Anda di halaman 1dari 11

77 Jurnal Retorika , Volume 11, Nomor 1, Februari 2018, hlm.

77–87

HYMNÉ À LA BEAUTÉ KARYA CHARLES BAUDELAIRE:


KAJIAN SEMIOTIKA PUISI RIFFATERRE

Sunahrowi dan Marita Restu N.


Program Studi Sastra Perancis, Universitas Negeri Semarang
Kampus FBS Kampus Sekaran Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah
surel: sunahrowi@mail.unnes.ac.id

Informasi Artikel:
Dikirim: 11 Januari 2018; Direvisi: 30 Januari 2018; Diterima: 2 Februari 2018
DOI: 10.26858/retorika.v11i1.4958

RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya berada di bawah lisensi


Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
ISSN: 2614-2716 (cetak), ISSN: 2301-4768 (daring)
http://ojs.unm.ac.id/retorika

Abstract. Hymné à la Beauté The work of Charles Baudelaire: The Semiotics Review of
Riffaterre Poems. This study aims to reveal the hidden meaning of Hymne à la Beauté poem by
using semiotic method. The method is designed with qualitative research descriptive analys is. The
data are sourced from the work of Charles Baudelaire in the anthology of poetry Les fleurs du Mal.
Data analysis was done by analytical descriptive method. The results show that the Hymne à la
Beauté poem contains Baudelaire love strands to Jeanne Duval, which is represented through
various expressions of poetry and expressionlessness. This poem shows the admiration of a man to
a woman and also the despair of love.

Abstrak. Hymné à la Beauté Karya Charles Baudelaire: Kajian Semiotika Puisi Riffaterre.
Penelitian ini bertujuan mengungkap makna tersembunyi dalam puisi Hymne à la Beauté dengan
menggunakan metode semiotik. Metode didesain dengan penelitian kualitatif deskriptif analisis.
Data bersumber dari karya Charles Baudelaire dalam antologi puisi Les fleurs du Mal. Analisis
data dilakukan dengan metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi
Hymne à la Beauté berisi untaian cinta Baudelaire kepada Jeanne Duval yang direpresentasikan
melalui berbagai macam ekspresi puisi dan ketidaklangsungan ekspresi. Puisi ini memperlihatkan
kekaguman seorang lelaki kepada seorang perempuan dan juga rasa putus asa karena cinta.

Kata kunci: puisi, cinta, putus asa, dan semiotik

77
78 Jurnal Retorika , Volume 11, Nomor 1, Februari 2018, hlm. 77–87

Puisi adalah suatu bentuk dalam karya sas- dan isi yang baik. Bahasa yang estetik artinya bi-
tra yang berasal dari hasil suatu perasaan yang di- sa menimbulkan kesan dan menghibur pembaca-
ungkapankan oleh penyair dengan bahasa yang nya. Isi yang baik artinya bermanfaat yang berarti
menggunakan irama, rima, matra, bait dan pe- mengandung nilai moral.
nyusunan lirik yang berisi makna. Puisi juga be- Riffaterre (1978) mengemukakan bahwa
risi ungkapan perasaan dan pikiran dari penyair ada empat hal yang harus diperhatikan dalam me-
yang menggunakan imajinasinya. Sepanjang za- mahami dan memaknai sebuah puisi. Keempat
man, puisi selalu mengalami perubahan dan per- hal tersebut adalah (1) ketidaklangsungan ekspre-
kembangan. Hal ini sesuai hakikat karya seni si, (2) pembacaan heuristik dan retroaktif/her-
yang selalu menimbulkan ketegangan antara kon- meneutik, (3) matriks atau kata kunci (key word),
vensi dan pembaharuan atau inovasi (Teeuw, model, dan varian, (4) hipogram (berkenaan de-
1980:12). Puisi selalu mengalami perubahan me- ngan prinsip intertekstualitas). Menurut Riffaterre
nyesuaikan dengan evolusi selera dan perubahan puisi selalu berubah karena evolusi selera dan
konsep estetiknya (Riffaterre, 1978:1). Dari segi konsep estetik yang selalu berubah dari periode
penulisan, puisi adalah karya sastra dengan baha- ke periode. Ia menganggap bahwa puisi adalah
sa yang dipadatkan, dipersingkat dan diberi irama sebagai salah satu wujud aktivitas bahasa. Puisi
dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata berbicara mengenai sesuatu hal dengan maksud
kias atau imajinatif. Dari definisi di atas tampak yang lain. Artinya, puisi berbicara secara tidak
jelas bawa pemilihan atau penggunaan kata-kata langsung sehingga bahasa yang digunakan pun
dalam puisi bukan merupakan kata-kata yang berbeda dari bahasa sehari-hari. Jadi, ketidak-
biasa kita gunakan dalam percakapan sehari-hari. langsungan ekspresi itu merupakan konvensi sas-
Dalam puisi menggunakan kata yang memiliki tra pada umumnya. Karya sastra itu merupakan
kekuatan dalam pengucapannya dan juga makna ekspresi yang tidak langsung, yaitu menyatakan
yang luas. pikiran atau gagasan secara tidak langsung, tetapi
Puisi sebagai salah sebuah karya seni sas- dengan cara lain. Ketidaklangsungan ekspresi itu
tra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. mencakup tiga hal, yaitu pergeseran makna
Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, (displacing of meaning), penyimpangan makna
mengingat bahwa puisi adalah struktur yang (distorting of meaning), dan penciptaan makna
tersususun dari bermacam-macam unsur dan sa- (creating of meaning).
rana-sarana kepuitisan. Puisi dapat pula dikaji Aktivitas pemaknaan secara semiotik dila-
jenis atau ragamnya, mengingat bahwa ada be- kukan melalui dua tahap pembacaan, yakni pem-
ragam-ragam puisi. Begitu juga, puisi dapat bacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik.
dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat bah- Pembacaan heuristik adalah pembacaan yang
wa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu didasarkan pada konvensi bahasa, yakni menurut
puisi selalu ditulis dan selalu dibaca. Sepanjang sistem semiotik tingkat pertama. Pembacaan heu-
zaman puisi selalu mengalami perubahan dan ristik ditujukan untuk menemukan arti bahasa-
perkembangan. nya. Pembacaan heuristik dalam hal ini adalah
Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat pembacaan tata bahasa ceritanya, yaitu pembaca-
dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Ana- an dari awal sampai akhir cerita secara berurutan.
lisis menggunakan pendekatan semiotik dengan Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan yang
tujuan memahami makna yang terkandung dalam didasarkan pada konvensi sastra, yakni menurut
puisi. Menganalisis puisi adalah usaha menang- sistem semiotik tingkat kedua. Pembacaan heu-
kap dan memberi makna pada teks puisi. Sastra ristik dan hermeneutik yang dilakukan untuk me-
biasa diartikan sebagai teks dengan bahasa yang nemukan petanda atau makna karya sastra.
estetik dan isi yang baik. Bahasa yang estetik ar- Penelitian-penelitian dengan menggunakan
tinya bisa menimbulkan kesan dan menghibur objek formal teori semiotika Rifaterre sudah se-
pembacanya. Isi yang baik artinya bermanfaat ring dilakukan oleh para peneliti, mahasiswa, dan
yang berarti mengandung nilai moral. Analisis kritikus sastra. Penelitian terbaru dengan objek
puisi dengan pendekatan semiotik bertujuan me- formal teori ini dilakukan oleh Lukmana (2017)
mahami makna yang terkandung dalam puisi. dengan judul La Religiosite et l'Obsession dans
Menganalisis puisi adalah usaha menangkap dan l'Anthologie de la Poesie les Fleurs du Mal
memberi makna pada teks puisi. Sastra biasa di- Travail de Charles Baudelaire: l'Etude de la
artikan sebagai teks dengan bahasa yang estetik Semiotique de Riffaterre. Penelitian ini berusaha

