Anda di halaman 1dari 36

``Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Hujan, Senja, Rindu Karya Hardiansyah Abdi

Gunawan : Kajian Stilistika


Yuliana
Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Makassar

Abstrak : penelitian ini bertujuan untuk Hardiansyah Abdi Gunawan dengan metode
mendeskripsikan dan menjelaskan : (1) kajian yang berbeda sebagai wujud
Penggunaan Gaya Bahasa berdasarkan Gaya pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
Bahasa retoris dalam Kumpulan Cerpen
Bahasa dan Sastra Indonesia, (2)
Hujan, Senja, Rindu, serta (2) Penggunaan
Gaya Bahasa berdasarkan Gaya Bahasa Bagipembacadan masyarakat umum
Kiasan yang ada dalam Cerpen Hujan, diharapkan dapat mengambil pelajaran
Senja, Rindu Karya Hardiansyah Abdi untuk di aplikasikan baik dalam lingkup
Gunawan, Penelitian ini menggunaan perkuliahan maupundalam lingkungan
penelitian deskriptif kualitatif dengan bermasyarakat.
pendekatan Stilistika Sastra.
Kata Kunci : Stilistika Sastra, Cerpen,
Hasil penelitian ini menunjukkan
Gaya Bahasa
bahwa: (1) penggunaan Gaya Bahasa
Retorika ditemukan `gaya Anastrof,
Aliterasi, Asonansi, Apofasis atau Preterisio,
Apostrof, Asidenton, Polisidenton, Kiasmus, PENDAHULUAN
Elipsis, eufemisme, litotes, Histeron
Proteron, dan Hiperbola, (2) Penggunaan Bahasa dan karya sastra merupakan
Gaya Bahasa Kiasan ditemukan Gaya
Personifikasi, Metafora, dan Simile. satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
Sumber data dalam Penelitian ini karena karya sastra merupakan persoalan
adalah Cerpen Hujan, Senja, Rindu dengan
tiga belas cerita diantaranya adalah Langit yang menggunakan bahasa, seperti itulah
Senja Bulan Mei, Lelaki dan Perempuan
Yang Bercakap di Sebuah Taman, Tentang Hardiansyah Abdi Gunawan dalam karyanya
Dua Gelas Kopi Yang Terisi Setengah dan
Lain-lain serta Untukmu Kekasihku Mey. tidak memisahkan antara Hujan, Senja, Dan
Saran yang dapat di simpulkan
Rindu karena ketiga bagian ini merupakan
berdasarkan kesimpulan tersebut, (1) bagi
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra suatu momen yang bermakna. Karya sastra
Indonesia, diharapkan dapat mengkaji dan
meneliti cerpenHujan, Senja, Rindu Karya tersusun atas teks-teks yang
merupakan hasil ciptaan pengarang ide-ide atau gagasan-gagasan serta dapat

yang di peroleh dari ide-ide hasil menimbulkan efek bagi pembaca apabila

berimajinatif, Dalam proses menciptakan memahami apa yang hendak disampaikan

sebuah karya sastra, pengarang memiliki ciri oleh penulis termasuk cerpen, yang menjadi

khas masing-masing antara pengarang yang pisau bedah untuk meneliti persoalan gaya

satu dengan lainnya, inilah yang di sebut bahasa seorang pengarang dalam sebuah

dengan gaya bahasa dalam Kamus Besar karya sastra adalah stilistika.

Bahasa Indonesia adalah stile. Dalam sebuah karya sastra

Mengingat pentingnya bahasa khususnya cerpen banyak mengandung gaya

sebagai alat komunikasi antara pengarang bahasa (stile), pengarang kerap menuangkan

dan pembaca serta gaya bahasa sebagai berbagai makna yang harus didalami yang

pelengkap, dan pemberi warna dalam mampu membuat pembaca larut memaknai

berkomunikasi tidak sah apabila dalam karya sastra tersebut seperti menulis dengan

menciptkan karya sastra para pengarang menggunakan kata-kata yang romantis dan

tidak memberi kesan yang imajinatif agi mampu menjadikan pembaca larut dalam

pembaca dengan memperhatikan wujud dari karyanya mellui gaya bahasa yang

bahasa tersebut. Gaya bahasa merupakan dipergunakan oleh pengarang. Itulah salah

cermim jiwa dan kepribadian seseorang, satu kelebihan Hardiansyah Abdi Gunawan

semakin baik gaya bahasa seorang sebagai penulis Makassar yang membuat

pengarang, semakin baik pula penilaian penliti tertarik dalam meneliti cerpen dengan

orang terhadapnya. Melalui gaya bahasa judul Hujan, Senja, Rindu.

pula dalam sebuah karya sastra pembaca Pradopo (2009:93) mengutarakan

mampu memahami dan mampu menangkap bahwa gaya bahasa (style) termasuk unsur
struktur karya sastra karena baasa berfungsi adalah gaya bahasa berdasarkan sarana

menghidupkan kalimat dan memberi ruang retorika dan gay bahasa kiasan. Hal ini

gerak bagi kalimat, serta menimbulkan termasuk ke dalam gaya bahasa berdasarkan

reaksi tertentu yang dapat menimbulkan ketidaklangsungan makna (Keraf, 2006:

tanggapan dan pikiran pembaca. 124). Dalam mengungkapkan gagasannya,

Penggunaan gaya bahasa dalam sebuah pengarang kerap kali menyiasati bahasanya

karya sastra bergantung pada situasi dan dengan menyusun kalimat dengan cara

kondisi pengarang pada saat itu, di sengaja tertentu yang dapat menimbulkan efek bagi

atau tak di sengaja semua ide hadir hadir pembaca sesuai dengan gaya bahasa yang

dari buah pikiran pengarang yang ditulis. Melalui bahasa kiasan, pengarang

dipengaruhi oleh hati nurani yang apabila di bisa menyembunyikan maksud yang

bungkus dengan gaya bahasa akan semakin sebenarnya dari sebuah karya sastra.

indah hasilnya, salah satu ilmu yang terkait Hubungan antara gaya bahasa( stilistika)

tentang gaya bahasa adalah stilistika. dan karya sastra membuat peneliti merasa

Nurgiantoro (2011:75) menyaakan tertarik untuk meneliti karya satra yakni

bahwa stilistika dan gaya bahasa (style) cerpen dengan menggunakan kajian

saling terkait dan tidak bisa dipisahkan satu stilistika. Salah satu penulis yang

sama lain, jika diindonesiakan stilistika menuangkan banyak gaya bahasa ke dalam

merujuk pada pengertian tentang gaya cerpennya adalah Hardiansyah Abdi

bahasa karena stilistika menaungi segala Gunawan dengan judul Hujan, Senja, Rindu.

bentuk gaya bahasa yang banyak terdapat


Meski terbilang penulis baru, namun
dalam karya sastra khususnya, gaya bahasa
Hardiansyah Abdi Gunawan pandai menulis
dibagi kedalam beberapa jenis, diantaranya
cerpen dengan gaya bahasa yang romantis.
Hardiansyah Abdi Gunawan mengisi “ Senja telah berlalu dan
malam menenggelamkan dunia,
kumpulan cerpen Hujan, Senja, Rindu jiwaku, dan mungkin jiwa kita”
(LSBM, 2006:18).
dengan 13 judul cerpen diantaranya penulis
Kutipan di atas menggunakan gaya
tertarik mengambil empat judul cerpen
bahasa Hiperbola yang artinya melebih-
yakni Langit Senja Bulan Mei, Lelaki Dan
lebihkan kata, ini dapat terlihat pada kalimat
Perempuan Yang Bercakap Di sebuah
dan malam menenggelamkan dunia, jiwaku,
Taman, Tentang Dua Gelas Kopi Yang
da mungkin jiwa kita. Efek yang
Terisi Setengah dan Lain-lain, Serta
ditimbulkan pembaca pada kalimat di atas
Untukmu Kekasihku Mei. Adapun alasan
adalah efek kesedihan yang dialami sang
peneliti memilih judul cerpen tersebut,
tokoh kepada senja karena senja telah
karena di antara cerpen-cerpen yang lain,
berganti malam sebelum ia bertemu dengan
Hardiansyah Abdi Gunawan lebih banyak
kekasihnya di senja hari, ia merasakan
menyisipkan gaya bahasa didalamnya
bukan hanya dunia yang ditenggelamkan
sehingga lebih memudahkan peneliti untuk
oleh malam tetapi jiwanya bersama
menganalisisnya, alasan kedua peneliti
kekasihnya.
memilih gaya bahasa retoris dan gaya
METODE PENELITIAN
bahasa kiasan karena, kedua gaya bahasa

tersebut yang paling menonjol dan paling A. Jenis dan Desain Penelitian

berkesan dalam cerpen Hujan, Senja, Rindu 1. Jenis Penelitian

Karya Hardiansyah Abdi Gunawan. Salah Jenis penelitian yang menjadi objek

satu contoh kalimat dalam cerpenya yang pengamatan dalam penelitian ini adalah

berjudul Langit senja bulan Mei yang analisis penggunaan gaya bahasa yang

terdapat gaya bahasa yakni terdapat dalam kumpulan cerpen Hujan,


Senja, Rindu karya Hardiansyah Abdi 1. Karya Sastra merupakan sebuah buku

Gunawan. hasil ciptaan atau karya tangan seorang

2. Desain Penelitian pengarang yang sengaja ditulis untuk

Dalam melakukan penelitian, peneliti membuat pembaca larut dan memaknai

menggunakan desain penelitian yang maksud dan isinya.

sifatnya deskriptif kualitatif. Maksud dari 2. Cerpen merupakan salah satu bentuk

deskriptif kualitatif ialah memberikan prosa naratif fiktif yang tergolong ebagai

gambaran, pemaparan, atau penjelasan karya sastra yang dapat memaparkan kisah

berlandaskan pada hasil dari interpretasi atau cerita mengenai manusia erta seluk

terhadap cerpen Hujan, Senja, Rindu Karya beluknya lewat tulisan pendek atau singkat.

Hardiansyah Abdi Gunawan. 3. gaya bahasa merupakan salah satu unsur

B. Fokus Penelitian struktur karya sastra, gaya bahasa memberi

Yang menjadi fokus penelitian dalam ruang gerak bagi kalimat serta menimbulkan

melakukan penelitian ini adalah entuk reaksi tertentu untuk menimbulkan

penggunaan gaya bahasa kiasan serta efek tanggapan dan pikiran pembaca.

yang ditimbulkan pembaca dalam kumpulan 4. Gaya retorika merupakan

cerpen Hujan, Senja, Rindu Karya 5. Stilistika merupakan ilmu yang

Hardiansyah Abdi Gunawan. mempelajari tentang gaya bahasa (stile),

C. Definisi Operasional Istilah stilistika mengkaji tentang wujud atau

performance kebahasaan.
Agar aspek-aspek permasalahan
D. Data dan Sumber Data
yang ada dalam penelitian menjadi jelas
1. Data
perlu didefinisikan secara baik yang

digunakan dalam penelitian sebagai berikut:


Data dalam penelitian yang cerpen peneliti dapat menentukan data yang

dilakukan bersumber dari keterangan atau diinginkan.

bahan nyata yang dapat dijadikan bahan 2. Teknik Catat

kajian (analisis atau kesimpulan). Adapun


Data-data yang diperoleh, peneliti
yang menjadi data dalam penelitian ini
kemudian mencatat. Teknik catat ini adalah
adalah rangkaian pernyataan atau kalimat
instrumen kunci melakukan penelitian data.
yang termaksud dalam cerpen Hujan, Senja,
3. Teknik Analisis Data
Rindu karya Hardiansyah Abdi Gunawan.

2. Sumber Data Teknik analisis deskriptif kualitatif

adalah teknik yang digunakan dalam


Sumber data yang menjadi objek
melakukan teknik analisis data. Adapun cara
dalam penelitian ini ialah cerpen Hujan,
analisis data yang dilakukan oleh peneliti
Senja, Rindu karya Hardiansyah Abdi
berdasarkan deskripsi bentuk penggunaan
Gunawan, cetakan kesatu tahun 2016,
gaya bahasa yang terdapat dalam kumpulan
dengan jumlah halaman 101 halaman,
cerpen Hujan, Senja,Rindu karya
penerbit PT Garis Khatulistiwa Makassar.
Hardiansyah Abdi Gunawan yakni:
E. Teknik Pengumpulan Data
a. Melakukan telaah terhadap
Teknik pengumpulan data dalam
penggunaan gaya bahasa berdasarkan
penelitian ini ialah:
klimaks, antiklimaks, antithesis yang

1. Teknik Baca terdapat dalam kumpulan cerpen Hujan,

Agar memperoleh data-data yang Senja, Rindu karya Hardiansyah Abdi

terdapat dalam cerpen, peneliti membaca Gunawan.

cerpen terlebih dahulu. Setelah membaca


b. Setelah menelaah unsur kebenaran hasil penelitian akan dilengkapi

klimaks,antiklimaks,antithesis, dan bahasa- dengan kutipan-kutipan yamng termasuk

bahas kias kemudian dideskripsikan bagian penelitian (Fatma Hasan, 1998:48).

pernyataan berupa kalimat atau paragraf Trianggulasi data pertama yang

yang terdapat kelah dilakukan, kemudian digunakan adalah trianggulasi sumber.

disajikan sebagai hasil analisis data. Peneliti memulai dari beberapa tekhnik yaitu

c. Hasil analisis data inilah yang tekhniki membaca, tekhnik memahami,

kemudian dijadikan kesimpulan, dan kemudian tekhnik mencatat bagian-bagian

disajikan dalam bentuk laporan penelitian. yang termasuk kutipan-kutipan dalam

F. Instrument Penelitian kumpulan cerpen Hujan, Senja, Rindu Karya

Instrumen penelitian ini adalah Hardiansyah Abdi Gunawan. Trianggulasi

menguraikan atau mendeskripsikn gaya kedua yaitu penggunaan gaya bahasa

bahasa yang terdapat dalam kumpulan berdasarkan gaya bahasa retoris dan gaya

cerpen Hujan, Senja, Rindu Karya bahasa kiasan serta efek yang ditimbulkan

Hardiansyah Abdi Gunawan. pembaca dari gaya bahasa tesebut menurut

G. Pemeriksaan Keabsahan Data buku Gorys Keraf dengan mengambil bagian

Untuk meyakinkan keabsahan data, keempat dari enam gaya bahasa yang

dilakukan pemeriksahan dengan cara dikemukakan, kemudian peneliti dibant oleh

mengkonstruksi konsep data secara lebih buku dari Burhan Nurgiantoro dengan judul

jelas di tengah perjalanan kegiatan penelitian Stilistika yang terbit padaTahun 2016.

setelah mengunpulkan berbagai pemahaman. HASIL PENELITIAN DAN

Untuk menguatkan hasil pemahaman PEMBAHASAN

tersebut, bagian-bagian yang menunjukkan A. Hasil Analisis Data


Deskripsi pemakaian gaya bahasa Adapun gaya bahasa piguratif atau

dalam kumpulan cerpen Hujan, Senja, Rindu gaya bahasa kiasan yang ditemukan dalam

karya Hardiansyah Abdi Gunawan. Di cerpen Langit Senja Bulan Mei adalah

analisis berdasarkan unsur stile yang ada sebagai berikut.

dalam buku Burhan Nurgiantoro, a. Persamaan ( simile)

STILISTIKA (2011: 209), yaitu: (1) gaya


Gaya bahasa simile adalah gaya
bahasa berdasarkan pemajasan atau bahasa
bahasa yang menyamakan satu hal dengan
piguratif, (2) gaya bahasa berdasarkan saran
hal lainnya dengan mempergunakan kata-
retorika atau penyiasatan struktur, dan (3)
kata pembanding seperti: bagai, sebagai,
gaya bahasa berdasarkan citraan. Tapi dalam
seperti, bak, laksana, mirip, semisal,
penelitian ini penulis hanya memfokuskan
seumpama, dan sebagainya. Dengan kata
diri pada penggunaan gaya bahasa
lain, simile merupakan gaya bahasa yang
berdasarkan unsur pemajasan dan sarana
membandingkan suatu hal dengan hal
retorika serta efek pembaca dalam
lainnya dengan memakai kata penguhubung
memaknai gaya bahasa tersebut. Berikut ini
atau pembanding pada kalimatnya yang di
adalah analisis data sebagai upaya untuk
mana dua hal tersebut berbeda akan tetapi
mengidentifikasi pemakaian gaya bahasa
mempunyai karakteristik yang sama.
dalam kumpulan cerpen Hujan, Senja, Rindu
Penggunaan gaya bahasa simile
karya Hardiansyah Abdi Gunawan.
pada cerpen langit Senja Bulan Mei dapat
1. Penggunaan Gaya Bahasa
kita lihat pada kutipan berikut.
Berdasarkan Bahasa Piguratif atau

Pemajasan “…….. kini batinku dipenuhi


banyak pertanyaan, dan aku pun
LANGIT SENJA BULAN MEI membisu bagaikan dinding tempat
wajah wanita itu
terpampang“(LSBM,2016 :13). Kutipan di atas termasuk bahasa
Kutipan di atas termasuk bahasa
metafora, karena berusaha membandingkan
simile, karena berusaha menyamakan suatu
sesuatu hal walaupun tidak mempergunakan
hal dengan hal lain dengan menggunakan
kata-kata pembanding. Penggunaan
kata pembanding. Penggunaan gaya bahasa
metafora terdapat pada kata buah hatiku.
simile terdapat pada kata bagaikan, dan aku
Kata buah dan hati dibandingkan tanpa
membisu disamakan dengan dinding tempat
menggunakan kata pembanding sehingga
wajah wanita itu terpampang. Pada kutipan
terlihat makna konotasinya. Buah hati
tersebut pengarang menggunakan kata
mempunyai arti seorang anak yang lahir dari
bagaikan untuk menyamakan suatu hal
rahim seorang ibu. Penggunaan gaya bahasa
dengan hal lain demi membuktikan
metafora pada kutipan di atas menimbulkan
persamaan makna dari kalimat tersebut.
efek rasa sedih dan pasrah bagi pembaca
b. Metafora
karena harapan yang telah lama dinantikan
Gaya bahasa metafora adalah gaya
rupanya sia-sia.
bahasa yang membandingkan suatu hal

tanpa menggunakan kata-kata pembanding. c.Personifikasi

Penggunaan bahasa metafora pada cerpen


Personifikasi adalah gaya bahasa
Langit Senja Bulan Mei dapat kita lihat pada
yang menyamakan benda mati hidup
kutipan berikut.
layaknya manusia, benda-benda mati
“……. Aku tak tahu lagi!
tersebut di buat dapat berpikir, berbicara,
Sedangkan sudah kukatakan
tadi bahwa aku telah
berbuat, dan sebagainya seperti manusia
menyempurnakan separuh
agamaku, dan rasa
biasa. Penggunaan gaya bahasa personifikasi
bahagiaku terasa semakin
lengkap dengan buah
hatiku”(LSBM, 2016: 19).
pada cerpen Langit Senja Bulan Mei sebab dimana ada pertemuan maka disana

terdapat pada kutipan berikut. terdapat perpisahan, seperti inilah yang

“ kini langit bulan mei dialami sang tokoh dalam kutipan dari gaya
kembali seperti Sembilan
tahun langit bulan mei yang bahasa tersebut. Pada gaya bahasa
lalu, di mana aku harus
bertemu dan berpisah di personifikasi dapat pula ditemui pada
waktu yang hampir
bersamaan, saat cahaya kalimat dari kutipan kedua berikut.
senja melambai pada diriku
sebelum sejengkal ia menuju “……. genangan-genangan
peraduannya” (LSBM,
2016:15). sisa hujan tadi tak mau kalah
Pada kutipan di atas gaya
mencaci, menghardik, dan tertawa”
personifikasi terdapat pada kutipan saat
(LSBM, 2016:16).
cahaya sen ja melambai pada diriku
Pada kutipan di atas terdapat gaya
sebelum sejengkal ia menuju peraduannya.
personifikasi pada kalimat …..tak mau kalah
Kutipan ini seolah-olah menyamai manusia
mencaci, menghardik, dan tertawa. Pada
yang mampu melambaikan tangannya
kalimat ini seolah-olah hujan mampu
terhadap orang lain sementara di sisi lain
melakukan aktifitas seperti manusia biasa ini
cahaya hanya mampu bersinar dan tak
dibuktikan pada kata mencaci, menghardik,
mampu melambai seperti manusia, kata
bahkan tertawa bak manusia yang
melambai artinya sebuah bahasa tangan
menghina, sedangkan di sisi lain hujan tak
yang digerakkan untuk memanggil atau
mampu melakukan aktifitas seperti manusia
memberi kode pada orang yang kita
biasa tetapi hujan turun untuk membasahi
butuhkan. Efek yang ditimbulkan dari
manusia, hewan, bumi, tumbuhan dan masih
penggunaan gaya bahasa personifikasi
banyak lagi hal-hal lainnya. Maksud dari
adalah efek kejelasan kepada pembaca
pernyataan kalimat ini adalah bahwa
bahwa kita tak selamanya akan bersama
genangan-genangan hujan tersebut adalah tersebut subjek di taruh di tengah kalimat

saksi perjuangan cintanya. Pada kutipan di sehingga ada kesan pembalikan susunan kata

atas terdapat unsur kelucuan, pembaca akan dalam kalimat, yang seperti biasanya subjek

tertawa bersama genangan hujan yang dalam kalimat dipakai pada awal kalimat.

menyaksikan bagaimana sang tokoh Maksud dari kalimat …, betapa kasihannya

memperjuangkan cintanya. aku yang bertahun-tahun setiap bulan mei

2. Penggunaan Gaya Bahasa harus di paksa kembali ke masa lalu adalah

Berdasarkan Sarana Retorika dampak dari seseorang yang memiliki

LANGIT SENJA BULAN MEI harapan di bulan mei. Pada saat itu tepatnya

a. Anastrof bulan mei ia menyayangi seseorang yang

Anastrof adalah semacam gaya benar-benar membuatnya jatuh cinta, namun

retoris yang diperoleh dengan pembalikan belum mampu ia mengungkapkannya dan

susunan kata yang biasa dalam kalimat. hanya mengawetkan wajahnya dalam foto

Penggunaan gaya bahasa Anastrof pada pada sebuah almanac dikamarnya dan

cerpen langit senja bulan mei dapat dilihat selama itupun hanya mampu memandangi

pada kutipan berikut. wajahnya pada almanac itu ketika ia rindu

“ Aku tersenyum sinis pada dengan sosoknya, dan ketika hujan turun
diriku sendiri, betapa kasihannya
aku yang bertahun-tahun setiap yang begitu romantic menawarkannya pil
bulan mei harus dipaksa kembali ke
masa lalu” (LSBM, 2016:12). penenang dan berpikir untuk bertemu
Pernyataan gaya bahasa anastrof pada
dengan wajah yang ada dalam foto pada
kutipan di atas terdapat pada
almanaknya di langit senja sembilan belas
kalimat….,betapa kasihannya aku yang
bulan mei yang sekarang. Dari penggunaan
bertahun-tahun setiap bulan mei harus di
gaya bahasa anastrof adalah efek kasihan
paksa kembali ke masa lalu, pada kalimat
pembaca kepada sang tokoh karena harus menggantikan kata hampir gila yang

menyimpan harapan yang begitu dalam di mengandung arti ingatan yang kurang sehat

setiap bulan mei. atau gangguan saraf, kata tidak waras ini

b. Eufemisme digunakan oleh pengarang agar kesannya

Eufemisme atau eufemismus adalah terdengar lebih halus, tidak kasar, dan tidak

semacam gaya bahasa yang berupa menyinggung perasaan orang lain. maksud

ungkapan-ungkapan yang tidak dari kalimat hampir saja mengganggu

menyinggung perasaan orang atau warasku adalah kerinduan yang membuat

ungkapan-ungkapan yang halus untuk pikiran hampir tidak sehat atau kata lain

menggantikan acuan-acuan yang mungkin hampir gila. Pembaca akan tertawa apabila

dirasakan menghina, menyinggung perasaan menyaksikan rindu yang hampir membuat

atau mensugesti sesuatuyang tidak seseorang tidak waras.

menyenangkan. Penggunaan gaya bahasa c. Elipsis.

eufemisme pada cerpen langit senja bulan Ellipsis adalah suatu gaya yang

mei dapat dilihat pada kutipan berikut. berwujud menghilangkan suatu unsur

“ Dan di tahun-tahun kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau


berikutnya aku pun terpaksa
melakukan ritual merindu yang ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau
hampir saja mengganggu warasku”
(LSBM, 2016:16). pendengar, sehingga struktur gramatikal atau
Pernyataan gaya bahasa eufemisme
kalimatnya memenuhi pola yang berlaku.
pada kutipan di atas terdapat pada kalimat
Bila bagian yang dihilangkan itu beada di
….,aku terpaksa melakukan ritual merindu
tengah-tengah kalimat atau diganti dengan
yang hampir saja mengganggu warasku.
tanda titik-titik disebut anakoluton, seperti
Pernyataan ini menggunakan kalimat yang
pada kutipan berikut.
hampir saja mengganggu warasku untuk
“ Di depan Taman sana kau Asidenton adalah semacam gaya
berdiri gelisah menanti kekasihmu
yang dulu untuk menjemputmu bahasa yang berupa acuan, yang bersifat
pulang, dan ……memperhatikanmu
disini dengan penuh gelisah, dan padat dimana beberapa kata, frasa atau
gelisah itu adalah prasasti tak
berwujud dari sembilan tahun lalu” klausa yang sederajat tidak dihubungkan
(LSBM, 2016:17).
Pada kutipan di atas termasuk dengan kata sambung. Penggunaan gaya

anakoluton karena menghilangkan kata di bahasa asidenton dapat kita lihat pada

tengah kalimat kemudian menggantinya kutipan berikut.

dengan tanda titik-titik. Maksud dari kalimat “ genangan-genangan yang


tenang sisa hujan tadi pun tak
tersebut adalah menyampaikan bahwa aku mau kalah mencaci, menghardik,
dan tertawa”(LSBM, 2016: 16).
yang berada disini telah lama Pada kutipan di atas gaya asidenton

memperhatikanmu ketika kau telah lama dapat kita lihat pada penyususnan

menanti kekasihmu untuk menjemputmu di kalimatnya yang sederajat maknanya

depan taman tersebut, namun penulis tidak namun dihubungkan satu sama lain tanpa

mampu menegaskannya atas dasar karena ada kata penyambung, seperti pada kata

kegelisahannya yang tak berwujud atau mencaci, menghardik, dan tertawa yang

ketidakpercayaan dirinya membuat berarti menghina. Melihat dari penyusunan

kalimatnya terpotong dan menggantungnya kalimatnya pembaca akan merasa kasihan

dengan menghilangkan suatu unsur karena kepada sang tokoh.

