Anda di halaman 1dari 20

ULANGAN AKHIR SEMESTER

SOSIOLOGI SASTRA
Menyelesaikan tugas yang diberikan dengan judul : Analisis Puisi Terbuka
Bunga Karya Asrul Sani dan Puisi Satu Renungan di Masjid Karya Motinggo
Boesje Dengan Pendekatan Sosiologi Sastra
Dosen Pengampu : Dr. Dafirah, M.Hum

Oleh:
RAPLI PASHA (F021211013)

KELAS 5A
PRODI SASTRA DAERAH BUGIS-MAKASSAR
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
PENDAHULUAN
Latar belakang
Karya sastra sebagai salah satu cerminan di dalam suatu masyarakat tertentu.
Untuk melihat bagaimana karakteristik seseorang atau kelompok perseorangan salah
satunya dengan membaca karya sastra yang diciptakannya. Sastra sebagai salah salah
satu cabang ilmu bahasa dengan penggunaan bahasa dengan diselingi imajinasi
seseorang serta mengaitkannya dengan kehidupannya. Namun sebelum itu, tentunya
kita harus tahu mengenai karya sastra.

Karya sastra merupakan seperangkat yang lahir dari pikiran dan imajinasi
pengarang dituangkan dalam gambaran ide yang tercipta. Sebuah karya sastra lahir dari
ide, pikiran dan olah rasa pengarang yang kemudian dituangkan ke dalam karya sastra
dan bermamfaat untuk khalayak banyak. Seperti pendapat (Wellek dan Warren, 1990:
20) mengenai hakekat seni, mengatakan bahwa karya sastra itu indah dan berguna.
Dalam melakukan penelitian karya sastra, pastinya tidak lepas dari pendekatan.
Pendekatan dimaksudkan untuk memudahkan para peneliti dalam melakukan
pekerjaannya terhadap objek yang akan diamati seperti sebuah karya sastra.
Pendekatan dapat dikatakan sebagai jalan atau pengampiran. Sama halnya dalam karya
sastra, untuk melakukan penelitian, tentunya membutuhkan yang namanya pendekatan
untuk memungkinkan dalam menjalankan sejumlah teori maupun metode, sebab
dasarnya pendekatan mendahului teori dan metode. Karena pendekatan merupakan
langkah pertama dalam tercapainya tujuan penelitian. Oleh karena itu penentuan
pendekatan terlebih dahulu lalu kemudian merambat ke teori, metode dan langkah-
langkahnya. Namun sebelum itu, terlebih dahulu merujuk pada konsep sebagai wilayah
pemikiran yang digunakan dalam melihat sastra yang telah bosan terhadap pengkajian
terhadap struktur bahasa itu sendiri.

Konsep seperti yang dikatakan sebelumya sebagai wilayah pemikiran yang


digunakan dalam melihat karya sastra dari sisi yang lain. Dari pemikiran-pemikiran
tersebut menciptakan asumsi-asumsi yang digunakan sebagai landasan dalam suatu
keilmuan. Sebagai pendapat awal serta terkaan dalam peneliti, asumsi menjadi dasar
berbagai latar belakang. Konsep, serta metode yang hendak digunakan. Sehingga
asumsi dari penelitian dalam sosiologi sastra mengatakan bahwa sastra tidak bisa lepas
dari suatu masyarakat. masyarakat sebagai tempat kelahiran suatu sastra. Pemikiran
mengenai sosiologi sastra ini yang menjadi pemicu lahirnya sosiologi sastra walaupun
masih dalam wujud abstrak kali itu. sehingga menimbulkan diskusi yang panjang.

Menurut dari konsep tersebut, menandakan bahwa sosiologi sastra melihat karya
sastra sebagai (1) ungkapan historis , eksperi terhadap waktu, sebagai cerminan, (2)
ungkapan ekspresi sosial dan budaya yang memuat fungsi sosial yang berharga.
Sehingga baik itu memuat fungsi sosial maupun personal alan selalu ada di dalam suatu
karya sastra yang tidak akan lepas dari tafsiran budaya yang selalu ada di dalam
kehidupan manusia. Sehingga dengan sastra sebagai pengungkapan curhatan rasa,
pikiran, dalam sastra tergantung bagaimana manusia itu mampu mengekspresikannya.

Sejalan yang dikatakan oleh Watt (dalam Damono, 1978: 3) mengatakan bahwa
setidaknya sosiologi sastra memuat mengenai konteks sosial pengarang dan sastra
sebagai cerminan masyarakat. konteks sosial pengarang merujuk pada bagaimana
pengarang mendapatkan pekerjaan, profesionalitas pengarang, serta masyarakat apa
yang dituju. Adapun mengenai sastra sebagai cerminan dengan melihat pada
bagaimana sastra mencerminkan masyarakat, serta menampilkan fakta-fakta sosial.

Seperti halnya dalam puisi yang memuat berbagai fakta-fakta sosial dan konteks
sosial penngarang sendiri. Puisi sebagai sebuah rangkuman dari bentuk karya sastra
sebagai pengungkapan pikiran dan perasaan seseorang penyair yang disusun dengan
menggunakan konsentrasi struktur dan batinnya (Herman J. Waluyo, 1992). Yang ada
di dalam sebuah puisi ialah cerminan perasaan , pengetahuan, serta pengalaman dari
penyair yang membentuk sebuah dunia yang dinamakan puisi. Sejalan yang dikatakan
oleh Dresden (dalam Sayuti, 1998) banhwa puisi merupakan dunia yang dikemas
dalam bentuk kata. Dengan kata lain dari perbagai pendapat, puisi merupakan seni
menciptakan bahasa yang diluapkan secara spontan dalam pikiran, perasaan,
pengalaman, serta pengetahuan sang penyair yang dibunkus dalam bentuk imajinatif
dan memuat sifat musikal emosional. Sehingga tujuan dalam penulisan dengan
mengungkapkan fakta-fakta sosial yang terkandung di dalam sebuah puisi khususnya
untuk tahun 1945-an dengan tahun 1990-an berdasarkan pendekatan sosiologi sastra.
PEMBAHASAN
Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan cabang ilmu yang melihat hubungan antara sosiologi
dan sastra dengan melihat suatu karya sastra lahir karena campur tangan di dalam suatu
masyarakat. secara sederhana sosiologi sastra dapat dikatakan sebagai penelitian sastra
yang dilihat dari sisi ilmu sosial dan humaniora. Seperti halnya dengan namanya,
pendekatan terhadap sosiologi sastra lebih merujuk dan menaruh perhatian terhadap
aspek dokumenter sastra. Pandangan ini mengatakan bahwa cerminan langsung dari
berbagai sturktur sosial, hubungan dalam keluarga, pertentangan, dan masih banyak
lagi. Sehingga tugas dari ilmu ini ialah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh
khayalan dengan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang nampak
mengenai asal-usulnya.

Sebagai ilmu yang memanfaatkan faktor sosial sebagai pembangun sastra,


sosiologi sastra dalam memahami makna karya sastra dari sisi sosiologis yang dikemas
dalam bentuk fiksi dan imajinatif. Salah satunya mengenai puisi yang di dalamnya
memuat mengenai pengalaman, perasaan serta pikiran yang dikemas dalam bentuk
kata.

Teori Dalam Pendekatan Sosiologi Sastra

Kajian Sosio-Fenomenologis dalam sastra selalu menyajikan hal-hal yang unik,


Dari sisi sosiologi sastra, fenomena itu senantiasa menggoda. Banyak lipatan-lipatan
ide, pemikiran sosial, dan sejumlah kasus yang dapat dikaji dari aspek-aspek sosio-
fenomenologi. Teori kajian sosio-fenomenologi yaitu suatu wilayah yang memahami
karya sastra dari kacamata fenomena sosial. Fenomena ini dideskripsikan apa adanya,
menurut pandangan pemilik sastra.

Sosio-fenomenologis adalah kajian sastra yang menitikberatkan pada aspek


makna. Makna sastra dari sisi sosial, dikaitkan dengan tempat kelahiran karya itu secara
mendalam. Hal ini seperti dinyatakan Janet Wolff (Faruk, 1999) dalam bukunya yang
berjudul Hermeneutik Philosophy and The Sociology of Art ingin membangun
sosiologi seni pada level makna. Sosiologi seni ini dapat diadaptasi dalam kajian sastra,
sebab sastra itu sendiri sebenarnya wilayah seni. Sosiologi seni yang demikian,
menurutnya, perlu dipersiapkan untuk berurusan dengan banyak problem dalam bidang
tersebut, problem-problem yang cenderung diabaikan dan tidak terjelaskan oleh
pendekatan-pendekatan lain.

