Anda di halaman 1dari 12

ASAS : JURNAL SASTRA Volume 9 No.

1, Juni 2020
p-ISSN: : 2301-5896 | e-ISSN: 2580-894X

Analisis Gaya Bahasa dalam Cerpen “Tio Na Tonggi”


Karya Hasan Al Banna

Annissa1, Revensyah Sihombing2, Siti Rahmadhani Siregar3, Trisnawati Hutagalung4


Universitas Negeri Medan
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Medan
1
anni24589@gmail.com, 2revensyahsihombing@gmail.com, 3siti.rahmadhanisiregar@gmail.com,
4
trisnawati.hutagalung@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya bahasa dalam cerpen karya Hasan Al
Banna yang berjudul “Tio Na Tonggi”. Metode yang digunakan peneliti adalah
metode deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian
kepustakaan dengan studi dokumen teks dan teknik pengumpulan data menggunakan
teknik baca tulis.Berdasarkan hasil analisis data yang ditemukan oleh peneliti dapat
disimpulkan bahwa terdapat lima gaya bahasa yang ada dalam cerpen yang berjudul
“Tio Na Tonggi”. Lima gaya bahasa tersebut adalah gaya bahasa metafora, gaya
bahasa depersonifikasi, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa hiperbola dan gaya
bahasa simile.

Kata Kunci: Analisis, Gaya Bahasa, Cerpen

1. PENDAHULUAN ekstrinsik adalah unsur yang ada di luar


Novelia (2018) dalam penelitiannya cerita seperti latar belakang masyarakat,
mengatakan bahwa karya sastra latar belakang pengarang dan sebaginya.
merupakan suatu hasil pemikiran dan Unsur intrinsik adalah unsur yang ada di
imajinasi dari pengarang yang dituangkan dalam sebuah cerita seperti tema, alur,
dalam bentuk tulisan. Karya sastra sendiri amanat, penokohan, settingatau latar, sudut
memiliki jenis dan ragam yang sangat pandang, dan gaya bahasa. Tarigan
banyak. Jenis karya sastra terdiri dari puisi, (2013:5) mengungkapkan gaya bahasa
pantun, roman, novel, cerpen, dongeng, adalah cara bagaimana pengarang
dan legenda. Cerpen atau cerita pendek mengungkapkan isi pemikirannya lewat
merupakan salah satu bagian dari karya bahasa-bahasa yang khas dalam uraian
sastra dan ceritanya biasanya lebih pendek ceritanya sehinggamenimbulkan kesan
dibandingkan dengan novel. tertentu bagi para pembacanya.
Dalam cerpen terdapat beberapa Gaya bahasa menjadikan sebuah
unsur yang ada di dalamnya yaitu unsur cerita menjadi lebih menarik bagi
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur pemabacanya. Setiap pengarang

33
mempunyai ciri masing-masing dalam dapat dibaca sekali duduk dalam waktu
penggunaan atau pemakaian gaya bahasa kurang dari satu jam. Suharianto (1982:
sehingga, cerpen atau karya yang lain 39) mengemukakan bahwa cerita pendek
memiliki gaya penyampaian yang berbeda- adalah wadah yang biasanya dipakai oleh
beda. Gaya bahasa dan kosa kata pengarang untuk menyuguhkan sebagian
mempunyai hubungan erat, hubungan kecil saja dari kehidupan tokoh yang
timbal balik. Semakin kaya kosa kata paling menarik perhatian pengarang.
seseorang, semakin beragam pulalah gaya Tarigan (2008: 18) mengatakan bahwa
bahasa yang dipakainya. panjang cerita pendek kurang lebih
Salah satu cerpen karya Hasan Al sepuluh ribu kata, tiga puluh halaman
Banna yang berjudul “Tio Na Tonggi” folio, dibaca dalam 10-30 menit,
merupakan cerpen menarik. Cerpen mempunya impresi tunggal, seleksi sangat
tersebut memiliki alur yang terjalin dengan ketat dan kelanjutan cerita sangat cepat.
indah, penokohan yang ada dalam cerpen Dari pendapat di atas dapat
tersebut mampu digambarkan dengan baik disimpulkan bahwa cerpen adalah suatu
oleh pengarang. Selain itu cerpen berjudul karya sastra yang dipakai pengarang untuk
“Tio Na Tonggi” ini banyak menggunakan menyuguhkan sebagian kecil dari
bahasa daerahsehingga cerpen ini memiliki kehidupan tokoh yang paling menarik
ciri khas tersendiri. Berdasarkan data di perhatian pengarang agar pembaca dapat
atas, dapat dirumuskan permasalah menikmati karyanya.
penelitian sebagai berikut: gaya bahasa apa Cerpen mempunyai unsur-unsur, yang
yang terdapat pada cerpen yang berjudul: saling berkaitan erat antara yang satu
“Tio Na Tonggi.” Tujuan dari penelitian dengan yang lainya. Bagian-bagian cerpen
ini adalah untuk mengetahui gaya bahasa saling berkaitan membentuk satu kesatuan
dalam cerpen karya Hasan AL Banna yang yang utuh dan menjadikan ceritanya begitu
berjudul “Tio Na Tonggi”. menarik. Unsur-unsur pembangun sebuah
cerpen yaitu unsur intrinsik dan unsur
2. KAJIAN TEORI ekstrinsik Wellek & Daren (dalam
Cerpen Karmini, 2011:14).
Menurut Sumardjo dan Saini (1988: Unsur intrinsik adalah unsur-unsur
30), cerpen merupakan cerita berbentuk yang membangun karya sastra dari dalam
prosa yang relatif pendek. Kata “pendek” karya sastra itu sendiri. Maksud dari dalam
dalam batasan ini tidak jelas ukurannya. yaitu unsur-unsur tersebut merupakan
Ukuran pendek di sini diartikan sebagai: suatu kesatuan yang membentuk keutuhan
34
cerita. Keutuhan dan kelengkapan sebuah Secara singkat Tarigan (2009: 4)
cerpen dilihat dari segi-segi unsur yang mengemukakan bahwa gaya bahasa
membentuknya. Adapun unsur-unsur merupakan bentuk retorik, yaitu
intrinsik meliputi: tema, alur/plot, penggunaan kata-kata dalam berbicara dan
penokohan, latar/setting, dan gaya bahasa. menulis untuk meyakinkan atau
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang mempengaruhi penyimak atau pembaca.
berada di luar karya sastra itu, tetapi secara (Pradopo, 2009: 113), gaya bahasa itu
tidak langsung mempengaruhi sistem menghidupkan kalimat dan memberi gerak
organisme karya sastra atau unsur-unsur pada kalimat. Gaya bahasa itu
yang mempengaruhi sistem sebuah karya menimbulkan reaksi tertentu untuk
sastra, namun ia sendiri tidak menjadi menimbulkan tanggapan pikiran kepada
bagian di dalamnya (Karmini, 2011:14), pembaca.
unsur ekstrinsik memiliki pembagian- Berdasarkan dari pendapat ahli di
pembagian diantaranya, latar belakang atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa
kehidupan pengarang, keyakinan dan adalah suatu bahasa yang menggunakan
pandangan hidup pengarang, adat istiadat kata-kata atau kalimat yang indah, serta
yang berlaku saat itu, situasi politik, dapat menimbulkan suatu reaksi tertentu
persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan kepada para pembaca.
agama dan lainlain. Gaya bahasa dapat ditinjau dari
bermacam-macam sudut pandang, maka
Gaya Bahasa sulit diperoleh kata sepakat mengenai
(Keraf, 2007: 112), gaya atau suatu pembagian yang bersifat menyeluruh
khususnya gaya bahasa dikenal dalam dan diterima oleh semua pihak. Gaya
retorika dengan istilah style. Kata style bahasa yang beraneka ragam dapat dibagi
diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu menjadi empat kelompok. Tarigan (2013)
semacam alat untuk menulis lempengan gaya bahasa dapat dibagi menjadi
lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan beberapa kelompok yaitu:
mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan tadi. Kelak pada waktu 1. Gaya Bahasa Perbandingan
penekanan dititikberatkan pada keahlian Tarigan (2013:8) mengungkapkan
untuk menulis indah, maka style lalu bahwa di dalam gaya bahasa perbandingan
berubah menjadi kemampuan dan keahlian terbagi menjadi beberapa kelompok gaya
untuk menulis atau mempergunakan kata- bahasa yaitu sebagai berikut.
kata secara indah. a. Perumpamaan
35
Perumpamaan adalah asal kata simile rumit dengan maksud dan tujuan yang
dalam bahasa Inggris. Kata simile dari terselubung.
bahasa latin yang bermakna seperti. f. Antitesis
Tarigan (2013: 9) mengungkapkan Tarigan (2013: 26) mengungkapkan
perumpamaan adalah perbandingan dua antitesis adalah gaya bahasa gaya bahasa
hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang mengadakan komparasi atau
yang sengaja kita anggap sama. perbandingan antara dua antonym yaitu
b. Metafora kata–kata yang mengandung ciri–ciri
Metafora ialah perbandingan yang semantik yang bertentangan.
implisit jadi tanpa kata seperti atau sebagai g. Pleonasme dan Tautologi
diantara dua hal yang berbeda (Moeliono, Tarigan (2013: 28) mengungkapkan
1984: 3). Tarigan (2013: 15) pleonasme adalah pemakaian kata yang
mengungkapkan metafora adalah sejenis mubazir atau berlebihan yang sebenarnya
gaya bahasa perbandingan yang paling tidak perlu. Suatu acuan kita sebut
singkat, padat, tersusun rapih. tautologi jika kata yang berlebihan pada
c. Personifikasi dasarnya mengandung sebuah perulangan
Tarigan (2013: 17) mengungkapkan dari sebuah kata yang lain Tarigan (2013:
personifikasi ialah jenis majas yang 29)
melekatkan sifat– sifat insani kepada h. Perifrasis
benda yang tidak bernyawa dan ide yang Tarigan (2013: 31) mengungkapkan
abstrak. perifrasis adalah gaya bahasa yang mirip
d. Depersonifikasi dengan pleonasme. Keduanya
Tarigan (2013: 21) mengungkapkan menggunakan kata–kata yang lebih banyak
gaya bahasa depersonifikasi atau daripada yang dibutuhkan. Perbedaanya
pembendaan, adalah kebalikan dari gaya adalah kata–kata yang berlebihan itu pada
bahasa personifikasi. Apabila personifikasi prinsipnya dapat diganti dengan sebuah
menginsankan atau memanusiakan benda- kata saja.
benda, maka depersonifikasi justru
membendakan manusia atau insan. 2. Gaya Bahasa Pertentangan
e. Alegori Tarigan (2013: 55) mengungkapkan
Tarigan (2013: 24) mengungkapkan bahwa di dalam gaya bahasa pertentangan
alegori adalah cerita yang dikisahkan terbagi menjadi beberapa kelompok gaya
dalam lambang–lambang. Biasanya alegori bahasa yaitu sebagai berikut.
merupakan cerita–cerita yang panjang dan a. Hiperbola
36
Tarigan (2013: 55) mengungkapkan bagaimanapun diartikan selalu berakhir
hiperbola adalah gaya bahasa yang dengan pertentangan.
mengandung pernyataan yang melebih– g. Sinisme
lebihkan dengan maksud memberikan Tarigan (2013: 91) mengungkapkan
penekanan pada suatu pernyataan. sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang
b. Litotes berupa sindiran yang berbentuk kesangsian
Tarigan (2013: 58) mengungkapkan yang mengandung ejekan terhadap
litotes adalah majas yang di dalam keikhlasan dan ketulusan hati.
pengungkapannya menyatakan sesuatu h. Sarkasme
yang positif dengan bentuk yang negatif Tarigan (2013: 92) mengungkapkan
atau bentuk yang bertentangan. sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang
c. Ironi mengandung olok–olok atau sindiran
Tarigan (2013: 61) mengungkapkan pedas dan menyakiti hati.
ironi adalah majas yang menyatakan i. Klimaks
makna yang bertentangan, dengan maksud Tarigan (2013: 79) klimaks adalah
mengolok– olok. jenis haya bahasa yang berupa susunan
d. Oksimoron ungkapan yang semakin lama semakin
Tarigan (2013: 63) mengungkapkan mengandung urutan– urutan pikiran yang
oksimoron adalah gaya bahasa yang setiap kali meningkat kepentingannya dari
mengandung pertentangan dengan gagasan–gagasan sebelumnya.
menggunakan kata-kata yang berlawanan
dalam frase yang sama. 3. METODE PENELITIAN
e. Satire Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
Tarigan (2013: 70) mengungkapkan dalam penelitian ini maka metode
satire adalah ungkapan yang penelitian yang akan digunakan adalah
menertawakan atau menolak susatu. Satire metode penelitian deskriptif kualitatif.
mangandung kritik tentang kelemahan Metode deskriptif adalah penggambaran
manusia. Tujuan utamanya adalah agar atau penyajian data berdasarkan
diadakan perbaikan secara etis maupun kenyataan-kenyataan secara objektif sesuai
estetis. data yang terdapat dalam cerpen “Tio Na
f. Paradoks Tonggi” oleh Hasan Al Banna. Dikatakan
Tarigan (2013: 77) mengungkapkan kualitatif karena di dalamnya tidak
paradoks adalah suatu pernyataan yang menggunakan prinsip-prinsip statistic,
tetapi berpedoman pada teori-teori
37
kebahasaan yang mendukung penelitian depersonifikasi, gaya bahasa personifikasi,
ini. gaya bahasa hiperbola, dan gaya bahasa
Penelitian ini tergolong dalam jenis simile. Peneliti akan menjabarkan data
penelitian kepustakaan dengan studi yang telah ditemukan secara lebih
dokumen/teks. Dikatakan penelitian mendalam.
kepustakaan karena objek kajian berupa
data tertulis dan semua kegiatan dalam Pembahasan
mencari, mengumpulkan, dan Hasil penelitian ini, peneliti akan
mendapatkan data-data yang diperlukan memaparkan gaya bahasa apa saja yang
umumnya dengan cara mencari gaya terdapat di dalam cerpen dan memaparkan
bahasa pada cerpen “Tio Na Tonggi”. gaya bahasa tersebut secara lebih
Data penelitian ini dikumpulkan mendalam.
dengan menggunakan teknik baca tulis. 1. Metafora
Teknik baca yang dimaksud adalah Metafora adalah pemakaian kata–kata
membaca dan menganalisis gaya bahasa bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai
pada cerpen “Tio Na Tonggi”. Setelah itu, lukisan yang berdasarkan persamaan atau
akan diadakan pencatatan dari hasil perbandingan (Poerwadarminta,1976:
pengamatan yaitu indicator-indikator gaya 648). Gaya bahasa metafora yang ada pada
bahasa pada cerpen “Tio Na Tonggi”. cerpen “Tio Na Tonggi” terdapat lima
belas kalimat. Berikut ini merupakan hasil
4. HASIL DAN PEMBAHASAN analisis cerpen.
Hasil Penelitian a) Analisis 1
Data dalam penelitian ini diperoleh Ditemukan pada cerpen “Tio Na
dari buku cerpen Tio Na Tonggi karya Tonggi” pada kalimat :
Hasan Al Banna. Cerpen ini terdiri dari “Bagaimana bisa Tio merontokkan
enam halaman. Berdasarkan langkah- sepahatan cerita itu dari dinding
langkah penelitian pada bab III, peneliti benaknya?”
akan menyajikan data yang terkumpul Kata bercetak miring tersebut
tentang gaya bahasa yang terdapat pada merupakan gaya bahasa metafora karena
cerpen. Hasil analisis data yang ditemukan persamaan dalam arti bukan sebenarnya.
oleh peneliti terdapat lima gaya bahasa Arti kata dari merontokkan adalah
yang ada dalam cerpen yang berjudul “Tio menghilangkan.
Na Tonggi”. Lima gaya bahasa tersebut b) Analisis 2 Ditemukan pada cerpen
adalah gaya bahasa metafora, gaya bahasa “Tio Na Tonggi” pada kalimat :
38
“Sebelum berakhir, jangan harap Tio Ditemukan pada cerpen “Tio Na
hanyut ke sungai lelap, lalu tenggelam ke Tonggi” pada kalimat :
kedalaman dekap Bapaknya” “Orang-orang kampung mulai
Kata bercetak miring tersebut meluaskan ladang sampai ke pinggang
merupakan gaya bahasa metafora karena gunung”
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Kata bercetak miring tersebut
Arti dari kalimat hanyut ke sungai lelap merupakan gaya bahasa metafora karena
dan tenggelam ke kedalaman adalah tidur persamaan dalam arti bukan sebenarnya.
dengan lelap di pangkuan bapaknya. Arti dari kata pinggang gunung adalah
c) Analisis 3 lereng gunung.
Ditemukan pada cerpen “Tio Na f) Analisis 6
Tonggi” pada kalimat : Ditemukan pada cerpen “Tio Na
“Pitta tak sampai hati melihat Tonggi” pada kalimat :
Bapaknya, Jalotua, terus-menerus “Tak peduli apakah Bapaknya sedang
terpenjara kemiskinan, apalagi sejak ditekuk kelelahan”
menyandang status duda” Kata bercetak miring tersebut
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
merupakan gaya bahasa metafora karena persamaan dalam arti bukan sebenarnya.
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Arti dari kata ditekuk adalah merasa
Arti dari kata terpenjara adalah tidak sangat.
pernah terlepas. g) Analisis 7
d) Analisis 4 Ditemukan pada cerpen “Tio Na
Ditemukan pada cerpen “Tio Na Tonggi” pada kalimat :
Tonggi” pada kalimat : “Ya, dengan legenda Pitta Bargot
“Pitta tidak sedang bermuslihat! Nauliitu, tangis Tio segera disalip roman
Selunasajal, ia pun tertanam di tanah yang muka yang berseri”
curam; menyerupa pohon, dan meninggi Kata bercetak miring tersebut
sampai belasan meter” merupakan gaya bahasa metafora karena
Kata bercetak miring tersebut persamaan dalam arti bukan sebenarnya.
merupakan gaya bahasa metafora karena Arti dari kata disalip adalah
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. menampakkan.
Arti dari kata tertanam adalah tenggelam. h) Analisis 8
e) Analisis 5 Ditemukan pada cerpen “Tio Na
Tonggi” pada kalimat :
39
“Lantas, sejak kepergian Ibunya, “Dua tahun dikaparkan kuku-taring
hidup mereka, khususnya Bapak Tio harimau kemiskinan membuat Bapak
dihimpit puruk” Tio tampak tua dan luka”
Kata bercetak miring tersebut Kata bercetak miring tersebut
merupakan gaya bahasa metafora karena merupakan gaya bahasa metafora karena
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. persamaan dalam arti bukan sebenarnya.
Arti dari kata dihimpit adalah menjadi. Arti dari kalimat kuku-taring harimau
i) Analisis 9 kemiskinan adalah kemelaratan yang
Ditemukan pada cerpen “Tio Na sangat.
Tonggi” pada kalimat : l) Analisis 12
“Kemelaratan semacam aum harimau Ditemukan pada cerpen “Tio Na
lapar yang menyusup ke urat leher” Tonggi” pada kalimat :
Kata bercetak miring tersebut “Bapaknya dikurung murung, dikacau
merupakan gaya bahasa metafora karena igau”
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Kata bercetak miring tersebut
Arti dari kalimat aum harimau lapar merupakan gaya bahasa metafora karena
adalah bencana besar dan menyusup ke persamaan dalam arti bukan sebenarnya.
urat leher adalah melanda diri. Arti dari kata dikurung adalah menjadi
j) Analisis 10 sangat dan dikacau adalah menjadi sering.
Ditemukan pada cerpen “Tio Na m) Analisis 13
Tonggi” pada kalimat : Ditemukan pada cerpen “Tio Na
“Oi, harimau kesengsaraan semakin Tonggi” pada kalimat :
leluasa mencabik-cabik nasib” “Menyaksikan Bapaknya yang luluh-
Kata bercetak miring tersebut lantak, diam-diam, Tio sering berdoa
merupakan gaya bahasa metafora karena kepada Tuhan”
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. Kata bercetak miring tersebut
Arti dari kalimat harimau kesengsaraan merupakan gaya bahasa metafora karena
adalah kemelaratan/ kemiskinan dan persamaan dalam arti bukan sebenarnya.
mencabik-cabik nasib adalah terus- Arti dari kata luluh-lantak adalah tidak
menerus menjadi nasib. karuan.
k) Analisis 11 n) Analisis 14
Ditemukan pada cerpen “Tio Na Ditemukan pada cerpen “Tio Na
Tonggi” pada kalimat : Tonggi” pada kalimat :

40
“Tapi demi Tuhan, ia tak paham bisa menebus Bapakku dari sandera
mengapa ia hanya bisa menanak air kesusahan”
mata” Kata bercetak miring tersebut
Kata bercetak miring tersebut merupakan gaya bahasa metafora karena
merupakan gaya bahasa metafora karena membendakan manusia atau insan. Arti
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. dari kalimat menebus Bapakku dari
Arti dari kata menanak adalah menahan. sandera kesusahan adalah mengeluarkan
o) Analisis 15 bapakku dari kesusahan selama ini.
Ditemukan pada cerpen “Tio Na b) Analisis 2
Tonggi” pada kalimat : Ditemukan pada cerpen “Tio Na
“Demi kenikmatan tuak, tak sanggup Tonggi” pada kalimat :
mereka menahankan sayatan tanya di hati” “ambil rambutku menjadi atapnya.
Kata bercetak miring tersebut Tanganku bisa dijadikan tiang.
merupakan gaya bahasa metafora karena Badanku, ambil untuk papan lantai
persamaan dalam arti bukan sebenarnya. atau dinding. Kalau Bapak tak punya
Arti dari kata sayatan adalah uang, pukulilah bagian mataku, agar
beragam/bermacam. air mataku keluar.
2. Depersonifikasi Kalimat bercetak miring tersebut
Tarigan (2013: 21) mengungkapkan merupakan gaya bahasa metafora
gaya bahasa depersonifikasi atau karenamembendakan manusia atau insan.
pembendaan, adalah kebalikan dari gaya 3. Personifikasi
bahasa personifikasi. Apabila personifikasi Tarigan, (2013: 17) mengungkapkan
menginsankan atau memanusiakan benda- gaya bahasa personifikasi adalah jenis
benda, depersonifikasi justru gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat
membendakan manusia atau insan. Gaya insani kepada benda yang tidak bernyawa
bahasa defersonifikasi yang ada pada dan ide yang abstrak. Gaya bahasa
cerpen “Tio Na Tonggi” terdapat dua personifikasi yang ada pada cerpen “Tio
kalimat. Berikut ini merupakan hasil Na Tonggi” terdapat tiga kalimat. Berikut
analisis cerpen. ini merupakan hasil analisis cerpen.
a) Analisis 1 a) Analisis 1
Ditemukan pada cerpen “Tio Na Ditemukan pada cerpen “Tio Na
Tonggi” pada kalimat : Tonggi” pada kalimat :
“Aku rela mati asal mayatku berguna “Pitta merasa doanya bakal terkabul!
bagi Bapakku! Tak apa, selagi mayatku Aroma maut bertiup ke rongga lehernya”
41
Kata bercetak miring tersebut “Memang, punggung gunung adalah
merupakan gaya bahasa personifikasi persemayaman kabut dingin dan
karena melekatkan sifat – sifat insani pada kawanan hewan buas”
kata aroma yang merupakan sifat insani. Kata bercetak miring tersebut
Karena kata aroma memiliki arti bergerak merupakan gaya bahasa personifikasi
bau. karena melekatkan sifat – sifat insani pada
b) Analisis 2 kata dingin. Karena kata dingin memiliki
Ditemukan pada cerpen “Tio Na arti bersuhu rendah.
Tonggi” pada kalimat : 4. Hiperbola
“Bargot-bargot tumbuh liar di bahu Tarigan (2013: 55) mengungkapkan
jurang, mengasuh diri di kerumunan hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang
semak-ilalang” mengandung pernyataan yang berlebih-
Kata bercetak miring tersebut lebihan jumlahnya, ukurannya atau
merupakan gaya bahasa personifikasi sifatnya dengan maksud memberi
karena melekatkan sifat – sifat insani pada penekanan pada suatu pernyataan atau
kata jurang. Karena kata jurang memiliki situasi untuk memperhebat, meningkatkan
arti lembah yang dalam. Dan juga kesan dan pengaruhnya. Gaya bahasa
melekatkan sifat – sifat insani pada kata hiperbola yang ada pada cerpen “Tio Na
ilalang. Karena kata ilalang memiliki arti Tonggi” terdapat lima kalimat. Berikut
alang-alang. merupakan hasil analisis cerpen.
c) Analisis 3 a) Analisis 1
Ditemukan pada cerpen “Tio Na Ditemukan pada cerpen “Tio Na
Tonggi” pada kalimat : Tonggi” pada kalimat :
“Angin gunung merampas anak-anak “Tampunglah, karena limpahan air
daun dari induk pohon” mataku akan disukai orang”
Kata bercetak miring tersebut Kata bercetang miring tersebut
merupakan gaya bahasa personifikasi merupakan gaya bahasa hiperbola karena
karena melekatkan sifat – sifat insani pada menggambarkan dan mengungkapkan
katapohon. Karena kata pohon memiliki keadaan yang melebih–lebihkan. Arti kata
arti tumbuhan. dari limpahan adalah sesuatu yang
d) Analisis 4 dilimpahkan (banyak).
Ditemukan pada cerpen “Tio Na b) Analisis 2
Tonggi” Ditemukan pada cerpen “Tio Na
Tonggi” pada kalimat :
42
“Bapaknya tergelak gemas disambar mengancam matahari agar besok terbit
kegelian” lebih pagi”
Kata bercetang miring tersebut Kata bercetang miring tersebut
merupakan gaya bahasa hiperbola karena merupakan gaya bahasa hiperbola karena
menggambarkan dan mengungkapkan menggambarkan dan mengungkapkan
keadaan yang melebih–lebihkan. Arti kata keadaan yang melebih–lebihkan. Arti kata
disambar adalah dikenai dengan sangat mengancam adalah memperingatkan
cepat. dengan tegas.
c) Analisis 3 5. Simile
Ditemukan pada cerpen “Tio Na Tarigan (2013: 9) mengungkapkan
Tonggi” pada kalimat : perumpamaan adalah perbandingan dua
“Mata Bapak Tio berbinar.” hal yang pada hakikatnya berlainan dan
Kata bercetang miring tersebut yang sengaja kita anggap sama. Gaya
merupakan gaya bahasa hiperbola karena bahasa perumpamaan yang ada pada
menggambarkan dan mengungkapkan cerpen “Tio Na Tonggi” terdapat dua
keadaan yang melebih–lebihkan. Arti kata kalimat. Berikut ini merupakan hasil
berbinar adalah bercahaya. analisis cerpen.
d) Analisis 4 a) Analisi 1
Ditemukan pada cerpen “Tio Na Ditemukan pada cerpen “Tio Na
Tonggi” pada kalimat : Tonggi” pada kalimat :
“Lantas terdengar sorak-sorai diiringi “Bambu penampung nira umpama
pecahan tawa yang berantakan” kerongkongan yang lepuh”
Kata bercetang miring tersebut Kata bercetak miring tersebut
merupakan gaya bahasa hiperbola karena merupakan gaya bahasa perumpamaan
menggambarkan dan mengungkapkan karena membandingkan dua hal yang
keadaan yang melebih–lebihkan. Arti kata berlainan atau bertentangan yang kita
pecahan adalah barang-barang yang pecah anggap sama dan juga terdapat kata ibarat.
dan arti kata berantakan adalah berserak- b) Analisis 2
serak. Ditemukan pada cerpen “Tio Na
e) Analisis 5 Tonggi” pada kalimat :
Ditemukan pada cerpen “Tio Na “Mulut Tio ibarat sekumpar temali
Tonggi” pada kalimat : yang kusut”
“Mereka memukul-mukul meja, saling Kata bercetak miring tersebut
menyabung gelas di udara, seolah merupakan gaya bahasa perumpamaan
43
karena membandingkan dua hal yang DAFTAR PUSTAKA
berlainan atau bertentangan yang kita Karmini, Ni Nyoman. 2011. Teori
anggap sama dan juga terdapat kata ibarat. Pengkajian Prosa Fiksi dan Drama.
Tabanan: Saraswati Insitusi Press.
5. SIMPULAN Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya
Berdasarkan hasil analisis data yang Bahasa: Komposisi Lanjutan I.
ditemukan oleh peneliti dapat disimpulkan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
bahwa terdapat lima gaya bahasa yang ada Moeliono, Anton. 1984. Santun Bahasa.
dalam cerpen yang berjudul “Tio Na Jakarta: Gramedia.
Tonggi”. Lima gaya bahasa tersebut adalah Novelia, Gitanurani. 2018. Analisis Gaya
gaya bahasa metafora, gaya bahasa Bahasa dalam Cerpen Damhuri
depersonifikasi, gaya bahasa personifikasi, Muhammad yang Berjudul “Juru
gaya bahasa hiperbola dan gaya bahasa Masak”. Skripsi. Program
simile. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Gaya bahasa metafora yang terdiri Indonesia. Universitas Sanata
dari lima belas kalimat, gaya bahasa Dharma. Yogyakarta.
depersonifikasi yang terdiri dari dua Pradopo, Rchmat Djoko. 2009. Pengkajian
kalimat, gaya bahasa personifikasi yang Puisi. Yogyakarta: UGM Press.
terdiri dari empat kalimat, gaya bahasa Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar Teori
hiperbola yang terdiri dari lima kalimat, Sastra. Surakarta: Widya Duta.
dan gaya bahasa simile yang terdiri dari Sumardjo dan Saini. 1988. Apresiasi Prosa
dua kalimat. Fiksi. Jakarta: Gramedia.
Tarigan. Henry Guntur. 2008. Menulis
6. SARAN Sebagai Suatu Keterampilan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai Berbahasa. Bandung: Angkasa.
sumber informasi dan tambahan ilmu Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran
pengetahuan tentang gaya bahasa Gaya Bahasa. Bandung: Penerbit
khususnya untuk analisis cerpen, serta Angkasa.
dapat memberikansumbangan ilmu Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran
pengetahuan bagi mahasiswa yang Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
mengambil jurusan bahasa dan sastra
indonesia.

44

Anda mungkin juga menyukai