tidak mampu menegaskan harapannya e. Litotes

dengan menghilangkan kata aku pada Litotes adalah semacam gaya bahasa

kalimatnya atau dengan kata lain sang tokoh yang dipakai untuk menyatakan sesuatu

merasa tidak percaya diri. dengan cara merendahkan diri, atau

d. Asidenton ungkapan-ungkapan dengan cara


merendahkan diri. Pada gaya bahasa litotes dengan penuh kesabaran, karena kesabaran

penggunaan kalimatnya dapat kita lihat pada adalah kunci ketentraman jiwa.

kutipan berikut. f. Koreksio atau Epanortosis

“ begitupun denganku, setiap Gaya bahasa koreksio atau


mengutip kalimat dari seseorang
pasti aku akan tertawa pada jiwaku, epanortosis adalah semacam gaya yang
jiwaku yang suram” (LSBM,
2016:15). bertujuan menegaskan kemudian
Pada kutipan di atas termasuk gaya
memperbaikinya sendiri. Pada gaya bahasa
litotes karena berusaha menyatakan sesuatu
tersebut contoh kalimatnya dapat kita lihat
yang kemudian merendahkan dirinya
pada kutipan berikut.
sendiri, ini dapat terlihat pada kalimat aku
“ namun satu hal yang tak
akan tertawa pada jiwaku, jiwaku yang bisa kupungkiri bahwa hujan yang
turun ini pun banyak pula memberi
suram. Kata jiwaku yang suram jawaban, tak mungkin ia turun
dengan pertanyaan tanpa
mengandung maksud bahwa ia merendahkan menyertakan jawabannya” (LSBM,
2016:14)
dirinya sendiri dan bukan dari mulut orang Pada kutipan di atas termasuk gaya

lain, bagaimana ia mampu tertawa untuk koreksio atau epanortosis, hal ini dapat

menutupi segala kesuraman jiwanya, dibuktikan pada kalimat hujan yang turun

berpura-pura tertawa padahal disisi lain ini banyak pula memberi jawaban. Pada

sedang bersedih, kesabaran sang tokoh kalimat ini menegaskan ia yakin bahwa

mampu menutupi segala kesedihannya hujan yang turun dari langit membawa

dengan berpura-pura bahagia. Amanat yang jawaban untuk pertanyaannya kemudian

dapat diterimah dari penggunaan gaya memperbaiki dengan kalimat tak mungkin ia

bahasa tersebut adalah seseorang harus turun dengan pertanyaan tanpa

mampu mengatasi setiap permasalahan menyertakan jawabannya. Maksud dari

kutipan di atas bahwa hujan yang jatuh


membasahi bumi membawa berbagai lebihkan kata karena melakukan ritual rindu

jawaban untuk makhluk hidup misalnya, yang gila bahkan rindu itu hampir

tumbuhan yang kekeringan, mnusia yang membuatnya tidak waras, sedangkan rindu

mengeluh kepanasan, sawah yang itu akan hadir ketika kita kehilangan dan

kekeringan semuanya akan subur ketika kemudian hadir dalam ingatan.

hujan turun membasahinya, maka, itulah LELAKI DAN PEREMPUAN YANG

jawaban dari segala kerewelan manusia BERCAKAP DI SEBUAH TAMAN

A. Gaya Bahasa Kiasan


g.Hiperbola
Adapun gaya bahasa kiasan yang di
Gaya bahasa hiperbola adalah
temukan dalam cerpen kedua lelaki dan
semacam gaya bahasa yang mengandung
perempuan yang bercakap di sebuah taman
suatu pernyataan yang berlebihan, dengan
adalah sebagai berikut:
membesar-besarkan sesuatu hal.
a. Persamaan atau simile
Penggunaan gaya bahasa hiperbola yang
Gaya bahasa persamaan atau simile
ditemukan pada cerpen langit senja bulan
adalah gaya bahasa yang membandingkan
mei dapat dilihat pada kutipan berikut.
suatu hal dengan hal lain dengan
“ dan ditahun-tahun
menggunakan kata seperti, sebagai,
berikutnya akupun terpaksa
melakukan ritual merindu yang
bagaikan, bak, sama, laksana dan
begitu gila dan hampir saja
mengganggu warasku”
sebagainya (Nurgiantoro, 2011:245).
(LSBM,2016: 16).
Pada kutipan gaya bahasa hiperbola
Adapun gaya bahasa simile pada kutipan
dapat dilihat pada kalimat Akupun terpaksa
cerpen lelaki dan perempuan yang bercakap
melakukan ritual merindu yang begitu gila
di sebuah taman dapat dilihat pada kutipan
dan hampir saja mengganggu warasku.
berikut.
Kalimat ini mengandung maksud melebih-
“ Mereka melihat Lelaki itu lain tanpa ada kata pembanding secara
dengan buas menjamah mulut dan
leher perempuan itu dalam langsung seperti gaya simile. Gaya metafora
kegelapan di sudut taman itu bagai
angin yang menelanjangi dalam cerpen lelaki dan perempuan yang
segalanya”(LDPYBDST, 2016:33).
Pada kutipan di atas termasuk gaya bercakap di sebuah taman dapat dibuktikan

simile sebab menyamakan lelaki tersebut dengan kutipan berikut.

seperti angin yang mampu menelanjangi “ Seketika mata hitam


mereka berkaca-kaca, malam
segalanya ini dapat dilihat pada kutipan hening, hanya suara dedaunan yang
terbawa angin bercampur suara
dalam kalimat ….., lelaki itu dengan buas burung hantu, mata hitam itu bening
di tengah malam yang hening”
menjamah mulut dan leher perempuan itu (LDPYBDST, 2016:37).
Pada kutipan di atas gaya metafora
bagai angin yang menelanjangi segalanya.
terdapat pada kata …..,burung
Maksud dari kutipan ini adalah lelaki dan
hantu,….,mata hitam itu bening di tengah
perempuan yang bercakap itu melihat
malam yang hening. Pada kata burung dan
mereka melakukan maksiat di sudut taman
hantu dibandingkan secara langsung tanpa
karena lelaki yang tengah bernafsu mampu
ada kata pembanding sehingga
membuat perempuan itu lemah dan
menimbulkan suatu makna begitupun
memiarkan tubuhnya bagai daun kering
sebaliknya dengan kata bening serta kata
yang diterbangkan oleh angina karena
hening dibandingkan tanpa mempergunakan
perempuan itu dengan bodoh membiarkan
kata-kata pembanding yang eksplisit
tubuhnya seperti binatang di sentuh, dijabah
sehingga timbul makna konotasi. Makna
tanpa ada ikatan yang sah.
dari burung hantu adalah hewan yang
b. Metafora
berwarna hitam yang beterbangan di malam
Gaya metafora adalah gaya bahasa
hari yang memiliki suara menakutkan, sama
yang mempersamakan suatu hal dengan hal
halnya dengan mata yang bening dengan
malam yang hening, maksud dari pernyataan personifikasi karena menyamai antara angin

ini adalah bahwa suasana percakapan itu dengan manusia yang mampu memeluk

dimulai pada malam hari ditengah malam tubuh, sementara angin hanya mampu

yang gelap segelap mata hitam mereka menerbangkan daun-daun kering. Maksud

disaksikan oleh dedaunan yang gugur serta dari kutipan di atas bahwa suasana sangat

suara burung hantu. Selanjutnya penggunaan dingin pada malam itu karena angin yang

gaya bahasa metafora pada kutipan di atas beterbangan pun menjatuhkan dedaunan

menimbulkan efek sedih karena pembaca pohon yang berdiri di taman itu.

seolah-olah turut merasakan kesedihan LELAKI DAN PEREMPUAN YANG

mereka dimalam yang sepi itu. BERCAKAP DI SEBUAH TAMAN

c. Personifikasi A. Gaya Bahasa Retoris

Gaya personifikasi adalah gaya yang Adapun gaya bahasa retoris yang

meyamakan antara benda mati hidup ditemukan dalam cerpen lelaki dan

layaknya manusia biasa, hal ini dapat kita perempuan yang bercakap di sebuah taman

lihat dalam cerpen lelaki dan perempuan adalah sebagai berikut:

yang bercakap di sebuah taman pada

kutipan kalimat berikut. a. Anastrof

“ Angin malam semakin Gaya anastrof merupakan gaya yang


dingin memeluk tubuh mereka
berdua, sesekali dedaunan pohon di bertujuan membalikkan susunan kata dalam
taman itu berjatuhan” (LDPYBDST,
2016:34). kalimat. Pembalikkan susunan kata ini dapat
Pada kutipan di atas termasuk gaya
kita lihat pada cerpen lelaki dan perempuan
personifikasi yang dapat kita lihat pada
yang bercakap di sebuah taman dalam
kalimat angin malam …….,memeluk tubuh
kutipan sebagai berikut.
mereka berdua, kalimat ini termasuk gaya
“ Temani aku, setidaknya seakan terbawa suasana pada malam di
malam ini saja menemani aku
menghabiskan malam di taman ini” taman tersebut.
(LDPYBDST, 2016:31).
Pada kutipan di atas termasuk gaya b. Eufemisme

anastrof karena membalikkan kata aku yang Gaya eufemisme adalah semacam

berada di tengah kalimat, seperti biasanya gaya yang tujuannya untuk mengungkapkan

subjek kata aku,dia, kami, mereka dan sesuatu dengan cara yang lebih halus, tidak

sebagainya selalu diletakkan di awal kasar, atau menyinggung perasaan orang

kalimat, ini dapat dibuktikan pada kalimat lain. pada cerpen lelaki dan perempuan yang

