KELOMPOK 4 :
Adi Gunawan (2040602086)
Cindy Fatika Putri (2040602020)
Isnaini Ariska (2040602055)
Kharunia Indah (2040602043)
Nethania Aureliana (2040602040)
Silvana Regina Sari (2040602019)
1. BAHASA SASTRA SEBAGAI FENOMENA
Bahasa sastra menurut kaum formalis Rusia adalah bahasa yang mempunyai ciri deotomatisasi,
penyimpangan dari cara penuturan yang telah bersifat otomatis, rutin, biasa, dan wajar. Penyimpangan
dalam bahasa sastra dapat dilihat secara sinkronik, yang berupa penyimpangan dari bahasa sehari-hari,
dan secara deakronik yang berupa penyimpangan dari karya sastra sebelumnya. Pengarang melakukan
penyimpangan kebahasaan, tentunya bukan semata-mata bertujuan ingin aneh, lain daripada yang lain,
melainkan dimaksudkan untuk memeroleh efek keindahan yang lain disamping juga ingin
mengedepankan. Apa yang dikemukakan diatas betapa tidak mudahnya untuk mencirikan bahasa sastra
walau kita sendiri mengakui eksisitensinya. Bagaimanapun juga pencirian haruslah berdasarkan diri dan
mempertimbangkan konteks di samping juga ciri-ciri struktur kebahasaan, dan gaya bahasa yang
terdapat pada karya yang bersangkutan.
2. STILE DAN STILISTIKA
Stile adalah cara mengungkapkan bahasa dalam bahasa prosa, stile di tandai oleh
ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-entuk bahasa
figuratif. Makna stile menurut Leech & Short, suatu hal yang pada umumnya tidak lagi
mengandung sifat controversial, menyaran pada pengertian cara penggunaan bahasa
dalam teks tertentu, oleh pengarang tertentu untuk tujuan tertentu dan sebagainya.
Stile pada hakikatnya merupakan teknik, teknik pemilihan ungkapan kebahasaan
yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan. Stile dalam masalah
struktur lahir bentuk ungkapan kebahasaan, seperti yang terlihat di novel merupakan
bentuk peformansi kebahasaan seseorang pengarang, ia merupakan pernyataan lahiriah
dari sesuatu yang bersifat batiniah. Jika hal itu dikaitkan dengan teori kabahasaanya
Saussure, yang membedakan antara langue dengan parole, stile merupakan suatu bentuk
parole. Langue merupakan sisitem kaidah yang berlaku dalam suatu bahasa, sedangkan
parole merupakan penggunaan dan perwujudan sistem, selesi tehadap sistem yang dapat
dipergunakan oleh penutur sesuai dengan konteks dan atau situasi. Parole adalah bentuk
performasi kebahasaan yang telah melewati proses seleksi dari keseluruhan bentuk
kebahasaan. Membaca baris-baris kalimat sebuah novel berarti kita berhadapan dengan
struktur lahir, dengan bentuk performasi kebahasaan pengarang. Dengan demikian,
berdasarkan teori Chomsky stile tidak lain adalah struktur lahir.
Stilistika menyaran pada pengertian studi tentang stile, kajian
STILE DAN terhadap performansi kebahasaan. Kajian stilistika sebenarnya
dapat ditujukan terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa,
STILISTIKA tidak terbatas pada sastra saja.
Stilistika kesastraan merupakan sebuah analisis stile teks
kesastraan yang bersifat objektif dan ilmiah. Analisis dilakukan
dengan mengkaji berbagai bentuk tanda-tanda linguistik yang
dipergunakan seperti terlihat seperti struktur lahir.
3. NADA DAN STILE
Nada pengarang adalah sebagai pendirian atau sikap yang diambil
pengarang terhadap pembaca dan terhadap masalah yang dikemukakan. Kenny
mengemukakan bahwa stile adalah sarana, sedangkan nada adalah tujuan dan
konstribusi dari stile adalah untuk membangkitkan nada.
Nada memang ada hubungannya dengan intonasi, lagu dan tekanan
kalimat, walau dalam bahasa tulis sekalipun. Orang yang membaca novel walau
dalam hati akan memberikan intonasi secara berbeda terhadap kalimat-kalimat
dengan ekspresi yang berbeda pula. Misalya, berhadapan dengan kalimat
pernyataan atau berita tentu akan diintonasikan secara berbeda dengan kalimat
tanya.
4. UNSUR STILE:LEKSIKAL,
GRAMATIKAL, RETORIKA DAN
KOHESI
Unsur leksikal sama pengertiannya dengan unsur diksi,
yaitu mengacu pada penggunaan kata-kata tertentu yang
LEKSIKA sengaja dipilih oleh pengarang. Mengingat dari segi makna,
yaitu apakah diksi mampu mengkomunikasikan makna, pesan,
L dan mampu mengungkapkan gagasan seperti dimaksudkan
oleh pengarang. Masalah pembinaan kata menurut Chapman,
dapat melalui pertimbangan-pertimbangan formal tertentu.
Moral merupakan unsur inti karya sastra. Moral adalah sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang
disarankan lewat cerita. Moral, kadang-kadang diidentikkan pengertiannya dengan tema, walaupun
sebenarnya tidak selalu menyarankan pada bentuk yang sama. Moral dan tema, keduanya merupakan
sesuatu yang terkandung, dapat ditafsirkan, dan diambil dari cerita. Namun, tema bersifat lebih kompleks
daripada moral, disamping tidak memiliki nilai langsung sebagai saran yang ditunjukkan kepada pembaca.
Moral, dengan demikian, dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk yang sederhana,
namun tidak semua tema merupakan moral.
Secara umum moral menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan,
pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Moral dalam cerita, biasanya dimaksudkan sebagai saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu
yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita oleh pembaca. Ia merupakan
“petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan
masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan.
8. JENIS DAN WUJUD PESAN MORAL