Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH STILISTIKA

Analisis Sajak Menggunakan Teori Dasar Stilistika dengan Memperhatikan


Sifat Dasar Bahasa Sastra: Denotatif, Konotatif, Sugestif, Asosiatif, dan
Polyinterpretable

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Stilistika

Dosen Pengampu: Dr. Redyanto Noor, M.Hum.


Yuniardi Fadilah, S.S., M.A.

Oleh:
Stella Lasverina Limparu
NIM 13010120130048/ Kelas B

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
Stilistika adalah ilmu yang mempelajari gaya bahasa suatu karya sastra.

Endraswara (2003: 72) mengatakan penelitian stilistika berdasarkan asumsi bahwa

bahasa sastra mempunyai tugas mulia. Bahasa sastra memiliki pesan keindahan

dan sekaligus membawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi

hambar. Keindahan karya sastra, hampir sebagian besar dipengaruhi oleh

kemampuan pengarang dalam memainkan bahasa. stilistika adalah ilmu yang

berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. (Ratna, 2009: 167) Gaya menyangkut

masalah penggunaan bahasa, dalam hal ini karya sastra dianggap sebagai sumber

data utama dan pada perkembangan terakhir dalam sastra menunjukkan bahwa

gaya dibatasi dalam analisis puisi, karena dilihat secara umum puisilah yang

memiliki penggunaan bahasa yang khas, selain itu gaya pada dasarnya ada dan

digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dikarenakan bahasa sangat berpengaruh dalam sebuah karya sastra maka

terdapat beberapa sifat dasar bahasa dalam sebuah karya sastra, yaitu denotatif,

konotatif, sugestif, asosiatif, dan polyinterpretable. Bahasa denotatif adalah

penggunaan bahasa yang sebenarnya yang sering digunakan sehari-hari dan

memiliki makna yang sebenarnya. Bahasa konotatif adalah penggunaan bahasa

dengan makna yang lain terhadap dasar maknanya atau bukan makna yang

sebenarnya. Makna konotatif adalah berisi makna yang berisi nilai-nilai

emosional. Bahasa sugestif adalah bahasa yang secara sadar atau tidak sadar,

langsung atau tidak langsung, menyarankan, mempengaruhi perasaan pembaca

atau pendengar. Bahasa asosiatif adalah bahasa yang mempunyai kemampuan

membangun angan-angan pembaca di luar pemahaman yang sebenarnya. Bahasa


polyinterpretable adalah bahasa yang membuka peluang untuk maknanya

ditafsirkan dalam banyak arti.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis akan menganalisis tiga buah sajak

dengan teori stilistika dan memperhatikan sifat dasar bahasa sastra yang telah

dijelaskan, yaitu denotatif, konotatif, sugestif, asosiatif, dan polyinterpretable.

RESAH 1

siapa telah meniup seruling

seperti waktu melagukan sepi

dengan nada pendek berganti-ganti

tak pernah berhenti

Berdasarkan sajak di atas dapat penulis analisis dalam bat pertama terdapat

penggunaan makna denotatif dalam kata ”siapa” yang memiliki makna sebenarnya

yaitu pelaku atau orang yang sedang meniup seruling. Pada bait kedua dalam kata

”sepi” yang merupakan makna denotatif merujuk pada makna kesendirian dan

tidak ada yang menemani. Terdapat pula makna asosiatif yang terdapat dalam kata

”seruling” yang dapat diasosiasikan sebagai bentuk kesepian atau kesedihan

dikarenakan filosofi seruling yang pada zaman dahulu dimainkan apabila

seseorang merasa sedih atau kesepian. Terdapat pula makna polyinterpretble


dalam kata ”waktu” yang dapat merujuk pada ”waktu” berupa jam atau ”waktu”

berupa saat tertentu melakukan sesuatu.

RESAH 2

siapa telah menebar wangi

seperti meresap dalam nadi berputar-putar

dalam darah mencari tempat sembunyi

Berdasarkan sajak kedua di atas penulis dapat menganalisis bahwa

terdapat makna asosiatif dalam kata ”menebar wangi” dimana wangi merujuk

pada suatu hal yang membahagiakan dan memberikan rasa senang atau bahagia

sehingga menebar wangi dapat diasosiasikan sebagai seseorang yang telah

menebar kebahagiaan. Selanjutnya terdapat makna konotatif dalam penggunaan

kata ”nadi” yang merujuk pada makna seperti denyut yang memberikan

kehidupan dan kata ”darah” yang juga melambangkan sebuah kehidupan. Jadi,

dalam sajak kedua ini penulis seakan-akan mencari seseorang yang telah masuk

ke kehidupannya dan membawa sebuah kebahagian atau rasa senang.


RESAH 3

siapa telah melempar rindu

terjatuh sejauh ini, menelungkup tanpa suara

siapa telah mengiris waktu

menjadi sayatan-sayatan, sampai seperih ini

Berdasarkan sajak ketiga di atas penulis dapat menganalisis bahwa

terdapat makna konotatif yang terdapat dalam bait pertama yaitu kata ”melempar

rindu” yang apabila diartikan dalam makna sebenarnya ”rindu” tidak mungkin

dapat dilempar sehingga ”melempar rindu” merupakan makna konotatif yang

merujuk pada seseorang yang telah memberikan rasa rindu kepada penulis.

Selanjutnya makna konotatif dalam bait kedua pada kata ”terjatuh sejauh ini

”yang merujuk pada rasa rindu yang diterima penulis sangat dalam dan pada kata

”menelungkup tanpa suara” merujuk pada keadaan atau perasaan yang tidak

disadari oleh si penulis. Kemudian pada bait ketiga dalam kata ”sayatan-sayatan”

merupakan makna asosiatif yaitu berarti luka yang diciptakan dari rasa rindu yang

diperoleh oleh si penulis. Makna dari sajak ketiga ini dapat disimpulkan adalah

perasaan sakit atau luka yang diperoleh akibat rasa rindu yang ia rasakan.

Anda mungkin juga menyukai