….,aku,………menemani aku menghabiskan bercakap di sebuah taman contoh

malam di taman ini. Maksud dari kutipan kutipannya dapat kita lihat sebagai berikut.

tersebut bahwa perempuan meminta lelaki “ Namanya Sukab, tapi saat


ini aku tak tahu dia di mana, kata
itu untuk menemaninya bercerita tentang hal Seno dia sedang bersembunyi karena
telah menghabisi nyawa Munir”
apa saja sebelum mereka berpisah pada (LDPYBDST, 2016: 32).
Pada kutipan di atas termasuk gaya
malam ditaman itu, dari pembacaan kutipan
eufemisme karena kata-katanya tidak
di atas terkesan bahwa ada kerinduan yang
menyinggung perasaan orang lain seperti
telah lama terpendam di hati mereka berdua
contoh pada kalimat ………., karena telah
sehingga malam itu di sebuah taman
menghabisi nyawa Munir, kata menghabisi
menjadi tempat mereka melepas rindu.
termasuk kata yang tidak kasar pengarang
maksud dari penggunaan gaya anastrof pada
sengaja menciptakan kata yang tidak terlalu
cerpen lelaki dan perempuan yang bercakap
kasar dan menggantikan kata membunuh
di sebuah taman menimbulkan kemesraan
dengan kata menghabisi sebab kata
sebab membaca kutipannya pun pembaca
menghabisi banyak makna yang tersimpan

dibaliknya sehingga orang tidak merasa


takut bahkan kesannya pun tidak terlalu ditafsirkan sendiri oleh pembaca. Adapun

kasar oleh pembaca. yang dimaksud dengan gaya ellipsis dapat

c.Pleonasme kita lihat pada contoh kutipan kalimat

Gaya pleonasme merupakan gaya berikut.

berupa acuan yang mempergunakan kata-


“ Entah. Namun seorang
kata lebih banyak daripada yang diperlukan penyair lagi menulis ada yang lebih
tabah dari hujan bulan juni
untu menyatakan suatu pikiran atau gagasan. ternyata!........ialah ia yang terus
mencintaimu, selalu berjaga dalam
Contoh kalimat dalam gaya bahasa kesedihan dan kebahagiaanmu”
(LDPYBDST, 2016: 33)
pleonasme dapat kita lihat pada kutipan Pada kutipan di atas termasuk gaya

berikut. ellipsis, karena salah satu unsur kalimat

“ Ialah ia yang terus dihilangkan kemudian diganti dengan tanda


mencintaimu, selalu berjaga dalam
kesedihan dan kebahagiaanmu” titik-titik dan setelahnya dilakukan
(LDPYBDST, 2016; 33)
Pada kutipan di atas yang termasuk penyambungan kalimat yang setara dengan

gaya pleonasme terdapat pada kata ialah kalimat sebelumnya. Gaya ellipsis pada

ia….pada kata ini seolah mempergunakan kutipan di atas dapat kita lihat pada

kata lebih banyak dari yang diperlukan dan kalimat…… ada yang lebih tabah dari hujan

mengandung maksud yang sama bahwa bulan juni ternyata!.......ialah ia yang terus

subjek kata ia seolah-olah menunjuk mencintaimu selalu berjaga dalam

sesuatu yang ditentukan. kesedihan dan kebahagiaanmu. Makna

d. Elipsis daripada kutipan ini adalah seseorang yang

Gaya ellipsis adalah semacam gaya dengan sabar menyanyangi, setia kepada

bahasa yang bertujuan untuk menghilangkan kekasihnya dalam memelihara dan menjaga

unsur yang dengan mudah dapat diisi atau cintanya, melalui makna dari pembacaan
kutipan di atas dapat menimbulkan adanya dipertentangkan satu sama lain seperti

motifasi cinta dan kasih sayang bagi contoh dalam kalimat …..mata bening di

pembaca sebab mengajarkan pembaca tengah malam yang hening. Kata bening

bagaimana sabar dan tabah dalam hal dengan hening sifatnya dipertentangkan

mencintai karena sejatinya cinta adalah dengan hal lainnya sedangkan susunan frasa

bagaimana kita mampu menjadi yang setia. serta klausanya seakan terbalik. Makna

e. Kiasmus daripada kutipan di atas bahwa terdapat

Gaya bahasa kiasmus adalah kesedihan dibalik perpisahan dan malam

semacam acuan atau gaya bahasa yang yang larut itu hanya menyisahkan kesepian

terdiri dari dua bagian, baik frasa atau dan air mata.

klausa, yang sifatnya berimbang, dan f. Perifrasis

dipertentangkan satu sama lain tetapi Gaya perifrasis adalah gaya yang

susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila hampir mirip dengan gaya pleonasme, yaitu

dibandingkan dengan frasa atau klausa mempergunakan kata lebih banyak dari

lainnya. Adapun yang termasuk gaya bahasa yang diperlukan. Perbedaannya terletak

kiasmus dapat kita lihat pada kutipan dalam hal bahwa kata-kata yang

berikut. berkelebihan itu sebenarnya dapat diganti

“ …….Malam hening, hanya dengan satu kata saja. Adapun gaya bahasa
suara dedaunan yang terbawa angin
bercampur suara burung hantu, perifrasis dapat kita lihat dalam kutipan
mata hitam itu bening di tengah
malam yang hening” (LDPYBDST, kalimat berikut.
2016: 37)
Pada kutipan di atas termasuk gaya “ Mungkin karena lelaki itu
telah tiada, lelaki itu meninggal
bahasa kiasmus baik frasa maupun setelah tertabrak mobil truk ketika
menyeberang jalan mengira
klausanya memiliki sifat berimbang dan kekasihnya telah datang dari
rantauannya dan menemuinya di
sebuah taman” (LDPYBDST, sebuah Taman dapat kita lihat dalam
2016:36).
Kutipan di atas termasuk gaya kutipan kalimat berikut.

perifrasis sebab mepergunakan kata lebih “ Ya, bahkan ia yang diam-


diam menjelma bayanganmu dan
banyak kemudian kata berlebihan itu diganti yang menyelusup ke paru-paru
ketika kau mendadak tersedak oleh
dengan satu kata saja yaitu pada kata ….. entah apa dan segalanya menjadi
terasa lega”(LDPYBDST, 2016: 34).
tiada. Kata tiada adalah sebuah kata dengan Pada kutipan di atas merupakan gaya

tujuan untuk menggantikan kata mati, hiperbola karena melebih-lebihkan kata dan

hilang, lenyap, habis, tidak ada dan kata yang berlebihan itu dapat kita temui

sebagainya. Kata tiada digunakan untuk pada kalimat….. ia yang diam-diam

menggantikan kata yang terkesan lebih menjelma bayanganmu dan menyelusup ke

halus dan tidak kasar terdengar ditelinga. paru-paru ketika kau mendadak tersedak

Makna pada kutipan di atas adalah bahwa oleh entah apa dan segalanya menjadi

lelaki itu telah meninggalkan dunia sebelum terasa lega. Pernyataan tersebut sangat

bertemu dengan kekasihnya di seberang berlebihan sebab merasa bahwa dirinya

jalan taman itu. tersedak oleh ia yang diam-diam menjelma

g. Hiperbola bayangannya dan menembus paru-paru

Gaya hiperbola adalah semacam gaya sehingga membuatnya menjadi terasa lega.

bahasa yang bertujuan untuk melebih- Maksud dari pernyataan tersebut adalah

lebihkan kata atau pernyataan yang bahwa seseorang telah memberimu cinta

mengandung unsur berlebihan. Adapun dan kasih sayang dan rasa itu seakan telah

yang termasuk gaya hiperbola pada cerpen menembus mata hati dan pikiranmu hingga

Lelaki dan Perempuan yang Bercakap Di membuatmu terasa nyaman.


TENTANG DUA GELAS KOPI pembandingan itu dapat dibayangkan betapa

YANG TERISI SETENGAH DAN intensifnya dalam sudut pandang stilistika,

LAIN-LAIN majas simile dan yang lain itu dipergunakan

untuk mengkonkretkan penuturan, hal itu


A. Gaya Bahasa Kiasan
semakin terasa karena pembandingnya
Sejenak kita berpikir tentang dua
adalah kata sebagai, bagaikan, bak, seperti,
gelas kopi yang diisi setengah yang setiap
semisal, seumpama, sama, dan sebagainya.
aroma hitamnya yang mengeluarkan asap
Hal ini dapat kita temui dalam cerpen
membumbung setengah dari gelas yang tak
Tentang Dua Gelas Kopi yang Terisi
terisi kemudian setiap aroma hitamnya yang
Setengah dan Lin-lain dalam kutipan
dihirup sebenarnya menyimpan bahasa yang
kalimat berikut.
harus dimaknai pembaca. Dari pemaknaan

itulah kita dapat menemukan bahwa gaya “ Apalagi yang kuinginkan!


Biarlah kuterimah diriku sebagai
bahasa kiasan yang terdapat dalam cerpen yang bersedih dan dirimu sebagai
yang berbahagia”
Tentang Dua Gelas Kopi yang Terisi (TDGKYTSDLL,2016:52).
Setengah Dan Lain-lain adalah sebagai Pada kutipan di atas gaya persamaan atau

berikut. simile terdapat pada kalimat…….sebagai

yang bersedih dan dirimu sebagai yang


a. Persamaan (simile)
berbahagia. Menggunakan kata sebagai
Nurgiantoro (2011: 222) menyatakan
untuk membuktikan bahwa gaya bahasa ini
bahwa penggunaan majas simile
termasuk gaya persamaan karena
dimaksudkan untuk memberikan gambaran
mempersamakan antara bersedih dengan
konkret lewat pembandingan dengan hal-hal
berbahagia, maknanya bahwa kutipan
yang dapat diindra (citraan visual) tentang
kalimat ini ingin memperjelas bagaimana
proses penciptaan sebuah karya sastra. lewat
perempuan ingin hidup dengan lelaki bahwa mengesankan, lebih hidup, jelas, dan

perempuan menginginkan kebahagiaan yang menarik. Penggunaan gaya ahasa metafora

cukup tanpa air mata, karena seorang lelaki pada cerpen Tentang Dua Gelas Kopi Yang

terkadang tak paham dengan hati dan Terisi Setengah Dan Lain-lain dapat kita

pikiran perempuan. Dalam kalimat ini jelas lihat pada kutipan berikut.

bahwa seorang perempuan adalah kesabaran


“ …..Ceruk matanya yang dalam
bagi seorang lelaki ini dibuktikan pada dan hitam seakan menyimpan
sebuah ahasia, di tambah lagi
kalimat …..biarlah ku terimah diriku dengan bulu matanya yang lentik
dan sepasang alis yang menyerupai
sebagai yang bersedih dan dirimu sebagai sayap camar” (TDGKYTSDLL,
2016:44)
yang berbahagia.
Penggunaan gaya bahasa metafora

b. Metafora pada kutipan di atas terdapat pada kalimat

……ditambah lagi dengan bulu matanya


Gaya metafora merupakan jenis gaya
yang lentik dan sepasang alis yang
bahasa perbandingan yang membandingkan
menyerupai sayap camar. Kata sayap camar
suatu hal tanpa menggunakan kata
termasuk gaya metafora karena berusaha
pembanding secara langsung. Dalam cerpen
membandingkan sesuatu hal, walaupun
Tentang Dua Gelas Kopi Yang Terisi
tidak mempergunakan kata-kata
Setengah Setengah Dan Lain-lain
pembanding. Kata sayap dan camar
ditemukan gaya bahasa metafora yang
dibandingkan tanpa mempergunakan kata
membuktikan fungsi metafora sebagai gaya
pembanding, sehingga menimbulkan makna
bahasa kiasan yang mampu menghidupkan
konotasi. Sayap camar mempunyai rti
kalimat atau menyegarkan pengungkapan.

Lebih jelasnya, dengan metafora c.Personifikasi

pengungkapan maksud kalimat enjadi lebih


Gaya personifikasi merupakan gaya ditusukkan kepada hati seseorang ini

bahasa kiasan yang menggambarkan benda- terdapat pada kata menusuk. Kata menusuk

benda mati atau barang-barang yang tidak mengandung arti bahwa tangan yang sedang

bernyawa seolah-olah memiliki sifat memegang alat-alat runcing untuk

kemanusiaan (Keraf, 2006:140). digunakan menusuk sesuatu, entah itu

Personifikasi merupakan corak khusus dari berupa makanan atau hal-hal lain. makna

metafora, yang mengiaskan benda-benda dari pada kalimat di atas bahwa angin

mati dibuat bertindak, berbuat, berbicara musim kemarau menimbulkan

seperti manusia. Adapun kutipan yang ketidaknyamanan bagi sang tokoh sebab

termasuk gaya bahasa personifikasi dalam angin musim kemarau menurutnya banyak

cerpen Tentang Dua Gelas Kopi Yang Terisi merusak lingkungan. Dari pemaknaan ini

Setengah Dan Lain-lain adalah dapat kita pembaca akan turut merasakan keresahan

lihat dalam kalimat berikut. sang tokoh kepada angin musim kemarau.

“Aku benci dengan angin A. GAYA BAHASA RETORIS


musim kemarau karena angin musim
kemarau memang lebih dalam
menusuk dari pada angin musim Penggunaan gaya bahasa retoris pada
dingin” (TDGKYTSDLL, 2016: 51).
cerpen Tentang Dua Gelas Kopi Yang Terisi
Pada kutipan di atas gaya personifikasi
Setengah Dan Lain-lain dapat ditemui
terdapat pada kalimat karena angin musim
beberapa gaya bahasa didalamnya yaitu:
kemarau lebih dalam menusuk, pada kalimat

tersebut angin seolah-olah digambarkan a. Gaya Anastrof


Gaya anastrof merupakan gaya
seperti mempunyai sifat manusia yang
bahasa retoris yang diperoleh dengan
mampu membunuh, seperti manusia biasa
pembalikkan susunan kata yang biasa dalam
yang memegang alat tajam kemudian
kalimat. Gaya bahasa anastrof pada cerpen
Tentang Dua Gelas Kopi Yang Terisi berusaha menelusuri hingga titik makna

Setengah Dan Lain-lain dapat ditemui pada yang sebenarnya..

kutipan berikut.
b. Eufemisme

“ Sebenarnya pertanyaan itu


sudah lama mengganjal di Gaya eufemisme adalah semacam
benaku, tapi baru sekarang
benar-benar penasaran aku gaya berupa ungkapan-ungkapan yang tidak
dibuatnya
(TDGKYTSDLL,2016:46). menyinggung perasaan orang, atau

Pada kutipan di atas termasuk gaya ungkapan-ungkapan yang halus untuk

anastrof karena berusaha membalikkan kata mengantikan acuan-acuan yang mungkin

dalam kalimat, ini dibuktikan pada kalimat dirasakan menghina, menyinggung perasaan

……tapi baru sekarang benar-benar atau mensugesti sesuatu yang tidak

penasaran aku dibuatnya. Subjek kata aku menyenangkan. Penggunaan gaya bahasa

sebagai bukti pembalikkan kata karena eufemisme pada cerpen Tentang Dua Gelas

subjek yang biasa dalam kalimat itu di taruh Kopi Yang Terisi Setengah Dan Lain-lain

di depan kalimat namun pada gaya anastrof dapat dilihat pada kutipan berikut.

subjek di taruh di tengah kalimat sehingga


“ Dilihatnya daun yang
terkesan ada pembalikkan susunan kalimat. gugur di tiup angin kemarau,
yang sedikit membuat
Makna dari penggunaan gaya bahasa bibirnya
bergetar”(TDGKYTSDLL,20
anastrof pada cerpen Tentang Dua Gelas 16: 40).
Pada kutipan di atas termasuk gaya
Kopi Yang Terisi Setengah Dan Lain-lain
eufemisme karena berusahmenyatakan
bahwa seseorang tidak akan pernah merasa
sesuatu dengan tidak menyinggung perasaan
nyaman dibuat penasaran namun dari rasa
atau dengan menggunakan kata yang tidak
penasaran itu terkadang membuat kita
kasar, hal ini dapat di lihat pada kata gugur.
Kata gugur menggantikan arti mati, jatuh, Pada kutipan di atas termasuk gaya

dan sebagainya sehingga penekanan katanya hiperbola karena melebih-lebihkan kata, hal

tidak kasar dan terkesan lembut terdengar di ini terdapat pada kalimat ceruk matanya

telinga, maknanya bahwa seakan ada sesuatu yang dalam dan hitam seakan menyimpan

yang diterbangakan daun yang gugur sebuah rahasia, makna kutipan ini bahwa

itu yang membuat bibirnya bergetar seakan sepasang bola matanya sangat indah

ada kata yang tertahan. dipandang seakan menyimpan sebuah

rahasia kecantikan sosoknya, dari sepasang


b. Hiperbola
bola matanya yang mampu menampung
Gaya hiperbola merupakan gaya
rahasia ini membuat pembaca merasa kagum
bahasa yang mengandung suatu pernyataan
dengan kecantikan sosoknya.
yang berlebihan, dengan membesar-
c. Ellipsis
besarkan sesuatu hal. Penggunaan gaya

bahasa hiperbola pada cerpen Tentang Dua Gaya ellipsis merupakan gaya yang

Gelas Kopi Yang Terisi Setengah Dan Lain- berwujud dengan menghilangkan suatu

lain dapat dilihat pada kutipan berikut. unsur kalimat yang dengan mudah dapat

dipahami, diisi, atau ditafsirkan oleh


“ Ceruk matanya yang dalam
dan hitam seakan menyimpan pembaca atau pendengar, sehingga struktur

sebuah rahasia, di tambah gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola


lagi dengan bulu matanya
yang berlaku. Adapun gaya ellipsis pada
yang lentik dan sepasang alis
yang menyerupai sayap cerpen Tentang Dua Gelas Kopi Yang Terisi

camar Setengah Dan Lain-lain dapat dilihat pada


(TDGKYTSDLL,2016:44).
kutipan berikut.
“ Tapi, apa mereka tahu ada tak langsung suatu peringatan atau karena
orang yang sedih di balik sebuah
suatu emosi yang kuat, maka gaya ini di
pernikahan, seperti……..apa kau tak
sebut gaya oposiopesif, adapun contoh
menginginkan kebahagiaan pada
hubungan kita “ (TDGKYTSDLL, kutipan kalimat dari gaya oposiopesif dalam
2016:52)
cerpen Tentang Dua Gelas Kopi Yang Terisi
pada kutipan di atas termasuk gaya Setengah Dan Lain-lain adalah sebagai
ellipsis sebab penulis berusaha berikut.
menghilangkan unsur di tengah kalimat
“ Kita bersama merasakan
dengan cara menggantinya dengan tanda bahagia, lalu………bisakah
kita membicarakan hal yang
titik-titik kemudian penulis berusaha lain saja, yang tak serupa
dengan ini” (TDGKYTSDLL,
melanjutkan kalimatnya dengan maksud 2016: 52).

yang sama pada kalimat sebelumnya, hal ini Pada kutipan di atas termasuk ke

dikarenakan penulis ingin memperjelas dalam gaya oposiopesif karena penulis

makna dari kutipan tersebut bahwa setiap berusaha membuat pemutusan kalimat pada

kebahagiaan selalu kesedihan yang tanda titik-titik yang kemudian

mengikutinya sebab dimana ada tawa maka melanjutkannya dengan cara emosi, gaya

dibaliknya terdapat pula tangisan. oposiopesif ini adalah lanjutan dari pada

gaya anakoluton. Bila gaya anaoluton


d. oposiopesif
melakukan pemutusan kalimat ditengah-
gaya oposiopesif merupakan gaya tengah baris kalimat, maka gaya oposiopesif
penyambungan kalimat dari gaya melanjutkan pemutusan baris itu dengan
anakoluton, gaya oposaiopesif ini berfungsi kalimat yang dimaksudkan untuk
apabila pemutusan di tengah-tengah kalimat menyatakan suatu pernyataan atau suatu
itu dimaksudkan untuk menyatakan secara peringatan secara emosi. Makna dari kutipan
di atas bahwa sang tokoh berusaha “ Apa kau tak bisa menulis
Mey! Di mana tangan lembutmu
menyangkal untuk membicarakan hal serupa
yang senantiasa memelukku, seperti
dengan kebahagiaan.
ku rindu hangatnya malam ini”
(UKM, 2016: 71)

Pada kutipan di atas gaya persamaan atau


UNTUKMU KEKASIHKU, MEY
simile terdapat pada kata seperti, hal ini

A. GAYA BAHASA KIASAN dibuktikan pada kalimat ………, seperti ku

rindu hangatnya malam ini. gaya


Adapun gaya bahasa kiasan yang
personifikasi pada kutipan ini
ditemukan dalam cerpen Untukmu
mempersamakan antara tangan lembut Mey
Kekasihku, Mey dapat dilihat beberapa gaya
dengan kerinduannya akan pelukan Mey
bahasa sebagai berikut.
yang seperti memberikan kehangatan
a. Simile (persamaan)
padanya malam ini. makna kutipan tersebut
gaya bahasa persamaan atau simile,
bahwa kerinduan sang tokoh akan sosok
ialah gaya perbandingan atau perumpamaan,
Mey yang tak lagi pernah berjumpa dan
yang menyamakan satu hal lain dengan
tidak pernah ada kabar bahkan surat-
mempergunakan kata-kata pembanding
suratnya pun tak kunjung ada balasan
seperti : bagai, sebagai, bak, seperti, semisal,
sehingga membuat hidupnya semakin
seumpama, laksana, sepantun, penaka, se,
hancur tanpa kehadiran sosok Mey.
dan kata-kata pembanding yang lain.
b. Metafora
Penggunaan gaya bahasa simile pada cerpen

Untukmu Kekasihku, Mey dapat kita lihat Gaya metafora merupakan gaya bahasa

kutipan berikut. perbandingan, hanya mempergunakan kata-

kata pembanding seperti kata-kata


pembanding yang digunakan oleh gaya pada gaya bahasa metafora mampu

bahasa simile. Yaitu kata bak, seperti, membuat pembaca turut bersedih karena

sebagai, semisal, seumpama, dan kerinduan sang tokoh akan sosok Mey yang

sebagainya. Penggunaan gaya bahasa tak lagi ada kabar dan tak lagi ada untuknya.

metafora pada cerpen Untukmu Kekasihku,


c. Personifikasi
Mey dapat dilihat pada kutipan berikut.
Gaya personifikasi adalah gaya yang
“ Banyak hal yang ingin
kukisahkan padamu, maka bacalah mepersamakan benda dengan manusia,
suratku ini sampai kau temui lelah
pada aksaranya dan bekas air mata benda-benda mati dibuat dapat hidup,
yang mongering” (UKM, 2016: 70)
berbuat, berpikir, dan berbicara seperti
Pada kutipan di atas yang termasuk
manusia biasa. Penggunaan gaya bahasa
gaya metafora terdapat pada kata air mata.
personifikasi pada cerpen Untukmu
Kata air dan mata dibandingkan secara
Kekasihku, Mey dapat dilihat pada kutipan
langsung tanpa mempergunakan kata-kata
berikut.
pembanding, hal ini bertujuan untuk

menciptakan makna denotasi pada cerpen “ Apa kau tak bisa menulis
Mey! Di mana tangan lembutmu
sehingga pembaca lebih mudah memahami yang senantiasa memelukku, seperti
kurindu hangatnya malam ini”
makna dari kata air dan mata. Kata air mata (UKM,2016: 71).
Pada kutipan di atas termasuk gaya
ialah sebutir air yang jatuh dari pelupuk
personifikasi karena mempersamakan antara
mata yang didukung oleh suasana hati yang
kata malam dibuat seperti manusia biasa
suram atau ketika seseorang merasa
yang mampu memberikan kehangatan
bersedih dan kehilangan maka air mata
sedangkan kenyamanan itu ada pada diri kita
adalah kunci melepas segalanya. Makna dari
sebagai manusia biasa yang mampu mencari
kutipan cerpen Untukmu Kekasihku, Mey
sisi dari kenyamanan meski tidak kepada
suasana di malam hari. Makna dari kutipan yang kutinggalkan tak lebih aku
hanyalah si tua lapuk pengkhayal
ini bahwa sang tokoh merindukan sosok dan si tua lapuk pelupa (UKM,
2016: 70)
Mey sehingga di malam itu ia
Pada kutipan di atas termasuk gaya
membayangkan kehangatan ketika tangan
litotes karena berusaha merendahkan diri,
Mey memeluknya. Dari pemaknaan kutipan
hal ini dapat dilihat pada kutipan ……tak
ini maka timbullah rasa kasihan pembaca
ada lagi sisa-sisa kegagahan yang
dan turut merindukan sosok Mey yang
kutinggalkan, tak lebih aku hanyalah si tua
menghilang pada saat itu.
lapuk pengkhayal dan si tua lapuk pelupa.

B. GAYA BAHASA RETORIS Penulis berusaha membuat sang tokoh

merendahkan dirinya yang sebenarnya


Adapun gaya bahasa retoris yang
menginginkan rasa kasihan dari pembaca.
ditemukan dalam cerpen Untukmu
Kata tua lapuk termasuk kata yang
Kekasihku, Mey ditemukan beberapa gaya
menghina diri sendiri demi menciptakan
bahasa antara lain sebagai berikut.
efek rasa kasihan dari pembaca, penulis
a. Litotes
sengaja memilih diksi lapuk untuk

Gaya bahasa litotes merupakan meyakinkan bahwa sang tokoh benar-benar

semacam gaya bahasa yang dipakai untuk penuh dengan kerinduan.

menyatakan sesuatu dengan tujuan


a. Eufemisme
merendahkan diri. Penggunaan gaya bahasa
Gaya eufemisme merupakan
itotes dalam cerpen Untukmu kekasihku,
gaya yang berupa acuan-acuan atau
Mey dapat dilihat pada kutipan berikut.
ungkapan-ungkapan yang tidak
“ Kekasihku Mey, kini aku
menyinggung perasaan orang, atau kata-kata
telah menua, tubuhku tak lagi kekar,
tak ada lagi sisa-sisa kegagahan
yang halus untuk menggantikan kata-kata membiarkan orang mencaci dirinya dan

yang tidak terdengar kasar di telinga. menunggu Mey dengan kesetiaan cinta yang

Penggunaan gaya eufemisme pada cerpen ia miliki hingga umurnya sudah menua.

Untukmu Kekasihku, Mey dapat dilihat pada


b. Anastrof
kutipan berikut.
Gaya Anastrof adalah semacam gaya
“ Orang-orang kini
mencaciku, menganggapku tidak yang diperoleh dengan pembalikkan
waras. Tetapi aku tetap membujang
karenamu (UKM, 2016: 70) susunan kata yang biasa dalam kalimat.

Pada kutipan di atas termasuk Penggunaan gaya bahasa anastrof dalam

gaya eufemisme karena berusaha cerpen Untukmu Kekasihku, Mey dapat

mengungkapkan perasaan tanpa dilihat pada kutipan berikut.

menggunakan kata-kata yang kasar. Hal ini


“ Dan karena perubahan
dapat dilihat pada kalimat orang-orang kini pulalah kini aku tak tahu dimana kau
kekasihku, Mey, dan aku hanya terus
mencaciku, menganggapku tidak waras. menulis puisi tentangmu”
(UKM,2016: 73).
Kata tidak waras memang sebuah cacian
Pada kutipan di atas termasuk gaya
bagi seseorang namun kata itu tidak
anastrof karena membalikkan kata kau yang
terdengar kasar ditelinga karena digantikan
seharusnya subjek di taruh di awal kalimat
dengan bahasa yang lebih halus. Kata tidak
namun penulis menaruh di tengah baris
waras merupakan pengganti dari kata gila,
kalimat sehingga terkesana ada pembalikkan
apabila penulis mennggunakan kata gila,
susunan kalimat, ini dapat dibuktikan pada
maka itu akan terdengar lebih kasar, tidak
kalimat……karena perubahan pulalah kini
enak dan menyinggung perasaan orang lain.
aku tak tahu kau dimana kekasihku, Mey.
makna dalam kutipan di atas bahwa karena
Makna dari kutipan tersebut bahwa sang
dalamnya cinta kepada Mey hingga
tokoh atau penulis mencari sosok Mey
dengan tidak berhenti menuliskan syair puisi dan ellipsis yang berwujud anakoluton dan

tentang Mey maka, kerinduan itu akan aposiopesif.

terobati lewat puisi-puisi yang ia tuliskan. 2. Penggunaan gaya bahasa berdasarkan

Efeknya terhadap pembaca sangat besar gaya bahasa kiasan dalam kumpulan cerpen

maknanya karena menasehati pembaca agar Hujan, Senja, Rindu karya Hardiansyah

tidak melupakan apa telah dilewati yang Abdi Gunawan yang berhasil ditemukan

sudah tergantikan oleh zaman yang modern meliputi gaya bahasa metafora,

sekarang. personifikasi, dan persamaan atau simile.

B. SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Beberapa saran berikut semoga dapat
A. KESIMPULAN
menjadi bahan masukan yang bermanfaat
Berdasarkan kajian pustaka, hasil
bagi pihak-pihak terkait antara lain :
analisis data dan pembahasan yang telah
1. Saran kepada mahasiswa
dilakukan dapat dibuat kesimpulan sebagai
Dalam pembacaan cerpen
berikut.
mahasiswa hendaknya mampu memahami
1. Penggunaan Gaya bahasa berdasarkan
isi dari cerita yang ditulis oleh pengarang
gaya bahasa retoris dalam kumpulan cerpen
sehingga mampu menangkap nilai-nilai
Hujan, Senja, Rindu karya Hardiansyah
positif yang mampu memberikan semangat,
Abdi Gunawan yang berhasil ditemukan
tekad, dan perilaku baik serta efeknya
meliputi: gaya bahasa Anastrof, eufemisme
mampu memotifasi mahasiswa agar tidak
atau eufemismus, hiperbola, oposiopesif,
menyerah dalam meraih cita-cita serta
litotes, pleonasme, kiasmus, perifrasis,
diharapkan jangan mencontoh apabila dalam
koreksio atau epanortosis, litotes, asidenton,
isi cerpen terdapat nilai-nilai negatif seperti
bahasa seksualitas karena itu hanyalah mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak hanya

imajinasi penulis. Nilai positif dalam cerpen memperoleh hiburan saja tetapi juga

adalah dasar bagi mahasiswa agar bisa mendapatkan ilmu kehidiupan.

menerapkannya melalui kehidupan 3. Saran kepada pembaca karya sastra

bersyarakat. Pembaca karya sastra sebaiknya

2. Saran kepada dosen bahasa dan sastra mengambil nilai-nilai positif dalam karya

Indonesia sastra yang telah dibacanya dalam

Dosen hendaknya memaksimalkan kehidupan di masyarakat, dan sekiranya bisa

penggunaan bahan pembelajaran sastra, menyalurkan ilmu yang dipahami dari

dalam hal ini adalah cerpen. Cerpen Hujan, membaca cerpen kepada pemikir awam.

Senja, Rindu ini didalamnya memenuhi Kumpulan cerpen Hujan, Senja, Rindu

empat macam manfaat pembelajaran sastra, adalah sekumpulan cerpen yang sangat

yaitu: membantu keterampilan berbahasa, bagus, dan cukup menarik karena

meningkatkan pengetahuan budaya, keromantisan penulis yang dapat dilihat

mengembangkan cipta dan rasa, dan pada makna cerpennya, sehingga tidak ada

menunjang pembentukan watak. Lebih salahnya jika membaca kumpulan cerpen

lanjut dosen dapat memilih cerpen lain yang tersebut, judul cerpen ini pun mendukung

sekiranya terdapat beberapa cakupan yang suasana kehidupan yang dialami masyarakat

bisa memberikan manfaat positif bagi saat ini.


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Argesindo
Dola, Abdullah. 2007. Apresiasi Prosa Fiksi Dan Drama. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: Center For Academic
Publishing.
Hardiansyah, Gunawan, Abdi. 2016. Kumpulan Cerpen Hujan, Senja, Rindu. Makassar; PT.
Garis Khatulistiwa.
Hasan, Fatma. 1998. Gaya Bahasa dalam Novel Di bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka.
Tanjung Pinang: Yogyakarta.
Henny, Widyaningrum, Kusuma. 2011. Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen
Penembak Misterius. Jurnal.
Juanda, J. (2012). Peran Sastra Anak dalam Pembiasaan Membaca Sejak Anak Usia Dini
Sebagai Pondasi Pembentukan Karakter Yang Beridentitas Nasional. astra Anak dan
Kesadaran Feminis Dalam Sastra. Makassar: Jurnal Sastra Anak Vol.04.
Juanda, J. (2016). Pendidikan Lingkungan Peserta Didik Melalui Sastra Anak Berbasis Lokal
Confrence: Konferensi Internasional Kesastraan XXV, UNY Yogyakarta. Vol 1.
Juanda, J. & Azis, A. (2018). Penyingkapan Citra Media Indonesia:Kajian Feminisme Lingua :
journal of language, literature, and teaching Vol 15(2), 71-82.
Juanda, J. (2018). Fenomena Eksploitasi Lingkungan Cerpen Koran Minggu Indonesia:
Pendekatan Ekokrtik. AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2 (2),
168-169.
Juanda, J. (2019). Gender Phenomenon in Short Story by Fanny J. Poyk in Media on Line,
Indonesia, Kafaah: Journal Gender Studies, 8 (2), 135-148.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Uama.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta Gramedia.

Luxemburg, Jan Van Dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra Diindonesiakan Oleh Dick Hartoko.

Jakarta: PT. Gramedia.

Nasir, 2011. Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Wajah dan Wajah. Skripsi.
Nurgiantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurgiantoro, Burhan. 2011. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005 “ Kajian Stilistika” (bahan perkuliahan).

Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stikistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sari, Wenny, Juwita. 2014. Apresiasi Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Matahari Di
Rumahku. Jurnal Sastra Indonesia 18 Juli 2014: 2-4.
Sumardjo, Djakob dan Saini K. M.1991.Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Wellek, R. dan Austin Warren. 1998. Teori Kesusastraan. Newyourk: Penguin Book.
http://wikipedia.org/wiki/ pengertian Gaya Bahasa di unduh pada tanggal 20 Maret 2019
http://www.pengertianku.net/2015/09/pengertian-gaya-bahasa-atau-majas-dan-jenisnya-serta-
contohnya.html di unduh pada tanggal 20 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai