Oleh:
Stella Lasverina Limparu
NIM 13010120130048/ Kelas B
bahasa sastra mempunyai tugas mulia. Bahasa sastra memiliki pesan keindahan
dan sekaligus membawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi
berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. (Ratna, 2009: 167) Gaya menyangkut
masalah penggunaan bahasa, dalam hal ini karya sastra dianggap sebagai sumber
data utama dan pada perkembangan terakhir dalam sastra menunjukkan bahwa
gaya dibatasi dalam analisis puisi, karena dilihat secara umum puisilah yang
memiliki penggunaan bahasa yang khas, selain itu gaya pada dasarnya ada dan
terdapat beberapa sifat dasar bahasa dalam sebuah karya sastra, yaitu denotatif,
dengan makna yang lain terhadap dasar maknanya atau bukan makna yang
emosional. Bahasa sugestif adalah bahasa yang secara sadar atau tidak sadar,
dengan teori stilistika dan memperhatikan sifat dasar bahasa sastra yang telah
RESAH 1
Berdasarkan sajak di atas dapat penulis analisis dalam bat pertama terdapat
penggunaan makna denotatif dalam kata ”siapa” yang memiliki makna sebenarnya
yaitu pelaku atau orang yang sedang meniup seruling. Pada bait kedua dalam kata
”sepi” yang merupakan makna denotatif merujuk pada makna kesendirian dan
tidak ada yang menemani. Terdapat pula makna asosiatif yang terdapat dalam kata
RESAH 2
terdapat makna asosiatif dalam kata ”menebar wangi” dimana wangi merujuk
pada suatu hal yang membahagiakan dan memberikan rasa senang atau bahagia
kata ”nadi” yang merujuk pada makna seperti denyut yang memberikan
kehidupan dan kata ”darah” yang juga melambangkan sebuah kehidupan. Jadi,
dalam sajak kedua ini penulis seakan-akan mencari seseorang yang telah masuk
terdapat makna konotatif yang terdapat dalam bait pertama yaitu kata ”melempar
rindu” yang apabila diartikan dalam makna sebenarnya ”rindu” tidak mungkin
merujuk pada seseorang yang telah memberikan rasa rindu kepada penulis.
Selanjutnya makna konotatif dalam bait kedua pada kata ”terjatuh sejauh ini
”yang merujuk pada rasa rindu yang diterima penulis sangat dalam dan pada kata
”menelungkup tanpa suara” merujuk pada keadaan atau perasaan yang tidak
disadari oleh si penulis. Kemudian pada bait ketiga dalam kata ”sayatan-sayatan”
merupakan makna asosiatif yaitu berarti luka yang diciptakan dari rasa rindu yang
diperoleh oleh si penulis. Makna dari sajak ketiga ini dapat disimpulkan adalah
perasaan sakit atau luka yang diperoleh akibat rasa rindu yang ia rasakan.