78
Sunahrowi & Restu N., Hymné à la Beauté Karya Charles Baudelaire ... 79

mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan dan (3) penciptaan makna. Uraian setiap temuan
religiositas dan obsesi yang ada pada puisi karya hasil penelitian tersebut dipaparkan sebagai
Baudelaire ini. Berdasarkan hasil analisis disim- berikut.
pulkan bahwa ada relasi strategis tentang tema
dan hal-hal yang berkaitan dengan kitab suci Pergeseran Makna
(alkitab). Penelitian lainnya dilakukan oleh Ma-
talu, Wibowo, dan Sunahrowi (2017) dengan ju- Pergeseran makna terjadi apabila suatu
dul Les Cinq Poèmes de Charles Baudelaire tanda mengalami perubahan dari satu arti ke arti
Choisies de l’Anthologie “les Fleurs du Mal”: yang lain, ketika suatu kata mewakili kata yang
Une Étude Selon la Perspective Hermèneutique lain. Penyebab terjadinya pergeseran makna ada-
Phénoménologique de Paul Ricœur. Penelitian lah penggunaan bahasa kiasan, seperti metafora
ini banyak menyoroti hal-hal yang berkaitan dan metonimi. Hal itu bisa dilihat dari baris
dengan kemuraman dan kesedihan. Meskipun ob- (4): Et l'on peut pour cela te comparer au vin
jek material sama dengan penelitian sebelumnya (orang bisa membandingkannya pada anggur).
di atas, namun fokus kajian dan tujuan penelitian Kata anggur pada baris tersebut mengandung
ini berbeda. Penelitian ini memilih menggunakan makna bahwa sesuatu yang terkadang digam-
objek formal hermeneutika Ricoeur. barkan dengan anggur identik dengan sesuatu
Pemilihan puisi Hymne à la Beauté karya yang penuh nafsu dan gairah. Refleksi dari peng-
Charles Baudelaire karena puisi ini merupakan gambaran kecantikan yang terkadang menjadi
ungkapan untuk Jeanne Duval, wanita yang baik atau buruk.
sangat dicintai Baudelaire. Penggambaran Baude- Pada baris 6: Tu répands des parfums com-
laire atas ungkapan cintanya kepada Jeanne me un soir orageux (Kau semerbakkan parfum
sangat tercermin dari puisi ini. Bait demi bait seperti malam yang penuh badai). Baris tersebut
yang ditata dengan diksi yang menarik dan tajam terkandung makna yang menunjukkan bagaimana
menunjukkan rasa cintanya yang begitu dalam. menariknya kecantikan yang begitu dipuja bah-
kan hingga direpresentasikan sebagai bau yang
semerbak, seperti badai yang menerjang di ma-
METODE lam hari. Baris 10: Le Destin charmé suit tes
jupons comme un chien (Takdir terpesona meng-
Objek material dalam analisis ini adalah
ikuti rokmu seperti anjing). Kata anjing dalam
puisi berjudul Hymne à la Beauté karya Charles
baris ini mengandung makna bahwa sangat ter-
Baudelaire dari antologi puisi Les fleurs du Mal.
pesonanya dengan kecantikan itu sehingga sam-
Objek formal dalam penelitian ini adalah teori
pai pesona yang diperlihatkan membuat tertun-
semiotika puisi dari Michael Riffaterre, berkaitan
duk dan menurut bagai anjing dengan pemi-
dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik.
liknya.
Metode yang digunakan untuk analisis dan
Pada baris 13 Tu marches sur des morts,
penyajian analisisnya adalah metode deskriptif
Beauté, dont tu te moques (Kau berjalan diatas
analitis. Whitney (1960:160) metode deskriptif
kematian, kecantikan, kau tak peduli) dan De tes
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
bijoux l'Horreur n'est pas le moins charmant
tepat. Sugiyono (2005:21) menyatakan bahwa
(Dari perhiasanmu, menjijikan, bukanlah yang
metode deskriptif adalah suatu metode yang di-
paling bersinar). Bagian ini mengandung makna
gunakan untuk menggambarkan atau mengana-
bahwa kecantikan yang membuat setiap mata
lisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
terpana justru membuatnya seperti dalam bayang
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
kematian dan dari beragam hal yang ditampilkan
sebenarnya bukanlah sesuatu yang menawan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada baris 15 Et le Meurtre, parmi tes plus
chères breloques (Dan pembunuhan, diantara
Ketidaklangsungan Makna Puisi hiasan-hiasan arlogimu yang sangat mahal) dan
baris 16 Sur ton ventre orgueilleux danse
Bentuk ketidaklangsungan makna puisi amoureusement (di atas perutmu yang angkuh
yang terdapat dalam puisi Hymne à la Beauté menari penuh kasih sayang). Bagian ini meng-
yang ditemukan dalam penelitian ini terdiri atas gambarkan pemuja kecantikan yang menganggap
(1) pergeseran makna, (2) penyimpangan makna, semua darinya adalah sebuah keindahan dan ke-

79
80 Jurnal Retorika , Volume 11, Nomor 1, Februari 2018, hlm. 77–87

senangan. Penuh kasih sayang disini berarti se- dalam puisi tersebut, yaitu sors-tu du gouffre noir
tiap dari apa yang ditunjukkan merupakan se- ou descendstu des astres? (Apakah kau keluar
buah kepalsuan dari sebuah keindahan. dari jurang hitam atau apakah kau turun dari bin-
Representasi kecantikan yang mempesona tang-bintang?) Kata-kata seperti profond (dalam),
juga ditampilkan dengan penampilannya yang abîme (jurang), gouffre noir (jurang hitam), se-
mengerikan. Puisi tersebut membuat hubungan perti merepresentasi dari kecantikan yang tam-
antara kecantikan dan sesuatu mengerikan, se- paknya selalu muncul dari hal-hal tak terduga.
perti di baris 22 Ô Beauté! monstre énorme,
effrayant, ingénu! (Ô kecantikan ! Raksasa besar, Kontradiksi
mengerikan, naif!). Puisi tersebut ditulis dengan
frasa yang ditampilkan dari kekaguman dan an- Puisi menyatakan sesuatu dengan keba-
tusiasme penyair untuk keindahan dari kecan- likannya. Untuk menyatakan arti (makna) secara
tikan itu sendiri. Demikian pula, puisi tersebut kebalikan itu dipergunakan gaya paradoks dan
menggunakan kosakata pujian, terutama di baris ironi. Paradoks merupakan gaya bahasa yang
25 Ange ou Sirène (Malaikat atau Putri Duyung), menyatakan sesuatu secara berlawanan atau ber-
baris ke-26 fée aux yeux de velours (peri bermata tentangan dalam wujud bentuknya. Kontradiksi
beludru), dan baris ke-27 Ô mon unique reine! dalam puisi Hymné À La Beauté ditunjukkan
(O, wahai ratuku satu-satunya). Arti kata "satu- pada data berikut.
satunya" menunjukkan bagaimana kecantikan
infernal dan divin (baris 2)
adalah sesuatu yang berharga di mata penyair. kejam dan indah
bienfait dan crime (baris 3)
Penyimpangan Makna kebaikan dan kejahatan
le couchant dan l’aurore (baris 5)
Penyimpangan makna terjadi karena ambi- senja dan fajar
guitas, kontradiksi, dan non-sense. Ambiguitas gouffre noir dan astres (baris 9)
dapat terjadi pada kata, frasa, kalimat, maupun jurang hitam dan bintang
wacana yang disebabkan oleh munculnya penaf- la joie dan les désastres baris 11
siran yang berbeda-beda menurut konteksnya. bahagia dan bencana
Kontradiksi muncul karena adanya penggunaan ciel dan enfer (baris 21)
ironi, paradoks, dan antitesis. surga dan neraka
satan dan dieu (baris 25)
setan dan Tuhan
Ambiguitas
Data di atas menunjukkan adanya hu-
Bahasa puisi itu bersifat banyak tafsir
bungan pertentangan dalam puisi. Hubungan
(polyinterpretable). Sifat banyak tafsir ini dise-
babkan oleh penggunaan metafora dan ambi- pertentangan kata tersebut menekankan kepa-
guitas. Ambiguitas dapat berupa kata, frasa, da baik dan jahat yang dihubungkan kata et
klausa atau kalimat yang taksa atau mempunyai (dan).
makna lebih dari satu. Untuk menciptakan mis-
Non-sense
teri dalam sajak, untuk menarik perhatian dan
selalu menimbulkan keingintahuan, ketaksaan itu
membuatnya dapat ditafsirkan dengan ber- Non-sense adalah kata-kata yang secara
macam-macam arti makna, sifatnya menjadi linguistik tidak mempunyai arti sebab hanya be-
„remang-remang‟ atau kabur. rupa rangkaian bunyi, tidak terdapat dalam ka-
Ambiguitas kecantikan disajikan sebagai mus. Meskipun tidak mempunyai arti secara
misteri dari awal puisi, hal ini bisa dilihat dari linguistik, tetapi mempunyai makna (signifi-
baris 1-2 Viens-tu du ciel profond ou sors-tu de cance) dalam puisi karena konvensi puisi. Dalam
l’abîme, Ô Beauté ? (Apakah kau berasal dari puisi tersebut non-sense terlihat di beberapa baris
langit jauh atau keluar dari jurang, O... kecan- pada bait, yaitu Ô. Dalam hal ini Ô tidak memi-
tikan?). Keambiguan baris tersebut bisa dilihat liki makna apapun, hanya sekedar menampilkan
dari keseluruhan makna baris puisi di atas. kekaguman yang diikuti kata beauté (kecan-
Baris tersebut disajikan dalam bentuk ka- tikan) dan Ô mon unique reine! (O, wahai ratu-
limat interogatif termasuk pada beberapa bait ku satu-satunya) yang terletak di baris 27.
Sunahrowi & Restu N., Hymné à la Beauté Karya Charles Baudelaire ... 81

Penciptaan Makna Apakah kau berasal dari langit (yang) jauh


atau keluar dari jurang, (yang dalam)
Penciptaan makna merupakan konvensi ke- O… kecantikan? Tatapanmu, (amat tajam)
puitisan yang berupa bentuk visual yang secara kejam, dan (begitu) amat indah
linguistik tidak mempunyai arti, tetapi menimbul- (Ke) Bingung (antara) menumpahkan
(sega-la) kebaikan dan kejahatan
kan makna dalam sajak (karya sastra). Jadi, pen-
Dan (semua) orang dapat membandingkan-
ciptaan arti ini merupakan organisasi teks di luar nya pada (segelas) anggur
linguistik. Penciptaan makna yang ditemukan
dalam penelitian ini terdiri atas enjambement, Tipografi
rima, tipografi, dan homolog.
Tipografi merupakan tata huruf dalam
Enjambement sajak yang biasanya memiliki makna tersendiri.
Dalam puisi Hymné À La Beauté digunakan ti-
Dalam puisi, enjambement diartikan seba- pografi sebagai beerikut. Pertama, terdapat tanda
gai larik sambung, larik yang secara sintaksis me- titik di setiap bait akhir puisi. Dimaksudkan un-
lompat, bersambung ke larik berikut. Dengan ka- tuk menegaskan bahwa menggambarkan rasa
ta lain, enjambement adalah lompatan kata atau cinta yang begitu mendalam dengan perasaan
frase pada akhir larik ke awal larik. Enjambement atau nafsu yang membara. Kedua, semua bait
dapat di lihat pada bait berikut. sejajar, tidak ada yang lebih menjorok ke dalam.
Dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa
De Satan ou de Dieu, qu'importe? Ange ou
semua rasa dan perasaan tertuang dalam puisi
Sirène,
tersebut, memiliki rasa yang sama. Tidak ada
Qu'importe, si tu rends, fée aux yeux de
velours, yang menjadi utama.
Rythme, parfum, lueur, ô mon unique reine!
L'univers moins hideux et les instants moins Homolog
lourds?
(Setan atau Tuhan, siapa peduli? Malaikat Homolog merupakan persejajaran bentuk
atau Putri Duyung, siapa peduli? atau persejajaran baris. Bentuk yang yang sejajar
Jika kau kembali, peri bermata beludru, menimbulkan makna yang sama. Pada puisi
Irama, parfum, cahaya, o.. wahai ratuku Hymné À La Beauté terdapat kesejajaran baris
satu-satunya! dalam setiap baitnya serta terdapat kesejajaran
Semesta tak begitu buruk dan saat-saat tak bait dalam puisinya. Hal ini berarti, makna dan
begitu berat?)
arti dari keseluruhan baris adalah sama atau
setara. Tidak ada yang ingin ditonjolkan atau
Rima
dilebihkan. Semua baris memiliki rasa yang sa-
Rima atau persajakan adalah perulangan ma. Perasaan yang digambarkan adalah perasaan
bunyi yang sama dan teratur dalam puisi. Rima cinta pada orang wanita yang digambarkan
itu secara linguistik tidak memiliki arti, tetapi dengan rasa kasih sayang dan nafsu.
menimbulkan makna yang mendalam. Rima
dapat menunjukkan perasaan senang, sedih, Pembacaan Heuristik
tertekan, menderita, kecewa, marah, dan lainnya. Pembacaan heuristik merupakan langkah
Dalam puisi Hymné À La Beauté karya Charles untuk menemukan makna melalui pengkajian
Baudelaire, kata yang ditulis pada baris pertama struktur bahasa dengan mengintrepetasikan teks
dan ketiga berbeda dengan baris kedua dan ke- sastra secara referensial lewat tanda-tanda li-
empat, namun pengucapan kata pada baris per- nguistik. Langkah ini berasumsi bahwa bahasa
tama dan ketiga sama, sehingga termasuk dalam bersifat referensial, artinya bahasa harus dihu-
rima bersilang. bungkan dengan hal-hal nyata. Dalam menerap-
kan pembacaan heuristik tidak menghiraukan
Viens-tu du ciel profond ou sors-tu de kelengkapan atau kesempurnaan teks atau kondisi
l'abîme, (1)
O Beauté? ton regard, infernal et divin, (2)
gramatikal sehingga apresiator dapat menambah
Verse confusément le bienfait et le crime, (3) ataupun mengurangi bentuk gramatikal yang ada
Et l'on peut pour cela te comparer au vin (4) guna menemukan makna yang terkandung dalam

81
82 Jurnal Retorika , Volume 11, Nomor 1, Februari 2018, hlm. 77–87

teks karya sastra itu sendiri. Berikut ini adalah O.. kecantikan! (Seekor) Raksasa besar,
contoh pembacaan heuristik puisi Hymne A la (begitu) mengerikan, (dan) naif!
Beaute Karya Charles Baudelaire Jika (kedua) matamu, (garis) senyummu,
(kedua) senyummu, terbuka untukku
Bait Pertama Sebuah ketidakterbatasan (duniawi) yang
Apakah kau berasal dari langit (yang) jauh aku cintai dan belum pernah ku kenal
atau keluar dari jurang, (yang dalam) (sebelumnya)
O… kecantikan? Tatapanmu, (amat tajam)
kejam, dan (begitu) amat indah Bait Ketujuh
(Ke) Bingung (antara) menumpahkan (Antara) Setan atau Tuhan, siapa (yang) pe-
(sega-la) kebaikan dan kejahatan duli? Malaikat atau Putri Duyung,
Dan (semua) orang dapat membandingkan- Siapa (yang) peduli? Jika kau (telah) kem-
nya pada (segelas) anggur bali, peri bermata beludru,
(Sebuah) Irama, (bau) parfum, cahaya, o..
Bait Kedua wahai ratuku (kau) satu-satunya!
Kau (memandang dan) berada di (kedua) Semesta (ini) tak begitu buruk dan saat-saat
matamu (saat) senja dan (sinar) fajar (ini) tak begitu berat?
Kau semerbakan (wangi) parfum bagaikan
malam (kelam) yang penuh badai Pembacaan heuristik merupakan langkah
Ciumanmu adalah (sebotol) bir dan mulut- awal dalam pemaknaan puisi. Berdasarkan pem-
mu adalah ampora bacaan awal tersebut di atas maka makna awal
Yang membuat sang pahlawan (menjadi) dari puisi ini adalah penggambaran tentang pe-
lemah dan sang anak (nampak) gagah rempuan, kecantikan, dan segala sesuatu yang
ada di sekitarnya, seperti munculnya diksi kata
Bait Ketiga
„mata‟, „surga‟, „cinta‟ dan lainnya. Pembacaan
Apakah kau keluar dari jurang (yang) hitam
atau apakah kau turun dari bintang?
heuristik adalah pembacaan puisi berdasarkan
Takdir (amat) terpesona mengikuti (untai- struktur bahasa (Lukmana, Pudjitriherwanti, dan
an) rokmu bagaikan (seekor) anjing, Sunahrowi, 2017:2). Untuk memperjelas arti, bi-
Kau menabur perangkap (antara) bahagia la perlu, pembaca memberi sisipan kata atau
dan bencana, sinonim kata yang diletakkan dalam tanda
Dan kau (telah) mengatur segalanya dan ti- kurung.. Begitu juga, struktur kalimatnya dise-
dak menjawab apapun suaikan dengan kalimat baku (berdasarkan tata
bahasa normatif) atau bila perlu susunan kalimat-
Bait Keempat nya dibalik untuk memperjelas arti.
Kau (telah) berjalan diatas kematian, kecan-
tikan, kau (amat) tak peduli
Dari (kilauan) perhiasanmu, menjijikan, bu-
Pembacaan Herme neutik
kanlah (hal) yang paling menawan,
Dan (segala) pembunuhan diantara (kila- Pembacaan hermeneutik adalah proses
uan) hiasan arlogimu yang sangat mahal, penguraian yang berangkat dari isi dan makna
Diatas perutmu yang angkuh (telah) menari yang terlihat ke arah makna tersembunyi. Objek
(di) penuh kasih sayang interpretasi dalam pengertian yang luas, dapat
berupa simbol dalam mimpi atau bahkan mitos-
Bait Kelima mitos dari simbol dalam masyarakat atau sastra.
(Seekor) Lalat (yang) sekilas terpesona Berdasarkan analisis data, puisi Hymne A la
(melihat) ke arahmu, (sebuah) lilin, Beaute menggambarkan rasa cinta dan sayangnya
Kerlipan (cahaya), nyalakan, dan katakan:
yang luar biasa penulis kepada kekasihnya. Pe-
Berkati (lah) obor ini!
Sang kekasih (sambil) terengah-engah (dan)
nulis menggambarkan dan mendeskripsikan beta-
takluk pada cantiknya pa cantiknya sang kekasih yang membuat penulis
Kedengarannya seperti orang (yang) sekarat tergila-gila. Pembacaan hermeunetik puisi Hym-
(terlihat) membelai makamnya ne A la Beaute dipaparkan sebagai berikut.
Pada bait pertama, wanita dalam represen-
Bait Keenam tasi pengarang digambarkan sebagai sesosok
Apakah kau datang (menghapiri) dari surga makhluk yang begitu istimewa karena digambar-
atau dari neraka, (entah) siapa (yang) pe- kan sebagai makhluk yang datang dari jauh.
duli,
Sunahrowi & Restu N., Hymné à la Beauté Karya Charles Baudelaire ... 83

Kecantikannya yang mempesona setiap mata lebih lanjut pembacaan hermenutik dimulai de-
memandang begitu membuat siapa pun luluh ngan langkah-langkah sebagai berikut: (1) men-
pada pesonanya. Sosok tersebut bertindak se- cari matriks, model, dan varian, dan (2) mencari
bagai pikiran dimana dihadapkan pada dilema hipogram (intertekstualisme).
baik dan buruk, bagaikan segelas anggur yang
memabukan tetapi juga memberikan rasa senang. Matriks, Model, dan Varian
Pada bait kedua, kecantikan wanita ter-
sebut bagi pengarang diandaikan bagai menopang Matriks
fajar dan senja, sejalan beriringan di sepanjang Matriks secara keseluruhan dalam puisi
waktu. Bagai sepoi angin yang khas bagaikan Hymné À La Beauté karya Charles Baudelaire
parfum yang membuat siapa pun jatuh cinta pada adalah kekaguman pada kecantikan dan pemuja
sejuknya malam sehingga setiap orang begitu pesona dari kecantikan. Kata beauté merujuk
candu dengan harumnya dan jika tidak bisa me- pada pemujaan terhadap sebuah keindahan dan
nahan nafsunya maka akan menjadi lengah dan pesona terbesar dari seorang wanita yang di gam-
wanita tersebut akan merasa menang karena telah barkan oleh Baudelaire. Puisi tersebut adalah
menguasai pikiran mereka. puisi romansa karena setiap baitnya menyajikan
Pada bait ketiga, sosok wanita yang begitu tentang cinta kasih dari seseorang yang begitu
dikagumi datang dari tempat yang tak terduga, terpesona pada kekasihnya.
seakan takdir telah mengirimnya datang. Pe-
ngarang seolah terpikat pada pesonanya yang Model
tidak hanya sekedar terlihat mengagumkan, tetapi
juga membuat segalanya seperti anjing penurut Model yang ditonjolkan dalam beberapa
pada majikannya. Bagaikan pisau bermata dua, di baris dari bait puisi Hymné À La Beauté karya
sisi lain dapat menjadikan tindakan yang dilaku- Charles Baudelaire adalah majas metafora. Meta-
kan sesuai dengan akal sehat atau sebaliknya. fora didefinisikan sebagai pemakaian kata atau
Pada bait keempat, kesombongan dari ke- kelompok kata bukan dengan arti yang sebenar-
cantikan si wanita bukanlah hal yang paling me- nya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan
mikat, sekalipun kilauan-kilauan dari perhiasan persamaan atau perbandingan. Bagian puisi yang
mahal menghias tubuhnya, tetapi dia mempunyai bermajas metafora dipaparkan pada data berikut.
seribu cara agar pesonanya membuat semua ter-
pana. Viens-tu du ciel profond ou sors-tu de
Pada bait kelima, kecantikannya dapat me- l'abîme” (1)
(Apakah kau berasal dari langit jauh atau
mikat makhluk apapun, tutur katanya yang manis
keluar dari jurang)
namun membunuh membuat para pemujanya
takluk dan bertekuk lutut melakukan apa yang dia Pada baris pertama kata langit jauh
mau. Apapun yang dia mau dengan kecantikan- (profond) dan jantung (l’abîme) merepresentasi-
nya, dia akan mendapatkannya dari sang kekasih, kan sesuatu yang tidak pernah dilihat sebelum-
pemujanya, rela melakukan apapun walau nyawa nya, mengarah pada hal yang sangat membuat
kekasihnya bagai diujung tanduk. orang takjub akan suatu hal maka Baudelaire
Pada bait keenam, tak ada yang peduli dari menggunakan diksi tersebut.
mana dia berasal, kecantikan yang begitu menge-
rikan tetapi juga memiliki sisi yang lugu. Pe- Et l'on peut pour cela te comparer au vin”
ngarang mendeskripsikan wajah si wanita sede- (4)
mikian rupa seolah si wanita direpresentasikan (Dan orang dapat membandingkannya pada
telah memberikan segalanya. Hasrat dan nafsu anggur)
yang tak pernah dirasakan kini telah tergambar
dan terlihat. Pada baris keempat Baudelaire mengguna-
Pada bait ketujuh, pengarang menggam- kan kata anggur (vin) karena baginya kecantikan
barkan dua sisi baik dan buruk yang sangat men- merupakan sesuatu yang dapat membuat orang
colok antara kekagumannya terhadap sosok wa- tak bisa lepas dari „candu‟ yang memikat. Oleh
nita tersebut, meskipun begitu dia sangat men- karena itu, dapat dikatakan semua orang akan di-
cintai dan menyayangi dengan sepenuh hati wa- buat lupa tidak hanya dari segi fisik tetapi juga
nitanya dalam keadaan apapun. Pada titik yang perasaan.

83
84 Jurnal Retorika , Volume 11, Nomor 1, Februari 2018, hlm. 77–87

Tes baisers sont un philtre et ta bouche une Pada baris ketujuh belas puisi, kata lalat
amphore” (7) l’éphémère adalah representasi dari pemuja ke-
Ciumanmu adalah bir dan mulutmu adalah cantikan wanita tak terkecuali Baudelaire, dia
ampora” (7) sangat mengagumi sosok wanita yang begitu ang-
gun dan dia cintai, seperti dia tak bisa lepas dan
Pada baris ketuju kata amphora (amphore) ingin selalu mengikuti kemana pun wanita ter-
yang berasal dari bahasa Yunani merupakan seje-
sebut pergi.
nis vas keramik dengan dua pegangan di bagian
atas. Amphora sendiri juga menunjukkan sebagai A l'air d'un moribond caressant son
simbol Dewi Athena. tombeau (20)
Kedengarannya seperti orang sekarat mem-
Le Destin charmé suit tes jupons comme un belai makamnya
chien” (10)
(Takdir terpesona mengikuti rokmu bagai- Pada baris keduapuluh, kata orang sekarat
kan anjing) (maribond) melambangkan realita bagi mereka
yang sedang dimabuk asmara. Mereka yang se-
Pada baris kesepuluh kata anjing (chien) dang jatuh cinta seolah–olah selalu mempriori-
merujuk pada perilaku anjing yang sangat tunduk taskan apa pun bagi pujaan hatinya. Baudelaire
dan patuh pada pemilik atau tuannya. Baudelaire juga mengalami hal yang hampir sama ketika dia
menggambarkan kecantikan sebagai representasi begitu memuja wanita yang sangat dicintainya,
dari anjing karena siapa pun orang yang sedang yaitu Jeanne Duval.
dimabuk asmara oleh seseorang akan melakukan
apa pun yang diminta oleh kekasihnya. De Satan ou de Dieu, qu'importe? Ange ou
Sirène (25)
“Et le Meurtre, parmi tes plus chères (Setan atau Tuhan, siapa peduli? Malaikat
breloques” (15) atau Putri Duyung)
(Dan pembunuhan di antara hiasan-hiasan
arlojimu yang mahal) Pada baris ke-25, kata sirène direpresenta-
sikan oleh Baudelaire. Siren atau yang lebih di-
Pada baris kelima belas, bagian arlojimu kenal dengan putri duyung dalam mitologi Yu-
yang mahal (tes chères breloques) menunjukkan nani adalah makhluk legendaris yang hidup di
bahwa segala sesuatu yang tampak indah dan lautan. Mereka menyanyikan lagu-lagu yang me-
menawan mempunyai sisi kejahatan yang sangat mikat hati dan membuat para pelayar yang men-
dalam. Oleh karena itu, makna mewah dan mahal dengarnya menjadi terbuai dan tergoda sehingga
itu sendiri menunjukkan hal yang sangat rendah. kapal mereka menabrak kapal dan tenggelam.
Representasi Baudelaire ini mempunyai makna
Sur ton ventre orgueilleux danse
bahwa segala bentuk kecantikan pasti memiliki
amoureusement”(16)
(Diatas perutmu yang angkuh menari penuh
daya pikat tersendiri bagi siapa pun itu tanpa ter-
kasih sayang) kecuali.

Pada baris keenam belas, bagian perutmu Varian


yang angkuh (ton ventre orgueilleux) digunakan
Baudelaire untuk menggambarkan wanita sebagai Varian merupakan transformasi model pa-
Cleopatra. Cleopatra pada masanya adalah se- da setiap satuan tanda. Varian dalam puisi Hymné
buah simbol dari kecantikan yang sangat dipuja À La Beauté karya Charles Baudelaire diuraikan
baik laki–laki dan para wanita. Cleopatra berciri sebagai berikut.
khas dengan selalu memakai aksesoris di atas pe- Varian pertama adalah ungkapan Baude-
rutnya, seperti tindik dari berlian atau emas. Hal laire tentang bagaimana pesona kecantikan wani-
itu menunjukkan tanda atau lambang kemolekan ta yang membuat setiap mata memandang pasti
seorang wanita. akan jatuh dalam pelukannya. Varian kedua ada-
lah ungkapan Baudelaire tentang pemuja kecan-
L'éphémère ébloui vole vers toi (17) tikan yang begitu ingin melakukan apa pun bah-
(Lalat sekilas terpesona ke arahmu) kan sampai rela hampir membunuh dirinya sen-
diri. Model-model ditransformasikan ke dalam
Sunahrowi & Restu N., Hymné à la Beauté Karya Charles Baudelaire ... 85

varian-varian, yakni pada baris yang menunjuk- Le Fou et la Vénus


kan adanya hubungan dengan memuja kecantikan
seperti diuraikan pada data berikut ini ...
Cependant, dans cette jouissance
Et l'on peut pour cela te comparer au vin
universelle, j'ai aperçu un être affligé
(4)
(Dan orang dapat membandingkannya pada Aux pieds d'une colossale Vénus, un de ces
anggur) fous artificiels, un de ces bouffons,
volontaires chargés de faire rire les rois
Tes baisers sont un philtre et ta bouche une quand le Remords ou l'Ennui les obsède,
amphore (7) affublé d'un costume éclatant et ridicule,
(Ciumanmu adalah bir dan mulutmu adalah coiffé de cornes et de sonnettes, tout
ampora) ramassé contre le piédestal, lève des yeux
pleins de larmes vers l'immortelle Déesse.
Le Destin charmé suit tes jupons comme un
chien (10) Et ses yeux disent : - "Je suis le dernier et le
(Takdir terpesona mengikuti rokmu plus solitaire des humains, privé d'amour et
bagaikan anjing) d'amitié, et bien inférieur en cela au plus
imparfait des animaux.
A l'air d'un moribond caressant son
tombeau (20) Cependant je suis fait, moi aussi, pour
(Kedengarannya seperti orang sekarat comprendre et sentir l'immortelle Beauté!
membelai makamnya) Ah ! Déesse ! ayez pitié de ma tristesse et
de mon délire !"
De Satan ou de Dieu, qu'importe? Ange ou
Sirène (25) Mais l'implacable Vénus regarde au loin je
(Setan atau Tuhan, siapa peduli? Malaikat ne sais quoi avec ses yeux de marbre.
atau Putri Duyung)
Si Gila dan Venus
Hipogram
...
Namun, dalam kenikmatan duniawi ini, aku
Hipogram adalah teks yang menjadi latar
melihat yang berduka.
penciptaan teks lain atau yang menjadi latar pen-
ciptaan sajak yang lain. Sebuah sajak merupakan Di kaki Venus raksasa, salah satu dari
tanggapan terhadap teks atau sajak-sajak sebe- orang bodoh membuat itu, salah satu dari
lumnya. Puisi Hymné À La Beauté ditulis dalam orang-orang, sukarela menuntut raja-raja
kumpulan sajak Les Fleurs du Mal. Corak puisi tertawa ketika penyesalan atau kebosanan
Baudelaire sering dirujuk sebagai romantisisme terobsesi dengan mereka, mengenakan kos -
tum yang brilian dan konyol, memakai tan-
akhir yang masih bertutur lewat mitologi dan duk dan lonceng, semuanya mengambil
metafor klasik. Selain puisi Hymné À La Beauté tumpuan, angkat mata penuh air mata,
terdapat puisi lain dari Baudelaire yang meng- sampai ke Dewi Keabadian.
ungkapkan hal yang sama, yaitu Le Fou et La
Vénus. Sang wanita sama-sama diungkapkan de- Dan matanya mengatakan:-"Aku adalah
ngan sebutan la muse, di mana dalam puisi La yang terakhir dan manusia paling kesepian,
muse malade sang wanita mengalami sakit pada kehilangan cinta dan persahabatan, dan jauh
lebih rendah daripada ini yang paling sem-
tubuhnya. Kedua puisi ini memiliki hubungan sa- purna dari hewan.
ling terkait karena Baudelaire sama–sama meng-
gunakan tema yang sama untuk kedua puisi ini, Namun, aku membuat, aku juga, untuk me-
yaitu kekaguman dan pesona pada kecantikan mahami dan merasakan kecantikan abadi!
wanita. Dalam puisi Le Fou et La Vénus dapat Ah! Dewi! Kasihanilah kesedihanku dan
dilihat bahwa Venus adalah salah satu dewi igauanku!"
dalam mitologi Romawi. Dewi ini memiliki arti Tapi Venus yang tak kenal ampun terlihat
yaitu kecantikan, kesuburan, dan gairah. jauh, aku tidak tahu ada apa dengan mata
Berikut adalah bait puisi berjudul Le Fou bulatnya.
et la Vénus karya Charles Baudelaire yang ber-
hipogram dengan puisi Hymné À La Beauté.

85
86 Jurnal Retorika , Volume 11, Nomor 1, Februari 2018, hlm. 77–87

Pembahasan untuk mendapatkan kesatuan makna, semantik


(model, matrik, hipogram).
Hasil analisis menunjukkan bahwa puisi Analisis semiotik merupakan analisis yang
Hymné À La Beauté memiliki ketidaklangsungan digunakan untuk memahami makna yang terkan-
ekspresi, meliputi pergeseran makna, penyim- dung di dalam teks karya sastra, khususnya puisi.
pangan makna, dan penciptaan makna. Ketidak- Hal ini dilakukan karena bahasa puisi bersifat
langsungan ekspresi puisi itu merupakan salah padat dan ringkas. Oleh karena itu, perlu adanya
satu cara yang digunakan penyair untuk menim- sebuah teori atau kajian yang menelaah bahasa
bulkan kesan menyenangkan pada puisinya. Tu- puisi secara terperinci dan mendalam sebagaima-
juan penyair menggunakan ketidaklangsungan na ditunjukkan dalam kajian ini. Puisi merupakan
ekspresi puisi adalah untuk menyembunyikan arti ekspresi tidak langsung dari jiwa pengarang.
sesungguhnya untuk kemudian menjadi tan- Dalam menganalisis tanda dalam puisi diawali
tangan bagi pembaca. dengan menganalisis ketidaklangsungan ekspresi
Setiap penyair memiliki ciri khas atau gaya dalam puisi, meliputi pergeseran makna, penyim-
sendiri-sendiri dalam menggunakan ketidaklang- pangan makna, dan penciptaan makna. Analisis
sungan ekspresi dalam puisinya. Tujuan penyair ini digunakan untuk memahami gaya, diksi, dan
menggunakan ketidaklangsungan ekspresi puisi bentuk puisi. Selain itu juga untuk memperkuat
adalah untuk menyembunyikan arti sesungguh- pemaknaan puisi secara keseluruhan.
nya. Dengan kata lain, ketidaklangsungan eks-
presi dalam pemahaman Riffattere adalah tercip-
SIMPULAN
tanya makna baru sesudah dirusak dan diganti.
Analisis dengan menggunakan pembacaan Puisi Hymné À La Beauté karya Charles
heuristik dan hermeneutik dalam kerangka teori Baudelaire menyajikan bentuk puisi yang indah
semiotika Riffaterre telah menemukan beberapa
dan penuh dengan metafora. Untuk memahami
hal yang sangat prinsip dalam analisis dan peng- karya tersebut diperlukan pembacaan berulang-
ungkapan makna puisi; antara lain berkaitan de- ulang, pemaknaan, dan penafsiran secara baik
ngan tema utama yang terangkum dalam matriks dan mendalam. Dalam puisi tersebut, Baudelaire
puisi, model dan variasi pengungkapan dalam mengungkapkan sebuah romansa. Romansa yaitu
puisi karya Baudelaire, dan hipogram dengan luapan rasa cinta seseorang terhadap sang ke-
karya sebelumnya. Pengembagan teori ini me- kasih. Romansa yang tertuang dalam puisi Hym-
lalui aplikasi terhadap objek material ini akan
né À La Beauté karya Charles Baudelaire ini
semakin memperkaya kajian dalam analisis puisi merupakan ungkapan untuk Jeanne Duval, wanita
dan sekaligus memiliki implikasi logis pada ka- yang sangat dicintai Baudelaire. Penggambaran
jian-kajian yang akan dilakukan selanjutnya, uta- Baudelaire atas ungkapan cintanya kepada Jeanne
manya pada puisi. sangat tercermin dari puisi ini. Bait demi bait
Teori semiotik Riffaterre membawa keba- yang ditata dengan diksi yang menarik dan tajam
ruan dikarenakan dua gagasan aksiomanya yang menunjukkan bahwa rasa cinta yang begitu da-
mempertimbangkan ketidaklangsungan ekspresi lam terhadap kekasihnya. Rasa cinta itu diung-
puisi dan kesatuan makna. Cara kerja teori yang
kapkan melalui ketidaklangsungan makna.
mendasarkan pada dua level pembacaan mene-
mukan kelengkapan teoritik untuk mendapatkan
pemahaman dan pemaknaan yang komprehensif UCAPAN TERIMA KASIH
dari puisi karena level heuristik berpijak pada
struktur, mimetik (arti kamus, bercirikan hubung- Penulis menyampaikan ucapan terima ka-
an oposisional, makna yang belum memusat) dan sih kepada mitra bestari (reviewers) yang telah
level retroaktif atau hermeneutik berpijak pada memberikan saran, kritik, dan rekomendasi per-
pencarian unsur-unsur pembentuk teks puisi baikan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Baudelaire, C. 1857. Les Fleurs du Mal. Paris: Lukmana, Sem. D., Anastasia Pudjitriherwanti, and
Auguste Poulet-Malassis Sunahrowi. 2017. La Religiosite et l‟Obsession
dans l'Anthologie de la Poesie les Fleurs du
Sunahrowi & Restu N., Hymné à la Beauté Karya Charles Baudelaire ... 87

Mal Travail de Charles Baudelaire: l‟Etude de Riffaterre, M. 1978. Semiotic of Poetry. California:
la Semiotique de Riffaterre. Journal of Lingua Indiana University Press.
Litteratia, 4(1): 1–8. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi.
Matalu, N. H. V., Suluh Edhi Wibowo, and Bandung: Alfabeta.
Sunahrowi. 2017. Les Cinq Poèmes de Charles Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar
Baudelaire Choisies de l‟Anthologie “les Teori Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Fleurs du Mal”: Une Étude Selon la Whitney, F. L.1960. The Elements of Resert Asian
Perspective Hermèneutique Phénoménologique Eds. Osaka: Overseas Book Co.
de Paul Ricœur. Journal of Lingua Litteratia, 4
(1): 14–22.

87

Anda mungkin juga menyukai