Anda di halaman 1dari 11

MATRIKS

A. Pengertian Matriks
Matriks ialah kumpulan bilangan yang disajikan secara teratur dalam baris dan
kolom yang memmbentuk suatu persegi panjang, serta termuat diantara sepasang tanda
kurung.

B. Bentuk-Bentuk Khas Matriks


1) Matriks Satuan
Matriks satuan adalah matriks bujursangkar yang semua unsur pada diagonal utama
adalah angka-angka 1 sedangkan unsur-unsur lainnya nol. Dinamakan matriks satuan
karena sifat matriks ini mirip dengan bilangan 1. Penulisannya lazim dilambangkan
dengan notasi I, dimana indeks n mencerminkan ordenya. Demikian I2 berarti matriks
satuan berorde 2 x 2, I3 berarti matriks satuan berorde 5 x5, dan sebagainya.
Contoh :
1 0
I2 = [ ]
0 1
2) Matriks Diagonal
Matriks diagonal adalah matriks bujursangkar yang semua unsurnya 0 kecuali pada
diagonal utama.
Contoh :
3 0
[ ]
0 5
3) Matriks Nol
Matriks nol adalah matriks yang semua unsurnya nol. Matriks semacam ini lazim juga
dilambangkan dengan angka 0.
Contoh :
0 0
02x2 = [ ]
0 0
4) Matriks Ubahan
Matriks ubahan adalah matriks yang merupakan hasil pengubahan matriks lain yang
sudah ada sebelumnya, di mana unsur-unsur barisnya menjadi unsur-unsur kolom dan
usnur-unsur kolomnya menjadi unsur-unsur baris.
Contoh :
2 3 2 1
a. A = [ ] Aꞌ = [ ]
1 4 3 4
5) Matriks Simetrik
Matriks simetrik adalah matriks bujursangkar yang sama dengan ubahannya. Matriks
A dikatakan simetrik apabila A = A’
Contoh :
1 3 1 3
a. A = [ ] Aꞌ=[ ]
3 7 3 7
6) Matriks Simetri Miring
Matriks simetri miring adalah matriks bujursangkar yang sama dengan negative
ubahnya.
Contoh :
0 5 −4 0 −5 4 0 5 −4
a. A = [−5 0 −2] Aꞌ=[ 5 0 2] A ꞌ = [5 − 0 −2]
4 2 0 −4 −2 0 4 2 0
7) Matriks Balikan
Matriks balikan adalah matriks yang apabila dikalikan dengan suatu matriks
bujursangkar menghasilkan sebuah matriks satuan.
Contoh :
−1 6 −1/9 2/9 1 0
a. A = [ ] Aꞌ=[ ] AA ꞌ = [ ]
4 3 4/27 1/27 0 1
8) Matriks skalar orgotonal, singular dan Nonsingular
Matriks skalar adalah matriks diagonal yang unsur-unsurnya sama atau seragam.
Matriks orgonal adalah matriks apabila dikalikan dengan matriks ubahannya
menghasilkan matriks satuan.
Matriks singular adalah matriks bujursangkar yang determinannya sama dengan nol,
matriks macam ini tidak mempunyai sifat balikan.
Matriks non singular adalah matriks bujursangkar yang determinannya tidak nol,
matriks semacam ini mempunyai balikan.

C. Pengubahan Matriks
Mengubah sebuah matriks berarti mengubah matriks tersebut menjadi sebuah matriks
baru dengan cara menukarkan posisi unsur-unsur baris dan unsur-unsur kolomnya.
Contoh :
2
[2 4 6] 1 x 3 = [4]
6
1) Ubahan Penjumlahan dan Pengurangan
Ubahan dari jumlah atau selisih beberapa matriks adalah jumlah atau selisih matriks-
matriks ubahnya.
Contoh :
Andaikan :
2 4 6 7 5 3 1 9 2
A=[ ] B=[ ] C=[ ]
3 6 9 8 4 8 5 0 7
Maka :
10 16
10 18 11
(A+B+C)ꞌ= [ ]ꞌ = [18 10]
16 10 24
11 24
2) Ubahan Perkalian
Ubahan dari perkalian matriks dengan skalar adalah perkalian skalar dengan matriks
ubahannya.
Contoh :
1 4
4 1 [
(ABC) ꞌ = C ꞌB ꞌA ꞌ = C ꞌB ꞌA ꞌ = [7 8 9] [2 5] [ ] = 566 294]
3 2
3 6

D. Matriks Bersekat
Sebuah matriks dapat disekat-sekat menjadi beberapa matriks bagian atau sekaten.
Sekatan-sekatan dapat berupa matriks-matriks yang lebih kecil atau bahkan berupa skalar-
skalar, tergantung pada jumlah sekatnya. Penyekatan sebuah matriks ditunjukkan oleh
garis-garis horizontal dan vertical diantara baris-baris dan kolom-kolomnya.
Contoh :
1357 1267
𝐴 2468 3450
1) A = [ 1 ] [ ] A ꞌ = [𝐴1ꞌ 𝐴ꞌ2 ] = [ ]
𝐴2 6 5 4 3 5642
7029 7839
Kegunaan menyekat matriks ialah untuk pengoperasian, khususnya pengoperasian
matriks-matriks berorde tinggi.
Contoh
3 3 0−17 12−579
A = [6−54 9 0] B = [24−385]
2 8 7−68 36−190
E. Determinan Matriks
Determinan dari sebuah matriks ialah penulisan unsur-unsur sebuah matriks bujur
sangkar dalam bentuk determinan, yaitu diantara sepasang garis tegak atau ||.
Contoh :
1 2 4
|4 5 6|
7 8 9
= 1.5.9 + 2.6.7 + 3.8.4 – 7.5.3 – 4.2.9 – 1.6.8 = 45 + 84 + 96 – 105 – 72 – 48 = 0
1) Minor dan Kofaktor
Prinsip penyelesaian determinan dengan cara seperti dikemukakan di atas hanya
berlaku sampai dengan determinan yang berdimensi tiga, tidak terap untuk
penyelesaian determinan yang berdimensi lebih tinggi. Berkenaan dengan hal ini,
Laplace berhasil mengembangkan suatu cara penyelesaian yang berlaku umum untuk
determinan berdimensi berapapun, yakni dengan menggunakan minor dan kofaktor
dari determinan yang bersangkutan.
M11 adalah minor dari unsur a11, diperoleh dengan jalan menutup baris ke -1 dan
kolom ke -1 dari determinan | A |.
M12 adalah minor dari unsur a12, diperoleh dengan jalan menutup baris ke -1 dan
kolom ke -2 dari determinan | A |.
M13 adalah minor dari unsur a12, diperoleh dengan jalan menutup baris ke -1 dan
kolom ke -3 dari determinan | A |.
Penentuan determinan dalam bentuk minor seperti di atas dapat diubah ke dalam
penulisan dalam bentuk kofaktor. Kofaktor dari determinan | A | untuk minor tertentu
Mu dilambangkan dengan notasi Au.
Au = (-1)1+j Mu
Mu adalah minor dari suatu unsur au yang diperoleh dengan jalan menutup baris
ke-I dan kolom ke-j dari determinan | A |.
Au adalah kofaktor dari unsur au.
Dengan demikian :
A11 = (-1)1 + 1 M11 = (-1)2 M11 = + M11
A12 = (-1)1 + 2 M12 = (-1)3 M23 = - M12
A11 = (-1)1 + 3 M13 = (-1)4 M13 = + M13
Cara penyelesaian determinan yang dikembangkan oleh Laplace ini, dikenal
dengan sebuah metoda ekspansi dengan kofaktor, berlaku atau tetap untuk diterima
unruk determinan berapapun.
Contoh :
1 2 3
| A | = |4 5 6|
7 8 9
5 6
M11 = | |=-3 A11 = (- 1)2 (- 3) = - 3
8 9
4 6
M12 = | |=-6 A12 = (- 1)3 (- 6) = 6
7 9
4 5
M13 = | |=-3 A13 = (- 1)4 (- 3) = - 3
7 8
| A | = a11A11 + a12A12 + a13A13 = 1(- 3) + 2 (6) + 3 (-3) = 0
2) Sifat-sifat Determinan
Determinan mempunyai beberapa sifat khas berkenaan dengan nilai numeriknya.
a. Nilai determinan adalah nol jika semua unsurnya sama.
2 2 2
| A | = |2 2 2| = 8 + 8 + 8 – 8 – 8 – 8 = 0
2 2 2
b. Nilai determinan adalah nol jika dua baris atau dua kolom yang unsur-unsurnya
sama.
2 6 5
| A | = |1 8 4| = 80 + 48 + 30 – 80 – 30 – 48 = 0
2 6 5

F. Adjoin Matriks
Konsep-konsep determinan, minor, kofaktor dan adjoin sangat berkaitan erat.
Kesemuanya amat bermanfaat dalam pekerjaan membalik matriks (menemukan matriks
balikan). Adjoin dari suatu matriks ialah ubahan dari matriks kofaktor-kofaktornya.
Adj. A = [𝐴𝑢 ] ꞌ
Jadi, adjoin dari suatu matriks tak lain adalah berupa sebuah matriks juga.Untuk dapat
membentuk sebuah adjoin, terlebih dahulu harus diketahui kofaktor-kofaktornya. Untuk
dapat mengetahui kofaktor-kofaktor, terlebih dahulu harus diketahui minor-minornya.
Sebelumnya, untuk dapat mengetahui minor, terlebih dahulu harus dipahami prinsip-
prinsip penyelesaian dan sifat-sifat determinan.
Contoh :
1 2 3 1 2 3
Andaikan A = [4 5 6], maka | A | = [4 5 6]
7 8 9 7 8 9
5 6 4 6 4 5
M11 = | | = -3 M12 = | | = -6 M13 = | | = -3
8 9 7 9 7 8
2 3 2 3 1 2
M21 = | | = -6 M22 = | | = -12 M23 = | | = -6
8 9 7 9 7 8
2 3 1 3 1 2
M31 = | | = -3 M23 = | | = -6 M23 = | | = -3
5 6 4 6 4 5
Karena Au = (-1) 1+jMu, maka :
A11 = (-1)2(-3) = -3 A12 = (-1)3(-6) = 6 A13 = (-1)4(-3) = -3
A21 = (-1)3(-6) = 6 A22 = (-1)4(-12) = -12 A23 = (-1)5(-6) = 6
A31 = (-1)4(-3) = -3 A32 = (-1)5(-6) = 6 A33 = (-1)6(-3) = -3
𝐴11 𝐴12 𝐴13 −3 6 −3
[𝐴𝑢 ] = [𝐴21 𝐴22 𝐴23 ] = [ 6 −12 6 ]
𝐴31 𝐴32 𝐴33 −3 6 −3
−3 6 −3 −3 6 −3
Adj. A = [𝐴𝑢 ] ꞌ = [ 6 −12 6 ] ꞌ = [ 6 −12 6 ] ꞌ
−3 6 −3 −3 6 −3

G. Pembalikkan Matriks
Membalik sebuah matriks berarti mencari suatu matriks balikan yang apabila
dikalikan dengan matriks aslinya menghasilkan matriks satuan.
Balikkan dari matriks A adalh matriks balikan A-1 (atau B) yakni jika dan hanya jika
AA-1 = I (atau AB = I).
Matriks balikan hanya terdapat pada matriks-matriks yang berbentuk bujur sangkar.
1) Pembalikan Matriks Berorde 2 x 2
Andaikata B adalah balikan dari A, maka dapat membentuk B hruslah diperoleh
lebih dahulu unsur-unsurnya atau bu nilai- nilai bu dapat dihitung.
Contoh :
8 4
Tentukan, kalau ada, balikan dari matriks A = [ ]
6 3
8 4
|A|=[ ] = 0, berarti A singular A-1 tidak ada.
6 3
2) Pembalikan Matriks Berorde lebih tinggi
Pembalikan matriks yang berorde lebih tinggi pada prinsipnya sama seperti
pembalikan matriks berorde 2x2 diatas.
Dengan cara ini, menemukan sebanyak n2 unsur-unsur matriks balikannya (bu),
terdapat n2 persamaan mengandung bu yang harus diselesaikan. Jika misalnya matriks
yang hendak dibalik berorde 4 x 4 berarti terdapat 42 unsur matriks balikan yang sama
harus dicari; untuk itu terdapat 42 persamaan (yang mengandung unsur-unsur matriks
balikan) yang harus diselesaikan, Dalam praktek sehari-hari pekerjaan membalik
matriks berorde besar tidak perlu dilakukan dengan tangan atau secara manual,
berbagai paket piranti lunak (Software) computer tersedia untuk itu.
3) Pembalikan Matriks dengan Adjoin dan Determinan
Membalik sebuah matriks dapat pula dilakukan dengan menggunakan adjoin dan
determinan dari matriks yang bersangkutan. Hubungan suatu matriks bujue sangkar
yang non singular dengan adjoin dan determinan adalah:
𝑎𝑑𝑗. 𝐴
A-1 = |A|

4) Sifat balikan-balikan
a. Balikan dari suatu matriks balikan adalah matriks aslinya | A-1 |-1 = A.
b. Determinan dari suatu matriks balikan sama dengan kebalikan dari determinan
matriks aslinya; | A-1 |-1 = 1/ | A |.
c. Balikan dari suatu matriks ubahan sama dengan ubahan matriks balikannya ;
| A ꞌ |-1 = | A-1 |ꞌ.
d. Balikan dari perkalian dua buah matriks sama dengan perkalian matriks-matriks
balikannya dengan urutan yang terbalik; [𝐴𝐵]-1 = B-1 A-1.
e. Balikan dari matriks satuan adalah matriks satuan itu sendiri; I-1 = I
HAL 298
0 0 1 1 0 1
1. A = [0 1 0] B = [1 1 2]
1 2 2 0 0 1
0+1 0+0 1+1 1 0 2
A + B = [0 + 1 1+1 0 + 2] = [1 2 2]
1+0 2+0 2+1 1 2 3
0−1 0−0 1−1 −1 0 0
A – B = [0 − 1 1−1 0 − 2] = [−1 2 −2]
1−0 2−0 2−1 1 2 1

1 2 3 1 4 7
2. x = [4 5 6] y = [2 5 8]
7 8 9 3 6 9
1+1 2+4 3+7 2 6 10
x + y = [4 + 2 5 + 5 6 + 8] = [ 6 10 14]
7+3 8+6 9+9 10 14 18
1−1 2−4 3−7 0 −2 −4
x – y = [4 − 2 5 − 5 6 − 8] = [2 0 −2]
7−3 8−6 9−9 4 2 0

2 8 5 −2 7 8
3. A = [ ] B=[ ] C= [ ]
4 6 4 3 0 −6
2 + 5 + 7 8 + (−2) + 8 14 14
a. A + B + C = [ ] =[ ]
4 + 4 + 0 6 + 3 + (−6) 8 3
2 − 5 − 7 8 − (−2) − 8 −10 2
b. A – B – C = [ ] =[ ]
4 − 4 − 0 6 − 3 − (−6) 0 9
2+5−7 8 + (−2) − 8 0 2
c. A + B – C = [ ] =[ ]
4+4−0 6 + 3 − (−6) 8 15
7 6 9 16 −2 −10
d. (A + B) – (A+C) = [ ]−[ ] =[ ]
8 9 4 90 4 9

4. a. (AC) 2x3 (BC) 4x3


b. (DA) 3x3 (DAC) 3x3
c. (AD) 2x2 (BCDA) 4x3

5. a. x – z = 2y
1–z = 2 (1) 2–z = 2 (4) 3–z = 2 (7)
1–z = 2 2–z = 8 3–z = 14
–z = 2–1 –z = 8–2 –z = 14 – 3
–z = 1 –z = 6 –z = 11
z = –1 z = –6 z = –1
4–z = 2 (2) 5–z = 2 (5) 6–z = 2 (8)
4–z = 4 5–z = 10 6–z = 16
–z = 4–4 –z = 10 – 5 –z = 16 – 6
–z = 0 –z = 5 –z = 10
z = 0 z = –5 z = – 10

1 2 3 1 4 7
6. x = [4 5 6] y = [2 5 8]
7 8 9 3 6 9
1.1 + 2.2 + 3.3 1.4 + 2.5 + 3.6 1.7 + 2.8 + 3.9
= [4.1 + 5.2 + 6.3 4.4 + 5.5 + 6.6 4.7 + 5.8 + 6.9]
7.1 + 8.2 + 9.3 7.4 + 8.5 + 9.6 7.7 + 8.8 + 9.9
1+4+9 4 + 10 + 18 7 + 16 + 27
= [4 + 10 + 18 16 + 25 + 36 28 + 40 + 54]
7 + 16 + 27 28 + 40 + 54 49 + 64 + 81
14 32 50
= [32 77 122]
50 122 194

7. [2.2 + 4.0 + 7.2 + 5.6 2.3 + 4.4 + 7.8 + 5.2 2.7 + 4.1 + 5.7 + 5.4]
[4 + 0 + 14 + 30 6 + 16 + 56 + 10 14 + 4 + 35 + 20]
[48 88 73]

2
8. A2 = [12 02 ] = [1 0
]
1 02 1 0
(0.2 + 0.2)2 (0.2 + 0.2)2
BC2 =[ ]
(1.2 + 1.2)2 (1.2 + 1.2)2
(0 + 0)2 = 0 (0 + 0)2 = 0
=[ ]
(2 + 2)2 = 16 (2 + 2)2 = 16
1.0 + 0.1 1.0 + 0.1 2.2 + 2.4 2.3 + 2.4
AB – 2CD =[ ]- 2
[ ]
1.0 + 0.1 1.0 + 0.1 2.2 + 2.4 2.3 + 2.5

=[
0 + 0 0 + 0 2 12
]- [
16
]=[
0 0
] - [24 32 ]
0+0 0+0 12 16 0 0 24 32
0 − 24 0 − 32
=[ ]
0 − 24 0 − 32
−24 −32
=[ ]
−24 −32

5.2 + 6.5 + 0.1 5.6 + 6.5 + 0.8


10. a. (AC) =[ ]
4.2 + 1.5 + (−3).1 4.6 + 1.5 + (−3). 8
10 + 30 + 0 30 + 30 + 0
=[ ]
8+5−3 24 + 5 − 24
40 60
=[ ]
10 5
2.5 + 6.4 2.6 + 6.1 2.0 + 6(−3)
b. (CA) = [5.5 + 5.4 5.6 + 5.1 5.0 + 5(−3)]
1.5 + 1.4 1.6 + 8.1 1.0 + 8(−3)
10 + 24 12 + 6 2 − 18
= [25 + 20 30 + 5 0 − 15]
5+4 6 + 8 0 − 24
34 18 −16
= [45 35 −15]
9 14 −24
40 60 7 5
c. AC – B =[ ]- [ ]
10 5 3 −1
40 − 7 60 − 5
=[ ]
10 − 3 5 + 1
33 55
=[ ]
7 6
7 5 40 60
d. B – AC =[ ]-[ ]
3 −1 10 5
7 − 40 5 − 60
=[ ]
3 − 10 −1 − 5
−33 −55
=[ ]
−7 −6

Hal 308
3 2
1. a. [−7] b. [ 4 ] c. [3 −2 9] d. [2 8 3]
9 −6

3 7
−4 2 9
2. A. [2 −8] B. [ ]
5 −8 4
1 9

3 + (−4) + 1 −7 + 2 + (−1) 9+9+1


3. (P+Q+R) ꞌ =[ ]
2 + 5 + (−1) 4 + (−8) + 1 −6 + 4 + (−1)
3 − 4 + 1 −7 + 2 − 1 9 + 9 + 1
=[ ]
2 + 5 − 1 4 − 8 + 1 −6 + 4 − 1
0 −6 19
=[ ]
6 −3 −3
0 6
= [−6 −3]
19 −3
3 + (−4) −7 + 2 9+9
(P+Q+R) ꞌ - R ꞌ =[ ]
2+5 4 + (−8) −6 + 4
−1 −5 18
=[ ]
7 −4 −2
1 7 −1 −1
= [−5 −4] - [−1 −1]
18 −2 −1 −1
−1 − 1 7 − (−1)
= [−5 + 1 −4 − 1 ]
18 − 1 −2 + 1
−2 8
= [−4 −5]
17 −1

HAL 321
1. A =
= (3.–2+1.–9.4+2.1.3) – (4.–2.2+1.1.1+3.–9.3)
= (–6+(–36) + 6 ) – (–16+1+(–81)
= (–6–36+6) – (–16+1-81)
= (–42+6) – (–15–8)
= (–36) – (–96)
= –36 + 96
= 60
C=
= (1.–4.0+1.–2.2+6.4.5) – (2.–4.6+4.1.0+1.–2.5)
= (0+(–4) + 120 ) – (–48+0+(–10)
= (0–4+120) – (–48-10)
= (–4+120) – (–58)
= 116 + (–58)
= 116 + 58
= 174

2. A.
M11 = (–2.1) – (–9.3) M21 = (1.1) – (2.3) M31 = (1. –9) – (–2.2)
= –2 + 27 =1+6 = –9 + 4
= 25 = –5 = –5
M12 = (1.1) – (–9.4) M22 = (3.1) – (2.4) M32 = (1. 3) – (4. –2)
= 1 + 36 =3+8 = 3 – (–8)
= 37 = –5 = –5
M13 = (1. –9) – (2. –2) M23 = (3.3) – (4.1) M33 = (3. –2) – (1. –1)
= –9 – (–4) =9–4 =–6 – 1
= –9 + 4 =5 = –7
=5

Anda mungkin juga menyukai