net/publication/356106331
CITATIONS READS
0 2,182
1 author:
Herispon Herispon
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau, Pekanbaru
49 PUBLICATIONS 32 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Causes of Micro, Small and Medium Enterprises Do Not Have Financial Reports (Case in Pekanbaru City, Indonesia) View project
All content following this page was uploaded by Herispon Herispon on 10 November 2021.
EDISI REVISI
OLEH
Dr. Herispon, SE. M.Si
2021
Kata Pengantar
Berkat petunjuk dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku/bahan
ajar "Teori Ekonomi Mikro, dimana mata kuliah Teori Ekonomi Mikro merupakan mata kuliah
dasar keahlian (MKDK) atau mata kuliah keahlian (MKK) yang diajarkan di Perguruan Tinggi baik
perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS).
Tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk membantu para mahasiswa dalam mempelajari
Toeri Ekonomi Mikro. Dalam penyajian materi, penulis berusaha menyajikan
pembahasannya secara sederhana dan mudah dimengerti oleh para mahasiswa yang disertai
dengan contoh soal dan pembahasannya sekaligus.
Penulis menyadari telah banyak buku-buku atau bahan ajar Teori Ekonomi Mikro yang terbit
dan beredar, namun kehadiran buku Teori Ekonomi Mikro dari tulisan penulis ini merupakan
sumbangsih dari penulis untuk ikut memperkaya khasanah ilmu khususnya dalam bidang
ilmu ekonomi.
Mudahan-mudahan buku yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
membutuhkan (khususnya mahasiswa). Akhirnya penulis sangat menghargai kepuasan
dari pembaca dan menerima kritik yang sifat konstruktif dari pembaca, sehingga pada
terbitan berikut dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan, terima kasih.
HERISPON
Untuk Citation:
Herispon, H. (2021). Teori Ekonomi Mikro (Bahan Ajar). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau,
Pekanbaru, Edisi Revisi. Halaman 1-193.
Halaman
Kata pengantar 2
Daftar isi 3
1. Latar Belakang
Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu masyarakat tertentu
memecahkan masalah ekonomi. Ilmu ekonomi memusatkan perhatiannya dalam tiga proses
aktivitas ekonomi beserta pihak-pihak yang terkait dengan aktivitas tersebut, yaitu produsen,
konsumen, pedagang, pemerintah, dan sebagainya. Secara umum, ilmu ekonomi adalah studi
tentang alokasi sumberdaya yang langka diantara penggunaan-penggunaan akhir yang bersaing
(Nicholson, 1995 : 3). Definisi serupa dikemukakan oleh Henderson & Quandt (1980 : 1), ilmu
ekonomi adalah studi tentang penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk pencapaian alternative
akhir. Selanjutnya Henderson & Quandt (1980 : 1) mendefinisikan ilmu ekonomi lebih spesifik
yaitu ilmu sosial yang meliputi aksi-aksi individu-individu dan kelompok-kelompok individu di
dalam proses produksi, pertukaran, dan konsumsi barang-barang dan jasa-jasa.
Ilmu ekonomi dibagi ke dalam cabang dan sub-cabang. Cabang utama adalah ilmu ekonomi
mikro dan ilmu ekonomi makro, yaitu;
1) Ekonomi mikro mempelajari aksi-aksi ekonomi dari individu-individu dan kelompok-kelompok
individu.
2) Ekonomi makro mempelajari aksi-aksi ekonomi agregat seperti total tenaga-kerja dan
pendapatan nasional.
Kedua cabang ilmu ekonomi ini berkaitan dengan penetapan harga dan pendapatan dan
penggunaan sumberdaya. Namun demikian, ekonomi mikro konsentrasi pada analisis harga-harga
dan pasar-pasar individual, dan alokasi sumberdaya-sumberdaya spesifik pada penggunaan tertentu
(Henderson & Quandt, 1980 : 2).
Masalah ekonomi muncul ketika kelangkaan (scarcity) akan faktor produksi digunakan untuk
berbagai macam tujuan (alternative ends), kemungkinan apa yang terjadi seandainya faktor
produksi tidak langka? Mungkin hidup ini sama dengan hidup di Surga !
Jawabannya terletak pada konsep “kelangkaan” atau sering digunakan dalam istilah constrains,
kendala, sumberdaya yang terbatas. Karena kelangkaan adalah sesuatu yang mempengaruhi
kehidupan kita semua, misal :
1) Bukankah kita menginginkan waktu belajar yang lebih lama, tapi dilain pihak kita juga
menginginkan dapat menikmati siaran TV, chating di Facebook, WhatsApp, Instagram, Twitter,
Telegram, Youtube, Leaseure atau Enjoi dan mendengar music lebih lama (untuk kebanyakan
orang jawabannya “Ya”).
2) Kenapa kita tidak mungkin mempunyai segala sesuatu dalam jumlah yang berlebihan ? karena
kita baik individu atau bersama dibatasi oleh kelangkaan, yang merupakan konsep dasar dalam
bidang ekonomi. Kelangkaan berarti bahwa kita tidak mungkin dan tidak dapat mencapai suatu
tingkat pendapatan atau kekayaan yang mampu memenuhi setiap keinginan.
Dengan mempelajari ekonomi atau ekonomi mikro, diharapkan mampu menjawab masalah
kelangkaan tersebut diatas. Ini berarti setiap individu mempunyai kemampuan untuk
mengalokasikan sumberdaya-sumberdaya ekonomi yang dipunyai (uang, kekayaan, waktu)
sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi tujuan masing-masing, maka setiap individu akan
dihadapkan pada pilihan-pilihan.
Adanya kelangkaan memaksa kita untuk memilih, misal; apakah harus memilih untuk kuliah
atau mencari pekerjaan setelah tamat dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Selanjutnya pembuat
keputusan dalam pemerintahan diharuskan memilih untuk menggunakan sumberdaya produksi
untuk peningkatan produksi barang dan jasa atau meningkatkan produksi senjata.
Pilihan untuk memenuhi kepuasan-kepuasan individu dibatasi oleh kendala sumberdaya-
sumberdaya ekonomi, juga dibatasi oleh politik, aturan, tradisi dan juga oleh moral. Kebutuhan
seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia mengkonsumsikan barang/jasa yang ia butuhkan. Barang/
jasa akan tersedia apabila diproduksikan. Namun, produksi barang /jasa tersebut adalah terbatas
karena sumberdaya ekonomi yang tersedia selalu terbatas jumlahnya. Apakah sumberdaya ekonomi
tersebut ?. Sumberdaya ekonomi dapat digolongkan menjadi :
1) Natural Resources / Sumberdaya alami
Adalah tanah, iklim, topografi dan kandungan yang ada didalamnya (kesuburan tanah, bahan
tambang, air, udara)
2) Human Resources / Sumberdaya manusia ( kesehatan, pendidikan, fisik, mental, ketrampilan,
dan keahlian)
3) Capital Resources / Sumberdaya buatan manusia ( mesin-mesin, gedung-gedung, jalan, dan
sebagainya yang sering disebut sebagai modal atau kapital). Kalau tanah dan tenaga keja sudah
tersedia memerlukan alat bantu yang disebut capital (cangkul, traktor, mesin, gedung dan
lainnya)
Adanya ketiga sumberdaya itu tidak menjamin timbulnya kegiatan produksi. Agar timbul
kegiatan produksi perlu ada pihak yang mengorganisirnya. Kegiatan mengorganisir tersebut
biasanya digolongkan menjadi sumberdaya ekonomi yang keempat, yaitu:
4) Kepengusahaan (entrepreuneurship).
Keberadaan tenaga kerja saja tidaklah cukup, tapi lebih dari itu yaitu; perlu seseorang yang
dapat mengorganisir sumberdaya-sumberdaya ekonomi tersebut. seseorang yang berani
mengambil risiko, berinisiatif, orang yang dapat membangun suatu organisasi perusahaan dan
mengenalkan produksi dan cara berproduksi baru, dan mereka-mereka yang dapat
mengorganisir sumberdaya-sumberdaya ekonomi inilah yang disebut Entrepreneurship.
Istilah lain bagi sumberdaya ekonomi adalah faktor produksi. Bagaimana dengan teknologi?
Teknologi tidak dimasukkan ke dalam sumberdaya ekonomi tersendiri. Ia dianggap telah
terkandung dalam sumberdaya-sumberdaya diatas. Teknologi berkaitan dengan kualitas
sumberdaya. Teknologi dapat tercermin dalam keahlian karyawan, efisiensi mesin, bibit unggul,
dan sebagainya (Boediono, 1982 :1-4).
Bukankah dalam kehidupan, kita dihadapkan pada kelangkaan sumberdaya ekonomi, karena
kelangkaan tersebut kita diharuskan untuk memilih. Apakah aktivitas berhenti sampai disini, tidak;
karena sumberdaya langka, adanya pilihan, maka tahap berikutnya kita dihadapkan pada adanya
peluang-peluang yang harus kita korbankan (misal; a) berapa banyak barang X yang harus kita
konsumsi, agar kita juga dapat mengkonsumsi barang Y, b) berapa banyak pendapatan yang kita
peroleh bila memilih untuk bekerja, tapi kesempatan yang digunakan adalah memilih kuliah ? dan
banyak kasus lainnya dalam kehidupan sehari-hari seseorang).
Untuk dapat mengatasi kelangkaan sumberdaya ekonomi, untuk dapat memilih, untuk
mendapatkan peluang, akhirnya kita dihadapkan pada persaingan (competitive) dengan cara yang
sehat antara individu dengan individu lainnya (meningkatkan pendidikan, keterampilan, skiil dan
pengalaman), antara kelompok dengan kelompok lainnya (perebutan lahan bisnis, pemenangan
tender proyek dan lainnya), bahkan antara negara dengan dengan negara lainnya melalui tekanan
IPOLEKSOSBUD dan HANKAM.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 5
5. Sumberdaya Aktivitas Ekonomi
Kegitan-kegiatan yang dilakukan individu atau masyarakat dalam bidang ekonomi pada
dasarnya meliputi (a) kegitan produksi, (b) kegitan konsumsi, dan (3) kegiatan pertukaran dan
distribusi. Kegiatan ekonomi itu timbul karena adanya dorongan dan tekanan untuk memenuhi
berbagai keperluan dan kebutuhan manusia, seperti kebutuhan primer (kebutuhan biologis, seperti;
makanan, pakaian, tempat tinggal) kebutuhan sekunder, kebutuhan tertier, leisure, luxury
(kebutuhan yang timbul dari peradaban dan kebudayaan, seperti; kenderaan dan rumah yang bagus,
pendidikan yang tinggi, berwisata, bersenang-senang) dan lain-lain kebutuhan yang khas masing-
masing perorangan.
Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas. Artinya, begitu satu
macam kebutuhan terpuaskan akan timbul macam kebutuhan lain. Jadi, kebutuhan manusia yang
tidak terbatas tersebut merupakan penggerak aktivitas ekonomi. Dalam ilmu ekonomi “ kepuasan
yang tidak terbatas” ini dipandang sebagai “anggapan kerja = working hypothesis).
Sumberdaya ekonomi terdiri dari berbagai tenaga, modal, dan tanah yang digunakan dalam
memproduksi barang dan jasa. Karena sumberdaya setiap masyarakat terbatas atau langka, maka
kemampuan setiap masyarakat untuk memproduksi barang dan jasa juga terbatas. Karena
kelangkaan ini, setiap masyarakat menghadapi masalah apa yang harus diproduksi, bagaimana
memproduksi, untuk siapa diproduksi, bagaimana membagi produksi dari waktu ke waktu, dan
bagaimana mempertahankan serta mendukung pertumbuhan mekanisme tersebut.
Tujuan ilmu ekonomi, seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, adalah untuk penjelasan dan
prediksi. Baik analisis teoritis maupun investigasi empiris diperlukan untuk pencapaian tujuan
tersebut. Teori menggunakan penalaran deduktif abstrak dalam menarik kesimpulan berdasarkan
asumsi-asumsi. Sedangkan studi empiris bersifat induktif. Kedua pendekatan ini saling melengkapi,
karena teori memberikan arah studi empiris dan studi empiris memberikan uji pada asumsi-asumsi
dan kesimpulan-kesimpulan dari teori (Henderson &Quandt, 1980 : 1).
Teori ekonomi mengarahkan penyusunan model yang menjelaskan perilaku unit-unit ekonomi
individual (para konsumen, para produsen, agen-agen pemerintah) dan interaksi mereka di dalam
membangun sistem ekonomi suatu wilayah, suatu negara, atau dunia secara keseluruhan.
Model adalah representasi yang disederhanakan dari situasi yang nyata. Model disusun
dimaksudkan untuk dua tujuan utama, yaitu analisis dan prediksi Analisis menyatakan penjelasan
perilaku unit-unit ekonomi, yaitu konsumen dan produsen. Prediksi menyatakan kemungkinan
perkiraan pengaruh perubahan besaran-besaran (variabel) di dalam ekonomi. Contoh : model
penawaran dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh penarikan pajak terhadap penjualan dari
perusahaan. Validitas model dapat dinilai dari beberapa kriteria, yaitu : kekuatan prediksinya,
konsistensi dan realisme asumsinya, tingkat informasi yang diberikan, generalisasinya, dan
simplisitinya (Koutsoyiannis, 1985: 3-5).
Pada umumnya semua model ekonomi mengandung tiga unsur yang sama: (1) asumsi ceteris
paribus, (2) anggapan bahwa para pengambil keputusan ekonomi berusaha mengoptimalkan
sesuatu (optimalisasi), dan (3) pembedaan yang seksama antara pertanyaan positif dan pertanyaan
normatif.
Ekonomi positif berusaha menetapkan bagaimana sumberdaya pada kenyataannya dialokasikan
dalam sebuah perekonomian.
Ekonomi normatif menetapkan bagaimana sumberdaya seharusnya dialokasikan dalam
perekonomian. Menurut Keynes, ekonomi positif berkenaan dengan upaya memahami mengenai
“what is”, sedangkan ekonomi normatif berusaha memahami mengenai “what ought to be”.
Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan harus memaksimumkan keuntungan. Pandangan demikian
termasuk posisi normatif.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 6
7. Pelaku-Pelaku Aktivitas Ekonomi
Pelaku-pelaku aktivitas ekonomi secara umum terdiri dari tiga unsur, yaitu rumah-tangga,
perusahaan, dan pemerintah. Berikut ini diuraikan peranan mereka dalam aktivitas ekonomi.
Rumah-Tangga
Rumah tangga adalah pemilik dari berbagai faktor produksi. Sektor rumah tangga ini memiliki
atau supply ; (1) tenaga kerja ( fisik dan otak) ; dan (2) modal ( tanah, bangunan, peralatan modal,
uang). Mereka dapat menawarkan faktor-faktor produksi tersebut kepada perusahaan. Sebagai balas
jasa dari faktor-faktor produksi yang ditawarkan, perusahaan memberikan berbagai jenis
“pendapatan” kepada sektor rumah-tangga. Tenaga kerja menerima gaji atau upah, pemilik tanah
dan bangunan menerima uang sewa, pemilik saham menerima keuntungan. Pendapatan tersebut
oleh rumah-tangga akan digunakan untuk dua tujuan, yaitu konsumsi dan tabungan.
Perusahaan
Perusahaan adalah organisasi yang dibentuk oleh seseorang atau sekumpulan orang dengan
tujuan untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Seseorang
atau sekumpulan orang tersebut dikenal dengan pengusaha. Tujuan utama perusahaan adalah
memperoleh keuntungan yang maksimum. Oleh karena itu, pengusaha harus memiliki keahlian
mengenai bagaimana mengalokasikan faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan
produk agar dapat diperoleh keuntungan yang maksimum.
Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini adalah lembaga-lembaga atau badan-badan pemerintah yang ditugasi
untuk mengatur perekonomian negara. Lembaga-lembaga ini antara lain, Bank Sentral, Departemen
Pemerintahan, Pemerintah Daerah, Parlemen, TNI-POLRI, dan sebagainya. Pemerintah mengatur
dan mengawasi aktivitas ekonomi rumah-tangga dan perusahaan, agar mereka melakukan aktivitas
ekonomi dengan wajar dan tidak merugikan masyarakat banyak. Disamping tugas pengaturan dan
pengawasan, pemerintah juga melakukan aktivitas ekonomi sendiri, terutama aktivitas yang oleh
swasta dipandang kurang atau tidak menguntungkan. Aktivitas-aktivitas tersebut, misalnya
pembangunan infrastruktur ( jalan, jembatan, pelabuhan, lapangan terbang, gedung sekolah, dan
sebagainya). Disamping itu, juga menyediakan jasa-jasa penting, seperti angkutan kereta api, bus
dan pesawat terbang, jasa telpon, pos, telegram, dan sebagainya.
Oleh karena itu sektor ekonomi juga dibedakan menjadi sektor pemerintah dan sektor swasta.
Untuk membiayai aktivitas ekonomi ini, pemerintah mengenakan pajak kepada rumah-tangga dan
perusahaan. Disamping itu juga berasal dari keuntungan yang diperoleh dari perusahaan-
perusahaan yang dimilikinya.
Atas dasar uraian diatas, dapat digambarkan bagaimana hubungan antara ketiga pelaku pasar
tersebut dalam Gambar 1.1 dan 1.2, berikut yang menjelaskan bagaimana hubungan antara rumah-
tangga dan perusahaan baik melalui pasar barang maupun melalui pasar faktor produksi.
Aliran (1) menggambarkan penawaran berbagai jenis barang dan jasa oleh sektor perusahaan.
Aliran (2) menggambarkan permintaan berbagai jenis barang dan jasa oleh sektor rumah-tangga.
Dari hubungan tersebut dapat diketahui tiga hal: (a) Jenis barang dan jasa apa yang harus
diproduksi, (b) tingkat harga dari masing-masing barang dan jasa tersebut, dan (c) tingkat produksi
masing-masing barang dan jasa tersebut. Informasi ketiga hal ini akan menjadi bahan pertimbangan
bagi perusahaan (produsen) dalam menentukan keputusan produksi. Keputusan produksi ini akan
menimbulkan permintaan faktor-faktor produksi di dalam pasar faktor produksi. Aliran (3)
menunjukkan permintaan faktor-faktor produksi oleh produsen. Aliran (4) menunjukkan penawaran
faktor-faktor produksi oleh rumahtangga. Aliran (5) menggambarkan peran pemerintah, yaitu
pengaturan dan pengawasan.
Peran tekonologi dalam produksi dan pertukaran, bersama-sama dengan kuantitas dan kualitas
sumber daya yang ada akan menjadi kendala dalam pendapaian keputusan yang diinginkan.
Teknologi adalah Know How dan merupakan cara bagaimana “merubah” sumber daya yang ada
kebentuk lain yang diinginkan. Dalam pengertian produksi dikatakan sebagai Form Utility yaitu
merubah bentuk.
Biasanya masalah teknologi ini bagi pengusaha bukan merupakan masalah yang ada didalam
ilmu ekonomi tetapa biasanya dianggap sebagai masalah teknis yang merupakan tugas para pakar
teknis, akan tetapi, pemilihan simultan antara barang apa yang akan diproduksi dan dalam jumlah
berapa serta teknologi apa yang akan digunakan akhirnya masalah teknologi berada juga didalam
ilmu ekonomi. Para ekonom biasanya menganggap bahwa untuk memproduksi sesuatu barang ada
sejumlah tertentu teknologi yang tersedia (given) dan akan dipilih teknologi yang murah (least cost
techniques)
Kombinasi sumberdaya ekonomi yang langka tersebut diatas digunakan untuk memproduksi
barang-barang ekonomi (economic goods). Setiap barang dan jasa yang diproduksi dengan
menggunakan sumberdaya langka biasanya juga langka adanya. Karena barang ekonomi langka
maka selalu dihadapkan pada keputusan tentang bagaimana menggunakannya. Sering terjadi barang
ekonomi yang diinginkan digunakan melebihi jumlah yang tersedia dari alam pada harga nol (tanpa
bayar). Ini merupakan definisi terselubung tentang barang ekonomi. Tidak semuanya barang
ekonomi ada yang barang bebas, misalnya udara (walaupun sekarang tidak karena sudah tercemar
sehingga perlu dibersihkan dengan sejumlah biaya, sehingga udara pada daerah tertentu tidak lagi
menjadi barang bebas, seperti; udara di kota Pekanbaru, udara di kota Jakarta atau kota-kota yang
sudah tercemar pada tingkat yang membahayakan dibelahan dunia lainnya), maka barang ekonomi
(economic goods), adalah barang yang mempunyai kegunaan, langka dan memerlukan
pengorbanan untuk memperolehnya
Barang bebas didefinisikan sebagai barang yang dapat dikonsumsi tanpa adanya biaya
(pengorbanan) dan semua orang dapat menikmatinya. Barang akhir (final goods), adalah barang
yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Barang
ini dibedakan : barang tahan lama (durable goods), dan barang tidak tahan lama (non durable
goods). Barang modal (capital goods), barang yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi juga untuk
menghasilkan barang lain. Barang antara (intermediate goods), barang yang belum menjadi barang
akhir dan masih akan diproses lagi sebelum digunakan konsumen.
Dalam system ini, sumberdaya ekonomi cenderung digunakan untuk menghasilkan pendapatan
yang tertinggi atau keuntungan yang tertinggi. Harga-harga merupakan tanda untuk menentukan
kemana sumberdaya ekonomi akan digunakan, harga-harga menyediakan informasi yang murah
dan cepat, dan harga-harga mempengaruhi keinginan seseorang atau kelompok untuk menggunakan
sumber-sumber tersebut atau tidak menggunakannya. Secara singkat, pasar adalah suatu sistim
alokasi sumber-sumber ekonomi dan informasi tentang nilai-nilai relative dari sumber-sumber ini,
juga merupakan sistem yang mendistribusikan pendapatan dalam proporsi sesuai dengan jumlah
dan nilai pasar dari sumber-sumber yang dimiliki.
Sistem pasar ini hanya merupakan salah satu macam dari organisasi sosial dalam berproduksi
dan distribusi. Ada sistem yang lain yang dikenal dengan “sistem komando” atau “ekonomi
komando”. Dalam sistem ini berpindahnya barang-barang dan sumber-sumber ekonomi bukan
ditentukan oleh harga akan tetapi ditentukan oleh penguasa.
a. Apa yang dimaksud dengan teori, apa tujuan teori, bagaimana kita sampai pada suatu teori?
b. Bedakan antara hipotesis, teori, dan hukum.
c. Jelaskan persoalan “what, where, who, why, when dan how” tentang produksi barang dan jasa
yang merupakan masalah dalam setiap perekonomian. Bagaimana mekanisme harga
memecahkan masalah ini dalam perekonomian bebas ?. Dalam perekonomian campuran ?.
Dalam perekonomian yang tersentralisasi ?
d. Mengapa ekonomi (ekonomi mikro) harus dipelajari ?
e. Apa yang diperoleh setelah mempelajari ekonomi
Istilah permintaan dan penawaran merujuk pada perilaku di masyarakat ketika terjadi interaksi
di pasar. Pasar (market) adalah tempat sekelompok pembeli dan penjual dari suatu barang dan jasa.
Sebagai suatu kelompok, para pembeli menentukan seberapa banyak permintaan barang tersebut,
dan sebagai kelompok yang lain, para penjual menentukan seberapa banyak penawaran barang
tersebut. Aktivitas ekonomi berada dipasar, dalam pengertian luas, pasar tidak selalu tempat tetapi
merupakan lembaga dimana penentuan harga terjadi, atau dengan perkataan lain hanya ada di pasar
operasi permintaan dan penawaran terjadi. Sedangkan market place adalah lokasi (geografis)
dimana pertukaran terjadi sehingga interaksi penawaran dan permintaan terjadi. Mekanisme pasar
berkaitan dengan jaringan informasi didalam pasar, misalnya ada mekanisme pasar yang
memindahkan individu-individu untuk selalu dekat dengan informasi tentang harga dan barang
yang tersedia.
Dalam bagian ini diberikan gambaran tentang kegiatan ekonomi yang dijelaskan oleh difungsi
permintaan dan penawaran. Fungsi permintaan dan penawaran tersebut digambarkan dalam bentuk
kurva dan fungsi matematis. Penjelasan dimulai dengan proses terbentuknya fungsi tersebut dengan
menggunakan data hipotetis sederhana. Selanjutnya dilakukan penurunan-penurunan fungsi dengan
pergerakan perilaku ekonomi baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal.
Permintaan adalah keinginan untuk membeli suatu barang/jasa pada berbagai tingkat harga
selama periode waktu tertentu. Permintaan seseorang atau suatu masyarakat akan suatu barang
ditentukan oleh banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah :
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang-barang lain yang bersifat substitutif terhadap barang tersebut
c. Pendapatan rumah-tangga atau pendapatan masyarakat
d. Selera seseorang atau masyarakat
e. Jumlah penduduk.
f. Perkiraan harga dimasa datang
g. Distribusi pendapatan
h. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan
Meskipun ekonomi mikro analisanya bersifat individual, bukan merupakan hal yang sederhana
dan mudah untuk mengetahui konsep-konsep dasar secara individual permintaan dan penawaran.
Hukum permintaan berbunyi “pada tingkat harga yang lebih tinggi, jumlah barang yang akan
diminta akan semakin berkurang” atau sebaliknya “pada harga yang lebih rendah, jumlah barang
yang diminta akan semakin bertambah” faktor lainnya cateris paribus.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah yang diminta berhubungan terbalik (inverse) dengan
harga barang tersebut, dengan anggapan bahwa hal-hal lain dianggap konstan pada berbagai
kemungkinan harga. Kalimat hal-hal lain dianggap konstan, merupakan bagian dari hukum
permintaan, harga bukannya sesuatu yang hanya menentukan berapa banyak masyarakat mau beli
barang dan jasa.
Untuk analisis permintaan ini sangat sukar menganalisis pengaruh dari semua faktor-faktor
tersebut terhadap permintaan suatu barang secara bersama-sama sekaligus. Oleh karena itu, ahli
ekonomi menyederhanakan analisis tersebut, dengan menganggap bahwa permintaan suatu barang
terutama dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri , sedangkan faktor-faktor lainnya dianggap tidak
berubah atau ceteris paribus. Jadi, sesuai dengan hukum permintaan, yang dianalisis dalam
permintaan suatu barang adalah hubungan antara jumlah barang yang diminta dan harga barang itu
sendiri.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 11
Analisis permintaan ini dapat dilakukan dengan pendekatan grafis atau matematis. Pendekatan
grafis akan menghasilkan kurva permintaan, sedangkan pendekatan matematis akan menghasilkan
fungsi permintaan.
2. Kurva Permintaan
Kurva permintaan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu
barang dan jumlah barang tersebut yang diminta oleh para pembeli. Kurva permintaan dibuat
berdasarkan data riel di masyarakat tentang jumlah permintaan suatu barang pada berbagai tingkat
harga, yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel ini dapat disebut tabel permintaan. Berikut ini
diberikan contoh tabel permintaan hand-phone pada berbagai tingkat harga, dalam tabel 2.1.
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa makin tinggi harga HP makin sedikit jumlah HP yang
diminta. Pada harga Rp.1.000.000,- hanya 500 buah HP yang diminta, sedangkan jika harga Rp.
600.000,- sebanyak 900 buah yang minta.
Berdasarkan data tabel 2.1. tersebut dapat dibuat kurva permintaan seperti gambar. 2.1 berikut;
1100
1000 E
900 D
800 C
700 B
600 A
Q
0 500 600 700 800 900 1000
Dalam gambar. 2.1 terdapat lima titik A,B,C,D, dan E, yang menggambarkan tiap-tiap keadaan
pada tabel 2.1. Sebagai contoh, titik A menggambarkan bahwa pada harga HP Rp. 1.000.000,-
jumlah HP yang diminta pembeli sebanyak 500 buah. Kurva permintaan suatu barang pada
umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah ( ber-slope negatif), yang menunjukkan sifat
hubungan terbalik antara harga suatu barang dan jumlah barang yang diminta. Disaat P=0 jumlah Q
yang diminta maksimal 1.000 unit atau jumlah yang diminta Q=0 terjadi disaat P = Rp 1.100
Dengan demikian perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat pengaruh perubahan harga
barang itu sendiri, ditandai oleh gerakan turun atau naik di sepanjang kurva.
Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi. Sehingga dapat diketahui hubungan antara tingkat permintaan
dengan faktor yang mempengaruhi permintaan.
Contoh :
Dx = f { Px, Py, Ycap, Sel, Pen, Pp, Ydist, Prom}
[ +, +/-, +, +, +, +, +, + ]
Dimana :
Dx = permintaan barang X
Px = harga barang X
Py = harga barang Y ( substitusi atau komplementer)
Ycap = pendapatan percapita
Sel = selera atau kebiasaan
Pen = jumlah penduduk
Pp = perkiraan harga barang X dimasa mendatang
Ydist = distribusi pendapatan
Prom = upaya produsen dalam meningkatkan penjualan dengan promosi
Dx adalah variabel tidak bebas (dependen variabel) dan variabel dalam kurung adalah variabel
bebas (independent variabel). Tanda (+) atau (-) menunjukan pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap permintaan barang X.
a. Skedul: permintaan akan sesuatu barang yang digambarkan dalam bentuk tabel (skedul
permintaan/demand schedule)
b. Kurva: permintaan akan sesuatu barang yang digambarkan dalam bentuk grafik (kurva
permintaan)
c. Fungsi: permintaan yang diungkapkan dalam persamaan matematika (fungsi permintaan)
Skedul permintaan adalah hubungan atau daftar hubungan antara harga suatu barang dengan
tingkat permintaan barang tersebut.
Misal:
Fungsi permintaan beras di kota Pekanbaru perbulan, yang merupakan fungsi linear yaitu:
Qd = 150 – 10 P
Dimana:
Qd = Jumlah permintaan beras (dalam ribu ton)
P = harga beras per kg (dalam rupiah)
Bila harga beras gratis (sama dengan nol), maka permintaan beras maksimal hanya 150.000
ton. Dan permintaan beras akan menjadi nol kalau harga beras sebesar Rp 15.000 atau lebih per kg,
maka bila harga, P=0 maka jumlah yang diminta maksimal, Q=150, sebaliknya bila Q=0 maka
harga, P=150/10= 15, akhirnya P=0 maka Q=150 dan P=15 maka Q=0, lihat skedul berikut:
Angka dalam skedul ini dapat dilihat dalam tabel atau grafik berikut:
0 150 Q
Sudut (alfa) mempunyai derajat kemiringan (slope) sebesar Qd/P = -10 yang artinya jika
harga beras berubah 1 unit maka permintaan beras berubah 10 unit dengan arah yang berlawanan.
Perubahan permintaan terjadi karena dua sebab utama, yaitu ; perubahan harga dan perubahan
faktor cateris paribus (missal, pendapatan, sewa, dan sebagainya / faktor non harga). Perubahan
harga menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta, tetapi perubahan itu hanya terjadi
dalam suatu kurva yang sama disebut pergerakan permintaan sepanjang kurva permintaan
(movement along demand curve). Jika yang berubah adalah faktor cateris paribus yaitu pendapatan,
maka akan terjadi pergeseran kurva permintaan (shifting) lihat kurva berikut :
Kurva 3.1
Kurva Permintaan
P P
15 pendapatan naik
12
6 pendapatan
Turun D0
D2 D1
0 30 60 90 150 Q Q
Ada kalanya hukum permintaan tidak berlaku yaitu ; jika harga naik, justru permintaan
meningkat atau sebaliknya. Ada tiga kelompok barang dimana hukum permintaan tidak berlaku
yaitu :
a. Barang yang memiliki unsur spekulasi
Misalkan ; emas, saham, tanah (dikota) barang-barang itu dapat menyebabkan orang dan
menambah pembeliannya pada saat harga naik karena ada unsur spekulasi, dan mengharapkan
lagi harga akan naik lagi disaat harga barang itu naik.
b. Barang prestise
Barang-barang yang dapat menambah prestise seseorang yang memilikinya dan umumnya
berharga mahal. Misal ; mobil kuno yang antik, lukisan dari orang yang sangat terkenal, benda-
benda kuno dan antik lainnya.
c. Barang given.
Apabila harga suatu barang turun menyebabkan jumlah barang yang diminta akan berkurang.
Hal ini disebabkan efek pendapatan yang negatif dari barang given lebih besar dari pada naiknya
jumlah barang yang diminta karena berlakunya efek substitusi yang selalu positif. Dalam hal ini
bila suatu barang harganya turun, maka pendapatan nyata konsumen bertambah. Untuk kasus
barang given kenaikan nyata dari pendapatan konsumen justru mengakibatkan permintaan
terhadap barang tersebut menjadi berkurang.
Contoh : Kasus 1
Harga
Rp 85.000,-. 1 Kg Daging Sapi
Pendapatan nyata
bertambah
konsumen
Turun
Selisih harga yang terjadi dari Rp 85.000 ke harga Rp 60.000 memberikan kesempatan kepada
konsumen untuk membeli barang substitusi seperti ; ikan, ayam, tahu, dan tempe. (Seolah-olah
pendapatan konsumen bertambah)
Contoh : Kasus 2
Pendapatan Tujuan
Rp. 10.000.000,-.
Ke Jakarta 2 kali per 6 bulan
dengan Pesawat
Contoh : Kasus 3
Pendapatan Konsumsi
Rp. 5.000.000,-.
Restoran ternama, KFC, Hotel
bintang lima, yang dicari tidak
lagi kenyang dalam artian fisik,
disamping itu ada perbaikan gizi,
kesenangan batin, prestise
(kegengsian) dan lainnya.
Jadi barang given adalah barang inferior, tapi barang inferior belum tentu barang given.
Contoh ;
Qdx = a – bP
30 = a – 2b 30 = a -2b sehingga : Q = 34 – 2P
26 = a – 4b 30 = a – 2 (2)
4 = 2b 30 = a-4
b = 4/2 30 + 4 = a
b =2 a = 34
17
10
6 Q = 34 – 2P
0 16 20 24 26 30 34 Q
Hukum permintaan hanya menekankan pengaruh harga barang itu sendiri terhadap jumlah
barang yang diminta. Pada kenyataannya, permintaan suatu barang juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain, seperti yang telah disebutkan di atas. Bagaimana pengaruh faktor-faktor lain tersebut,
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Harga barang-barang substitusi. Barang substitusi adalah barang yang dapat saling
menggantikan fungsi barang lain. Sebagai contoh, kopi dan teh. Jika pada suatu waktu kopi tidak
ada maka peminum kopi dapat menggantikannya dengan teh dan sebaliknya jika teh tidak ada
peminum teh dapat menggantikannya dengan kopi. Harga barang substitusi dapat mempengaruhi
permintaan barang yang disubstitusi. Jika harga kopi turun, maka permintaan teh menjadi turun dan
sebaliknya.
Pendapatan para pembeli. Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting di dalam
menentukan permintaan berbagai jenis barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan
perubahan permintaan berbagai jenis barang. Menurut sifat perubahan permintaan akibat perubahan
pendapatan, berbagai jenis barang dapat dibedakan menjadi : barang inferior, barang esensial,
barang normal, dan barang mewah.
1) Barang inferior: adalah barang yang umumnya diminta oleh orang-orang berpendapatan rendah.
Jika orang-orang tersebut bertambah pendapatannya, mereka akan mengurangi permintaannya
terhadap barang inferior tersebut dan menggantikannya dengan barang lain yang mutunya lebih
tinggi. Sebagai contoh, ubi kayu. Ketika pendapatannya rendah, orang-orang mengkonsumsi
ubi kayu. Jika pendapatan mereka meningkat maka mereka akan mengurangi konsumsi ubi
kayu dan menggantinya dengan beras.
2) Barang esensial: adalah barang yang sangat penting manfaatnya bagi kehidupan masyarakat
sehari-hari. Contoh : makanan ( beras, gula, kopi, teh) dan pakaian.