Analisis Puisi Dengan Pendekatan Sosiologi Sastra

Puisi Terbuka Bunga (1945-an)


Karya: Asrul Sani

Terbuka bunga dalam hatiku!


Kembang rindang disentuh bibir kesturimu.
Melayah-layah mengintip restu senyumanmu.
Dengan mengelopaknya bunga ini, layulah
Bunga lampau, kekasihku.
Bunga sunting hatiku, dalam masa mengembara
Menanda dikau
Kekasihku! Inikah bunga sejati yang tiadakan layu?

Dalam larik pertama “terbuka bunga dalam hatiku” jika dimaknai berarti cinta
yang tumbuh di dalam hati dari tingah laku seseorang, yang diperjelas lagi dalam larik
kedua “Kembang rindang disentuh bibir kesturimu”.

Pada larik ketiga “melayah-layah mengintip restu senyumanmu” jika ingin


diketahui lebih mendalam dimaknai mencari cara untuk mendapat pengakuan
seseorang. Sedangkan larik keempat “dengan mengelopaknya bunga ini, layulah”
dimaknai cinta yang sudah tersimpan di dalam hati, sehingga cinta sebelumnya tidak
berharga lagi, yang diperjelas dalam larik kelima “bunga lampau, kekasihku”.

Dalam larik “bungan sunting hatiku, dalam masa mengembara” dimaknai cinta
yang telah tertanam di dalam hati meskipun masih dalam proses mencari jati diri. Akan
tetapi tetapi akan tetap ada di dalam hati seseorang yang dicintai, yang ditandai dengan
larik ketujuh “menanda dikau”.
Serta dalam larik “kekasihku! Inikah bunga sejati yang tiadakan layu? Jika
dimaknai berarti pertanyaan mengenai dari cinta yang telah ada, apakah akan tetap
abadi di dalam hati.

Dalam puisi di atas merupakan hasil dari perasaan langsung penyair mengenai
pengalamannya yang sedang jatub cinta, serta adanya pencarian cinta sejati yang dapat
diidentifikasi pada larik terakhir. Sehingga dalam puisi ini, bagaimana sesorang
penyair atau sastrawan dalam mengekspresikan terhadap perasaannya yang sedang
jatuh cinta lewat puisi di atas.

Puisi Satu Renungan di Masjid (1990-an)


Karya: Motinggo Boesje

Hari rabu lalu


Kening kutempel di lantai pualam
Dalam sholat sunat
Dua rakaat

Tuhan di negeri asing


Tuhan di negeri sendiri
Tuhan di negeri Nabawi
Adalah Allah yang sama

Yang penting renungan ini


Suatu terasa selalu baru
Tabir-tabir semakin tersingkat
Seribu hati semakin mendekap
Dalam satu renungan
Dalam bait pertama jika dimaknai secara keseluruhan ialah bentuk keyakinan
kepada Allah SWT dengan melaksanakan sholat sunnah sebagai bentuk kedekatan
dengan sang pencipta. Dalam bait ini mengaitkan berkaitan dengan pengalaman
penyair yang dapat diidentifikasi pada larik pertama “hari rabu lalu” dan larik ketiga
“dalam sholat sunat” yaitu menggambarkan pengalamannya saat sholat sunnah di
masjid hari rabu lalu.
Dalam bait kedua jika dimaknai secara keseluruhan yaitu meskipun kita berada
di suatu tempat yang berbeda, tetapi tetap tuhan yang dituju ketika melaksanakan
ibadah. Allah SWT akan tetap satu walaupun kita beribadah di masjid yang berbeda-
beda karena tuhan yang dituju dalam beribadah akan tetap sama meskipun di tempat
yang berbeda. Hal yang disampaikan penyair berdasarkan pengalamannya di dalam
puisinya ialah meskipun melaksakan sholat di negeri yang berbeda, tuhan yang dituju
tetap satu.

Pada bait ketiga jika dimaknai secara keseluruhan berarti meskipun


melaksanakan ibadah khususnya sholat yang mengalami pengulangan setiap harinya
yang dapat dilihat pada larik pertama “yang penting renunganini”, tetapi suasana yang
didapatkan selalunya baru, maksudnya tidak pernah bosan melaksanakan sholat
meskipun rutin dilakukan setiap hari yang dapat diidentifikasi dalam larik kedua
“suasana terasa selalu baru”. Sehingga pengalaman yang didapatkan itu selalunya
berbeda dengan doa-doa yang terus dipanjatkan serta membawa ketenangan serta
keberagaman dalam hubungan dengan tuhan lewat sholat.

Dalam puisi ini menceritakan mengenai pengalaman pribadi sang penyair yang
telah melaksanakan sholat sunnah di masjid. Lebih dalam lagi dalam puisi ini
menceritakan mengenai perenungannya serta akan kehadiran-Nya terhadap tuhan di
berbagai tempat. Dalam puisi ini, penyair juga menempatkan diri yang sedang
melaksanakan sholat di dalam masjid dengan lantai pualam. Ini menambah kesan
mewah dan meganya suasana di dalam masjid tersebut.
PENUTUP

Kesimpulan

Sebagai cabang ilmu yang melihat hubungan antara sosiologi dan sastra dengan
melihat suatu karya sastra lahir karena campur tangan di dalam suatu masyarakat,
sosiologi sastra bertugas menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayalan dengan
situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang nampak mengenai asal-
usulnya yang dikemas dalam bentuk fiksi dan imajinatif. Salah satunya mengenai puisi.

Dalam puisi Terbuka Bunga karya Asrul Sani merupakan hasil dari perasaan
langsung penyair mengenai pengalamannya yang sedang jatub cinta, serta adanya
pencarian cinta sejati yang dapat diidentifikasi pada larik terakhir. Sehingga dalam
puisi ini, bagaimana sesorang penyair atau sastrawan dalam mengekspresikan terhadap
perasaannya yang sedang jatuh cinta lewat puisi di atas. Sedangkan puisi Satu
Renungan Di Masjid karya Motinggo Boesje menceritakan mengenai pengalaman
pribadi sang penyair yang telah melaksanakan sholat sunnah di masjid. Lebih dalam
lagi dalam puisi ini menceritakan mengenai perenungannya serta akan kehadiran-Nya
terhadap tuhan di berbagai tempat. Dalam puisi ini, penyair juga menempatkan diri
yang sedang melaksanakan sholat di dalam masjid dengan lantai pualam. Ini
menambah kesan mewah dan meganya suasana di dalam masjid tersebut.
Referensi

Suwardi, M. (2020). Sosiologi Sastra. Staff UNY.

Kumpulan puisi tahun 1945-an dengan tahun 1990-an.

Sani, Asrul. Bungan Terbuka. (Dalam bentuk puisi).

Boesje, Motinggo. Satu renungan di masjid. (Dalam bentuk puisi).


ULANGAN AKHIR SEMESTER
SOSIOLOGI SASTRA
Menyelesaikan tugas yang diberikan dengan judul : Analisis Novel Balada Si
Roy karya Heri Hendrayana Dan Novel Orang-Orang Biasa Karya Andrea
Hinata Dengan Pendekatan Sosiologi Sastra
Dosen Pengampu : Dr. Dafirah, M.Hum

Oleh:
RAPLI PASHA (F021211013)

KELAS 5A
PRODI SASTRA DAERAH BUGIS-MAKASSAR
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
PENDAHULUAN

Latar belakang

Karya sastra merupakan karangan sebagai hasil imajinasi. Bentuk-bentuk


kehidupan di dalam suatu karya sastra merupakan kehidupan yang telah direka oleh
sang pengarang. Selain dibubuhi pengalaman kehidupan nyata baik sang pengarang,
tetapi dalam karya sastra tidak dapat dissamahi dengan kehdupan nyata seorang
pengarang.

Kita tidak bisa mengetahui kehidupan seorang pengarang lewat karya-karya


sastranya. Meskipu telah menambahkan mengenai pengalaman nyatanya di dalam
karya sastra tersebut. karena jika seorang pengarang membahas keseluruhan isi
karyanya dengan pengalaman pribadinya, itu dapat merusak eksistensi dari sebuah
karya sastra yang bersifat imajinatif. Walaupun karya sastra sebagai media untuk
meyampaikan pesan dan moral, tetapi dengan dibubuhi keimajinasian suatu karya
sastra, akan jauh lebih menarik.

Dalam perkembangan karya sastra diciptakan dengan berbagai bentuk, meliputi


puisi, cerpen, roman, dan prosa. Dari berbagai bentuk karya sastra tersebut, pastinya
memiliki karakteristik yang berbeda-benda. Salah satu karya sastra yang ditulis dalam
bentuk cerita yaitu novel. Novel merupakan cerita yang berbentuk prosa dalam lingkup
yang luas. Keluasan cerita dalam novel dapat dilihat pada alur yang kompleks, karakter
tokoh-tokoh yang beragam, tema yang bervariasi, ragamnya suasana dalam cerita
novel, serta disajikan dengan bahasa dan pengalaman kehidupan sang pengarang
berdasarkan zaman novel tersebut.

Untuk dapat membandingkan novel dengan novel yang lainnya dengan berbagai
latar belakang pengarangnya, salah satunya dengan melihat pada unsur dari dalam
pembentuk dalam karya sastra itu sendiri, misalnya dengan melihat pada tema, alur,
setting, gaya bahasa, sudut pandang, serta amanat. Maupun dalam dilihat dengan dari
unsur luar pembangun karya sastra seperti nilai-nilai, latar belakang pengarang,
keyakinan, dan lainnya. Sehingga tujuan dalam penulisan, ingin membandingkan
mengenai apa-apa saja di dalam novel tahun 1990-an dengan novel tahun 2020-an.
PEMBAHASAN

ANALISIS NOVEL BALADA SI ROY KARYA HERI HENDRAYANA DAN


NOVEL ORANG-ORANG BIASA KARYA ANDREA HIRATA DENGAN
PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

Novel merupakan cerita prosa yang fiktif yang panjang, yang melukiskan tokoh-
tokoh yang terlibat di dalam cerita, disertai dengan gerak dan adegan nyata yang
refresentatif dengan alur atau keadaan di dalamnya. Biasanya novel mempunyai ciri-
ciri terhgantung dari tokoh, penyajian ceritanya lebih dari satu impresi, efek, dan
penyajian lebih dari emosi.

Biasanya novel disajikan bersifat formal. Ini menandakan bahwa dalam


penciptaan sebuah novel dengan maksud tertentu. Dengan menggunakan pendekatan
sosiologi sastra dalam melihat novel, sebagai pendekatan yang memahami ,
menganalisa, serta menilai karya sastra khususya novel dengan mempertimbangkan
segi-segi kemasyarakatan. Keberadaan suatu novel tidak lepas dari hubungan
pengarang, masyarakat, serta pembaca. Dengan pendekatan sosiologi sastra, karya
sastra dipandang tidak lagi otonom (tidak melihat strukturalnya), tetapi untuk
memahami aspek sosial dalam karya sastra khususnya novel perlunya terlebih dahulu
memahami srtuktur yang membangun novel tersebut. untuk lebih jelasnya mengenai
novel-novel yang telah menjadi pilihat di bawah ini.

(1) Novel Balada Si Roy


Karya: Heri Hendrayana
Unsur instrinsik dalam novel balada si roy karya Heri Hendrayana
Tema : Tema utama dalam novel balada si roy adalah kehidupan sosial si roy
sebagai anak muda dalam menjalani hidupnya roy, dengan berbagai
problema-problema seperti percintaan, persahabatan, serta permusuhan.
Tokoh : Tokoh-tokoh yang terlibat dalam novel balada si roy yang menjadi tokoh
utama yaitu Roy, ibu Roy, Toni. Sedangkan tokoh pendukung dalam
novel ialah Andi, kake pencukur, Wiwik, Dewi, Dullah, dan lainnya.
Latar : Setting yang digunakan dalam novel balada si roy terbagi menjadi tiga
latar, baik latar tempat, waktu, dan suasana. Secara keseluruhan latar,
novel ini bercerita di Serang dan Bandung dengan suasana tahun 1980-
an dengan suasana mengharuhkan, romantis, sedih, menakutkan, dan
kehangatan dengan keluarga dan pertemanan.
Alur : Alur yang digunakan dalam dalam novel balada si roy karya Heri
Hendrayana yaitu alur campuran.

Latar belakang pengarang dalam penciptaan novel balada si roy karya Heri
Hendrayana

a. Status sosial pengarang


Heri Hendrayana merupakan seorang penulis, yang lebih populer dengan
nama penanya yaitu Gola Gong. Hera Hendrayana lahir di kota Purwakarta
pada tanggal 15 Agustus 1963. Hera Hendrayana atau biasa dikenal dengan
Gola Gong dalam tulisannya, telah menulis banyak novel yang salah satunya
yaitu balada si roy.
b. Posisi sosial pengarang dalam masyarakat
Gola Gong dikenal oleh masyarakat pada masanya. Sebagai seorang
penulis yang telah menuliskan lebih dari 25 novel dan skenario film.
Nampaknya Gola Gong tidak asing di kalangan masyarakat tanah air.

Masalah yang diidentifikasi dalam novel balada si roy karya Heri Hendrayana

Masalah-masalah yang dihadapi para tokoh-tokoh yang ada di dalam novel


orang-orang biasa ini yang merujuk pada masalah sosial seperti; kejahatan,
disorganisasi keluarga, masalah generasi muda, pelanggaran terhadap norma-norma
masyarakat, dan masalah kependudukan.

Dalam novel balada si roy diidentifikasi faktor yang menjadi faktor terjadinya
masalah yang ditemukan dalam novel yaitu faktor ekonomi, faktor psikologi, dan
faktor kebudayaan. Dalam novel balada si roy karya Heri Hendrayana diidentifikasi
mengenai masalah yang sering ditemukan dan dilanggal ialah masalah terhadap norma-
norma pelanggaran terhadap masyarakat.

(2) Novel Orang-Orang Biasa


Karya: Andrea Hirata
Unsur instrinsik dalam novel orang-orang biasa karya Andrea Hinata

Alur : alur yang digunakan dalam novel orangorang biasa karya Andrea
Hinata ialah alur maju. Menggunakan alur maju sebagaimana mengenai
permasalahan yang di hadapi dalam tokohtokoh yang terlibat,
kemunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks, hingga penyelesaian
permasalahan sejalan dengan menggunakan alur maju yang selalu
berlanjut ke masa yang akan datang.
Latar : Menggunakan tiga latar, yaitu latar tempat, waktu ,dan suasana.
Keseluruhan latar dalam novel ini berada di kota Belantik, kabupaten
Belitong dengan setting seperti sekolah, kantor polisi, pasar, pelabuhan,
bank, warung kopi. Latar waktu terjadi di era sekarang (modern).
Tokoh : Tokoh utama dalam novel ini ialah Handai, Tohirin, Honorun, Rusip,
Salud, Nihe, Dinah dan Junilah. Tokoh tambahan seperti inspektur
polisi, dua buron, guru Akhirudin, ibu Atikah, dan lainnya.

Latar belakang pengarang dalam penciptaan novel orang-orang biasa karya


Andrea Hinata
a. Status sosial pengarang
Andrea Hinata di masyarakat yaitu lahir di pulau Belitung pada tanggal
24 Oktober 1982. Ia dikenal sebagai seorang penulis novel yang merupakan
lulusan S1 Ekonomi Universitas Indonesia kemudian melanjutkan perguruan
tingginya ke luar negeri di Hallam University, UK.
b. Posisi sosial pengarang pada masyarakat
Andrea Hinata dikenal sebagai seorang penulis yang sangat dikenal oleh
masyarakat Indonesia maupun mancanegara. Sebagai salah seorang sastrawan
yang berpengaruh dan banyak memiliki penggemar di kalangan anak muda.
c. Masyarakat pembaca yang dituju
Garis besar masyarakat yang dituju ialah semua kalangan, tetapi
minoritasnya lebih ditujukan pada anak muda di tanah air. Dengan tujuan
memberikan edukasi serta membuka mata pembaca khususnya bagi generasi
muda.

Masalah yang diidentifikasi dalam novel orang-orang biasa karya Andrea


Hinata

Masalah-masalah yang dihadapi para tokoh-tokoh yang ada di dalam novel


orang-orang biasa ini ialah:

a. Masalah kemiskinan
Masalah kemiskinan yang dihadapi dalam novel ketika para pedagang
kecil yang setiap hari selalu menghadapi berbagai kemiskinan dari ekonomi
keluarga sendiri, sehingga harus melanggar aturan yang ada demi keluarga.
b. Masalah kejahatan
Dalam novel tersebut masalah kejahatan kerap terjadi di dalam cerita
dimana baik pejabat, pengusaha, dan pegawai negeri dengan melakukan
kejahatan yaitu pencurian uang, walaupun tidak bisa dibayangkan akan terjadi
di kota kecil.
c. Masalah keluarga
Dalam novel orang-orang biasa ini juga diidentifikasi mengenai masalah
keluarga yang dihadapi ketika orang-orang dengan ekonomi yang rendah
dihadapkan pada masalah keluarga yang ada karena pengaruh ekonomi yang
ada serta kesulitan mencari pekerjaan. Sedangkan orang-orang dengan ekonomi
yang mapan dihadapkan pada permasalahan seperti perselingkuhan.
d. Pelanggaran terhadap norma masyarakat
Dalam novel diidentifikasi mengenai pelanggaran terhadap norma
masyarakat yaitu ada pembulian yang dilakukan oleh sekelompok geng yang
menimpah tokoh Salud. Sehingga aksi pembulian yang dilakukan oleh
sekelompok geng ini, berakibat fatal secara fisik dan mental yang dialami tokoh
Salud.
e. Masalah lingkungan hidup
Masalah lingkungan hidup juga diidentifikasi dalam novel orang-orang
biasa dimana sebagian anak-anak sudah melakukan diskriminasi yang kurang
menghargai sesamanya.
f. Masalah pendidikan
Masalah pendidikan yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel ialah
banyak orang miskin yang kesusahan untuk mendapatkan akses pendidikan
dimana dengan biaya pendidikan yang mahal. Sedangkan orang yang mapan
banyak melakukan kecurangan dengan mengandalkan jabatan atau status untuk
meraih jalan pintas yang diinginkannya.
PENUTUP

Kesimpulan

Novel merupakan cerita prosa yang fiktif yang panjang, yang melukiskan tokoh-
tokoh yang terlibat di dalam cerita, disertai dengan gerak dan adegan nyata yang
refresentatif dengan alur atau keadaan di dalamnya. Biasanya novel mempunyai ciri-
ciri terhgantung dari tokoh, penyajian ceritanya lebih dari satu impresi, efek, dan
penyajian lebih dari emosi. Keberadaan suatu novel tidak lepas dari hubungan
pengarang, masyarakat, serta pembaca. Dengan pendekatan sosiologi sastra, karya
sastra dipandang tidak lagi otonom (tidak melihat strukturalnya), tetapi untuk
memahami aspek sosial dalam karya sastra khususnya novel perlunya terlebih dahulu
memahami srtuktur yang membangun novel tersebut.

Dalam novel balada si roy karya Heri Hendrayana diidentifikasi mengenai unsur
instrinsik yang sempat disinggung dalam penulisan seperti tema, latar, tokoh, dan alur.
Sedangkan dalam novel orang-orang biasa karya Andrea Hinata seperti tokoh, latar
atau setting, dan alur. Dalam kedua novel tersebut, masing-masing ditemukan
mengenai masalah yang ikut menyertai di dalam cerita novel tersebut. Pada novel
balada si roy karya Heri Hendrayana diidentifikasi masalah sosial seperti; kejahatan,
disorganisasi keluarga, masalah generasi muda, pelanggaran terhadap norma-norma
masyarakat, dan masalah kependudukan. Seperti halnya dalam novel orang-orang
biasa karya Andrea Hinata yang diidentifikasi mengenai masalah-masalah yang
dihadapi para tokoh-tokoh yang ada di dalam novel orang-orang biasa ini ialah;
masalah kemiskinan, kejahatan, masalah keluarga, pelanggaran terhadap norma-norma
masyarakat, lingkungan hidup, dan masalah pendidikan.
Referensi

Mumtaz, Nida Aulia. 2022. “Masalah Sosial dalam Novel Balada Si Roy: Joe Karya
Gol A Gong”. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jenderal
Soedirman.

Suwardi, M. (2020). Sosiologi Sastra. Staff UNY.

Hirata, Andrea. Orang-Orang Biasa. Yogyakarta: Penerbit Bentang

Anda mungkin juga menyukai