Abstrak : penelitian ini bertujuan untuk Hardiansyah Abdi Gunawan dengan metode
mendeskripsikan dan menjelaskan : (1) kajian yang berbeda sebagai wujud
Penggunaan Gaya Bahasa berdasarkan Gaya pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
Bahasa retoris dalam Kumpulan Cerpen
Bahasa dan Sastra Indonesia, (2)
Hujan, Senja, Rindu, serta (2) Penggunaan
Gaya Bahasa berdasarkan Gaya Bahasa Bagipembacadan masyarakat umum
Kiasan yang ada dalam Cerpen Hujan, diharapkan dapat mengambil pelajaran
Senja, Rindu Karya Hardiansyah Abdi untuk di aplikasikan baik dalam lingkup
Gunawan, Penelitian ini menggunaan perkuliahan maupundalam lingkungan
penelitian deskriptif kualitatif dengan bermasyarakat.
pendekatan Stilistika Sastra.
Kata Kunci : Stilistika Sastra, Cerpen,
Hasil penelitian ini menunjukkan
Gaya Bahasa
bahwa: (1) penggunaan Gaya Bahasa
Retorika ditemukan `gaya Anastrof,
Aliterasi, Asonansi, Apofasis atau Preterisio,
Apostrof, Asidenton, Polisidenton, Kiasmus, PENDAHULUAN
Elipsis, eufemisme, litotes, Histeron
Proteron, dan Hiperbola, (2) Penggunaan Bahasa dan karya sastra merupakan
Gaya Bahasa Kiasan ditemukan Gaya
Personifikasi, Metafora, dan Simile. satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
Sumber data dalam Penelitian ini karena karya sastra merupakan persoalan
adalah Cerpen Hujan, Senja, Rindu dengan
tiga belas cerita diantaranya adalah Langit yang menggunakan bahasa, seperti itulah
Senja Bulan Mei, Lelaki dan Perempuan
Yang Bercakap di Sebuah Taman, Tentang Hardiansyah Abdi Gunawan dalam karyanya
Dua Gelas Kopi Yang Terisi Setengah dan
Lain-lain serta Untukmu Kekasihku Mey. tidak memisahkan antara Hujan, Senja, Dan
Saran yang dapat di simpulkan
Rindu karena ketiga bagian ini merupakan
berdasarkan kesimpulan tersebut, (1) bagi
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra suatu momen yang bermakna. Karya sastra
Indonesia, diharapkan dapat mengkaji dan
meneliti cerpenHujan, Senja, Rindu Karya tersusun atas teks-teks yang
merupakan hasil ciptaan pengarang ide-ide atau gagasan-gagasan serta dapat
yang di peroleh dari ide-ide hasil menimbulkan efek bagi pembaca apabila
sebuah karya sastra, pengarang memiliki ciri oleh penulis termasuk cerpen, yang menjadi
khas masing-masing antara pengarang yang pisau bedah untuk meneliti persoalan gaya
satu dengan lainnya, inilah yang di sebut bahasa seorang pengarang dalam sebuah
dengan gaya bahasa dalam Kamus Besar karya sastra adalah stilistika.
sebagai alat komunikasi antara pengarang bahasa (stile), pengarang kerap menuangkan
dan pembaca serta gaya bahasa sebagai berbagai makna yang harus didalami yang
pelengkap, dan pemberi warna dalam mampu membuat pembaca larut memaknai
berkomunikasi tidak sah apabila dalam karya sastra tersebut seperti menulis dengan
menciptkan karya sastra para pengarang menggunakan kata-kata yang romantis dan
tidak memberi kesan yang imajinatif agi mampu menjadikan pembaca larut dalam
pembaca dengan memperhatikan wujud dari karyanya mellui gaya bahasa yang
bahasa tersebut. Gaya bahasa merupakan dipergunakan oleh pengarang. Itulah salah
cermim jiwa dan kepribadian seseorang, satu kelebihan Hardiansyah Abdi Gunawan
semakin baik gaya bahasa seorang sebagai penulis Makassar yang membuat
pengarang, semakin baik pula penilaian penliti tertarik dalam meneliti cerpen dengan
mampu memahami dan mampu menangkap bahwa gaya bahasa (style) termasuk unsur
struktur karya sastra karena baasa berfungsi adalah gaya bahasa berdasarkan sarana
menghidupkan kalimat dan memberi ruang retorika dan gay bahasa kiasan. Hal ini
gerak bagi kalimat, serta menimbulkan termasuk ke dalam gaya bahasa berdasarkan
Penggunaan gaya bahasa dalam sebuah pengarang kerap kali menyiasati bahasanya
karya sastra bergantung pada situasi dan dengan menyusun kalimat dengan cara
kondisi pengarang pada saat itu, di sengaja tertentu yang dapat menimbulkan efek bagi
atau tak di sengaja semua ide hadir hadir pembaca sesuai dengan gaya bahasa yang
dari buah pikiran pengarang yang ditulis. Melalui bahasa kiasan, pengarang
dipengaruhi oleh hati nurani yang apabila di bisa menyembunyikan maksud yang
bungkus dengan gaya bahasa akan semakin sebenarnya dari sebuah karya sastra.
indah hasilnya, salah satu ilmu yang terkait Hubungan antara gaya bahasa( stilistika)
tentang gaya bahasa adalah stilistika. dan karya sastra membuat peneliti merasa
bahwa stilistika dan gaya bahasa (style) cerpen dengan menggunakan kajian
saling terkait dan tidak bisa dipisahkan satu stilistika. Salah satu penulis yang
sama lain, jika diindonesiakan stilistika menuangkan banyak gaya bahasa ke dalam
bahasa karena stilistika menaungi segala Gunawan dengan judul Hujan, Senja, Rindu.
tersebut yang paling menonjol dan paling A. Jenis dan Desain Penelitian
Karya Hardiansyah Abdi Gunawan. Salah Jenis penelitian yang menjadi objek
satu contoh kalimat dalam cerpenya yang pengamatan dalam penelitian ini adalah
berjudul Langit senja bulan Mei yang analisis penggunaan gaya bahasa yang
sifatnya deskriptif kualitatif. Maksud dari 2. Cerpen merupakan salah satu bentuk
deskriptif kualitatif ialah memberikan prosa naratif fiktif yang tergolong ebagai
gambaran, pemaparan, atau penjelasan karya sastra yang dapat memaparkan kisah
berlandaskan pada hasil dari interpretasi atau cerita mengenai manusia erta seluk
terhadap cerpen Hujan, Senja, Rindu Karya beluknya lewat tulisan pendek atau singkat.
Yang menjadi fokus penelitian dalam ruang gerak bagi kalimat serta menimbulkan
penggunaan gaya bahasa kiasan serta efek tanggapan dan pikiran pembaca.
performance kebahasaan.
Agar aspek-aspek permasalahan
D. Data dan Sumber Data
yang ada dalam penelitian menjadi jelas
1. Data
perlu didefinisikan secara baik yang
disajikan sebagai hasil analisis data. Peneliti memulai dari beberapa tekhnik yaitu
bahasa yang terdapat dalam kumpulan berdasarkan gaya bahasa retoris dan gaya
cerpen Hujan, Senja, Rindu Karya bahasa kiasan serta efek yang ditimbulkan
Untuk meyakinkan keabsahan data, keempat dari enam gaya bahasa yang
mengkonstruksi konsep data secara lebih buku dari Burhan Nurgiantoro dengan judul
jelas di tengah perjalanan kegiatan penelitian Stilistika yang terbit padaTahun 2016.
dalam kumpulan cerpen Hujan, Senja, Rindu gaya bahasa kiasan yang ditemukan dalam
karya Hardiansyah Abdi Gunawan. Di cerpen Langit Senja Bulan Mei adalah
“ kini langit bulan mei dialami sang tokoh dalam kutipan dari gaya
kembali seperti Sembilan
tahun langit bulan mei yang bahasa tersebut. Pada gaya bahasa
lalu, di mana aku harus
bertemu dan berpisah di personifikasi dapat pula ditemui pada
waktu yang hampir
bersamaan, saat cahaya kalimat dari kutipan kedua berikut.
senja melambai pada diriku
sebelum sejengkal ia menuju “……. genangan-genangan
peraduannya” (LSBM,
2016:15). sisa hujan tadi tak mau kalah
Pada kutipan di atas gaya
mencaci, menghardik, dan tertawa”
personifikasi terdapat pada kutipan saat
(LSBM, 2016:16).
cahaya sen ja melambai pada diriku
Pada kutipan di atas terdapat gaya
sebelum sejengkal ia menuju peraduannya.
personifikasi pada kalimat …..tak mau kalah
Kutipan ini seolah-olah menyamai manusia
mencaci, menghardik, dan tertawa. Pada
yang mampu melambaikan tangannya
kalimat ini seolah-olah hujan mampu
terhadap orang lain sementara di sisi lain
melakukan aktifitas seperti manusia biasa ini
cahaya hanya mampu bersinar dan tak
dibuktikan pada kata mencaci, menghardik,
mampu melambai seperti manusia, kata
bahkan tertawa bak manusia yang
melambai artinya sebuah bahasa tangan
menghina, sedangkan di sisi lain hujan tak
yang digerakkan untuk memanggil atau
mampu melakukan aktifitas seperti manusia
memberi kode pada orang yang kita
biasa tetapi hujan turun untuk membasahi
butuhkan. Efek yang ditimbulkan dari
manusia, hewan, bumi, tumbuhan dan masih
penggunaan gaya bahasa personifikasi
banyak lagi hal-hal lainnya. Maksud dari
adalah efek kejelasan kepada pembaca
pernyataan kalimat ini adalah bahwa
bahwa kita tak selamanya akan bersama
genangan-genangan hujan tersebut adalah tersebut subjek di taruh di tengah kalimat
saksi perjuangan cintanya. Pada kutipan di sehingga ada kesan pembalikan susunan kata
atas terdapat unsur kelucuan, pembaca akan dalam kalimat, yang seperti biasanya subjek
tertawa bersama genangan hujan yang dalam kalimat dipakai pada awal kalimat.
LANGIT SENJA BULAN MEI harapan di bulan mei. Pada saat itu tepatnya
susunan kata yang biasa dalam kalimat. hanya mengawetkan wajahnya dalam foto
Penggunaan gaya bahasa Anastrof pada pada sebuah almanac dikamarnya dan
cerpen langit senja bulan mei dapat dilihat selama itupun hanya mampu memandangi
“ Aku tersenyum sinis pada dengan sosoknya, dan ketika hujan turun
diriku sendiri, betapa kasihannya
aku yang bertahun-tahun setiap yang begitu romantic menawarkannya pil
bulan mei harus dipaksa kembali ke
masa lalu” (LSBM, 2016:12). penenang dan berpikir untuk bertemu
Pernyataan gaya bahasa anastrof pada
dengan wajah yang ada dalam foto pada
kutipan di atas terdapat pada
almanaknya di langit senja sembilan belas
kalimat….,betapa kasihannya aku yang
bulan mei yang sekarang. Dari penggunaan
bertahun-tahun setiap bulan mei harus di
gaya bahasa anastrof adalah efek kasihan
paksa kembali ke masa lalu, pada kalimat
pembaca kepada sang tokoh karena harus menggantikan kata hampir gila yang
menyimpan harapan yang begitu dalam di mengandung arti ingatan yang kurang sehat
setiap bulan mei. atau gangguan saraf, kata tidak waras ini
Eufemisme atau eufemismus adalah terdengar lebih halus, tidak kasar, dan tidak
semacam gaya bahasa yang berupa menyinggung perasaan orang lain. maksud
ungkapan-ungkapan yang halus untuk pikiran hampir tidak sehat atau kata lain
menggantikan acuan-acuan yang mungkin hampir gila. Pembaca akan tertawa apabila
eufemisme pada cerpen langit senja bulan Ellipsis adalah suatu gaya yang
mei dapat dilihat pada kutipan berikut. berwujud menghilangkan suatu unsur
anakoluton karena menghilangkan kata di bahasa asidenton dapat kita lihat pada
memperhatikanmu ketika kau telah lama dapat kita lihat pada penyususnan
depan taman tersebut, namun penulis tidak namun dihubungkan satu sama lain tanpa
mampu menegaskannya atas dasar karena ada kata penyambung, seperti pada kata
kegelisahannya yang tak berwujud atau mencaci, menghardik, dan tertawa yang
dengan menghilangkan kata aku pada Litotes adalah semacam gaya bahasa
kalimatnya atau dengan kata lain sang tokoh yang dipakai untuk menyatakan sesuatu
penggunaan kalimatnya dapat kita lihat pada adalah kunci ketentraman jiwa.
lain, bagaimana ia mampu tertawa untuk koreksio atau epanortosis, hal ini dapat
menutupi segala kesuraman jiwanya, dibuktikan pada kalimat hujan yang turun
berpura-pura tertawa padahal disisi lain ini banyak pula memberi jawaban. Pada
sedang bersedih, kesabaran sang tokoh kalimat ini menegaskan ia yakin bahwa
mampu menutupi segala kesedihannya hujan yang turun dari langit membawa
dapat diterimah dari penggunaan gaya memperbaiki dengan kalimat tak mungkin ia
jawaban untuk makhluk hidup misalnya, yang gila bahkan rindu itu hampir
tumbuhan yang kekeringan, mnusia yang membuatnya tidak waras, sedangkan rindu
mengeluh kepanasan, sawah yang itu akan hadir ketika kita kehilangan dan
ini adalah bahwa suasana percakapan itu dengan manusia yang mampu memeluk
dimulai pada malam hari ditengah malam tubuh, sementara angin hanya mampu
yang gelap segelap mata hitam mereka menerbangkan daun-daun kering. Maksud
disaksikan oleh dedaunan yang gugur serta dari kutipan di atas bahwa suasana sangat
suara burung hantu. Selanjutnya penggunaan dingin pada malam itu karena angin yang
gaya bahasa metafora pada kutipan di atas beterbangan pun menjatuhkan dedaunan
menimbulkan efek sedih karena pembaca pohon yang berdiri di taman itu.
Gaya personifikasi adalah gaya yang Adapun gaya bahasa retoris yang
meyamakan antara benda mati hidup ditemukan dalam cerpen lelaki dan
layaknya manusia biasa, hal ini dapat kita perempuan yang bercakap di sebuah taman
anastrof karena membalikkan kata aku yang Gaya eufemisme adalah semacam
berada di tengah kalimat, seperti biasanya gaya yang tujuannya untuk mengungkapkan
subjek kata aku,dia, kami, mereka dan sesuatu dengan cara yang lebih halus, tidak
kalimat, ini dapat dibuktikan pada kalimat lain. pada cerpen lelaki dan perempuan yang
malam di taman ini. Maksud dari kutipan kutipannya dapat kita lihat sebagai berikut.
gaya pleonasme terdapat pada kata ialah kalimat sebelumnya. Gaya ellipsis pada
ia….pada kata ini seolah mempergunakan kutipan di atas dapat kita lihat pada
kata lebih banyak dari yang diperlukan dan kalimat…… ada yang lebih tabah dari hujan
mengandung maksud yang sama bahwa bulan juni ternyata!.......ialah ia yang terus
Gaya ellipsis adalah semacam gaya dengan sabar menyanyangi, setia kepada
bahasa yang bertujuan untuk menghilangkan kekasihnya dalam memelihara dan menjaga
unsur yang dengan mudah dapat diisi atau cintanya, melalui makna dari pembacaan
kutipan di atas dapat menimbulkan adanya dipertentangkan satu sama lain seperti
motifasi cinta dan kasih sayang bagi contoh dalam kalimat …..mata bening di
pembaca sebab mengajarkan pembaca tengah malam yang hening. Kata bening
bagaimana sabar dan tabah dalam hal dengan hening sifatnya dipertentangkan
mencintai karena sejatinya cinta adalah dengan hal lainnya sedangkan susunan frasa
bagaimana kita mampu menjadi yang setia. serta klausanya seakan terbalik. Makna
semacam acuan atau gaya bahasa yang yang larut itu hanya menyisahkan kesepian
terdiri dari dua bagian, baik frasa atau dan air mata.
dipertentangkan satu sama lain tetapi Gaya perifrasis adalah gaya yang
susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila hampir mirip dengan gaya pleonasme, yaitu
dibandingkan dengan frasa atau klausa mempergunakan kata lebih banyak dari
lainnya. Adapun yang termasuk gaya bahasa yang diperlukan. Perbedaannya terletak
kiasmus dapat kita lihat pada kutipan dalam hal bahwa kata-kata yang
“ …….Malam hening, hanya dengan satu kata saja. Adapun gaya bahasa
suara dedaunan yang terbawa angin
bercampur suara burung hantu, perifrasis dapat kita lihat dalam kutipan
mata hitam itu bening di tengah
malam yang hening” (LDPYBDST, kalimat berikut.
2016: 37)
Pada kutipan di atas termasuk gaya “ Mungkin karena lelaki itu
telah tiada, lelaki itu meninggal
bahasa kiasmus baik frasa maupun setelah tertabrak mobil truk ketika
menyeberang jalan mengira
klausanya memiliki sifat berimbang dan kekasihnya telah datang dari
rantauannya dan menemuinya di
sebuah taman” (LDPYBDST, sebuah Taman dapat kita lihat dalam
2016:36).
Kutipan di atas termasuk gaya kutipan kalimat berikut.
tujuan untuk menggantikan kata mati, hiperbola karena melebih-lebihkan kata dan
hilang, lenyap, habis, tidak ada dan kata yang berlebihan itu dapat kita temui
halus dan tidak kasar terdengar ditelinga. paru-paru ketika kau mendadak tersedak
Makna pada kutipan di atas adalah bahwa oleh entah apa dan segalanya menjadi
lelaki itu telah meninggalkan dunia sebelum terasa lega. Pernyataan tersebut sangat
Gaya hiperbola adalah semacam gaya sehingga membuatnya menjadi terasa lega.
bahasa yang bertujuan untuk melebih- Maksud dari pernyataan tersebut adalah
lebihkan kata atau pernyataan yang bahwa seseorang telah memberimu cinta
mengandung unsur berlebihan. Adapun dan kasih sayang dan rasa itu seakan telah
yang termasuk gaya hiperbola pada cerpen menembus mata hati dan pikiranmu hingga
cukup tanpa air mata, karena seorang lelaki pada cerpen Tentang Dua Gelas Kopi Yang
terkadang tak paham dengan hati dan Terisi Setengah Dan Lain-lain dapat kita
pikiran perempuan. Dalam kalimat ini jelas lihat pada kutipan berikut.
bahasa kiasan yang menggambarkan benda- terdapat pada kata menusuk. Kata menusuk
benda mati atau barang-barang yang tidak mengandung arti bahwa tangan yang sedang
Personifikasi merupakan corak khusus dari berupa makanan atau hal-hal lain. makna
metafora, yang mengiaskan benda-benda dari pada kalimat di atas bahwa angin
seperti manusia. Adapun kutipan yang ketidaknyamanan bagi sang tokoh sebab
termasuk gaya bahasa personifikasi dalam angin musim kemarau menurutnya banyak
cerpen Tentang Dua Gelas Kopi Yang Terisi merusak lingkungan. Dari pemaknaan ini
Setengah Dan Lain-lain adalah dapat kita pembaca akan turut merasakan keresahan
lihat dalam kalimat berikut. sang tokoh kepada angin musim kemarau.
kutipan berikut.
b. Eufemisme
dalam kalimat, ini dibuktikan pada kalimat dirasakan menghina, menyinggung perasaan
penasaran aku dibuatnya. Subjek kata aku menyenangkan. Penggunaan gaya bahasa
sebagai bukti pembalikkan kata karena eufemisme pada cerpen Tentang Dua Gelas
subjek yang biasa dalam kalimat itu di taruh Kopi Yang Terisi Setengah Dan Lain-lain
di depan kalimat namun pada gaya anastrof dapat dilihat pada kutipan berikut.
dan sebagainya sehingga penekanan katanya hiperbola karena melebih-lebihkan kata, hal
tidak kasar dan terkesan lembut terdengar di ini terdapat pada kalimat ceruk matanya
telinga, maknanya bahwa seakan ada sesuatu yang dalam dan hitam seakan menyimpan
yang diterbangakan daun yang gugur sebuah rahasia, makna kutipan ini bahwa
itu yang membuat bibirnya bergetar seakan sepasang bola matanya sangat indah
bahasa hiperbola pada cerpen Tentang Dua Gaya ellipsis merupakan gaya yang
Gelas Kopi Yang Terisi Setengah Dan Lain- berwujud dengan menghilangkan suatu
lain dapat dilihat pada kutipan berikut. unsur kalimat yang dengan mudah dapat
yang sama pada kalimat sebelumnya, hal ini Pada kutipan di atas termasuk ke
makna dari kutipan tersebut bahwa setiap berusaha membuat pemutusan kalimat pada
mengikutinya sebab dimana ada tawa maka melanjutkannya dengan cara emosi, gaya
dibaliknya terdapat pula tangisan. oposiopesif ini adalah lanjutan dari pada
Untukmu Kekasihku, Mey dapat kita lihat Gaya metafora merupakan gaya bahasa
bahasa simile. Yaitu kata bak, seperti, membuat pembaca turut bersedih karena
sebagai, semisal, seumpama, dan kerinduan sang tokoh akan sosok Mey yang
sebagainya. Penggunaan gaya bahasa tak lagi ada kabar dan tak lagi ada untuknya.
menciptakan makna denotasi pada cerpen “ Apa kau tak bisa menulis
Mey! Di mana tangan lembutmu
sehingga pembaca lebih mudah memahami yang senantiasa memelukku, seperti
kurindu hangatnya malam ini”
makna dari kata air dan mata. Kata air mata (UKM,2016: 71).
Pada kutipan di atas termasuk gaya
ialah sebutir air yang jatuh dari pelupuk
personifikasi karena mempersamakan antara
mata yang didukung oleh suasana hati yang
kata malam dibuat seperti manusia biasa
suram atau ketika seseorang merasa
yang mampu memberikan kehangatan
bersedih dan kehilangan maka air mata
sedangkan kenyamanan itu ada pada diri kita
adalah kunci melepas segalanya. Makna dari
sebagai manusia biasa yang mampu mencari
kutipan cerpen Untukmu Kekasihku, Mey
sisi dari kenyamanan meski tidak kepada
suasana di malam hari. Makna dari kutipan yang kutinggalkan tak lebih aku
hanyalah si tua lapuk pengkhayal
ini bahwa sang tokoh merindukan sosok dan si tua lapuk pelupa (UKM,
2016: 70)
Mey sehingga di malam itu ia
Pada kutipan di atas termasuk gaya
membayangkan kehangatan ketika tangan
litotes karena berusaha merendahkan diri,
Mey memeluknya. Dari pemaknaan kutipan
hal ini dapat dilihat pada kutipan ……tak
ini maka timbullah rasa kasihan pembaca
ada lagi sisa-sisa kegagahan yang
dan turut merindukan sosok Mey yang
kutinggalkan, tak lebih aku hanyalah si tua
menghilang pada saat itu.
lapuk pengkhayal dan si tua lapuk pelupa.
yang tidak terdengar kasar di telinga. menunggu Mey dengan kesetiaan cinta yang
Penggunaan gaya eufemisme pada cerpen ia miliki hingga umurnya sudah menua.
Efeknya terhadap pembaca sangat besar gaya bahasa kiasan dalam kumpulan cerpen
maknanya karena menasehati pembaca agar Hujan, Senja, Rindu karya Hardiansyah
tidak melupakan apa telah dilewati yang Abdi Gunawan yang berhasil ditemukan
sudah tergantikan oleh zaman yang modern meliputi gaya bahasa metafora,
B. SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Beberapa saran berikut semoga dapat
A. KESIMPULAN
menjadi bahan masukan yang bermanfaat
Berdasarkan kajian pustaka, hasil
bagi pihak-pihak terkait antara lain :
analisis data dan pembahasan yang telah
1. Saran kepada mahasiswa
dilakukan dapat dibuat kesimpulan sebagai
Dalam pembacaan cerpen
berikut.
mahasiswa hendaknya mampu memahami
1. Penggunaan Gaya bahasa berdasarkan
isi dari cerita yang ditulis oleh pengarang
gaya bahasa retoris dalam kumpulan cerpen
sehingga mampu menangkap nilai-nilai
Hujan, Senja, Rindu karya Hardiansyah
positif yang mampu memberikan semangat,
Abdi Gunawan yang berhasil ditemukan
tekad, dan perilaku baik serta efeknya
meliputi: gaya bahasa Anastrof, eufemisme
mampu memotifasi mahasiswa agar tidak
atau eufemismus, hiperbola, oposiopesif,
menyerah dalam meraih cita-cita serta
litotes, pleonasme, kiasmus, perifrasis,
diharapkan jangan mencontoh apabila dalam
koreksio atau epanortosis, litotes, asidenton,
isi cerpen terdapat nilai-nilai negatif seperti
bahasa seksualitas karena itu hanyalah mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak hanya
imajinasi penulis. Nilai positif dalam cerpen memperoleh hiburan saja tetapi juga
2. Saran kepada dosen bahasa dan sastra mengambil nilai-nilai positif dalam karya
dalam hal ini adalah cerpen. Cerpen Hujan, membaca cerpen kepada pemikir awam.
Senja, Rindu ini didalamnya memenuhi Kumpulan cerpen Hujan, Senja, Rindu
empat macam manfaat pembelajaran sastra, adalah sekumpulan cerpen yang sangat
mengembangkan cipta dan rasa, dan pada makna cerpennya, sehingga tidak ada
lanjut dosen dapat memilih cerpen lain yang tersebut, judul cerpen ini pun mendukung
sekiranya terdapat beberapa cakupan yang suasana kehidupan yang dialami masyarakat
Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Argesindo
Dola, Abdullah. 2007. Apresiasi Prosa Fiksi Dan Drama. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: Center For Academic
Publishing.
Hardiansyah, Gunawan, Abdi. 2016. Kumpulan Cerpen Hujan, Senja, Rindu. Makassar; PT.
Garis Khatulistiwa.
Hasan, Fatma. 1998. Gaya Bahasa dalam Novel Di bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka.
Tanjung Pinang: Yogyakarta.
Henny, Widyaningrum, Kusuma. 2011. Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen
Penembak Misterius. Jurnal.
Juanda, J. (2012). Peran Sastra Anak dalam Pembiasaan Membaca Sejak Anak Usia Dini
Sebagai Pondasi Pembentukan Karakter Yang Beridentitas Nasional. astra Anak dan
Kesadaran Feminis Dalam Sastra. Makassar: Jurnal Sastra Anak Vol.04.
Juanda, J. (2016). Pendidikan Lingkungan Peserta Didik Melalui Sastra Anak Berbasis Lokal
Confrence: Konferensi Internasional Kesastraan XXV, UNY Yogyakarta. Vol 1.
Juanda, J. & Azis, A. (2018). Penyingkapan Citra Media Indonesia:Kajian Feminisme Lingua :
journal of language, literature, and teaching Vol 15(2), 71-82.
Juanda, J. (2018). Fenomena Eksploitasi Lingkungan Cerpen Koran Minggu Indonesia:
Pendekatan Ekokrtik. AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2 (2),
168-169.
Juanda, J. (2019). Gender Phenomenon in Short Story by Fanny J. Poyk in Media on Line,
Indonesia, Kafaah: Journal Gender Studies, 8 (2), 135-148.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Uama.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta Gramedia.
Luxemburg, Jan Van Dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra Diindonesiakan Oleh Dick Hartoko.
Nasir, 2011. Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Wajah dan Wajah. Skripsi.
Nurgiantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurgiantoro, Burhan. 2011. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005 “ Kajian Stilistika” (bahan perkuliahan).
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stikistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sari, Wenny, Juwita. 2014. Apresiasi Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Matahari Di
Rumahku. Jurnal Sastra Indonesia 18 Juli 2014: 2-4.
Sumardjo, Djakob dan Saini K. M.1991.Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Wellek, R. dan Austin Warren. 1998. Teori Kesusastraan. Newyourk: Penguin Book.
http://wikipedia.org/wiki/ pengertian Gaya Bahasa di unduh pada tanggal 20 Maret 2019
http://www.pengertianku.net/2015/09/pengertian-gaya-bahasa-atau-majas-dan-jenisnya-serta-
contohnya.html di unduh pada tanggal 20 Maret 2019