D2 D D1
Q2 Q Q1
0 q2 q q1 Q
Perubahan permintaan suatu barang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor selain harga barang itu
sendiri, akan ditunjukkan oleh pergeseran kurva permintaan ke kiri atau ke kanan. Pergeseran ke
kiri menunjukkan penurunan jumlah permintaan, sedangkan pergeseran ke kanan menunjukkan
peningkatan jumlah permintaan. Sebagai contoh, jika pendapatan para pembeli meningkat
sedangkan faktor-faktor lainnya tidak berubah, maka akan meningkatkan jumlah barang yang
diminta, yang ditandai oleh pergeseran kurva permintaan ke kanan. Sebaliknya, jika pendapatan
masyarakat menurun sedangkan faktor-faktor lainnya tidak berubah, maka jumlah barang yang
diminta akan menurun, yang ditandai pergeseran kurva permintaan ke kiri. Keadaan ini dapat
digambarkan dalam kurva. 3.3. berikut. Semula, pada saat harga barang sebesar P dan pendapatan
sebesar Q, jumlah barang yang diminta sebesar q, dengan kurva permintaan adalah DD. Ketika
pendapatan menurun menjadi Q2 sedangkan harga tetap sebesar P, maka permintaan barang turun
menjadi q2, dan kurva permintaan bergeser ke kiri menjadi D2D2. Jika pendapatan naik menjadi Q1
sedangkan harga barang tetap sebesar P, maka jumlah barang yang diminta meningkat menjadi q1,
dan kurva permintaan bergeser ke kanan menjadi D1D1.
Fungsi permintaan adalah hubungan antara harga (price=P) dengan jumlah barang yang diminta
(quantity=Q) dengan asumsi variabel lain cateris paribus.
Notasi; Q = a – bP atau Qd = Q0 – bP
Dimana :
Qd = jumlah yang diminta
Q0 = jumlah permintaan saat ini
b = koefisien arah (kecenderungan) yang selalu pada slope (kemiringan) negatif
P = harga perunit
a/b
kurva permintaan
0 a Q
Soal 1;
Seorang bersedia membeli sejumlah barang A pada berbagai tingkat harga, yaitu:
Harga perunit Jumlah barang A yang dibeli
P = 15 Q = 50 1)
P = 30 Q = 40 2)
P = 45 Q = 30 3)
Diminta :
a. Tentukan persamaan permintaan akan barang tersebut
b. Berapa jumlah barang yang akan dibeli, jika harga barang adalah Rp 42 perunit
c. Berapa haraga barang tersebut, bila barang yang dibeli adalah Rp 42 unit (asumsi pembeli
tunggal).
Jawab
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 19
a. Misalkan terdapat beberapa kondisi dari fungsi permintaan
Kondisi 1 dan 3
Kondisi 1 dan 2
Kondisi 2 dan 3
30 ( Q-50 ) = ( P – 15 ) . ( 20 )
30 Q – 1500 = -20P + 300
30 Q = -20P + 300 + 1500
30 Q = -20P + 1800 (masing-masing ruas dibagi dengan 20), maka menjadi;
30 Q/20 = -20P/20 + 1800/20 maka;
Pada persamaan ini dapat diberlakukan penyederhanaan yaitu masing-masing ruas dibagi
dengan 3/2, seperti; 3/2 : 3/2 Q = 48 : 3/2, maka hasilnya Q = 32. Jadi pada harga ( P ) sama
dengan 42 maka jumlah yang diminta ( Q ) adalah 32 unit.
Jadi pada saat P = 27 maka jumlah yang diminta semakin besar yaitu pada Q = 42 unit.
Jawab:
a. Skedul permintaan diperoleh dari; terlebih dahulu menentukan hasil dari fungsi permintaan itu
sendiri, yaitu;
Bila P = 0 maka jumlah yang diminta maksimal atau Q = 14 unit dan bila Q = 0 maka P = 14/2
= Rp 7 dengan demikian dapat disusun skedul permintaan sebagai berikut:
P 7 6 5 4 3 2 1 0
Q 0 2 4 6 8 10 12 14
b. Kurva permintaan
Perlu diperhatikan bahwa dalam ilmu ekonomi, berlawanan dengan pemakaian matematis yang
umum, harga (variabel bebas atau penjelas) digambarkan pada sumber vertikal sementara
jumlah yang diminta per unit waktu (variabel tak bebas atau yang dijelaskan) digambar pada
sumbu horizontal
P
7
6
5
4
3
2
1 D
0 Q
2 4 6 8 10 12 14
c. Jumlah maksimum
Jumlah maksimum komoditi yang diminta oleh individu perunit waktu adalah 14 unit. Hal ini
terjadi pada harga ( P ) sama dengan nol. Ini dinamakan titik jenuh untuk individu tersebut. unit
tambahan X akan menyebabkan munculnya masalah penyimpanan dan pembuangan bagi
individu tersebut, dengan demikian titik-titik relevan pada kurva permintaan seluruhnya berada
dalam kuadaran yang sama.
P 6 5 4 3 2 1
Q 18 20 24 30 40 60
Diminta :
a. Buatlah satu fungsi permintaan dengan metode dwi koordinat (metode dua titik), gunakan
dua titik pada P dan dua titik pada Q
b. Gambarkanlah kurva permintaan individu
Px 6 5 4 3 2 1
Qxa 18 20 24 30 40 60
Qxb 38 40 46 55 70 100
Menunjukkan dua skedul permintaan individu atas komoditi X, yang pertama Qxa adalah
kondisi permintaan awal, dan yang kedua Qxb adalah akibat adanya kenaikan pendapatan
nominal individu (sementara hal lain dipertahankan konstan). Dari data tersebut diminta :
a. Gambarkan titik dari kedua skedul permintaan pada rangkaian sumbu yang sama dan
gambarkanlah kedua kurva permintaan tersebut.
b. Apa yang akan terjadi bila harga barang X turun dari Rp 5 menjadi Rp 3 sebelum
pendapatan individu naik ?
c. Bila harga komoditi X tetap Rp 5, apa yang akan terjadi bila pendapatan individu naik ?
d. Apa yang terjadi bila pada saat pendapatan nominal indidu naik, harga barang X turun dari
Rp 5 menjadi Rp 3 ?
e. Tipe barang apa komodi X ? mengapa ?
Penawaran (supply) adalah jumlah barang atau jasa yang ingin ditawarkan oleh produsen
kepada konsumen pada berbagai level harga selama periode tertentu.
Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa “semakin tinggi harga suatu barang,
semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin
rendah harga suatu barang, semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan”. Dengan
demikian ada hungan positif langsung antara jumlah barang yang ditawarkan dengan harnya
dengan anggapan faktor lainnya cateris paribus. Hukum penawaran tersebut diatas memberikan arti
bahwa kalau harga suatu barang meningkat maka jumlah barang yang ditawarkan meningkat karena
memberikan tingkat keuntungan tertentu begitu sebaliknya.
Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan jumlah barang atau jasa tersebut untuk
setiap satuan waktu yang diinginkan oleh produsen untuk diproduksi, dihasilkan, dan dijual kepada
konsumen pada berbagai level tingkat harga pada periode tertentu. Kurva penawaran ; yaitu suatu
kurva yang menunjukan hubungan diantara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang
tersebut yang ditawarkan. Daftar penawaran adalah daftar yang menunjukan jumlah penawaran
pada berbagai tingkat harga.
Sampai di mana keinginan para penjual menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga
ditentukan oleh beberapa faktor. Diantaranya yang penting adalah:
1) Harga ( P ) naik/turun, maka volume (Q) akan naik/turun dari barang itu sendiri.
2) Tujuan perusahaan
Secara teoritis tujuan perusahaan adalah memaksimumkan keuntungan. Untuk
memaksimumkan keuntungan tidak bisa dicapai dengan penggunaan kapasitas produksi
maksimum, melainkan harus dengan penggunaan kapasitas produksi yang memaksimumkan
keuntungan. Namun, tidak semua perusahaan bertujuan memaksimumkan keuntungan. Seperti
perusahaan milik negara, umumnya lebih mementingkan memaksimumkan produksi dari pada
memaksimumkan keuntungan. Ada perusahaan yang lebih mengutamakan menghindari resiko
sehingga dapat terus selamat walaupun keuntungannya tidak maksimal. Tujuan yang berbeda-
beda di atas menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap penentuan tingkat produksi. Dengan
demikian secara tidak langsung tujuan perusahaan akan mempengaruhi penawaran suatu
barang.
3) Harga barang lain (Py) naik, maka Qy akan naik
Sebagai contoh, karena gula impor harganya lebih murah dari harga gula lokal, maka
permintaan gula lokal menurun. Karena permintaan gula lokal menurun maka produsen gula
terpaksa menurunkan produksi dan penawarannya
4) Biaya faktor produksi (Fp) naik, biaya (cost) naik, laba turun, Qs turun
Kalau harga satu faktor produksi atau beberapa faktor produksi yang digunakan menurun, kurva
penawaran akan bergeser kekanan bawah, ini berarti bahwa barang yang ditawarkan bertambah
pada setiap harga. Dan sebaliknya kalau harga faktor produksi meningkat maka kurva
penawaran akan bergeser kekiri atas, maka jumlah barang yang ditawarkan akan bekurang
5) Tehnologi (T) naik, biaya turun, maka laba naik, Qs naik
Kurva penawaran digambarkan dengan anggapan bahwa tehnologi “given”. Akan tetapi dalam
tenggang waktu tertentu teknologi produksi yang digunakan berubah. Kalau perubahan
teknologi ini cenderung mengurangi onkos produksi dalam jangka pendek, maka kurva
penawaran akan bergeser kekanan bawah (bertambah). Ini berarti bahwa teknik produksi
semakin baik, maka kurva penawaran bergeser kekanan dan jumlah barang yang ditawarkan
akan bertambah untuk setiap harga.
Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat harga barang
tertentu dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh penjual. Kurva ini dibuat atas dasar data
riel mengenai hubungan tingkat harga barang dan jumlah penawaran barang tersebut yang
dinyatakan dalam daftar penawaran (tabel penawaran) atau dapat dinyatakan dalam hubungan
persamaan matematis dengan faktor matematis, yaitu :
Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan jumlah barang atau jasa tersebut untuk setiap
satuan waktu yang diinginkan oleh produsen untuk diproduksi, dihasilkan, dan dijual kepada
konsumen pada berbagai level tingkat harga pada periode tertentu.
Rp0 0 kg o
100 0 kg s
200 100 kg b
300 200 kg c
400 300 kg d
500 400 kg e
600 500 kg f
700 600 kg g
800 700 kg h
900 800 kg i
P
Sx
900 Pergeseran penawaran
800 ( P, Q ) sepanjang garis
700 atau fungsi penawaran
600
500
400
300
200
100 S
0 Q
1 2 3 4 5 6 7 8
P1
P0
P2
S2
S0 S1
0
Q3 Q0 Q2 Q1 Q
Penawaran dapat berubah atau bergeser kekiri atau keatas. Dan bergeser kekanan atau kebawah.
Sebagai contoh, pengaruh kemajuan teknologi terhadap penawaran suatu barang ditunjukkan
oleh pergeseran kurva penawaran ke kanan, sedangkan pengaruh kenaikan biaya produksi
ditunjukkan oleh pergeseran kurva penawaran ke kiri ( perhatikan kurva 2.3 ).
S1 S S2
S1 S S2
Dari kurva 2.3 dapat dijelaskan sebagai berikut. Dimisalkan pada mulanya kurva penawaran
barang dari suatu perusahaan dengan menggunakan teknologi tertentu dan biaya produksi tertentu
adalah SS. Kurva ini mununjukkan bahwa pada tingkat harga P, jumlah barang yang ditawarkan
adalah Q. Bagaimana jika kemudian teknologi yang digunakan lebih canggih?. Apabila teknologi
yang digunakan lebih canggih maka kurva penawaran akan bergeser ke kanan, katakanlah menjadi
S2S2. Kurva ini menunjukkan bahwa dengan harga tetap pada P, jumlah barang yang ditawarkan
meningkat menjadi Q2. Ini berarti bahwa kemajuan teknologi dapat meningkatkan penawaran
barang di pasar, dalam hal ini dari Q menjadi Q2. Sekarang, bagaimana jika pada suatu waktu
terjadi kenaikan biaya produksi karena harga input naik?. Apabila biaya produksi naik maka kurva
penawaran akan bergeser ke kiri, katakanlah menjadi S1S1. Kurva ini menunjukkan bahwa dengan
harga tetap pada P, jumlah barang yang ditawarkan menurun menjadi Q1. Ini berarti bahwa
kenaikan biaya produksi menyebabkan penurunan penawaran barang di pasar, dalam hal ini dari Q
menjadi Q1. Dengan cara yang sama, pengaruh tujuan-tujuan perusahaan dan harga barang-barang
lain terhadap penawaran suatu barang , dapat ditunjukkan oleh pergeseran kurva penawaran seperti
pada gambar. 2.3.
Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien, bila asumsi-asumsi dari penawaran
terpenuhi yaitu :
a) Pelaku bersifat rasional
b) Memiliki informasi yang sempurna
c) Pasar berbentuk persaingan sempurna dan barang bersifat privat
d) Proses pertukaran tidak terbatasi dimensi waktu dan tempat
e) Keadilan, kelayakan, kepantasan adalah dasar bagi suatu perekonomian yang sehat
Asumsi ini banyak tidak sesuai dilapangan, sehingga dijumpai kegagalan dipasar, sehingga
pasar gagal menjadi alat alokasi sumber daya yang tak efisien (market failure). Kegagalan yang
terjadi dipasar dikarenakan :
Contoh ; Konsumen mobil bekas tenaga bengkel atau ahli mesin dan dibayar.
Perusahaan tenaga kerja konsultan
b. Daya monopoli (monopoli power). Dalam kenyataannya sering terjadi dalam pasar hanya ada
satu (monopoli) atau beberapa produsen (oligopoly) yang begitu kuat. Mereka mampu
mempengaruhi pasar dengan menentukan tingkat harga (price setter)
c. Eksternalitas (externality). Adalah keuntungan atau kerugian yang dinikmati atau diderita
pelaku ekonomi sebagai akibat pelaku ekonomi lain.
Contoh :
Pabrik A dalam produksinya berbahan baku karet, dan membuang limbahnya kesungai,
sehingga menimbulkan kerugian dimasyarakat. Kerugian yang ditanggung oleh masyarakat ini
tidak masuk dalam biaya produksi perusahaan, dan biaya ini ditanggung oleh masyarakat
(social cost)
d. Barang public (public goods). Adalah barang yang disediakan pemerintah untuk kepentingan
umum atau masyarakat yang dapat digunakan serentak, tapi ada juga barang public yang
dinikmati oleh perorangan tanpa bayar pajak lagi.
Contoh ; jalan raya, jembatan, taman, pelabuhan
e. Barang altruisme (altruisme goods). Adalah barang yang ketersediaannya berdasarkan suka
rela karena rasa kemanusiaan. Contoh ; donor darah di PMI.
f. Keinginan dan keserakahan untuk memperoleh barang-barang yang melebihi kebutuhan yang
layak merupakan rintangan dalam perekonomian.
g. Terjadinya peperangan adalah akibat dari ketidak adilan ekonomi, penumpukan kekayaan yang
berlebihan
P
S (penawaran)
a/b
-a 0 Q
P 2 4 6 8 10
Q 14 19 24 29 30
Qs = a + bP 14 = a + 2b
19 = a + 4b
-5 = – 2b
b = 5/2
b = 2,5
Qs = a + 2b
14 = a + 2(2,5)
14 =a+5
14 –5 = a
a=9 sehingga Qs = 9 + 2,5P
Dari fungsi penawaran diatas dapat diartikan bahwa jumlah maksimal (Qmax) yang ditawarkan
adalah 9 unit pada saat harga (P) sama dengan nol, dan setiap kenaikan Rp 1 harga maka jumlah
barang yang ditawarkan oleh perusahaan naik sebesar 2,5 unit.
Keseimbangan pasar terjadi bila ada perubahan disisi permintaan atau penawaran. Jika yang
berubah adalah faktor harga, keseimbangan akan kembali ketitik awal. Tapi bila yang berubah
adalah faktor tehnologi untuk sisi penawaran atau pendapatan untuk sisi permintaan, keseimbangan
tidak kembali ketitik awal. Berikut disajikan gabungan antara permintaan dan penawaran yang
berisi tentang harga, jumlah barang yang ditawarkan, jumlah barang yang diminta, perbedaan dan
kelebihan.
Pada harga Rp 43 disebut sebagai harga market clearing atau harga equilibrium / keseimbangan.
Karena pada harga ini menyeimbangkan antara jumlah yang diminta dengan jumlah yang
ditawarkan. Pada harga ini tidak ada kemauan (kecenderungan) bagi penjual atau pembeli untuk
menambah atau mengurangi barang yang dijual atau dibeli, stuasi ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Kelebihan penawaran S
P45
P41 A B
Kelebihan permintaan D
0 20 60 80 Q
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pada harga selain Rp 43, ada kecenderungan baik bagi
penjual atau pembeli untuk mengurangi atau menambah jumlah barang yang diminta atau
ditawarkan. Misalkan pada harga Rp 41, penjual hanya mampu (hanya mau) menawarkan jumlah
barangnya sebanyak 20 unit saja, sedangkan pembeli (demand) mau meminta sebanyak 80 unit. Ini
ada kelebihan sebanyak 60 unit yang mendorong produsen untuk meningkatkan harga jualnya. Dan
sebaliknya pada harga Rp 45, jumlah yang ditawarkan 80 unit, tapi jumlah yang diminta hanya 20
unit, sehingga terjadi terdapat jumlah kelebihan yang ditawarkan sebanyak 60 unit.
Kelebihan jumlah yang ditawarkan sering disebut sebagai “surplus” yang cenderung
mendorong harga turun ke harga keseimbangan. Dan sebaliknya kekurangan jumlah yang
ditawarkan disebut sebagai “shortage” yang cenderung mendorong harga meningkat ke harga
keseimbangan. Mengapa ? hal ini disebabkan karena adanya surplus akan mendorong produsen
untuk mengurangi persediaannya dengan cara menurunkan harga dan konsumen mencoba menawar
harga untuk menambah pembeliannya. Produsen mau mengurangi persediaannya karena sudah
diatas tingkat optimal yang berarti menambah beban biaya, untuk itu perlu dikurangi dengan cara
menjual pada tingkat harga yang lebih rendah. Dan bagi pembeli, mungkin mereka mengetahui
keadaan tersebut sehingga mendorong mereka untuk menambah pembelian dengan harga yang
lebih murah. Sedangkan kalau “shortage” akan cenderung mendorong konsumen untuk menawar
harga pada tingkat yang lebih tinggi agar dapat membeli barang tersebut (saling berebut barang).
Hal ini mendorong produsen untuk meningkatkan harganya dan menambah jumlah barang yang
ditawarkan karena menjanjikan keuntungan yang lebih besar. Jika harga dibawah harga
keseimbangan terjadi kelebihan permintaan, permintaan meningkat, penawaran menjadi berkurang.
Jika harga melebihi harga keseimbangan, terjadi kelebihan penawaran jumlah penawaran
meningkat, jumlah permintaan menurun.
Hal perlu dicatat disini adalah bahwa adanya ketidak seimbangan secara otomatis akan
dikoreksi oleh kekuatan-kekuatan yang ada dan cenderung kembali pada keseimbangan harga dan
jumlah barang. Pada tingkat keseimbangan tidak akan berubah selama permintaan dan penawaran
tidak berubah. Keadaan ini sering disebut sebagai keseimbangan yang stabil (stable equilibrium).
Sedangkan kalau adanya perubahan (ketidak seimbangan) mendorong keseimbangan yang baru
jauh berada dari keseimbangan lama disebut keseimbangan yang tidak stabil (unstable equilibrium),
disisi lain perubahan teknologi yang dapat menyebabkan harga produksi menjadi lebih rendah
maka dapat menekan harga jual produksi atau harga penawaran menjadi lebih rendah, berikut kurva
yang berkaitan dengan teknologi, yaitu:
P
S0 Kurva penawaran bergeser kekanan kare
na perubahan tehnologi. Titik keseimbang
S1 an bergeser dari E0 ke E1
P0 E0
P1 E1
0 Q0 Q1 Q
D0 D1
0 Q0 Q1 Q
17. Pengaruh Faktor-Faktor Selain Harga Barang Itu Sendiri Terhadap Keadaan
Keseimbangan.
Di atas telah dijelaskan bahwa pengaruh faktor-faktor selain harga itu sendiri terhadap
permintaan dan penawaran ditunjukkan oleh pergeseran kurva permintaan dan penawaran ke kiri
atau ke kanan. Perubahan faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi keadaan keseimbangan pasar.
Terdapat empat kemungkinan pergeseran kurva permintaan dan penawaran :
a) Permintaan bertambah ( kurva permintaan bergeser ke kanan)
b) Permintaan berkurang ( kurva permintaan bergeser ke kiri)
c) Penawaran bertambah ( kurva penawaran bergeser ke kanan)
d) Penawaran berkurang ( kurva penawaran bergeser ke kiri).
Pergeseran kurva tersebut dapat terjadi secara sendiri-sendiri atau serentak pada kurva
permintaan dan penawaran.
Sebagai contoh, (1) kurva permintaan bergeser ke kanan, kurva penawaran tetap; (2) kurva
penawaran bergeser ke kanan, kurva permintaan tetap; atau (3) kurva permintaan dan kurva
penawaran secara serentak bergeser ke kanan. Secara grafis, contoh tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut (kurva.2.8 ; kurva.2.9; kurva.2.10).
Penjelasan kurva. 2.8 : Misalnya, pada suatu saat pendapatan masyarakat meningkat.
Peningkatan pendapatan masyarakat tersebut menyebabkan bertambahnya permintaan barang.
Permintaan barang yang bertambah digambarkan oleh pergeseran kurva permintaan ke kanan ,yaitu
dari DD ke D1D1. Namun, pada saat yang sama, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
penawaran tidak berubah, sehingga kurva penawaran tidak bergeser. Akibat dari pergeseran kurva
permintaan tersebut, titik keseimbangan berpindah dari titik E ke E1. Perpindahan ini
mengakibatkan kenaikan harga barang itu sendiri dari P menjadi P1 dan kenaikan jumlah barang
yang diperjualbelikan dari Q menjadi Q1.
Penjelasan kurva. 2.9: Misalnya, pada suatu saat harga input menurun sehingga biaya produksi
pada suatu perusahaan menjadi lebih rendah. Karena biaya produksi lebih rendah, maka perusahaan
bisa memproduksi barang lebih banyak, berarti penawaran barang bertambah. Penawaran barang
bertambah digambarkan oleh pergeseran kurva penawaran ke kanan, yaitu dari SS ke S1S1. Pada
saat yang sama, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan tidak berubah sehingga kurva
permintaan tidak bergeser. Pada kondisi demikian, akibat dari pergeseran kurva penawaran tersebut
menyebabkan menurunnya tingkat harga dari P ke P1 dengan disertai meningkatnya jumlah barang
yang diperjualbelikan dari Q ke Q1.
Penjelasan kurva. 2.10: Apabila terjadi perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran, maka akan terjadi pergeseran kurva permintaan dan penawaran
tersebut. Misalnya, pada suatu saat terjadi peningkatan pendapatan masyarakat dan kemajuan
teknologi produksi maka di suatu pasar akan terjadi peningkatan permintaan dan penawaran barang.
Kondisi demikian dapat digambarkan oleh pergeseran kurva permintaan dan penawaran ke kanan,
yaitu masing-masing dari DD ke D1D1 dan dari SS ke S1S1. Pergeseran kurva serentak ini
mengakibatkan kenaikan harga dari P ke P1 dan kenaikan jumlah barang yang diperjualbelikan dari
Q ke Q1.
Selanjutnya, dengan penalaran dan cara yang sama dapat dianalisis bagaimana jika terjadi
penurunan permintaan atau penurunan penawaran atau secara serentak terjadi penurunan
permintaan dan penawaran
Harga dan kuantitas untuk berbagai macam barang berubah secara siklis dalam jangka panjang.
Kalau harga meningkat atau menurun, jumlah yang diproduksi juga meningkat atau menurun dalam
gelombang yang berbeda. Penjelasan mengenai gerakan harga dan kuantitas ini dinamakan teori
laba-laba (cobweb theory). Dinamakan demikian sesuai dengan gambarnya, teori ini sudah
memasukkan unsur waktu atau sering disebut sebagai model dinamis.
Dalam hal ini waktu yang digunakan, misalnya 1 (satu) tahun dan dengan anggapan bahwa
jumlah barang yang diproduksi dalam tahun tersebut sebagai fungsi dari harga barang tahun tahun
sebelumnya atau , dimana tanda S menunjukkan penawaran dan tanda +
menunjukkan waktu.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 32
Sehingga jumlah barang yang ditawarkan pada periode waktu yang akan datang ditentukan oleh
harga tahun ini atau jumlah barang yang ditawarkan tahun ini dipengaruhi oleh harga tahun lalu,
untuk permintaan juga demikian, dimana . Dan keseimbangan harga pada setiap
tahun terjadi kalau . Sehingga untuk setiap tahun dianggap bahwa penawaran inelastis
sempurna dan sama dengan jumlah yang diproduksi. Secara grafis analisis cobweb ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
D S
P1 P1 Q2 P1
Q
P
P2 P2 Q3
0 Q3 Q2 Q1 0 Waktu
(a) (b)
Dalam kurva 2.11. Nampak bahwa pada tahun pertama dianggap harga P 1 sehingga kuantitas yang
ditawarkan pada tahun 2 adalah Q2 (gambar a). Tetapi agar dapat menjual Q2 pada tahun ke 2,
harganya harus P2. Dalam tahun ke 3, jumlah yang ditawarkan pada harga P2 dapat menjual Q3
yang seharusnya dijual pada harga P1. Hal ini akan berlanjut (gambar b) dimana harga dan jumlah
yang dijual akan ber oskilasi antara P1 dan P2 dan jumlah ber oskilasi antara Q2 dan Q3. Akan tetapi
aplikasi model cobweb ini masih meragukan, karena pelaku-pelaku ekonomi akan mempelajari
situasi tersebut dan akan berantisipasi dan berspekulasi.
Harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan di pasar ditentukan oleh permintaan dan
penawaran barang tersebut. Oleh karenanya, analisis penentuan harga dan jumlah barang yang
diperjualbelikan di suatu pasar, harus berdasarkan analisis permintaan dan penawaran barang
tersebut secara serentak. Harga pasar atau harga keseimbangan adalah tingkat harga di mana jumlah
barang yang ditawarkan oleh para penjual sama dengan jumlah barang yang diminta oleh para
pembeli. Pada kondisi demikian dikatakan bahwa pasar dalam keadaan keseimbangan atau
ekuilibrium. Penentuan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan dalam keadaan
keseimbangan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan menggunakan tabel (angka) atau
dengan menggunakan grafik (kurva) atau dengan matematik. Harga keseimbangan adalah harga
dimana baik konsumen maupun produsen sama-sama tidak ingin menambah atau mengurangi
jumlah yang dikonsumsi atau yang dijual atau penawaran sama dengan permintaan.
Fungsi adalah hubungan antara dua variabel atau lebih dan ada yang saling mempengaruhi, dan
bentuk fungsi dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu;
a. Fungsi eksplisit, adalah fungsi yang variabel bebas dan variabel terikat terletak diruas yang
berbeda.
b. Fungsi implisit, adalah fungsi variabel bebas dan variabel terikat terletak pada ruas yang sama.
Penjelasan :
Keterangan Fungsi Bentuk Eksplisit Bentuk Implisit
Umum Y=f(X) f ( X,Y) = 0
Linear Y = a + bX a + bX – Y = 0
2
Kuadrat Y = a + bX + cX a + bX + cX2 – Y = 0
Kubik Y = a + bX + cX2 + dX3 a + bX + cX2 + dX3 = 0
Maka dapat dilihat bahwa permintaan dan penawaran termasuk dalam fungsi yang bersifat
linear (searah) karena berkaitan hukum permintaan dan hukum penawaran. Diketahui bahwa
karakteristik dari fungsi linear adalah; a) fungsi linear adalah sebuah fungsi yang mempunyai
variabel bebas paling tinggi berpangkat satu, b) persamaan garis lurus untuk menggambarkan
perubahan-perubahan yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu, c) adanya asumsi nilai tetap
(konstanta,intercept) dan nilai proporsional yang positif.
Y Y
b = dy/dx
dy
dx
a dy
b = dy/dx
dx
0 X 0 X
-a
Y Y
dy
dx X
0 X -a
Q=X 0 1 2 3 4 5
P=Y 14 11 8 5 2 -1
Misalkan diambil dua titik dari tabel diatas;
Titik A yaitu X1 = 4 titik B yaitu X2 = 3
Y1 = 2 Y2 = 5
Dari dua titik ini dapat ditentukan persamaan fungsi linearnya, yaitu;
14
Y = 14 -3X
0 3 X
Model lain;
3Q = P + 14 atau P = 14 – 3 Q atau Q = 14 – 3P
Menentukan garis fungsi linear dengan pendekatan titik koefisien yaitu menggunakan satu titik dan
koefisien garis yang diberi symbol b.
Jawab; Y
P = (6,4) dan b = 2
0 2 X
Y = 2X - 8
Y – 4 = 2X -12
Y = 2X - 12 + 4 -8
Y = 2X – 8
Metode ini menggunakan dua titik konstanta melalui garis linear yang telah digambar dalam grafik,
sehingga dapat titik perpotongan garis yaitu sumbu X dan sumbu Y, dengan rumus; ,
dimana “a” adalah konstanta vertikal dan “c” adalah konstanta horizontal. Berikut diketahui
beberapa garis dalam sebuah garis dan tentukan persamaan fungsi linear dari masing-masing fungsi
tersebut.
Persamaan fungsi garis I; a=5 dan c=4 Persamaan fungsi garis II; a=10 dan c= -2
Persamaan fungsi garis III; a= -5 dan c= -1 Persamaan fungsi garis IV; a= -10 dan c= -4
10 Y=5-1,25X
9
8
7
6
5 Y=10+5X
4
Y=-10-2,5X 3
2
1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 X/c
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8 Y= -5-5X
-9
-10
Soal 1.
Bila diketahui fungsi permintaan Qd = 25 – 2P dan fungsi penawaran adalah Qs = P – 2, maka
tentukanlah :
a. Harga dan kuantitas keseimbangan
b. Bila terhadap penawaran dikenakan pajak ( t = 0,5 ) perunit, tentukan harga dan kuantitas
keseimbangan setelah pajak dan total pajak yang diterima oleh pemerintah.
c. Gambarkan grafiknya
Jawab;
a. Keseimbangan terjadi pada D = S
Qd = Qs Qs = P - 2
25 – 2P = P – 2 =9-2
25 + 2 = P + 2 P Q =7
27 = 3P
P = 27/3
P = 9
P=3 Qd = 25 – 2P Qs = P – 2
= 25 – 2(3) = (3) - 2
= 25 – 6 =3–2
= 19 =1
P=4 Qd = 25 – 2P Qs = P – 2
= 25 – 2(4) = (4) - 2
= 25 – 8 =4–2
= 17 =2
P=5 Qd = 25 – 2P Qs = P – 2
= 25 – 2(5) = (5) - 2
= 25 – 10 =5–2
= 15 =3
P Qd Qs
0 25 -2
1 24 -1
2 21 0
3 19 1
4 17 2
5 15 3
12,5
Q = P – 2,5
Q = P -2
9,17 E2
9 E1
-2 -1 0 1 2 3 6,7 7 15 25 Q
Diketahui fungsi permintaan yaitu P = 30 – 4Q dan fungsi penawaran yaitu P = 6 + 3/2 Q dan pajak
penjualan yang dibebankan pada tingkat harga sebesar 15 %. Dari data tersebut diminta :
a. Tentukan Pe dan Qe sebelum pajak
b. Tentukan Pe dan Qe sesudah pajak
c. Penerimaan pemerintah dari pajak
d. Gambarkan grafiknya
Jawab;
a. Sebelum pajak b. Sesudah pajak
30 – 4Q = 6 + Q Qs setelah pajak
Masing-masing dikalikan dengan 2 P = ( 1- t ) . f ( Q )
2x30 – 2x4Q = 2x6 +2 x Q, maka; = ( 1 + 0,15 ) (6 + Q )
60 – 8Q = 12 + 3Q = ( 1,15 ) (6 + Q )
-8Q - 3Q = 12 – 60 P = 6,9 + 1,725 Q
-11Q = -48
Q = 48/11 30 – 4Q = 6,9 + 1,725 Q
Q = 4,36 atau 4 30 – 6,9 = 1,725 Q + 4Q
P = 30 – 4 Q 23,1 = 5,725Q
= 30 – 4( 4 )
= 30 - 4 [ ] 4,03 = Q
= 30 - 4 [ ] Q = 4,03
= 30 - [ ]
= 30 - [ ]=[ ] P = 30 – 4Q
P = = 30 – 4 (4,03)
= 30 – 16,12
Cara lain; = 13,88
P = 30 – 4Q
= 30 – 4 (4,36) Maka : Q = 4,03
= 30 – 17,44 P = 13,88
= 12,56 atau sama 12
Qs (setelah pajak)
1,81 x 4,03
C
12,045 E D
0 4,03 Q
Besar pajak yang diterima pemerintah dalam grafik dapat dilihat dari A,B,D,E yaitu;
= Qe x tingkat pajak
= 4,03 x 1,81
= 7,2943
Soal 3.
Kurva permintaan barang dapat digambarkan dengan mencari titik potong fungsi antara Q dengan P
sebagai berikut;
Fungsi permintaan Dx = -2P + 12
Sx = 2P - 3
Jawab :
-2P + 12 = 2P – 3 Dx = -2P + 12
12 + 3 = 2P + 2P = -2 (3,75) + 12
15 = 4P = -7,5 + 12
P = 15/4 = 4,5
P = 3, 75
Sx = 2P -3 atau S = -3 + 2P
E
3,75
Dx = -2P + 12 atau D = 12 – 2P
-3 -2 -1 0 4,5 Q
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 42
Soal 4.
Diketahui fungsi permintaan suatu barang adalah P = 10 – ½ X dan fungsi penawaran adalah P = 4
+ 2X, dan terhadap penawaran diberikan subsidi sebesar Rp 2, maka :
a. Tentukan titik keseimbangan pasar sebelum subsidi
b. Tentukan titik keseimbangan pasar setelah subsidi
c. Gambarkan kurva Qd dan Qs sebelum dan sesudah subsidi
Jawab;
Keseimbangan terjadi saat Qd = Qs, maka :
10 – ½ X = 4 + 2 X
10 – 4 = 2 X + ½ X
6 = 2½ X ( )
X= ⁄
Setelah subsidi; DP = 10 – ½ X SP = 4 + 2X –S
= 4 + 2X – 2
= 2 + 2X
Maka; 10 – ½ X = 2 + 2X P = 10 – ½ X
10 – 2 = 2X + ½ X = 10 – ½ (3,2)
8 = 2½ X = 10 – 1,6
X = 8/2½ P = 8,4
X = 3,2
P
Sebelum Subsidi
S
Setelah subsidi
8,8 S1
8,4
1) Teori permintaan
Dengan teori utility, dan indifferen, dengan kemampuan daya beli dan budget, konsumen
sebagai pihak yang hendak membeli output, mencerminkan prilaku beli atau permintaan secara
empiris, dengan faktor yang mempengaruhinya:
Dimana :
Qdx = permintaan terhadap barang X
-bP = faktor harga merespon negative terhadap volume permintaan
+bPo = faktor harga barang lain merespon positif untuk barang substitusi
-bPo = faktor harga barang lain merespon negatif untuk barang komple
menter
+bI = faktor pendapatan (income) merespon positif terhadap volume
Permintaan
+bA = faktor advertensi merespon positif terhadap volume permintaan.
Konsep dasar dari fungsi permintaan untuk suatu produkdapat dinyatakan dalam bentuk
hubungan antara kuantitas yang diminta dan sekumpulan variabel spesifik yang mempengaruhi
permintaan itu. Dalam bentuk model matematik konsep permintaan dan penawaran untuk suatu
produk yang dinotasikan sebagai berikut :
Permintaan
Qdx = f { Px, I, Pt, Pe, Ie, PAe, T, N, A, F, O}
Dimana :
Qdx = jumlah/kuantitas permintaa produk X
f = notasi fungsi yang berarti “fungsi dari / tergantung pada”
Px = harga dari produk X
I = pendapatan (income) konsumen)
Py = harga dari produk lain yang berkaitan
Pe = ekspektasi konsumen terhadap harga produk X dimasa datang
Ie = ekspektasi konsumen terhadap tingkat income dimasa datang
PAe = ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan produk X dimasa datang
T = selera konsumen
A = pengeluaran iklan
F = features atau atribut dari produk
O = faktor lain yang berkaitan dengan permintaan terhadap produk X
Penawaran
Qsx = f { Px, Pi, Pt, T, Pe, Nf, O}
Dimana :
Qsx = kuantitas penawaran produk X
f = notasi fungsi yang berarti berarti : fungsi dari / tergantung pada”
Px = harga dari produk X
Pi = harga dari input lain yang berkaitan dalam produksi
T = tehnologi yang tersedia
Pe = ekspektasi produsen akan harga produk X dimasa datang
Nf = banyaknya perusahaan yang memproduksi produk sejenis
O = faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan penawaran produk X
Jawab :
3) Diketahui PT. Mikro dan PT. Soff merupakan produsen computer yang berkompetisi dalam
harga produk, sehingga tak ada perusahaan yang mampu menetapkan harga berdasarkan
keinginannya. Hubungan antara marginal cost (MC) dan output dari kedua perusahaan tersebut
adalah :
PT. Mikro dengan MC = 10 + 0,0004 Q
PT. Soff dengan MC = 2,50 + 0,0001 Q
Dimana : MC adalah biaya marginal, Q adalah jumlah produksi
Diminta :
a. Tentukan fungsi penawaran Q = f (P) dan fungsi penawaran invers P = untuk
masing-masing perusahaan.
b. Hitung jumlah penawaran dari masing-masing perusahaan pada tingkat harga Rp 5, Rp 10,
Rp 15. Berapa harga minimum bagi setiap perusahaan agar mampu menawarkan
produknya dipasar.
c. Diasumsikan perusahaan computer hanya dua diatas, tentukan fungsi penawaran industry
pada tingkat harga dibawah Rp 10 perunit, diatas harga Rp 10 perunit.
Jawab :
a. Setiap perusahaan akan menawarkan produk pada titik dimana penerimaan marginal sama
dengan biaya marginal ( MR = MC). Karena perusahaan beroperasi dalam pasar yang
berkompetisi dalam harga, berarti P = MR, sehingga fungsi penawaran Q = f (P) dan fungsi
penwaran invers P = masing-masing perusahaan adalah :
PT. Mikro dengan MR = MC, karena P = MR, maka P = MC
Sehingga fungsi permintaan invers dari PT. mikro adalah sebagai berikut : P = 10 +
0,0004 Q.
Fungsi penawaran PT. Mikro dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan fungsi
penawaran invers ;
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 47
P = 10 + 0,0004Q,
jika P = 10 + 0,0004 Q
maka : 0,0004 Q = -10 + P atau
Q = (-10/0,0004) + (1/0,0004)P
Q = -25000 + 2500P
Q = - 25000 + 2500 P adalah fungsi penawaran PT. Mikro dan
P = 10 + 0,0004Q fungsi penawaran invers PT. Mikro
PT. Soff dengan MR = MC, karena P = MR, maka P = MC, sehingga fungsi permintaan
invers P = 2,5 + 0,0001Q, sehingga fungsi penawaran PT. soff adalah :
P = 2,5 + 0,0001 Q
Jika P = 2,50 + 0,0001 Q
Maka 0,0001 Q = -2,5 + P atau
Q = (-2,5/0,0001) + (1/0,0001)P
Q = -25000 + 10000P adalah fungsi penawaran PT. soff dan
P = 2,50 + 0,0001 Q-1 fungsi penawarn invers PT. Soff
Jawab :
a. Bila MR = MC , P = MR dan P = MC
Dalam kondisi pasar persaingan sempurna
= 1 + 0,00016 Q
P = 1 + 0,00016Q adalah fungsi penawaran invers PT. Mikroba
b. Bila terdapat 500 perusahaan yang identik dipasar, maka fungsi penawaran pasar adalah :
Q industry = 500 Q = 500 (-6250 + 6250P
= -3125000 + 3125000P
Maka Q industry ; Q = -3125000 + 3125000P
c. Jika harga (P) adalah Rp 2, maka penawaran pada tingkat harga pasar adalah :
QInd = -3125000 + 3125000P
= -3125000 + 3125000(2)
= -3125000 + 6.250.000P
= 3125000
5) Sebagai manajer anda harus menetapkan harga untuk sewa peralatan, asumsikan biaya
marginal dari sewa peralatan adalah nol. Permintaan bulanan untu sewa peralatan diduga
sebagai berikut ;
P Qs Qd + exces supply
- Exces demand
Rp2 ………………. ………………….. ………………….
1,75 ………………. ………………….. ………………….
1,50 ………………. ………………….. ………………….
1,25 ………………. ………………….. ………………….
1 ………………. ………………….. ………………….
Jawab :
P Qs Qd + exces supply
- Exces demand
Rp2 -5.000 + 30.000(2) 100.000 – 40.000(2) +35000
1,75 -5.000 + 30.000(1,75) 100.000 – 40.000(1,75) +17500
1,50 -5.000 + 30.000(1,50) 100.000 – 40.000(1,50) 0
1,25 -5.000 + 30.000(1,25) 100.000 – 40.000(1.25) -17500
1 -5.000 + 30.000(1) 100.000 – 40.000(1) -35000
7. Terdapat 10.000 individu yang identic dalam komoditi X, masing-masing dengan fungsi
permintaan Qd = 12 – 2 P dan terdapat juga 1.000 produsen komoditi X yang identik, masing-
masing dengan fungsi penawaran Qs = 20 P.
Diminta;
a) Carilah fungsi permintaan pasar dan fungsi penawaran pada komoditi X
b) Buatlah skedul permintaan pasar serta skedul penawaran pasar untuk komoditi X dan
tentukan juga P dan Q ekuilibriumnya
c) Gambarkanlah kurva permintaan dan penawaran pasar untuk komoditi X dan tunjukanlah
titik ekuilibriumya.
d) Secara matematis carilah P dan Q ekuilibriumnya.
Qs = 1.000 (20P)
= 20.000P
b) Skedul permintaan pasar serta skedul penawaran pasar untuk komoditi X dan tentukan juga P
dan Q ekuilibriumnya
P Qd Qs
6 0 120.000
5 20.000 100.000
4 40.000 80.000
3 60.000 60.000 Ekuilibrium
2 80.000 40.000
1 100.000 20.000
0 120.000 0
P
6
5 Qs = Surplus Qs= surplus/exces supply
4
3 Ekuilibrium
2
1 Qd = Surplus Qd=surplus/exces demand
0 20 40 60 80 100 120 Q
Keterangan;
1) Saat P = 6 produsen ingin tawarkan komoditi 120.000 unit tapi konsumen tak mampu
membeli sehingga Qd = 0
2) Saat P = 0 konsumen meminta komodiri 120.000 unit tapi produsen tak mampu melakukan
supply sehingga Qs = 0
3) Saat P = 5 produsen ingin tawarkan komoditi 100.000 unit tapi konsumen hanya mau
membeli sebanyak 20.000 unit, maka produsen kelebihan supply sebanyak 80.000 unit
Qdx = Qsx
120.000 + 20.000 P = 20.000 P
120.000 = 20.000 P + 20.000 P
120.000 = 40.000 P
P =3
Soal;
1. Berkaitan dengan permintaan terdapat kecenderungan bila harga, P= Rp 6 maka jumlah barang
yang diminta, Q=18 unit. Dan bila harga turun, P= Rp 5 maka jumlah barang yang diminta, Q=
20 unit. Sedangkan disisi lain penawaran mempunyai kecenderungan dimana pada saat harga,
P = Rp 5, barang yang ditawarkan, Q= 10 unit, dan sebaliknya bila harga, P = Rp 6, barang
yang ditawarkan, Q= 15 unit. Dari persoalan ini diminta:
a. Tentukan fungsi permintaan barang tersebut
b. Tentukan fungsi penawaran barang tersebut
c. Tentukan keseimbangan pasar
d. Tunjukan keseimbangan tersebut dalam grafik
2. Carilah harga dan jumlah keseimbangan pasar dari dua macam barang, bila diketahui fungsi
permintaan dan penawaran sebagai berikut;
Qdx = 10 -5Px + Py dan Qdy = 12 + Px – Py
Qsx = -10 + 8Px – Py dan Qsy = -8 – Px + 6Py
3. Fungsi permintaan dan fungsi penawaran akan suatu jenis barang ditunjukkan oleh persamaan
berikut: Qd = 2000 – 10P dan Qs = 40P – 10000. Setiap barang yang terjual dikenakan pajak
sebesar Rp 15 perunit, maka tentukan;
a. Harga dan jumlah keseimbangan sebelum pajak
b. Harga dan jumlah keseimbangan sesudah pajak
4. Diketahui fungsi permintaan terhadap suatu barang yaitu; Qd = -10P + 14, sedangkan fungsi
penawarannya adalah Qs = P – 4. Pemerintah mengenakan tarif pajak terhadap barang yang
ditawarkan produsen sebesar 15 %. Agar pemerintah memperoleh penerimaan maksimum dari
pajak, maka tentukan;
a. Harga dan jumlah keseimbangan sebelum pajak
b. Harga dan jumlah keseimbangan sesudah pajak
c. Berapa besarnya tingkat pajak tersebut.
d. Berapa besarnya pajak maksimal yang diterima oleh pemerintah
Dalam analisis ekonomi mikro, perihal perilaku individu selalu dimulai dengan pertanyaan
seberapa besar kepuasan konsumen atas konsumsi barang dan jasa. Apa yang dimaksud dengan
“seberapa besar kepuasan konsumen” adalah utility. Kata “utility” sama dengan kekuatan untuk
mencapai kepuasan dan keperluan.
Utility adalah sesuatu “property” yang umum untuk komoditi yang diinginkan, meskipun
demikian perlu dicatat bahwa utility adalah konsep yang subjektif dalam artian bahwa tidak ada
ekonomi manapun yang mampu mengukur jumlah utility (berapa besar utility seseorang atas
konsumsi suatu barang dan produk, karena utility bukan berarti sangat berguna atau utilitarian atau
praktis. Dalam kaitan ini menjelaskan utility yang diterima oleh seseorang dengan mengkonsumsi
suatu barang tertentu. Sehingga dalam analisis ini aktivitas illegal yang mungkin dianggap salah
oleh masyarakat dapat dianalisis dalam bentuk utility yang didapat oleh konsumen.
Tujuan yang ingin dicapai oleh seorang konsumen adalah kepuasan maksimum dari setiap
barang dan jasa yang dikonsumsi atau yang digunakannya. Selanjutnya perilaku konsumen dalam
mengkonsumsi barang dan jasa sebagai kegiatan konsumsinya, didasarkan pada beberapa asumsi,
yaitu:
1) Ada commodities yaitu barang dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat,
2) Ada manfaat yang diperoleh karena mengkonsumsi barang. Utilitas merupakan ukuran manfaat
suatu barang/jasa dibanding alternatif penggunaannya, utilitas dapat dibedakan menjadi dua
yaitu ; a) utilitas total (total utility), adalah manfaat total yang diperoleh dari seluruh barang
yang dikonsumsi, b) utilitas marginal (marginal utility), adalah tambahan manfaat yang
diperoleh karena menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.
3) Adanya the law of diminishing marginal utility. Hukum pertambahan manfaat yang semakin
menurun “the law of diminishing marginal utility” (LDMU). Pada awalnya penambahan
konsumsi suatu barang akan member tambahan utilitas yang besar, tetapi makin lama
pertambahan itu bukan saja makin menurun juga mencapai negatif (good sudah berubah
menjadi bad). Dalam analisis perilaku konsumen LDMU dikenal dengan marginal analisis.
Mengapa berlian lebih dikenal dari pada air ? dijawab oleh Gossen, pertambahan manfaat dari
air cepat sekali menurun, karena saat seseorang haus, segelas pertama air akan memberikan
manfaat yang sangat besar, tapi tidak untuk gelas kedua, gelas ketiga, gelas keempat, gelas
kelima dan gelas keenam, manfaat sudah menurun.Tidak demikian halnya dengan berlian, itu
sebabnya harga air lebih murah dari harga berlian. Untuk menghormati Gossen, maka hukum
pertambahan manfaat yang semakin menurun disebut juga dengan “Hukum Goseen” atau
Gossen Law
4) Adanya konsistensi preferensi atau transitivity yaitu kondisi lebih suka (prefer) dan sama-sama
suka (indifference), Adalah kemampuan konsumen menyusun prioritas pilihan agar dapat
mengambil keputusan. Ada dua sikap yang berkaitan dengan preferensi konsumen yaitu : Lebih
suka (prefer) seperti ; Y ( X > Y). Sama-sama disukai (indifference) seperti ; Y (X = Y). Syarat
lain agar prilaku konsumen dapat dianalisis, konsumen harus memilih konsistensi preferensi.
Bila barang X lebih disukai dari barang Y (X > Y), dan barang Y lebih disukai dari barang Z (Y
> Z), maka barang X lebih disukai dari barang Z (X > Z), konsep ini disebut transitivitas
(transitivity).
Teori utility pada awalnya dikembangkan berdasarkan suatu ukuran tertentu yang pada awalnya
satuannya adalah “util” untuk mengukur besarnya kepuasan atau utility. Sehingga dimungkinkan
bahwa gembus pertama menghasilkan kepuasan 4 util dan tempe pertama menghasilkan kepuasan 6
util. ukuran seperti ini dikenal dengan nama Kardinal, karena angka 1, 2, 3 dan seterusnya adalah
Kardinal. Sebagaimana diketahui bahwa 2 adalah dua kali satu; 3 adalah tiga kali 1. Ini berarti
bahwa ukuran kardinal pada utility menunjukkan pada suatu angka pasti yang dipakai dalam
mengukur utility.
Akan tetapi para ekonom merasakan bahwa tidak mungkin dalam analisisnya membuat suatu
anggapan yang pasti tentang tolok ukur utility, menurut mereka, sudah cukup memadai membuat
rangking (urutan = order) tanpa menyebut suatu angka pasti. Sehingga analisis kepuasannya
dinamakan analisis Ordinal karena tanpa membuat ukuran pasti (kadinal) tetapi hanya membuat
urutan (order) sebagaimana kesatu, kedua, ketiga dan seterusnya. Dalam hal ini tidak perlu diukur
berapa besar kepuasan tetapi seberapa penting (berarti) antara urut-urutan yang ada.
Pada suatu tingkat konsumsi tertentu total utility yang diperoleh dari mengkonsumsi barang
tersebut akan mencapai titik maksimum dan marginal utility akan menjadi nol, pada saat ini
tambahan jumlah barang yang dikonsumsi akan mengakibatkan total utility turun dan marginal
utility menjadi negatif. Marginal utility diartikan sebagai perbedaan positif atau negatif didalam
Contoh 1:
Konsumsi terhadap sejumlah barang X ( Qx) dengan utility total dan utility marginal.
Qx : 0 1 2 3 4 5 6 7 8
TUx : 0 10 18 24 28 30 30 28 20
MUx : 10 8 6 4 2 0 -2 -8
TU
30
25
20
TU
15
10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 Qx
Total utility terhadap barang X terjadi pada konsumsi angka 30, dimana pada level ini tingkat
marginal utilitinya sudah menjadi nol, artinya konsumsi barang X < 30 maka marginal utility
positif, tapi konsumsi barang X > 30 marginal utility sudah menjadi negatif, lihat kurva dibawah
ini;
MU
10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 Qx
-2
Keterangan
Dari kurva marginal utility (MU) pada gambar 3.1b dapat diketahui bahwa setiap pertambahan
unit komoditi atau barang X yang dikonsumsi mengakibatkan penurunan dari pertambahan total
utility (TU) dengan perkataan lain dari setiap pertambahan unit barang X yang dikonsumsikan
maka pertambahan TU yang diperoleh konsumen semakin kecil atau menurun, prinsip ini dikenal
“principle of diminishing marginal utility” yang maksudnya semakin banyak dikonsumsi tambahan
kegunaan suatu barang semakin kecil kepuasannya.
Keseimbangan konsumsi yang merupakan tujuan dari konsumen yang rasional adalah
memaksimumkan kepuasan TU dari uang yang dibelanjakannya, konsumen akan mencapai tujuan
ini atau terjadi keseimbangan (optimum of the consumen) bila ia membelanjakan uangnya
sedemikian rupa sehingga utility dari uang yang terakhir dibelanjakan kepada berbagai barang
adalah sama, secara matematis dapat dibuat :
Contoh 2:
Total Utility dan Marginal Utility dari Konsumsi Buah Mangga
Qx 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TUx 0 30 50 65 75 83 87 89 90 89 85 75
Mux 0 30 20 15 10 8 4 2 1 -1 -4 -10
TU
100
90
80
70
TU
60
50
40
30
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Qx
MU
40
30
20
15
10
8
4
3
2
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Qx
-1
-5
-10
Untuk kasus konsumsi satu jenis barang, tidak sukar untuk menentukan pada tingkat konsumsi
berapa utiliti maksimum akan dicapai, yaitu pada waktu total utiliti mencapai maksimum. Dalam
kasus seperti pada Kurva 4.1, utility maksimum dicapai pada waktu mengkonsumsi mangga ke-8.
Jika tabel atau kurva total utiliti diatas dirumuskan dalam bentuk matematis, maka dapat ditulis : U
= f(qx), dimana U = total utiliti yang diukur dengan unit uang dan qx = jumlah barang X yang
dibeli. Sehingga jika konsumen membeli qx maka pengeluarannya adalah Pxqx. Dengan demikian
konsumen akan berusaha memaksimumkan perbedaan antara utiliti dan pengeluarannya ( U-Pxqx).
Syarat keharusan untuk memaksimumkan utiliti adalah derivatif parsial dari fungsi utility terhadap
q sama dengan nol. Jadi :
Ini berarti bahwa jika MUX > PX maka seseorang dapat meningkatkan utilitinya dengan
mengkonsumsi barang X yang lebih banyak. Sebaliknya jika MUX < PX maka untuk meningkatkan
utilitinya dia harus mengurangi konsumsi barang X tersebut. Perhatikan bahwa karena MUx = Px,
maka kurve Marginal Utiliti tidak lain adalah kurve permintaan konsumen, yang menunjukkan
tingkat pembelian barang pada berbagai tingkat harga. Untuk kasus konsumsi beberapa jenis
barang, dimana harga masing-masing barang tersebut berbeda, maka untuk memperoleh utiliti
maksimum diperlukan syarat :
Persamaan ini juga disebut sebagai syarat keseimbangan/ekuilibrium konsumen. Syarat ini bisa
dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (penghasilan atau “budget”) yang
cukup untuk dibelanjakan setiap barang sampai marginal utiliti setiap barang sama dengan harga
masing-masing barang.
Qx 0 1 2 3 4 5 6 7
TUx 0 10 16 19 20 20 18 15
Mux 0 10 6 3 1 0 -2 -3
20
18
16
14 TU
12
10
8
6
4
2
0 1 2 3 4 5 6 Qx
MU
10
8
6
4
3
2
1
0 1 2 3 4 5 6 7 Qx
-1
-2
-3
Misalkan; barang X dan barang Y adalah dua jenis barang yang tersedia, harga barang tersebut
adalah barang X Rp 2, barang Y Rp 1. Pendapatan si A sehari ( anggaran yang tersedia) sebesar Rp
12. Dengan bantuan skedul MU barang X dan MU barang Y dari si A. Carilah kombinasi dari
jumlah barang X dan barang Y yang dapat dibeli si A agar tercapai kepuasan maksimum.
Skedul
Barang X (Qx) 1 2 3 4 5 6 7 8
Marginal utility (MUx) 16 14 12 10 8 6 4 2
Marginal utility (MUy) 11 10 9 8 7 6 5 4
Jawaban:
Alternatif barang yang dibeli
Rp 2 I X 1 16
21
Y 2 11+10=21 Y 2
Rp 2 II X 1 16
17
Y 2 9+8=17 Y 2
Rp 2 III X 1 16 X 1
16
Y 2 7+6=13
Rp 2 IV X 1 14 X 1
14
Y 2 13
Rp 2 V X 1 12
13
Y 2 13 Y 2
Rp 2 VI X 1 12 X 1
12
Y 2 5+4=9
Misalkan; barang A dan barang B adalah dua jenis barang yang tersedia. Harga barang A Rp 1500
dan harga barang B Rp 500. Pendapatan Tuan Budi adalah Rp 9000 perhari (anggaran yang
tersedia). Carilah kombinasi dari jumlah barang A dan barang B yang dapat dibeli Tuan Budi agar
terpenuhi kepuasan maksimum dengan bantuan skedul berikut :
Skedul
Barang X (Qx) 1 2 3 4 5 6 7 8
Marginal utility (MUA) 16 14 12 10 8 6 4 2
Marginal utility (MUB) 11 10 9 8 7 6 5 4
Jawaban:
Alternatif barang yang dibeli
Rp 1500 A 1 16
30
I B 3 11+10+9=30 B 3
Rp 1500 A 1 16
21
II B 3 8+7+6=21 B 3
Rp 1500 A 1 16 A 1
16
III B 3 5+4=9
Rp 1500 A 1 14 A 1
14
IV B 3 9
Rp 1500 A 1 12 A 1
12
V B 3 9
Rp 1500 A 1 10 A 1
10
VI B 3 9
Keterangan
- Pada harga barang Rp 1500, barang B diperoleh 3 unit dengan MU = 30, bila dibelikan pada
barang A hanya diperoleh 1 unit.
- Dengan MU sebanyak 30 (11+10+9) dari kedua hal tersebut maka yang dipilih adalah barang
B karena MU nya lebih besar dari MU barang A.
- Barang yang dibeli 6 unit barang B dan 4 unit barang A.
Qdx 1 2 3 4 5 6 7 8
MUX 16 14 12 10 8 6 4 2
MUY 15 13 11 9 7 5 3 1
MUZ 16 13 10 7 4 1 0 0
Diminta :
Hitung dan carilah kombinasi barang X,Y,Z yang dapat dibeli oleh Tuan Budi, agar tercapai
kepuasan maksimum dengan anggaran yang dimilikinya.
Teori ini menyatakan bahwa tidak perlu secara absolut mengetahui besarnya daya guna dari
suatu barang bagi seseorang, dimana seseorang atau konsumen dengan mengetahui bahwa
konsumen tersebut adalah seseorang yang mampu membuat order, urutan-urutan, rangking,
kombinasi dari barang yang akan dikonsumsikan berdasarkan daya guna yang diterima. Teori
ordinal ini dilihat dari pendekatan kurva indiferensi (indifference kurve).
Menurut teori ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung hanya dapat dibandingkan, sebagaimana
kita membandingkan kecantikan, kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan pendapat ini teori
ordinal menggunakan kurva indiferensi. Indifference kurva adalah kurva yang menunjukkan
berbagai kombinasi konsumsi dan macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama
bagi seorang konsumen. Bisa juga diartikan suatu kurva yang menunjukan kombinasi yang
berlainan antara dua barang tapi memberikan kepuasan yang sama. Dan sekumpulan kurva
indiferensi yang disebut peta indiferensi atau indifference map, dihadapi oleh seorang konsumen.
Untuk memahami secara mudah dapat ditunjukkan dengan tabel berikut dimana dianggap bahwa
dengan konsumsi dua barang X dan barang Y, akan menghasilkan suatu tingkat kepuasan yang
sama. Hal yang perlu dicatat adalah bahwa dalam mengkonsumsi kedua barang tersebut ada
substitusi antar keduanya. Ini berarti kalau mau menambah barang X harus mengurangi barang Y
dan sebaliknya, berikut tabelnya;
Kombinasi konsumsi barang X dan barang Y yang ditunjukkan oleh tabel diatas adalah mengikuti
asumsi yaitu “more is prefer to less”, karena berdasarkan pada asumsi more is prefer to less, maka
kurva yang akan dibuat mengarah negatif (dari kiri atas kekanan bawah) yang berarti bahwa untuk
mendapatkan suatu barang lebih banyak harus mengurangi jumlah barang yang lain, jika konsumen
ingin mempertahankan tingkat kepuasan yang sama (a constant level of satisfaction), berikut kurva
dari kombinasi konsumsi terhadap barang X dan barang Y, yaitu;
Qy
6 A
5 B
4 C
3 D
2 E
1 F
IC
0 1 2 3 4 5 6 Qx
Apakah ada kemungkinan bahwa kurva indifference yang berarah positif, seperti pada kurva
berikut ini ?
QY
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0 QX
1 2 3 4 5 6 7 8
Kurva ini menunjukkan bahwa konsumen mau menerima barang X lebih sedikit dengan barang
Y yang lebih sedikit juga. Akan tetapi tidak ada seorang konsumenpun yang mau berhenti
berkonsumsi pada tingkat kepuasan yang lebih rendah. Ini berarti bahwa kurva indifference yang
positif sangat tidak mungkin terjadi, selama menggunakan tiga asumsi yang telah dijelaskan diatas,
dan asumsi terselubung yang lain adalah bahwa jumlah kurva indifference tidak terbatas.
Setiap konsumen mempunyai kumpulan kurva indifference (set of preferences) yang berbeda
dengan yang lainnya. Misal ada 2 konsumen yang mempunyai kurva indifference yang berbeda
sebagai berikut:
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 64
Kurva 8. Indifference Curve
Barang Y Barang Y
Barang X Barang X
(a) (b)
Gambar a menunjukkan konsumen yang normal dalam artian tidak menyukai sesuatu barang, misal
barang X atau barang Y secara berlebihan, artinya mau mengorbankan barang X untuk
mendapatkan barang Y dalam jumlah yang wajar. Tidak seperti pada gambar b dimana nampaknya
konsumen tersebut menyukai barang Y berlebihan.
a) Berarah garis negatif atau menurun dari kiri atas kekanan bawah (down ward sloping), yang
menunjukkan bahwa kedua barang (barang X dan barang Y) mempunyai sifat saling mengganti
(substitusi) artinya kalau barang X ditambah maka barang Y harus dikurangi untuk
mempertahankan tingkat kepuasan yang sama, dan sebaliknya kalau barang Y ditambah maka
agar konsumen tetap merasa tingkat kepuasan tetap maka barang X perlu dikurangi. Semakin
jauh kurva indiferen dari titik origin, semakin tinggi tingkat kepuasannya. Asumsi ini penting
agar konsumen dapat membandingkan pilihannya terpenuhi, dan kumpulan kurva indiferen
atau seperangkat indifference curve dengan ketinggian berlainan disebut indifference map
(peta indifferen). Hanya mengatakan bahwa makin kekanan atas tingkat kepuasan makin
tinggi, tapi tidak mengatakan berapa kali lipat, lihat gambar berikut :
Rp 5.000
1
IC2
IC1 Rp 1.000
0 5 10
Akan tetapi kalau antara kedua barang tersebut tidak mempunyai substitusi sama sekali atau
komplementer sempurna, maka kurva indifferen menjadi siku-siku, misalnya untuk sepatu kiri
dan sepatu kanan. Ini berarti bahwa konsumen dapat merasa puas kalau menggunakan
sepasang sepatu (sepatu kiri satu buah dan sepatu kanan satu buah). Ada kombinasi tetap yang
dapat menghasilkan tingkat kepuasan yang sama andaikata sepatu kiri ditambah sedangkan
sepatu kanan tidak akan merubah tingkat kepuasannya.
Sepatu kiri
IC2
IC1
Sepatu kanan
b) Indifference curve; cembung ketitik origin (convex to origin). Bahwa setiap penambahan
barang X (X) harus dikorbankan sejumlah barang Y (Y) dimana setiap penambahan barang
X memerlukan pengorbanan barang Y yang semakin kecil jumlahnya atau Y/X semakin
menurun. Arah garis (slope) kurva preferensi, Y/X pada setiap titik menunjukan jumlah
barang Y yang harus dikorbankan untuk mendapatkan barang X yang lain. Arah garis negatif
dari suatu kurva indifference dikenal dengan nama “marginal rate of substitution, MRS” atau
MRSxy = Y/X. Asumsi menggambarkan adanya kelangkaan, bila suatu barang makin langka
harga makin mahal. Hal ini dijelaskan dalam konsep marginal rate of substitution (MRS) yaitu
berapa banyak suatu barang yang dikorbankan untuk menambah satu unit barang lain demi
menjaga tingkat kepuasan yang sama yang pada akhirnya akan mengarah pada LDMU.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 66
Kurva. 12
Indifference curve
0 X1 X2 X3 X
c) Dimana 2 (dua) kurva indifference tidak saling berpotongan dikarenakan setiap titik pada 1
(satu) kurva indifferen menunjukkan suatu tingkat kepuasan tertentu, sedangkan kurva
indifferen lainnya, baik terletak diatas atau dibawah kurva tersebut menunjukkan tingkat
preferensi yang berbeda. Seandainya ada 1 (satu) titik potong antara kurva indiffren akan sulit
ditentukan mempunyai tingkat kepuasan yang mana, sama, lebih kecil atau lebih besar.
Sehingga tidak dimungkinkan antara kurva indifferen saling berpotongan. Kurva indiferen
(indifference curve) tidak saling berpotongan, asumsi ini penting agar asumsi transitivitas
terpenuhi atau jika ada dua atau lebih indifference curve tidak akan saling berpotongan satu
sama lain
Y Y
Pada gambar a dimana IC1 dan IC2 berpotongan dititik B berarti IC1 = IC2, dititik C dimana IC2
> IC1, dititik A dimana IC1 > IC2 , keadaan itu tidak sesuai dengan asumsi transitivitas yang
mengatakan bila A > B dan B > C maka A > C. asumsi transitivitas hanya terpenuhi bila IC 1
dan IC2 tidak saling berpotongan yaitu pada gambar b.
Kurva 14
Y Y
BL3
Y1 E Y1 E
IC3
IC2 IC1
IC1 BL1 BL2
0 X1 BL2 BL1 X 0 X1 X
Secara grafis kondisi keseimbangan tercapai pada saat kurva garis anggaran (tingkat
kemampuan) bersinggungan dengan kurva indifference (tingkat kepuasan).
Gambar a ;
Menggambarkan maksimalisasi kepuasan (satisfaction maximalization), kemampuan yang
dimiliki BL1, maka kepuasan tertinggi diperoleh pada titik E (persinggungan antara BL1
dengan IC2 dengan kombinasi konsumsi adalah OX1 unit barang X dan OY1 unit barang Y).
Kurva IC1 bukan kurva yang memberikan tingkat kepuasan maksimum, karena dapat
dijangkau dengan anggaran yang lebih rendah atau dapat ditutupi oleh BL1, yaitu BL2,
sedangkan kurva IC3 tidak terjangkau oleh kemampuan yang ada.
Gambar b :
Adalah cost minimalization, tingkat kepuasan yang ingin dicapai adalah IC1, yang dapat
dicapai dengan anggaran minimum sebesar BL2 dengan kombinasi konsumsi OX1 unit
barang X dan OY1 unit barang Y. BL1 walaupun lebih rendah dari BL2 bukan biaya
minimum karena tidak dapat menjangkau target IC1, sementara BL3 konsumen dapat
mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari IC1, keseimbangan konsumen berada pada
titik E
Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah, pendapatan nyata
dapat meningkat atau menurun maka akan berpengaruh kepada tingkat kepuasan yang meningkat
atau menurun, salah satu faktor yang dapat mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga
barang, seperti :
a. Kurva harga produksi (price consumption curve)
Perubahan harga salah satu barang menyebabkan rasio harga berubah, akibatnya barang yang
harganya turun atau naik menjadi relative lebih murah atau mahal dibanding barang lain.
Perubahan ini menyebabkan pendapatan nyata berubah walaupun pendapatan nominal tak
berubah, akhirnya jumlah barang yang dikonsumsi berubah karena tingkat keseimbangan
konsumen juga berubah, perubahan ini dapat digambarkan dalam kurva price consumption
curve. Price consumption curve (PCC) adalah sebagai tempat kedudukan titik keseimbangan
Y
Keseimbangan awal terjadi pada titik A
bila harga barang X turun, maka
IC1 IC2 IC3 kemampuan untuk membeli barang X
meningkat dengan jumlah anggaran tetap
PCC (yaitu pergeseran BL2 ke BL3).
Keseimbanganpun berubah dari titik A
ketitik B dan C, jika titik keseimbangan
tersebut dihubungkan maka terbentuk
A B C
sebuah garis yaitu kurva PCC.
0 X1 X2 X3 X
P P
P3 P3
P2 B2 P2
B1
P1 P1
A1
Da Db Dt
Po
0 Ao Bo X 0 T2 T1 To X
Penjelasan
- Pada harga Po permintaan barang A sebesar Ao dan permintaan barang B sebesar Bo
sehingga permintaan total adalah Ao + Bo sama dengan To.
- Ketika harga menjadi P1 permintaan A menjadi A1 dan B menjadi B1 sehingga permintaan
total menjadi T1
- Pada harga P2 permintaan A = 0 permintaan barang B adalah B2 permintaan total T2.
- Pada harga P3 permintaan barang A dan B masing-masing sama dengan nol sehingga
permintaan total sama dengan nol.
Faktor lain yang dapat mengubah keseimbangan konsumen adalah perubahan pendapatan
nominal, karena rasio harga tidak berubah maka kurva garis anggaran bergeser sejajar dengan
kurva garis anggaran sebelumnya. Seperti ;
a. Kurva pendapatan konsumsi (income consumption curve = ICC)
ICC adalah sebagai tempat kedudukan titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat
pendapatan nominal dimana harga nominal barang tersebut tidak berubah. Kemiringan ICC
adalah positif, karena umumnya permintaan terhadap suatu barang meningkat bila pendapatan
meningkat (barang normal). Sudut kemiringan ICC dapat memberikan indikasi apakah suatu
barang merupakan barang kebutuhan pokok atau barang mewah.
barang Y
BL3
E1 IC3
E
IC2
BL1 IC1
0 barang X
jumlah X a jumlah X b
barang kebutuhan pokok barang mewah
X2 X2
X1
X1
Income income
0 M1 M2 M 0 M1 M2 M
Penjelasan
Kurva a:
Perubahan pendapatan nominal tidak berpengaruh banyak terhadap perubahan permintaan,
bahkan jika pendapatan terus meningkat permintaan terhadap barang tersebut perubahannya
makin kecil dibanding perubahan pendapatan.
Kurva b :
Kenaikan permintaan terhadap barang tersebut lebih besar dibanding dengan kenaikan tingkat
pendapatan. Atau derajat permintaan terhadap barang mewah makin besar.
Ketika kita mengatakan bahwa jika harga suatu barang turun maka permintaan terhadap barang
tersebut akan bertambah dan meningkat atau sebaliknya, yang terlihat sebenarnya adalah total
interaksi antara kekuatan pengaruh perubahan pendapatan dan perubahan harga terhadap
keseimbangan konsumen, dengan perkataan lain, jika harga suatu barang turun, maka ada
komponen yang dipengaruhinya :
a. Harga relatif barang
Harga relatif barang menjadi murah, bila konsumen bergerak pada tingkat kepuasan yang sama
dan pendapatan nyata dianggap tetap, maka konsumen akan menambah jumlah konsumsi barang
yang harganya menjadi relatif lebih murah dan mengurangi jumlah konsumsi barang yang
harganya menjadi relatif lebih mahal, inilah yang disebut : substitution effect
b. Pendapatan nyata berubah menyebabkan jumlah permintaan berubah, jika perubahan ini dilihat
dari sisi harga barang lain dan pendapatan nominal dianggap tetap, kita akan melihat efek
pendapatan (income effect).
Y
Pada mulanya dengan garis harga (garis
budget A dan B) konsumen dapat
A
membeli barang X sebesar OM dan
barang Y sebesar ON dengan titik
equilibrium Q, kemudian terjadi
perubahan dalam harga relatif sehingga
A1 Q Substitution effect garis harga berubah menjadi A1 dan B1
N barang X relatif menjadi lebih murah
dan barang Y relatif menjadi lebih
Q1 mahal, akibatnya konsumen harus
N1 IC mengatur pembelian yakni untuk barang
X pembelian menjadi OM1 dan untuk
barang Y menjadi ON1.
0 M M1 B B1 X
Dan equilibrium yang terjadi pada Q1 terletak pada IC yang sama, pergeseran equilibrium dari Q
ke Q1 disebut substitution effect.
Bila kedua titik equilibrium terletak pada IC yang sama berarti bahwa kenaikan pendapatan riil
yang disebabkan karena turunnya harga barang X, harga cukup untuk mengimbangi turunnya
pendapatan riil sebagai akibat dari naiknya harga barang Y atau harga terdapat compensation
variation.
Jika pendapatan tetap, harga barang yang satu tetap dan yang lain berubah, dengan berubahnya
harga salah satu barang tersebut, maka pendapatan riil, dari konsumen juga berubah sehingga disini
terdapat income effect dan substitution effect. Pengaruh dari perubahan ini disebut price effect.
Price effect terjadi jika terdapat perubahan dalam perbandingan harga relatif antara kedua
barang ( X dan Y ) namun tak terdapat compensation variation dengan pendapatan.
Y Y
a A2 b
A
A1
P3
A P2
P3 IC3
P1 P2 IC3 P1 IC2
IC2 IC1
IC1
0 B B1 B2 X 0 B X
Kurva a ; pendapatan tetap, harga barang Y tetap, dan harga barang X berubah. Kurva b ;
pendapatan tetap, harga barang X tetap, sedangkan harga barang Y berubah.
Pada mulanya dengan garis harga A – B, titik equilibrium pada P1 yang terdapat pada IC1,
kemudian terjadi penurunan pada harga barang X, dengan pendapatan yang sama barang X
dapat dibeli sebesar OB1 dan equilibrium pada P2 dan pada IC2. Jika barang X turun lagi maka
jumlah barang X yang dapat dibeli akan berubah lagi menjadi OB2 dengan equilibrium pada P3
dan pada IC3.
A2
A, A3
A1
P
P1 IC2
Q
IC1
0 M M B M B B B X
2 3 1 2 3
Equilibrium konsumen pertama pada P kemudian jika salah satu barang (barang X) harganya
turun, maka terjadi substitusi dari barang yang harganya relative mahal (barang Y) kepada
barang yang harganya relative lebih murah (barang X) sehingga equilibrium bergeser dari titik
P ke titik Q yang disebut : substitution effect. Namun oleh karena harga barang X turun
terdapat kenaikan pendapatan riil sehingga garis harga (budget) berubah dan equilibrium
bergeser dari titik Q ke titik P1 yang disebut income effect. Pergeseran equilibrium dari titik P
ke titik Q dan titik Q ke titik P1 disebut kombinasi pergeseran antara substitution effect dengan
income effect yang disebut price effect.
Efek substitusi selalu mempunyai hubungan berlawanan dengan perubahan harga, jika harga
suatu barang naik, permintaannya menurun dan sebaliknya. Tidak demikian dengan efek
pendapatan, ada dua kemungkinan yang terjadi akibat kenaikan pendapatan nyata terhadap
permintaan :
a. Kenaikan pendapatan nyata menaikan permintaan (efek pendapatan positif) barang tersebut
adalah barang normal.
b. Kenaikan pendapatan nyata menurunkan permintaan (efek pendapatan negatif) barang tersebut
adalah barang inferior dan barang giffen.
Memberikan gambaran efek pendapatan dari pada barang inferior dimana kenaikan pendapatan
nominal justru menurunkan permintaan terhadap suatu barang atau jasa.
Y
A1 efek pendapatan
terhadap barang inferior
D
A Y = pendapatan, X = barang/jasa
IC2
IC1
C
0 X2 X1 B B1 X
Penjelasan ;
a. Pada saat pendapatan sebesar A – B jumlah barang yang diminta adalah OX1, tapi saat
pendapatan naik dari A – B ke A1 – B1 justru menurunkan permintaan permintaan terhadap
barang X dari OX1 ke OX2. Bagaimana bila harga barang turun, apakah permintaan terhadap
barang inferior bertambah atau sebaliknya. Permintaan terhadap barang inferior naik bila harga
turun selama efek substitusi lebih besar dari efek pendapatan atau sebaliknya.
b. Tapi jika efek pendapatan lebih besar, maka turunnya harga barang justru menurunkan
permintaan, sebaliknya naiknya harga barang justru menaikan permintaan. Jadi barang given
adalah barang inferior, tapi tidak semua barang inferior adalah barang giffen.
Barang giffen
Adalah barang yang apabila harganya naik permintaanya justru meningkat atau sebaliknya. Kasus
barang giffen ditentukan pertama kali oleh Robert Giffen ketika meneliti konsumsi kentang di
Irlandia. Kenaikan harga kentang justru meningkatkan permintaan kentang, artinya barang giffen
selain barang inferior juga mempunyai porsi besar dalam pengeluaran konsumen.
Y
Kenaikan harga barang X meningkatkan permintaan
terhadap barang X dari OX1 ke OX2, dengan total efek
perubahan harga adalah X1X2. Sebenarnya kenaikan
B harga barang X menyebabkan harga relatif lebih
A IC1 murah dimana B3 lebih curam dibanding B1.
Seandainya konsumen harus menyesuaikan tingkat
keseimbangan ditingkat semula IC1 dia akan akan
mengurangi konsumsi X sebanyak X1X3 unit. Ini
C IC2
merupakan efek substitusi. Namun karena efek
pendapatan negatif lebih besar dari efek substitusi
menyebabkan permintaan terhadap barang X
0 X3 X1 X2 B3 B2 B1 X meningkat X1X2 unit.
1) Kegiatan A merupakan kegiatan ekonomi yang memiliki fungsi total benefit (TB) dan total
cost (TC) sebagai berikut :
TB = 50A – 0,0125A2 kegiatan diukur dalam unit
2
TC = 40A + 0,0125A TB dan TC diukur dalam rupiah
Diminta :
a. Tentukan fungsi marginal benefit (MB) marginal cost (MC) dan net benefit (NB)
b. Tentukan tingkat optimum kegiatan A
c. Pada tingkat optimum kegiatan A berapa nilai : total benefit (TB), total cost (TC), marginal
benefit (MB), marginal cost (MC), dan net benefit (NB)
Jawab :
a. Fungsi dari :
b. Tingkat kegiatan A yang optimum memberikan nilai yang maksimum yang dapat
ditentukan dengan derivasi (turunan) terhadap fungsi NB atau menetapkan dimana MB =
MC.
Fungsi NB = 10A – 0,025A2 derivatif pertama A = 200
= 10 – 0,05A = 0 derivatif kedua A = -0,05 < 0
A = 10 / 0,05 tingkat optimum kegiatan A
A = 200 unit adalah 200 unit
= - 0,05
Menetapkan MB = MC
50 – 0,025A = 40 + 0,025A
0,025A + 0,025A = 50 – 40
0,05A = 10
A = 10 / 0,05
A = 200 unit
TB = 50A – 0,0125A2
= 50 (200) – 0,0125(200)2
= 9500
2) Diketahui fungsi utilitas total (total utility) dari seorang individu sebagai berikut :
TU = 100Q + 150Q2 – 2Q3
Diminta :
a. Tentukan fungsi marginal utility
b. Berapa total utility dan marginal utility pada Q = 5 unit
c. Berapa jumlah yang harus dikonsumsi agar memaksimumkan nilai total utility, berapa nilai
maksimum total utility pada tingkat konsumsi itu.
Jawab :
Fungsi marginal utility
TU = 100Q + 150Q2 – 2Q3
Jika Q = 5
Maka : TU = 100Q + 150Q2 – 2Q3
= 100 (5) + 150 (5)2 – 2(5)3
= 4000
MU = 100 + 300Q – 6Q2
= 100 + 300(5) – 6(5)2
= 1450
Ketika diperkenalkan tentang konsep permintaan, kita lihat bahwa para konsumen biasanya
membeli lebih dari satu barang ketika harga turun, pendapatan meningkat, harga barang substitusi
naik, atau ketika harga barang komplemen turun. Pembahasan kita mengenai permintaan sangatlah
kualitatif, bukan kuantitatif. Artinya kita membahas arah perubahannya di mana jumlah yang
diminta bergerak, dan bukan seberapa besar perubahannya. Untuk mengukur seberapa besar para
konsumen merespon perubahan dalam variabel-variabel tersebut, para ekonom menggunakan
konsep elastisitas. Konsep tersebut mengukur persentase perubahan jumlah yang diminta per unit
waktu karena adanya persentase perubahan harga tertentu dari komoditas tersebut.
Apakah yang akan terjadi pada permintaan atau penawaran suatu barang apabila harga barang
itu turun atau naik satu persen? Jawaban pertanyaan ini sangat tergantung kepada derajat kepekaan
masing-masing barang di dalam merespon perubahan harga tersebut. Derajad kepekaan ini berbeda-
beda antara barang yang satu dengan barang yang lain. Derajat kepekaan produk pertanian berbeda
dengan produk industri. Ukuran derajat kepekaan tersebut dinamakan elastisitas. Ukuran derajat
kepekaan permintaan suatu barang terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya
disebut elastisitas permintaan. Sedangkan derajat kepekaan penawaran suatu barang terhadap
perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut elastisitas penawaran.
Makin meluasnya penggunaan matematika dalam ilmu ekonomi telah memungkinkan para
ekonom memuaskan rasa ingin tahu tentang hubungan sebab akibat, reaksi antara satu variabel
dengan variabel lain. Angka elastisitas adalah bilangan yang menunjukkan berapa persen satu
variabel tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel lain berubah satu persen.
Analisis ini disebut analisis sensitivitas atau elastisitas.
Selanjutnya dalam pembahasan bab ini elastisitas yang dikemukakan adalah; 1) elastisitas
pendapatan, 2) elastisitas permintaan, 3) elastisitas silang, 4) elastisitas penawaran.
Dari bentuk dan macam kurva Engel yang dijelaskan pada bab sebelumnya dapat diukur derajat
kepekaan perubahan pendapatan berakibat pada derajat kepekaan jumlah barang yang diminta
(dengan anggapan bahwa harga nominal dan harga relative konstan). Ukuran untuk mengetahui
derajat kepekaan perubahan jumlah barang yang diminta akibat perubahan pendapatan disebut
elasisitas pendapatan. Elastisitas pendapatan didefinisikan sebagai derajat kepekaan perubahan
jumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan relative dalam pendapatan atau mengukur
berapa persen permintaan terhadap suatu barang berubah, bila pendapatan berubah satu persen.
dimana;
Q = perubahan jumlah barang yang diminta
I = perubahan pendapatan
Contoh 1.
Disaat si A berpendapatan Rp 1500.000 per bulan dia pergi ke Sumbar sekali dalam dua minggu
dengan travel, tapi disaat pendapatan si A menjadi Rp 5.000.000 per bulan dia ke Sumbar sekali
dalam dua minggu dengan pesawat.
Dari contoh diatas didapat bahwa besarnya elastisitas pendapatan adalah 0,667 yang berarti
bahwa adanya perubahan pendapatan sebesar 1 % akan mengakibatkan perubahan jumlah barang
yang dibeli sebesar 0,667 %.
Perlu dicatat bahwa besarnya elastisitas pendapatan 0,667 hanya berlaku kalau ada kenaikan
pendapatan dari 200.000 menjadi 300.000,-. Seandainya yang terjadi adalah penurunan pendapatan
maka besarnya pendapatan adalah;
Hal ini berarti bahwa kalau pendapatan konsumen turun sebesar 1 % maka jumlah barang yang
diminta akan turun sebesar 0,75 %.
Dengan menggunakan elastisitas pendapatan juga dapat diklasifikasikan barang tersebut
termasuk barang inferior atau barang normal. Elastisitas pendapatan untuk barang inferior adalah
negatif yang berarti bahwa naiknya pendapatan diikuti oleh turunnya jumlah barang yang diminta,
cateris paribus dan sebaliknya turunnya pendapatan justru diikuti oleh naiknya jumlah barang yang
diminta.
Adalah mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat
perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Elastisitas permintaan ini dapat dibedakan
sebagai berikut :
Elastisitas harga (Ep) adalah mengukur persentase perubahan permintaan terhadap suatu barang
bila harganya berubah satu persen. Permintaan terhadap suatu barang atau jasa yang sangat
dipengaruhi oleh perubahan harga.
P P
10
8 D
6
4
D
0 2 6 Q 0 2 4 Q
Angka elastisitas harga (Ep) bernilai negative, EP = -2 mempunyai arti bila harga barang naik 1
% permintaan terhadap barang itu turun 2 % faktor lain cateris paribus, begitu sebaliknya. Semakin
besar nilai negatifnya semakin elastis permintaannya sebab perubahan permintaan jauh lebih besar
dibanding perubahan harga, angka EP dapat disebut dalam nilai absolute Ep = 2 atau Ep = -2
1) In Elastis ( EP < 1 )
Perubahan permintaan lebih kecil dari pada perubahan harga.
Contoh :
Kalau harga naik 10 % permintaan hanya turun sebesar 6 %, seperti harga beras di Indonesia
atau permintaan terhadap barang kebutuhan pokok, perubahan harga tidak terlalu berpengaruh
pada jumlah permintaan, jadi barang kebutuhan pokok umumnya in elastis.
2) Elastis ( Ep > 1 )
Perubahan terhadap harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang cuku besar.
Contoh :
Bila harga turun 10 %, maka permintaan naik menjadi 20 %, seperti barang-barang mewah
(mobil dan lainnya) umumnya elastis.
Kurva 6.2
P
D
elastis
D sempurna
elastis
0 Q
3) Elastis unitary ( Ep = 1)
Bila harga naik 10 %, maka akan diikuti penurunan pada permintaan sebesar 10 % pula.
4) In Elastis Sempurna ( Ep = 0 )
Berapa pun harga suatu barang, orang/konsumen akan tetap membeli jumlah barang yang
dibutuhkan (misal ; garam, dan lainnya).
P
P E=0
D
In elastis
Sempurna E=∞
makin elastis
Ep = 1
0 Q 0 Q
Adalah mengukur tingkat elastisitas pada titik tertentu, konsep ini digunakan bila perubahan
harga yang terjadi sedemikian rupa sehingga mendekati nol.
20 F
18 E
14 C
12 B
10 A
0 10 20 30 40 50 Q
Misalkan ; elastisitas pada titik B (kurva diatas), pada P = 12 dan Q = 40 dengan fungsi permintaan
Qd = a + bP.
Dimana Qd = jumlah barang yang diminta sebagai fungsi dari P atau harga, untuk membuat Qd = f
{P} perlu diketahui dua titik seperti pada gambar diatas misal titik B dan titik C.
Titik B : P = 12, Qd = 40 40 = a + 12 b
Titik C : P = 14, Qd = 30 30 = a + 14 b -
10 = -2b
b = 10 / -2
b = -5
besarnya nilai b = -5 dimasukan dalam persamaan 40 = a + 12b
sehingga : 40 = a + 12 (-5)
40 = a – 60
40 + 60 = a maka nilai a adalah = 100
Adalah mengukur tingkat elastisitas permintaan antara dua titik tertentu, yang rumusnya sedikit
berbeda dengan elastisitas titik, yaitu :
P P
20 F
18 E P1 C elastisitas titik
14 C elastisitas busur
12 B P2 B elastisitas titik
10 A D
0 10 20 30 40 50 Q 0 Q2 Q1 Q
= - 1,857
Eh > 1 : permintaan elastis, artinya konsumen responsif terhadap perubahan harga atau %
perubahan jumlah yang diminta lebih besar dari % perubahan harga.
Eh = 1 : unitary elastisitas % Q yang diminta sama dengan % P
Eh < 1 : unitary elasticity % perubahan Q yang diminta lebih kecil dibanding dengan %
perubahan P
Contoh:
Tabel ; Informasi Harga dan Jumlah Mengenai Data pada Tabel diatas
Elastisitas permintaan
- Elastisitas harga
Untuk barang- barang yang habis dipakai dalam waktu kurang dari setahun (non durabel goods)
elastis harga lebih besar dalam jangka panjang dibanding dalam jangka pendek
a. Konsumen membutuhkan waktu untuk mengubah kebiasaan (seorang yang suka minum
kopi)
b. Permintaan suatu barang dipengaruhi oleh barang lain (kenaikan harga BBM, maka
seseorang segera melakukan penyesuaian dengan mengurangi jam pemakaian kenderaan
sehingga dalam jangka pendek elastisitas harga lebih besar).
Untuk barang yang masa pakainya lebih dari satu tahun (durable goods) dalam jangka pendek
lebih elastis dibanding dalam jangka panjang. (misal ; bila harga naik 10 % dalam jangka
pendek permintaan terhadap mobil dapat turun sebesar 15%, tapi dalam jangka panjang akan
banyak terjadi penggantian (replace) dari mobil tersebut, dan pembelian akan naik lagi,
sehingga permintaan dalam jangka panjang akan kurang dari 15 %).
Kurva 6.5a. Kurva permintaan dalam jangka pendek dan jangka panjang
P P
0 BBM 0 Mobil
- Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan berkaitan dengan selera dan kebiasaan seseorang, misalkan seseorang
yang mempunyai kebiasaan makan diwarung kakilima, harus melakukan penyesuaian
untuk bisa makan direstoran hotel. Atau bila pendapatan seseorang naik 20 % dari kondisi
semula tidak lantas merubah kebiasaan makan diwarung kaki lima untuk pindah makan
direstoran yang terkenal (bagi barang non durabel).
Adalah mengukur persentase perubahan permintaan suatu barang sebagai akibat perubahan
harga barang lain sebesar satu persen.
Nilai Ec mencerminkan hubungan antara barang X dan barang Y. bila Ec > 0, barang X
merupakan substitusi Y. kenaikan harga menyebabkan harga relative X lebih murah, sehingga
permintaan terhadap barang X meningkat.
Misal :
Bila harga ikan naik, maka permintaan terhadap daging ayam meningkat (cateris paribus). Nilai Ec
< 0 menunjukan hubungan X dan Y adalah komplementer. X hanya bisa digunakan bersama-sama
Y. Penambahan atau pengurangan terhadap X, menyebabkan penambahan atau pengurangan
terhadap Y. Kenaikan harga Y menyebabkan permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan
permintaan terhadap X ikut menurun. Seperti ; bila harga BBM naik, maka diduga permintaan
terhadap mobil akan berkurang.
Elastisitas penawaran adalah angka yang menunjukkan berapa persen jumlah barang yang
ditawarkan berubah, bila harga barang berubah satu persen. Elastisitas penawaran juga dapat
dikaitkan dengan faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang dianggap mempengaruhinya,
seperti; tingkat bunga, tingkat upah, harga bahan baku, dan harga barang antara lainnya.
Es = atau
Secara grafis tingkat elastisitas penawaran terlihat dari slope kurva penawaran makin datar, makin
elastis penawaran suatu barang.
P
Es = 0
Es = 1
makin elastis
Es= ∞
0 Q
a. Jenis produk
Kurva produk pertanian umumnya inelastic, sebab produsen tidak mampu memberikan respons
yang cepat terhadap perubahan harga jika harga beras naik 10 5, petani harus menanam dahulu
dan baru 3 atau 4 bulan kemudian dapat memanen hasil. Sementara kurva penawaran produk
industry umumnya elastis, sebab mampu merespons cepat terhadap perubahan harga. Bila harga
tekstil meningkat, pabrik tekstil akan memperpanjang jam kerja mesin, menambah pekerja
harian atau memberikan kesempatan lembur.
b. Sifat perubahan biaya produksi.
Selain tergantung pada jenis produknya, elastisitas penawaran dipengaruhi juga oleh sifat
perubahan biaya produksi. Penawaran akan bersifat inelastic bila kenaikan penawaran hanya
dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Bila penawaran dapat
ditambah dengan pengeluaran biaya tambahan yang tidak terlalu besar, penawaran akan bersifat
elastis. Apakah biaya produksi akan meningkat dengan cepat atau lambat apabila produk
ditambah, tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
- Tingkat penggunaan kapasitas perusahaan. Apabila kapasitasnya telah mencapai tingkat
yang tinggi, investasi baru harus dilakukan untuk menambah produksi, dalam keadaan ini
kurva penawaran akan menjadi inelastis.
- Kemudahan memperoleh faktor-faktor produksi. Penawaran akan menjadi inelastis apabila
faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk menaikan produksi sulit diperoleh.
c. Jangka waktu
Jangka waktu juga dapat mempengaruhi besarnya elastisitas penawaran. Elastisitas yang
berhubungan dengan jangka waktu dibagi dua yaitu ; 1) elastisitas jangka pendek, 2) elastisitas
jangka panjang.
Koefisien elastisitas harga dari penawaran, Es adalah mengukur pesentase perubahan jumlah
komoditi yang ditawarkan perunit waktu (Q/Q) akibat adanya persentase perubahan tertentu
dalam harga komoditi itu (P/P), jadi;
Bila kurva penawaran mempunyai kemiringan positif, maka harga dan jumlah bergerak dengan
arah yang sama dan Es > 0. Oleh karena itu, kurva penawaran disebut elastis bila Es > 1, inelastic
bila Es < 1, dan elastis uniter bila Es = 1. Elastis busur dan elastis titik Es dapat diperoleh dengan
cara yang sama seperti memperoleh elastis busur. Bila kurva penawaran mempunyai kemiringan
Contoh 1
Diperoleh data dari beberapa produk yaitu; Keju, Baju Pria, dan Televisi. Dimana terjadi perubahan
harga=P dan perubahan jumlah yang ditawarkan QS, seperti tabel berikut:
Diminta
Tentukan kondisi terjadi pada penawaran tersebut dalam kondisi Elastis, Inelastis, atau Elastis
Uniter.
Jawab;
Contoh 2
Guna memperoleh Es untuk pergerakan dari titik A ke titik C, dari C ke A dan ditengah antara A
dan C (yaitu pada titik B) dan ditengah antara C dan F (yaitu titik D) untuk nilai-nilai dalam tabel
dibawah, maka perhitungan dapat dilakukan:
Titik Px Qx
A 6 8000
B 5 6000
C 4 4000
D 3 2000
F 2 0
Es = atau
A
6
B
5
4 C
D
3
2 F
1
G H L Q
-4 -2 2 4 6 8
1. Pada harga (P1) sebesar Rp 50, jumlah barang yang diminta (Q1) sebesar Rp 70
Pada harga (P2) sebesar Rp 70, jumlah barang yang diminta (Q2) sebesar Rp 40
Diminta :
a. Hitunglah elastisitas permintaan karena perubahan harga tersebut.
b. Apakah permintaan barang tersebut elastis atau in elastis, mengapa ?
c. Buatlah fungsi permintaan barang yang dimaksud.
d. Buatlah tabel permintaan dan kurva permintaan.
Jawab :
a. Elastisitas permintaan
P1 = 50 Q1 = 70 70 = a + 50b
P2 = 70 Q2 = 40 40 = a + 70b -
30 = -20b
b = 30/-20 b = -1,5
c. Fungsi permintaan
Qd = a + bP 70 = a + 50b
70 = a + 50 (-1,5)
70 = a – 75
70 + 75 = a, maka a = 145
Sehingga diketahui nilai a = 145, dan nilai b = -1,5
Maka : Qd = a + bP Qd = 145 – 1,5P
70
50
D
0 40 70 Q
Jawab :
Jumlah barang yang diminta :
Ei = 0,13 artinya apabila pendapatan naik sebesar 1 persen, maka jumlah yang diminta (Qd)
akan naik 0,13 persen.
Elastisitas silang
Dalam hal perubahan pada income Py = 2 dan I = 4, sedangkan Qd = 15
Ec = 2 (4/15)
= 0,53
Ec = 0,53 artinya apabila harga barang lain turun 1 persen maka Qd turun 0,53 persen atau
sebaliknya.
1. Perilaku Produsen
Anggapan yang biasa digunakan dalam menganalisis perilaku produsen adalah produsen
bertujuan memaksimumkan keuntungan, tetapi ada juga yang mengatakan, seperi Berle dan Means,
bahwa dengan terpisahnya antara pemilikan (ownership) dan manajemen menyebabkan anggapan
diatas kurang tepat. Juga dikatakan bahwa tujuan produsen tidak hanya memaksimumkan
keuntungan tetapi juga mempunyai tujuan yang lain tidak selalu tetap. Ada beberapa pendapat yang
berkaitan dengan tujuan seorang produsen, misalnya:
a) Pendapat yang mengatakan bahwa produsen tidak bertujuan mencari keuntungan maksimum
(non profit objective), karena suatu hal, misalnya kekurangan dana, informasi dan sebagainya.
b) Menurut Galbraith, Cyert dan Macrh dikatakan bahwa perubahan orientasi ini disebabkan
karena perusahaan/produsen menjadi semakin besar adminstrasinya dan semakin banyak
keputusan produksi yang harus dibuat dalam pemasarannya.
c) Seperti halnya dikatakan oleh A.A Alchian dalam bukunya “Uncertainty, Evolution and
Economic Theory”, 1950, dimana dia menjelaskan bahwa profit maksimisasi ini perlu untuk
menghidupi perusahaan. Jika persaingan semurna dipenuhi persyaratannya, maka didalam
jangka panjang “keuntungan diatas normal” hilang. Dalam situasi seperti ini, jika produsen
tidak dapat menghasilkan pendapatan normalnya serta memerlukan dana tambahan karena
kerugian yang diderita, maka ia tidak dapat memenuhi segala kewajibannya.
d) Anggapan bahwa produsen bertujuan mencari keuntungan maksimum karena adanya anggapan
bahwa perusahaan beroperasi pada keadaan yang pasti (under conditions of certainty)
2. Tujuan Perusahaan
Apakah tujuan suatu perusahaan mesti mencari keuntungan maksimum ?. Kalau “ya” apakah
yang menjadi dasar keputusannya dan kendala untuk mencapai keuntungan maksimum tersebut.
kalau “tidak” apakah ada tujuan yang lain, misalnya perusahaan bertujuan mencari pangsa pasar
sebesar-besarnya dan target pertumbuhan perusahaan tertentu ataupun tidak mencari keuntungan
satu persenpun (non profit).
Kalau dianggap bahwa perusahaan mencari keuntungan, apakah yang dimaksud dengan
keuntungan. Pada umumnya perusahaan dianggap mempunyai tujuan memaksimumkan “net
worth” untuk periode waktu tertentu dengan pertimbangan risiko dan ketidakpastian. Net worth
didefinisikan sebagai selisih kekayaan perusahaan (uang kas, saham, tanah, bangunan, pabrik dan
perlatan lainnya) dengan utang perusahaan (baik jangka pendek atau jangka panjang). Net worth
juga sering disebut sebagai “owner’s equity”. Sehingga maksimisasi net worth perusahaan
menentukan persyaratan maksimisasi perbedaan antara kekayaan dan utang perusahaan atau
memaksimumkan owner’s equity”.
Ada dua keadaan yang dihadapi perusahaan dalam memaksimumkan keuntungannya yaitu yang
menyangkut waktu artinya apakah keuntungan saat ini (present period) atau keuntungan yang akan
datang (future period), dan ada yang menyangkut masalah informasi, artinya apakah keuntungan
tersebut pasti (certain) atau tidak pasti (uncertain) sehingga ada 4 keadaan yang merupakan
kombinasi kedua hal tersebut, yaitu:
a) Periode sekarang dan pasti (the present period with certainty)
Bila perusahaan beroperasi pada situasi saat ini dan mempunyai informasi yang penuh atau
dalam keadaan pasti tentang hasil yang akan diputuskan. Sehingga dalam keadaan yang
demikian tidak perlu adanya analisis tentang presen value atau expected value semuanya serba
pasti.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 92
Dalam hal perusahaan hanya memaksimukan net worthnya dalam jangka pendek atau
memaksimumkan keuntungan jangka pendek, keuntungan dihitung sebagai kelebihan atas total
revenue terhadap total cost. Jika perusahaan mendapatkan keuntungan maka kekayaan akan
meningkatkan owner’s equitu atau net worth dalam jumlah yang sama. Ini berarti bahwa
maksimisasi keuntungan menjamin maksimisasi net worth perusahaan. Bagi perusahaan yang
beroperasi pada situasi tersebut diatas, tujuan mencapai keuntungan maksimum dalam jangka
pendek merupakan tujuan yang tepat untuk memaksimukan net worthnya.
b) Periode yang akan datang dengan kepastian (future periods with certainty)
Bila perusahaan mempunyai informasi yang sempurna untuk jangka waktu yang lama maka
perusahaan harus menggunakan analisis present value untuk menentukan keputusan yang tepat
bagi usahanya. Keputusan yang hanya menghasilkan keuntungan dengan segera dalam jangka
pendek tetapi untuk jangka panjangnya tidak ada keuntungan harus dibandingkan dengan
keputusan yang lainnya yang lebih menjanjikan keuntungan dimasa yang akan adatang. Dalam
hal ini perusahaan harus menggunakan analisis untuk menghitung net worthnya atau
menggunakan net present worth analysis. Dalam keadaan seperti diatas perusahaan harus
memilih berbagai alternative keputusan yang menjanjikan keuntungan dimasa depan yang lebih
besar. Disarankan agar perusahaan memaksimumkan nilai sekarang keuntungan sebagai tujuan
perusahaan agar dapat memaksimumkan net present worth perusahaan tersebut.
c) Periode saat ini dengan ketidakpastian (the present period with uncertainty)
Ketidak pastian dapat diartikan sebagai beberapa keputusan yang lebih dari satu hasil yang
diharapkan dan keputusan tersebut harus dibuat dengan berdasar pada distribusi kemungkinan
dari hasil yang diharapkan. Analisis expected value disarankan digunakan untuk memilih
keputusan mana yang akan diambil dan menjanjkan hasil yang terbesar. Seandainya perusahaan
selalu mengharapkan alternative terbesar dari nilai keuntungan yang diharapkan maka kadang-
kadang dia akan mendapatkan kurang dari yang diharapkan tetapi disaat yang lain kadang-
kadang mendapatkan lebih dari yang diharapkan. Tapi, biasanya total keuntungan yang
diharapkan akan lebih besar dari pada mengikuti strategi yang lainnya. Seandainya distribusi
tepat maka “hukum rata-rata” akan menjamin bahwa setelah beberapa keputusan dibuat
distribusi probabilitas akan ditunjukan oleh hasil yang terjadi. Dengan demikian untuk
perusahaan yang beroperasi pada situasi ketidakpastian dan pada saat ini maka maksimisasi dari
nilai keuntungan yang diharapkan adalah merupakan keputusan yang paling baik bagi
perusahaan untuk memaksimisasikan net expected worth-nya.
d) Masa depan dengan ketidakpastian (future period with uncertainty)
Seandainya perusahaan berorientasi pada masa depan dengan tidak mempunyai informasi yang
sempurna tentang biaya dan pendepatan potensialnya, maka hal ini biasa terjadi dalam
kenyataan, perusahaan harus memikirkan risiko yang dihadapi dan ketidakpastian yang
menghantui dalam setiap keputusan yang akan diambil. Dalam hal ini perusahaan harus
menggunakan kedua macam analisis yaitu analisis present value dan analisis expected value.
Semua aliran kas dimasa yang akan datang harus didiskontokan dengan menggunakan present
value dengan faktor diskonto yang tepat. Sehingga present value untuk setiap kemungkinan
hasil yang diharapkan ditimbang dengan probabilitasnya terjadi. Dalam hal ini pembuat
keputusan harus menyeleksi alternative keputusan yang menjanjikan E.P.V keuntungan
tertinggi. Dengan perkataan lain bahwa perusahaan yang beroperasi pada situasi diatas harus
memaksimumkan EPV keuntungannya dalam jangka pendek agar didapat net expected worth
maksimum. Untuk mendapatkan net expected worth yang maksimum banyak kendala yang
dihadapi misalnya kendala produksi, kendala biaya yang lainnya.
3. Pengertian Produsen
Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya
harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus diproduksikan, berapa dan
dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 93
Untuk menyederhanakan pembahasan secara teoritis, dalam menentukan keputusan tersebut
digunakan dua asumsi dasar:
1) Bahwa produsen mencoba memaksimalkan produksi yang bisa dicapai dengan suatu kendala
ongkos tertentu agar dapat dihasilkan profit yang maksimum
2) Bahwa produsen atau pengusaha beroperasi dalam pasar persaingan sempurna.
Untuk itu diperlukan pemahaman terhadap perilaku produsen dalam mengalokasikan faktor-faktor
produksinya.
Teori perilaku produsen atau teori produksi dengan teori perilaku konsumen memiliki banyak
analogi seperti :
a. Konsumen
1) Mengalokasikan kas atau dananya untuk konsumsi
2) Keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya habis untuk konsumsi
3) Dalam mengkonsumsi barang berlaku hukum pertambahan manfaat yang semakin menurun
(the law of diminishing marginal utility= LDMU).
4) Berupaya mencapai kepuasan maksimum atau kegunaan total dari barang / jasa yang
dikonsumsi.
b. Produsen
1) Mengalokasikan kas atau dananya untuk penggunaan faktor produksi atau yang akan
diproses menjadi output.
2) Keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis terpakai untuk membeli
faktor produksi
3) Dalam penggunaan faktor produksi berlaku pertambahan hasil yang semakin menurun (the
law of diminishing return = LDR)
4) Memiliki pengetahuan yang lengkap (perfect knowledge) atas faktor produksi yang
dibelinya.
5) Berupaya mencapai tingkat produksi maksimum
Berdasarkan hubungannya antara tingkat produksi dengan faktor produksi dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Faktor produksi tetap (fixed input)
Faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi.
Misal :
Mesin-mesin pabrik, ada atau tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap
tersedia. Sampai pada tingkat interval produksi tertentu jumlah mesin tak perlu ditambah, jika
produksi menurun bahkan sampai nol jumlah mesin tidak bisa dikurangi.
b. Faktor produksi variabel (variable input)
Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksi. Misal ; buruh
harian, penggunaan bahan baku.
Pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel terkait erat dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut. Mesin dikatakan sebagai
faktor produksi tetap karena dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun) susah untuk ditambah
atau dikurangi. Sebaliknya buruh dikatakan faktor produksi variabel karena jumlah kebutuhannya
dapat disediakan dalam waktu kurang dari satu tahun. Dalam jangka panjang (long run) dan sangat
panjang (very long run) semua faktor produksi sifatnya variabel.
Perusahaan dapat menambah atau mengurangi kapasitas produksi dengan menambah atau
mengurangi mesin produksi. Teori produksi tidak mendefinisikan jangka pendek dan jangka
panjang secara kronologis, periode jangka pendek adalah periode produksi dimana perusahaan
tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau beberapa
faktor produksi, periode jangka panjang adalah periode produksi dimana semua faktor produksi
menjadi faktor produksi variabel.
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi
produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik
atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang
dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi
maupun harga produk. Produsen dapat melakukan perubahan ataupun variasi dalam menggunakan
proporsi input untuk menghasilkan suatu output tertentu. Keluwesan (fleksibilitas) ini
mengakibatkan adanya berbagai kemungkinan macam hubungan antara input dan output, antara
input dengan output serta diantara output. Dimana input-input dapat saling mengganti (substitusi)
dalam memproduksikan suatu output tertentu. Dengan meningkatkan ataupun mengurangi
penggunaan inputnya produsen dapat meningkatkan atau mengurangi outputnya.
Hubungan antara input dengan input, input dengan output, output dengan output yang menjadi
karakteristik dari fungsi produksi suatu perusahaan tergantung pada teknik produksi yang
digunakan. Pada umumnya, semakin maju teknologi yang digunakan akan semakin meningkatkan
output yang dapat diproduksikan dengan suatu jumlah input tertentu. Secara matematis fungsi
produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3, ……….., Xn) ; dimana Y = tingkat produksi (output) yang dihasilkan dan X1,
X2, X3, ……, Xn adalah berbagai faktor produksi (input) yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat
umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor
produksi yang dipergunakan, tetapi belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai
hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan
kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti:
Y = a + bX ( fungsi linier)
Y = a + bX – cX2 ( fungsi kuadratis)
(fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.
Dalam teori ekonomi, sifat fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang
disebut: The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini
menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain
tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan
tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan. Di
bawah ini diberikan satu misal dengan angka-angka hipotetis untuk menunjukkan sifat fungsi
produksi seperti yang dinyatakan dalam The Law of Diminishing Returns, yaitu;
Tabel 5.1a. Hubungan antara faktor produksi dan produk dengan bentuk kombinasi increasing
return dan decreasing returns
Kurva 5.1b. Hubungan produksi total, produk marginal dan produk rata-rata
250 M
200 C
Total Produksi
150 B Y = f (X)
100
50
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X
Y/X; Y/X
50 B’
36 C’ Produksi Rata-Rata
20
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X
-2
-4
Produk Marginal
Hubungan produk dan faktor produksi yang digambarkan di atas mempunyai lima sifat yang perlu
diperhatikan, yaitu;
1) Mula-mula terdapat kenaikan hasil bertambah (garis OB), di mana produk marginal semakin
besar; produk rata-rata naik tetapi di bawah produk marginal.
2) Pada titik balik (inflection point) B terjadi perubahan dari kenaikan hasil bertambah menjadi
kenaikan hasil berkurang, di mana produk marginal mencapai maksimum( titik B’), produk
rata-rata masih terus naik.
3) Setelah titik B, terdapat kenaikan hasil berkurang (garis BM), di mana produk marginal
menurun; produk rata-rata masih naik sebentar kemudian mencapai maksimum pada titik C’, di
mana pada titik ini produk rata-rata sama dengan produk marginal. Setelah titik C produk rata-
rata menurun tetapi berada di atas produk marginal.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 96
4) Pada titik M tercapai tingkat produksi maksimum, di mana produk marginal sama dengan nol;
produk rata-rata menurun tetapi tetap positif.
5) Sesudah titik M, mengalami kenaikan hasil negatif, di mana produk marginal juga negatif ;
produk rata-rata tetap positif.
Dari sifat-sifat tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan produksi seperti yang dinyatakan
dalam The Law of Diminishing Returns dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
1) Produksi total dengan increasing returns,
2) Produksi total dengan decreasing returns, dan
3) Produksi total yang semakin menurun
Disamping analisis tabulasi dan analisis grafis mengenai hubungan antara produk total, produk
rata-rata, dan produk marginal dari suatu proses produksi seperti diatas, dapat pula digunakan
analisis matematis.
Sebagai contoh, misalnya dipunyai fungsi produksi : Y = 12X2 – 0,2X3, dimana Y = produk dan
X = faktor produksi.
Pertanyaan;
1) Bagaimana bentuk fungsi produk marginal dan fungsi produk rata-ratanya?
2) Kapan fungsi PM dan fungsi PR tersebut mencapai maksimum?
Jawaban:
1) Fungsi produk marginal :
Fungsi produk rata-rata :
2) Suatu fungsi akan mencapai maksimum apabila turunan pertama dari fungsi yang bersangkutan
sama dengan nol, sedang turunan kedua adalah negatif.
Jadi, produk marginal (PM) akan mencapai maksimum, apabila dan
. Jadi, pada saat X = 20, PM mencapai
maksimum. PR akan mencapai maksimum apabila dan
. Jadi, pada saat X = 30, PR akan mencapai maksimum.
3) PR maksimum = 12(30) – 0,2(302) = 180. Pada penggunaan X = 30 , PM = 24(30) – 0,6(302) =
720-540 = 180. Jadi, pada saat penggunaan X = 30, PM = PR = 180. Dengan demikian, terbukti
bahwa fungsi PM memotong fungsi PR pada saat PR mencapai maksimum.
Elastisitas produksi adalah rasio perubahan relatif jumlah output yang dihasilkan dengan
perubahan relatif jumlah input yang dipergunakan. Atau dapat ditulis :
Misalnya, perubahan output yang dihasilkan akibat perubahan jumlah input sebesar 10% adalah
20%, maka elastisitas produksinya adalah 2 (dua). Elastisitas produksi juga dapat ditulis secara
matematis sebagai berikut:
⁄
⁄
Dari persamaan matematis tersebut, nampak adanya hubungan antara elastisitas produksi dengan
produk marginal dan produk rata-rata,sebagai berikut:
250 M
200 C
Total Produksi
150 I II III Y = f (X)
B
100
50
E>1 E<1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X
E=1 E=0
PR=Y/X
PM=dY/dX
50
I II III
B’
36
C’
Produksi Rata-Rata
20 E>1 E<1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X
-2
-4 E=1 E=0
Produk Marginal
Fungsi produksi dengan satu faktor produksi adalah hubungan antara tingkat produksi dengan
satu macam faktor produksi yang digunakan, sedangkan faktor-faktor produksi yang lain dianggap
penggunaannya tetap pada tingkat tertentu (ceteris paribus). Secara matematis fungsi produksi
tersebut dapat dinyatakan :
Y = f (X1/X2, X3, ….., Xn)
Fungsi ini dibaca : produk Y adalah fungsi dari faktor produksi X1, jika faktor-faktor produksi X2,
X3, ……, Xn ditetapkan penggunaannya pada suatu tingkat tertentu. Jadi, satu-satunya faktor
produksi yang dapat diubah jumlah penggunaannya adalah faktor produksi X1.
Di dalam mempelajari fungsi produksi terdapat tiga ukuran penting yang perlu diperhatikan,
yaitu (1) Produk Total (PT), (2) Produk Rata-Rata (PR), dan (3) Produk Marjinal (PM). Produk
Total adalah tingkat produksi total (= Y) , dalam fungsi produksi diatas). Produk Rata-Rata adalah
hasil rata-rata per unit input variabel (=Y/X). Produk Marjinal adalah tambahan output yang
dihasilkan dari tambahan satu unit input variabel (Y/ X atau Y/ X). Untuk menganalisis fungsi
produksi tersebut perlu dipahami kurva-kurva yang berkaitan dengan ketiga ukuran di atas (lihat
kurva 5.1 diatas), yaitu;
1) Kurva Produk Total (KPT) atau Total Physical Product Curve (TPP) yaitu kurva yang
menunjukkan tingkat produksi total (=Y) pada berbagai tingkat penggunaan input variabel.
2) Kurva Produk Rata-Rata (KPR) atau Average Physical Product Curve (APP), yaitu kurva yang
menunjukkan hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input
tersebut.
3) Kurva Produk Marginal (KPM) atau Marginal Physical Product Curve (MPP), yaitu kurva
yang menunjukkan tambahan output (Y) yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit
input variabel.
Konsep efisiensi dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari aspek teknis dan dari aspek
ekonomis. Konsep efisiensi dari aspek teknis dinamakan konsep efisiensi teknis. Efisiensi teknis
maksimum dicapai pada saat dicapai produk rata-rata maksimum. Tingkat pemakaian faktor
produksi yang menghasilkan produk rata-rata maksimum, secara teknis dipandang sebagai tingkat
produksi optimum. Untuk menentukan tingkat efisiensi dan produksi optimum secara teknis ini
cukup dengan diketahuinya fungsi produksi.
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi
harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari
konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat
menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut
konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi
yang harus diketahui, yaitu rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah
sebagai berikut. Keuntungan (π) dapat ditulis : π = PY.Y - PX.X, di mana Y = jumlah produk; PY =
harga produk; X = faktor produksi; PX = harga faktor produksi. Agar supaya π mencapai
maksimum maka turunan pertama fungsi tersebut harus sama dengan nol atau dapat ditulis sebagai
berikut:
Berikut ini diberikan contoh menentukan tingkat produksi optimum. Misalnya, diketahui fungsi
produksi seperti yang tertera pada tabel 5.1 sebelumnya. Harga satuan faktor produksi (PX) adalah
Rp. 2000,- dan harga satuan produk (PY) adalah Rp. 100,-.
Pertanyaan :
a) Berapa satuankah faktor produksi yang harus digunakan agar dicapai keuntungan maksimum?
b) Berapa produksi optimumnya?
c) Berapa tingkat keuntungan maksimumnya?
Jawaban:
a) NPM yang terdekat dengan Px adalah Rp. 2.200,-, yaitu Rp.100,- x 22 (PM). Nilai ini diperoleh
dari pemakaian faktor produksi antara 6 dan 7. Jadi, pemakaian faktor produksi yang
memberikan keuntungan maksimum adalah antara 6 dan 7. Jika faktor produksi tidak dapat
dipecah-pecah maka penggunaan faktor produksi dapat ditetapkan 7 satuan.
b) Berdasarkan jawaban no. 1) diatas, produksi optimumnya adalah antara 210 dan 232 atau 232
jika digunakan faktor produksi 7 satuan.
c) Keuntungan maksimumnya : ( Rp.100) (232) – (Rp.2000,-) (7) = Rp.9.200,-.
Selain melalui pendekatan tabel seperti di atas, untuk menentukan tingkat produksi optimum
dapat pula melalui pendekatan grafis sebagai berikut. Dari tabel 5.1 dapat diperoleh tabel 5.2
sebagai dasar menentukan tingkat produksi optimal secara grafis.
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa keuntungan paling besar adalah Rp. 6.200,-, dengan total output
232, pada penggunaan input 7 satuan. Secara grafis perhitungan tersebut dapat digambarkan seperti
pada kurva 3. Kurva TVP (Total Value Product) menunjukkan hubungan antara input X dan TR
(Total Revenue). Kurva TFC (Total Factor Cost) atau TIC (Total Input Cost) menunjukkan
hubungan antara input X dengan TC (Total Cost). Keuntungan maksimum dicapai jika jarak
vertikal antara TVP dan TFC adalah terbesar. Posisi ini ditemukan pada tingkat penggunaan input
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 100
di mana garis singgung dari TVP sejajar dengan TFC. Pada kurva 5.3 terlihat bahwa keuntungan
maksimum diperoleh pada penggunaan input 7 satuan.
Rp 000
24
TFC
TVP
0 1 2 3 5 6 7 8 X
Apabila kita mempunyai fungsi yang kontinyu, kita dapat menentukan keuntungan maksimum
secara matematis. Misalnya kita mempunyai fungsi produksi sebagai berikut:
Y = 400 X1/2
Jika harga satu satuan faktor produksi X atau PX adalah Rp. 2000,- dan harga satu satuan produk Y
atau PY adalah Rp. 100,-, tentukan pada penggunaan X berapa akan dicapai keuntungan
maksimum? Soal ini dapat dipecahkan sebagai berikut. Untuk mencapai keuntungan maksimum
atau tingkat produksi optimum, nilai produk marjinal harus sama dengan harga satuan faktor
produksi.
( )
Penjelasan;
√
√
Maka; X = 400. Jadi, untuk memperoleh keuntungan maksimum maka pengusaha harus
menggunakan 400 satuan faktor produksi.
Jarang sekali bahkan tidak ada proses produksi yang hanya menggunakan satu faktor produksi
variabel. Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variabel adalah pengertian analisis
jangka pendek, dimana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah, ketika mencoba memahami
proses produksi dan alokasi faktor produksi oleh perusahaan, ekonom membagi faktor produksi
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 101
menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour). Hubungan matematis penggunaan faktor
produksi yang menghasilkan output maksimum disebut “fungsi produksi”, yang ditulis :
Q = f { K, L }
Dalam model produksi satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap faktor
produksi tetap, keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja.
a. Produksi total (total product)
Banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total faktor produksi.
TP = f { K, L }
Dimana : TP adalah total produksi
Secara matematis TP akan memaksimumkan apabila turunan pertama dari fungsi nilainya sama
dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP, maka TP maksimum pada saat MP sama dengan
nol
Atau
atau
AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 (AP’ = 0), dengan penjelasan
matematis AP maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan MP akan memotong AP pada saat
nilai AP maksimum.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 102
Contoh : Hasil tekstil dari alat tenun bukan mesin (ATBM) sebagai berikut :
Dari tabel diatas dapat dilihat, bahwa produksi meningkat dari 5 sampai dengan 126 dengan
tenaga kerja dari 1 sampai 7 orang. Setelah itu penambahan tenaga kerja justru membuat produksi
total menurun dari 120 sampai ke 90 dengan tenaga kerja 8 sampai 10 orang. Pada MP disaat TP
dari 5 sampai 80, MP selalu meningkat tapi disaat TP dari 105-126-90, MP semakin menurun
bahkan minus. Disini berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin menurun (the law of
diminishing return).
Kurva 5.4. Hubungan total produksi, marginal produksi, dan rata-rata produksi
Total produksi
130
120
100 TP
80
60
40
20
AP
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 tenaga kerja
MP
-20
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 103
Besarnya nilai MP juga berpengaruh terhadap nilai produksi rata-rata, penambahan satu orang
tenaga kerja akan memperbesar nilai AP selama nilai MP > nilai AP (nilai MP ; 5, 15, 25, 35, 25)
dan nilai AP ( 5, 10, 15, 20, 21). Nilai AP juga mengalami penurunan akibat pengaruh penurunan
nilai MP, tapi penurunan nilai AP tidak setajam penurunan nilai MP, sehingga pada saat MP < 0,
AP masih mungkin bernilai positif bahkan tak pernah negatif.
Dalam analisis ini dimisalkan hanya ada dua faktor produksi yang dapat diubah-ubah
penggunaannya di dalam proses produksi. Dimisalkan pula bahwa kedua faktor produksi tersebut
dapat saling menggantikan. Misalnya, faktor produksi X1 dapat menggantikan faktor produksi X2,
demikian pula sebaliknya X2 dapat menggantikan X1. Masalah yang dihadapi produsen atau
pengusaha dalam kasus ini adalah kombinasi mana dari penggunaan dua faktor produksi itu yang
memerlukan biaya tertendah untuk menghasilkan suatu jumlah produk tertentu (least cost
combination).
Untuk menjawab masalah tersebut perlu pemahaman beberapa konsep, (1) isoquant atau
isoproduct atau kurva produksi sama; (2) daya substitusi marginal atau marginal rate of technical
substitution (MRTS); dan (3) isocost atau price line atau garis harga.
Dalam bagian ini kita melonggarkan asumsi adanya faktor produksi tetap. Baik barang modal
maupun tenaga kerja sekarang bersifat variabel yang harus diingat bahwa pelonggaran asumsi ini
masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab dalam kenyataan, faktor produksi variabel
yang digunakan dalam proses produksi lebih dari dua macam.
1) Alokasi faktor-faktor produksi lebih dari dua macam faktor produksi secara efisien akan
menggunakan model ekonometrika.
2) Alokasi faktor produksi dua macam faktor produksi cukup menggunakan penjelasan grafis dan
matematis sederhana, dengan kurva isoquant dan isocost.
9. Isoquant/Isoproduct/produk sama
Isokuan (isoquant) adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua
macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat tehnologi tertentu, yang
menghasilkan tingkat produksi yang sama atau menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi dua
input variabel untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Isokuan merupakan lokus dari bebagai
kombinasi teknis yang efisien dari input yang digunakan untuk memproduksi suatu tingkat output
tertentu, berbagai bentuk isokuan menunjukkan tingkat substitusi yang digunakan, misalnya;
0 b
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 104
Kurva 5.6. Leontief Isoquant
A x = f (a, b)
0 b
a
Kinked isoquant, menganggap adanya
substitusi terbatas antar input yang digunakan.
Substitusi terjadi pada belokan isoquant (AB)
A
x = f (a, b)
B
0 b
0 b
Tetapi teori ekonomi tradisional biasanya menerima bentuk isoquant yang “smooth convex”
dengan alasan;
1) Berarah (slope) negatif, dari kiri atas kekanan bawah
2) Tidak saling berpotongan
3) Cembenung kea rah pusat (origin)
Isoquant berarah negatif menunjukkan adanya substitusi antar faktor yang digunakan dalam
proses produksi. Misalnya, adanya substitusi antara kapital, K dengan tenaga kerja, L. ini berarti
bahwa jika capital ditambah maka tenaga kerja harus dikurangi dan sebaliknya. Walaupun ada juga
perkecualiannya bahwa tidak selalu ataupun tidak selamanya ada substitusi antar input dalam
memproduksikan suatu output.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 105
Adanya saling berpotongan antar input isoquant tidak logis karena titik potong tersebut akan
diartikan bahwa kombinasi tunggal akan dapat memproduksi 2 macam jumlah output yang berbeda,
sehingga ini ditafsirkan bahwa kenaikan jumlah output dapat dihasilkan tanpa menambah input
yang digunakan, jadi antar isoquant tidak saling berpotongan.
Kecembungan ke arah pusat (origin) menunjukkan bahwa perbedaan sumber/faktor produksi
tidak selalu dapat disubstitusikan secara sempurna, artinya ada batas-batasnya dalam mengadakan
substitusi antar faktor produksi dalam menghasilkan suatu output tertentu. Semakin banyak input
“a” digunakan dan semakin sedikit input “b” digunakan oleh suatu perusahaan dalam
memproduksikan suatu output “x” tertentu, semakin sukar untuk mengadakan substitusi antar input
a dan input b, ini berarti bahwa tambahan penggunaan input a akan diimbangi oleh semakin
kecilnya jumlah input b yang harus dikurangi.
Prinsip seperti diatas disebut sebagai prinsip “diminishing marginal rate of technical
substitutions of a for b” (MRTSab) atau prinsip menurunnya tingkat pertambahan substitusi teknis
antara input a dan b. MRTSab diukur pada setiap titik di isoquant yang menunjukkan arah (slope)
isoquant pada titik tersebut, dan MRTSab ini didefinisikan sebagai jumlah input b yang dikorbankan
untuk mengimbangi adanya tambahan input a tanpa merubah tingkat output yang dihasilkan.
Fungsi produksi menjelaskan bukan hanya satu isoquant tetapi seluruh jumlah isoquant (maps),
dimana masing-masing isoquant menunjukkan tingkat output yang berbeda serta menunjukkan
bagaimana output berubah jika input yang digunakan juga berubah.
Dampak adanya innovasi dalam proses produksi ditunjukkan dengan bergesernya fungsi
produksi keatas atau menurunnya isoquant. Pergeseran ini menunjukkan bahwa sejumlah output
yang sama dapat diproduksikan (sekarang) dengan jumlah input yang semakin berkurang atau
dengan jumlah input yang sama dapat diproduksikan lebih banyak output. Kemajuan teknologi
mungkin juga merubah isoquant, sebagaimana dibedakan oleh Hicks (1946) bahwa ada tiga macam
kemajuan teknologi yang dampaknya terlihat pada tingkat substitusi antar faktor produksi yang
digunakan.
0 b
0 b
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 106
Kurva 5.11. Neutral Technical Progress
a
Ini berarti bahwa dengan adanya
perkembangan (kemajuan) teknologi tidak
akan merubah MRTSab. Sehingga substitusi
I1 antara input a danb tetap
I2
I3
0 b
Contoh 1.
Dalam tabel 5.4 disajikan contoh kemungkinan kombinasi penggunaan input X1 dan X2 untuk
menghasilkan 100 unit output (Y) dan 150 unit output (Y).
Tabel 5.4. Kemungkinan kombinasi X1 dan X2 untuk menghasilkan 100 unit output dan 150 unit
output.
100 unit output (Y=100) 150 unit output (Y=150)
Kombinasi
X1 X2 X1 X2
1 10 44 10 75
2 20 27 20 42
3 30 17 30 30
4 40 12 40 24
5 50 8,6 50 20
6 60 7,2 60 18
7 70 6 70 17
8 80 6 80 18
9 90 7 90 20
Dari tabel di atas dapat digambarkan dua isoquant untuk dua output, yaitu untuk 100 unit dan 150
unit (lihat kurva 5). Isoquant mempunyai sifat-sifat yang serupa dengan Indifference Curves.
Cembung kearah origin, menurun dari kiri atas ke kanan bawah, kurva yang terletak lebih kanan
atas menunjukkan tingkat output yang lebih tinggi.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 107
Kurva 5.12. Isoquant untuk output 100 dan 150 unit
X2
80
70
60
50
40
30
Y=150
20
10
Y=100
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 X1
Di atas telah dikemukakan bahwa kedua faktor produksi X1 dan X2 dianggap dapat saling
menggantikan atau mensubstitusikan. Kemampuan mensubstitusi itu disebut daya substitusi
marginal (marginal rate of technical substitution). Daya substitusi marginal dari X1 untuk X2
(MRTSX1X2) didefinisikan sebagai jumlah penggunaan X2 yang harus dikurangi apabila terdapat
penambahan penggunaan satu unit X1 untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu. Berikut ini
diberikan contoh mencari MRTSX1X2 dari data yang telah ditabulasi, dalam hal ini diambil dari
tabel 5.4 diatas ( lihat tabel 5);
MRTSX1X2 dapat dicari juga dari fungsi produksi . Misalnya dipunyai fungsi produksi Y= f (X1,
X2), maka kita dapat menemukan MRTSX1X2 sebagai berikut:
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 108
Y = f(X1, X2)
Dapat dikatakan pula bahwa MRTS adalah slope (sudut kemiringan) dari isoquant
Contoh 2.
Misal : kasus usaha tekstil tradisional berikut kita perlonggar asumsinya dengan menyatakan bahwa
mesin dapat ditambah.
Tabel 5.6. Produksi total usaha tekstil dua faktor produksi variabel
Tenaga Kerja
Mesin
1 2 3 4 5
1 5 20 45 80 105
2 30 45 105 150 135
3 80 105 150 180 150
4 105 135 180 240 210
Penjelasan :
Dapat dilihat bahwa tingkat produksi 105 bal dapat dicapai dengan beberapa kombinasi faktor
produksi yaitu :
a) 1 mesin dengan 5 tenaga kerja
b) 2 mesin dengan 3 tenaga kerja
c) 3 mesin dengan 2 tenaga kerja
d) 4 mesin dengan 1 tenaga kerja
Sifat-sifat Isoquant :
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 109
Pada tabel berikut terlihat bahwa antara K (barang modal, mesin), dan L (labour, tenaga
kerja) dapat dikombinasikan untuk mendapatkan output yang sama, sebagai berikut :
Kapital OUTPUT ( Q )
(K)
6 10 24 31 36 40 18
5 12 28 36 40 18 40
4 12 28 36 18 40 36
3 10 23 18 36 36 33
2 7 18 28 30 30 28
1 3 8 12 14 14 12
1 2 3 4 5 6
Tenaga Kerja ( L )
Misalkan untuk Q = 12
Kombinasi antara K dan L yang mungkin adalah :
K = 5 dan L = 1 atau K = 4 dan L = 1 atau K = 1 dan L = 6
Q = 28
Kombinasi antar K dan L yang mungkin adalah :
K = 5 dan L = 2 atau K = 4 dan L = 2
K = 2 dan L = 3 atau K = 2 dan L = 6
Q = 18
Kombinasi antara K dan L yang mungkin adalah :
K = 2 dan L = 2, K = 3 dan L = 3, K = 4 dan L = 4, K = 5 dan L = 5
K = 6 dan L = 6
Dengan kesimpulan kemungkinan yang terjadi dalam kombinasi produksi adalah :
Q = 12 adalah 3 kombinasi
Q = 28 adalah 4 kombinasi
Q = 18 adalah 5 kombinasi
Berbagai kombinasi L dan K digambarkan pada suatu kurva yang disebut kurva isokuan
sebagai berikut :
Kurva 5.13. Kurva Isoquant
5
B C
4 Q=3
Q = 28
2 D
Q = 12
1 A
0
1 2 3 4 5 6
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 110
Keterangan :
- Q = 12 dan Q = 28 merupakan kurva isokuan
- Titik A, B adalah titik yang terletak pada isokuan Q = 12 pada titik A kombinasi antara K dan L
adalah 3 K dan 3L
1
Isokuan = 105 bal
0 1 2 3 4 5 tenaga kerja
a. Konveksitas (convexity)
Asumsi konveksitas analogi dengan asumsi pada pembahasan perilaku konsumen, yaitu kurva
indiferensi yang menurun dari kiri atas kekanan bawah (down ward sloping). Produsen dapat
melakukan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi untuk menjaga agar
tingkat peroduksi tetap.
Kesediaan produsen untuk mengorbankan faktor produksi yang satu demi menambah
penggunaan faktor produksi yang lain untuk menjaga tingkat produksi pada isokuan yang sama
disebut derajat tehnik substitusi faktor produksi (marginal rate of technical substitution (MRTS).
MRTSLK adalah bilangan yang menunjukan berapa unit faktor produksi L harus dikorbankan
untuk menambah 1 unit faktor produksi K pada tingkat produksi yang sama. Jika L adalah
tenaga kerja dan K adalah barang modal (mesin), maka : MTRSLK adalah berapa unit tenaga
kerja yang harus dikorbankan untuk menambah 1 unit mesin, demi menjaga produksi pada
tingkat yang sama.
Kurva 5.15. Kurva MRTS
Isokuan
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 111
Jika produsen ingin mengubah kombinasi faktor produksi dari titik A ke titik B maka tambahan
output karena menambah 1 unit L adalah sama dengan produksi marginal L (MP L) dikali
dengan perubahan L atau (MPL . L). Pengurangan output karena pengurangan faktor produksi
K adalah sama dengan produksi marginal K (MPK) dikali perubahan K atau (MPK . K). karena
bergerak pada isokuan yang sama, maka pertambahan output sama dengan nol
(MPL . L + MPK . K = 0 )
MPL . L = MPK . K
A
C Q3
B M2 B Q2
M1 A Q1
C
Q1 Q2 Q3
Kurva (a); MRTS konstan bila kedua faktor produksi bersifat substitusi sempurna (perfect
substitution)
Kurva (b); MRTS adalah nol bila kedua faktor produksi mempunyai hubungan proporsional
tetap (fixed proportion production function).
c. Hukum pertambahan hasil yang semakin menurun (the law of diminishing return)
d. Daerah produksi yang ekonomis (relevance range of production)
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 112
12. Perubahan output karena perubahan skala penggunaan produksi (return to scale).
Adalah konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah faktor
produksi dilipatgandakan (doubling).
a. Skala hasil menaik (increasing return to scale = IRS)
Jika penambahan faktor produksi sebanyak 1 unit menyebabkan output meningkat lebih dari satu
unit, fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menaik.
b. Skala hasil konstan (constant return to scale = CRS)
Jika pelipat gandaan faktor produksi menambah output sebanyak dua kali lipat juga, fungsi
produksi memiliki karakter skala hasil konstan.
c. Jika penambahan satu unit faktor produksi menyebabkan output bertambah kurang dari satu unit,
fungsi produksi memiliki karakter skala hasil menurun (decreasing return to scale = DRS).
0 L1 L2 L3 Tenaga Kerja
0 L1 L2 L3 Tenaga Kerja
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 113
Kurva 5.19. Kurva DRS
0 L1 L2 L3 Tenaga Kerja
M = P1X1 + P2X2 ;
P2X2 = M – P1X1;
-----> persamaan garis harga
X2
R
Garis Harga
X2 = M/P2 – (P1/P2) X1
tg = -P1/P2
tg = -P2/P1
0 Q X1
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 114
14. Kombinasi Dua Input Dengan Biaya Terendah (Least Cost Combination)
Persoalan least cost combination adalah menentukan kombinasi input mana yang memerlukan
biaya terendah apabila jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan. Dalam hal ini
pengusaha masih dapat menghemat biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai input
yang digantikan atau disubstitusi masih lebih besar dari nilai input yang menggantikan atau yang
mensubstitusi. Jadi, selama X2.P2 > X1.P1 maka penggantian X2 oleh X1 masih
menguntungkan. Biaya sudah mencapai minimum apabila X2 . P2 = X1.P1 atau X2/ X1 = P1/P2
atau MRTSX1X2 = P1/P2.
Dengan demikian untuk menentukan kombinasi dua input dengan biaya terendah diperlukan
dua syarat :
1) Isoquant untuk tingkat output yang dikehendaki dan daya substitusi marginal antara kedua input
harus diketahui (syarat keharusan).
2) Daya substitusi marginal dari X1 untuk X2 ( MRTSX1X2) harus sama dengan rasio harga X1 dan
harga X2 (syarat kecukupan) atau MRTSX1X2 = P1/P2 atau PMX1/PMX2 = P1/P2 atau PMX1/P1 =
PMX2/P2.
Jika diambil contoh kasus pada tabel 5 dan jika harga X1 = Rp.200,- dan harga X2 =Rp. 1.000,-
per unit maka least cost combination adalah pada penggunaan X1 antara 50 dan 60 dan X2 antara 20
dan 18 unit. Pada kombinasi ini P1/P2 (Rp.200/Rp.1000) = X2/X1 (0,2). Pada kondisi demikian
perusahaan akan menghasilkan keuntungan maksimum.
Dalil least cost combination ini ternyata berhubungan erat dengan dalil produksi optimum (dalil
keuntungan). Hubungannya adalah sebagai berikut :
Least cost combination : . Bila sisi kiri persamaan ini dikalikan dengan persamaan
tersebut tidak mengalami perubahan nilai.
Persamaan ini merupakan persamaan dalil least cost combination. Seperti telah dijelaskan di muka
bahwa dalil produksi optimum atau dikenal dengan dalil keuntungan adalah :
Dengan demikian dalil least cost combination merupakan sisi kiri dari persamaan dalil
keuntungan. Persoalan least cost combination dapat pula diselesaikan dengan menggunakan grafik.
Kombinasi input dengan biaya terendah ini secara grafis dapat digambarkan sebagai berikut;
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 115
Kurva 5.21. Least Cost Combination
X2
X1
P1/P2
0 Q X1
Titik singgung P antara isocost dan isoquant merupakan titik kombinasi optimum, karena pada
titik itu terpenuhi syarat kecukupan, yaitu dimana daya substitusi marginal dari X 1 untuk X2 sama
dengan perbandingan harga-harga X1 dan X2. Apabila diketahui fungsi produksinya, persoalan least
cost combination dapat diselesaikan secara matematis.
Dan harga satuan X1 = Rp. 5000,- dan harga satuan X2 = Rp. 3000,-. Tentukan kombinasi optimum
untuk mencapai produk sebesar 100 satuan!
Jawaban:
Persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan memakai pertolongan “La Grange Multiplier”,
sehingga bentuk fungsi tujuan (objective functions) menjadi sebagai berikut:
Fungsi tujuan diatas dibaca : Minimumkan pengeluaran E untuk pemakaian faktor-faktor produksi
X1 dan X2 , dengan syarat tercapainya produk sebesar 100 satuan menurut fungsi produksi yang
telah ditentukan. Agar fungsi E minimum maka derivatif pertama dari fungsi tersebut terhadap X1,
X2, dan harus sama dengan nol sedang derivatif kedua harus positif. adalah koefisien La
Grange Multiplier.
1)
2)
3)
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 116
Dari (1) :
Dari (2) :
Dari (3) :
√ √
√
Tarik akar dari pembilang dan penyebut secara terpisah, menjadi
√
√
Hitunglah akar dan rasionalkan penyebut
√
√
Dan hitunglah bilangan pangkatnya
Jadi, dengan kombinasi X1 = 1,45 dan X2 = 3,625 , biaya produksi dapat diminimumkan, untuk
memproduksi 100 satuan produk. Biaya produksi tersebut adalah : 5000 (1,45) + 3000 (3,625) =
Rp. 18.125,00.
Kurva anggaran produksi adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan
dua macam faktor produksi yang memerlukan biaya yang sama. Jika harga faktor produksi tenaga
kerja adalah upah (w) dan harga faktor produksi barang modal adalah sewa (r) maka kurva isocost
(I) adalah :
I = rK + wL
Sudut kemiringan kurva isocost adalah rasio harga kedua faktor produksi, jika terjadi perubahan
harga faktor produksi, kurva I berotasi. Jika yang berubah adalah kemampuan anggaran, kurva
isocost bergeser sejajar
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 117
Kurva 5.22. Kurva Isocost
Mesin Mesin
(a) (b)
I1 I2 I3 I1 I2 I3
0 Naker 0 Naker
Kurva (a) ; jika terjadi perubahan harga faktor produksi, kurva I berotasi, kurva (b) ; jika yang
berubah adalah kemampuan anggaran, maka kurva isocost bergeser sejajar.
Q90 ( periode I)
Perubahan-perubahan itu dapat dilihat dari angka MRTS yang tercermin dari perubahan sudut
kemiringan isokuan.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 118
Kurva 5.24. Tipe kemajuan tehnologi
porsi penggunaan barang modal porsi penggunaan barang modal porsi penggunaan tenaga kerja
(mesin) makin besar (mesin) tetap makin besar
Tehnologi harus melewati tiga tahap sebelum dapat mempengaruhi efisiensi, yaitu :
a. Penemuan (invention), riset-riset ilmu pengetahuan bertujuan menemukan tehnologi-tehnologi
baru untuk proses produksi.
b. Hasil penemuan tidak ada artinya bila para produsen tidak berani mengaplikasikannya dengan
melakukan inovasi (innovation), keberhasilan inovasi akan mengundang makin banyak
pengusaha yang mau melakukannya.
c. Penerapan aplikasi dan inovasi terjadilah penyebaran inovasi (spread of innovation) yang
menyebabkan tingkat penerimaan terhadap inovasi (adopting innovation) mendekati 100 %.
0 Waktu
1. Sebuah perusahaan mebel berproduksi dalam jangka pendek dengan jumlah peralatan (mesin)
tetap. Manajer perusahaan mengamati, bila jumlah tenaga kerja ditingkatkan secara bertahap
dari 1 sampai 7 orang, jumlah output yang dihasilkan adalah ; 10, 17, 22, 25, 26, 25, 23.
a. Hitunglah produksi rata-rata dan produksi marginal
b. Apakah perusahaan mebel ini mengalami hukum pertambahan hasil semakin menurun (the
law diminishing return) ?.
c. Jika ya, jelaskan faktor penyebabnya
d. Gambarkan kurva Total Product (TP), Marginal Product (MP), Average Product (AP).
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 119
Jawab :
b) Jika dilihat dari perubahan nilai produksi marginal yang terus menurun bahkan mencapai
negatif pada saat penggunaan tenaga kerja 6 orang, dapat disimpulkan dalam proses
produksi perusahaan berlangsung hukum pertambahan hasil yang makin menurun, akibat
hukum ini, produksi rata-rata juga menurun.
c) Penyebab berlangsungnya hukum LDR adalah adanya faktor produksi tetap, yaitu peralatan
(mesin). Penambahan tenaga kerja pada akhirnya menyebabkan inefisiensi, karena rasio
antara mesin dan tenaga kerja tidak ideal lagi.
d) Kurva TP, MP, AP
TP, MP, AP
30
25 TP
20
15
10
5 AP
0 1 2 3 4 5 6 7 Naker
MP
2. Sebuah perekonomian memiliki angkatan kerja sebanyak 10 juta jiwa. Besarnya output
perekonomian (produk domestic bruto = PDB) ditentukan oleh jumlah angkatan kerja yang
memperoleh kesempatan kerja ; X = 15L2 – L3, dimana X adalah PDB dalam triliun rupiah dan
L adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja (kesempatan kerja, dalam juta jiwa). Dalam
kampanye Pemilu, seorang pimpinan partai menjanjikan program ketenagakerjaan yang dapat
mencapai tiga tujuan sekaligus :
a. Kemakmuran bersama mencapai tingkat tertinggi (PDB maksimum)
b. Produktivitas tenaga kerja maksimum (APL maksimum)
c. Upah tenaga kerja diukur dari produksi marginal juga maksimum (MPL maksimum).
Bagaimana pendapat anda.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 120
Jawab :
a. Jika tuntutan produktivitas yang menjadi tujuan, maka kesempatan kerja ditutup pada saat
APL (produktivitas rata-rata tenaga kerja) maksimum.
X = 15L2 – L3
( )
=
( }
=
= (30 – 3L) – (15- L) = 0
= 15 – 2L = 0 L = 7,5
b. Jika tujuan yang ingin dicapai adalah kemakmuran diukur dari nilai PDB maksimum,
kesempatan kerja distop pada saat produktivitas marginal tenaga kerja (MPL) = 0
= 30L – 3L2 = 0
= (30 – 3L)L = 0
L1 = 0
L2 = 10 (setelah dicek dengan matematis X/L2 < 0),
Jadi, jika tujuan yang ingin dicapai adalah kemakmuran, kesempatan kerja terbuka untuk
10 juta orang. Dengan demikian tidak ada angkatan kerja yang menganggur. Tetapi
produktivitas bukan yang tertinggi, dimana APL pada saat itu hanya Rp 50 juta pertahun.
c. Jika tujuannya adalah kesejahteraan individu, dimana upah per tenaga kerja maksimum,
kesempatan kerja ditutup pada saat ;
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 121
Upah per tenaga kerja maksimum tercapai bila kesempatan kerja tersedia untuk 5 juta jita,
yang berarti ada pengangguran sebanyak 5 juta jiwa (50%). Hasil perhitungan-perhitungan
diatas dapat dibandingkan dalam bentuk tabel dibawah ini ;
Ternyata ketiga tujuan yang disampaikan pimpinan partai tersebut tidak dapat tercapai
sekaligus. Antara satu tujuan dengan tujuan yang lain, saling mengorbankan (trade off).
Secara ekonomi, janji pimpinan partai tersebut kurang dapat dipertanggung jawabkan.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 122
Bagian VI
Teori Biaya
1. Pengertian
Teori biaya dikenal juga dengan teori ongkos, jadi dalam pembahasan buku ini tidak akan
diperdebatkan penggunaan biaya atau ongkos. Ongkos atau biaya produksi merupakan faktor utama
dalam menentukan jumlah barang atau jasa yang akan dijual dipasar. Untuk mengetahui penawaran
dan jumlah barang yang ditawarkan harus mengetahui ongkos-ongkos (biaya) yang dikeluarkan,
dimana bersumber dari prinsip produksi. Ongkos/biaya berkaitan dengan; biaya produksi atau harga
pokok pabrikasi, jumlah unit yang ditawarkan kepasar, harga pokok penjualan dan harga jual
produk, proyeksi laba perunit produk dimasa datang.
Dalam operasional perusahaan, biaya produksi merupakan komponen yang utama untuk
dianalisis. Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan
tersebut. Ongkos produksi dapat diartikan sebagai nilai yang harus dikorbankan (hilang) dari
alterntif produksi yang menggunakan input dimana input tersebut digunakan untuk memproduksi
output tertentu. Prinsip ini dikenal dengan nama “alternative cost principle” atau opportunity cost
principle”. Untuk analisis biaya produksi perlu diperhatikan dua jangka waktu, yaitu (1) jangka
panjang, yaitu jangka waktu di mana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan dan (2)
jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi dapat berubah dan sebagian
lainnya tidak dapat berubah. Dalam modul ini mahasiswa hanya dikenalkan bahasan biaya produksi
jangka pendek.
Produksi berbicara tentang nilai fisik penggunaan faktor produksi, sedangkan biaya
mengukurnya dengan nilai uang. Sesuatu yang efisien secara tehnis belum tentu secara financial
dan ekonomi menguntungkan. Dalam pembahasan ini asumsi-asumsi yang digunakan adalah :
a. Perusahaan bergerak dipasar persaingan sempurna. Harga output ditentukan oleh pasar dan
berapapun yang diproduksi akan terjual habis. Perusahaan tidak perlu merencanakan strategi
penjualan, yang harus dipikirkan adalah menentukan tingkat output agar biaya produksi perunit
dapat diminimumkan.
b. Faktor produksi atau input yang digunakan adalah barang modal dan tenaga kerja. Dalam
jangka pendek hanya tenaga kerja yang bersifat variabel.
2. Konsep Biaya
Telah diuraikan bahwa pengertian biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya kesempatan, konsep
ini tetap dipakai dalam analisis teori biaya produksi, berkaitan dengan konsep tersebut, dikenal
dengan biaya eksplisit (explicit cost) dan biaya implisit (implicit cost).
Biaya eksplisit adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang produsen untuk membayar
pengeluaran pada pembelian input-input saja, misalnya pembayaran untuk membeli bahan baku,
barang setengah jadi, pembayaran overhead, beban penyusutan, beban sewa. Atau biaya-biaya yang
secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan keuangan ( biaya listrik, telepon, air, upah buruh,
atau gaji karyawan). Dan biaya implisit merupakan biaya yang dimilikinya, penggunaan input
sendiri biasanya tidak dihitung sebagai pengeluaran oleh perusahaan, misalnya gaji bagi pemilik
perusahaan biasanya tidak dihitung atau dimasukkan dalam komponen biaya, juga hasil yang
diterima oleh pemilik perusahaan dari investasi pabrik/perusahaan, dividen dari kepemilikan
saham, peralatan dan inventori lainnya, atau biaya implisit dikenal juga biaya-biaya kesempatan
(opportunity cost).
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 123
Dengan kata lain ongkos/biaya implisit adalah biaya yang tidak dihitung sebagai pengeluaran.
Berikut dapat dikemukakan beberapa jenis biaya, yaitu;
a) Biaya / upah tenaga kerja (w)
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan tenaga kerja
perorang, persatuan waktu.
Harga tenaga kerja adalah upahnya, bagi ekonomi upah pekerja adalah biaya eksplisit dengan
asumsi upah yang dibayarkan adalah sama besar dengan upah yang diterima oleh tenaga kerja
bila bekerja ditempat lain, asumsi ini terpenuhi dipasar tenaga kerja persaingan sempurna.
b) Biaya barang modal ( r )
Seorang akuntan menggunakan konsep biaya historis, itu sebabnya dalam laporan akuntansi,
nilai barang modal harus disusutkan (depreciation cost). Ekonomi melihat biaya barang modal
sebagai biaya implisit, biaya penggunaan barang modal bukanlah berapa besar uang yang harus
dikeluarkan untuk menggunakannya, melainkan berapa besar pendapatan yang diperoleh bila
mesin disewakan kepada perusahaan lain.
c) Biaya kewirausahawanan
Wirausaha (pengusaha) adalah orang yang mengkombinasikan berbagai faktor produksi untuk
ditransformasi menjadi output berupa barang atau jasa, yang harus menanggung resiko atas
kegagalan, dan balas jasa berupa laba atas keberanian menanggung resiko.
Biaya produksi dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu (1) Biaya tetap (fixed cost) dan (2)
Biaya variabel (variable cost). Dalam analisis biaya produksi perlu memperhatikan (1) biaya
produksi rata-rata : yang meliputi biaya produksi total rata-rata , biaya produksi tetap rata-rata, dan
biaya variabel rata-rata ; dan (2) biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya produksi yang harus
dikeluarkan untuk menambah satu unit produksi. Jadi, dari segi sifat biaya dalam hubungannya
dengan tingkat output, biaya produksi dapat dibagi ke dalam:
a) Biaya total (total cost = TC), adalah total dari biaya tetap ditambah dengan total biaya variabel
atau keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi.
b) Biaya tetap (total fixed cost = TFC), adalah biaya yang dikeluarkan besarnya tidak tergantung
pada jumlah produksi (output, kuantitas/jumlah = Q ) yang dihasilkan (seperti ; biaya barang
modal, gaji pegawai, bunga pinjaman, sewa, listrik, air, telepon), atau pada kondisi ini terjadi Q
= 0 dan FC = 1.
c) Biaya variabel (total variable cost = TVC), adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat
produksi (seperti ; biaya bahan baku, upah tenaga kerja langsung. Maka ketiga biaya ini dalam
formula dapat ditulis : TC = TFC + TVC. Kurva ongkos (biaya) adalah kurva yang menunjukan
hubungan antara jumlah ongkos produksi yang dikeluarkan produsen (vertical) dan tingkat
output yang dihasilkan (horizontal)
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 124
Kurva 6.1. Hubungan biaya
Cost
TC
TVC
TC
TFC
FC VC
0 Q
4. Penerimaan (revenue)
Adalah penerimaan produsen atau perusahaan dari hasil penjualannya outputnya dalam periode
tertentu. Ada beberapa konsep penerimaan yang penting untuk dianalisa perilaku produsen.
a. Total revenue (TR)
Adalah penerimaan total dari hasil penjualan atau output perusahaan dalam periode tertentu,
dan ditulis : TR = Q x PQ ( dimana Q adalah unit yang diproduksi, dan PQ adalah harga jual per
unit).
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 125
b. Average revenue (AR)
Adalah penerimaan perunit output yang dijual, dan ditulis :
Kurve biaya produksi adalah kurve yang menunjukkan hubungan antara jumlah biaya produksi
yang dipergunakan dan jumlah produk yang dihasilkan. Pada umumnya biaya produksi ditunjukkan
oleh sumbu vertikal dan jumlah produk oleh sumbu horizontal. Kurve ini bisa diperoleh dengan
diketahuinya : (1) kurve produk total (KPT), dan (2) harga-harga per unit input yang digunakan.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 126
Kurva 6.2. Produksi Total
Q
M
Q3
produksi total
Q2 C
Q1 B
0 X1 X2 X3 X
Rp Rp
TVC
TFC
0 Q1 Q2 Q 0 Q
Kurva 6.5. Biaya tetap rata-rata Kurva 6.6. Biaya variabel rata-rata
Rp Rp
0 Q 0 Q2 Q
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 127
Slope dari AFC adalah negatif, yaitu FC besar dalam total dan akan semakin kecil dalam rata-rata
(misal biaya Rp 1.000.000/bulan, bila produksi 1 bulan 1000 unit dan meningkat terus dalam 1
tahun maka FC perunit produk akan semakin kecil), maka garis AFC dari kiri atas kekanan bawah.
Sedangkan slope dari AVC adalah positif, yaitu VC akan semakin besar bila produksi juga
meningkat (misal saat jumlah produksi 1000 unit, TVCnya adalah Rp. 10.000, bila produksi 2000
unit maka TVC meningkat menjadi Rp 20.000 begitu terus berlaku dalam satuan waktu tertentu).
Kurve 6.7. Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost = ATC) dan Kurve Biaya Marginal
(Marginal Cost)
Rp
TC
TVC
TFC
0 Q
Rp
MC = TC/Q
ATC
Titik B” = MC minimum
PM Makismum
AVC
B”
AFC
0 Q1 Q
Kurva 6.7. menunjukkan adanya hubungan antara ATC, AVC dan MC sebagai berikut:
a) AVC adalah minimum bila TVC menyinggung garis yang dibuat melalui titik origin.
b) ATC adalah minimum bila TC menyinggung garis yang dibuat melalui titik origin.
c) AVC dan ATC adalah minimum pada titik potong dengan MC.
Sebagai catatan, TC disini berbeda dengan TIC (total input cost) yang telah dibahas dalam bab
terdahulu. Kurve TC menunjukkan hubungan antara TC dan output, sedangkan kurve TIC
menunjukkan hubungan antara TC dengan tingkat penggunaan input.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 128
Kurva 6.8. Hubungan biaya dan penerimaan
TC TR
TC
y
TR
M
0 M Q
Dari kurva dapat diketahui bahwa keuntungan perusahaan adalah selisih antara TR dikurang TC
yang merupakan sebagai jarak vertikal antara kedua kurva tersebut. Dengan demikian keuntungan
maksimum adalah jarak terjauh dari total revenue (TR) dikurang total cost (TC) tersebut sebesar
AB dengan jumlah produksi sebesar OM dan total revenue sebesar MA sedang TC = MB.
Jarak tertinggi ini terdapat pada kemiringan (slope) dari kedua kurva tersebut adalah sama.
Slope dari kurva TR menunjukan penerimaan marginal revenue pada tingkat produksi dan slope
dari TC adalah menunjukan biaya marginal dari produksi tersebut. Pada tingkat produksi OM garis
singgung xy sejajar dengan garis singgung MN yang berarti slope dari kurva tersebut adalah sama
sehingga dalam hal ini MR sama dengan MC.
Seperti yang telah diuraikan diatas marginal cost adalah tambahan biaya produksi untuk unit
terakhir dari hasil produksi perusahaan. Dalam hal biaya ini kita dapat melihat dan menghitung
mengenai biaya rata-rata (average) atau AC, MC, TC, dimana TC = FC + VC, semakin besar
jumlah produksi maka besar pula jumlah VC sedang FC adalah tetap, walaupun berapa jumlah
produksi yang akan dihasilkan.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 129
Tabel 6.1. Q, TC, MC, AC
Untuk lebih jelasnya gambar berikut ini memperkirakan dan memperlihatkan adanya
hubungan antara AC dengan MC dimana keduanya sama mempunyai kurva yang berbentuk U yang
artinya mula-mula menurun kemudian naik kembali.
AC
P Q
M N
0 Q Q
Jika AC mulai naik maka MC lebih tinggi dari AC sehingga dari hubungan ini terlihat bahwa
MC selalu memotong AC pada titik terendah. Maksimum profit akan diperoleh pada titik potong
MC dan AC tersebut dimana total revenue kurang TC adalah sisa maksimum yang tergambar QP
dan MN. Sebaliknya jika MR lebih kecil dari MC akan terjadi kerugian, bila harga pasar dari suatu
produksi lebih kecil dari AC maka perusahaan juga akan menderita rugi. Dalam jangka panjang
setiap perusahaan akan berupaya agar kerugian yang dideritanya adalah seminimum mungkin,
sedang dalam jangka pendek sebaliknya dilakukan pembatasan hasil produksi atau output
sedemikian rupa sampai TR berada diatas total variabel cost (TVC).
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 130
Kasus I : Kasus Untuk Kurve Permintaan Menurun
Anggap kurve permintaan yang dihadapi produsen bersifat menurun, yang berarti bahwa produsen
bisa menjual lebih banyak output hanya dengan menurunkan harga. Kondisi ini terjadi pada pasar
monopoli. Berikut ini disajikan contoh hubungan antara TR, AR, dan MR ( tabel 6.1 ).
TR (Rp)
Eh = 1
500
400
Eh > 1 Eh < 1
300
100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Q
Harga (Rp)
200
100 AR = D (permintaan) = Pq
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Q
MR
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 131
Sifat hubungan dari ketiga konsep tersebut adalah sebagai berikut:
a) TR menaik selama elastisitas harga dari kurve permintaan , yang tidak lain adalah AR, lebih
besar dari satu ( Eh > 1).
b) TR maksimum pada tepat pertengahan kurve permintaan, yaitu pada Eh = 1.
c) TR menurun pada daerah di mana kurve permintaan mempunyai Eh < 1.
d) TR menaik selama MR positif, maksimum pada MR =0, dan menurun bila MR negatif.
Pada kasus ini produsen tidak dapat mempengaruhi harga jual. Berapapun jumlah output yang
dijual, harga output per unit yang diterima produsen adalah tetap. Kondisi ini terjadi pada pasar
persaingan sempurna. Hubungan antara TR, AR, dan MR adalah sebagai berikut;
Q Pq = AR =MR =D Pq Q = TR MR = Δ TR/ Δ Q
0 100 0 100
1 100 100 100
2 100 200 100
3 100 300 100
4 100 400 100
5 100 500 100
6 100 600 100
7 100 700 100
8 100 800
Angka-angka dalam tabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Kurva 6.11. Hubungan TR, AR, dan MR untuk Kurve Permintaan Horizontal
TR (Rp)
800
700 TR
600
500
400
300
200
AR = Pq = MR = D ( permintaan)
100
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Q
Dari kurva diatas dapat dilihat adanya sifat-sifat TR, AR, dan MR tersebut, yaitu :
a) TR berupa garis lurus yang menaik, tanpa ada posisi maksimum.
b) MR = AR = Pq = D dan tidak pernah nernilai negatif.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 132
7. Pembahasan soal.
Sebuah perusahaan “XYZ” memberikan data-data ; naker, unit produksi, biaya tetap, dan biaya
variabel.
Berdasarkan data pada tabel diatas, hitunglah ; TC, AFC, AVC, ATC, MC
MC = MC =
TC = AFC = AVC = ATC =
Naker Q TFC TVC
TFC+TVC TFC /Q TVC / Q TC/Q
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 133
8. Teori Profit Maksimum
= TR - TC
Dimana : adalah laba atau keuntungan, TR = total revenue (total penerimaan), TC = total cost
(total biaya)
TR = P x Q TC = TFC + TVC
Dimana ; P adalah harga perunit, Q adalah jumlah unit yang diproduksi atau output yang
diproduksi, TFC = total fixed cost adalah total biaya tetap, TVC = total variable cost adalah total
biaya variabel.
TR = TC Atau =0
Bagaimana menghitung laba maksimum ?, ada tiga pendekatan penghitungan laba maksimum
yaitu :
a. Pendekatan totalitas (totality approach)
Adalah membandingkan pendapatan total (TR) dengan biaya total (TC), dimana TR adalah unit
output yang terjual dikalikan harga output perunit. Dalam pendekatan totalitas biaya variabel
perunit output dianggap konstan, sehingga biaya variabel adalah jumlah unit output (Q) dikali
biaya variabel perunit, jika biaya variabel perunit adalah V, maka VC = V x Q dengan
demikian;
= TR – TC = P x Q – ( FC – V.Q)
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 134
Kurva 6.12. TR dan TC
Rp
TR = P.Q
TC = FC + VC
Tr =TC BEP
VC = V.Q
FC
0 Q* Q
Q* jumlah unit yang harus diproduksi atau dijual untuk mencapai titik impas. Cara
menghitungnya adalah Q dapat diturunkan dari persamaan :
Soal :
Si A melihat pasar potensial terhadap jajanan anak murid SD yang menimbulkan permintaan
potensial jajanan anak sebanyak 1000 orang perhari. Untuk mewujudkan impiannya si A terjun
dalam bisnis pembuatan coklat jajanan anak dengan membeli alat-alat produksi dan mesin cetak
seharga Rp 5 juta, biaya produksi perunit Rp 250, dan harga jugal perunit Rp 500 untuk
mencapai titik impas berapa yang harus diproduksi ?
Jawab :
Q = jumlah unit yang harus diproduksi, F = Rp 5000.000, P = Rp 500, V = Rp 250
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 135
Contoh :
PT. Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk singkong akan dibeli dilahan
oleh produsen tapioka seharga Rp 150 per kg. Setiap hektar diperkirakan menghasilkan
singkong minimal 25 ton. Berdasarkan studi pendahuluan biaya produksi seperti :
- Biaya persiapan lahan Rp 500.000 per ha
- Biaya tanam, perawatan, pupuk, obat, dan tenaga kerja Rp 1000.000 per ha.
- Biaya panen Rp 10 per kg, target = 1 milyar
Jawab :
Biaya persiapan Rp 500.000
Biaya tanam, perawatan Rp 1.000.000
Rp 1.500.000 per ha
1 ha menghasilkan 25 ton ( 25.000 kg), jadi biaya rata-rata persiapan, tanam dan perawatan
adalah : .
Jadi total biaya rata-rata per kg : Rp 60 + Rp 10 = Rp 70, karena harga jual singkong (P) adalah
RP 150, maka berapa hektar singkong yang harus ditanam yaitu :
= (P – AC) Q
1.000.000.000 = (150 – 70) Q
Q = (1000.000.000 : 80) kg
= 12.500.000 kg
= 12.500 ton
Jadi jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rp 1 milyar adalah 12.500
ton. Karena per ha menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang harus ditanam adalah 500 hektar.
= (P – AC) Q
= (150 – 70) 12.500.000
= 1.000.000.000
= MR – MC =0
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 136
Kurva 6.13. TR dan TC dan Laba
Rp
TC
b1 c1
a1
TR
c2
a2
b2
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q
Di pembahasan teori biaya produksi, kita telah mengkontruksi kurva biaya total (total cost =TC)
yang bentuk kurvanya seperti huruf S terbalik, kurva pendapatan total diperoleh dari kurva TP
dikali P dan kurva TP berbentuk S, karena kurva TR = TP x P, maka kurva TR juga berbentuk
huruf S, kurva TR – kurva TC = kurva laba. Tingkat output yang memberikan laba adalah
interval Q1 s/d Q5, jika output dibawah Q1 perusahaan rugi karena TR < TC begitu juga bila
melebihi Q5.
Interval Q1 – Q5 dalam pembahasan teori produksi disebut daerah produksi ekonomis.
Perusahaan akan mencapai laba maksimum disalah satu titik antara Q1 – Q5. Pada grafik laba
maksimum () pada saat output sebesar Q3, secara matematis laba maksimum berada pada MR =
MC. Pada grafik dapat dilihat dua garis singgung b1 dan b2, garis singgung b1 turunan pertama
fungsi TR = MR. Garis singgung b2 turunan pertama fungsi TC = MC. Garis singgung b1 sejajar
garis singgung b2 artinya MR = MC.
Interval Q3 – Q5.
Jika output ditambah dari Q3 ke Q4 terlihat bahwa sudut kemiringan garis singgung c1 (MR)
sudah lebih kecil dari sudut kemiringan garis singgung c2 (MC). Artinya jika output ditambah 1
unit maka tambahan MR lebih kecil dari tambahan MC maka perusahaan akan merugi bila terus
menambah output.
Kesimpulan ;
a. Pada interval Q1 – Q3 dimana MR > MC karenanya penambahan output akan meningkatkan
laba.
b. Pada interval Q3 – Q5 dimana MR < MC karenanya penambahan output akan menurunkan
laba
c. Pada saat output adalah Q3 maka MR = MC, perusahaan mencapai laba maksimum.
Untuk analisis keuntungan ini diperlukan data tentang : Q, Pq, dan TC . Dengan diketahuinya
data ini dapat dihitung besarnya TR, AR, MR, MC, dan AC yang penting untuk menentukan posisi
keuntungan maksimum atau juga dikenal dengan posisi ekuilibrium, berikut disajikan data hipotetis
untuk menentukan posisi keuntungan maksimum.
Q Pq TR TC AC=TC/Q MR = MC = Keuntungan
Δ TR/ Δ Q Δ TC/ ΔQ (TR –TC)
0 200 0 145 - 180 30 -145
1 180 180 175 175 140 25 +5
2 160 320 200 100 100 20 +120
3 140 420 220 73,3 60 30 +200
4 120 480 250 62,5 20 50 +230*)
5 100 500 300 60 -20 70 +200
6 80 480 370 61,6 -60 90 +110
7 60 420 460 65,6 -100 110 -40
8 40 320 570 71,3 -250
*) Posisi Keuntungan maksimum
Angka-angka dalam tabel ini dapat digambarkan sebagai berikut (Gb. 6.14 dan 6.15)
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 138
Kurva 6.14. Grafik Penentuan Posisi Keuntungan Maksimum
Harga (Rp)
200
P* D
MC
100
AC
C* B
AR = Pq = D (permintaan)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Q
A
MR
Keterangan
Hasil jual : OADP* = 480 (OA x OP*)
Biaya : OABC* = 250 (OA x OC*)
Dari kurva diatas nampak bahwa pada tingkat output = 4 di mana MR = MC dicapai keuntungan
maksimum sebesar Rp. 230,-.
400
300 Rp 230 TR
200
100
Rp 230
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Q
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 139
Hal-hal penting yang dapat disimpulkan dari tabel kasus 1 maupun kurva 6.14 dan kurva 6.15
adalah sebagai berikut:
a) Keuntungan total ( TR-TC) maksimum dicapai pada posisi jarak vertikal antara kurve TR dan
Kurve TC paling lebar. Posisi ini terletak di mana slope garis singgung TR sama dengan slope
garis singgung TC.
b) Slope garis singgung TR = Δ TR/Δ Q = MR Slope garis singgung TC = ΔTC/ ΔQ = MC.
Berarti posisi keuntungan maksimum dicapai pada saat MR = MC. Persamaan ini sering disebut
sebagai dalil keuntungan maksimum.
c) Pada saat TR maksimum atau AC minimum tidak berarti posisi keuntungan maksimum
Syarat dicapainya keuntungan maksimum sama seperti pada kasus I, yaitu pada saat MR = MC.
Tetapi karena pada kasus II , kurve permintaan D = AR = Pq, maka syarat dicapainya keuntungan
maksimum menjadi: MR = MC = Pq =D, berikut ini disajikan kembali data yaitu;
Q AR=Pq TR TC AC MR MC
0 100 0 145 -45 - 100 30
1 100 100 175 -75 175 100 25
2 100 200 200 0 100 100 20
3 100 300 220 180 73,3 100 30
4 100 400 250 150 62,5 100 50
5 100 500 300 200 60 100 70
6 100 600 370 230 61,6 100 90
7 100 700 460 240* 65,6 100 110
8 100 800 570 230 71,3
Ket. : * = posisi keuntungan maksimum
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 140
Kurva 6.16. Posisi Keuntungan Total Maksimum
Rp
MC
AC
100 MR = AR = Pq = D
0 2 4 6 8 10 Q
Rp
800 TR
TC
600 240
400
200
240 Keuntungan total
0 2 4 6 8 10 Q
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 141
9. Pembahasan soal.
Diminta :
a. Buktikan dengan grafik atau tabulasi bahwa MR = 50 – Q
b. Berapa tingkat output untuk mencapai laba maksimum, dan berapa besarnya laba
maksimum tersebut.
c. Berapa tingkat output untuk mencapai penerimaan maksimum dan berapa besarnya
penerimaan tersebut, dan berapa besarnya laba pada saat itu
d. Gambarkan jawaban dalam bentuk diagram.
Jawab.
a. Tabulasi.
Q = 100 – 2P atau P = 50 - ½Q
TR = P. Q
= ( 50 - ½Q). Q
= 50Q - ½Q2
Maka : MR ;
50
30
MR = TC
25
10 MC=AC =10
MR =50 -Q
Q = 100 – 2P
0 20 40 50 80 100 Q
2) Sebuah perusahaan yang beroperasi dalam pasar persaingan memiliki struktur biaya sebagai
berikut :
- Biaya marginal MC = 3 + 2Q
- Biaya variabel rata-rata AVC = 3 + Q
- Biaya tetap F=3
Jika harga jual dipasar adalah Rp 9 perunit, maka :
a. Hitunglah jumlah output agar perusahaan mencapai kondisi keseimbangan.
b. Pada tingkat keseimbangan tersebut diatas apakah perusahaan menikmati laba ?
Jawab :
Jumlah output yang diproduksi
MC = 3 + 2Q Q = ½MC - 1½
Keseimbangan tercapai bila MC = P = 9
Q = ½(9) - 1½
= 3 unit
Jadi jumlah output yang harus diproduksi adalah sebanyak 3 unit.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 143
3) Diketahui PT. ABC mendapat laba sebesar Rp 500 dari penjualan sebanyak 700 unit barang,
tapi harus mengeluarkan biaya tetap Rp 2.000. sedangkan harga jual perunit Rp 20. Dari data
tersebut diminta :
a. Carilah fungsi ongkos, fungsi pendapatan total dan penjualan pada keadaan BEP
b. Manajer berpendapat bahwa keuntungan dapat diperbesar apabila harga dinaikan Rp 5,-.
Benarkah pendapat itu bila penjualan berkurang 150 unit ? berapa besarnya tambahan laba
atau rugi tersebut ?
Jawab;
a. Q=700 unit, = Rp 500, TR= P.Q, dimana P=Rp 20, TR = 20x700 = Rp 14.000
= TR – TC
500 = 14.000 - TC
TC = 14.000 – 500
= Rp 13.500
FC = Rp 2.000 TC = FC + VC
13.500 = 2.000 + VC
13.500 - 2.000 = VC
11.500 = VC pada Q = 700 unit
Berarti VC perunit 11.500/700 = Rp 16,43
Fungsi total cost
TC = FC + VC
= 2.000 + 11.500
= Rp 13.500
Maka;
TC = 2.000 + 16,43Q dan TR = 20Q
BEP TR = TC
20 Q = 2.000 + 16,43 Q
20 Q - 16,43 Q = 2.000
3,57 Q = 2.000
Q = 2.000/3,57
Q = 560,22
b. P naik dari P=20 menjadi P=25 sementara Q turun dari 700 unit ke 550 unit
TR = P.Q adalah fungsi baru
TR = 25 x 550
= 13.750
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 144
Bagian VII
Teori Persaingan Dalam Pasar
Pasar output adalah pertemuan antara permintaan output dan penawaran output. Pada sisi
permintaan, pasar output mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bahwa permintaan pasar adalah
penjumlahan dari permintaan konsumen yang jumlahnya banyak sekali. Namun pada sisi
penawarannya, jumlah penjual bervariasi dari jumlah yang sangat banyak sampai jumlah yang
sedikit, bahkan hanya satu penjual. Berdasarkan jumlah penjual yang ada, struktur pasar output
dibedakan menjadi empat, yaitu :
1) Pasar Persaingan Sempurna (perfect competitive market) : pasar dengan jumlah penjual sangat
banyak.
2) Pasar Monopoli : pasar dengan hanya satu penjual.
3) Pasar Oligopoli : pasar dengan jumlah penjual sedikit.
4) Pasar Persaingan Monopolistik: pasar dengan banyak penjual tetapi produk-produknya
heterogen, sehingga masing-masing penjual dapat mempengaruhi harga.
Ketiga pasar terakhir termasuk dalam pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competitive
market).
Jumlah output yang diproduksi perusahaan agar mencapai laba maksimal adalah pada saat
MR=MC. Ekstrim pertama, perusahaan berada dalam pasar persaingan sempurna (perfect
competition), dimana jumlah perusahaan begitu banyak dan kemampuan setiap perusahaan sangat
kecil untuk mempengaruhi harga pasar. Ekstrim kedua adalah perusahaan hanya satu–satunya
produsen (monopoli).
Kondisi ekstrim tersebut jarang sekali terjadi, umumnya dua kondisisi peralihan antara ekstrim
persaingan sempurna dan monopoli. Kondisi pertama adalah perusahaan bersaing, tetapi masing –
masing mempunyai daya monopoli (terbatas), disebut persaingan monopolistic (monopolistic
competition). Kedua adalah dalam pasar hanya ada beberapa produsen yang jika bekerja sama
mampu menghasilkan daya monopoli dikenal sebagai oligopoli (oligopoly).
Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena struktur pasar ini akan
dapat menjamin berlangsungnya aktivitas produksi dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Oleh
karena itu dalam analisis ekonomi sering digunakan asumsi bahwa perekonomian merupakan pasar
persaingan sempurna. Tetapi dalam praktek tidak mudah untuk menentukan suatu industri dapat
digolongkan ke dalam pasar persaingan sempurna yang sesungguhnya (sesuai teori). Umumnya,
yang ada adalah yang mendekati ciri-ciri struktur pasar tersebut. Namun, sebagai landasan teori
untuk analisis ekonomi, mempelajari ciri-ciri pasar persaingan sempurna adalah sangat penting.
1) Terdapat sangat banyak penjual dan pembeli. Oleh karena terdapat sangat banyak produsen atau
perusahaan, maka setiap produsen atau perusahaan hanya memasok produk sebagian kecil saja
dari total produk yang ditawarkan di pasar. Pembeli juga sangat banyak sehingga secara
individual mereka tidak mempunyai kekuatan monopsoni untuk mempengaruhi mekanisme di
dalam pasar.
2) Produk yang dihasilkan oleh para produsen adalah homogen. Pasar diartikan sebagai gabungan
dari produsen yang memproduksi produk yang homogen/identik. Ini berarti bahwa antara
produk dari produsen yang satu dengan produk dari produsen yang lain bersifat substitusi
sempurna. Oleh karena itu, para pembeli tidak dapat membedakan produk-produk dari produsen
yang berbeda.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 145
3) Setiap produsen adalah pengambil harga (price taker). Implikasi dari kedua asumsi di atas
adalah bahwa produsen secara individual tidak dapat mempengaruhi harga pasar yang berlaku
dengan mengubah jumlah produk yang ditawarkan. Dengan demikian setiap produsen hanya
menerima harga pasar. Produsen dapat menawarkan produk berapapun jumlahnya dengan harga
pasar tersebut.
4) Perusahaan-perusahaan bebas masuk dan keluar pasar (free entry and exit of firms). Tidak ada
hambatan bagi setiap perusahaan untuk masuk ke pasar atau keluar dari pasar.
5) Maksimisasi profit/keuntungan. Tujuan dari semua perusahaan adalah memaksimumkan
keuntungan. Tidak ada tujuan lain.
6) Tidak ada regulasi dari pemerintah. Tidak ada intervensi pemerintah di dalam pasar ( seperti
tarif, subsidi, pembatasan produksi, dan sebagainya). Struktur pasar di mana telah dipenuhi
asumsi-asumsi di atas disebut pasar persaingan murni (pure competition).
7) Mobilitas faktor-faktor produksi sempurna (Free Entry and Exit). Faktor-faktor produksi bebas
berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain melalui mekanisme ekonomi. Dengan kata
lain, terjadi persaingan sempurna di dalam pasar input.
8) Pengetahuan sempurna (perfect knowledge). Semua penjual dan pembeli diasumsikan
mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang kondisi pasar, baik kondisi sekarang maupun
yang akan datang. Dengan demikian kondisi ketidakpastian di masa mendatang dapat
diantisipasi. Informasi pasar dapat diperoleh dengan mudah dan tanpa biaya.
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas kita akan menganalisis equilibrium atau keseimbangan
produsen/ perusahaan dan pasar/industri di dalam jangka pendek dan jangka panjang. Equilibrium
produsen dicapai pada saat perusahaannya mencapai keuntungan maksimum. Equilibrium pasar
atau industri dicapai apabila (a) semua perusahaan dalam posisi equilibrium, dan (b) jumlah produk
semua perusahaan tersebut sama dengan jumlah permintaan semua konsumen.
Analisis jangka pendek (short run), yaitu di mana dianggap bahwa setiap produsen tidak bisa
menambah kapasitas pabriknya dan tidak mungkin bagi produsen-produsen baru masuk ke dalam
pasar. Sedangkan analisis jangka panjang (long run) adalah di mana dimungkinkan adanya baik
perluasan kapasitas pabrik oleh perusahaan-perusahaan yang telah ada maupun pembangunan
pabrik-pabrik baru oleh pengusaha-pengusaha baru yang masuk ke pasar.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 146
Kurva 7.1 Kondisi equilibrium dengan TR dan TC
C/R TC
TR
B
Keuntungan maksimum
A
0 Qa Qe Qb Q
Dengan demikian, MR = AR = Pq. Perusahaan mencapai keuntungan maksimum pada
penjualan output Qe, di mana jarak vertikal antara kurva TR dan kurva TC paling lebar. Pada
penjualan output di bawahnya atau di atasnya, total keuntungan tidak maksimum. Pada penjualan di
bawah QA (disebelah kiri titik A) dan di atas QB (disebelah kanan titik B) perusahaan menderita
kerugian.
Di dalam kurva 7.2. ditunjukkan kurva-kurva marginal cost (MC), average cost (AC) dan kurva
permintaannya (D ).
C/P
A B
0 Qe’ Qe Q
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 147
Dalam kurva 7.2. pada titik e’, di mana syarat MR = MC juga terpenuhi, tetapi perusahaan tidak
dalam kondisi equilibrium, karena keuntungan maksimum pada tingkat output Qe > Qe‟. Oleh
karena itu, kondisi equilibrium membutuhkan syarat kedua yaitu bahwa pada saat berpotongan
dengan kurva MR, MC menaik. Jadi, kurva MC memotong kurva MR harus dari bawah. Pada titik
e, slope MC positif, sedangkan slope MR = 0, berarti slope MC > slope MR. Dengan demikian,
syarat equilibrium perusahaan dalam jangka pendek adalah : (1) MC = MR dan (2) slope MC >
slope MR.
Dalam kenyataan, suatu perusahaan dalam kondisi equilibrium tidak berarti harus menerima
keuntungan (excess profit). Apakah perusahaan menerima keuntungan atau menderita kerugian
tergantung pada tingkat biaya total rata-rata (ATC). Jika ATC di bawah tingkat harga equilibrium,
perusahaan akan menerima keuntungan (excess profit) sebesar luas bidang PqABe (Kurva. 7.3).
Jika ATC diatas harga equilibrium, perusahaan menderita kerugian sebesar FCePq (Kurva. 7.4).
Dalam kasus demikian, perusahaan hanya akan meneruskan produksinya jika masih mampu
menutup biaya variabelnya.
Pq/C Pq/C
SMC
SATC
SMC F C
SATC
Pq e MR Pq e MR
A B
0 Qe Q 0 Qe Q
Pq/C
SMC SATC
SAVC
Pw W
SAFC
0
Qw Q
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 148
Dengan kata lain, perusahaan akan menghentikan produksinya ketika perusahaan menderita
kerugian minimum. Titik di mana perusahaan dalam kondisi menutup biaya variabelnya disebut
“closing-down point” atau dapat disebut sebagai titik di mana perusahaan menghentikan
produksinya. Dalam Kurva. 7.5 “closing-down point” perusahaan ditandai oleh titik w. Jika harga
turun di bawah Pw perusahaan tidak dapat menutup biaya variabelnya dan lebih baik menutup
perusahaan.
Kurva penawaran perusahaan adalah juga kurva MC yang menaik dan terletak di atas AVC.
Pada Kurva. 7.5 , kurva penawaran adalah kurva SMC mulai dari titik w ke kanan. Di bawah harga
Pw output (Q) yang ditawarkan perusahaan adalah nol. Sepanjang harga naik diatas Pw, output
yang ditawarkan akan naik. Kurva SMC menunjukkan volume-volume output (Q) yang dipilih oleh
produsen untuk setiap tingkat harga. Sedangkan kurva penawaran juga kurva yang menunjukkan
volume-volume output (Q) yang ditawarkan oleh seorang produsen pada berbagai tingkat harga.
Jadi kurva SMC = kurva penawaran perusahaan.
Kurva penawaran industri atau pasar adalah penjumlahan horizontal dari kurva-kurva
penawaran perusahaan. Sebagai contoh hanya ada dua perusahaan A dan B di dalam pasar maka
kurva penawaran pasar dapat digambarkan sebagai berikut (Kurva. 7.6).
Rp Rp Rp
SMCA=SA SMCB=SB
d e d+e S
Pw3 Pw3 Pw3
b b+c
Pw2 Pw2
Pw1 a
Pw2 c
Pw1 a
0 Qa Qb Qd Q 0 Qc Qe Q 0 Qa Qbc Qde Q
Equilibrium pasar tercapai bila volume output yang ditawarkan seluruh produsen di pasar sama
dengan volume output yang dibutuhkan oleh seluruh konsumen. Kondisi ini secara grafis
ditunjukkan oleh titik perpotongan antara kurva penawaran pasar dengan kurva permintaan pasar.
Bagaimana pencapaian posisi equilibrium pasar persaingan sempurna , di mana terbentuk harga
pasar dan kemudian para produsen menyesuaikan tingkat produksinya dengan harga tersebut, dapat
digambarkan pada (Kurva. 7.7). Arah pencapaian equilibrium pada Kurva 7.7 tersebut dapat
dijelaskan menggunakan bagan sebagai berikut:
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 149
Equilibrium Pasar Harga Kurva Permintaan Equilibrium
Pasar Perusahaan Perusahaan
Harga Harga
S
SMC
SATC
P* P=MR
0 Q* Q 0 Q” Q
Dalam jangka panjang ada kemungkinan perluasan (atau penciutan) kapasitas produksi dan
masuknya perusahaan-perusahaan baru ke dalam pasar. Kedua faktor tersebut mengakibatkan
adanya penambahan atau pengurangan volume output yang ditawarkan di pasar. Perusahaan-
perusahaan yang telah ada akan menambah kapasitas produksi dan perusahaan-perusahaan baru
akan masuk ke dalam pasar apabila perusahaan-perusahaan tersebut akan dapat memperoleh
keuntungan (excess profit). Keuntungan ini dapat diperoleh apabila harga yang berlaku (jangka
pendek) melebihi biaya rata-rata jangka panjang (Long Run Average Cost = LAC). Jadi jika P >
LAC maka perusahaan-perusahaan yang ada akan memperluas kapasitas produksinya dan atau
perusahaan-perusahaan baru akan masuk ke dalam pasar.
Adanya perluasan kapasitas produksi dan pendirian pabrik-pabrik baru tersebut akan
menyebabkan bertambahnya volume output yang ditawarkan di pasar dan selanjutnya
menyebabkan harga turun. Hal ini secara grafis, ditandai dengan bergesernya kurva penawaran
pasar ke kanan dan turunnya harga. Bila harga turun sampai tingkat di mana P = LAC, maka tidak
ada lagi insentif bagi perusahaan-perusahaan untuk menambah kapasitas produksi maupun
perusahaan-perusahaan baru membangun pabrik-pabrik, karena pada saat ini tidak ada keuntungan
lebih ( excess profit). Yang ada hanya keuntungan normal, yaitu keuntungan yang sudah termasuk
dihitung dalam LAC. Jadi, keuntungan normal diperoleh pada tingkat output di mana P = LAC.
Dengan demikian pada kondisi di mana P = LAC, tidak ada lagi penambahan kapasitas produksi
dan pendirian pabrik baru. Pada kondisi ini baik pasar maupun perusahaan akan berada dalam
posisi equilibrium (lihat Kurva. 7.8).
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 150
P P/C
S
S1 LMC LAC
P P
P1 P1
0 Q 0 Q
Pasar Perusahaan
Proses: Mula-mula harga pasar ditentukan oleh equilibrium jangka pendek, perpotongan kurva S
dan D, menghasilkan harga pasar P.--> Pada harga ini ada keuntungan lebih (excess profit) karena
P > LAC. --> ada penambahan kapasitas produksi dan pendirian pabrik baru sehingga penawaran
output di pasar naik, --> S bergeser kekanan menjadi S1, --> harga menjadi turun ke P1, -->P1=
LAC, --> baik pasar maupun perusahaan dalam kondisi equilibrium jangka panjang.
Kasus
1) Sebuah perusahaan jam beroperasi dalam pasar persaingan sempurna. Biaya produksi
dinyatakan sebagai C = 100 + 2Q, dimana C adalah biaya. Biaya tetap (FC) adalah 100. jika
harga jual jam per unit adalah 60: Berapa jumlah jam yang harus diproduksi untuk mencapai
laba maksimal? Berapa besar laba maksimal?
Jawab
Dalam pasar persaingan sempurna, produsen adalah penerima harga (price taker)
Karena itu fungsi penerimaan total TR = P x Q = 60Q
2) Di dalam sebuah pasar output berstuktur persaingan sempurna, jumlah perusahaan adalah
1.000. Dalam jangka pendek setiap perusahaan memiliki kurva penawaran Qs = -200 + 50P,
dimana Qs adalah output tiap perusahaan; P adalah harga. Permintaan pasar; Q = 160.000 – 10.000P
a. Hitung harga keseimbangan pasar jangka pendek
b. Gambarkan kurva permintaan yang dihadapi perusahaan dan tingkat keseimbangan.
c. Jelaskan bila ada perusahaan yang memutuskan untuk memproduksi lebih sedikit atau
lebih banyak dari output tingkat keseimbangan.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 151
Jawab
a) Penawaran Total : Qs = (-200 + 50P) x 1.000
= -200.000 + 50.000P
Keseimbangan pasar
Qs = Qd
-200.000 + 50.000P = 160.000 – 10.000P
60.000P = 360.000
P = 6
Q = 160.000 – 10.000P
= 160.000 – 10.000(6)
= 100.000 unit
Harga keseimbangan pasar adalah 6/ unit, dengan total output 100.000 unit
Karena jumlah perusahaan 1.000 maka setiap perusahaan mencapai keseimbangan bila
memproduksi 100 unit (100.000/1.000 unit). Juga karena perusahaan beroperasi dalam pasar
persaingan sempurna, maka:
1) Perusahaan berposisi sebagai penerima harga, dimana D = AR = MR = P = 6
2) Kurva biaya marjinal perusahaan adalah kurva penawaran perusahaan.
Qs = -200 + 50P, atau P = 4 + 1/50 Qs
MC = 4 + 1/50 Qs
Perusahaan mencapai keseimbangan bila,
Qs = -200 + 50P
= -200 + 50(6)
= 100 unit
c) Bila salah satu perusahaan memutuskan untuk tidak berproduksi
(Qs = 0)
MC = 4 + 1/50 Qs
=4
MC < P perusahaan tidak memperoleh laba maksimum sebab jika output ditambah akan
meningkatkan laba. Bila salah satu perusahaan memutuskan memproduksi lebih banyak dari
tingkat keseimbangan (Qs > 100, misal 200)
MC = 4 + 1/50 (200)
=8
MC > P perusahaan rugi karena bila Qs > 100, menambah output berarti menambah
kerugian.
Rp Rp
10
QS = -200.000 + 50.000P
8
QS = -200 + 50P
6 E (titik keseimbangan industry) 6 D=AR=MR= P
Laba Maksimum
4
2 Q d= 160.000 – 10.000P
𝐴𝐶 𝑞
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 152
2. Pasar Monopoli
Struktur pasar yang bertentangan dengan pasar persaingan sempurna adalah monopoli.
Monopoli adalah struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual, tidak ada substitusi produk
yang mirip (close substitute), dan terdapat hambatan masuk (barriers to entry) ke pasar.
1) Hanya ada satu penjual. Karena hanya ada satu penjual maka pembeli tidak mempunyai pilihan
lain. Dalam hal ini pembeli hanya menerima syarat-syarat jual-beli yang ditentukan penjual.
2) Tidak ada substitusi produk yang mirip. Misalnya, aliran listrik. Aliran listrik tidak mempunyai
pengganti dari barang lain. Ada barang pengganti tetapi sifatnya berbeda, misalnya, lampu
minyak. Lampu minyak tidak dapat menggantikan fungsi aliran listrik untuk menyalakan TV,
seterika, dan sebagainya.
3) Terdapat hambatan masuk ke pasar. Hambatan ini bisa berbentuk undang-undang, memerlukan
teknologi yang canggih, dan memerlukan modal yang sangat besar.
4) Sebagai penentu harga (price setter). Dengan mengendalikan tingkat produksi dan volume
produk yang ditawarkan perusahaan monopoli dapat menentukan harga yang dikehendaki.
1) Memiliki bahan mentah strategis atau pengetahuan teknis produksi yang spesifik. Perusahaan
monopoli umumnya menguasai seluruh atau sebagian besar bahan mentah yang tersedia.
Sebagai contoh, Pertamina.
2) Hak paten produk atau proses produksi. Dengan pemberian hak paten akan melidungi
perusahaan atau pihak-pihak pencipta suatu produk dari peniruan pihak-pihak lain.
3) Terdapat skala ekonomis. Pada beberapa kegiatan ekonomi, dengan menggunakan teknologi
modern, produksi yang efisien hanya dapat dilakukan apabila jumlah produksinya sangat besar
dan meliputi hampir seluruh produksi yang diperlukan di dalam pasar. Ini berarti bahwa pada
waktu perusahaan mencapai keadaan di mana biaya produksi minimum, jumlah produksi adalah
hampir sama dengan jumlah permintaan riel di pasar. Dengan sifat skala ekonomis demikian,
pada tingkat produksi yang sangat tinggi, perusahaan dapat menurunkan harga. Keadaan seperti
ini mengakibatkan perusahaan baru tidak akan sanggup bersaing dengan perusahaan yang
terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini mewujudkan pasar monopoli. Perusahaan jasa umum,
seperti perusahaan listrik, perusahaan air minum, perusahaan telepon, dan perusahaan kereta api
adalah contoh-contoh industry yang memiliki sifat skala ekonomis seperti diterangkan di atas.
4) Pemberian Hak Monopoli oleh Pemerintah. Melalui peraturan pemerintah, dapat diberikan
kekuasaan monopoli kepada perusahaan-perusahaan atau lembagalembaga tertentu.
Untuk melakukan analisis keuntungan atau analisis keseimbangan pada pasar monopoli,
terlebih dahulu perlu memahami hubungan antara nilai penjualan total ( total revenue = TR),
permintaan ( nilai penjualan rata-rata = average revenue = AR) , dan nilai penjualan marginal (
marginal revenue = MR).
Karena produsen monopoli adalah satu-satunya produsen di dalam pasar, maka kurva permintaan
yang dihadapi adalah juga kurva permintaan pasar dan juga merupakan nilai penjualan rata-ratanya.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 153
Kurva permintaan pasar biasanya menurun dari kiri atas ke kanan bawah, yang berarti bahwa
produsen dapat mempengaruhi harga pasar dengan jalan menjual barang produksinya lebih sedikit
atau lebih banyak. Oleh karena itu, untuk mencapai keuntungan maksimum, perusahaan monopoli
selain harus menentukan jumlah barang yang dijual juga harus menentukan harga jualnya. Berbeda
dengan pasar persaingan sempurna, dimana perusahaan tidak dapat menentukan harga jual.
Perbedaan lain dengan pasar persaingan sempurna adalah bahwa dalam monopoli, keseimbangan
perusahaan adalah juga keseimbangan pasar. Perbedaan permintaan antara perusahaan monopoli
dan perusahaan bersaing dapat dijelaskan dengan kurva 7.9 di bawah ini.
Kurva 7.9a Permintaan Monopoli Kurva 7.9b Kurva Permintaan Pasar Bersaing
Harga Harga
D D
0 Q 0 Q
Pada Kurva 7.9.a. terlihat bahwa kurva permintaan perusahaan monopoli bersifat turun dari kiri
atas ke kanan bawah karena pengusaha monopoli dapat menentukan harga sesuai dengan jumlah
produk yang dijual. Sedang pada Kurva 7.9.b terlihat bahwa kurva permintaan perusahaan bersaing
berbentuk garis yang sejajar dengan sumbu horizontal karena pengusaha bersaing tidak dapat
menentukan harga jual.
Secara matematis perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan-persamaan berikut:
Pada perusahaan monopoli berlaku rumus :
Q = f ( P ) dan P = g ( Q ) (1)
Pada perusahaan bersaing berlaku rumus :
Q = f ( P ) tetapi P ≠ g (Q) (2)
Dimana P adalah harga satuan produk dan Q adalah jumlah produk yang dihasilkan dan dijual.
Rumus ( 1 ) menunjukkan bahwa pada perusahaan monopoli, jumlah produk yang dihasilkan dapat
ditentukan oleh harga jual dan sebaliknya harga jual dapat ditentukan oleh jumlah produk yang
dihasilkan. Sedang rumus ( 2 ) menunjukkan bahwa pada perusahaan bersaing, baik bersaing murni
maupun bersaing sempurna, jumlah barang yang dihasilkan ditentukan oleh harga jual tetapi harga
jual tidak ditentukan oleh jumlah produk yang dihasilkan.
Nilai produk penjualan total (TR) pada perusahaan monopoli sangat berbeda dengan TR pada
perusahaan bersaing. TR perusahaan bersaing berupa garis lurus miring dari kiri bawah ke kanan
atas melalui titik pangkal (origin), karena setiap penambahan jumlah produk yang dihasilkan akan
selalu memperbesar TR. Sedangkan TR pada perusahaan monopoli berbentuk parabola atau dikenal
sebagai huruf U terbalik, karena setiap penambahan jumlah produk yang dihasilkan tidak selalu
memperbesar TR, melainkan mula-mula makin besar sampai pada titik maksimum, kemudian
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 154
setelah mencapai titik maksimum TR terus menurun sampai titik nol dan jika jumlah produk terus
ditambah maka TR menjadi negatif.
Secara grafis, perbedaan tersebut dapat digambarkan pada kurva 7.10 di bawah ini.
TR (Rp) TR (Rp)
TR
TR
0 Q 0 Q
Secara matematis, perbedaan tersebut dapat pula dijelaskan sebagai berikut. Pada perusahaan
monopoli : TR = P Q (3)
Dimana P = harga jual produk dan Q = jumlah produk yang dijual. Karena Q = f (P) dan P = g (Q) ,
maka TR dipengaruhi oleh harga jual dan jumlah produk yang dijual. Apabila Q bertambah besar
maka P bertambah kecil, sehingga TR tidak selalu bertambah besar, tetapi dapat bertambah kecil
hingga bernilai nol dan negatif. Oleh karenanya kurva TR berbentuk parabola. Secara matematis
dapat dibuktikan bahwa kurva TR berbentuk parabola.
Misalkan, dipunyai fungsi permintaan monopoli adalah sebagai berikut:
Q = 25 – ¼ P (a)
Karena P juga fungsi dari Q, maka persamaan (a) dapat pula ditulis:
P = 100 – 4 Q (b)
Apabila nilai P pada persamaan (b) dimasukkan ke dalam persamaan (3) di atas, maka :
TR = (100 – 4Q) Q
= 100 Q – 4Q2 (c)
Dengan demikian terbukti bahwa persamaan (3) merupakan fungsi pangkat dua, yang berarti TR
berbentuk parabola.
Pada perusahaan bersaing : TR = PQ (4)
Karena P adalah konstan maka TR hanya ditentukan oleh jumlah produk yang dihasilkan (Q). Ini
berarti bahwa semakin banyak jumlah produk yang dijual akan semakin besar TR sehingga
kurvanya berupa garis lurus berslope positif.
Nilai Penjualan Produk Rata-Rata (AR) dan Nilai Penjualan Marginal (MR)
AR dan MR pada perusahaan monopoli dan pada perusahaan bersaing juga berbeda (lihat grafik
pada Kurva 7.11).
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 155
Kurva 7.11a Perusahaan Monopoli Kurva 7.11b Perusahaan Bersaing
Harga Harga
D = AR
P=AR=MR=D
P1 P
MR
0 Q1 Q2 Q 0 Q
Pada Kurva 7.11.a. terlihat bahwa pada perusahaan monopoli kurva nilai penjualan rata-rata
(AR) sama dengan kurva permintaan D. Sedangkan kurva nilai penjualan marginal (MR)
merupakan kurva tersendiri. Kurva 7.11.b menunjukkan bahwa pada perusahaan bersaing kurva AR
dan MR sama dengan kurva permintaan dan juga sama dengan harga pasar yang berlaku. Secara
matematis AR dan MR perusahaan monopoli dapat dirumuskan sebagai berikut:
Fungsi permintaan (D) dapat dirumuskan : P = f (Q), dimana f’ (Q) < 0 (5)
TR = PQ = (a - bQ) Q
= a – bQ2
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 156
Jadi, slope kurve MR ( - 2 b ) dua kali lebih besar dari pada slope kurve permintaan ( - b ). Setelah
kita mempelajari sifat-sifat permintaan, nilai penjualan produk total (TR) dan nilai penjualan
marginal (MR) pada perusahaan monopoli maka kita dapat menyimpulkan bagaimana hubungan
antara ketiga kurve tersebut (lihat Kurva 7. 12) berikut. Kurva 7.12 menunjukkan bahwa TR pada
mulanya menaik, kemudian mencapai maksimum, dan setelah mencapai maksimum selanjutnya
terus menurun dan bias sampai titik nol. Kurve TR mencapai maksimum pada saat MR = 0. Selama
kurve permintaan berslope negatif, kurve MR juga berslope negatif. MR berada di bawah harga
untuk setiap jumlah produk di atas nol. Perbedaan antara MR dan harga tergantung pada elastisitas
permintaan.
TR
TR
Harga
E>1 E<1
E=1
D = AR
0 Q
Analisis keuntungan dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu (1) pendekatan TR-TC, dan (2)
pendekatan MR-MC.
Pendekatan TR-TC
Dalam jangka pendek, pengusaha monopoli akan mencapai keuntungan maksimum jika ia
memproduksi dan menjual pada tingkat output di mana perbedaan positif antara TR dan TC adalah
paling besar. Atau ia meminimumkan kerugian jika perbedaan negatif antara TR dan TC paling
kecil. Secara grafis, keuntungan maksimum pada perusahaan monopoli dapat ditunjukkan dalam
kurva 7.13 berikut.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 157
Kurva 7.13 TR, TC dan Keuntungan Maksimum
TR dan TC
TC
B
TR
A
max
0 Q
Pada kurva 7.13 terlihat bahwa disebelah kiri titik A dan disebelah kanan titik B, TC berada diatas
TR, berarti biaya total melebihi nilai penjualan total sehingga perusahaan menderita kerugian.
Dengan kata lain, keuntungan hanya diperoleh antara titik A dan titik B.
Pendekatan MR-MC
Sesuai dengan dalil keuntungan, bahwa keuntungan maksimum akan dicapai ketika pengusaha
memproduksi dan menjual produknya pada tingkat dimana MR sama dengan MC. Analisis
keuntungan dengan pendekatan ini telah dengan jelas dibahas dalam Bab VI pada kasus kurva
permintaan menurun. Berikut ini diberikan penjelasan ulang secara grafis (kurva 7.14).
F MC
A
P* ATC
C* B
E
Demand
0 Q* Q
MR
Dari kurva 7.14 terlihat bahwa ekuilibrium jangka pendek terjadi pada titik E dimana MC = MR.
Pada kondisi ini produk yang dijual adalah 0-Q* dengan harga 0P* dan rata-rata biaya total 0-C*
(=C*B). Keuntungan per unit adalah 0P* – 0C* = P*C* Sehingga keuntungan monopoli jangka
pendek adalah P*C* x 0Q* = P*ABC* (luas terarsir).
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 158
Jika kurva 7.14 menggambarkan kondisi pasar bersaing, maka titik ekuilibrium adalah pada
titik F, dimana kurva permintaan berpotongan dengan MC yang berarti MC = P ( syarat ekuilibrium
pasar bersaing). Dengan demikian pasar bersaing akan menurunkan harga dan memperbesar jumlah
produk .
Pendekatan Matematis
Keuntungan (π ) adalah nilai penjualan total ( TR ) dikurangi biaya total (TC) atau dapat ditulis :
= TR – TC (8)
karena TR = P Q, maka = PQ – TC. Karena Q = f (P) dan P = f (Q) dan syarat tercapainya
keuntungan maksimum adalah , agar tercapai keuntungan
maksimum maka;
Maka; MR – MC = 0 atau
MR = MC (9)
Persamaan (9) merupakan syarat tercapainya keuntungan maksimum atau kondisi
keseimbangan pada perusahaan monopoli. Syarat ini juga berlaku bagi perusahaan bersaing, namun
karena pada perusahaan bersaing berlaku ketentuan MR = AR = P maka syarat tercapainya
keuntungan maksimumnya menjadi MC = P.
Pada perusahaan bersaing dalam jangka panjang hanya memperoleh keuntungan normal,
dimana harga produk sama dengan biaya total rata-rata minimum. Namun, pada perusahaan
monopoli dalam jangka panjang masih dapat memperolek kuntungan yang melebihi normal. Untuk
menjelaskan analisis keseimbangan monopoli dalam jangka panjang , dapat dilihat kurva 7.15
berikut.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 159
Kurva 7.15 Analisis keseimbangan monopoli jangka panjang
SMC
P1
SAC LMC
C1
P2
LAC
C2
D
MR
0 Q1 Q2 Q
Keterangan :
D : Kurve permintaan jangka pendek dan jangka panjang
MR : Marginal Revenue jangka pendek dan jangka panjang
SMC : Short-run Marginal Cost
SAC : Short-run Average Total Cost
LMC : Long-run Marginal Cost
LAC : Long-run Average Total Cost
Dalam jangka pendek perusahaan monopoli mencapai keadaan keseimbangan pada saat
memproduksi dan menjual produk sebanyak Q1 dengan harga jual P1 dan biaya total rata-rata C1.
Dalam jangka panjang perusahaan monopoli akan mencapai keadaan keseimbangan pada saat
memproduksi dan menjual produk sebanyak Q2 dengan harga jual P2 dan biaya total rata-rata C2.
Jadi jelas bahwa dalam jangka panjang, perusahaan monopoli masih memperoleh keuntungan di
atas normal karena harga produk masih diatas biaya total rata-ratanya(OP2 > OC2).
Kasus
1) Sebuah perusahaan monopoli menghadapi permintaan: Q = 20 – 2p di mana Q adalah jumlah
barang yang diterima (unit). Monopolis memiliki biaya rata – rata konstan 4 per unit.
a. Dari informasi diatas, turunkan persamaan – persamaan penerimaan rata – rata (AR),
penerimaan marjinal (MR) dan biaya marjinal (MC).
b. Berapa jumlah output yang harus diproduksi dan harga jual per unit untuk mencapai laba
maksimum. Hitung besarnya laba maksimum tersebut.
c. Berapa selisih harga dan output yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan harga dan
output bila perusahaan beroperasi pada pasar persaingan sempurna.
d. Gambarkan jawaban dengan menggunakan kurva
Jawab:
a) Kurva penerimaan rata – rata perusahaan sama dengan kurva permintaan perusahaan
Kurva penerimaan marjinal (MR):
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 160
TR = P(Q)Q = (10 – 1/2Q)Q = 10Q – 1/2Q2
Biaya Marjinal :
Jika biaya rata – rata: AC = 4; maka TC = (AC).Q = 4Q
Dengan demikian
b) Laba maksimum tercapai bila MR = MC,
10 – Q = 4
Q* = 6
Jumlah output = 6 unit
Jika jumlah output 6, maka:
6 = 20 – 2P
P=7
Harga jual adalah 7 per unit
Besarnya laba maksimum: Q(P – AC) = 6(7 – 4) = 18
c) Jika perusahaan beroperasi dalam pasar persaingan sempurna, laba maksimum tercapai bila
D = AR = MC, atau
10 – 1/2Q = 4
1/2Q = 6
Q = 12unit, maka
12 = 20 – 2P
2P = 8
P=4
Jika perusahaan beroperasi dalam pasar persaingan sempurna:
– Output yang dihasilkan adalah 12 unit atau 2 kali jumlah yang dihasilkan bila perusahaan
beroperasi dalam pasar monopoli.
– Harga jual per unit jika perusahan beroperasi dalam persaingan sempurna (4/ unit) jauh
lebih murah (75% lebih murah) dibanding harga jual per unit jika perusahaan beroperasi
dalam pasar monopoli (7/ unit).
d) Kurva
Y
20
10
Laba supernormal
Monopolis = 18
7
MR = MC pasar monopoli
4 A B MC = 4
MR = 10 – Q Q = 20-2P
0 5 6 10 12 15 20 X
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 161
2. PT. Aria monopolis dalam industri telekomunikasi di Negara X memiliki biaya rata – rata
konstan sebesar 2/ unit. Perusahaan menghadapi dua permintaan yang berbeda:
Permintaan pasar pertama: Q1 = 10 – 2P1
Permintaan pasar kedua: Q2 = 20 – P2
Buktikan kebijakan diskriminasi harga akan meningkatkan laba PT. Aria
Jawab :
a) Struktur biaya perusahaan:
AC = 2
TC = (AC).Q = 2Q
MC = 2
b) Struktur permintaan dan penawaran perusahaan:
Pasar Pertama:
Q1 = 10 – 2P1, atau P1 = 5 – 1/2Q1
TR1 = (5 – 1/2Q1).Q1 = 5Q1 –1/2Q
MR1 = 5 – Q1
Pasar Kedua:
Q2 = 20 – P2, atau P2 = 20 – Q2
TR2 = (20 – Q2).Q2 = 20Q2 – Q2
MR2 = 20 -2Q2
Permintaan total perusahaan: Qt = Q1 + Q2
Qt = 10 – 2P + 20 – P = 30 – 3P, atau P = 10 – 1/3Q
TRt = 10Q – 1/3 Q2
MRt = 10 – 2/3Q
c) Jika perusahaan melakukan kebijakan diskriminasi harga, laba total adalah:
1 + 2
Laba maksimum Pasar Pertama:
MR1 = MC
5 – Q1 = 2, Q1 = 5-2 = 3 unit, maka Q1 = 10 – 2P1, 3 = 10 – 2P1
2P1 = 10 – 3 = 7, maka P1 = 7/2= 3,5 sehingga L1 = Q1(P1-MC) L1 = 3(3,5 – 2) = 4,5
Laba maksimum Pasar Kedua:
MR2 = MC
20 -2Q2 = 2, 2Q2 = 20-2=18, maka Q2 = 18/2= 9 unit, maka Q2 = 20 – P2
9 = 20 – P2 sehingga P2 = 20-9 = 11, sehingga L2 = Q2(P2-MC) L2 = 9(11 – 2) = 81
Laba total: = 1 + 2 = 4,5 + 81 = 85,5
d) Jika perusahaan tidak melakukan kebijakan diskriminasi harga, laba maksimum tercapai
pada saat MRt = MC,
10 – 2/3 Qt = 2
2/3 Qt = 8
Qt = 12
12 = 30 -3P
3P = 18
P =6
t = Qt(P – AC)
= 12(6 – 2)
= 48
Kesimpulan; jika monopolis tidak melakukan diskriminasi harga, laba total yang diperoleh
adalah 48. Sedangkan jika monopolis melakukan diskriminasi harga, laba total yang diperoleh
adalah 85,5. Terbukti bahwa kebijakan diskriminasi harga berhasil menaikkan laba perusahaan.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 162
3. Pasar Persaingan Monopolistik
Pasar monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang berada di antara dua jenis bentuk pasar
yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh karena itu sifat-sifat bentuk pasar ini
mengandung unsur-unsur sifat pasar monopoli dan sifat pasar persaingan sempurna. Secara umum,
pasar persaingan monopolistik dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di mana terdapat banyak
produsen/penjual yang menghasilkan dan menjual produk yang berbeda coraknya (differentiated
product). Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik selengkapnya adalah sebagai berikut:
1) Terdapat banyak penjual. Terdapat banyak penjual tetapi tidak sebanyak pada pasar persaingan
sempurna. Perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik mempunyai ukuran
yang relatif sama.
2) Produknya tidak homogen (berbeda-corak). Produk perusahaan persaingan monopolistik
berbeda coraknya dan secara fisik mudah untuk membedakan antara produk perusahaan yang
satu dengan produk perusahaan lainnya. Sifat ini adalah sifat yang penting untuk
membedakannya dengan sifat pada pasar persaingan sempurna. Perbedaan-perbedaan lain dapat
berupa pembungkusannya, cara pembayaran dalam pembelian, pelayanan penjualan, dan
sebagainya. Karena perbedaan corak tersebut maka produk perusahaan-perusahaan persaingan
monopolistik tidak bersifat substitusi sempurna. Mereka hanya bersifat substitusi dekat (close
substitute). Perbedaan-perbedaan inilah yang menjadi sumber kekuatan monopoli dari
perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik.
3) Perusahaan mempunyai sedikit kekuatan mempengaruhi harga. Kekuatan mempengaruhi harga
tidak sebesar pada pasar monopoli dan oligopoly. Kekuatan mempengaruhi harga bersumber
dari perbedaan corak produk. Perbedaan ini mengakibatkan para pembeli akan memilih.
Pembeli dapat lebih menyukai produk suatu perusahaan tertentu dan kurang menyukai produk
perusahaan lainnya. Sehingga jika suatu perusahaan menaikkan harga, ia masih dapat menarik
pembeli walaupun tidak sebanyak sebelum kenaikan harga. Sebaliknya jika suatu perusahaan
menurunkan harga, belum tentu diikuti oleh kenaikan permintaan produk yang dihasilkan.
4) Masuk ke dalam industri/pasar relative mudah. Masuk ke dalam pasar persaingan monopolistic
tidak seberat masuk pasar monopoli dan oligopoly tetapi tidak semudah masuk pasar persaingan
sempurna. Hal ini disebabkan, (1) modal yang diperlukan relatif besar dibandingkan dengan
perusahaan pada pasar persaingan sempurna dan (2) harus menghasilkan produk yang berbeda
dengan produk yang sudah ada di pasar.
5) Persaingan promosi penjualan sangat aktif. Dalam pasar persaingan monopolistik harga bukan
penentu utama besarnya pasar. Suatu perusahaan mungkin menjual produknya dengan harga
cukup tinggi tetapi masih dapat menarik banyak pelanggan. Sebaliknya mungkin suatu
perusahaan menjual produknya dengan harga yang cukup murah tetapi tidak banyak menarik
pelanggan. Oleh karena itu untuk menarik para pelanggan, perusahaan harus aktif melakukan
promosi, memperbaiki pelayanan, mengembangkan desain produk, meningkatkan mutu produk,
dan sebagainya.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 163
Dua keadaan keseimbangan perusahaan persaingan monopolistic ditunjukkan dalam kurva 7.16.
kurva 7.16.a menunjukkan keadaan dimana perusahaan memperoleh keuntungan dan kurva 7.16.b
menunjukkan perusahaan menderita kerugian.
MC
A
P
ATC
C B
MR
0 Q1 Q
MC
P1 A
C1 B ATC
MR
0 Q1 Q
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 164
Kurva 7.16.a menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh keuntungan maksimum pada tingkat
produksi dan penjualan sebesar Q dan tingkat harga sebesar P karena pada keadaan ini terpenuhi
dalil keuntungan (MR = MC). Luas PABC menunjukkan jumlah keuntungan maksimum yang
diperoleh. Kurva 7.16.b menunjukkan bahwa kerugian minimum pada tingkat produksi dan
penjualan sebesar Q1 dan tingkat harga P1. Kerugian minimum sebesar P1ABC1.
Perolehan keuntungan diatas normal seperti ditunjukkan dalam kurva 7.16.a, mengundang
masuknya perusahaan-perusahaan baru. Akibatnya, setiap perusahaan akan menghadapi permintaan
yang lebih sedikit pada berbagai tingkat harga. Ini berarti bahwa masuknya perusahaan-perusahaan
baru mengakibatkan kurve permintaan dan tentunya juga kurve MR perusahaan persaingan
monopolistik bergeser ke kiri. Masuknya perusahaan-perusahaan baru akan berlangsung terus
sehingga perusahaan hanya menerima keuntungan normal. Jadi, dalam jangka panjang, perusahaan
dalam pasar persaingan monopolistic hanya menerima keuntungan normal, seperti halnya
perusahaan dalam pasar persaingan sempurna. Kurva 7.17 menunjukkan keseimbangan perusahaan
persaingan monopolistik dalam jangka panjang.
MC ATC
PL E
MR
0 QL Q
Kurva 7.17 menunjukkan bahwa PL adalah sama dengan biaya total rata-rata (ATC) yang berarti
perusahaan memperoleh keuntungan normal. Sifat perusahaan persaingan monopolistik ketika
memperoleh keuntungan normal berbeda dengan sifat perusahaan persaingan sempurna yang juga
ketika memperoleh keuntungan normal. Perbedaan tersebut adalah (1) harga jual produk dan biaya
produksi pada perusahaan persaingan monopolistik lebih tinggi dibanding pada perusahaan
persaingan sempurna, dan (2) kegiatan produksi pada perusahaan persaingan monopolistik belum
mencapai tingkat optimal (tingkat produksi dengan biaya per unit paling rendah).
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 165
Sebaliknya jika perusahaan menderita kerugian minimum seperti ditunjukkan dalam kurva
7.16.b, maka ia akan keluar dari pasar. Akibatnya, jumlah perusahaan dalam pasar semakin sedikit
sehingga jumlah permintaan yang dihadapi perusahaan-perusahaan yang masih ada menjadi lebih
besar. Ini berarti bahwa kurve permintaan akan bergeser ke kanan. Kejadian keluarnya perusahaan
dari pasar akan berlangsung terus sampai perusahaan memperoleh keuntungan normal seperti
ditunjukkan dalam kurva 7.17. Dalam keadaan seperti ini tidak ada lagi perusahaan yang masuk ke
pasar dan juga tidak ada lagi yang keluar dari pasar. Oleh karena itu kurva 7.17 tersebut
menunjukkan keseimbangan jangka panjang perusahaan persaingan monopolistik.
Sifat-sifat perusahaan persaingan monopolistik demikian tentu akan merugikan masyarakat,
karena seandainya mereka beroperasi seperti perusahaan persaingan sempurna maka masyarakat
konsumen akan dapat membeli produk dengan harga yang lebih rendah dan jumlah produk yang
lebih banyak.
Duopoli adalah keadaan di mana hanya ada dua perusahaan yang menguasai pasar. Oleh karena
itu setiap tindakan yang dilakukan oleh pengusaha yang satu akan mempengaruhi kebijakan
pengusaha lainnya, baik dalam hal menentukan harga, kapasitas produksi, kualitas produk, dan
sebagainya. Apabila produk yang dihasilkan oleh pengusaha duopoli homogen, maka pasar
dinamakan duopoli murni (pure duopoly) . Apabila produk yang dihasilkan tidak homogen tetapi
bersifat dapat mensubstitusi, maka pasar dinamakan duopoli yang dibedakan ( differentiated
duopoly).
Pasar oligopoli sama saja dengan pasar duopoli, hanya saja dalam pasar oligopoli jumlah
perusahaan yang menguasai pasar lebih dari dua tetapi tidak banyak (oligos = sedikit) sehingga
tindakan dari pengusaha yang satu akan mempengaruhi kebijakan dari pengusaha lainnya. Apabila
produk yang dihasilkan oleh pengusaha oligopoli homogen maka pasar dinamakan oligopoli murni
(pure oligopoly) dan apabila produk yang dihasilkan tidak homogen maka dinamakan oligopoli
yang dibedakan ( differentiated oligopoly).
a. Duopoli
Pasar duopoli jarang sekali ditemukan dalam kenyataan. Oleh karena itu teori pasar duopoli
lebih banyak menggunakan asumsi-asumsi, bahkan ada yang perlu dikhayalkan. Namun, teori
duopoli sangat berguna sebagai dasar bagi penyusunan teori pasar oligopoli.
Teori pasar duopoli, pertama kali dikemukakan oleh ekonom Perancis Antoine Augustin
Cournot pada tahun 1838 dalam karangannya berjudul “Researches into the Mathematical
Principles of the Theory of Wealth”. Teori Cournot banyak dikrikik oleh ahli-ahli ekonomi,
terutama tentang asumsi-asumsinya karena dianggap tidak masuk akal. Betrand-Edgeworth juga
telah membuat teori duopoli yang dapat dianggap sebagai penyempurnaan teori Cournot.
Untuk analisis pasar duopoli dapat digambarkan sebagai berikut. Misalnya, hanya ada
pengusaha A dan pengusaha B yang menguasai pasar produk tertentu. Setiap tindakan yang
dilakukan pengusaha A akan mempengaruhi kebijakan yang diambil oleh pengusaha B dan begitu
pula sebaliknya. Oleh karena itu untuk dapat meramalkan dengan baik tentang tindakan yang akan
dilakukan oleh pengusaha pesaingnya maka pengusaha duopoli harus selalu memperhatikan
perilaku pengusaha pesaingnya tersebut. Untuk hal ini tentu tidak mudah.
Teori duopoli disusun berdasarkan asumsi-asumsi tentang perilaku pengusaha-pengusaha
pesaing. Dengan demikian apabila asumsi-asumsi itu diubah, tentu akan muncul teori baru. Inilah
yang menyebabkan adanya berbagai teori duopoli, karena asumsi-asumsi yang digunakan oleh para
ahli yang menyusun teori berbeda.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 166
Teori Duopoli Cournot
Dalam teori ini dua pengusaha duopoli menghasilkan produk yang homogen. Asumsi pokok yang
digunakan adalah pada waktu pengusaha duopoly memaksimumkan keuntungannya, jumlah produk
yang dihasilkan oleh pesaingnya tidak tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan oleh
pengusaha yang pertama. Analisis keseimbangan dengan teori Cournot adalah sebagai berikut.
Misalkan fungsi permintaan pasar dinyatakan sebagai :
p = f (q1 + q2) (c.1)
dimana p = harga produk homogen yang dijual
q1 = jumlah produk yang dihasilkan pengusaha duopoli A
q2 = jumlah produk yang dihasilkan pengusaha duopoli B.
(c.4)
(c.5)
Ini berarti bahwa masing-masing pengusaha tersebut harus menyamakan nilai produk marginal
(MR) dengan biaya marginal (MC). Sehingga MR1 = MC1 dan MR2 = MC2.
Dalam analisis Cournot, masing-masing pengusaha duopoly memaksimumkan keuntungan
berkaitan dengan tingkat produk yang dihasilkan. Jadi, MR pengusaha duopoli tidak perlu sama
karena jumlah produk yang dihasilkan tidak sama. Karena;
Dengan anggapan kurva permintaan berslope negatif (∂p/∂q < 0), berarti bahwa pengusaha duopoly
dengan jumlah produk yang lebih besar akan mempunyai MR lebih kecil.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 167
Pasar duopoli akan mencapai keseimbangan apabila jumlah q1 dan q2 sedemikian rupa sehingga
masing-masing pengusaha duopoli akan mencapai keuntungan maksimum. Proses pemecahan
untuk keseimbangan tersebut adalah dengan memecahkan persamaan-persamaan (c.4) dan (c.5)
untuk memperoleh nilai q1 dan q2. Sebelum memperoleh tingkat produk keseimbangan, terlebih
dahulu perlu menambah suatu langkah, yaitu dengan memasukkan fungsi reaksi (reaction function).
Fungsi reaksi tersebut adalah :
q1 = f (q2); dipecahkan dengan persamaan c.4 (c.6 )
q2 = g (q1); dipecahkan dengan persamaan c.5 (c.7)
Persamaan c.6 merupakan fungsi reaksi pengusaha duopoli A yang akan memberikan nilai q1 yang
memaksimumkan 1 untuk setiap nilai q2 tertentu. Sedangkan persamaan c.7 merupakan fungsi
reaksi pengusaha B yang akan memberikan nilai q2 yang memaksimumkan 2 untuk setiap nilai q1
tertentu. Nilai keseimbangan adalah nilai pasangan q1 dan q2 yang memenuhi kedua fungsi reaksi
tersebut. Misal, dipunyai fungsi permintaan pasar dan fungsi biaya sebagai berikut:
(c.8)
(c.8)
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 168
Karena B, b1, dan b2 bernilai positif maka kenaikan salah satu produk pengusaha duopoli
menyebabkan penurunan produk optimum pengusaha duopoli lainnya. Dengan memecahkan
persamaan c.8 dan c.9 secara simultan akan diperoleh pasangan nilai q1 dan q2 yang menunjukkan
keadaan keseimbangan.
Secara grafis fungsi reaksi tersebut dapat digambarkan seperti kurva 7.18 .
Kurva 7.18 Fungsi Reaksi
q2
q1= f (q2)
q2= g (q1)
0 q1
= 146 – q1 – 0,5 q2 = 0
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 169
Dengan pemecahan simultan diperoleh:
2 q1 + q2 = 292
5/18 q1 + q2 = 83 ⅓ -
31/18 q1 = 208 ⅔
q1 = 1215/31
121⅔ = 146 – 0,5 q2
0,5 q2 = 146 - 121⅔
q2 = 49 21/31
Jadi, pada waktu q1 = 121⅔ dan q2 = 4921/31 , pasar duopoli dalam keadaan keseimbangan. Ini
berarti bahwa pengusaha duopoli memperoleh keuntungan maksimum. Secara grafis keadaan
keseimbangan tersebut dapat digambarkan seperti kurva 7.19 berikut.
300
250
150
100
E
50 q2 = 83 1/3 – 5/18q1
Pada titik E terjadi keseimbangan pasar duopoli, di mana saat itu kedua pengusaha duopoli
memperoleh keuntungan maksimum.
Teori ini mengasumsikan bahwa kurva permintaan bagi pengusaha duopoli merupakan kurva
permintaan yang patah. Untuk analisis keseimbangan, diperlukan beberapa asumsi lagi, yaitu :
1) Harga pasar yang memuaskan bagi kedua pengusaha duopoli telah terbentuk, misalnya P.
2) Apabila salah satu pengusaha duopoli menurunkan harga, pengusaha pesaingnya juga akan
menurunkan harga agar tidak kehilangan pembeli.
3) Apabila salah satu pengusaha duopoli menaikkan harga, pengusaha pesaingnya tidak akan
mengikuti menaikkan harga sehingga sebagian pembeli pindah kepadanya.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 170
Kurva 7.20 Permintaan patah (solusi sweezy)
F1
C
E MC
P*
A
C’
AC
B F
0 Q* D Q
Misalkan harga keseimbangan pasar yang memuaskan kedua pengusaha duopoli telah terbentuk
pada tingkat P* seperti terlihat pada kurva 7.20. Selanjutnya pada kurva 7.20 dapat dilihat pula
bahwa kurve permintaan bagi suatu pengusaha duopoli adalah CEF yang patah pada titik E. Titik E
ini merupakan titik keseimbangan harga( P* ) dan kapasitas produksi ( Q* ) bagi pengusaha duopoli
tersebut.
Apabila pengusaha duopoli tersebut menurunkan harga dari tingat P*, maka pengusaha duopoli
lain akan mengikutinya. Akibatnya kurve permintaan bagi pengusaha yang menurunkan harga
menjadi EF, di mana elastisitas permintaan kurve EF sama dengan elastisitas permintaan pasar.
Sebaliknya jika pengusaha duopoli tadi menaikkan harga dan pengusaha pesaingnya juga
menaikkan harga maka kurve permintaannya pada harga yang menaik adalah kurve EF‟ yang
elastisitas permintaannya juga sama dengan elastisitas permintaan pasar. Tetapi karena menurut
asumsi bahwa tindakan menaikkan harga oleh suatu pengusaha duopoli tidak akan diikuti oleh
pengusaha pesaingnya, maka kurve permintaan bagi pengusaha yang menaikkan harga tersebut
menjadi EC yang elastisitas permintaannya menjadi lebih besar dari pada elastisitas permintaan
pasar. Hal ini disebabkan karena sebagian pembeli atau mungkin seluruhnya pindah ke pengusaha
pesaingnya yang tidak menaikkan harga. Jadi yang menyebabkan kurva permintaan suatu
pengusaha duopoli patah adalah karena tindakannya menaikkan harga tidak diikuti oleh pengusaha
pesaingnya.
Dengan patahnya kurva permintaan suatu pengusaha duopoli, dengan sendirinya kurva nilai
penjualan marginalnya (MR) menjadi tidak kontinyu, yaitu CABD. Dengan MC dan AC seperti
yang terlihat pada kurva 7.20, maka posisi keseimbangan ( = keuntungan maksimum) adalah pada
tingkat penjualan produk sebesar Q* dengan tingkat harga P*. Seandainya terjadi perubahan biaya,
selama perubahan tersebut masih dalam interval AB pada kurve MR, maka tingkat produk dan
tingkat harga semula tidak akan berubah. pada pasar duopoli atau oligopoly harga. Tetapi jika
perubahan biaya cukup besar sehingga keluar dari interval AB maka pengusaha cenderung untuk
mengubah tingkat produk dan tingkat harganya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada pasar
duopoli atau oligopoli harga bersifat tegar ( tidak mudah berubah), asal perubahan biaya atau
permintaan bersifat moderat ( tidak terlalu besar).
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 171
5. Pasar Oligopoli
Keadaan pasar dimana ada beberapa penjual untuk suatu jenis barang yang mungkin diantara
penjual tersebut mengadakan kerjasama atau saling mempengaruhi. Dan juga mungkin barang yang
dijual dapat dibedakan antara output yang satu dengan yang lain ataupun barangnya tidak dapat
dibedakan.
Struktur pasar oligopoly memungkinkan diadakannya kerjasama secara diam-diam atau secara
terang-terangan. Ada tiga faktor yang memungkinkan terjadinya kerjasama, yaitu;
1) Dapat meningkatkan keuntungan mereka jika mereka mengurangi tingkat persaingan antara
mereka dan mereka bertindak seperti monopolis.
2) Dengan mengadakan kerjasama mereka dapat mengurangi ketidakpastian yang ada, dalam
artian tindakan produsen yang satu terhadap yang lain jelas jika mereka mengadakan kerjasama.
3) Adanya kerjasama antar mereka menutup kemungkinan masuknya produsen baru dalam
industry.
Seperti telah dikemukanan diatas bahwa teori duopoli merupakan dasar bagi teori pasar
oligopoli. Pada dasarnya terdapat dua teori pokok dalam analisis pasar oligopoli, yaitu :
1) Antara satu pengusaha dengan pengusaha lainnya di dalam melakukan kegiatannya tidak
terdapat suatu ikatan tertentu ( independent action).
2) Antara pengusaha-pengusaha yang ada dalam pasar oligopoli menjalin suatu ikatan (collusion)
tertentu. Ikatan ini ada yang sempurna (perfect collusion) dan ada yang tidak sempurna
(imperfect collusion).
Bentuk kerjasama yang mungkin sempurna adalah Kartel, dimana merupakan organisasi resmi
antar produsen dalam suatu industry yang bertujuan mengalihkan suatu keputusan manajemen dan
fungsi produksi individu ke dalam asosiasi pusat agar dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.
Adanya pemindahan fungsi produsen individu ke dalam asosiasi mempunyai tingkat perbedaan
yaitu sebagai : The Centralized Cartel and The Market Sharing Cartel”.
Dalam bentuk yang pertama “The Centralized Cartel” pengambilan keputusan yang
menyangkut harga, output, penjualan dan distriusi keuntungan diantara anggota diatur oleh pusat
asosiasi. Produsen yang menjadi anggota diwakili oleh pusat asosiasi dalam artian bahwa dalam
pengambilan keputusan yang didasarkan atas pertukaran pikiran antar anggota, negosiasi dan
perjanjian, tetapi kekuatan seorang produsen dalam kartel tidak proporsional.
Sedangkan bentuk yang kedua “Market Sharing Cartel” hanya mengadakan perjanjian dalam
pembagian pasar. Ini berarti bahwa para anggota setuju atas pembagian pasar tersebut dengan atau
tanpa menentukan harga jual masing-masing. Setiap anggota berhak menjual produknya namun
harus memenuhi ketentuan yang telah diperjanjikan. Bentuk kerjasama yang tidak sempurna adalah
secara diam-diam diantara produsen sejenis mengadakan kerjasama dan pejanjian dalam penentuan
harga atau jumlah produksi. Perjanjian dalam penentuan harga “The Price Leadership
Arrangement” biasanya terjadi pada industry baja, tembakau, minyak dan lainnya.
Sedangkan jenis oligopoly yang ketiga adalah masing-masing produsen bertindak atas nama
dan kemauan sendiri dalam mengambil keputusan dalam output, harga, penjualan, keuntungan dan
lainnya. Dengan demikian sering terjadi perang harga antar merkea, dalam artian bahwa penurunan
harga oleh seorang produsen akan diimbangi oleh penurunan harga produsen lain dan sebaliknya.
MC MC
AC
P1 AC P2
D2
0 Q1 Q 0 Q2 Q
MR2
Kurva 7.21.a menunjukkan keadaan suatu perusahaan oligopoli murni dalam perang harga.
Pengusaha hanya akan turut dalam perang harga sampai harga sebesar P1 dengan jumlah produk
yang dihasilkan sebesar Q1, dimana harga sama dengan biaya rata-rata (P1 = AC). Jika harga
dibawah P1 maka pengusaha akan memberhentikan perusahaannya karena dalam jangka panjang ia
akan menderita kerugian.
Kurva 7.21.b menunjukkan keadaan suatu perusahaan “oligopoli yang dibedakan” dalam perang
harga. Pengusaha ini hanya akan dapat mengikuti perang harga sampai pada tingkat harga P2
dengan tingkat produksi Q2, dimana harga sama dengan biaya rata-rata (AC). Tetapi kapasitas
produksi Q2 belum optimum, karena produksi optimum dicapai pada saat MC = AC. Jika harga
lebih rendah dari pada P2 maka perusahaan terpaksa harus ditutup karena biaya rata-rata lebih besar
dari pada nilai penjualan rata-rata.
Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing pengusaha oligopoly merupakan bahagian dari
suatu industri. Dengan kata lain semua perusahaan oligopoli menggabungkan diri secara sempurna
menjadi suatu perusahaan besar, misalnya kartel. Dengan demikian, kartel merupakan perusahaan
monopoli murni dengan anggota beberapa perusahaan oligopoli.
Atas dasar prinsip-prinsip monopoli, maka permintaan kartel adalah permintaan pasar, sedang
biaya marginalnya (MC) merupakan jumlah MC seluruh perusahaan oligopoli yang tergabung
dalam kartel itu. Dengan diketahuinya permintaan pasar dapat dihitung nilai penjualan marginal
(MR) kartel. Berdasarkan dalil keuntungan pada perusahaan monopoli, yaitu MC = MR, maka
dapat ditentukan jumlah dan harga penjualan produk kartel yang memberikan keuntungan
maksimum. Harga penjualan kartel juga merupakan harga penjualan bagi masing-masing
perusahaan oligopoli yang tergabung dalam kartel tersebut. Jumlah penjualan produk perusahaan
oligopoli yang tergabung dalam kartel dapat ditentukan dengan terpenuhinya syarat seperti rumus
berikut :
MRK = MC1 = MC2 = …………… = MCn ( o.1)
dimana : MRK = Marginal Revenue Kartel dan MC1, MC2, ……, MCn adalah marginal cost
masing-masing perusahaan oligopoli yang tergabung dalam kartel.
Keuntungan kartel adalah jumlah keuntungan semua perusahaan yang tergabung dalam kartel
tersebut, sehingga dapat ditulis :
K = 1 + 2 + 3 + ……. + n ( o.2 )
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 173
Demikian pula jumlah produk yang dihasilkan kartel adalah jumlah semua produk yang dihasilkan
oleh semua perusahaan yang tergabung dalam kartel tersebut, sehingga dapat ditulis ;
QK = Q1 + Q2 + Q3 + …….. + Qn ( o.3 )
Perlu diperhatikan bahwa keuntungan maksimum adalah untuk kartel, sedangkan untuk masing
masing perusahaan anggota kartel tidak selalu memperoleh keuntungan maksimum.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini diberikan contoh pemecahan secara matematis. Misalkan ada
tiga perusahaan oligopoli yang memproduksi produk homogen. Ketiga perusahaan tersebut
bergabung dalam suatu kartel. Permintaan pasar terhadap produk kartel tersebut adalah : Q = 1000
– ½ P. Fungsi biaya masing-masing perusahaan oligopoli tersebut adalah :
C1 = 50 – 300 Q1 + 10 Q12
C2 = 25 - 100 Q2 + 3¾Q22
C3 = 75 - 300 Q3 + 11¼Q32
Pertanyaan :
1) Berapa harga penjualan produk Q di pasar ?
2) Berapa jumlah produk yang harus dihasilkan oleh masing-masing perusahaan oligopoli ?
3) Berapa keuntungan yang diperoleh masing-masing perusahaan oligopoli dan keuntungan kartel?
Pemecahan;
Karena Q = 1000 - ½P, maka P = 2000 – 2Q (1)
TR kartel adalah PQ = (2000 – 2Q) Q, maka PQ = 2000 Q – 2Q2
(4)
(5)
(6)
Karena syarat kapasitas produksi bagi masing-masing perusahaan oligopoli adalah MR = MC1 =
MC2 = MC3 ( dalil ) maka:
MC1 = MC2 atau
20Q1 – 300 = 7 ½ Q2 –100 atau 20Q1 = 7 ½ Q2 + 200
atau Q1 = 3/8 Q2 + 10 (7)
MC2 = MC3 atau 7 ½ Q2 – 100 = 22 ½ Q3 – 300 atau
22 ½ Q3 = 7 ½ Q2 + 200 atau Q3 = 1/3 Q2 + 8 8/9 (8)
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 174
Jika persamaan (7) dan (8) dimasukkan ke persamaan (3) maka diperoleh :
(15)
⁄
⁄
⁄ (16)
⁄
⁄
⁄ (17)
1 = Q1 (P – AC1)
62,96 (1478,12 – 330,40) = 72.260,72 (18)
2 = Q2 (P – AC2)
141,24 (1478,12 – 429,82) = 148.061,89 (19)
3 = Q3 (P – AC3)
56,74 (1478,12 – 339,65) = 64.656,79 (20)
K = 1 + 2 + 3
= 72.260,45 + 148.061,89 + 64.656,79
= 284.979,13 (21)
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 175
Kesimpulan jawaban :
1) Harga penjualan produk kartel adalah Rp. 1478,12 per satuan
2) Jumlah produk yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan oligopoly adalah Q1 = 62,96
satuan , Q2 = 141,24 satuan, dan Q3 = 56,74 satuan.
3) Keuntungan yang diperoleh masing-masing perusahaan adalah 1 = Rp.72.260,45 ; 2 = Rp.
148.061,89 ; dan 3 = Rp.64.656,79. Sedangkan keuntungan kartel adalah K = 284.979,13.
DM = Q = 1000 – 5 P
C1 = 100 – 10 Q1
C2 = 150 Q2 – 0,5 Q22 + 25
C3 = 200 Q3 – Q32 + 50
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 176
Dimana :
Q = jumlah produk permintaan pasar
Q1, Q2, Q3 = jumlah produk yang dihasilkan masing-masing perusahaan
C1, C2, C3 = biaya total dari masing-masing perusahaan.
Pertanyaan :
1) Kapasitas produksi masing-masing perusahaan ( perusahaan I, II, dan III)
2) Harga jual di pasar
3) Jumlah produk yang dijual di pasar.
Pemecahan :
MC1 = dC1/dQ1 = 10 = MR1 (i)
MC2 = dC2/dQ2 = 150 – Q2 = P atau Q2 = 150 – P (ii)
MC3 = dC3/dQ3 = 200 –2Q3 = P atau Q3 =100 – 0,5 P (iii)
Q2 + Q3 = 250 – 1,5 P = QF (iv)
Q1 = Q – QF = (1000 – 5 P) – (250 – 1,5P)
= 750 – 3,5 P atau
3,5P = 750 – Q1 atau
(v)
(vi)
MR1 = MC1 ( dalil), maka rumus (i) sama dengan rumus (vi):
(vii)
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 177
Jika rumus (vii) dimasukkan ke dalam rumus (v), maka;
maka (viii)
Jika rumus (viii) dimasukkan kedalam rumus (ii) dan (iii) maka;
Q2 = 150 – P maka Q2 = 150 – 112,14 = 37,86 (ix)
Q3 = 100 – 0,5 P maka Q3 = 100 – 0,5 (112,14) = 43,93 (x)
Selanjutnya dapat ditentukan nilai Q
Q = 1000 – 5 P menjadi Q = 1000 – 5 (112,14) = 439,3 (xi)
Dari hasil perhitungan diatas terpecahkanlah pertanyaan diatas dengan jawaban:
1) Jumlah produksi yang dihasilkan masing-masing perusahaan oligopoli adalah, untuk
perusahaan pemimpin (Q1) = 357,5 satuan ; untuk dua perusahaan pengikut, masing-masing
(Q2) = 37,86 satuan dan (Q3) = 43,93 satuan.
2) Harga penjualan/harga pasar : P = Rp. 112,14
3) Jumlah produk yang ditawarkan di pasar : Q = 439,3 satuan.
Pembahasan yang telah dilakukan diatas adalah menyangkut kebijakan pasar oligopoli jangka
pendek. Untuk jangka panjang, masing-masing perusahaan oligopoli harus menjalankan kapasitas
produksi dengan keuntungan yang normal saja. Dengan demikian akan menghambat perusahaan-
perusahaan baru untuk masuk dalam pasar.
Kasus
1. Sebuah perusahaan oligopolis menghadapi dua permintaan:
Q1 = 200 – 10P adalah permintaan jika pesaing tidak bereaksi terhadap keputusan perusahaan.
Q2 = 100 – 4P adalah permintaan jika pesaing bereaksi terhadap keputusan perusahaan.
a. Gambarkan kurva permintaan dan penerimaan marjinal (MR) yang relevan bagi
perusahaan.
b. Pada harga jual berapa pesaing akan bereaksi?
c. Hitung interval harga jual yang menyebabkan perusahaan tidak akan mengubah output.
Jawab :
Rp
25
A
20
B
P*
C
Pe
D Q1 = 200 – 10P
10
Pr
Q2 = 100 – 4P
MR2
MR1
E F
a) Pada kurva diatas permintaan yang relevan adalah ABF (garis tebal). Di atas P* sampai di
titik A, perilaku perusahaan tiodak mengundang reaksi pesaing, sehingga kurva permintaan
yang relevan adalah AB. Jika perusahaan menetapkan harga di bawah P* pesaing akan
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 178
bereaksi, karena itu kurva permintaan yang relevan adalah BF. Sehingga kurva MR yang
relevan adalah ACDE>.
b) Perusahaan pesaing akan bereaksi jika harga jual yang ditetapkan lebih rendah dari P*.
Karena P* adalah titik potong Q1 dengan Q2 maka besarnya P* dapat diketahui:
Q1 = 200 – 10P
Q2 = 100 – 4P dimana Q1 = Q2
0 = -100 – 6P
P* = 50/3 = 16 ⅔
Pesaing akan bereaksi jika perusahaan menjual barang dengan harga lebih rendah dari 16 ⅔
per unit.
c) Dari jawaban (b), kita dapat megetahui jumlah output keseimbangan adalah:
Q* = 200 – 10P
= 200 – 10(16 ⅔)
= 33 ⅓ unit
Koordinat titik B adalah Pada Q = 33 ⅓ dan P = 16 ⅔
Tampak pada kurva, interval harga di mana perusahaan tidak mengubah output adalah
antara Pr sampai dengan Pe (yaitu pada MR yang vertikal CD)
Pada posisi titik C (yaitu harga Pe):
Berada pada MR! Pada saat Q = 33 ⅓
TR1 = P.Q
Q = 200 – 10P – P = 20-1/10Q
TR1 = (20 – 1/10Q)Q = 20Q – 1/10Q2
TR2 = P.Q
Q = 100 – 4P – P = 25 – 1/4Q
TR2 = (25 -1/4 Q)Q = 25Q – 1/4Q2
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 179
Bagian VIII
Pasar Faktor Produksi : Tenaga Kerja dan Tanah
SL
Backward
bending
labour supply S1 S2 S3
curve
W* Sp = S1+S2+S3
Kurva 8.2 Dalam masyarakat yang miskin, kurva penawaran tenaga kerja dapat bersudut
kemiringan (slope) negative. Jika upah makin rendah penawaran tenaga kerja makin meningkat.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 180
Kurva 8.2 Kurva penawaran tenaga kerja keluarga miskin
Upah
W1 A
0 I1 I2 I3 Jam Kerja
MP
MRPL ( = MP x P )
(a) (b)
Kurva 8.4.a Perusahaan akan mencapai keseimbangan bila MRPL sama dengan upah tenaga
kerja. Kurva 8.4.b Jika yang berubah adalh factor bukan harga (permintaan terhadap output
berubah), kurva akan bergeser (shifting) ke kanan atau ke kiri bila permintaan terhadap
output bertambah atau berkurang.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 181
Kurva 8.4
Permintaan Terhadap Tenaga Kerja
Sebagai Faktor Produksi Variabel
Upah Upah
Pergeseran
Pergeseran
W1 Sepanjang kurva Pergeseran kurva
Permintaan permintaan
W* SL
W2 Pergeseran D2
MRPL2 sepanjang kurva
MRPL1 permintaan D1
b. Permintaan Tenaga Kerja dalam Model Beberapa Faktor Produksi Variabel (Multi Variable
Input Model)
Kurva 8.5 a Kondisi awal keseimbangan pasar tenaga kerja, dimana total kesempatan kerja
adalah L1 pada tingkat upah keseimbangan W1. kondisi keseimbangan perusahaan seperti
pada kurva 8.5.b (titik A) dimana jumlah tenaga kerja yang digunakan L1. MRPL1 adalah
MRP dengan jumlah barang modal (mesin) K1
Upah Upah
SL1 MRPL1
SL2
W1 W1 A
W2 W2 B C
MRPL2
DL1 DL
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 182
Kurva 8.6. Pasar tenaga kerja berstruktur monopoli
Upah
Wm
Wk
SL
Wp
MR DL
0 Lm Lk Lp Tenaga Kerja
6) Monopsoni (Monopsony)
Adalah suatu keadaan di mana dalam pasar factor produksi (tenaga kerja) hanya ada satu
pembeli (single buyer). Karena posisinya sebagai pembeli tunggal, monopsonis (pemilik daya
monopsoni) mempunyai kemampuan menentukan upah. Kurva 8.7 juga terlihat keseimbangan
monopsonis tercapai bila ME = MRPL.
ME
Upah
Wh
SL = AE
Wp
Wm
DL = MRPL
0 Lm Lp Tenaga Kerja
Terjadi bila pekerja memiliki daya monopoli. kurva 8.8 menunjukkan bahwa interval tingkat
harga adalah antara Ws (tingkat harga yang diinginkan monopsonis) dengan Wm (tingkat harga
yang diinginkan monopolis)
ME
Upah
Wm
SL = AE
Wp
Ws
DL = MRPL
MR
0 Ls Lm Lp Tenaga Kerja
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 183
8. Pasar Tanah (Land Market)
a. Model Sewa Tanah Richardo (Richardian Model)
Kurva 8.9 menunjukkan bahwa tanah yang paling subur mempunyai struktur biaya yang
paling murah Kurva 8.9.a), sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi penyewanya.
Tanah yang tidak subur akan menurunkan laba, bahkan merugikan penyewa (Kurva 8.9.b
dan 8.9.c). Karena penawaran tanah terbatas (inelastic sempurna), maka penentuan tingkat
sewa tanah berdasarkan kesuburan tanah. Secara matematis dapat dikatakan S = MRP tanah.
Kurva 8.9. Penafsiran teori Richardo tentang sewa tanah dalam analisis teori keseimbangan
produsen
Rp Rp Rp
MC
MC Kerugian
AC
MC Laba super normal A B
Laba super normal AC
P B P B P C
AC
A C
A C
0 Q* Q 0 Q* Q 0 Q* Q
(a) Tanah subur menimbulkan (b) Tanah sedang (c) Tanah tidak subur menimbulkan
Biaya produksi rendah (kesuburannya) biaya produksi tinggi
R2
R3
MRP1 MRP2
MRP3
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 184
Harga
S (Tanah)
R2
MRP2
R1
MRP1
0
Tanah
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 185
Bagian IX
Barang Publik dan Eksternalitas
Pa Pb Pm
Dm =Da + Db
Da Db
0 Qa Q 0 Qb Q 0 Qm Q
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 186
2) Efisiensi Penyediaan Barang Publik
MBt
T1 S
T2
0
Qt Q1 Q2 Q
MBb
B1
Bt Eb
Db
0 Qt Q1 Q
MBa
A1
At Ea
A2
Da
0 Qt Q1 Q2 Q
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 187
Kurva 9.3 Eksternalitas merugikan
Harga
S1 S2
0 Q1 Q2 Q
Kurva 9.4 Kurva permintaan adalah Dp. Penawaran diwakili oleh kurva S. keseimbangan
terjadi pada saat jumlah pendidikan tinggi adalah Qp dan harga per unit adalah Pp.
S
Dp Dt
Pt E
Subsidi yang dinikmati oleh rakyat indonesia
Dan pihak asing (MNC)
Pp
Ph F
Ds Dc
0 Qp Qt Q pendidikan tinggi
5) Pilihan Masyarakat
Kesulitan menentukan alokasi yang efisien dalam penyediaan barang publik menyebabkan
masyarakat demokratis menempuh cara pemilihan suara.
1 X X X
2 X X X
3 X X X
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 188
Kurva 9.6 Kurva manfaat marginal dari pembayaran SPP
Manfaat Marginal
Pw
P1 P2 P3
1) Di Indonesia atas dasar peraturan pemarintah, TVRI dilarang menyiarkan iklan. Sebagai
gantinya pemerintah memberikan anggaran operasional. Selanjutnya sebagai sumber
penerimaan, perusaaan melakukan iuran TV bagi rakyat, tetapi prakteknya pemungutan iuran
gagal,sehingga finsial Perjan TVRI kurang mandiri dibandingkan Stasiun TV swasta yang
diizinkan menayangkan iklan. Jelaskan dengan Teori Barang Publik.
Jawab:
Siaran TV dapat merupakan barang public dan barang privat. Dilihat dari sisi pemirsa siran TV
merupakan barang public. Sifat non eksklusif siaran TV termasuk TVRI menyebabkan
pemungutan iuran TV tidak efektif. Sebab tanpa harus membayar pemersi dapat menikmati
siaran TVRI.
Siaran TV merupakan barang privat (bersifat rival dan eksklusif. Bagi para pemasang iklan.
Karena itu beban biaya bagi yang ingin memasang iklan sangat efektif
2) Masyarakat desa Sukoharjo bermaksud membangun jalan desa berbahan pasir, batu dan aspal
dengan cara swadaya. Masyarakat desa dapat dikelompokkan menjadi 20 masing – masing
mempunyai preferensi yang dapat diwakili permintaan terhadap jalan desa.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 189
Jawab:
a. Panjang jalan desa yang efisien
Kurva 9.7
1400
MT = MA + MB (dijumlahkan secara vertical)
1200
1000
Daerah titik-titik C marginal total masyarakat
800 = manfaat total kelompok A + B
600
400 MC = 400
200 C
1400
1200
1000
Daerah titik-titik B marginal total
800 kelompok B
600
400 MB = 900 – 3T
200
B
1200
1000
Daerah titik-titik A marginal total
800 kelompok A
600
400 MA – 500 – T
200
A
- Karena jalan desa merupakan barang public maka permintaan total (MT) adalah MA + MB
MT = MA + MB
= (500 – T) + (900 – 3T)
= 1.400 – 4T
- Jumlah jalan desa yang efisien tercapai pada MT = MC
1.400 – 4T = 400
4T = 1000
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 190
T = 250
Panjang jalan desa yang efisien adalah 250 m
b. Biaya dan kontribusi
Biaya pembangunan jalan desa adalah Rp 400.000/m
Jumlah dan dibutuhkan 250 x Rp 400.000 = Rp 100 juta
Pada saat jumlah jalan 250 m manfaat marjinal jalan untuk kelompok A
Rp 250.000 / m
MA = 500 – T
= 500 – 250
= 250
Manfaat total untuk kelompok A adalah 250 x 250.000 =62.500.000 jadi
kelompok A harus menyumbang Rp 62.500.000
Manfaat marjinal kelompok B adalah Rp 150.000/ m
MB = 900 – 3T
= 900 – 750
= 150
Manfaat total untuk kelompok B adalah 250 x 150.000 = 37.500.000, jadi kelompok B
harus menyumbang Rp 37.500.000,00
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 191
Daftar Pustaka
Chiang, Alpha C., Fundamental Methods of Matematical Economic, 3rd ed. Manila: McGraw-
Hill, 1984.
Hanani, Nuhfil., Rosihan Asmara., Fahriyah, Ekonomi Mikro, Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang, 2011
Kadariah, Teori Ekonomi Mikro, edisi revisi, Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI, 1994.
Nicholson, Walter. Teori Mikroekonomi. Alih bahasa: Daniel Wirajaya, Edisi ke-5, Binarupa
Aksara, Jakarta, 1999.
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro, Edisi Pertama, Cetakan Keenam, BPFE UGM
Yogyakarta, 2000.
Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus, Ilmu Makro Ekonomi, Ilmu Mikro Ekonomi
(terjemah edisi 17th), Mc Graw Hill, PT Media Global Edukasi, Jakarta, 2004.
Rahardja, Prathama, Mandala Manurung, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengatar, Edisi Ketiga,
Lembaga Penerbit FEUI, 2006.
Salvatore, Dominick, Mikro Ekonomi “Schaum’s Outlines”, Edisi keempat, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2006.
Sukirno, Sadono, Pengantar Mikro Ekonomi, Edisi ketiga, Kuala Lumpur, Aneka Publishing,
1993.
Sumber web;
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 192
Bio Data
Herispon, terlahir dari Ibu Nurma dan Bapak Basyir di desa Sumanik,
Batusangkar, Sumatera Barat pada tanggal 10 November 1965. Penulis tamat
SD Negeri No. 2 Sumanik tahun 1979, tamat SMP Negeri Sungai Tarab tahun 1982,
tamat SMA YPKP Simabur tahun 1985 (sekarang SMA Negeri Pariangan), setelah
tamat SMA reses selama 3 tahun. Pada tahun 1988 penulis mendapatkan
kesempatan untuk melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
"Tri Karya" Medan, hingga akhir nya dapat memper ol eh gel ar
kesarj anaan ( Sarj ana Ekonomi) pada tahun 1994.
Selanjutnya pada tahun 2014 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang
S.3 di Universitas Andalas Padang, pro gram studi Ilmu Ekonomi dan selesai pada tanggal 17
Desember 2018.
Aktivitas sekarang sebagai Dosen Tetap Yayasan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE
Riau) Pekanbaru, juga sebagai do sen tidak tetap/ LB di FEKONSOS Universitas Islam
Negeri UIN Suska Riau, di STMIK-AMIK Riau. Kegiatan organisasi; sebagai pengurus
APTISI wilayah X-B Riau periode 2008-2012, periode 2012-2016, periode 2017-2021. Tercatat sebagai
pengurus ISEI Komisariat STIE-AKBAR periode 2014-2017, pengurus ISEI cabang kota Pekanbaru periode
2019-2022.
Bidang keahlian “economic and finance” dengan karya yang sudah dipublish secara online dalam bentuk
buku ajar, jurnal ilmiah dan hand out untuk dapat dibaca, dipelajari dan digunakan khususnya dikalangan
mahasiswa di Fakultas Ekonomi, dan peminat yang relevan dengan karya penulis, semoga karya-karya yang
di publish secara online dapat digunakan dan bermanfaat bagi pihak yang memakai, serta menjadi spirit dan
motivasi bagi penulis untuk tidak berhenti berkarya. Web/http/URL yang dapat dikunjungi ;
https://scholar.google.co.id/citations?hl=id&user=uf7-F5sAAAAJ
https://www.researchgate.net/profile/Herispon_Herispon/contributions
Didampingi isteri tercinta Husnida serta ananda tersayang "Addin Hafiz Kawirian, Taufiqul
Dzakwananda, dan Salsabiila Mareva" dalam menjalani kehidupan sehari-hari penulis
menggunakan metode DUIT yaitu berDoa berUsaha berIman dan berTaqwa dengan
aplikasi JNS, yaitu; Jalani, Nikmati, Syukuri dan selalu berusaha untuk dapat
memberikan hal -hal yang berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsa.
Herispon ---- Teori Ekonomi Mikro ---STIE Riau-Pekanbaru --- 2021 | 193