Anda di halaman 1dari 11

STILISTIKA NOVEL PARA PRIYAYI

KARYA UMAR KAYAM

Abdul Rochman
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak: Tujuan Penelitian adalah untuk: (1) mendeskripsikan diksi


dalam novel; (2) mendeskripsikan gaya kalimat dalam novel; (3)
mendiskrpsikan gaya bahasa kiasan dalam novel, (a) gaya bahasa
Personifikasi; (b) gaya banasa Simile (Asosiasi); (c) gaya bahasa
Metafora; (4) aspek citraan dalam novel; (5) mendeskripsikan sarana
retoris dalam novel Para Priyayi karya Umar Kayam. Metode penelitian
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strukturalisme–
semoitik dan teknik hermeneutik. Hasil penelitian Pertama kajian fungsi
gaya bahasa pada tataran pilihan kata (unsur-unsur diksi) mempunyai
relasi dengan tokoh dan latar. Sebagaimana prinsip strukturalisme, yaitu
adanya relasional antaraunsur, relasional antarunsur gaya bahasa (dalam
hal ini diksi), relasional antar tokoh, dan relasional antarlatar. Kedua,
kajian gaya kalimat yaitu kalimat panjang digunakan pengarang terutama
untuk menggambarkan suasana, melukiskan keadaan alam, atau
mendeskripsikan tokoh. Dan pilihan penggunaan kalimat pendek
mempunyai efek kesederhanaan. Ketiga, kajian gaya bahasa kiasan
(Figuratif) yang sengaja diciptakan untuk memperoleh efek estetis untuk
menggambarkan latar cerita. Keempat, Kajian citraan bahwa aspek
citraan atau image dalam dalam novel Para Priyayi terdapat citraan
penglihatan dan citraan warna setempat (local color) digunakan untuk
menekankan latar cerita dan apek estetis sehingga pembaca seolah-olah
melihatnya sendiri. Kelima, Dalam novel Para Priyayi sarana retoris
penggunaan sarana retoris pada teks novel Para Priyayi menimbulkan
keindahan atau efek estetis dan mempunyai relasi (relasional) dengan
alur cerita.

Kata kunci : stilistika, novel

Karya sastra merupakan karya memahami bahasa terlebih dahulu,


imajinatif bermediumkan bahasa yang karena sastra terwujud dalam bahasa.
fungsi estetikanya dominan. Bahasa Bahasa sastra berhubungan dengan
sastra sebagai media ekspresi karya fungsi semiotik bahasa sastra. Bahasa
sastra, dimanfaatkan oleh sastrawan merupakan sistem semiotik tingkat
untuk menciptakan efek makna tertentu pertama (first order semiotics)
guna mencapai efek estetis,hal ini sedangkan sastra merupakan sistem
berhubungan dengan style ‘gaya bahasa semiotik tingkat kedua (second order
sebagai sarana sastra. Dengan semiotics)menjadi penting dalam karya
demikian, estetika bahasa menjadi sastra (Abrams dalam Al Ma’ruf,
penting dalam karya sastra. 2009:2). Bahasa memiliki arti
Ketika memahami karya sastra, berdasarkan konvensi bahasa, yang oleh
langkah pertama yang dilakukan adalah Riffaterre (dalam Al Ma’ruf, 2009:2)

