Anda di halaman 1dari 9

GAYA BAHASA DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK

KARYA TERE LIYE

Oleh:
Sumbardi 210301110159
BSA-C

Pembimbing:
Abdul Rahman, M. Hum
NIP 19740610 2005 01 1 003

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG

1
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam karya sastra, unsur utama yang digunakan adalah bahasa, baik dalam bentuk
lisan maupun tulisan. Karya sastra dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu karya sastra nonfiksi
dan fiksi. Karya sastra nonfiksi merujuk pada karya sastra yang ditulis berdasarkan penelitian
ilmiah dan pengalaman nyata. Sementara itu, karya sastra fiksi adalah karya sastra yang berupa
cerita rekaan seperti roman, drama, puisi, dan novel. Novel merupakan salah satu jenis prosa
dalam karya sastra yang memiliki unsur tokoh, alur, dan latar rekaan yang menggambarkan
kehidupan manusia dari sudut pandang pengarang.

Nurgiyantoro (2013) menjelaskan, “Sastra mempunyai manfaat yang melibatkan


berbagai aspek kehidupan yang menunjang atau memengaruhi cara berpikir, bersikap,
berperasaan, bertindak secara verbal atau nonverbal”. karya sastra tidak hanya merupakan
karya imajinasi pengarang semata, tetapi juga mencerminkan sikap hidup masyarakat di mana
dan kapan karya sastra tersebut diciptakan. Karya sastra lahir dari interaksi pengarang dengan
lingkungan sosial, budaya, dan konteks historis di mana mereka hidup. Pengarang menciptakan
karya sastra sebagai hasil dari imajinasi mereka, tetapi juga sebagai refleksi dari gejala-gejala
yang ada di sekitar mereka. Melalui karya sastra, pengarang dapat mengungkapkan dan
menggambarkan berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti nilai-nilai, norma, konflik,
perubahan sosial, dan pandangan-pandangan yang dominan pada masa tersebut. Karya sastra
dapat menjadi cermin dari realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya pada waktu dan tempat
di mana karya tersebut diciptakan. Dengan demikian, karya sastra tidak hanya menjadi wadah
untuk pengarang mengekspresikan imajinasi mereka, tetapi juga menjadi medium untuk
menyampaikan pesan, mengkritik, atau merefleksikan kondisi sosial yang ada di masyarakat
pada saat itu. Karya sastra memiliki peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi
pemahaman dan pandangan hidup masyarakat di mana karya tersebut dihasilkan.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sering dipelajari di sekolah dan
universitas. Salah satu novel yang cukup populer di Indonesia adalah Negeri di Ujung Tanduk
karya Tere Liye. Novel ini mengisahkan tentang tokoh Thomas dalam perjuangan
memenangkan partai politik demi terciptanya pemimpin yang jujur. Selain itu, novel ini juga
memiliki gaya bahasa yang khas dan kreatif yang membuatnya menarik untuk dianalisis. Gaya
bahasa pada novel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang karakter, tema,
dan pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang. Dalam menciptakan karya sastra,

2
seorang pengarang sering menggunakan gaya bahasa. Gaya bahasa ini merupakan penggunaan
ragam bahasa dalam menyampaikan atau menggambarkan sesuatu dengan memilih dan
menyusun kata-kata dalam kalimat untuk mencapai efek tertentu. Dengan menggunakan gaya
bahasa, seorang pengarang dapat menciptakan suasana, mengekspresikan emosi, atau
menyampaikan pesan dengan lebih kuat dan efektif dalam karyanya. Gaya bahasa ini
digunakan untuk mewakili atau melukiskan sesuatu dengan memilih kata-kata dan menyusun
kalimat dengan cara yang khas, sehingga menghasilkan efek tertentu pada pembaca (Zainudin,
1991).

Gaya bahasa dalam sebuah novel memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk suasana, menggambarkan karakter, dan menyampaikan cerita dengan cara yang
unik. Salah satu contoh novel yang menonjol dengan gaya bahasanya adalah “Negeri di Ujung
Tanduk”. Novel ini ditulis oleh seorang penulis berbakat yang mampu menggambarkan
kehidupan masyarakat disuatu negara pada masa-masa sulit dengan begitu indah. Novel
“Negeri di Ujung Tanduk” merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan konflik sosial
dan politik yang dialami oleh masyarakat suatu negara pada periode yang kritis. Novel ini
menyoroti tantangan dan keadaan yang sulit, serta mengeksplorasi konflik batin para tokoh
utama. Namun, apa yang membuat novel ini begitu menarik dan khas adalah gaya bahasa yang
digunakan oleh penulisnya. Selain itu, Novel ini menceritakan berbagai masalah dunia politik
di suatu negara. Novel ini seperti dari kisah nyata. Konspirasi, rekayasa, pencitraan, semuanya
seperti ada di sekitar kita.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:

1. Apa saja gaya bahasa yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere
Liye?
2. Bagaimana pengarang menggunakan gaya bahasa retoris dan kiasan dalam novel
Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye?

3. Tujuan penelitian

1. Menjelaskan jenis-jenis gaya bahasa retoris dan kiasan yang terdapat dalam novel
Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye.

3
2. Menjelaskan bagaimana pengarang menggunakan gaya bahasa retoris dan kiasan
dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye.

B. KAJIAN TEORITAS

1. Stilistika

Endaswara (2003) mengemukakan bahwa stilistika adalah bidang ilmu yang


mempelajari gaya bahasa yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Dia juga menjelaskan
adanya dua pendekatan dalam analisis stilistika: "(1) dimulai dengan menganalisis sistem
linguistik yang ada dalam karya sastra, kemudian dilanjutkan dengan menafsirkan ciri-ciri
sastra tersebut secara keseluruhan; (2) mempelajari sejumlah ciri khas yang membedakan satu
sistem sastra dengan sistem sastra lainnya."

2. Gaya Bahasa

Karena hubungannya erat dengan bahasa kias yang menjadi fokus penelitian ini, gaya
bahasa menjadi hal yang tak terpisahkan. Aminuddin (1995) menjelaskan bahwa gaya bahasa
atau style adalah metode yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan ide-idenya
sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai.

Menurut Keraf (2008), gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur, yaitu
kejujuran, sopan santun, dan daya tarik. Dia menjelaskan bahwa ada dua istilah yang terkait
dengan gaya bahasa, yaitu "bahasa retorik" (rhetorical device) dan "bahasa kias" (figure of
speech). Bahasa retorik atau gaya bahasa merupakan penyimpangan dari konstruksi bahasa
yang biasa, sedangkan bahasa kias merupakan penyimpangan yang lebih ekstensif, terutama
dalam hal pembentukan makna melalui perbandingan. Meskipun keduanya berasal dari bahasa,
tidak ada batasan yang tegas antara keduanya, melainkan tergantung pada makna kata yang
digunakan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah


penggunaan ragam bahasa khas yang memberikan ciri khas dan identitas pada suatu karya
sastra. Gaya bahasa ini ditandai dengan pemakaian bahasa yang menyimpang dari penggunaan
sehari-hari atau yang lebih umum dikenal sebagai bahasa khas dalam konteks sastra. Gaya
bahasa merupakan bentuk ekspresi dari gagasan atau imajinasi pengarang yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu dan menciptakan efek yang diinginkan dalam karya sastra.

4
3. Bahasa Retoris

Inti dari retorika adalah berbicara. Berbicara merupakan tindakan mengucapkan kata-
kata atau kalimat kepada individu atau sekelompok orang dengan tujuan khusus, seperti
memberikan informasi atau memberikan motivasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hendrikus
(1991). Menurut Keraf (2008), retorika adalah istilah yang secara tradisional digunakan untuk
menggambarkan teknik pemakaian bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada pengetahuan
yang terstruktur dengan baik. Retorika merupakan ilmu yang mengajarkan cara efektif dalam
melakukan persuasi, mengatur tata bahasa, dan tampilan berbicara untuk membangun
pemahaman, kerja sama, dan kehidupan yang damai dalam masyarakat. Menurut Anwar (1995)
bahwa retorika adalah sistem dan penelitian yang berkaitan dengan penggunaan alat-alat
stilistis dalam ragam bahasa resmi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa retorika merupakan
sebuah seni berbicara yang memakai teknik memakai bahasa dengan tepat dan rapi, retorika
juga merupan seni berbicara yang dapat mempengaruhi pendengar serta memberikan informasi
kepada pendengar atau khalayak banyak.

4. Bahasa Kiasan

Bahasa kias (figure of speech) merupakan sebuah teknik pengungkapan dalam bahasa
di mana maknanya tidak ditujukan secara langsung kepada objek yang dimaksud. Bahasa kias
merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara
yang lebih kreatif dan berkesan. Dalam bahasa kias, makna yang disampaikan lebih bersifat
tersirat, sehingga penerima pesan perlu melakukan penafsiran terlebih dahulu untuk
memahaminya. Penggunaan bahasa kias dilakukan untuk menciptakan efek tertentu, sehingga
pesan yang disampaikan lebih menarik perhatian penerima.

Pemajasan (figure of thought) adalah sebuah teknik pengungkapan dalam bahasa di


mana penggunaannya tidak terbatas pada makna harfiah kata-kata yang digunakan, melainkan
juga melibatkan makna tambahan atau tersirat. Dalam karya sastra, terdapat beberapa bentuk
pemajasan yang sering digunakan, antara lain metonimia, sinekdoke, hiperbola, dan paradoks
(Nurgiyantoro, 2009).

5
C. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan deskriptif mengenai
gaya bahasa dalam novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye. Penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan objek penelitian pada
suatu masa tertentu. Dalam bukunya moelong mengungkapkan bahwa dalam metode deskriptif
data yang dikumpulkan berupa data gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka. Semua yang
dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah ditelit(Moleong, 2017).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono, metode


penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti objek pada kondisi alamiah, yang berbeda
dengan eksperimen. Dalam metode ini, peneliti berperan sebagai instrumen utama, dan teknik
pengumpulan data dilakukan melalui triangulasi atau gabungan berbagai sumber dat(Sugiyono,
2015). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis data yang berupa kata-
kata, bukan angka. Metode ini lebih cocok untuk memahami fenomena yang kompleks dan
mendalam, serta melihat aspek subjektif dan interpretatif dari objek penelitian. Dalam konteks
penelitian ini, penulis menggunakan gaya bahasa retoris dan kiasan, dalam novel "Negeri di
Ujung Tanduk Karya" karya Tere Liye.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan stilistika. Pendekatan stilistika


sastra digunakan karena sesuai untuk menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam novel.
Menurut Endraswara, pendekatan stilistika sastra bertujuan untuk mengungkapkan aspek-
aspek estetik yang membentuk kepuisian karya sastra. Pendekatan stilistika ini fokus pada
penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra, baik gaya yang disengaja maupun
yang muncul secara spontan ketika pengarang mengungkapkan ide-idenya dalam sebuah karya
sastra. Dalam analisis stilistika, peneliti akan memperhatikan pemilihan kata, struktur kalimat,
penggunaan figuratif, gaya penceritaan, dan aspek lainnya yang membentuk gaya bahasa dalam
novel. Dengan menggunakan pendekatan stilistika, peneliti dapat memperoleh pemahaman
yang mendalam tentang penggunaan gaya bahasa dalam novel tersebut, serta mengidentifikasi
efek-efek yang dihasilkan oleh gaya bahasa tersebut terhadap keindahan dan kepuisian karya
sastra. Pendekatan stilistika sastra membantu mengungkapkan nilai estetik dan keunikan
bahasa yang digunakan dalam novel, sehingga memberikan wawasan yang lebih dalam terkait
dengan aspek kebahasaan dalam karya sastra tersebut (Endraswara, 2013). Pendekatan ini
berguna dalam menganalisis gaya bahasa karena dapat mengungkapkan cara pengarang

6
menggunakan dramatisasi bahasa. Dalam analisis ini, aspek-aspek seperti kata, frasa, kalimat,
dan elemen lainnya akan dianalisis secara rinci(Anjani, 2014).

2. Sumber data

Sumber data penelitian merupakan objek atau sumber dari mana data dapat diperoleh
atau diambil(Arikunto, 2014). Sumber data yang akan diteliti berupa dokumen yaitu novel
Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye. Novel ini di terbitkan pada tahun 2013 merupakan
lanjutan dari novel sebelumnya yaitu Negeri Para Bedebah. Novel ini diterbitkan oleh PT
Gramedia yang terdiri atas 360 halaman.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data berupa studi dokumenter.
Teknik ini dipilih karena data yang akan diteliti berasal dari dokumen, yaitu novel "Negeri di
Ujung Tanduk" karya Tere Liye. Peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini,
berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis data, dan pelapor hasil
penelitian. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah peneliti sendiri, dengan
menggunakan kartu data sebagai alat untuk mencatat informasi yang berkaitan dengan masalah
penelitian.

Untuk memastikan keabsahan data, peneliti perlu melakukan langkah-langkah tertentu


agar data yang diperoleh benar-benar sesuai dan objektif. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik ketekunan pengamatan untuk mendapatkan keabsahan data. Peneliti
melakukan pengamatan dengan membaca berulang kali dan dengan cermat novel "Negeri di
Ujung Tanduk" karya Tere Liye. Melalui pengamatan yang teliti dan berulang kali, peneliti
memastikan bahwa penggolongan gaya bahasa dan analisis terhadap permasalahan yang dicari
telah dilakukan dengan baik dan akurat. Dengan menggunakan teknik ketekunan pengamatan
ini, peneliti dapat memastikan keakuratan dan kevalidan data yang diperoleh. Melalui proses
pengamatan yang mendalam, peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap
gaya bahasa dalam novel tersebut dan menjaga objektivitas dalam analisis data yang dilakukan.

Selanjutnya, peneliti menggunakan teknik triangulasi penyidik. Menurut Moleong,


triangulasi data adalah suatu teknik yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan
memanfaatkan sumber lain di luar data tersebut sebagai pembanding atau untuk melakukan
pengecekan (Moleong, 2017). Ini dilakukan untuk memastikan keaslian dan kepercayaan data
yang dikumpulkan selama proses bimbingan. Untuk mencapai hal ini, peneliti melakukan

7
pengecekan ulang terhadap data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik triangulasi.
Selain itu, penting juga untuk memastikan kecukupan referensi dalam penelitian ini. Hal ini
dilakukan dengan membaca, menelaah sumber-sumber data, serta mempelajari berbagai
pustaka yang terkait dengan masalah penelitian secara berulang-ulang. Dengan memiliki cukup
referensi, peneliti dapat memperoleh data yang sah dan juga memperkaya teori yang terkait
dengan masalah penelitian. Referensi yang memadai juga membantu peneliti dalam memahami
konteks penelitian secara lebih mendalam.

4. Analisis data

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa teknik analisis data yang dilakukan:

1. Reduksi data: Penulis melakukan reduksi data dengan memfokuskan pada data gaya
bahasa retoris dan kiasan, serta mengklasifikasikan hal-hal yang pokok yang terkait
dengan masalah penelitian.
2. Data display atau penyajian data: Data-data gaya bahasa retoris dan kiasan yang telah
terkumpul diklasifikasikan dalam kartu pencatat data. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam data display.
3. Penulis menentukan gaya bahasa retoris dan kiasan dari aspek bunyi, kata, frasa, klausa,
dan kalimat yang terdapat dalam novel.
4. Penulis menentukan kata kunci yang sesuai dengan majas dalam gaya bahasa
perbandingan tersebut. Penulis melakukan pencarian data yang berkaitan dengan kata
kunci tersebut melalui buku dan jaringan internet. Selanjutnya, penulis
mendeskripsikan dan memberikan makna pada kata kunci yang mengandung gaya
bahasa retoris dan kiasan sesuai dengan teks novel "Negeri di Ujung Tanduk”.
5. Penulis melakukan conclusion drawing dengan mengkaji ulang data gaya bahasa
perbandingan yang terdapat dalam kartu pencatat data. Dalam tahap ini, penulis
mengambil kesimpulan berdasarkan analisis data yang telah dilakukan.
6. Penulis menyimpulkan data yang telah diperoleh dari hasil analisis tersebut. Dalam
tahap ini, penulis menggabungkan temuan-temuan yang relevan dan merumuskan
kesimpulan yang berkaitan dengan gaya bahasa perbandingan dalam novel.
7. Langkah terakhir yang dilakukan adalah verifikasi terhadap kesimpulan yang telah
diperoleh melalui teknik triangulasi penyidik. Peneliti melakukan pengecekan ulang
terhadap kesimpulan dengan membandingkannya dengan sumber-sumber lain di luar

8
data tersebut. Setelah itu, peneliti melaporkan hasil penelitian yang telah disimpulkan
kepada pihak yang berkepentingan atau dalam laporan penelitian.

D. DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. (1995). Pengantar Apresiasi Karya sastra. Bandung: Sinar Biru.

Anjani, F. (2014). Gaya bahasa perbandingan dalam novel si anak pintar karya tere liye. Jurnal
Pendidikan dan …, 1–9.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/39487%0Ahttps://jurnal.untan.ac.
id/index.php/jpdpb/article/download/39487/75676585257.

Anwar, S., 1995.Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. 2ed.s.1.:Pustaka Belajar.

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Endraswara, Suardi. (2013). Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.

Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. 2008. Jakarta: PT. Gramedia.

Moleong, Lexy. 2017. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro,Burhan.2014.Stilistika,Yogyakarta :Gadjah Mada University Press

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantiatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Zainudin. 1991. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka.

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai