Oleh
MIRZAL MAHATIR
(F021181309)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau untuk berinteraksi. alat
komunikasi yang ada dari yang sederhana hingga yang canggih sekalipun,
dan maksud tertentu kepada mitra tutur. Bahasa dikaji dalam ilmu
linguistik. Linguistik adalah ilmu yang berkaitan dengan bahasa atau dapat
adalah kajian makna kata, frasa, dan kalimat. Dalam kehidupan sehari-hari
sering lebih tepat disampaikan dengan bentuk gaya bahasa daripada secara
literal Lakoff dan Johnson (dalam Nurgiyanto, 2010). Salah satu gaya
bahasa adalah gaya bahasa metafora. Istilah metafora termasuk bagian dari
makna.
konsep yang lebih abstrak dengan konsep lain yang lebih konkret
(Konveces,2010). contoh ungkapan gaya bahasa metafora dalam novel :
Namun hal tersebut dapat kita jumpai dalam bahasa daerah bugis
berikut:
pemandian) di tutup?)
Sinjai. Warung kopi sebagai lokasi penelitian karena Warung kopi adalah
gunakan oleh para penuturnya hal inilah yang membuat peneliti tertarik
sehari hari, dan untuk melestarikan pula keunikan gaya berbahasa yang
pengetahuan bagi orang lain, oleh karena itu peneliti mengangkat judul
Kopi”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui Jenis dan fungsi Metafora Bahasa Bugis Dialek Sinjai selatan
D. Manfaat penelitian
sebagai berikut.
1. Bagi Pembaca
3. Bagi Masyarakat
untuk lebih mengenal ungkapan gaya bahasa seperti Metafora Bahasa yang
menjadi ciri khas bahasa Bugis Dialek Sinjai diKecamatan Sinjai selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Pada bagian ini berisi teori yang digunakan sebagai pijakan untuk
memecahkan masalah dalam penelitian ini. Kajian teori berisi tentang berbagai teori
yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini, terdiri atas teori
semantik, gaya bahasa, gaya bahasa metafora, jenis-jenis metafora dan Fungsi
metafora
1. Semantik
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau
lambang (sign). “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis
bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai
istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda
linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat
diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga
tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994: 2). Semantik
(dari bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata sema, tanda)
adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu
bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, semantik adalah
Menurut Chaer bahwa Semantik berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa
yang menjadi objek penyelidikan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (1) semantik
leksikal yang merupakan jenis semantik yang objek penelitiannya adalah leksikon dari
suatu bahsa, (2) semantik gramatikal yang merupakan jenis semantik yang objek
penelitiannya adalah makna-makna gramatikal dari tataran morfologi, (3) semantik
pada hal-hal yang berkaitan dengan sintaksis, (4) semantik maksud yang merupakan
jenis semantik yang berkenaan dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahsa, seperti
2. Gaya Bahasa
yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau
bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya
bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan padanya. Style atau
gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis Keraf (2006:113).
Subroto (2011: 166). Menurut Tarigan (2013: 15) metafora adalah sejenis gaya
terlihat dua gagasan: yang satu adalah kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang
menjadi objek, dan satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi dan
perbandingan antara dua hal yang bersifat menyatu (luluh) atau perbandingan
banyak metafora yang diekspresikan oleh manusia, ada empat kelompok utama
yang terjadi dalam berbagai bahasa dan gaya bahasa. Jenis metafora atas empat
kategori tersebut yaitu (1) metafora antropomorfis (2) metafora binatang (3)
a. Metafora Antropomorfik
bagiannya, dari makna atau nilai dan nafsu-nafsu yang dimiliki manusia.
“paru-paru” adalah organ manusia yang amat penting untuk bernafas yang
b. Metafora Binatang
Jenis metafora ini menggunakan binatang atau bagian tubuh
sesuatu yang lain. Pada umumya didasarkan atas kemiripan bentuk yang
c. Metafora sinestesis
pengalihan dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain, atau dari
Secara umum suara adalah sesuatu yang bisa didengar. Namun, dalam
Metafora jenis ini dapat dinyatakan sebagai kebalikan dari hal yang
5. Fungsi Metafora
1) Fungsi Informasi
pikiran dan perasaan dari penutur kepada lawan tuturnya. Ciri-ciri fungsi ini
adalah adanya pencirian yang tersirat dalam pesan yang disampaikannya. Ciri-
2. Fungsi ekspresif
Metafora berfungsi ekspresif adalah penyampaian penggunaan tuturan
dan keinginan penutur kepada lawan tuturnya. Ciri-ciri fungsi ini dengan
3. Fungsi direktif
4. Fungsi fatik
menjaga hubungan agak tetap harmonis. Ciri- cirinya antara lain penggunaan
bahasa yang bermakna hubungan baik dan buruk, kedekatan hubungan sosial,
tuturnya.
B. Penelitian Relevan
Gaya Bahasa Metafora Dalam Novel Karya Tere Liye: Kajian Semantik”. rumusan
penelitian yaitu Mendeskripsikan wujud, fungsi dan makna gaya bahasa metafora
yang terdapat dalam novel karya Tere Liye. peneliti menunjukkan tiga hal penting
yakni pertama, jenis gaya bahasa metafora terbagi menjadi empat yaitu: metafora
sinaestetik. Kedua terdapat fungsi gaya bahasa metafora yang digunakan dalam novel
tersebut diantaranya: fungsi emotif, fungsi konatif, fungsi referensial, dan fungsi
puitik. Ketiga, terdapat makna yang terkandung dalam gaya bahasa metafora yang
menggambarkan karakter seseorang. Persamaan pada teori wujud atau jenis metafora
gaya bahasa dan fungsi gaya bahasa. Perbedaan dalam penelitian yaitu objek
Dompu (Kajian Semantik). Penelitian ini mengkaji tentang ungkapan metafora pada
masyarakat telah melahirkan gaya bahasa khususnya dalam bentuk ungkapan yang
Desa Kempo Kecamatan Kempo Kabupaten Dompu dengan mengkaji makna, fungsi
serta jenis yang terdapat dalam tuturannya. Persaman dalam penelitian ini adalah pada
teori dan metode pengumpulan data yang digunakan. Adapun perbedaan yaitu pada
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
suatu penelitian yang semata-mata hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang ada dan
juga fenomena yang memang secara empiris hidup di dalam penuturnya, sehingga
yang dihasilkan atau yang dicatat berupa uraian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya
Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berkaitan dengan data yang
tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kualitas bentuk kata yang berwujud tuturan
sebagai data yang dihasilkan tertulis atau lisan tentang sifat-sifat individu, keadaan,
gejala, dari kelompok tertentu. Sejalan dengan itu penelitian ini bermaksud ingin
mendeskripsikan jenis dan fungsi ungkapan atau tuturan Metafora Bahasa Bugis
B. Lokasi Penelitian
1) Populasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Subjek dalam penelitian ini yaitu masyarakat dan tuturan atau
penuturnya.
2) Sampel
Adapun titik lokasi dalam penelitian ini yaitu di sebuah warkop di kecamatan
Sinjai Selatan. Pada lokasi tersebut di anggap sebagai tempat yang paling
strategis bagi masyarakat sebagai penutur Bahasa Bugis dialek Sinjai. Hal ini
1. Data
Data yang ingin dijadikan bahan dalam penelitian ini adalah setiap kata atau
2. Sumber Data
1. Metode Simak
cara menyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini peneliti mencatat pembicaraan
semua hasil pembicaraan yang terkait dengan hal yang di ingin dikaji oleh peneliti
2. Metode Terjemahan
dengan cara mengubah dari asli kebahasa sasaran. Metode ini dilakukan agar data
yang diperoleh mudah dianalisis. Dalam hal ini data yang ditulis dalam bahasa asli
3. Metode Wawancara
tahap penyediaan data yang dilakukan dengan cara peneliti melakukan percakapan
1. Reduksi Data
Pada langkah ini, data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang terperinci.
Dari data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan
dianalisis, dalam hal ini Ungkapan metafora pada tuturan masyarakat pada Sebuah
mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.
2. Penyajian Data
Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara
teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian dianalisis
1.
DAFTAR PUSTAKA
Angkasa.
Rineka Cipta.