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 264


arti bahasa disebut meaning (arti), Stilistika adalah proses menganalisis
sedangkan arti bahasa sastra disebut karya sastra dengan mengkaji unsur-
significance (makna). unsur bahasa sebagai medium karya
Gaya bahasa tidak hanya sastra yang digunakan sastrawan
dianggap sebagai pemakaian bahasa sehingga terlihat bagaimana perlakuan
yang berbeda dari pemakaian bahasa sastrawan terhadap bahasa dalam rangka
biasa, tetapi mungkin juga dipahami menuangkan gagasannya (subject
sebagai pemakaian bahasa yang matter). Oleh sebab itu, semua proses
menyalahi tata bahasa. Sebagaimana yang berhubungan dengan analisis
dinyatakan Riffaterre (1978:2), bahwa bahasa karya sastra dikerahkan untuk
gaya bahasa yang menyimpang dari mengungkapkan aspek kebahasaan
kaidah lingustik (ungrammaticality) itu dalam karya sastra tersebut seperti diksi,
memung-kinkan pembaca lebih jauh kalimat, penggunaan bahasa kias atau
memahami bahasa dalan konvensi bahasa figuratif (figurative language),
sastra. aspek citraan dan sarana retorika yang
Pusat perhatian stilistika terletak lain (Cuddon, dalam Al-Ma’ruf,
pada penggunaan secara literer dan 2009:10).
sehari-hari. Sebagai stylist, seseorang Jadi dapat disimpulkan bahwa
harus menguasai norma bahasa pada kajian stilistika pada novel Para Priyayi
masa yang sama dengan bahasa yang akan mengkaji wujud pemakaian bahasa
dipakai dalam kaya sastra. Akan dalam karya sastra yang meliputi
tetapi,yang berbahaya dan keliru, keunikan dan kekhasan bahasa serta
menurut Wellek dan Werren (1978:2), gaya bunyi, pilihan kata, kalimat,
adalah bahwa meneliti karya sastra lama wacana, citraan, hingga bahasa figuratif.
dengan menggunkan norma bahasa Untuk mendiskrpsikan makna serta
sekarang. fungsi gaya bahasa dalam novel Para
Gejala penggunaan bahasa yang Priyayi karya Umar Kayam.
menyimpang seperti banyaknya Diksi (Gaya Kata) diartikan
penggunaan bahasa daerah dalam sebagai pilihan kata-kata yang dilakukan
khazanah novel Indonesia pada oleh pengarang dalam karyanya guna
dasawarsa 1980-an banyak ditemukan. menciptakan efek makna tertentu.
Kecenderungan pemakaian bahasa Dalam konteks ini pengertian denotasi
daerah semacam itu bisa jadi dan konotasi tidak boleh diabaikan. (Al
dimaksudkan untuk memunculkan Ma’ruf, 2009:49).
warna daerah sebagai upaya Gaya Kalimat, masalah yang
memperoleh tujuan tertentu. Kondisi dibahas adalah pemakaian kalimat
seperti inilah yang memerlukan inversi, penggunaan kalimat panjang,
penelitian lebih lanjut. dan kalimat pendek, mengacu pada
Stilistika adalah ilmu gaya atau pendapat Chapman (1973:45), lihat pula
ilmu yang menyelidiki gaya bahasa dalam Nurgiantoro, (1995:293).
(Jassin, 1978:127). Dalam Kamus Besar Masalah yang akan dibahas dalam
Bahasa Indonesia (1988:859), stilistika, kajian dalam bidang fraseologi adalah
ilmu tentang penggunaan bahasa dan ungkapan khas.
gaya bahasa di dalam karya sastra.

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 265


Gaya Bahasa Kiasan merupakan dalam novel Para Priyayi karya Umar
bahasa pembandingan. Istilah bahasa Kayam.
kias atau kiasan ini merupakan
terjemahan dari figure of speech. METODE
Menurut Harimurti (1982:85), bahasa Metode yang digunakan dalam
kiasan disebut figureof rhetorical figure penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
yaitu alat untuk memperluas makna kata dengan strukturalisme–semoitik dan
atau kelompok kata untuk memperoleh teknik hermeneutik.
efek tertentu dengan membandingkan Teknik Pemerolehan Data
atau mengasosiasi dua hal. Data penelitian diperoleh melalui
Aspek Citraan. Citraan (imagery) studi pustaka. Teknik analisis data
adalah gambar-gambar dalam pikiran dilaksanakan melalui metode
melalui bahasa yang pembacaan model semiotik yakni
menggambarkannya (Alternbern dalam pembacaan heuristik dan pembacaan
Pradopo, 1993:80), sedang dalam setiap hermeneutik atau retro aktif (Riffaterre
gambar pikiran disebut citraan atau dalam Al Ma’ruf, 2010: 91). Pembacaan
image. heuristik adalah pembacaan menurut
Menurut Pradopo (1993:81), konvensi atau struktur bahasa
gam-baran pikiran adalah sebuah efek (pembacaan semiotik tingkat pertama).
dalam pikiran yang sangat menyerupai Adapun pembacaan hermeneutik adalah
gambaran yang dihasilkan oleh pembacaan ulang dengan memberikan
penangkapan kita terhadap sebuah objek interpretasi berdasasrkan konvensi sastra
yang dapat dilihat oleh mata, saraf (pembacaan semiotik tingkat kedua).
penglihatan, dan daerah-daerah otak Setelah terkumpul, data diklasifikasi
yang berhubungan selanjutnya, Pradopo menurut jenis persoalan yaitu data
membagi citraan menjadi beberapa jenis pilihan leksikal, fonologi, morfologi,
yaitu (1) visual imagery, (2) auditory faseologi, sintaksis, bahasa kiasan, dan
imagery, (3) movement imagery, dan (4) citraan, dan sarana retoris. Hal ini
local color. dilakukan untuk mempermudah tahap
Berdasarkan paparan di atas, analisis data.
perlu adanya penelitian yang bertujuan Instrumen Penelitian
untuk (1) mendeskripsikan diksi dalam Penelitian kualitatif cocok untuk
novel Para Priyayi; (2) Untuk penelitian jenis tulisan karya sastra yang
mendeskripsikan gaya kalimat dalam bersifat naratif. Pemaknaan dari
novel Para Priyayi; (3) Untuk penelitian ini menggunakan interpretasi
mendiskrpsikan gaya bahasa kiasan peneliti.
dalam novel Para Priyayi ; (a) Analisis Data
Mendeskripsikan gaya bahasa Data dianalisis dengan metode
Personifikasi, (b) mendeskripsikan gaya strukturalisme-semiotik. Penulis
banasa Simile (Asosiasi), (c) menggunakan model yang ditunjukkan
Mendeskripsikan gaya bahasa Metafora; oleh Teeuw bahwa kode bahasa, sastra,
(4) Untuk mendeskripsikan aspek dan budaya sangat penting dalam
citraan dalam novel Para Priyayi; (5) memberi makna suatu karya sastra
Untuk mendeskripsikan sarana retoris karena cara kerja metode strukturalisme-

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 266


semeotik. Analisis, dimulai dari Nama-nama itu adalah orang
kecenderungan penyimpangan kebanyakan atau rakyat jelata yang
penggunaan pilihan leksikal dengan hidup di desa yang bukan pegawai atau
memperhatikan aspek etimologi dan bukan priyayi. Seperti kutipan di bawah
semantik, penyimpangan dalam tataran ini.
morfologi, penggunaan ungkapan khas
dalam tataran fraseologi dan mengkaji Kiai Jogosimo adalah seorang
penyimpangan dalam tataran sintaksis. dukun yang sudah terkenal sakti
Penulis berusaha mengungkapkan dan ampuh mantra-mantranya.
makna dan fungsi gaya bahasa dalam Beliau memiliki wibawa itu karena
kerangka pemaknaan pada tiap-tiap konon memiliki kesaktian dapat
tataran kebahasaan. Selanjutnya adalah berbicara dengan hewan dan
mengkaji makna serta fungsi gaya tumbuh-tumbuhan maupun batu-
bahasa kiasan, sarana retoris, dan batuan. (PP, hlm. 2-3).
citraan. Akhirnya penulis berusaha
mengungkapkan fungsi gaya bahasa Begitu juga nama Wage,
dalam kerangka pemaknaan pada tataran menunjukkan nama seseorang yang
wacana (teks) sebagai suatu kesimpulan berasal dari desa. Orang desa memberi
sehingga diperoleh suatu makna novel nama anaknya begitu mudah dan polos.
Para Priyayi ditinjau dari aspek gaya Sesuai dengan kutipan di bawah ini.
bahasa.
Nama saya yang asli sangatlah
HASIL DAN PEMBAHASAN desa, Wage. Nama itu diberikan,
1. Deskpripsi Diksi dalam Novel Para menurut embok saya, kaena saya
Priyayi Karya Umar Kayam dilahirkan pada hari sabtu wage.
Penyimpangan kata yang Nama Lantip itu saya dapat
ditemukan dalam novel Para priyayi kemudian waktu saya mulai tinggal
banyak ditemukan pemanfaatan kosa di rumah keluarga Sastradarsono,
kata yang secara etimologis berasal dari di jalan setanan, di kota
bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa dan Wanagalih. (Para Priyayi, hlm 9).
bahasa asing yaitu Arab, Belanda, dan
Jepang. Nama Wage kemudian diganti
a. Pemanfaatan Kata Bahasa Daerah dengan nama Lantip setelah tinggal di
(Jawa) rumah keluarga Sastradarsono sebagai
Dalam novel Para Priyayi anak angkat, di jalan setanan, di kota
pemilihan kata yang digunakaan untuk Wanagalih. Kata Lantip dalam Kamus
menamai tokoh diambil dari kosa kata bahasa Jawa (Mangunsuwit, 2002:414)
bahasa Jawa, Jogosimo, Wage, Embok artinya cerdas atau pandai. Karena
Wedok, Lik Paerah, Kang Trimo, keluarga Sastrodarsono adalah keluarga
Mbokde Sumo, Pak Lurah, Pak Carik, priyayi yang berhasil di Wanagalih.
Pak Jagabaya, Ngaisah, Pekde. Kata- Seperti kutipan berikut.
kata itu digunakan pengarang untuk
menamai tokoh yang hidup di desa Nama Lantip itu saya dapat
terpencil sekitar hutan desa Wanalawas. kemudian waktu saya mulai

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 267


tinggal di rumah keluarga kerukunan dan persaudaraan
Sastradarsono, di jalan setanan, di itulah yang terpenting bagi
kota Wanagalih. Sebelumnya saya keturunannya , bagi masyarakat,
tinggal bersama embok saya di karena semangat itulah yang akan
Desa Wanalawas yang hanya terus mampu membuat kita tumbuh
beberapa kilometer dari kota dengan sebaik-baiknya sebagai
Wanagalih. (Para Priyayi, hlm. 9). masyarakat yang melaksanakan
tugas Allah di dunia fana
Karakter Lantip ini……………..
menggambarkan sosok seorang priyayi Embah Kakung ingin melihat
ideal menurut Umar Kayam. Lantip keluarga besar ini tumbuh kukuh,
menjadi seorang yang memiliki jasa kuat, dan berisi galih, lapisan kayu
yang sangat besar di dalam keluarga yang peling dalam dan keras.
Sastrodarsono. Setiap kali masalah Adapun galih, bagian kayu yang
muncul di dalam keluarga peling dalam dan keras yang ingin
Sastrodarsono, Lantip menjadi penasihat beliau kembangkan dan tumbuhkan
dan pencari solusi atas masalah-masalah itu adalah semangat, nilai
tersebut. Cerita berakhir pada saat mengabdi dari priyayi kepada
Ndoro Guru Sastrodarsono meninggal. orang banyak, kepada masyarakat
Saat upacara pemakaman Sastrodarsono, luas. Sebagai keturunan petani
Lantip berpidato, yang isinya menjadi desa, beliau ingin memulai usaha
intisari sekaligus kesimpulan dari buku untuk ikut mengisi memberi bentuk
Para Priyayi ini. Pidato Lantip seperti bentuk sosok semangat priyayi itu
teks di bawah ini. suatu kerja raksasa yang selama
ini hanya boleh dikerjakan oleh
ASSALAMUALAIKUM mereka yang dianggap berdarah
warohmatullahi biru. Embah Kakung ingin ikut
wabarokatuh,………….. memberi warna mosaik semangat
Barulah waktu Allah subhanahu itu kepada dengan menitik
wataalla mengirimkan lagi beratkan perluasan kemung-kinan
sasmita-Nya lewat Embah Kakung pendidikan wong cilik agar kelak
yang memerin-tahkan untuk wong cilik itu ikut pula menentukan
membagi-bagi pohon nangka yang warna semangat priyayi itu.Para
roboh itu kepada siapa sajayang hadirin,…. (Para Priyayi, hlm.305-
membutuhkannya. Saya mulai 307).
paham makna sasmita Allah itu.
Embah kakung pamit berjalan ke Wage, alias Lantip, merupakan
rahmatullah dengan membagi seorang tokoh yang paling besar jasanya
warisan yang berupa semangat dalam mengungkapkan pendapat Umar
kerukunan dan persaudaraan Kayam tentang makna kata priyayi.
kepada anak dan cucu serta Lantip adalah sosok Umar Kayam di
cicitnya. dalam buku. Tokoh tersebut adalah
……………………………………….. sebuah sarana bagi Umar Kayam untuk
Beliau menganggap semangat mengekspresikan pendapatnya. Ia adalah

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 268


seorang anak haram dari keponakan jauh Sastrodarsono kemudian
Sastrodarsono, tetapi, Umar Kayam menikah dengan Siti Aisah (Dik
menjadikannya seorang pahlawan di Ngaisah) adalah anak seorang priyayi,
dalam Para Priyayi. Lantip adalah Paman Mukaram. Dari pernikahan ini
gambaran Umar Kayam akan priyayi dikaruniai tiga orang anak, yaitu : Ndoro
sejati sebagai seorang yang memiliki Noegroho, Ndoro Hardoyo, Ndoro Den
semangat “Pengabdian kepada Ajeng Soemini.
masyarakat banyak, terutama kepada Pilihan Kosa kata Belanda juga
wong cilik, tanpa pamrih kecuali banyak ditemukan dalam novel Para
berhasilnya pengabdian itu sendiri” dan Priyayi. Kehadiran kosa kata untuk
“Warna semangat kerakyatan”. memperjelas latar kejadian dalam novel.
Sebaliknya pilihan kata seperti: Cerita dalam novel Para Priyayi
Embah Sastrodarsono, Embah Putri, digambarkan pada zaman penjajah
Ndoro Guru Kakung, Ndoro Guru Putri, Belanda, Jepang, zaman pemberontakan
Ndoro Noegroho, Ndoro Hardoyo, PKI Madiun dan sesudahnya..Kosa kata
Ndoro Den Ajeng Soemini, Raden Belanda terdapat pada kutipan berikut.
Harjono Cokrokusumo, Den Ngadiman,
Doro Seten, Romo Seten, Ndoro Anak-anak kami, kami masukkan ke
Wedono, Para Priyagung, dipakai untuk sekolah HIS, sekolah dasar untuk
nama tokoh-tokoh para priyayi atau anak-anak priyayi, karena sekolah
pegawai di zaman Belanda yang hidup ini diadakan untuk menyiapkan
di kota yaitu Wanagalih. priyayi-priyayi gupermen. Anak-
Diksi untuk penamaan tokoh anak yang bersekolah di situ akan
digunakan untuk menampilkan latar, diajar bahasa Belanda,…..dapat
yaitu latar desa (bukan priyayi) dan latar meneruskan di MULO, AMS, atau
kota (priyayi). Dengan demikian, unsur sekolah guru menengah , seperti
unsur diksi mempunyai relasi dengan sekolah-sekolah Normaal,
tokoh dan latar. Sebagaimana prinsip Kweeksekul, dan sebagaimya.(Para
strukturalisme. Sebagaimana tampak Priyayi, hlm.52).
dalam kutipan berikut. Kosa kata Jepang juga kita
jumpai dalam novel Para Priayi dan
Hari itu saya, Soedarsono, anak langsung diikuti makna dalam bahasa
tunggal Mas Atmokasan, petani Indonesia seperti dalam kutipan berikut.
dari Kedungsimo, pulang dari Ternyata saya tidak seberani
Madiun dengan berhasil Bapak yang menolak untuk
mengantongi beselit guru bantu di menjalani upacara saikere kita ni
Ploso. Guru bantu. Itu berarti muke, membungkukkan dalam-
sayalah orang pertama dalam dalam ke arah utara. Juga perintah
keluarga besar kami yang berhasil agar setiap pagi kami bersama
menjadi priyayi,meskipun priyayi semua murid harus melaksanakan
yang paling rendah taiso, gerak badan. (Para Priyayi,
tingkataanya..(Para Priyayi, hlm. hlm. 177).
29).
b. Pemanfaatan Sinonim

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 269


Pemanfaatan sinonim banyak Kedungsimo dipindah tugaskan ke
digunakan dalam novel para Priyayi, daerah yang sangat tandus dan gersan di
seperti tampak pada kutipan berikut. kaki Pegunungan Kendeng. Peristiwa ini
menunjukkan kesewenang-wenangan
Dik Ngaisah (Siti Aisah), pemerintah Hindia Belanda terhadap
alhamdulillah, adalah istri seperti para priyayi yang tidak loyal.
yang saya harapkan semula. Ia 2) Pemendekan Kata
adalah perempuan yang, agaknya, Pemendekan kata bisa dilakukan
memang sudah disiapka orang dengan cara menghilangkan imbuhan
tuanya untuk menjadi isytri priyayi untuk kelancaran ucapan, menurut
yang mumpuni, lengkap akan Pradopo (1983:101) digunakan untuk
kecakapan dan memperoleh irama yang menyebabkan
keprigelannya.(Para Priyayi, hlm. liris. seperti kutipan berikut:
45).
“I-iya, Kamas.”
c.Morfologi “Bagaimana dengan keadaan Jeng
Proses morfologis ialah proses Sastro dan anak-anak? Semua baik
perubahan bentuk dasar dalam rangka bukan?(Para Priyayi,hlm.55).
pembentukan kata baru (Soegijo, 3) Penggunaan Bentuk Ulang
1989:18-200). Hal ini dilakukan untuk Gabungan kata yang berupa
tujuan tertentu seperti ingin kesan pengulangan kata dapat memberikan
estetis. Penyimpangan dalam bentuk efek penyengatan atau melebih-lebihkan
dasar antara lain: (Pradopo 1993:108). Hal ini tampak
1) Penyimpangan Bentuk Dasar dalam kutipan berikut.
Penggunaan bentuk dasar dari “Sastro ….Semua itu usaha saya
kosa kata bahasa Jawa banyak bersama pangreh praja maju
ditemukan. Dalam novel Para Priayi, lainnya untuk membangun priyayi
tampak dalam kutipan sebagai berikut. maju, bukan priyayi yang
“ Ah, tidak apa-apa Dimas dan dikemudian hari kepingin jadi raja
Jeng Sastro. Kami terima ini kecil yang sewenang-wenang
dengan ikhlas. Kami terima ini terhadap wong cilik. Ini monyet-
sebagai cobaan dari Tuhan. monyet seperti School Opziener
Mungkin Tuhan ingin menjajal dan mantri polisi dan entah tilik-
ketabahan saya untuk bertapa di tilik, spiun-spiun, picisan yang
Gesing. ”(Para Priyayai, hlm. 65). mana lagi dengan upah berapa
Kata menjajal berasal dari kata gulden jadi tega melapor-laporkan
dasar jajal yang mendapat prefiks me-. bangsa sendiri, yang bikin rusak
Kata jajal berasal dari kata Jawa ( semua usaha kami. (Para Priyayi,
Sudarmanto, 2008:99). Dalam bahasa hlm. 61-63).
Indonesia kata jajal adalah coba, 4) Fraseologi
menjajal berarti mencoba. Makna yang Dalam subbab fraseologi
tersirat dalam kata menjajal dalam teks ini,yang dibahas adalah persoalan
tersebut adalah, bahwa Mas ungkapan khas. Dalam novel Para
Martoatmojo seorang kepala sekolah di Priyayi banyak ditemukan ungkapan

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 270


khas yang berasal dari bahasa Jawa dan membawa serta hasil bumi kami
bahasa Arab. yang terbaik seperti uwi hitam
a.Ungkapan Khas dari Bahasa Jawa yang tekenal mempur dan
Ungkapan khas digunakan oleh meduk, ubi jalar dan singkong,
pengarang sebagai sarana pengungkapan ketan putih dan ketan hitam,
ajaran moral yang bersifat tentu saja ,menurut basa-basi
relegius.Ungkapan itu tampak seperti yang lazim, kami tidak
kutipan berikut. mengatakan hasil bumi itu buat
Dalam kesukan itu kami juga sering mereka, tetapi buat sekedar
mempertanyakan macam-macam nyamikan para pembantu di
hal. Tentang sangkan paraning belakang. (Para Priyayi,hlm,
dumadi…. (Para Priyayi,hlm.85). 68).
Ungkapan sangkan paraning
dumadi, mengandung makna ajaran b.Kalimat Pendek
moral yang relegius yaitu agama Islam Pilihan penggunaan kalimat
yang sangat tinggi, bahwa manusia itu pendek mempunyai efek kesederhanaan
datangnya dari mana dan hendak tampak dalam kutipan berikut.
kemana kita ini menuju.
b.Ungkapan Khas Bahasa Arab “Nandar! Ayo cepat ke
sini!””(Para Priayai, hlm. 73-
Dik Ngaisah, alhamdulilah, adalah 74).
istri seperti yang saya harapkan
semula. Ia adalah perempuan yang 3.Deskripsi Gaya Bahasa Kiasan
agaknya, memang sudah disiapkan (Figuratif) Priyayi Karya Umar
orang tuanya untuk menjadi istri Kayam.
priyayi yang mumpuni, lengkap a.Gaya Bahasa Personifikasi
akan kecakapan dan keprigelannya. Gaya personifikasi mengiaskan
(Para Priyayi, hlm. 45). benda-benda mati yang diandaikan
hidup
2. Deskpripsi Gaya Kalimat dalam atau berbuat seperti manusia. Seperti
Novel Para Priyayi Karya Umar kutipan berikut.
Kayam
Wanagalih adalah sebuah ibu kota
a.Kalimat Panjang kabupaten. Meskipun kota itu suatu
Kalimat panjang biasanya suatu ibu kota lama yang hadir
digunakan oleh para penyair yang sejak pertengahan abad ke-19, kota
beraliran romantik (Jassin, 1959:29) itu nampak kecil dan begitu-begitu
dipilih untuk melukiskan kejadian saja. Seakan-akan usianya yang tua
sejelas–jelasnya. Sebagaiamana tampak itu tidak memberikan kesempatan
pada kutipan berikut. untuk tumbuh dan
berkembang.Tentu pohon-pohon
Kami pun lantas berkirim surat asem yang besar dan rindang yang
kepada mereka lewat seorang berderet sepanjang jalan raya yang
utusan yang dengan sendirinya

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 271


membelah kota itu. (Para Wanagalih adalah sebuah ibu kota
Priyayi,hlm.1). kabupaten. Meskipun kota itu suatu
suatu ibu kota lama yang hadir
b.Gaya Bahasa Simile (Asosiasi) sejak pertengahan abad ke-19, kota
Desa Kedungsimo yang penuh itu nampak kecil dan begitu-begitu
dengan persawahan yang luas saja. Seakan-akan usianya yang tua
digambarkan dengan majas Simile itu tidak memberikan kesempatan
seperti satu lautan hijau yang luas. untuk tumbuh dan
Tampak pada kutipan berikut. berkembang.Tentu pohon-pohon
asem yang besar dan rindang yang
sawah-sawah itu jadi kelihatan berderet sepanjang jalan raya yang
berombak-ombak seperti satu lautan membelah kota itu. (Para
hijau yang luas.Itulah sawah-sawah Priyayi,hlm.1).
Pak Lurah, Pak Carik, Pak
Jagabaya, Ndoro Seten Citraan warna setempat atau
Kedungsimo, barulah sawah-sawah lokal (local color) dipakai sebagai alat
petan-petani kecil seperti bapak kepuitisan untuk mencapai kekonkritan
saya. (Para Priyayi, hlm. 31 sehingga cerita seolah-olah menjadi
nyata dan ada. Seperti tampak pada
b.Gaya Bahasa Metafora kutipan berikut.

Saya diangkat menjadi kepala Waktu tiba di Wanagalih sesudah


sekolah menggantikan Mas berlibur sekian lama di Jogorogo
Martoatmodjo yang dipindah ke dan Kedungsimo, saya mendapat
sekolah desa Gesing. Gesing! Itu surat beslit itu.Saya diangkat
adalah suatu daerah yang cengkar, menjadi kepala sekolah
tandus, tanahnya keras, pecah- menggantikan Mas Martoatmodjo
pecah, berbongkah- bongkah, yang dipindah ke sekolah desa
terpencil di kaki pegunungan Gesing. Gesing! Itu adalah suatu
Kendeng. Mas Matoatmodjo daerah yang cengkar, tandus,
disingkirkan ke neraka yang begitu tanahnya keras, pecah-pecah,
mengenaskan.(Para Priyayi, hlm. berbongkah- bongkah, terpencil di
65). kaki pegunungan Kendeng. (Para
Priyayi, hlm. 65).
4. Deskpripsi Citraan dalam Novel
Para Priyayi Karya Umar Kayam. Citraan Pendengaran (auditory
Citraan penglihatan (visual imagery) yaitu bentuk citraan yang
imagery) yaitu citraan yang ditimbulkan ditimbulkan oleh indra pendengar.
oleh alat penglihatan. Citraan Seperti pada kutipan berikut.
penglihatan banyak ditemukan
sebagaimana tampak dalam kutipan Hari sudah mendekati senja, para
berikut. pembantu dalem setanan sudah
mulai menyiapkan minyak untuk
dinyalakan. Ayam jantan

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 272


dikurungan sudah agak lama pemerintah atau pengikut PKI
berhenti berkokok, diganti oleh Muso.(Para Priyayi).
suara cengkerek dan sekali-sekali
kodok di sawah mulai bernyanyi c.Gaya bahasa Repetisi
memanggil sehutan kawan-
kawannya. (Para Priyayi, hlm.63). “Wah, ya ini, Ndoro Mantri Guru,
Wargo Wanalawas pada tumpek
5. Deskpripsi Sarana Retoris dalam blek ingin melihat wajah Ndoro
Novel Para Priyayi Karya Umar Mantri. Sudah lama sekali tidak ada
Kayam priyagung Wanagalih yang datang
Penggunaan sarana retoris ke sini. Kami harap Ndoro Mantri
ternyata mendominasi semua bagian sehat-sehat tidak kurang suatu
cerita sehingga mempunyai efek dalam apa”. (Para Priyayi,hlm.102-103).
keseluruhan cerita. Kebanyakan sarana
retoris digunakan untuk menghidupkan Jadi dapat disimpulkan
tokoh cerita. penggunaan sarana retoris pada teks
novel para priyayi menimbulkan
a.Gaya bahasa Antitesis keindahan atau efek estetis dan
mempunyai relasa (relasional) dengan
Sore-sore pada waktu udara alur cerita.
Wanagalih menjadi sedikit teduh
dan adem, suasana di alun-alun itu SIMPULAN DAN SARAN
sangatlah seronoknya, orang-orang, Hasil penelitian Pertama kajian
laki perempuan, suami istri, anak- fungsi gaya bahasa pada tataran pilihan
anak muda, anak-anak kecil pada kata (unsur-unsur diksi) mempunyai
duduk-duduk menghirup udara relasi dengan tokoh dan latar.
segar di atas rumput sambil makan Sebagaimana prinsip strukturalisme,
kacang dan minum wedang cemoe. yaitu adanya relasional antarunsur,
(Para Priyayi, hlm. 4). relasional antarunsur gaya bahasa
(dalam hal ini diksi), relasional antar
b.Gaya bahasa Hiperbola tokoh, dan relasional antarlatar. Kedua,
kajian gaya kalimat yaitu kalimat
Namun suasana damai di alun-alun panjang digunakan pengarang terutama
itu sekali peristiwa sempat juga untuk menggambarkan suasana.
bersimbah darah menjadi ajang melukiskan keadaan alam, atau
pembantaian manusia. Pada waktu mendeskripsikan tokoh. Dan pilihan
pemberontakan PKI Muso di penggunaan kalimat pendek mempunyai
Madiun, kota Wanagalih sempat efek kesederhanaan. Ketiga, kajian gaya
juga dilewati prahara itu. Para bahasa kiasan (Figuratif) yang sengaja
algojo PKI bergantian jadwal diciptakan untuk memperoleh efek
dengan algojo Siliwangi estetis untuk menggambarkan latar
menyembelih mereka yang dianggap cerita. Keempat, Kajian citraan bahwa
terbukti menjadi tokoh lokal aspek citraan atau image dalam dalam
novel Para Priyayi terdapat citraan

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 273


penglihatan dan citraan warna setempat Kamus Besar Bahasa Indonesia.2005.
(local color) digunakan untuk Jakarta: Balai Pustaka.
menekankan latar cerita dan apek estetis Kasnadi & Sutejo. 2010. KajianProsa.
Yogjakarta: Pustaka Felicha.
sehingga pembaca seolah-olah
Kayam, Umar. 1993. Para Priyayi
melihatnya sendiri. Kelima, Dalam Sebuah Novel. Jakarta: Pustaka
novel Para Priyayi sarana retoris Gtamedia.
penggunaan sarana retoris pada teks Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya
novel Para Priyayi menimbulkan bahasa. Jakarta: Gramedia
keindahan atau efek estetis dan Pustaka.
mempunyai relasi (relasional) dengan Mangunsuwito, S.A.2007. Kamus
Lengkap Bahasa Jawa; Jawa-
alur cerita.
Jawa; Jawa-
Peneneliti tesis ini mengharapka Indonesia; Indonesia-Jawa.
agar pembaca lebih memahami dan Bandung: Yrama Widya.
menghargai karya sastra, karena di Pradopo, Rachmad Djoko. 2005.
dalam karya sastra selain pengarang Beberapa Teori Sastra, Metode,
menggunakan sarana gaya bahasa yang Kritik, dan
indah (stile) untuk memperoleh efek Penerapannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
tertentu, juga karya sastra mengandung
Ratna, Nyoman Kutha.2008. Stilistika
pesan nilai-nilai moral kebenaran berupa Kajian Puitika Bhasa, Sastra, dan
pengetahuan tetang manusia dan Budaya.Yogyakarta: Pustaka
kehidupan yang dihadirkan pengarang. Pelajar.
Bagi para guru dan dosen Ratna, Nyoman Kutha.2010. Metodologi
program pendidikan Bahasa dan Sastra Penelitian Kajian Budaya dan
Ilmu sosial
Indonesia dapat merekomendasikan
Humaniora pada Umumnya.
sebagai salah sau refrensi sastra yang Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
mendidik yang harus dibaca oleh siswa Sariban. 2009. Teori dan Penerapan
maupun mahasiswa. Penelitian Sastra. Surabaya:
Lentera
DAFTAR RUJUKAN Cendekia.
Sudarmanto. 2008. Kamus Lengkap
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Bahasa Jawa; Jawa-Indonesia;
Karya Sastra. Bandung: Sinar Indonesia
Baru. Jawa. Semarang: Widya Karya.
Arifin, Zaenal. 2010. Metodologi Suprianto, Teguh. 2011. S Stilistika
Penelitian Pendidikan Filosofi, dalam Prosa. Yogyakarta:
Teori dan Aplikasi. Surabaya: Elmatera
Lentera Cendekia. Publishing.
http : // Lontar. Ui. Ac. Cd / opac / Sutejo. 2010.Stilistika Teori, aplikasi, &
themes /libriz / detail. Jsp?id: Alternatif Pembelajaran.
71719 &-lokal. diakses tanggal 24 Yogyakarta:
Oktober 2012. Pustaka Felicha.
http : // phianz 1989. Blog spot.com// Welek, Rene & Warren, Austin.
012 /06 / budaya-priyayi-sebagai 1995.Teori Kesusasteraan.
hasildialog.htm/ diakses tanggal Jakarta: Gramedia
24 Oktober 2012. Pustaka Utama.

NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 274

Anda mungkin juga menyukai