Abdul Rochman Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Tujuan Penelitian adalah untuk: (1) mendeskripsikan diksi
dalam novel; (2) mendeskripsikan gaya kalimat dalam novel; (3) mendiskrpsikan gaya bahasa kiasan dalam novel, (a) gaya bahasa Personifikasi; (b) gaya banasa Simile (Asosiasi); (c) gaya bahasa Metafora; (4) aspek citraan dalam novel; (5) mendeskripsikan sarana retoris dalam novel Para Priyayi karya Umar Kayam. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strukturalisme– semoitik dan teknik hermeneutik. Hasil penelitian Pertama kajian fungsi gaya bahasa pada tataran pilihan kata (unsur-unsur diksi) mempunyai relasi dengan tokoh dan latar. Sebagaimana prinsip strukturalisme, yaitu adanya relasional antaraunsur, relasional antarunsur gaya bahasa (dalam hal ini diksi), relasional antar tokoh, dan relasional antarlatar. Kedua, kajian gaya kalimat yaitu kalimat panjang digunakan pengarang terutama untuk menggambarkan suasana, melukiskan keadaan alam, atau mendeskripsikan tokoh. Dan pilihan penggunaan kalimat pendek mempunyai efek kesederhanaan. Ketiga, kajian gaya bahasa kiasan (Figuratif) yang sengaja diciptakan untuk memperoleh efek estetis untuk menggambarkan latar cerita. Keempat, Kajian citraan bahwa aspek citraan atau image dalam dalam novel Para Priyayi terdapat citraan penglihatan dan citraan warna setempat (local color) digunakan untuk menekankan latar cerita dan apek estetis sehingga pembaca seolah-olah melihatnya sendiri. Kelima, Dalam novel Para Priyayi sarana retoris penggunaan sarana retoris pada teks novel Para Priyayi menimbulkan keindahan atau efek estetis dan mempunyai relasi (relasional) dengan alur cerita.
Kata kunci : stilistika, novel
Karya sastra merupakan karya memahami bahasa terlebih dahulu,
imajinatif bermediumkan bahasa yang karena sastra terwujud dalam bahasa. fungsi estetikanya dominan. Bahasa Bahasa sastra berhubungan dengan sastra sebagai media ekspresi karya fungsi semiotik bahasa sastra. Bahasa sastra, dimanfaatkan oleh sastrawan merupakan sistem semiotik tingkat untuk menciptakan efek makna tertentu pertama (first order semiotics) guna mencapai efek estetis,hal ini sedangkan sastra merupakan sistem berhubungan dengan style ‘gaya bahasa semiotik tingkat kedua (second order sebagai sarana sastra. Dengan semiotics)menjadi penting dalam karya demikian, estetika bahasa menjadi sastra (Abrams dalam Al Ma’ruf, penting dalam karya sastra. 2009:2). Bahasa memiliki arti Ketika memahami karya sastra, berdasarkan konvensi bahasa, yang oleh langkah pertama yang dilakukan adalah Riffaterre (dalam Al Ma’ruf, 2009:2)
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 264
arti bahasa disebut meaning (arti), Stilistika adalah proses menganalisis sedangkan arti bahasa sastra disebut karya sastra dengan mengkaji unsur- significance (makna). unsur bahasa sebagai medium karya Gaya bahasa tidak hanya sastra yang digunakan sastrawan dianggap sebagai pemakaian bahasa sehingga terlihat bagaimana perlakuan yang berbeda dari pemakaian bahasa sastrawan terhadap bahasa dalam rangka biasa, tetapi mungkin juga dipahami menuangkan gagasannya (subject sebagai pemakaian bahasa yang matter). Oleh sebab itu, semua proses menyalahi tata bahasa. Sebagaimana yang berhubungan dengan analisis dinyatakan Riffaterre (1978:2), bahwa bahasa karya sastra dikerahkan untuk gaya bahasa yang menyimpang dari mengungkapkan aspek kebahasaan kaidah lingustik (ungrammaticality) itu dalam karya sastra tersebut seperti diksi, memung-kinkan pembaca lebih jauh kalimat, penggunaan bahasa kias atau memahami bahasa dalan konvensi bahasa figuratif (figurative language), sastra. aspek citraan dan sarana retorika yang Pusat perhatian stilistika terletak lain (Cuddon, dalam Al-Ma’ruf, pada penggunaan secara literer dan 2009:10). sehari-hari. Sebagai stylist, seseorang Jadi dapat disimpulkan bahwa harus menguasai norma bahasa pada kajian stilistika pada novel Para Priyayi masa yang sama dengan bahasa yang akan mengkaji wujud pemakaian bahasa dipakai dalam kaya sastra. Akan dalam karya sastra yang meliputi tetapi,yang berbahaya dan keliru, keunikan dan kekhasan bahasa serta menurut Wellek dan Werren (1978:2), gaya bunyi, pilihan kata, kalimat, adalah bahwa meneliti karya sastra lama wacana, citraan, hingga bahasa figuratif. dengan menggunkan norma bahasa Untuk mendiskrpsikan makna serta sekarang. fungsi gaya bahasa dalam novel Para Gejala penggunaan bahasa yang Priyayi karya Umar Kayam. menyimpang seperti banyaknya Diksi (Gaya Kata) diartikan penggunaan bahasa daerah dalam sebagai pilihan kata-kata yang dilakukan khazanah novel Indonesia pada oleh pengarang dalam karyanya guna dasawarsa 1980-an banyak ditemukan. menciptakan efek makna tertentu. Kecenderungan pemakaian bahasa Dalam konteks ini pengertian denotasi daerah semacam itu bisa jadi dan konotasi tidak boleh diabaikan. (Al dimaksudkan untuk memunculkan Ma’ruf, 2009:49). warna daerah sebagai upaya Gaya Kalimat, masalah yang memperoleh tujuan tertentu. Kondisi dibahas adalah pemakaian kalimat seperti inilah yang memerlukan inversi, penggunaan kalimat panjang, penelitian lebih lanjut. dan kalimat pendek, mengacu pada Stilistika adalah ilmu gaya atau pendapat Chapman (1973:45), lihat pula ilmu yang menyelidiki gaya bahasa dalam Nurgiantoro, (1995:293). (Jassin, 1978:127). Dalam Kamus Besar Masalah yang akan dibahas dalam Bahasa Indonesia (1988:859), stilistika, kajian dalam bidang fraseologi adalah ilmu tentang penggunaan bahasa dan ungkapan khas. gaya bahasa di dalam karya sastra.
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 265
Gaya Bahasa Kiasan merupakan dalam novel Para Priyayi karya Umar bahasa pembandingan. Istilah bahasa Kayam. kias atau kiasan ini merupakan terjemahan dari figure of speech. METODE Menurut Harimurti (1982:85), bahasa Metode yang digunakan dalam kiasan disebut figureof rhetorical figure penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu alat untuk memperluas makna kata dengan strukturalisme–semoitik dan atau kelompok kata untuk memperoleh teknik hermeneutik. efek tertentu dengan membandingkan Teknik Pemerolehan Data atau mengasosiasi dua hal. Data penelitian diperoleh melalui Aspek Citraan. Citraan (imagery) studi pustaka. Teknik analisis data adalah gambar-gambar dalam pikiran dilaksanakan melalui metode melalui bahasa yang pembacaan model semiotik yakni menggambarkannya (Alternbern dalam pembacaan heuristik dan pembacaan Pradopo, 1993:80), sedang dalam setiap hermeneutik atau retro aktif (Riffaterre gambar pikiran disebut citraan atau dalam Al Ma’ruf, 2010: 91). Pembacaan image. heuristik adalah pembacaan menurut Menurut Pradopo (1993:81), konvensi atau struktur bahasa gam-baran pikiran adalah sebuah efek (pembacaan semiotik tingkat pertama). dalam pikiran yang sangat menyerupai Adapun pembacaan hermeneutik adalah gambaran yang dihasilkan oleh pembacaan ulang dengan memberikan penangkapan kita terhadap sebuah objek interpretasi berdasasrkan konvensi sastra yang dapat dilihat oleh mata, saraf (pembacaan semiotik tingkat kedua). penglihatan, dan daerah-daerah otak Setelah terkumpul, data diklasifikasi yang berhubungan selanjutnya, Pradopo menurut jenis persoalan yaitu data membagi citraan menjadi beberapa jenis pilihan leksikal, fonologi, morfologi, yaitu (1) visual imagery, (2) auditory faseologi, sintaksis, bahasa kiasan, dan imagery, (3) movement imagery, dan (4) citraan, dan sarana retoris. Hal ini local color. dilakukan untuk mempermudah tahap Berdasarkan paparan di atas, analisis data. perlu adanya penelitian yang bertujuan Instrumen Penelitian untuk (1) mendeskripsikan diksi dalam Penelitian kualitatif cocok untuk novel Para Priyayi; (2) Untuk penelitian jenis tulisan karya sastra yang mendeskripsikan gaya kalimat dalam bersifat naratif. Pemaknaan dari novel Para Priyayi; (3) Untuk penelitian ini menggunakan interpretasi mendiskrpsikan gaya bahasa kiasan peneliti. dalam novel Para Priyayi ; (a) Analisis Data Mendeskripsikan gaya bahasa Data dianalisis dengan metode Personifikasi, (b) mendeskripsikan gaya strukturalisme-semiotik. Penulis banasa Simile (Asosiasi), (c) menggunakan model yang ditunjukkan Mendeskripsikan gaya bahasa Metafora; oleh Teeuw bahwa kode bahasa, sastra, (4) Untuk mendeskripsikan aspek dan budaya sangat penting dalam citraan dalam novel Para Priyayi; (5) memberi makna suatu karya sastra Untuk mendeskripsikan sarana retoris karena cara kerja metode strukturalisme-
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 266
semeotik. Analisis, dimulai dari Nama-nama itu adalah orang kecenderungan penyimpangan kebanyakan atau rakyat jelata yang penggunaan pilihan leksikal dengan hidup di desa yang bukan pegawai atau memperhatikan aspek etimologi dan bukan priyayi. Seperti kutipan di bawah semantik, penyimpangan dalam tataran ini. morfologi, penggunaan ungkapan khas dalam tataran fraseologi dan mengkaji Kiai Jogosimo adalah seorang penyimpangan dalam tataran sintaksis. dukun yang sudah terkenal sakti Penulis berusaha mengungkapkan dan ampuh mantra-mantranya. makna dan fungsi gaya bahasa dalam Beliau memiliki wibawa itu karena kerangka pemaknaan pada tiap-tiap konon memiliki kesaktian dapat tataran kebahasaan. Selanjutnya adalah berbicara dengan hewan dan mengkaji makna serta fungsi gaya tumbuh-tumbuhan maupun batu- bahasa kiasan, sarana retoris, dan batuan. (PP, hlm. 2-3). citraan. Akhirnya penulis berusaha mengungkapkan fungsi gaya bahasa Begitu juga nama Wage, dalam kerangka pemaknaan pada tataran menunjukkan nama seseorang yang wacana (teks) sebagai suatu kesimpulan berasal dari desa. Orang desa memberi sehingga diperoleh suatu makna novel nama anaknya begitu mudah dan polos. Para Priyayi ditinjau dari aspek gaya Sesuai dengan kutipan di bawah ini. bahasa. Nama saya yang asli sangatlah HASIL DAN PEMBAHASAN desa, Wage. Nama itu diberikan, 1. Deskpripsi Diksi dalam Novel Para menurut embok saya, kaena saya Priyayi Karya Umar Kayam dilahirkan pada hari sabtu wage. Penyimpangan kata yang Nama Lantip itu saya dapat ditemukan dalam novel Para priyayi kemudian waktu saya mulai tinggal banyak ditemukan pemanfaatan kosa di rumah keluarga Sastradarsono, kata yang secara etimologis berasal dari di jalan setanan, di kota bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa dan Wanagalih. (Para Priyayi, hlm 9). bahasa asing yaitu Arab, Belanda, dan Jepang. Nama Wage kemudian diganti a. Pemanfaatan Kata Bahasa Daerah dengan nama Lantip setelah tinggal di (Jawa) rumah keluarga Sastradarsono sebagai Dalam novel Para Priyayi anak angkat, di jalan setanan, di kota pemilihan kata yang digunakaan untuk Wanagalih. Kata Lantip dalam Kamus menamai tokoh diambil dari kosa kata bahasa Jawa (Mangunsuwit, 2002:414) bahasa Jawa, Jogosimo, Wage, Embok artinya cerdas atau pandai. Karena Wedok, Lik Paerah, Kang Trimo, keluarga Sastrodarsono adalah keluarga Mbokde Sumo, Pak Lurah, Pak Carik, priyayi yang berhasil di Wanagalih. Pak Jagabaya, Ngaisah, Pekde. Kata- Seperti kutipan berikut. kata itu digunakan pengarang untuk menamai tokoh yang hidup di desa Nama Lantip itu saya dapat terpencil sekitar hutan desa Wanalawas. kemudian waktu saya mulai
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 267
tinggal di rumah keluarga kerukunan dan persaudaraan Sastradarsono, di jalan setanan, di itulah yang terpenting bagi kota Wanagalih. Sebelumnya saya keturunannya , bagi masyarakat, tinggal bersama embok saya di karena semangat itulah yang akan Desa Wanalawas yang hanya terus mampu membuat kita tumbuh beberapa kilometer dari kota dengan sebaik-baiknya sebagai Wanagalih. (Para Priyayi, hlm. 9). masyarakat yang melaksanakan tugas Allah di dunia fana Karakter Lantip ini…………….. menggambarkan sosok seorang priyayi Embah Kakung ingin melihat ideal menurut Umar Kayam. Lantip keluarga besar ini tumbuh kukuh, menjadi seorang yang memiliki jasa kuat, dan berisi galih, lapisan kayu yang sangat besar di dalam keluarga yang peling dalam dan keras. Sastrodarsono. Setiap kali masalah Adapun galih, bagian kayu yang muncul di dalam keluarga peling dalam dan keras yang ingin Sastrodarsono, Lantip menjadi penasihat beliau kembangkan dan tumbuhkan dan pencari solusi atas masalah-masalah itu adalah semangat, nilai tersebut. Cerita berakhir pada saat mengabdi dari priyayi kepada Ndoro Guru Sastrodarsono meninggal. orang banyak, kepada masyarakat Saat upacara pemakaman Sastrodarsono, luas. Sebagai keturunan petani Lantip berpidato, yang isinya menjadi desa, beliau ingin memulai usaha intisari sekaligus kesimpulan dari buku untuk ikut mengisi memberi bentuk Para Priyayi ini. Pidato Lantip seperti bentuk sosok semangat priyayi itu teks di bawah ini. suatu kerja raksasa yang selama ini hanya boleh dikerjakan oleh ASSALAMUALAIKUM mereka yang dianggap berdarah warohmatullahi biru. Embah Kakung ingin ikut wabarokatuh,………….. memberi warna mosaik semangat Barulah waktu Allah subhanahu itu kepada dengan menitik wataalla mengirimkan lagi beratkan perluasan kemung-kinan sasmita-Nya lewat Embah Kakung pendidikan wong cilik agar kelak yang memerin-tahkan untuk wong cilik itu ikut pula menentukan membagi-bagi pohon nangka yang warna semangat priyayi itu.Para roboh itu kepada siapa sajayang hadirin,…. (Para Priyayi, hlm.305- membutuhkannya. Saya mulai 307). paham makna sasmita Allah itu. Embah kakung pamit berjalan ke Wage, alias Lantip, merupakan rahmatullah dengan membagi seorang tokoh yang paling besar jasanya warisan yang berupa semangat dalam mengungkapkan pendapat Umar kerukunan dan persaudaraan Kayam tentang makna kata priyayi. kepada anak dan cucu serta Lantip adalah sosok Umar Kayam di cicitnya. dalam buku. Tokoh tersebut adalah ……………………………………….. sebuah sarana bagi Umar Kayam untuk Beliau menganggap semangat mengekspresikan pendapatnya. Ia adalah
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 268
seorang anak haram dari keponakan jauh Sastrodarsono kemudian Sastrodarsono, tetapi, Umar Kayam menikah dengan Siti Aisah (Dik menjadikannya seorang pahlawan di Ngaisah) adalah anak seorang priyayi, dalam Para Priyayi. Lantip adalah Paman Mukaram. Dari pernikahan ini gambaran Umar Kayam akan priyayi dikaruniai tiga orang anak, yaitu : Ndoro sejati sebagai seorang yang memiliki Noegroho, Ndoro Hardoyo, Ndoro Den semangat “Pengabdian kepada Ajeng Soemini. masyarakat banyak, terutama kepada Pilihan Kosa kata Belanda juga wong cilik, tanpa pamrih kecuali banyak ditemukan dalam novel Para berhasilnya pengabdian itu sendiri” dan Priyayi. Kehadiran kosa kata untuk “Warna semangat kerakyatan”. memperjelas latar kejadian dalam novel. Sebaliknya pilihan kata seperti: Cerita dalam novel Para Priyayi Embah Sastrodarsono, Embah Putri, digambarkan pada zaman penjajah Ndoro Guru Kakung, Ndoro Guru Putri, Belanda, Jepang, zaman pemberontakan Ndoro Noegroho, Ndoro Hardoyo, PKI Madiun dan sesudahnya..Kosa kata Ndoro Den Ajeng Soemini, Raden Belanda terdapat pada kutipan berikut. Harjono Cokrokusumo, Den Ngadiman, Doro Seten, Romo Seten, Ndoro Anak-anak kami, kami masukkan ke Wedono, Para Priyagung, dipakai untuk sekolah HIS, sekolah dasar untuk nama tokoh-tokoh para priyayi atau anak-anak priyayi, karena sekolah pegawai di zaman Belanda yang hidup ini diadakan untuk menyiapkan di kota yaitu Wanagalih. priyayi-priyayi gupermen. Anak- Diksi untuk penamaan tokoh anak yang bersekolah di situ akan digunakan untuk menampilkan latar, diajar bahasa Belanda,…..dapat yaitu latar desa (bukan priyayi) dan latar meneruskan di MULO, AMS, atau kota (priyayi). Dengan demikian, unsur sekolah guru menengah , seperti unsur diksi mempunyai relasi dengan sekolah-sekolah Normaal, tokoh dan latar. Sebagaimana prinsip Kweeksekul, dan sebagaimya.(Para strukturalisme. Sebagaimana tampak Priyayi, hlm.52). dalam kutipan berikut. Kosa kata Jepang juga kita jumpai dalam novel Para Priayi dan Hari itu saya, Soedarsono, anak langsung diikuti makna dalam bahasa tunggal Mas Atmokasan, petani Indonesia seperti dalam kutipan berikut. dari Kedungsimo, pulang dari Ternyata saya tidak seberani Madiun dengan berhasil Bapak yang menolak untuk mengantongi beselit guru bantu di menjalani upacara saikere kita ni Ploso. Guru bantu. Itu berarti muke, membungkukkan dalam- sayalah orang pertama dalam dalam ke arah utara. Juga perintah keluarga besar kami yang berhasil agar setiap pagi kami bersama menjadi priyayi,meskipun priyayi semua murid harus melaksanakan yang paling rendah taiso, gerak badan. (Para Priyayi, tingkataanya..(Para Priyayi, hlm. hlm. 177). 29). b. Pemanfaatan Sinonim
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 269
Pemanfaatan sinonim banyak Kedungsimo dipindah tugaskan ke digunakan dalam novel para Priyayi, daerah yang sangat tandus dan gersan di seperti tampak pada kutipan berikut. kaki Pegunungan Kendeng. Peristiwa ini menunjukkan kesewenang-wenangan Dik Ngaisah (Siti Aisah), pemerintah Hindia Belanda terhadap alhamdulillah, adalah istri seperti para priyayi yang tidak loyal. yang saya harapkan semula. Ia 2) Pemendekan Kata adalah perempuan yang, agaknya, Pemendekan kata bisa dilakukan memang sudah disiapka orang dengan cara menghilangkan imbuhan tuanya untuk menjadi isytri priyayi untuk kelancaran ucapan, menurut yang mumpuni, lengkap akan Pradopo (1983:101) digunakan untuk kecakapan dan memperoleh irama yang menyebabkan keprigelannya.(Para Priyayi, hlm. liris. seperti kutipan berikut: 45). “I-iya, Kamas.” c.Morfologi “Bagaimana dengan keadaan Jeng Proses morfologis ialah proses Sastro dan anak-anak? Semua baik perubahan bentuk dasar dalam rangka bukan?(Para Priyayi,hlm.55). pembentukan kata baru (Soegijo, 3) Penggunaan Bentuk Ulang 1989:18-200). Hal ini dilakukan untuk Gabungan kata yang berupa tujuan tertentu seperti ingin kesan pengulangan kata dapat memberikan estetis. Penyimpangan dalam bentuk efek penyengatan atau melebih-lebihkan dasar antara lain: (Pradopo 1993:108). Hal ini tampak 1) Penyimpangan Bentuk Dasar dalam kutipan berikut. Penggunaan bentuk dasar dari “Sastro ….Semua itu usaha saya kosa kata bahasa Jawa banyak bersama pangreh praja maju ditemukan. Dalam novel Para Priayi, lainnya untuk membangun priyayi tampak dalam kutipan sebagai berikut. maju, bukan priyayi yang “ Ah, tidak apa-apa Dimas dan dikemudian hari kepingin jadi raja Jeng Sastro. Kami terima ini kecil yang sewenang-wenang dengan ikhlas. Kami terima ini terhadap wong cilik. Ini monyet- sebagai cobaan dari Tuhan. monyet seperti School Opziener Mungkin Tuhan ingin menjajal dan mantri polisi dan entah tilik- ketabahan saya untuk bertapa di tilik, spiun-spiun, picisan yang Gesing. ”(Para Priyayai, hlm. 65). mana lagi dengan upah berapa Kata menjajal berasal dari kata gulden jadi tega melapor-laporkan dasar jajal yang mendapat prefiks me-. bangsa sendiri, yang bikin rusak Kata jajal berasal dari kata Jawa ( semua usaha kami. (Para Priyayi, Sudarmanto, 2008:99). Dalam bahasa hlm. 61-63). Indonesia kata jajal adalah coba, 4) Fraseologi menjajal berarti mencoba. Makna yang Dalam subbab fraseologi tersirat dalam kata menjajal dalam teks ini,yang dibahas adalah persoalan tersebut adalah, bahwa Mas ungkapan khas. Dalam novel Para Martoatmojo seorang kepala sekolah di Priyayi banyak ditemukan ungkapan
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 270
khas yang berasal dari bahasa Jawa dan membawa serta hasil bumi kami bahasa Arab. yang terbaik seperti uwi hitam a.Ungkapan Khas dari Bahasa Jawa yang tekenal mempur dan Ungkapan khas digunakan oleh meduk, ubi jalar dan singkong, pengarang sebagai sarana pengungkapan ketan putih dan ketan hitam, ajaran moral yang bersifat tentu saja ,menurut basa-basi relegius.Ungkapan itu tampak seperti yang lazim, kami tidak kutipan berikut. mengatakan hasil bumi itu buat Dalam kesukan itu kami juga sering mereka, tetapi buat sekedar mempertanyakan macam-macam nyamikan para pembantu di hal. Tentang sangkan paraning belakang. (Para Priyayi,hlm, dumadi…. (Para Priyayi,hlm.85). 68). Ungkapan sangkan paraning dumadi, mengandung makna ajaran b.Kalimat Pendek moral yang relegius yaitu agama Islam Pilihan penggunaan kalimat yang sangat tinggi, bahwa manusia itu pendek mempunyai efek kesederhanaan datangnya dari mana dan hendak tampak dalam kutipan berikut. kemana kita ini menuju. b.Ungkapan Khas Bahasa Arab “Nandar! Ayo cepat ke sini!””(Para Priayai, hlm. 73- Dik Ngaisah, alhamdulilah, adalah 74). istri seperti yang saya harapkan semula. Ia adalah perempuan yang 3.Deskripsi Gaya Bahasa Kiasan agaknya, memang sudah disiapkan (Figuratif) Priyayi Karya Umar orang tuanya untuk menjadi istri Kayam. priyayi yang mumpuni, lengkap a.Gaya Bahasa Personifikasi akan kecakapan dan keprigelannya. Gaya personifikasi mengiaskan (Para Priyayi, hlm. 45). benda-benda mati yang diandaikan hidup 2. Deskpripsi Gaya Kalimat dalam atau berbuat seperti manusia. Seperti Novel Para Priyayi Karya Umar kutipan berikut. Kayam Wanagalih adalah sebuah ibu kota a.Kalimat Panjang kabupaten. Meskipun kota itu suatu Kalimat panjang biasanya suatu ibu kota lama yang hadir digunakan oleh para penyair yang sejak pertengahan abad ke-19, kota beraliran romantik (Jassin, 1959:29) itu nampak kecil dan begitu-begitu dipilih untuk melukiskan kejadian saja. Seakan-akan usianya yang tua sejelas–jelasnya. Sebagaiamana tampak itu tidak memberikan kesempatan pada kutipan berikut. untuk tumbuh dan berkembang.Tentu pohon-pohon Kami pun lantas berkirim surat asem yang besar dan rindang yang kepada mereka lewat seorang berderet sepanjang jalan raya yang utusan yang dengan sendirinya
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 271
membelah kota itu. (Para Wanagalih adalah sebuah ibu kota Priyayi,hlm.1). kabupaten. Meskipun kota itu suatu suatu ibu kota lama yang hadir b.Gaya Bahasa Simile (Asosiasi) sejak pertengahan abad ke-19, kota Desa Kedungsimo yang penuh itu nampak kecil dan begitu-begitu dengan persawahan yang luas saja. Seakan-akan usianya yang tua digambarkan dengan majas Simile itu tidak memberikan kesempatan seperti satu lautan hijau yang luas. untuk tumbuh dan Tampak pada kutipan berikut. berkembang.Tentu pohon-pohon asem yang besar dan rindang yang sawah-sawah itu jadi kelihatan berderet sepanjang jalan raya yang berombak-ombak seperti satu lautan membelah kota itu. (Para hijau yang luas.Itulah sawah-sawah Priyayi,hlm.1). Pak Lurah, Pak Carik, Pak Jagabaya, Ndoro Seten Citraan warna setempat atau Kedungsimo, barulah sawah-sawah lokal (local color) dipakai sebagai alat petan-petani kecil seperti bapak kepuitisan untuk mencapai kekonkritan saya. (Para Priyayi, hlm. 31 sehingga cerita seolah-olah menjadi nyata dan ada. Seperti tampak pada b.Gaya Bahasa Metafora kutipan berikut.
Saya diangkat menjadi kepala Waktu tiba di Wanagalih sesudah
sekolah menggantikan Mas berlibur sekian lama di Jogorogo Martoatmodjo yang dipindah ke dan Kedungsimo, saya mendapat sekolah desa Gesing. Gesing! Itu surat beslit itu.Saya diangkat adalah suatu daerah yang cengkar, menjadi kepala sekolah tandus, tanahnya keras, pecah- menggantikan Mas Martoatmodjo pecah, berbongkah- bongkah, yang dipindah ke sekolah desa terpencil di kaki pegunungan Gesing. Gesing! Itu adalah suatu Kendeng. Mas Matoatmodjo daerah yang cengkar, tandus, disingkirkan ke neraka yang begitu tanahnya keras, pecah-pecah, mengenaskan.(Para Priyayi, hlm. berbongkah- bongkah, terpencil di 65). kaki pegunungan Kendeng. (Para Priyayi, hlm. 65). 4. Deskpripsi Citraan dalam Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam. Citraan Pendengaran (auditory Citraan penglihatan (visual imagery) yaitu bentuk citraan yang imagery) yaitu citraan yang ditimbulkan ditimbulkan oleh indra pendengar. oleh alat penglihatan. Citraan Seperti pada kutipan berikut. penglihatan banyak ditemukan sebagaimana tampak dalam kutipan Hari sudah mendekati senja, para berikut. pembantu dalem setanan sudah mulai menyiapkan minyak untuk dinyalakan. Ayam jantan
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 272
dikurungan sudah agak lama pemerintah atau pengikut PKI berhenti berkokok, diganti oleh Muso.(Para Priyayi). suara cengkerek dan sekali-sekali kodok di sawah mulai bernyanyi c.Gaya bahasa Repetisi memanggil sehutan kawan- kawannya. (Para Priyayi, hlm.63). “Wah, ya ini, Ndoro Mantri Guru, Wargo Wanalawas pada tumpek 5. Deskpripsi Sarana Retoris dalam blek ingin melihat wajah Ndoro Novel Para Priyayi Karya Umar Mantri. Sudah lama sekali tidak ada Kayam priyagung Wanagalih yang datang Penggunaan sarana retoris ke sini. Kami harap Ndoro Mantri ternyata mendominasi semua bagian sehat-sehat tidak kurang suatu cerita sehingga mempunyai efek dalam apa”. (Para Priyayi,hlm.102-103). keseluruhan cerita. Kebanyakan sarana retoris digunakan untuk menghidupkan Jadi dapat disimpulkan tokoh cerita. penggunaan sarana retoris pada teks novel para priyayi menimbulkan a.Gaya bahasa Antitesis keindahan atau efek estetis dan mempunyai relasa (relasional) dengan Sore-sore pada waktu udara alur cerita. Wanagalih menjadi sedikit teduh dan adem, suasana di alun-alun itu SIMPULAN DAN SARAN sangatlah seronoknya, orang-orang, Hasil penelitian Pertama kajian laki perempuan, suami istri, anak- fungsi gaya bahasa pada tataran pilihan anak muda, anak-anak kecil pada kata (unsur-unsur diksi) mempunyai duduk-duduk menghirup udara relasi dengan tokoh dan latar. segar di atas rumput sambil makan Sebagaimana prinsip strukturalisme, kacang dan minum wedang cemoe. yaitu adanya relasional antarunsur, (Para Priyayi, hlm. 4). relasional antarunsur gaya bahasa (dalam hal ini diksi), relasional antar b.Gaya bahasa Hiperbola tokoh, dan relasional antarlatar. Kedua, kajian gaya kalimat yaitu kalimat Namun suasana damai di alun-alun panjang digunakan pengarang terutama itu sekali peristiwa sempat juga untuk menggambarkan suasana. bersimbah darah menjadi ajang melukiskan keadaan alam, atau pembantaian manusia. Pada waktu mendeskripsikan tokoh. Dan pilihan pemberontakan PKI Muso di penggunaan kalimat pendek mempunyai Madiun, kota Wanagalih sempat efek kesederhanaan. Ketiga, kajian gaya juga dilewati prahara itu. Para bahasa kiasan (Figuratif) yang sengaja algojo PKI bergantian jadwal diciptakan untuk memperoleh efek dengan algojo Siliwangi estetis untuk menggambarkan latar menyembelih mereka yang dianggap cerita. Keempat, Kajian citraan bahwa terbukti menjadi tokoh lokal aspek citraan atau image dalam dalam novel Para Priyayi terdapat citraan
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 273
penglihatan dan citraan warna setempat Kamus Besar Bahasa Indonesia.2005. (local color) digunakan untuk Jakarta: Balai Pustaka. menekankan latar cerita dan apek estetis Kasnadi & Sutejo. 2010. KajianProsa. Yogjakarta: Pustaka Felicha. sehingga pembaca seolah-olah Kayam, Umar. 1993. Para Priyayi melihatnya sendiri. Kelima, Dalam Sebuah Novel. Jakarta: Pustaka novel Para Priyayi sarana retoris Gtamedia. penggunaan sarana retoris pada teks Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya novel Para Priyayi menimbulkan bahasa. Jakarta: Gramedia keindahan atau efek estetis dan Pustaka. mempunyai relasi (relasional) dengan Mangunsuwito, S.A.2007. Kamus Lengkap Bahasa Jawa; Jawa- alur cerita. Jawa; Jawa- Peneneliti tesis ini mengharapka Indonesia; Indonesia-Jawa. agar pembaca lebih memahami dan Bandung: Yrama Widya. menghargai karya sastra, karena di Pradopo, Rachmad Djoko. 2005. dalam karya sastra selain pengarang Beberapa Teori Sastra, Metode, menggunakan sarana gaya bahasa yang Kritik, dan indah (stile) untuk memperoleh efek Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. tertentu, juga karya sastra mengandung Ratna, Nyoman Kutha.2008. Stilistika pesan nilai-nilai moral kebenaran berupa Kajian Puitika Bhasa, Sastra, dan pengetahuan tetang manusia dan Budaya.Yogyakarta: Pustaka kehidupan yang dihadirkan pengarang. Pelajar. Bagi para guru dan dosen Ratna, Nyoman Kutha.2010. Metodologi program pendidikan Bahasa dan Sastra Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu sosial Indonesia dapat merekomendasikan Humaniora pada Umumnya. sebagai salah sau refrensi sastra yang Yogyakarta: Pustaka Pelajar. mendidik yang harus dibaca oleh siswa Sariban. 2009. Teori dan Penerapan maupun mahasiswa. Penelitian Sastra. Surabaya: Lentera DAFTAR RUJUKAN Cendekia. Sudarmanto. 2008. Kamus Lengkap Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Bahasa Jawa; Jawa-Indonesia; Karya Sastra. Bandung: Sinar Indonesia Baru. Jawa. Semarang: Widya Karya. Arifin, Zaenal. 2010. Metodologi Suprianto, Teguh. 2011. S Stilistika Penelitian Pendidikan Filosofi, dalam Prosa. Yogyakarta: Teori dan Aplikasi. Surabaya: Elmatera Lentera Cendekia. Publishing. http : // Lontar. Ui. Ac. Cd / opac / Sutejo. 2010.Stilistika Teori, aplikasi, & themes /libriz / detail. Jsp?id: Alternatif Pembelajaran. 71719 &-lokal. diakses tanggal 24 Yogyakarta: Oktober 2012. Pustaka Felicha. http : // phianz 1989. Blog spot.com// Welek, Rene & Warren, Austin. 012 /06 / budaya-priyayi-sebagai 1995.Teori Kesusasteraan. hasildialog.htm/ diakses tanggal Jakarta: Gramedia 24 Oktober 2012. Pustaka Utama.
NOSI Volume 2, Nomor 3, Agustus 2014 __________________________________Halaman | 274