Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN PUISI KEMBANG SEPASANG KARYA

GUNAWAN MARYANTO

(Stilistic Study In The Collection Of Gunawan Maryanto Flower Poetry A Pair of Works)

Anisa Lestari
Universitas PGRI Palembang
Jl. Ahmad Yani, Palembang, Sumatera Selatan
Pos-el : lestarianisa699@gmail.com

Achmad Wahidy
Universitas PGRI Palembang
Jl. Ahmad Yani, Palembang, Sumatera Selatan
Pos-el : achmadwahidy@gmail.com

Liza Murniviyanti
Universitas PGRI Palembang
Jl. Ahmad Yani, Palembang, Sumatera Selatan
Pos-el : murniviyantiliza@gmail.com

Abstract
The problem in this research is how the language style and imagery in the collection of poems Flower
Poetry by Gunawan Maryanto. The purpose of this research in general is to find out and describe the
stylistics, especially the style and imagery in the collection of poetry Flower Poetry by Gunawan
Maryanto. The research method used is descriptive qualitative method. The data analysis technique
used content analysis. The results of the analysis obtained by the researcher are in the form of 20
styles of language according to their meaning and use, namely, alliteration, assonance, epizeukis,
anaphora, mesodilopsis, simile, metaphor, personification, depersonification, anithesis, pleonasm,
tautology, metonymy, synecdoche, eponym, erothesis , ellipsis, hyperbole, oxymoron, climax. While
the imagery in the collection of poems Flower Poetry consists of 5 images, namely visual imagery,
auditory imagery, motion imagery, tactile imagery, and olfactory imagery.

Keywords: Language Style, Imagery, A Pair of Flower Poetry

Abstrak
Masalah pada penelitian ini bagaimanakah gaya bahasa dan citraan pada kumpulan puisi Kembang
Sepasang karya Gunawan Maryanto. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan stilistika khususnya gaya bahasa dan citraan pada kumpulan puisi Kembang
Sepasang karya Gunawan Maryanto. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif. Teknik analisis data menggunakan analisis isi. Hasil analisis yang didapatkan oleh peneliti
adalah berupa gaya bahasa berjumlah 20 sesuai dengan pengertian dan kegunaanya yaitu, aliterasi,
asonansi, epizeukis, anafora, mesodilopsis, simile, metafora, personifikasi, depersonifikasi, anitesis,
pleonasme, tautologi, metonimia, sinekdoke, eponim, erotesis, ellipsis, hiperbola, oksimoron,
klimaks. Sedangkan citraan pada kumpulan puisi Kembang Sepasang berjumlah 5 citraan, yaitu
citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman.

Kata kunci: Gaya Bahasa, Citraan, Puisi Kembang Sepasang


1. PENDAHULUAN bahasa dan gaya bahasa dalam
Puisi merupakan jenis karya karya sastra, dengan menelaah
sastra yang dibuat berdasarkan unsur-unsur bahasa yang terdapat
imajinasi penulis dan penggunaan di dalam sebuah karya satra yang
gaya bahasa, sehingga digunakan penulis sehingga
menghasilkan aspek estetik atau terlihat perlakuan penulis serta
keindahan. Hal tersebut sesuai aspek kebahasaa yang digunakan
dengan pernyataan (Pradopo, pada saat menciptakan suatu karya
2017:7) puisi merupakan cara sastra.
mengekspresikan pemikiran yang Gaya bahasa merupakan penggunaan
membangkitkan perasaan, serta bahasa sebagai media komunikasi dengan
merangsang imajinasi pancaindra tujuan untuk menarik perhatian, dalam
dalam susunan yang berirama. sebuah karya sastra gaya bahasa
Diantara ruang lingkup digunakan untuk memperindah atau
sastra, puisi dianggap sebagai objek menambah kesan estetik. Gaya bahasa
utama stilistika, alasannya puisi dapat ditemukan dalam ragam bahasa
selalu menggunakan bahasa secara lisan ataupun tulis, baik yang terdapat
khas. Puisi itu mengekspresikan dalam karya sastra maupun nonsastra
pemikiran yang membangkitkan (Atmawati, 2014:2). Menurut (Laila,
perasaan, yang merangsang 2016:147) Gaya bahasa merupakan salah
imajinasi panca indera dalam satu unsur terpenting dalam puisi. Dengan
susunan yang berirama. adanya penggunaan gaya bahasa dalam
Puisi merupakan bahan karya sastra ksusunya puisi akan
kajian yang menarik untuk diteliti menimbulkan kesan indah pada puisi.
mengingat memberikan banyak Menurut Keraf dalam (Lestari & Aeni,
bahasa kias didalamnya. Puisi 2018:3) mengatakan bahwa gaya bahasa
menggunakan bahasa yang lebih ialah suatu cara untuk mengungkapkan
padat dan simbolik dari dua genre pikiran melalui bahasa secara khusus yang
sastra (Zuhdy & Masadi, 2015:65). memperlihatkan jiwa serta kepribadian
Menurut (Sandi, Fitri, & sang penulis. Gaya bahasa juga bermakna
Zulfahita, 2020:14) unsur-unsur sebagai penggunaan ragam bahasa
puisi terdiri atas unsur batin dan tertentu untuk memperoleh efek-efek
unsur fisik. Unsur batin terdiri atas tertentu Saptarini, 2015:91). Setiap
tema, nada, perasaan dan amanat. pengarang mempunyai gaya
Sedangkan unsur fisik puisi terdiri pengungkapan tersendiri dalam
atas diksi, pengimajinasian, kata menyampaikan tulisannya, bentuk
konkret, majas, verifikasi dan ungkapan yang digunakan pengarang
tifografi puisi. itulah yang disebut gaya bahasa. Menurut
Stilistika merupakan sebuah pendapat (Jabrohim, 2012:221) stylistics
pendekatan untuk mengkaji gaya berkaitan dengan style berarti gaya,
bahasa atau penggunaan bahasa sedangkan stylistics dapat diartikan
dalam sebuah karya sastra. sebagai ilmu tentang gaya. Gaya dalam
Menurut (Ratna, 2017:5 ) stilistika kaitan ini tentu saja mengacu pada
berhubungan dengan pengertian pemakaian atau penggunaan bahasa dalam
ilmu tentang gaya secara umum karya sastra. Gaya bahasa dibedakan
yang meliputi seluruh aspek menjadi gaya bahasa perulangan, gaya
kehidupan manusia. Stilistika bahasa perbandingan, gaya bahasa
dalam karya sastra merupakan pertautan, dan gaya bahasa pertentangan.
bagian stilistika itu sendiri. Selanjutnya berkaitan dengan citraan
Stilistika adalah ilmu yang yaitu, citraan penglihatan, citraan
digunakan untuk menganalisis
pendengaran, citraan gerak, citraan Festival) sebagai penata program.
perabaan dan citraan penciuman. Karyanya yang telah terbit yaitu
Kumpulan puisi Kembang Waktu Batu (naskah lakon, ditulis
Sepasang karya Gunawan Maryanto bersama Andre Nur latif dan
menggunakan bahasa yang Ugoran Prasad, Indonesiatera
bervariasi menjadikan puisi ini tahun 2004), kumpulan cerpen, dan
lebih menarik bagi pembaca, kumpulan puisi. Pada tahun 2017
dengan adanya gaya bahasa yang Gunawan Maryanto menerbitkan
digunakan penulis pada karyanya buku Kumpulan Puisinya yang
maka puisi Kembang Sepasang berjudul Kembang Sepasang.
karya Gunawan Maryanto menarik Berdasarkan uraian di atas
untuk diteliti pada bagian stilistika maka peneliti akan melakukan
khususnya gaya bahasa dan penelitian dengan mengangkat
citraan. Kumpulan puisi Kembang judul tentang “Kajian Stilistika
Sepasang karya Gunawan Maryanto dalam Kumpulan Puisi Kembang
memiliki beberapa bagian yaitu, Sepasang Karya Gunawan
beberapa sajak perihal anak, magical Maryanto”.
thought, yang berlaku sepanjang Masalah pada penelitian ini
tahun, yang terlepas dan tak tuntas, adalah bagaimanakah gaya bahasa
dan berguru pada bayang-bayang. dan citraan pada kumpulan puisi
Kajian stilistika pada penelitian ini Kembang Sepasang karya Gunawan
dibatasi pada gaya bahasa dan Maryanto ?
citraan. Jumlah keseluruhan puisi Tujuan penelitian ini adalah
yang terdapat dalam kumpulan untuk mengetahui dan
puisi Kembang Sepasang karya mendeskripsikan stilistika
Gunawan Maryanto berjumlah 62 khususnya gaya bahasa dan citraan
puisi. Dari jumlah keseluruhan pada kumpulan puisi Kembang
puisi tersebut peneliti hanya Sepasang karya Gunawan
mengambil 27 puisi saja. Alasan Maryanto.
diambil 27 puisi saja karena peneliti Puisi merupakan suatu
memilih tema rasa cinta pada bentuk karya sastra yang dibuat
seorang kekasih di dalam berdasarkan imajinasi penulis.
kumpulan puisi Kembang Sepasang Menurut (Sumaryanto 2019:2).
karya Gunawan Maryanto yang Puisi sebagai karya seni sastra
digunakan peneliti sebagai objek dapat dikaji dari bermacam-macam
kajiannya dan puisi tersebut juga aspek, misalnya dari struktur dan
belum pernah diteliti oleh peneliti unsur-unsurnya, dari jenis atau
lain baik dari segi gaya bahasa ragam-ragamnya, dan juga dari
maupun pencitraannya. sudut kesejarahannya (Heriana,
Kumpulan puisi Kembang 2014:58). Puisi secara etimologis
Sepasang ditulis oleh Gunawan berasal dari kata Bahasa Yunani,
Maryanto lahir di Yogyakarta pada poites yang memiliki arti
tanggal 10 April 1976. Ia pembangun, pembentuk, pembuat.
merupakan seorang aktor, Wujud puisi memiliki bangun
sutradara dan penulis Indonesia. ia struktur, yaitu unsur pembentuk
menyelesaikan pendidikannya di puisi yang dapat diamati secara
Universitas Gadjah Mada visual. Unsur tersebut meliputi: 1)
Yogyakarta jurusan Sastra Jawa. ia bunyi; 2) kata; 3) larik atau baris; 4)
mengabdi di Teater Garasi/Garasi bait1; 5) tipografi (Latifi, 2013:27).
performance Institute sebagai Menurut (Nurgiyantoro
Associate Arsitik dan mengelolah 2014:152) Stilistika merupakan
IDRF (Indonesia Dramatic Reading suatu cabang ilmu linguistik
dengan memfokuskan pada unsur kejadian yang sedang terjadi.
stile meliputi bunyi, leksikal, Penelitian deskriptif memusatkan
struktur, pemajasan, sarana pada masalah-masalah aktual pada
retorika (penyiasatan struktur), saat penelitian berlangsung.
citraan, dan kohesi. (Trianto, 2011:197). Sementara
Menurut Tarigan (2013:4-5) metode kualitatif digunakan untuk
gaya bahasa adalah suatu bentuk mendapatkan data yang mendalam
retorik, yaitu penggunaan kata-kata dan tidak menekankan pada
dalam kegiatan berbicara serta generalisasi, akan tetapi lebih
menulis bertujuan untuk menekankan pada makna. Makna
meyakinkan dan mempengaruhi adalah data yang sebenarnya, data
pembaca. yang pasti yang merupakan suatu
Menurut Altenbernd dalam nilai dibalik data yang tampak
(Pradopo, 2017:81) citraan merupakan (Sugiyono, 2015:15).
gambar-gambar dalam pikiran serta Metode ini bertujuan untuk
bahasa yang menggambarkannya. memecahkan masalah serta
Penggunaan citraan di dalam puisi menganalisis Stilistika khususnya
dimaksudkan agar pembaca dapat gaya bahasa dan citraan pada
memperoleh gambaran konkret tentang kumpulan puisi Kembang Sepasang
hal-hal yang ingin disampaikan oleh karya Gunawan Maryanto.
pengarang atau penyair ( Laila, 2016:14).
Gambaran pikiran merupakan efek yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat dalam pikiran yang sangat Setalah melakukan penelitian
menyerupai gambaran yang dihasilkan pada kumpulan puisi Kembang
oleh penglihatan kita dari sebuah objek Sepasang karya Gunawan
yang dilihat oleh mata. Citraan ialah salah Maryanto, peneliti mencari data
satu unsur gaya (stile) yang sangat penting yang berhubungan dangan kajian
selain berfungsi untuk mengkonkretkan stilistika yang meliputi gaya bahasa
juga dapat menghidupkan sebuah dan citraan yang selanjutnya
penuturan. peneliti akan menganalisis data dan
mendapatkan hasil kemudian
2. METODE PENELITIAN dilakukan pembahasan. Hasil
Metode penelitian penelitian yang diperoleh dari
merupakan suatu cara ilmiah untuk menganalisis 27 puisi yang dipilih
melakukan kegiatan dalam bentuk sebagai objek penelitian pada
analisis dan pengumpulan data. kumpulan puisi Kembang Sepasang
Hal tersebut dikuatkan dengan karya Gunawan Maryanto
pendapat (Sugiyono, 2016:2) ditemukan adanya 20 gaya bahasa
metode penelitian ialah cara ilmiah dan 5 citraan. Hasil penelitian
untuk mendapatkan data dengan berdasarkan kajian stilistika yang
tujuan serta kegunaan terdapat dalam kumpulan puisi
tertentu.Metode yang digunakan Kembang Sepasang karya Gunawan
pada penelitian ini adalah metode Maryanto akan dijabarkan dengan
deskriptif kualitatif. Menurut penjelasan secara lebih luas.
Moleong dalam (Arip, B,
Saepurokhman, A, & Gunadi, D, 3.1 Gaya Bahasa Aliterasi
2021:15) Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang tidak Dari rumah-rumah yang rubuh
menggunakan perhitungan. dan penghuni-penghuni yang mati kedinginan
Metode deskriptif adalah pada sebuah subuh
metode yang mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa serta
Dari penggalan puisi di atas dapat anafora yang ditandai dengan kata
dikatagorikan ke dalam gaya bahasa pertama pada baris secara berturut-
aliterasi karena pada kalimat Dari rumah- turut seperti kata mungkin dari.
rumah yang rubuh terdapat penggunaan Pengulangan kata yang
konsonan “r” yang digunakan penulis ditempatkan di depan digunakan
pada awal kata, yang bertujuan untuk oleh penulis agar pembaca mudah
memperindah bunyi pada puisi tersebut. memahami dan mengingat maksud
yang ditekankan dari peulis.

3.2 Gaya Bahasa Asonansi 3.5 Gaya Bahasa Mesodilopsis

Diantara tanah retak dan angin layu Tapi lading yang sepi mesti kau isi
Hanya daun-daun yang tumbuh ditubuh Sesuatu mesti kau tanam di sini
Dari luka yang ku tanam bulan lalu Agar kelak ada yang bisa kau inget
Selain angin dingin yang cepat lewat
Berdasarkan kutipan puisi
di atas terdapat gaya bahasa Berdasarkan puisi di atas
asonansi karena terdapat terdapat gaya bahasa mesodilopsis
pengulangan bunyi vokal yang karena pada penggalan puisi
sama, penyair menggunakan tersebut terdapat pengulangan kata
pengulangan vokal “u” yang di tengah baris secara berurutan.
sebenarnya tidak memiliki makna Penyair menggunakan
apapun tetapi diharapkan dapat pengulangan kata yakni pada kata
memberikan kesan estetik kepada meski dan yang secara dua kali
pembaca. berturut-turut. Penggulangan di
tengah baris dilakukan oleh penulis
3.3 Gaya Bahasa Epizeukis sebagai upaya penegasan untuk
memberikan kesan yang indah
Kupanggil namamu. Kupanggil namamu ketika dibaca.
Lewat nyanyi tonggeret di pohon randu
3.6 Gaya Bahasa Simile
Berdasarkan kutipan puisi
di atas terdapat gaya bahasa Ia tak akan pernah terbang
epizeukis karena bahasanya Sebagaimana burung-burung
bersifat langsung dengan
mengulang setiap kata yang Berdasarkan kutipan puisi
dianggap penting secara berturut- di atas terdapat gaya bahasa simile
turut. Pada kata kupanggil namamu karena pada kata Ia tak akan pernah
terdapat kata kupanggil dan kata terbang
namamu yang digunakan oleh Sebagaimana burung-burung pengarang
penyair secara dua kali dalam satu mengibaratkan seseorang memiliki
baris. Hal tersebut digunakan persamaan dengan burung-burung.
untuk mempertegas apa yang ingin
menjadi maksud penyair. 3.7 Gaya Bahasa Metafora

3.4 Gaya Bahasa Anafora Dan kau adalah pohon kering


Berdiri dengan wajah yang gering
Mungkin dari gunung
Mungkin dari sebuah kampung Berdasarkan kutipan puisi
di atas terdapat gaya bahasa
Berdasarkan kutipan puisi metafora karena penyair
di atas, terdapat gaya bahasa membandingkan dua hal secara
langsung tetapi dalam bentuk kata memiliki makna bahwa seseorang
yang singkat, seperti pada kata dan yang selalu merasa hidupnya
kau adalah pohon kering yang berkecukupan dan pada kata
memiliki arti seseorang bagaikan menyentuh tanah memiliki makna
pohon yang kering. Pohon kering seolah-olah kehidupannya serba
memiliki arti bahwa pohon tersebut kekurangan sehingga seseorang
masih menyisakan kekokohan dan tersebut merasa gelisah.
masih memiliki beberapa ranting di
puncaknya. Penyair mencoba 3.11 Gaya Bahasa Pleonasme
melambangkan pohon kering
sebagai perjuangan seseorang Merasa canggung dan malu
sebelum akhirnya kering dan mati. Ingin tidur seperti dulu

3.8 Gaya Bahas Personifikasi Kuripan puisi di atas


menunjukkan adanya penggunaan
Kedua agar-agar itu seperti gaya bahasa pleonasme pada kata
Sibuk dengan pikirannya masing-masing canggung dan malu, penulis
menggunakan kata yang berlebihan
Kutipan puisi di atas yang memiliki makna yang sama.
menunjukkan adanya penggunaan Canggung berarti rasa kaku dan
gaya bahasa personifikasi pada tidak percaya diri sedangkan malu
kata kedua agar-agar yang berarti rasa tidak enak hati kepada
memiliki sifat seperti manusia yang orang lain atas perbuatan yang
digambarkan penulis dengan dilakukannya, jika kata malu
mengibaratkan benda mati seolah- dihilangkan maka makna dalam
olah hidup seperti layaknya puisi tersebut tetap sama.
manusia.
3.12 Gaya Bahasa Tautologi
3.9 Gaya Bahasa Depersonifikasi
Biasa dalam tidur kini mereka tegak
Tubuhmu menguning seperti album usang Layaknya cagak yang menyokong
Mengundang kemuraman kembali dating
Kutipan puisi di atas
Berdasarkan kutipan puisi menunjukkan adanya penggunaan
di atas terdapat gaya bahasa gaya bahasa tautology pada kata
depersonifikasi karena pada tegak yang artinya berdiri, sigap
penggalan puisi tersebut penyair dan tidak berubah sedangkan
meletakkan sifat benda pada cagak memiliki arti yang sama
manusia. Pada bait di atas penyair seperti kata tegak yang berarti
mengibaratkan tubuh yang sebagai penopang, penahan, dan
menguning layaknya album using. penyangga. Sehingga pada
penggalan puisi di atas penulis
3.10 Gaya Bahasa Anitesis menggunakn kata yang berlebihan
dan mengandung sebuah
Biasa berada dalam ketinggian perulangan kata yang berbeda
Kini mereka gelisa menyentuh tanah namun memiliki makna yang sama.

Kutipan puisi di atas 3.13 Gaya Bahasa Metonimia


menunjukkan adanya penggunaan
gaya bahasa anitesis pada kata Galeri ini hanya mengenal suara motormu
ketinggian dan menyentuh tanah. Yang sesekali melintas di depannya.
Kata ketinggian pada puisi ini
Berdasarkan kutipan puisi Berdasarkan kutipan puisi
di atas terdapat gaya bahasa di atas terdapat gaya bahasa
metonimia pada kata galeri yang erotesis yaitu gaya bahasa yang
memiliki arti suatu tempat berupas suatu pernyataan yang
sedangkan kata suara motormu tidak membutuhkan atau menuntut
yang memiliki arti seseorang yang suatu jawaban pada kata apa yang
membayangkan sesuatu. Pada bisa kulakukan dihadapanmu?
penggalan puisi di atas penulis
menggunakan gaya bahasa 3.17 Gaya Bahasa Elipsis
metonimia karena penulis
menggunakan kata galeri sebagai Berhenti di jembatan supyogyo
kata ganti tempat dan Aku melihatmu membeku
menggunakan kata suara motormu
untuk membayangkan sesuatu Berdasarkan kutipan puisi
yang sebelumnya pernah ia dengar. di atas terdapat gaya bahasa ellipsis
karena penyair menghilangkan
3.14 Gaya Bahasa Sinekdoke dubjek pada awal kalimat, sehingga
tidak sesuai dengan tata bahasa.
Mereka datang dari segala penjuru Pada larik berhenti di jembatan
Dari kampung-kampung supyogyo seharusnya menjadi dia
Yang tak kautahu berhenti di jembatan supyogyo
Dari rumah-rumah yang rubuh agar kalimat tersebut memenuhi
bentuk kalimat tata bahasa.
Kutipan puisi di atas
menunjukkan adanya penggunaan 3.18 Gaya Bahasa Hiperbola
gaya bahasa sinekdoke yang
digunakan penulis pada kata dari Setumpuk jerami membakar diri
segala penjuru yang memiliki arti Mengirim kabar pada langit
sebagian sebagai kata pengganti
keseluruhan pada puisi tersebut. Berdasarkan kutipan puisi
di atas terdapat gaya bahasa
3.15 Gaya Bahasa Eponim hiperbola karena penyair
memberikan suatu pernyataan
Sebab aku tidak akan kembali yang terlalu berlebihan pada kata
Seperti Dwi Sri pada Sadana mengirim kabar pada langit
mempunyai makna seolah-olah
Berdasarkan kutipan puisi langit dijadikan sebagai tempat
di atas terdapat gaya bahasa untuk mengirm kabar. Pada
eponym karena dalam penggalan umumnya langit ialah titik
puisi tersebut terdapat kata Dwi Sri permukaan teratas yang ada di
yang memiliki arti kemiskinan, bumi dan sangat bertolak belakang
bencana kelaparan, hingga jika langit dijadikan tempat untuk
kematian. Pada larik di atas mengirim kabar.
penggunaan kata Dwi Sri
melambangkan bahwa keadaan 3.19 Gaya Bahasa Oksimoron
seseorang yang kehilangan sesuatu
yang berharga dalam hidupnya. Berbagai kesedihan dan kekosongan
Berbagi hidup dan mati
3.16 Gaya Bahasa erotesis
Berdasarkan kutipan puisi
apa yang bisa kulakukan dihadapanmu? di atas terdapat gaya bahasa
oksimoron pada kata hidup dan
mati yang memiliki arti yang sebenarnya dapat di dengar oleh
berlawanan atau bertolak belakang, indra pendengaran namun penyair
hdup artinya masih memiliki jiwa membuat pembaca dapat
dan raga dan mati artinya tidak mendengar suara yang dilukiskan
bernyawa. Pada kedua kata dalam larik puisi tersebut.
tersebut memiliki arti yang bertolak
belakang sehingga termasuk ke 3.23 Citraan Gerak
dalam gaya bahasa oksimoron
Daun-daun lepas dari ikatan
3.20 Gaya Bahasa Klimaks Melayang jatuh di jalanan

Seperti beerpasang-pasang kaki Berdasarkan kutipan puisi


Yang kering, rapuh, dan tak percaya diri di atas terdapat citraan gerak
kerana di dalam penggalan puisi
Berdasarkan penggalan tersebut terdapat kata melayang
puisi di atas terdapat gaya bahasa jatuh yang merupakan kegiatan
klimaks karena terdapat susunan yang dapat dilakukan oleh
ungkapan yang semakin lama makhluk hidup dan tumbuhan
semakin mengandung penekanan sehingga kata tersebut termasuk ke
pada setiap kata yang digunakan dalam citraan gerak.
penyair.
3.24 Citraan Perabaan
3.21 Citraan penglihatan
Cahaya yang memeluk kami
Mereka dating dari segala penjuru -menghangatkan tubuh kami
Dari kampung-kampung Yang dingin dan sepi ini
Yang tak kautahu
Dari rumah-rumah yang rubuh Berdasarkan kutipan puisi
di atas terdapat citraan perabaan
Berdasarkan kutipan di atas karena penggalan puisi di atas
terdapat citraan penglihatan karena terdapat kata menghangatkan
kata kampung-kampung dan tubuh kami yang dingin yang bisa
rumah-rumah yang rubuh tidak dirasakan oleh indra peraba
dapat terlihat namun penyair sehingga kata tersebut termasuk ke
melalui puisinya menyampaikan dalam citraan perabaan.
kepada pembaca seolah-olah dapat
melihat sesuatu yang sebenarnya 3.25 Citraan Penciuman
tidak terlihat melalui gambaran Hari ini kucium lagi bau tubuhmu
yang disampaikan penyair. Pada batu-batu yang kususun di kali soyang

3.22 Citraan Pendengaran Berdasarkan kutipan puisi


di atas terdapat citraan penciuman
Di sudut seseorang tengah memutar karena pada kata kucium lagi bau
Lagu cinta dari masa lalu. Kedua agar-agar tubuhmu merupakan kegiatan
itu seperti sibuk dengan pikirannya masing- menangkap bau dengan
masing menggunakan indra penciuman
sehingga kata tersebut termasuk ke
Berdasarkan kutipan puisi dalam citraan penciuman.
di atas terdapat citraan Berdasarkan hasil penelitian
pendengaran karena pada dari “Kajian Stilistika dalam
penggalan puisi tersebut terdapat Kumpulan Puisi Kembang Sepasang
kata memutar lagu cinta yang karya Gunawan Maryanto”, maka
diperoleh 20 gaya bahasa dari 57 Gunawan Maryanto yaitu gaya bahasa
jenis gaya bahasa. Sedangkan anafora dan hiperbola.
citraan diperoleh 5 citraan dari 5 Penyair banyak menggunakan
jenis citraan yang digunakan gaya bahasa anafora untuk
penyair dalam 27 puisi yang dipilih mendeskripsikan kepada pembaca
sebagai objek pada kumpulan puisi tentang kehidupan seorang kekasih
Kembang Sepasang karya Gunawan yang saling merindukan karena
Maryanto. kehilangan atau kepergian.
Ditinjaui dari penelitian milik Sita Penggunaan gaya bahasa anafora
Khoiriah, Ali Nuke Affandy, dan Insani sangat mendalam digunakan
Wahyu Mubarok pada tahun 2019 penyair dalam menyampaikan
tentang " Analisis Stilistika Puisi Gresla pesan yang terkandung di dalam
Mamoso Karya Aming Aminoedhin”, puisi tersebut serta pengulangan
peneliti sebelumnya memiliki keterkaitan yang digunakan penyair dapat
pada penelitian yang dilakukan sekarang. memberikan penekanan untuk
Pada penelitian sebelumnya membahas meyakinkan pembaca.
stilistika dengan mengkaji diksi dan gaya Gaya bahasa hiperbola sangat
bahasa pada kumpulan puisi, tetapi berpengaruh pada puisi tersebut. Hal ini
penelitian sekarang membahas tentang ditunjukkan oleh penyair pada beberapa
stilistika dengan mengkaji gaya bahasa puisinya yang banyak menggunakan kata-
dan citraan pada kumpulan puisi Kembang kata yang berlebihan sehingga membuat
Sepasang karya Gunawan Maryanto. membaca harus memahami setiap kata
Pada penelitan sebelumnya yang ditulis oleh penyair agar pembaca
menjelaskan bahwa terdapat 2 jenis dapat memahami makna yang terkandung
pemanfaatan kosakata dan terdapat 5 jenis dalam puisi tersebut. Penyair
gaya bahasa puisi Gresla Mamoso karya menggunakan gaya bahasa hiperbola
Aming Amineodhin diantaranya gaya untuk mendeskripsikan dan menunjukkan
bahasa asonasi, repetisi, hiperbola, tentang suatu keadaan saat penyair sedang
paralisme, dan personifikasi. Sedangkan merasakan kebahagiaan maupun
penelitian sekarang menjelaskan bahwa kesedihan dengan mengandai-andaiakan
terdapat 20 jenis gaya bahasa yaitu gaya suatu hal yang ada dipikirannya dengan
bahasa aliterasi, asonansi, epizeukis, berbagai hal yang bisa ia gabungkan di
anafora, mesodilopsis, simile, metafora, dalamnya.
personifikasi, depersonifikasi, anitesis, Berdasarkan hasil analisis peneliti
pleonasme, tautologi, metonimia, citraan yang dominan dalam 27 puisi yang
sinekdoke, eponim, erotesis, ellipsis, dipilih sebagai objek penelitian pada
hiperbola, oksimoron, dan klimaks. kumpulan puisi Kembang Sepasang karya
Selanjutnya berkaitan dengan citraan Gunawan Maryanto yaitu citraan
bahwa terdapat 5 jenis citraan yaitu penglihatan karena pada kumpulan puisi
citraan penglihatan, pendengaran, gerak, Kembang Sepasang karya Gunawan
perabaan dan penciuman. Maryanto penyair banyak menggunakan
Jadi berdasarkan penelitian rangsangan terhadap indera penglihatan
mengenai “Kajian Stilistika dalam yang bertujuan untuk membuat pembaca
Kumpulan Puisi Kembang Sepasang karya seolah-olah dapat melihat apa yang
Gunawan Maryanto”, diperoleh 20 gaya sebenarnya tidak terlihat namun pembaca
bahasa dari 57 jenis gaya bahasa dan hanya dapat membayangkannya. Citraan
sebanyak 5 citraan dari 5 jenis citraan yang penglihatan yang digunakan penyair pada
terdapat dalam kumpulan puisi Kembang puisinya memberikan ketenangan batin
Sepasang karya Gunawan Maryanto. Gaya kepada pembaca karena penyair banyak
bahasa yang dominan dalam 27 puisi yang menggambarkan atau melukiskan suasana
dipilih sebagai objek penelitian pada alam yang dapat membuat pembaca
kumpulan puisi Kembang Sepasang karya merasakannya walaupun melalui
imajinasi. Suasana alam yang digambarkan anafora dan hiperbola karena
penyair pada puisinya untuk menceritakan penyair banyak menggunakan
tentang kehidupan sepasang kekasih yang pengulangan kata pertama pada
berpisah dan saling merindukan, setiap baris atau kalimat dan
kerinduan sepasang kekasih tersebut penyair juga banyak menggunakan
digambarkan penyair melalui citraan kata yang berlebihan jumlah dan
penglihatan. ukurannya pada puisi tersebut.
Citraan pada 27 puisi dalam
kumpulan puisi Kembang Sepasang
4. KESIMPULAN karya Gunawan Maryanto terdiri
Berdasarkan hasil penelitian dari 5 citraan yaitu citraan
tentang stilitika dalam kumpulan penglihatan, citraan pendengaran,
puisi Kembang Sepasang karya citraan gerak, citraan perabaan, dan
Gunawan Maryanto dapat citraan penciuman. Pada puisi
disimpulkan bahwa gaya bahasa tersebut citraan penglihatan yang
pada kumpulan puisi Kembang dominan digunakan penyair karena
Sepasang karya Gunawan Maryanto penyair lebih banyak
yaitu terdiri dari 20 gaya bahasa menggunakan indera penglihatan
yang meliputi gaya bahasa untuk menggambarkan suasana
perulangan yaitu aliterasi, alam dalam puisinya.
asonansi, epizeukis, anafora,
mesodilopsis. Gaya bahasa 5. DAFTAR PUSTAKA
perbandingan yang meliputi simile Arip, B., Saepurokhman, A., & Gunadi, D.
atau perumpamaan, metafora, (2021). Kajian Tindak Tutur
personifikasi, depersonifikasi, Persembahan Pada Tradisi Rebo
anitesis, pleonasme dan tautologi. Wekasan di Dusun Nantung Kabupaten
Gaya bahasa pertautan yang Sumedang:Kajian Pragmatik.
meliputi metonimia, sinekdoke, Metalingua: Vol. 19 No. Juni 2021.
eponim, erotesis dan ellipsis. Gaya Atmawati, D. (2014). Majas dalam Al-Qur'an
bahasa pertentangan yang meliputi (Kajian Terhadap Al-Qur'an
Terjemahan Juz 30). Lingua: Vol. 9
hiperbola, oksimoron dan klimaks.
No. 1 Juni 2014.
Gaya bahasa yang paling sering
Heriana. (2014). Kohesi Gramatikal dan
muncul pada 27 puisi yang Leksikal dalam Wacana Puisi
terdapat dalam kumpulan puisi Tadarusku Untukmu Karya Sus.S
Kembang Sepasang karya Gunawan Hardjono. Metalingua: Vol. 12 No. 1
Maryanto yaitu gaya bahasa Juni 2014.
Jabrohim. (2012). Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Laila, A. (2016). Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya M
Aan Mansyur (Tinjauan Stilistika). Jurnal Gramatika: Vol. 2 No. 22 Oktober 2016.
Laila, A. (2016). Citraan dalam Puisi Mangkutak di Negeri Plosaliris Karya Rusli Marzuki Saria.
Jurnal Gramatika. Vol. 2 No. 1 April 2016.
Latifi, Y. N. (2013). Puisi Ana karya Nazik Al Malakah (Analisis Semiotik Riffaterre). Adabiyyat:
Vol. XII. No. 1 Juni 2013.
Lestari, R. D., & Aeni, E. S. (2018). Penggunaan Gaya Bahasa Perbandingan pada Kumpulan Cerpen
Mahasiswa. Semantik Vol. 7. No. 1 februari 2018.
Maryanto, Gunawan. 2017. Kembang Sepasang. Jakarta: Grasindo.
Nurgiyantoro, B. (2014). Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, R. D. (2017). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, N. K. (2017). Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sandi, I. M., Fitri, & Zulfahita. (2020). Gaya Bahasa dalam kumpulan Puisi Sajak Nol karya Gunita
Wirawan (Kajian Stilistika). Journal STKIP Singkawang Vol. 3 1 Juli 2020.
Saptarini, T. (2015). Penggunaan Gaya Bahasa Menurut Pilihan Kata dan Struktur Kalimat dalam
Iklan Kampanye Pemilu Legislatif Tahun 2014. Metalingua: Vol 13. No. 1 Juni 2015.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: ALFABETA, cv.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA, cv.
Sumaryanto. (2019). Karya Sastra Bentuk Puisi. Semarang: Mutiara Aksara.
Tarigan, H. (2013). Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: CV. Angkasa.
Trianto. (2011). Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.
Zuhdy, H., & Masadi, M. A. (2015). Analisis From Puisi-Puisi Nizar Qabbbani dalam Antologi Puisi
100 Risalah Hub. Lingua: Vol. 10. No. 2 Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai