NIM : 2210723033
MATKUL : KAJIAN PROSA KELAS A
BAB 9 : BAHASA
a. Unsur leksikal
Unsur leksikal yang dimaksud sama pengertiannya dengan diksi, yaitu yang
mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih
oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi adalah dunia dalam kata,
komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata, pemilihan kata-kata
tersebut tentulah melewati pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk
memperoleh efek tertentu. efek ketepatan (estetis). Masalah ketepatan itu sendiri
secara sederhana dapat dipertimbangkan dari segi bentuk dan makna, yaitu
apakah diksi mampu mendukung tujuan estetis karya yang bersangkutan mampu
mengkomunikasikan makna, pesan, dan mampu mengungkap kan gagasan
seperti yang dimaksudkan oleh pengarang.
b. Unsur Gramatikal
Unsur gramatikal yang dimaksud menyaran pada pengertian struktur kalimat.
Dalam kegiatan komunikasi bahasa, juga jika dilihat dari kepentingan stile,
kalimat lebih penting dan bermakna daripada sekedar kata walau kegayaan
kalimat dalam banyak hal juga dipengaruhi oleh pilihan katanya. Sebuah
gagasan, pesan (baca: struktur batin). dapat diungkapkan ke dalam berbagai
bentuk kalimat (baca: struktur lahir) yang berbeda-beda struktur dan kosa
katanya. Dalam kalimat. kata-kata berhubungan dan berurutan secara linier yang
kemudian dikenal dengan sebutan sintagmatik. Hubungan tersebut dapat dilihat
dalam bentuk realisasi grafologis kalimat dalam bentuk baris-baris seperti pada
halaman buku. Untuk menjadi sebuah kalimat, hubungan sintagmatik kata-kata
tersebut harus gramatikal, sesuai dengan sistem kaidah yang berlaku dalam
bahasa yang bersangkutan. Secara teoretis jumlah kata yang berhubungan secara
sintagmatik dalam sebuah kalimat tak terbatas, dapat berapa saja sehingga
mungkin panjang sekali. Secara formal, memang, tak ada batas berapa jumlah
kata yang seharusnya dalam sebuah kalimat (Chapman, 1973: 45).
c. Retorika
Retorika merupakan suatu cara penggunaan bahasa untuk memperoleh efek
estetis. Ia dapat diperoleh melalui kreativitas pengungkapan bahasa, yaitu
bagaimana pengarang menyiasati bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan
gagasannya. Pengungkapan bahasa dalam sastra, seperti telah dibicarakan di atas,
mencerminkan sikap dan perasaan pengarang, namun sekaligus dimaksudkan
untuk mempengaruhi sikap dan perasaan pembaca yang tercermin dalam nada.
Untuk itu, bentuk pengungkapan bahasa haruslah efektif mampu mendukung
gagasan secara tepat sekaligus mengandung sifat estetis sebagai sebuah karya
seni. Retorika, pada dasarnya, berkaitan dengan pembicaraan tentang dasar-dasar
penyusunan sebuah wacana yang efektif.
d. Kohesi
Hubungan semantik merupakan bentuk hubungan yang esensial dalam kohesi
yang mengaitkan makna-makna dalam sebuah teks (Halliday & Hasan, 1989: 73)
Hubungan itu mungkin bersifat eksplisit yang ditandai oleh adanya kata
penghubung, atau kata kata tertentu yang bersifat menghubungkan, namun
mungkin juga hanya berupa hubungan kelogisan, hubungan yang disimpulkan
(olch pembaca) (infered connection), hubungan implisit. Hubungan tersebut
dalam ilmu bahasa disebut kohesi (cohesion, keutuhan).
Penghubungan antarunsur sebuah teks pada hakikatnya merupa kan
penghubungan makna dan referensi, namun biasanya orang lebili melihatnya dari
segi sarana formal sebagai penanda hubungannya. Misalnya sebuah kalimat:
"Teto dan Atik saling mencitai, tetapi mereka tidak dapat kawin", memiliki kata
sambung "dan" yang menghu bungkan Teto dan Atik yang telah disebut pada
klausa sebelumnya Kata-kata "dan, tetapi", dan "mereka" dalam kalimat tersebut
memperti hatkan adanya dua macam kohesi linier: sambungan (linkage) dan
rujuk-silang (cross-reference) (Leech & Short, 1981, 1981: 244) Sambungan
merupakan alat kohesi yang berupa kata-kata sambung sedangkan rujuk-silang
berupa sarana bahasa yang menunjukkan kesamaan makna dengan bagian yang
direferensi.