan, yaitu: simile, personifikasi, eponim, epitet, sinekdoke, sinisme,
sarkasme, dan inuendo.

Kata Kunci: Gaya Bahasa, Retoris, Kiasan

I. PENDAHULUAN

Sastra menurut Kamus Besar Bahasa berbeda oleh masing-masing ahli, namun pada
Indonesia adalah karya tulis yang bila akhirnya gaya bahasa dibedakan mejadi dua
dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki jenis, yaitu gaya bahasa yang ditinjau dari
ciri-ciri keunggulan, seperti keaslian, segi bahasa dan gaya bahasa yang ditinjau
keartistikan, keindahan, dalam isi dan dari segi nonbahasa. Penelitian yang dilakukan
ungkapannya. Sastra memberikan wawasan peneliti berfokus pada klasifikasi gaya bahasa
yang umum tentang masalah manusiawi, berdasarkan langsung tidaknya makna yang
sosial, maupun intelektual, dengan caranya merupakan bagian dari gaya bahasa yang
yang khas. Unsur keindahan dalam suatu ditinjau dari segi bahasa. Gaya bahasa
karya sastra ditunjang penggunaan gaya berdasarkan langsung tidaknya makna dipilih
bahasa oleh pengarang agar hasil karyanya karena makna merupakan unsur penting
tidak kaku dan dapat memancing daya dalam interpretasi sebuah karya sastra. Karya
imajinasi para pembacanya. sastra bertujuan untuk menyampaikan nilai-
nilai kepada pembaca dengan mengedepankan
Keraf (2006:113) berpendapat bahwa unsur estetika sehingga kata-kata yang
Gaya bahasa atau style dapat dibatasi sebagai digunakan sebagian besar merupakan kata
cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa bermakna bias. Menganalisis gaya bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan berdasarkan langsung tidaknya makna dinilai
kepribadian penulis (pemakai bahasa). penting sebagai acuan dalam proses
Memandang batasan tersebut, gaya bahasa interpretasi sebuah karya sastra.
dapat dijelaskan sebagai wujud dari pikiran
yang menggambarkan identitas Adanya unsur gaya bahasa dalam suatu
penulis/pengarang sastra. karya misalnya novel menjadikan kisah dalam
novel lebih berjiwa, hidup, dan dapat
Gaya bahasa atau style umumnya menggetarkan hati para peminat novel untuk
ditinjau dari berbagai sudut pandang yang terus membacanya, termasuk novel berjudul

106
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi Sejalan dengan konsep gaya bahasa
Baiq. Meskipun belum mendapat predikat menurut Keraf, Tarigan (1985 : 5) kembali
sebagai novel best-seller, novel Dilan: Dia mengemukakan konsep gaya bahasa yang
adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq adalah disimpulkan dari pendapat berbagai ahli.
salah satu novel remaja yang sangat populer. Menurutnya, gaya bahasa merupakan bentuk
Novel ini sangat dekat dengan realitas retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam
kehidupan remaja masa kini meskipun berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau
berlatar tahun 1990-an. Alur dan konflik yang mempengaruhi penyimak dan pembaca. Kata
sederhana dan ringan merupakan bagian yang retorik berasal dari Yunani rhetor yang berarti
paling menarik dan membuat novel ini orator atau ahli pidato.
berbeda dengan novel-novel remaja lainnya Pembahasan gaya bahasa oleh Aminuddin
yang cenderung menghadirkan kisah yang dan Keraf berfokus pada kajian gaya bahasa
terlalu kompleks sehingga alurnya lebih sulit dari segi retorika klasik dengan menggunakan
dipahami oleh pembaca pemula, terutama gaya bahasa sebagai pembentuk keindahan
yang menilai novel sebagai sarana hiburan dalam suatu tulisan baik sastra maupun non-
semata. sastra. Memperhatikan konsep tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah
Salah satu tujuan penggunaan gaya suatu proses atau cara dalam mengolah
bahasa adalah menimbulkan efek imajinasi bahasa secara lebih indah dan menarik
terhadap pembaca sehingga penggunaan gaya sekaligus mencerminkan jiwa dan kepribadian
bahasa pada karya sastra juga bersifat pengguna bahasa dalam interaksi secara
imajinatif. Berdasarkan alasan tersebut, dalam langsung (bertutur), maupun secara tidak
penelitian ini peneliti membahas judul Analisis langsung (hasil karya/tulisan). Gaya bahasa
Gaya Bahasa dalam Novel Dilan: Dia adalah yang juga ditemukan dalam karya sastra
Dilanku 1990 Karya Pidi Baiq. Dengan dapat pula digunakan untuk menilai
memahami gaya bahasa dalam novel Dilan: orisinalitas karya yang dihasilkan oleh
Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq, maka pengarang karena memperlihatkan
akan mudah untuk memahami dan penggunaan bahasa yang merupakan ciri
menghayati isi novel tersebut. khas seorang pengarang, contohnya gaya
II. KAJIAN PUSTAKA bahasa yang digunakan oleh Sapardi Djoko
2.2.1 Pengertian Gaya Bahasa Damono dalam karyanya pasti berbeda
dengan gaya bahasa yang digunakan oleh Gus
Keraf (2010: 113) membatasi Mus dalam karyanya. Oleh karena itu, tidak
pengertian gaya bahasa dari segi bahasa yaitu berlebihan jika sebuah karya dikatakan
cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa sebagai alat ukur kekhasan karya pengarang.
memungkinan kita dapat menilai pribadi, 2.2.2 Jenis-Jenis Gaya Bahasa
watak, dan kemampuan seseorang yang Menurut Keraf (2010:115) pandangan-
mempergunakan bahasa itu. Semakin baik pandangan atau pendapat-pendapat tentang
gaya bahasa yang digunakan seseorang, maka gaya bahasa sejauh ini sekurang-kurangnya
semakin baik penilaian orang lain dapat dilihat melalui segi bahasa dan segi
terhadapnya, hal ini juga berlaku sebaliknya. nonbahasa. Untuk melihat gaya secara luas,
Berdasarkan konsep tersebut, style atau gaya maka pembagian berdasarkan masalah
bahasa kembali dibatasi sebagai cara nonbahasa tetap diperlukan, tetapi untuk
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara memberi kemampuan dan keterampilan, maka
khas yang memperlihatkan jiwa dan uraian mengenai gaya dilihat dari aspek
kepribadian penulis (pemakai bahasa). kebahasaan akan lebih diperlukan. Klasifikasi
tahap ini dinilai perlu dilakukan sebagai dasar
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang
dalam menelaah ruang lingkup gaya bahasa.
dipergunakan untuk meningkatkan efek
a. Segi Nonbahasa
dengan jalan memperkenalkan serta
Dilihat dari segi nonbahasa, gaya bahasa
memperbandingkan suatu benda atau hal
dapat dibagi menjadi tujuh pokok yaitu gaya
tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih
bahasa berdasarkan pengarang, berdasarkan
umum. Pendek kata penggunaan gaya bahasa
masa, berdasarkan medium, berdasarkan
tertentu dapat mengubah serta menimbulkan
subyek, berdasarkan tempat, berdasarkan
konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan, 1985 :
hadirin, dan berdasarkan tujuan.
5).
b. Segi Bahasa

107
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
Dilihat dari segi bahasa atau unsur-unsur 2.2.4 Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung
bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa Tidaknya Makna
dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur 2.2.3.1 Gaya Bahasa Retoris
bahasa yang dipergunakan, yaitu:
1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata Gaya bahasa retoris adalah gaya yang
2. Gaya bahasa berdasarkan nada yang semata-mata merupakan penyimpangan dari
terkandung dalam wacana konstruksi biasa untuk mencapai efek
3. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat tertentu.
4. Gaya bahasa berdasarkan langsung
tidaknya makna (Keraf, 2010: 115-116) a. Aliterasi
2.2.3 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Aliterasi adalah semacam gaya bahasa
Kalimat yang berwujud perulangan konsonan yang
a. Klimaks sama, misalnya
Klimaks adalah semacam gaya bahasa - Keras-keras kerak kena air lembut
yang mengandung urutan-urutan pikiran yang juga
setiap kali semakin meningkat kepentingannya b. Asonansi
dari gagasan-gagasan sebelumnya. Klimaks Asonansi adalah semacam gaya bahasa
disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai yang berwujud perulangan bunyi vokal yang
istilah umum yang sebenarnya merujuk sama, misalnya
kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Bila Ini muka penuh luka siapa punya
klimaks itu terbentuk dari beberapa gagasan c. Anastrof
yang berturut-turut semakin tinggi Anastrof atau inversi adalah semacam
kepentingannya, maka ia disebut anabasis. gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan
b. Antiklimaks pembalikan susunan kata yang biasa dalam
Antiklimaks dihasilkan oleh klimaks yang kalimat, misalnya Pergilah ia meninggalkan
berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai kami, keheranan kami melihat perangainya
gaya bahasa merupakan suatu acuan yang d. Apofasis atau Preterisio
gagasan-gagasannya diurutkan dari yang Apofasis atau disebut juga preterisio
terpenting berturut-turut ke gagasan yang merupakan sebuah gaya di mana penulis atau
kurang penting. Dekrementum adalah pengarang menegaskan sesuatu, tetapi
antiklimaks yang berwujud menambah ide tampaknya menyangkal, misalnya
yang kurang penting pada suatu ide yang Saya tidak mau mengungkapkan dalam
penting. Dan bila antiklimaks itu mengurutkan forum ini bahwa Saudara telah menggelapkan
sejumlah ide yang semakin kurang penting, ratusa juta rupiah uang negara
maka ia disebut katabasis. e. Apostrof
c. Paralelisme Apostrof semacam gaya yang berbentuk
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa pengalihan amanat dari para hadirin kepada
yang berusaha mencapai kesejajaran dalam sesuatu yang tidak hadir, misalnya
pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang Hai kamu dewa-dewa yang berada di
menduduki fungsi yang sama dalam bentuk surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari
gramatikal yang sama. belenggu penindasan ini
d. Antitesis f. Asindeton
Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang Asindeton adalah suatu gaya yang berupa
mengandung gagasan-gagasan yang acuan, yang bersifat padat dan mampat di
bertentangan, dengan mempergunakan kata- mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang
kata atau kelompok kata yang berlawanan. sederajat tidak dihubungkan dengan kata
e. Repetisi sambung, misalnya
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku Dan kesesakan, kepedihan, kesakitan,
kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap seribu derita detik-detik penghabisan orang
penting untuk memberi tekanan dalam sebuah melepaskan nyawa.
konteks yang sesuai. Para orator menciptakan g. Polisindeton
bermacam-macam repetisi yang pada Polisindeton adalah suatu gaya yang
prinsipnya didasarkan pada tempat kata yang merupakan kebalikan dari asindeton.
diulang dalam baris, klausa, atau kalimat. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang
Yang penting diantaranya epizeukis, tautotes, berurutan dihubungkan satu sama lain dengan
anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, kata-kata sambung, misalnya
panalepsis, anadiplosis

108
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
Dan ke manakah burung-burung yang Suatu acuan disebut pleonasme bila kata
gelisah dan tak berumah dan tak menyerah yang berlebihan itu dihilangkan, namun
pada gelap dan dingin yang bakal artinya tetap utuh, misalya Saya telah
merontokkan bulu-bulunya? mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri
h. Kiasmus contoh tersebut termasuk dalam pleonasme
Kiasmus (chiasmus) adalah semacam karena meskipun salah satu unsurnya yaitu
gaya acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dengan telinga saya dihilangkan, artinya dari
dua bagian, baik frasa atau klausa, yang kalimat tersebut masih tetap sama.
sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu Sebaliknya, suatu acuan disebut tautologi
sama lain, tetapi susunan frasa atau kalau kata yang berlebihan itu sebenarnya
klausanya itu terbalik bila dibandingkan mengandung perulangan dari sebuah kata
dengan frasa atau klausa lainnya, misalnya lain, misalnya Globe itu bundar bentuknya
Semua kesabaran kami sudah hilang, contoh tersebut termasuk dalam tautologi
lenyap sudah ketekunan kami untuk karena kata berlebihan itu sebenarnya
melanjutkan usaha itu mengulang kembali gagasan yang disebut
i. Elipsis sebelumnya yaitu bundar yang sudah tercakup
Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud dalam globe.
menghilangkan suatu unsur kalimat yang n. Perifrasis
dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan perifrasis adalah gaya bahasa yang
sendiri oleh pembaca atau pendengar, mempergunakan kata lebih banyak dari yang
sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya diperlukan. Kata-kata yang berlebihan itu
memenuhi pola yang berlaku, misalnya sebenarnya dapat diganti dengan satu kata
Bila bagian yang dihilangkan berada di saja, misalnya
tengah-tengah kalimat disebut anakoluton, Jawaban dari pertanyaan saudara adalah
misalnya tidak (= ditolak)
Jika anda gagal melaksanakan tugasmu ... o. Prolepsis atau Antisipasi
tetapi baiklah kia tidak membicarakan hal itu Prolepsis atau antisipasi adalah semacam
j. Eufemisme gaya bahasa di mana orang mempergunakan
Sebagai gaya bahasa, eufemisme adalah lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata
semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan sebelum peristiwa atau gagasan yang
yang tidak menyinggung perasaan orang, atau sebenarnya terjadi, misalnya
ungkapan ungkapan yang halus untuk Pada pagi yang naas itu, ia mengendarai
menggantikan acuan-acuan yang mungkin sebuah sedan biru
dirasakan menghina, menyinggung perasaan p. Erotesis atau Pertanyaan Retoris
atau mensugestikan sesuatu yang tidak Erotesis atau pertanyaan retoris adalah
menyenangkan, misalnya semacam pertanyaan yang digunakan dalam
Ayahnya sudah tak ada lagi di tengah- pidato atau tulisan dengan tujuan untuk
tengah mereka (= mati) mencapai efek yang lebih mendalam dan
k. Litotes penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak
Litotes adalah semacam gaya bahasa menghendaki adanya suatu jawaban, misalnya
yang dipakai untuk menyatakan sesuatu Rakyatkah yang harus menanggung akibat
dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal semua korupsi dan manipulasi di negara ini?
dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya, q. Silepsis dan Zeugma
atau suatu pikiran dinyatakan dengan .Dalam silepsis, konstruksi yang
menyangkal lawan katanya, misalnya dipergunakan itu secara gramatikal benar,
Kedudukan saya ini tidak ada artinya tetapi secara semantik tidak benar, misalnya
sama sekali Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
l. Histeron Proteron Konstruksi lengkap adalah kehilangann topi
Histeron proteron adalah semacam gaya dan kehilangan semangat. Dalam zeugma,
bahasa yang merupakan kebalikan dari kata yang dipakai untuk membawahi kedua
sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok
yang wajar, misalnya untuk salah satu, misalnya Ia menundukkan
Bila ia sudah berhasil mendaki karang kepala dan badannya untuk memberi hormat
terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas kepada kami. Konstruksi yang lengkap adalah
dengan pasirnya yang putih. menundukkan kepala dan menundukkan
m. Pleonasme dan Tautologi. badannya, namun kata menundukkan hanya

109
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
cocok dengan kata kepala bukan kata Alegori adalah suatu cerita singkat yang
badannya. mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus
r. Koreksio atau Epanortosis ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Pada
Koreksio atau Epartonosis adalah suatu alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-
gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas
sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya, tersurat.
misalnya Parabel (parabola) adalah suatu kisah
Sudah empat kali saya mengunjungi singkat dengan tokoh-tokoh biasanya
daerah itu, ah bukan, sudah lima kali. manusia, yang selalu mengandung tema
moral. Istilah parabel digunakan untuk
menyebut cerita-cerita fiktif di dalam Kitab
Suci yang bersifat alegoris, untuk
s. Hiperbola menyampaikan suatu kebenaran moral atau
Hiperbola adalah semacam gaya bahasa kebenaran spiritual.
yang mengandung suatu pernyataan yang Fabel adalah suatu metafora berbentuk
berlebihan, dengan membesar-besarkan cerita mengenai dunia hewan, di mana hewan-
sesuatu hal, misalnya hewan bahkan makhluk-makhluk yang tidak
Jika kau terlambat sedikit saja, pasti kau bernyawa bertindak seolah-olah sebagai
tidak akan diterima lagi. manusia. Tujuan fabel adalah menyampaikan
t. Paradoks suatu prinsip tingkah laku melalui analogi
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang transparan dari tindak-tindak hewan,
yang mengandung pertentangan yang nyata tumbuh-tumbuhan, atau makhluk yang tak
dengan fakta-fakta yang ada, misalnya bernyawa.
Musuh sering merupakan kawan yang d. Personifikasi atau Prosopopoeia
akrab. Personifikasi atau prosopopoeia adalah
u. Oksimoron semacam gaya bahasa kiasan yang
Oksimoron (okys = tajam, moros = gila, menggambarkan benda-benda mati atau
tolol) adalah gaya bahasa yang mengandung barang-barang yang tidak bernyawa, misalnya
pertentangan dengan mempergunakan kata- Kulihat ada bulan di kotamu lalu turun di
kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, bawah pohon belimbing depan rumahmu
misalnya barangkali ia menyeka mimpimu.
Dengan membisu seribu kata, mereka e. Alusi
sebenarnya berteriak-teriak agar diperlakukan Alusi adalah semacam acuan yang
dengan adil. berusaha mensugestikan kesamaan antara
2.2.3.2 Gaya Bahasa Kiasan orang, tempat, atau peristiwa, misalnya
a. Persamaan atau Simile Kartini kecil itu turut memperjuangkan
Persamaan atau simile adalah persamaan haknya.
perbandingan yang bersifat eksplisit, artinya ia f. Eponim
langsung menyatakan sesuatu sama dengan Eponim adalah suatu gaya di mana
hal yang lain. Kata-kata yang umum seseorang yang namanya begitu sering
ditemukan pada gaya bahasa ini adalah dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga
seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu,
dan sebagainya, misalnya misalnya Hercules digunakan untuk
menyatakan kekuatan.
Matanya seperti bintang timur
g. Epitet
b. Metafora Epitet (epiteta) adalah semacam acuan
Metafora adalah semacam analogi yang yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang
membandingkan dua hal secara langsung, khusus dari seseorang atau sesuatu hal.
tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif
bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, yang menjelaskan atau menggantikan nama
dan sebagainya, misalnya seseorang atau barang, misalnya
Orang itu seperti buaya darat → Orang itu Raja rimba untuk singa
adalah buaya darat h. Sinekdoke
Orang itu → buaya darat Sinekdoke adalah suatu istilah yang
c. Alegori, Parabel, dan Fabel diturunkan dari kata Yunani synekdechesthai
yang berarti menerima bersama-sama.
Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif

110
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
yang mempergunakan sebagian dari sesuatu mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan
hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro ketulusan hati. Walaupun sinisme dianggap
toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk lebih keras dari ironi, namun masih sulit untuk
menyatakan sebagian (totum pro parte), membedakan keduanya dengan kata lain
misalnya sinisme adalah ironi yang lebih kasar sifatny,
Setiap kepala dikenakan sumbangan misalnya
sebesar Rp. 1.000,- Memang anda adalah seorang gadis yang
i. Metonimia tercantik di seantero jagad ini yang mampu
Metonimia metonimia adalah suatu gaya menghancurkan seluruh isi jagad ini.
bahasa yang mempergunakan sebuah kata Sarkasme merupakan suatu acuan yang
untuk menyatakan suatu hal lain, karena lebih kasar dari ironi dan sinisme. Sarkasme
mempunyai pertalian yang sangat dekat. adalah suatu acuan yang mengandung
Hubungan itu dapat berupa penemu untuk kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme
hasil penemuan, pemilik untuk barang yang dapat bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi
dimiliki, akibat untuk sebab, sebab untuk yang jelas adalah bahwa gaya ini selalu akan
akibat, isi untuk menyatakan kulitnya, dan menyakiti hati dan kurang enak didengar,
sebagainya. Metonimia dinilai sebagai bentuk misalnya
dari sinekdoke. Contoh metonimia adalah Kelakuanmu memuakkan saya.
Ialah yang menyebabkan air mata yang m. Satire
gugur Uraian yang harus ditafsirkan lain dari
j. Antonomasia makna permukaannya disebut satire. Satire
Antonomasia juga merupakan suatu adalah ungkapan yang menertawakan atau
bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud menolak sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus
penggunaan sebuah epiteta untuk bersifat ironis. Satire mengandung kritik
menggantikan nama diri, atau gelar resmi, tentang kelemahan manusia dengan tujuan
atau jabatan untuk menggantikan nama diri, utamanya adalah agar diadakan perbaikan
misalnya secara etis maupun estetis.
Yang Mulia tak dapat menghadiri n. Inuendo
pertemuan ini Inuendo adalah semacam sindiran dengan
k. Hipalase mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Ia
Hipalase adalah semacam gaya bahasa di menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak
mana sebuah kata tertentu dipergunakan langsung, dan sering tampaknya tidak
untuk menerangkan sebuah kata, yang menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu,
seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang misalnya
lain, atau secara singkat dapat dikatakan Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit
bahwa hipalase adalah suatu kebalikan dari mabuk karena terlalu banyak minum.
suatu relasi alamiah antara dua komponen o. Antifrasis
gagasan, misalnya Antifrasis adalah semacam ironi yang
Ia berbaring di atas sebuah bantal yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan
gelisah (yang gelisah adalah manusianya, makna kebalikannya, yang bisa saja
bukan bantalnya). dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-
l. Ironi, Sinisme, dan Sarkasme kata yang dipakai untuk menangkal
Ironi diturunkan dari kata eironeia yang kejahatan, roh jahat, dan sebagainya,
berarti penipuan atau pura-pura. Sebagai misalnya
bahasa kiasan, ironi atau sindiran adalah Lihatlah sang Raksasa sudah tiba
suatu acuan yang ingin mengatakan sesautu (maksudnya si Cebol).
dengan makna atau maksud berlainan dari p. Pun atau Paronomasia
apa yang terkandung dalam rangkaian kata- Pun atau paronomasia adalah kiasan
katanya. Ironi akan berhasil jika pendengar dengan mempergunakan kemiripan bunyi. Ia
juga sadar akan maksud yang disembunyikan merupakan permainan kata yang didasarkan
di balik rangkaian kata-katanya, misalnya pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat
Saya tahu anda adalah seorang gadis perbedaan besar dalam maknanya, misalnya
yang paling cantik di dunia ini yang perlu Tanggal dua gigi saya tanggal dua.
mendapat tempat terhormat! 2.2.4 Pengertian Novel
Selain ironi, digunakan pula istilah lain Menurut Kosasih, “Novel adalah karya
yaitu sinisme yang diartikan sebagai suatu imajinatif yang mengisahkan sisi utuh
sindiran yang berbentuk kesangsian yang problematika kehidupan seseorang atau

111
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
beberapa orang tokoh” (Kosasih, 2008: 54). and Huberman, yang terdiri dari periode
Oleh karena mengisahkan sisi utuh pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap
problematika kehidupan tokohnya, maka penyajian data, dan tahap verifikasi. Miles and
konflik dan alur yang terdapat dalam novel Huberman (dalam Sugiyono, 2009:91)
lebih kompleks dan beragam, hal ini sekaligus menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis
sebagai pembeda antara cerpen dan novel. data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
III. METODE PENELITIAN berlangsung secara terus menerus sampai
3.1 Jenis Penelitian tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Menurut Sugiyono (2014 : 1) metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian IV. HASIL PENELITIAN DAN
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi PEMBAHASAN
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya 4.1 Gaya bahasa retoris dalam novel
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah Dilan: Dia adalah Dilanku 1990
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan Karya Pidi Baiq
data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan Gaya bahasa retoris yang ditemukan dalam
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya
makna dari pada generalisasi. Pidi Baiq berjumlah 11 gaya bahasa yang
3.2 Data dan Sumber Data meliputi gaya bahasa aliterasi, asonansi,
anastrof, apostrof, polisindeton, tautologi,
Data yang diperlukan dalam penelitian perifrasis, erotesis, koreksio, hiperbola, dan
ini berupa kalimat maupun dialog dalam oksimoron. Berikut diuraikan masing-masing
sumber data yang memiliki gaya bahasa. gaya bahasa retoris yang ditemukan dalam
Sumber data pada penelitian ini merupakan novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya
sebuah novel berjudul Dilan: Dia adalah Pidi Baiq:
Dilanku 1990 karya Pidi Baiq.
4.1.1 Gaya Bahasa Aliterasi
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
digunakan adalah observasi melalui teknik 1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 8
simak. Teknik simak (dalam hal ini teknik data yang tergolong dalam gaya bahasa
baca) adalah teknik pengumpulan data yang aliterasi dan berikut penulis menguraikan 4
dilakukan dengan membaca sumber data dari 8 data tersebut:
berupa novel secara berulang untuk
Data 1 (DDAD90/001)
menemukan data-data berupa kalimat atau
kata yang memiliki gaya bahasa tertentu. “Kisah itu akan kutulis semuanya sesuai
Memperoleh data yang dimaksud, peneliti dengan apa yang terjadi waktu itu,
kemudian melakukan pengumpulan data meskipun tidak akan mungkin detail,
dengan teknik catat. Teknik catat merupakan tetapi itulah intinya.” (DDAD90, Hal.18)
teknik pengumpulan data dengan cara
mencatat data-data yang ditemukan melalui Uraian data 1 menunjukkan peggunaan
teknik simak yang telah dilakukan gaya bahasa aliterasi karena terdapat
sebelumnya. pengulangan bunyi konsonan /k/, /s/, dan /t/.
Pengulangan konsonan /k/ pada bagian “Kisah
itu akan kutulis...” dan “...meskipun tidak
3.4 Instrumen Penelitian akan mungkin...” Pengulangan konsonan /s/
pada bagian “...kutulis semuanya sesuai...”
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai dan pengulalangan konsonan /t/ pada bagian
instrumen kunci (human instrument) karena “...tetapi itulah intinya.” Dalam hal ini, gaya
peneliti sekaligus merupakan perencana, bahasa aliterasi berfungsi menekankan
pelaksana pengumpulan data, analisis, gagasan penulis sekaligus memberi efek
penafsir data, dan kemudian peneliti juga keindahan pada novel tersebut.
akan melaporkan hasil penelitiannya sendiri.
Data 2 (DDAD90/002)
3.5 Teknik Analisis Data
“Langsung kusimpan surat itu di dalam
Teknnik analisis data yang digunakan oleh laci meja belajar, sambil senyum-senyum
penulis adalah teknik analisis data model Miles

112
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
sendirian, dan langsung pergi ke kamar “Tahun 1990, ayahku dipindah tugas ke
mandi, menemui sepatuku.” (DDAD90, Bandung, sehingga ibuku, aku, adik
Hal. 28) bungsuku, pembantuku, dan semua
barang-barang di rumah pun jadi pada
Uraian data 2 menunjukkan peggunaan ikut pindah.” (DDAD90, Hal. 15)
gaya bahasa aliterasi karena terdapat
pengulangan bunyi konsonan /s/ dan /m/. Pada uraian data 5, Gaya bahasa aliterasi
Pengulangan konsonan /s/ terdapat pada yang dimaksud dalam data tersebut adalah
bagian “Langsung kusimpan surat itu...” dan pengulangan bunyi vokal /u/ dan vokal /a/
“...sambil senyum-senyum sendirian...”. yang terdapat pada bagian “...sehingga ibuku,
Sedangkan pengulangan konsonan /m/ aku, adik bungsuku, pembantuku, dan
terdapat pada bagian “...ke kamar mandi, semua barang-barang di rumah pun jadi
menemui sepatuku.” Dalam hal ini, gaya pada ikut pindah.” Dalam hal ini, gaya bahasa
bahasa aliterasi berfungsi untuk memberi asonansi digunakan menekankan gagasan
penekanan terhadap situasi yang hendak pengarang sekaligus memberi efek keindahan.
dideskripsikan oleh pengarang sekaligus
memberi efek keindahan terhadap novel Data 6 (DDAD90/010)
tersebut.
“Tempat tumbuh berbagai bunga dan satu
Data 3 (DDAD90/003) pohon jambu, yaitu jambu batu, yang
ibuku suka kesal kalau sudah mulai
“Kata-kata itu, ketika kuingat lagi ...” banyak ulatnya.” (DDAD90, Hal. 16)
(DDAD90, Hal. 38-39)
Pada uraian data 6, Gaya bahasa aliterasi
Gaya bahasa aliterasi yang dimaksud yang dimaksud dalam data tersebut adalah
dalam data tersebut adalah pengulangan pengulangan bunyi vokal /u/ dan vokal /a/
bunyi konsonan (k) dan konsonan (t) yang yang mendominasi dalam data tersebut.
terdapat pada bagian “Kata-kata itu, ketika Pengulangan vokal /u/ dan /a/ terdapat pada
kuingat lagi...” Fungsi gaya bahasa aliterasi hampir seluruh kata dalam data 6. Dalam hal
dalam data tersebut adalah memberikan efek ini, gaya bahasa asonansi digunakan
keindahan sehingga kalimat yang digunakan menekankan gagasan pengarang sekaligus
penulis tidak terkesan terlalu umum dan memberi efek keindahan.
monoton.

Data 4 (DDAD90/005)

“Syaratnya, ya bayar ongkos sendiri untuk


biaya nyewa busnya.” (DDAD90, Hal. 93) Data 7 (DDAD90/012)

Gaya bahasa aliterasi yang dimaksud “Ketika dia balik lagi, dia membawa
dalam data 4 adalah pengulangan bunyi beberapa teh kotak.” (DDAD90, Hal. 23)
konsonan (y) yang terdapat pada hampir
seluruh bagian dalam data tersebut. Fungsi Pada uraian data 7, Gaya bahasa aliterasi
gaya bahasa aliterasi dalam data tersebut yang dimaksud dalam data tersebut adalah
adalah memberikan efek keindahan sehingga pengulangan bunyi vokal /a/ dan vokal /i/
kalimat yang digunakan penulis tidak terkesan yang mendominasi dalam data tersebut.
monoton. Pengulangan vokal /a/ dan /i/ terdapat pada
hampir seluruh kata dalam data 7. Dalam hal
4.1.2 Gaya Bahasa Asonansi ini, gaya bahasa asonansi digunakan
menekankan gagasan pengarang sekaligus
Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku memberi efek keindahan.
1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 10
data yang tergolong dalam gaya bahasa Data 8 (DDAD90/013)
asonansi dan berikut penulis menguraikan 5
dari 10 data tersebut: “Padahal baru kemaren kau tersenyum
kepadanya dan sedikit terhibur oleh surat
Data 5 (DDAD90/009) undangan...” (DDAD90, Hal. 38)

113
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
Pada uraian data 8, Gaya bahasa aliterasi Gaya bahasa anastrof dalam data 11
yang dimaksud dalam data tersebut adalah terdapat pada bagian “...ayahnya Dilan
pengulangan bunyi vokal /e/ yang terdapat adalah juga tentara.” Penggunaan gaya
pada bagian “...kemaren kau tersenyum bahasa anastrof pada bagian tersebut
kepadanya dan sedikit terhibur oleh...” Dalam membuat kalimat yang digunakan pengarang
hal ini, gaya bahasa asonansi digunakan untuk menjadi tidak biasa. Susunan kata “adalah”
memberi efek keindahan pada novel. umumnya didahului kata “juga” seperti
“...ayahnya Dilan juga adalah tentara.”
Data 9 (DDAD90/015) Namun, untuk menegaskan bahwa karyanya
memiliki style atau gaya bahasa tersendiri
“Kalau ada apa-apa, panggil aku.” yang berbeda dari novel pada umumnya,
(DDAD90, Hal. 127) pengarang menggunakan gaya bahasa
anastrof dengan membalik susunan kata
Pada uraian data 9, Gaya bahasa aliterasi
“adalah” dan “juga” menjadi “...ayahnya
yang dimaksud dalam data tersebut adalah
Dilan adalah juga tentara.”
pengulangan bunyi vokal /a/ yang
mendominasi dalam data tersebut. Data 12 (DDAD90/021)
Pengulangan vokal /a/ terdapat pada seluruh
kata dalam data 8. Dalam hal ini, gaya bahasa “ „Gak pernah masuk sumur Nenek,
asonansi digunakan untuk memberi efek mah,‟ Kata Bi Asih.” (DDAD90, Hal. 119)
keindahan pada novel.
Uraian data 12 menunjukkan penggunaan
4.1.3 Gaya Bahasa Anastrof gaya bahasa anastrof. Hal ini ditunjukkan
dengan pembalikan susunan fungsi subjek
Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku Nenek dan fungsi predikat Gak pernah
1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 5 masuk pada kalimat „Gak pernah masuk
data yang tergolong dalam gaya bahasa sumur Nenek, mah,‟. Susunan kalimat yang
anastrof dan berikut penulis menguraikan 5 umum adalah „Nenek, mah, gak pernah
data tersebut: masuk sumur.‟ Penggunaan gaya bahasa
anastrof dalam data 12 berfungsi untuk
Data 10 (DDAD90/019)
memberikan efek keindahan pada gagasan
“Dia, menurutku, hari itu, harus yang ditampilkan dalam novel tersebut.
bertanggung jawab...” (DDAD90, Hal.
Data 13 (DDAD90/022)
40)
“Dan aku muak dengan fakta bahwa aku
Uraian Data 10 menunjukkan penggunaan
akan masih bertemu dengan Beni.”
gaya bahasa anastrof karena terdapat
(DDAD90, Hal. 121)
pembalikan susunan kata dalam kalimat
sehingga bentuk kalimat pada kutipan data Uraian data 13 menunjukkan penggunaan
tersebut tidak baku. Pada bagian “Dia, gaya bahasa anastrof. Hal ini ditunjukkan
menurutku, hari itu, harus bertanggung dengan pembalikan susunan kata akan dan
jawab...”, terdapat pembalikan susunan kata kata masih. Susunan kalimat yang umum
yang membuat kalimat tersebut menjadi tidak digunakan adalah “Dan aku muak dengan
baku. Frasa hari itu yang berfungsi sebagai fakta bahwa aku masih akan bertemu
keterangan di letakkan sebelum frasa harus dengan Beni.” Penggunaan gaya bahasa
bertanggung jawab yang berperan sebagai anastrof pada data 13 berfungsi untuk
predikat. Susunan kata yang seharusnya memberikan efek keindahan pada karya
digunakan pada kalimat tersebut adalah “Dia, pengarang khususnya novel Dilan: Dia adalah
menurutku, harus bertanggung jawab, Dilanku 1990 karya Pidi Baiq.
hari itu...”
Data 14 (DDAD90/023)
Data 11 (DDAD90/020)
“...kujawab, kenal namaku dia.”
“Aku nyaris terperangah mendengar (DDAD90, Hal. 333)
bahwa ayahnya Dilan adalah juga
tentara.” (DDAD90, Hal. 66) Uraian data 14 menunjukkan penggunaan
gaya bahasa anastrof. Hal ini ditunjukkan

114
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
dengan pembalikan susunan fungsi predikat Data 17 (DDAD90/026)
kenal namaku dan fungsi subjek dia.
Susunan kalimat yang umum digunakan “Kang Adi pergi, aku jalan sendiri
adalah “...dia kenal namaku.” Penggunaan dengan pikiran seolah-olah sedang
gaya bahasa anastrof pada data 14 berfungsi bicara dengan Kang Adi:
untuk memberikan efek keindahan pada karya „Setahuku, Dilan bukan cowok
pengarang khususnya novel Dilan: Dia adalah cemburuan.‟” (DDAD90, Hal. 209)
Dilanku 1990 karya Pidi Baiq.
Uraian data 17 di atas menunjukkan
4.1.4 Gaya Bahasa Apostrof penggunaan gaya bahasa apostrof. Pada
kalimat “Kang Adi pergi, aku jalan sendiri
Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku dengan pikiran seolah-olah sedang bicara
1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 5 dengan Kang Adi:” pembicaraan yang
data yang tergolong dalam gaya bahasa dilakukan oleh tokoh Milea ditujukan kepada
apostrof dan berikut penulis menguraikan 5 pembaca. Namun pada data yang sama, dapat
data tersebut: ditemukan bahwa kalimat selanjutnya,
“Setahuku, Dilan bukan cowok
Data 15 (DDAD90/024) cemburuan. Justru Kang Adi yang sedang
cemburu ke Dilan” ditujukan kepada tokoh
“Aduh, Tuhan, siapa sih dia itu! Tanyaku Kang Adi yang sebenarnya tidak hadir pada
dalam hati.” (DDAD90, Hal. 27) pembicaraan tersebut sehingga dapat
dikatakan sebagai objek khayalan atau objek
Uraian data 15 menunjukkan penggunaan
abstrak. Gaya bahasa apostrof pada data 17
gaya bahasa apostrof. Pada data tersebut,
tersebut berfungsi untuk memberi penekanan
tokoh Milea mendeskripsikan rasa
terhadap gagasan pengarang yang
penasarannya terhadap tokoh Dilan dan
dikemukakan dalam karyanya.
ditujukan kepada pembaca, namun terjadi
pengalihan pembicaraan yang kemudian Data 18 (DDAD90/027)
ditujukan kepada Tuhan dalam kalimat
“Aduh, Tuhan, siapa sih dia itu!” Gaya “Di luar turun hujan. Kepalaku
bahasa apostrof pada data 15 tersebut dipenuhi kata-kata: „kamu di mana
berfungsi untuk memberi penekanan terhadap sekarang, Dilan?‟” (DDAD90, Hal. 57)
gagasan pengarang yang dikemukakan dalam
karyanya. Uraian data 18 menunjukkan penggunaan
gaya bahasa apostrof berupa pengalihan
Data 16 (DDAD90/025) pembicaraan oleh tokoh Milea kepada tokoh
Dilan yang sebenarnya tidak hadir dalam
“Ada gerimis di luar. Aku di kamar pembicaraan tersebut, sehingga tokoh Milea
bersama kepalaku yang dipenuhi tampak berbicara dengan objek abstrak atau
dengan kata-kata untuk Mas Ato: khayalan. Penggunaan gaya bahasa apostrof
„Mas Ato, kejadian macem kemaren ...‟” pada data di atas ditunjukkan pada bagian
(DDAD90, Hal. 132) “Kepalaku dipenuhi kata-kata:...” Gaya
bahasa apostrof pada data 18 tersebut
Uraian data 16 menunjukkan penggunaan
berfungsi untuk memberi penekanan terhadap
gaya bahasa apostrof berupa pengalihan
gagasan pengarang yang dikemukakan dalam
pembicaraan oleh tokoh Milea kepada tokoh
karyanya.
Mas Ato yang sebenarnya tidak hadir dalam
pembicaraan tersebut, sehingga tokoh Milea Data 19 (DDAD90/028)
tampak berbicara dengan objek abstrak atau
khayalan. Penggunaan gaya bahasa apostrof “...dan lalu menggumam untuk
pada data di atas ditunjukkan pada bagian seseorang yang begitu aku rindui:
“Aku di kamar bersama kepalaku yang „Selamat tidur juga, Dilan...‟” (DDAD90,
dipenuhi dengan kata-kata untuk Mas Ato.” Hal. 135)
Gaya bahasa apostrof pada data 16 tersebut
berfungsi untuk memberi penekanan terhadap Uraian data 19 menunjukkan penggunaan
gagasan pengarang yang dikemukakan dalam gaya bahasa apostrof berupa pengalihan
karyanya. pembicaraan oleh tokoh Milea kepada tokoh
Dilan yang sebenarnya tidak hadir dalam

115
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
pembicaraan tersebut, sehingga tokoh Milea perbandingan dan rentetan peristiwa.
tampak berbicara dengan objek abstrak atau Penggunaan gaya bahasa polisindeton, selain
khayalan. Penggunaan gaya bahasa apostrof sebagai penghubung antar frasa, juga
pada data di atas ditunjukkan pada bagian berfungsi memberi nilai estetika dalam novel
“dan lalu menggumam untuk seseorang yang tersebut.
begitu aku rindui:...” Gaya bahasa apostrof
pada data 19 tersebut berfungsi untuk 4.1.6 Gaya Bahasa Tautologi
memberi penekanan terhadap gagasan
pengarang yang dikemukakan dalam Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
karyanya. 1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 3
data yang tergolong dalam gaya bahasa
4.1.5 Gaya Bahasa Polisindeton tautologi dan berikut penulis menguraikan 3
data tersebut:
Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 2 Data 22
data yang tergolong dalam gaya bahasa
polisindeton dan berikut penulis menguraikan “„Nanti, besoknya, orang itu akan
2 data tersebut: hilang!‟” (DDAD90, Hal. 100)

Uraian data 22 menunjukkan penggunaan


Data 20 (DDAD90/029)
gaya bahasa tautologi karena terdapat
“Cabangnya banyak dan bagus kalau penggunaan kata acuan yang berlebihan yaitu
dilihat senja hari, dan siang hari kalau kata keterangan waktu “Nanti” dan
mendung, juga pagi hari kalau mau.” “besoknya” yang memiliki fungsi yang sama di
(DDAD90, Hal. 16) dalam kalimat. Kata “besoknya” merupakan
pengulangan dari gagasan yang sudah
Uraian data 20 menunjukkan penggunaan disebutkan sebelumnya. Penggunaan gaya
gaya bahasa polisindeton berupa penggunaan bahasa tautologi bertujuan untuk memberikan
konjungsi dan dan juga untuk efek estetika dalam novel Dilan: Dia adalah
menghubungkan frasa satu dengan frasa Dilanku 1990 karya Pidi Baiq.
lainnya pada kalimat “Cabangnya banyak dan
bagus kalau dilihat senja hari, dan siang hari Data 23 (DDAD90/032)
kalau mendung, juga pagi hari kalau mau.”
“Nandan sebagai dirinya ketua murid,
Gaya bahasa polisindeton dalam data tersebut
Cuma bisa diam saja.” (DDAD90, Hal 47)
digunakan pengarang untuk menghubungkan
kata dan rentetan waktu senja, siang, dan Uraian data 23 menunjukkan penggunaan
pagi hari. Penggunaan gaya bahasa gaya bahasa tautologi karena terdapat
polisindeton, selain sebagai penghubung antar penggunaan kata acuan yang berlebihan yaitu
frasa, juga berfungsi memberi nilai estetika kata “Nandan” dan “dirinya” yang memiliki
dalam novel tersebut. fungsi yang sama di dalam kalimat. Kata
“dirinya” merupakan pengulangan gagasan
Data 21 (DDAD90/030)
sebelumnya, dalam hal ini adalah “Nandan”.
“Kalau Kang Adi datang, selalu akan Penggunaan gaya bahasa tautologi bertujuan
memakai motor atau mobil dan membawa untuk memberikan efek estetika dalam novel
makanan untuk aku, untuk Airin, atau Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi
untuk ibu.” (DDAD90, Hal. 167) Baiq.

Uraian data 21 menunjukkan penggunaan Data 24 (DDAD90/033)


gaya bahasa polisindeton berupa penggunaan
“Walau kemudian akhirnya Piyan cerita
konjungsi dan, akan, dan atau.untuk
bahwa Dilan sering cerita soal aku.”
menghubungkan frasa satu dengan frasa
(DDAD90, Hal. 79)
lainnya pada kalimat “Kalau Kang Adi datang,
selalu akan memakai motor atau mobil dan Uraian data 24 menunjukkan penggunaan
membawa makanan untuk aku, untuk Airin, gaya bahasa tautologi karena terdapat
atau untuk ibu.” Gaya bahasa polisindeton penggunaan kata acuan yang berlebihan yaitu
dalam data tersebut digunakan pengarang kata “kemudian” dan “akhirnya” yang memiliki
untuk menghubungkan kata sebagai fungsi yang sama di dalam kalimat. Kata

116
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
“akhirnya” merupakan pengulangan gagasan Data 27 (DDAD90/036)
sebelumnya, dalam hal ini adalah “kemudian”
sehingga meskipun hanya menggunakan salah “„Aku ingin jalan-jalan sama kamu
satunya, tidak akan mengubah konteks sekarang,‟ kataku
maupun makna kalimat. Penggunaan gaya „Kan, besok bisa?‟” (DDAD90, Hal. 247)
bahasa tautologi bertujuan untuk memberikan
efek estetika dalam novel Dilan: Dia adalah Uraian data 27 di atas menunjukkan
Dilanku 1990 karya Pidi Baiq. penggunaan gaya bahasa perifrasis berupa
penggunaan kata berlebihan yang sebenarnya
4.1.7 Gaya Bahasa Perifrasis bisa digantikan dengan satu kata saja. Pada
data di atas, penggunaan gaya bahasa
Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku perifrasis terlihat pada kalimat “Kan, besok
1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 3 bisa?”. Pada kalimat sebelumnya, tokoh Milea
data yang tergolong dalam gaya bahasa mengajak tokoh Dilan untuk jalan-jalan
perifrasis dan berikut penulis menguraikan 3 bersamanya, namun tokoh Dilan menjawab
data tersebut: dengan kalimat “Kan, besok bisa?” yang dapat
diartikan sebagai penolakan. Kalimat tersebut
sebenarnya dapat diganti dengan satu kata
saja yaitu “tidak”. Secara harfiah, kata “tidak”
Data 25 (DDAD90/034) menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan, dan sebagainya.
“Ia memandang kami menggunakan
wajah permusuhan.” (DDAD90, Hal. 95) 4.1.8 Gaya Bahasa Erotesis atau
Pertanyaan Retoris
Uraian data 25 di atas menunjukkan
penggunaan gaya bahasa perifrasis berupa Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
kata berlebihan yang sebenarnya dapat 1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 4
digantikan dengan satu kata saja. Pada uraian data yang tergolong dalam gaya bahasa
data di atas, pengarang menggunakan kalimat erotesis dan berikut penulis menguraikan 4
“Ia memandang kami menggunakan wajah data tersebut:
permusuhan.” Menggambarkan bahwa tokoh
Beni marah melihat tokoh Milea dan toko Data 28
Nandan karena ia menganggap bahwa tokoh
Milea berselingkuh darinya. Sebenarnya kata “Aku bingung, apakah aku harus
berlebih “menggunakan wajah permusuhan” kecewa atau tidak? Jika aku kecewa,
dapat digantikan dengan satu kata saja, yaitu emang siapa diriku baginya?” (DDAD,
“benci”. Secara harfiah, benci berarti perasaan Hal. 70)
sangat tidak menyukai sesuatu.
Uraian data 28 di atas menunjukkan
Data 26 (DDAD90/035) penggunaan gaya bahasa erotesis atau
pertanyaan retoris. Pada uraian data tersebut,
“Dan di kedua mataku air meleleh ke tokoh Milea berpendapat bahwa ia tidak
pipiku yang aku tidak tahu mengapa itu berhak kecewa terhadap tokoh Dilan karena ia
muncul.” (DDAD90, Hal. 196) bukan siapa-siapa. Pertanyaan yang terdapat
pada kalimat “Jika aku kecewa, emang siapa
Uraian data 26 di atas menunjukkan diriku baginya?” merupakan pertanyaan yang
penggunaan gaya bahasa perifrasis berupa bertujuan untuk memberikan efek penekanan
kata berlebihan yang seharusnya dapat tentang mengapa tokoh Milea harus kecewa
digantikan dengan satu kata saja. Pada uraian terhadap tokoh Dilan. Pertanyaan tersebut
data di atas, tokoh Milea mendeskripsikan juga tidak menghendaki adanya suatu
kesedihannya ketika berpisah dari tokoh jawaban. Dalam hal ini penggunaan gaya
Bunda sehingga ia menangis. Namun dalam bahasa erotesis pada data 28 bertujuan untuk
deskripsi tersebut, pengarang menggunakan memberi penekanan emosi tokoh Milea.
frasa “...di kedua mataku air..” yang
sebenarnya dapat digantikan dengan satu kata Data 29 (DDAD90/038)
yaitu “air mata”. Secara harfiah, air mata
berarti air yang meleleh dari mata (ketika
menangis dan sebagainya).

117
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
“Mana? Katanya akan akan segera tokoh Milea mempertanyakan sikap tokoh Beni
tahu hari ulang tahunku.” (DDAD90, sebagai laki-laki yang tega memarahi
Hal. 69) pacarnya di depan umum. Pertanyaan yang
terdapat pada kalimat “Tapi kalau Beni juga
Uraian data 29 di atas menunjukkan bersikap gitu ke Lia, terus buat apa dia jadi
penggunaan gaya bahasa erotesis atau pacar Lia?” merupakan pertanyaan yang
pertanyaan retoris. Pada uraian data tersebut, bertujuan untuk memberikan efek penekanan
tokoh Milea berpendapat bahwa ia tidak tentang kekecewaan tokoh Milea terhadap
berhak kecewa terhadap tokoh Dilan karena ia tokoh Beni yang dinilai pencemburu, arogan,
bukan siapa-siapa. Pertanyaan yang terdapat dan tidak mampu mengontrol emosinya.
pada kalimat “Mana? Katanya akan akan Pertanyaan tersebut juga tidak menghendaki
segera tahu hari ulang tahunku.” merupakan adanya suatu jawaban. Dalam hal ini
pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan penggunaan gaya bahasa erotesis pada data
efek penekanan tentang kekecewaan tokoh 31 bertujuan untuk memberi penekanan emosi
Milea terhadap tokoh Dilan yang mengatakan tokoh Milea.
akan mengetahui hari ulang tahunnya namun
tidak kunjung memberi ucapan atau kado 4.1.9 Gaya Bahasa Koreksio
kepada tokoh Milea saat hari ulang tahunnya.
Pertanyaan tersebut juga tidak menghendaki Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
adanya suatu jawaban. Dalam hal ini 1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 1
penggunaan gaya bahasa erotesis pada data data yang tergolong dalam gaya bahasa
29 bertujuan untuk memberi penekanan emosi koreksio dan berikut penulis menguraikan data
tokoh Milea. tersebut:

Data 30 (DDAD90/039) Data 32 (DDAD90/041)

“...lelaki macam apa yang tega “Harap maklum karena, ya, tadi itu: Lia
marahin pacarnya di depan umum?” suka padanya. Oh, maaf diralat, bukan
(DDD90, Hal. 132) suka, Mas Ato, Lia salah ngomong: Tapi
cinta!” (DDAD90, Hal. 135)
Uraian data 30 di atas menunjukkan
penggunaan gaya bahasa erotesis atau Uraian data 32 menunjukkan penggunaan
pertanyaan retoris. Pada uraian data tersebut, gaya bahasa koreksio. Pada bagian “Lia suka
tokoh Milea mempertanyakan sikap tokoh Beni padanya.”, tokoh Milea menyatakan perasaan
sebagai laki-laki yang tega memarahi suka terhadap tokoh Dilan, namun kemudian
pacarnya di depan umum. Pertanyaan yang pada bagian “Oh, maaf diralat, bukan suka,
terdapat pada kalimat “lelaki macam apa yang Mas Ato, Lia salah ngomong: Tapi cinta!”
tega marahin pacarnya di depan umum?” pengarang memberi koreksi terhadap kalimat
merupakan pertanyaan yang bertujuan untuk sebelumnya. Koreksi tersebut ditegaskan
memberikan efek penekanan tentang dengan penggunaan frasa “Oh, maaf diralat,”
kekecewaan tokoh Milea terhadap tokoh Beni dan “Lia salah ngomong”. Gaya bahasa
yang tega memarahinya di depan umum koreksio dalam data di atas bertujuan untuk
hanya karena cemburu kepada tokoh Nandan. meralat kalimat “Lia suka padanya” yang
Pertanyaan tersebut juga tidak menghendaki menyatakan perasaan suka tokoh Milea
adanya suatu jawaban. Dalam hal ini menjadi “Tapi cinta!” menyatakan bahwa yang
penggunaan gaya bahasa erotesis pada data dimaksud oleh tokoh Milea sebenarnya bukan
30 bertujuan untuk memberi penekanan emosi “suka” melainkan “cinta”.
tokoh Milea.
4.1.10 Gaya Bahasa Hiperbola
Data 31 (DDAD90/040)
Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
“Tapi kalau Beni juga bersikap gitu ke Lia, 1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 4
terus buat apa dia jadi pacar Lia?” data yang tergolong dalam gaya bahasa
(DDAD90, Hal. 132) hiperbola dan berikut penulis menguraikan 4
data tersebut:
Uraian data 31 di atas menunjukkan
penggunaan gaya bahasa erotesis atau Data 33 (DDAD90/042)
pertanyaan retoris. Pada uraian data tersebut,

118
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
“Aku pandangi dia dari jauh, tapi itu Uraian data 35 di atas menunjukkan
adalah pandangan yang gemas dicampur penggunaan gaya bahasa hiperbola, yaitu
dengan rasa kesal dan jengkel yang pernyataan yang berlebihan dengan
paling sangat dan kayaknya tidak membesarkan suatu hal. Gaya bahasa
pernah dirasakan manusia kecuali hiperbola pada data di atas ditunjukkan pada
oleh aku.” (DDAD90, Hal. 86) bagian ““Mendadak darahku seperti habis
disedot semuanya.” Bagian data tersebut
Uraian data 33 di atas menunjukkan secara makna tidak dapat diterima oleh logika
penggunaan gaya bahasa hiperbola, yaitu karena tokoh Milea menggambarkan bahwa
pernyataan yang berlebihan dengan dirinya merasa lemas seakan darahnya
membesarkan suatu hal. Gaya bahasa disedot habis, sedangkan secara logika, tokoh
hiperbola ditunjukkan pada bagian “...yang Milea belum pernah merasakan darahnya
paling sangat dan kayaknya tidak pernah disedot habis. Penggunaan gaya bahasa
dirasakan manusia kecuali oleh aku.” hiperbola dalam data di atas bertujuan untuk
Bagian data tersebut merupakan pernyataan memberikan efek estetika pada novel Dilan:
yang berlebihan karena tidak dapat diterima Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq.
secara logika. Secara umum, perasaan kesal
dan jengkel berlebihan mutlak dirasakan Data 36 (DDAD90/045)
seluruh manusia sehingga tidak mungkin
hanya dirasakan oleh tokoh Milea saja. “Aku sempat berharap langit lebih baik
Penggunaan gaya bahasa hiperbola pada data runtuh saja, agar bisa menguburku
di atas berfungsi memberikan nilai estetika bersama perasaan bersalahku, maka
dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 oleh itu selesailah semuanya, tak ada lagi
karya Pidi Baiq. aku yang risau.” (DDAD90, Hal. 314)

Data 34 (DDAD90/043) Uraian data 36 di atas menunjukkan


penggunaan gaya bahasa hiperbola, yaitu
“Sebagian dari diriku bagai hangus pernyataan yang berlebihan dengan
rasanya, dibakar api cemburu yang membesarkan suatu hal. Gaya bahasa
makin siang makin nyala, apalagi ditambah hiperbola pada data di atas ditunjukkan pada
oleh api amarah ke Beni yang belum bagian “...langit lebih baik runtuh saja, agar
padam sepenuhnya.” (DDAD90, Hal. 148) bisa menguburku bersama perasaan
bersalahku...” Bagian data tersebut secara
Uraian data 34 di atas menunjukkan makna tidak dapat diterima oleh logika karena
penggunaan gaya bahasa hiperbola, yaitu tokoh Milea mengharapkan langit lebih baik
pernyataan yang berlebihan dengan runtuh agar bisa menguburnya, sedangkan
membesarkan suatu hal. Gaya bahasa secara logika, pernyataan tersebut sangat
hiperbola pada data di atas ditunjukkan pada berlebihan sehingga tidak dapat diterima
bagian “Sebagian dari diriku bagai hangus secara logika. Penggunaan gaya bahasa
rasanya...” bagian data tersebut secara makna hiperbola dalam data di atas bertujuan untuk
tidak dapat diterima oleh logika karena tokoh memberikan efek estetika pada novel Dilan:
Milea menggambarkan bahwa sebagian Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq.
tubuhnya seperti hangus, sedangkan secara
logika, tokoh Milea belum pernah merasakan 4.1.11 Gaya Bahasa Oksimoron
terbakar hingga hangus. Penggunaan gaya
bahasa hiperbola dalam data di atas bertujuan Gaya bahasa oksimoron adalah gaya
untuk memberikan efek estetika pada novel bahasa berupa acuan yang berusaha untuk
Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi menggabungkan kata-kata untuk mencapai
Baiq. efek yang bertentangan. Dengan kata
lain,oksimoron dapat diartikan sebagai gaya
Data 35 (DDAD90/044) bahasa yang mengandung pertentangan
dengan mempergunakan kata-kata yang
“Mendadak darahku seperti habis berlawanan dalam frasa yang sama, dan
disedot semuanya. Aku langsung duduk sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari
di sofa untuk menahan badanku yang lalu gaya bahasa paradoks. Dalam novel Dilan: Dia
limbung.” (DDAD90, Hal. 312) adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq
ditemukan sejumlah 2 data yang tergolong

119
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
dalam gaya bahasa okosimoron dan berikut dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990
penulis menguraikan 2 data tersebut: karya Pidi Baiq:

Data 37 (DDAD90/046) 4.2.1 Gaya Bahasa Persamaan atau Simile

“Kata-kata itu, ketika kuingat lagi berhasil Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
membuat aku ketawa sendirian di 1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 4
kamar,dan teriak dalam hati, seolah-olah data yang tergolong dalam gaya bahasa simile
aku tujukan ke Dilan” (DDAD90, Hal. 38- dan berikut penulis menguraikan 4 data
39) tersebut:

Uraian data 37 di atas menunjukkan Data 39 (DDAD90/048)


penggunaan gaya bahasa oksimoron, yaitu
mengandung kata-kata yang berlawanan “...aku benar-benar seperti orang yang
untuk mencapai efek pertentangan. Gaya sedang ditawan oleh rasa penasaran
bahasa oksimoron pada data di atas terdapat karena ingin tahu siapa dia itu
pada bagian “...dan teriak dalam hati...” yaitu sebenarnya.” (DDAD90, Hal. 28)
pertentangan antara kata “teriak” dan frasa
“dalam hati”. Secara harfiah, “teriak” berarti Uraian data 39 di atas menunjukkan
seruan yang keras, sedangkan “dalam hati” penggunaan gaya bahasa persamaan atau
berarti tidak mengeluarkan suara sama sekali. simile. Pada bagian “...aku benar-benar
Penggunaan gaya bahasa oksimoron dalam seperti orang yang sedang ditawan oleh rasa
data tersebut bertujuan untuk memberikan penasaran...” tokoh Milea menyamakan
efek keindahan pada novel Dilan: Dia adalah dirinya dengan seseorang yang sedang
Dilanku 1990 karya Pidi Baiq. ditawan dengan menggunakan kata “seperti”
sebagai kata perbandingannya secara
Data 38 (DDAD90/047) eksplisit. Penggunaan gaya bahasa simile
dalam data di atas bertujuan untuk memberi
“Ada senyum di wajahnya yang membuat efek keindahan pada novel Dilan: Dia adalah
aku ingin memukulnya.” (DDAD90, Hal. Dilanku 1990 karya Pidi Baiq.
125)
Data 40 (DDAD90/049)
Uraian data 38 di atas menunjukkan
penggunaan gaya bahasa oksimoron, yaitu “Ih! Suaranya pelan, tapi rasanya
mengandung kata-kata yang berlawanan seperti petir.” (DDAD90, Hal. 35)
untuk mencapai efek pertentangan. Gaya
bahsa oksimoron dalam data di atas Uraian data 40 di atas menujukkan
ditunjukkan pada bagian “Ada senyum di penggunaan gaya bahasa persamaan atau
wajahnya...” yang bertentangan dengan simile yang merupakan gaya bahasa
keterangan selanjutnya yaitu “...yang perbandingan dengan menyatakan sesuatu hal
membuat aku ingin memukulnya.”. Secara secara eksplisit. Dalam data di atas,
umum, “senyum” identik dengan ekspresi pengarang mempersamakan “suara pelan”
senang, gembira, suka, dan sebagainya. dan “petir” yang sebenarnya tidak sama.
Sedangkan, “memukul” identik dengan Persamaan tersebut dinyatakan secara
perasaan marah, benci, tidak suka, dan ekspisit dengan menggunakan kata “seperti”.
sebagainya. Penggunaan gaya bahasa persamaan atau
simile dalam data tersebut bertujuan untuk
4.2 Gaya Bahasa Kiasan dalam Novel memberi efek keindahan pada novel Dilan:
Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 Karya Pidi Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq.
Baiq

Gaya bahasa kiasan yang ditemukan


dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990
karya Pidi Baiq berjumlah 8 gaya bahasa
Data 41 (DDAD90/050)
meliputi gaya bahasa simile, personifikasi,
eponim, epitet, sinekdoke, sinisme, sarkasme, “Suara hujan itu seperti mewakili
dan inuendo. Berikut diuraikan masing- perasaan.” (DDAD90, Hal. 150)
masing gaya bahasa retoris yang ditemukan

120
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
Uraian data 41 di atas menunjukkan benda mati yang tidak bernyawa seolah
penggunaan gaya bahasa persamaan atau bertindak, berbuat, dan berbicara seperti
simile yang merupakan gaya bahasa manusia. Dalam hal ini, pengarang
perbandingan dengan menyatakan sesuatu menggambarkan “kabut” dan “hawa dingin”
secara eksplisit. Dalam data di atas, seolah bertindak seperti manusia dengan
pengarang mempersamakan “suara hujan” “menyuruh orang untuk memakai sweater...”.
dengan “perasaan” yang sebenarnya tidak secara harfiah, “menyuruh” berarti
sama. Persamaan tersebut dinyatakan secara memerintahkan untuk melakukan sesuatu
eksplisit dengan menggunakan kata “seperti”. sehingga hanya dapat dilakukan manusia dan
Pengarang mengibaratkan suara hujan seolah- tidak dapat dilakukan oleh benda mati. Oleh
olah dapat mewakili perasaan tokoh. karena itu, data di atas mengandung gaya
Penggunaan gaya bahasa persamaan atau bahasa personifikasi.
simile dalam daa di atas bertujuan untuk
memberi efek keindahan pada novel Dilan: Dia Data 44 (DDAD90/053)
adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq.
“Angin berembus, sedikit agak kencang,
Data 42 (DDAD90/051) memberi kepastian tentang perlunya
daun-daun pohon damar itu
“... nada yang pelaaan sekali, bagai berguguran.” (DDAD90, Hal. 218)
orang yang sedang meninabobokan,
bagai angin yang berembus, mendesir.” Uraian data 44 di atas menunjukkan
(DDAD90M Hal. 162-163) penggunaan gaya bahasa personifikasi, yaitu
gaya bahasa yang menggambarkan benda-
Uraian data 42 di atas menunjukan benda mati yang tidak bernyawa seolah
penggunaan gaya bahasa persamaan atau bertindak, berbuat, dan berbicara seperti
simile yang merupakan gaya bahasa manusia. Dalam hal ini, pengarang
perbandingan dengan menyatakan sesuatu menggambarkan angin yang berembus
hal secara eksplisit. Dalam data di atas, kencang seakan memberi kepastian kepada
pengarang mempersamakan nada seseorang daun untuk gugur, sedangkan angin dan daun
dalam berbicara dengan angin yang pada data di tas merupakan benda mati,
berhembus. Kedua hal tersebut sebenarnya namun seakan dibuat bernyawa oleh penulis
tidak memiliki persamaan secara umum, menggunakan gaya bahasa personifikasi.
namun pengarang mempersamakan kedua hal
tersebut secara eksplisit menggunakan kata 4.2.3 Gaya Bahasa Eponim
“bagai”. Penggunaan gaya bahasa persamaan
atau simile dalam data tersebut bertujuan Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
untuk memberi efek estetika pada novel Dilan: 1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 1
Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq. data yang tergolong dalam gaya bahasa
eponim dan berikut penulis menguraikan data
4.2.2 Gaya bahasa Personifikasi tersebut:

Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku Data 45 (DDAD90/054)


1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 2
data yang tergolong dalam gaya bahasa “...yang membuatku kecewa karena
personifikasi dan berikut penulis menguraikan justru malah banyak Anhar-Anhar lain
2 data tersebut: yang bermunculan di zaman sekarang
ini.” (DDAD90, Hal. 91-92)
Data 43 (DDAD90/052)
Uraian data 45 di atas menunjukkan
“Tiap pagi masih suka ada kabut dan penggunaan gaya bahasa eponim. Pengarang
hawanya cukup dingin, seperti menggambarkan tokoh Anhar sebagai seorang
menyuruh orang untuk memakai anggota geng motor yang bersifat pecundang.
sweater atau jaket kalau punya.” Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990
(DDAD90, Hal. 17) karya Pidi Baiq, tokoh Anhar digambarkan
sebagai pembuat masalah dan akrab dengan
Uraian data 43 di atas menunjukkan kekerasan. Oleh karena itu, pengarang
penggunaan gaya bahasa personifikasi, yaitu menggunakan nama Anhar untuk
gaya bahasa yang menggambarkan benda- menggambarkan anggota geng motor zaman

121
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
sekarang yang identik dengan kekerasan dan Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990
masalah. Penggunaan gaya bahasa eponim karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 1 data
dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 yang tergolong dalam gaya bahasa sinekdoke
karya Pidi Baiq bertujuan untuk memberikan dan berikut penulis menguraikan data
efek keindahan pada novel tersebut. tersebut:

4.2.4 Gaya Bahasa Epitet Data 48 (DDAD90/057)

Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku “Pesertanya diambil dari tiap kelas,
1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 2 sebanyak tiga orang, yaitu mereka yang
data yang tergolong dalam gaya bahasa epitet tercatat sebagai siswa yang selalu
dan berikut penulis menguraikan 2 data mendapat ranking 1, 2, dan 3.” (DDAD90,
tersebut: Hal. 83)

Data 46 (DDAD90/055) Uraian data 48 di atas menunjukkan


penggunaan gaya bahasa sinekdoke yaitu
“Ya Tuhan, aku kaget, ternyata tamunya mempergunakan sebagian dari sesuatu hal
adalah sang peramal.” (DDAD90, Hal. untuk menyatakan keseluruhan (par pro toto).
27) Hal ini ditunjukkan pada bagian “Pesertanya
diambil dari tiap kelas, sebanyak tiga orang...”
Uraian data 46 di atas menunjukkan Pada bagian tersebut, pengarang
penggunaan gaya bahasa epitet. Dalam hal mempergunakan sebagian dari sesuatu untuk
ini, pengarang menggunakan frasa “Sang menyatakan keseluruhannya. Penggunaan
peramal” sebagai acuan untuk menggantikan gaya bahasa sinekdoke dalam novel Dilan: Dia
nama tokoh Dilan pada data di atas. adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq bertuuan
Penggunaan gaya bahasa epiteta bertujuan untuk memberikan efek estetika terhadap
untuk memberikan efek keindahan pada novel tersebut.
novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya
Pidi Baiq. 4.2.6 Gaya Bahasa Sarkasme

Data 47 (DDAD90/056) Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku


1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 8
“Sang peramal itu ada di sana, berdiri di data yang tergolong dalam gaya bahasa
depan, menghadap ke arah kami, sarkasme dan berikut penulis menguraikan 4
bersama dua kawannya.” (DDAD90, Hal. dari 8 data tersebut:
31)
Data 49 (DDAD90/058)
Uraian data 47 di atas menunjukkan
penggunaan gaya bahasa epitet. Dalam hal “Kau boleh bilang bermiliar-miliar kali
ini, pengarang menggunakan frasa “Sang bahwa Dilan itu anak nakal, gengster
peramal” sebagai acuan untuk menggantikan biadab, atau yang lebih buruk lagi
nama tokoh Dilan pada data di atas. dari itu.” (DDAD90, Hal. 88)
Penggunaan gaya bahasa epiteta bertujuan
untuk memberikan efek keindahan pada Uraian data 49 di atas menunjukkan
novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya penggunaan gaya bahasa sarkasme pada
Pidi Baiq. bagian “...Dilan itu anak nakal, gengster
biadab, atau yang lebih buruk.”. penggalan
kalimat tersebut mengandung celaan yang
menyakiti hati dan kurang enak didengar yaitu
pada frasa “gengster biadab” sehingga dapat
dikatakan mengandung gaya bahasa
4.2.5 Gaya Bahasa Sinekdoke
sarkasme. Penggunaan gaya bahasa sarkasme
Gaya bahasa sinekdoke adalah gaya bertujuan untuk memberi penekanam emosi
bahasa figuratif yang mempergunakan tokoh pada novel Dilan: Dia adalah Dilanku
sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan 1990 karya Pidi Baiq.
keseluruhan (pars pro toto) atau
Data 50 (DDAD90/059)
mempergunakan keseluruhan untuk
menyatakan sebagian (totum pro parte).

122
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
“„Dasar pelacur!‟” (DDAD90, Hal. 97) bilang: Kau adalah pecundang dan harus
masuk rumah sakit jiwa secepat
Uraian data 50 di atas menunjukkan mungkin, atau ditendang dengan keras
penggunaan gaya bahasa sarkasme pada sampai terlempar ke luar angkasa!”
bagian “„Dasar pelacur!‟”. penggalan kalimat (DDD90, Hal. 89)
tersebut mengandung celaan yang menyakiti
hati dan kurang enak didengar sehingga dapat Uraian data 53 di atas menunjukkan
dikatakan mengandung gaya bahasa penggunaan gaya bahasa sinisme yang
sarkasme. Penggunaan gaya bahasa sarkasme diartikan sebagai suatu sindiran yang
bertujuan untuk memberi penekanan emosi berbentuk kesangsian yang mengandung
tokoh pada novel Dilan: Dia adalah Dilanku ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan
1990 karya Pidi Baiq. hati. Dalam hal ini, gaya bahasa sinisme
ditunjukkan pada bagian “...aku merasa tidak
Data 51 (DDAD90/060) perlu meminta maaf kepadamu untuk bilang:
Kau adalah pecundang dan harus masuk
“„Setan!‟ Beni membentak.” (DDAD90, rumah sakit jiwa...” Pada bagian kalimat
141) tersebut, tokoh Milea menggambarkan rasa
tidak suka terhadap anggota geng motor
Uraian data 51 di atas menunjukkan
seperti tokoh Anhar dan Engkus sehingga ia
penggunaan gaya bahasa sarkasme pada
menyampaikan suatu sindiran (aku merasa
bagian “„Setan!‟...”. penggalan kalimat
tidak perlu meminta maaf kepadamu) dan
tersebut mengandung celaan yang menyakiti
mengandung ejekan (kau adalah pecudang
hati dan kurang enak didengar sehingga dapat
dan harus masuk rumah sakit jiwa). Gaya
dikatakan mengandung gaya bahasa
bahasa sinisme dalam data tersebut bertujuan
sarkasme. Penggunaan gaya bahasa sarkasme
untuk memberikan efek keindahan pada novel
bertujuan untuk memberi penekanan emosi
Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi
tokoh pada novel Dilan: Dia adalah Dilanku
Baiq.
1990 karya Pidi Baiq.
Data 54 (DDAD90/067)
Data 52 (DDAD90/063)
“„Gue pelacur,‟ jawabku.” (DDAD90, Hal.
“ „Gengster brengsek!‟ kataku kemudian
139)
sambil jalan tanpa memandangnya.”
(DDAD90, Hal. 155) Uraian data 54 di atas menunjukkan
penggunaan gaya bahasa sinisme yang
Uraian data 52 di atas menunjukkan
diartikan sebagai suatu sindiran yang
penggunaan gaya bahasa sarkasme pada
berbentuk kesangsian yang mengandung
bagian „Gengster brengsek!‟ penggalan
ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan
kalimat tersebut mengandung celaan yang
hati. Dalam hal ini, gaya bahasa sinisme
menyakiti hati dan kurang enak didengar
ditunjukkan pada bagian “„Gue pelacur,‟”
sehingga dapat dikatakan mengandung gaya
Pada bagian kalimat tersebut, tokoh Milea
bahasa sarkasme. Penggunaan gaya bahasa
menggambarkan kekesalannya setelah disebut
sarkasme bertujuan untuk memberi
pelacur oleh tokoh Beni. Gaya bahasa sinisme
penekanan emosi tokoh pada novel Dilan: Dia
dalam data tersebut bertujuan untuk
adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq.
memberikan penekanan emosi tokoh pada
4.2.7 Gaya Bahasa Sinisme novel Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya
Pidi Baiq.
Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 6 Data 55 (DDAD90/068)
data yang tergolong dalam gaya bahasa
“„Jangan nelepon dengan setan kalau
sinisme dan berikut penulis menguraikan 3
gitu!‟” (Baiq, 2018:141)
dari 6 data tersebut:
Uraian data 36 di atas menunjukkan
Data 53 (DDAD90/066)
penggunaan gaya bahasa sinisme yang
“...maka jika kelakukanmu seperti Anhar diartikan sebagai suatu sindiran yang
dan Engkus, aku merasa tidak perlu berbentuk kesangsian yang mengandung
meminta maaf kepadamu untuk ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan

123
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
hati. Dalam hal ini, gaya bahasa sinisme Gaya bahasa berdasarkan langsung
ditunjukkan pada bagian “„Jangan nelepon tidaknya makna yang ditemukan dalam novel
dengan setan kalau gitu!‟” Pada bagian Dilan: Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi
kalimat tersebut, tokoh Milea menggambarkan Baiq adalah sebagai berikut:
kekesalannya setelah disebut setan oleh tokoh
Beni. Gaya bahasa sinisme dalam data 1. Gaya bahasa retoris terdiri atas 1)
tersebut bertujuan untuk memberikan Aliterasi, 2) Asonansi, 3) Anastrof, 4)
penekanan emosi tokoh pada novel Dilan: Dia Apostrof, 5) Polisindeton, 6) Tautologi,
adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq. 7) Perifrasis, 8) Erotesis, 9) Koreksio,
10) Perifrasis, dan 11) Oksimoron.
4.2.8 Gaya Bahasa Inuendo 2. Gaya bahasa kiasan terdiri atas 1)
Simile, 2) Peronifikasi, 3)Eponim, 4)
Dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku Epitet, 5) sinekdoke, 6) Sinisme, 7)
1990 karya Pidi Baiq ditemukan sejumlah 1 Sarkasme, dan 8) Inuendo
data yang tergolong dalam gaya bahasa simile
dan berikut penulis menguraikan data 5.2 Saran
tersebut:
1. Diharapkan untuk seluruh mahasiswa
Data 56 (DDAD90/072) khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni agar lebih berpartisipasi dalam penelitian
“Harusnya hal sepele macem ini gak sastra guna memperkaya khazanah
usah terjadi, seandainya dia bukan keilmuan khususnya dalam bidang sastra
orang yang cemburuan.” (DDAD90, Hal. sebagai media untuk membentuk karakter
95) dan kepribadian bangsa

Uraian data 56 di atas menunjukkan 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan
penggunaan gaya bahasa inuendo pada dan sarana pembelajaran khususnya yang
bagian “Harusnya hal sepele macem ini gak berkaitan dengan gaya bahasa pada sebuah
usah terjadi...” Data di atas menjelaskan karya sastra khususnya novel.
tentang kecemburuan tokoh Beni ketika
melihat tokoh Milea berama tokoh Nandan DAFTAR PUSTAKA
sedang berdua yang membuatnya sangat
[1] Aminuddin. 1995. Stilistika : Pengantar Memahami
marah hingga membentak tokoh Milea dan
Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP
nyaris memukul tkoh Nandan. “ Hal sepele” Semarang Press
yang dimaksud adalah kejadian tersebut [2] Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya
sehingga terlihat bahwa data tersebut Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo
[3] Anisa, Yusni. 2016. Penggunaan Gaya Bahasa
mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
dalam Novel 99 Cahaya di Langit Eropa Karya
Oleh karena itu, data di atas mengandung Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra.
gaya bahasa inuendo. Gaya bahasa inuendo Skripsi Sarjana pada FKIP Untad Palu: Tidak
dalam data tersebut bertujun untuk diterbitkan.
[4] Baiq, Pidi. 2018. Dilan, Dia adalah Dilanku 1990.
memberikan efek estetika pada novel Dilan:
Bandung: Pastel Books
Dia adalah Dilanku 1990 karya Pidi Baiq. [5] Budiutomo, Nanang. 2018. Sinopsis Novel Dilan
tahun 1990 serta Unsur Instrinsik, Resensi
V. KESIMPULAN DAN SARAN [Online]. Tersedia:
https://bukubiruku.com/sinopsis-novel-dilan/ [7
5.1 Kesimpulan Juli 2018]
[6] Diniari dan Fahrudin. 2013. Analisis Gaya Bahasa
dan Makna pada Lirik Lagu Muse dalam Album
Gaya bahasa merupakan salah satu Black Holes and Revelations: Kajian Stilistika
unsur penting dalam sebuah karya sastra [Online]. Tersedia:
terutama novel. Penggunaan gaya bahasa http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S44884-
umumnya bertujuan untuk memberi efek Dania%20Diniari [15 September 2018]
[7] Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif.
keindahan atau estetika dalam penyampaian Bandung: ALFABETA, cv
gagasan oleh pengarang. Gaya bahasa yang [8] Ihya, Rezki. 2016. Sinopsis Novel Dilan [Online].
diklasifikasikan berdasarkan langsung Tersedia:
tidaknya makna terbagi menjadi gaya bahasa http://kumpulancerpenihya.blogspot.com/2016/11
/sinopsis-novel-dilan.html [12 Juli 2018]
retoris dan gaya bahasa kiasan. [9] Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

124
Jurnal Bahasa dan Sastra
Volume 5 No 4 (2020)
ISSN 2302-2043
[10] Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia.
Jakarta: Nobel Edumedia
[11] Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: REMAJA ROSDAKARYA
[12] Mubin. 2017. Analisis Gaya Bahasa dalam
Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi
Djoko Damono. Skripsi Sarjana pada FKIP Untad
Palu. Tidak diterbitkan.
[13] Mulyadi, Yadi. 2017. EBI: Ejaan Bahasa Indonesia.
Bandung: YRAMA WIDYA
[14] Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian.
Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP
[15] Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian
Sastra. Yogyakarta: GRAHA ILMU
[16] Saida, dkk. 2012. Gaya Bahasa dalam Cerita Madre
Karya Dee Lestari [Online]. Tersedia: http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikel5FFCF6DF3C432
EF1777FBB04E4E6ABAC.pdf [20 Oktober 2018]
[17] Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: ALFABETA, cv
[18] Suharsaputra, Uhar. 2014. Metode Penelitian.
Bandung: PT Refika Aditama
[19] Suyanto, dkk. 2014. Gaya Bahasa Retoris Kiasan
Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye
[Online]. Tersedia:
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO1/arti
cle/view/6663/4125 [15 September 2018]
[20] Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya
Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.
[21] Wirna, Ika. 2013. Analisis Gaya Bahasa Novel
Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata serta
Implikasinya dalam Pembelajaran Bahaasa dan
Sastra di SMA [Online]. Tersedia:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123
456789/26960/1/IKA%20WIRNA-FITK.pdf [5
Agustus 2018]

125

Anda mungkin juga menyukai