Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM KARYA PROSA

NAMA: HATTA TRINATA

NIM: 180701059

Pendahuluan

Menurut Sumardjo dan Sumaini, salah satu pengertian sastra adalah seni bahasa.
Maksudnya adalah lahirnya sebuah karya sastra adalah untuk dapat dinikmati oleh
pembaca. Untuk dapat menikmati suatu karya sastra secara sungguh-sungguh dan
baik diperlukan pengetahuan tentang sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup,
penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersifat dangkal dan sepintas karena
kurangnya pemahaman yang tepat. Sebelumnya, patutlah semua orang tahu apa
yang dimaksud dengan karya sastra. Karya sastra bukanlah ilmu. Karya sastra
adalah seni, di mana banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya,
khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan,
semangat, kepercayaan, keyakinan sebagai unsur karya sastra sulit dibuat
batasannya.

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,


pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran
kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan
dalam bentuk tulisan. Jakop Sumardjo dalam bukunya yang berjudul "Apresiasi
Kesusastraan" mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi
jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk
rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain.

Pada dasarnya, karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya sastra
dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup,
walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan
kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan
spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya,
karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang
bernilai seni.

Pendekatan dalam karya sastra

1. Pendekatan Mimetik

Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra


berupa memahami hubungan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Kata
mimetik berasal dari kata mimesis (bahasa Yunani) yang berarti tiruan. Dalam
pendekatan ini karya sastra dianggap sebagai tiruan alam atau kehidupan (Abrams,
1981). Untuk dapat menerapkannya dalam kajian sastra, dibutuhkan data-data yang
berhubungan dengan realitas yang ada di luar karya sastra. Biasanya berupa latar
belakang atau sumber penciptaa karya sastra yang akan dikaji. Misal novel tahun
1920-an yang banyak bercerita tentang "kawin" paksa. Maka dibutuhkan sumber
dan budaya pada tahun tersebut yang berupa latar belakang sumber penciptaannya.

2. Pendekatan Ekspresif

Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra


memfokuskan perhatiannya pada sastrawan selaku pencipta karya sastra.
Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai ekspresi sastrawan, sebagai
curahan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan, atau sebagai produk
imajinasi sastrawan yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran atau
perasaanya. Kerena itu, untuk menerapkan pendekatan ini dalam kajian sastra,
dibutuhkan sejumlah data yang berhubungan dengan diri sastrawan, seperti kapan
dan di mana dia dilahirkan, pendidikan sastrawan, agama, latar belakang sosial
budayannya, juga pandanga kelompok sosialnya.

3. Pendekatan Pragmatik

Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra


sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal
ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama, maupun
tujuan yang lain. Dalam praktiknya pendekatan ini cenderung menilai karya sastra
menurut keberhasilannya dalam mencapai tujuan tertentu bagi pembacannya
(Pradopo, 1994).

Dalam praktiknya, pendekatan ini mengkaji dan memahami karya sastra


berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan (ajaran) moral, agama,
maupun fungsi sosial lainnya. Semakin banyaknya nilai-nilai tersebut terkandung
dalam karya sastra makan semakin tinggi nilai karya sastra tersebut bagi
pembacannya.

4. Pendekatan Objektif

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada


karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur
yang otonom dan bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarangm maupun
pembaca. Pendekatan ini juga disebut oleh Welek & Waren (1990) sebagai
pendekatan intrinsik karena kajian difokuskan pada unsur intrinsik karya sastra
yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri.

5. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural ini memandang dan memahami karya sastra dari segi
struktur karya sastra itu sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang
otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas maupun pembaca (Teeuw,
1984).

Dalam penerapannya pendekatan ini memahami karya sastra secara close


reading. Atau mengkaji tanpa melihat pengarang dan hubunga dengan realitasnya.
Analisis terfokus pada unsur intrinsik karya sastrra. Dalam hal ini setiap unsur
dianalisis dalam hubungannya dengan unsur yang lain.

6. Pendekatan Semiotik

Dalam kajian sastra, pendekatan semiotik memandang sebuah karya sastra


sebagai sebuah sistem tanda.Secara sistematik, semiotik mempelajari tanda-tanda
dan lambang-lambang, sistem lambang, dan proses-proses perlambangan.

Pendekatan ini memandang fenomena sosial dan budaya sebagai suatu sistem
tanda. Tanda tersebut hadir juga dalam kehidupan sehari misal: bendera putih di
depan gang, maka orang akan berpikir ada salah satu keluarga yang sedang ada
yang berduka. contoh lain adalah mendung: orang akan berpikir hujan akan segera
turun sebentar lagi. Tentu saja untuk memahaminya dibutuhkan pengetahuan
tentang latarbelakang sosial-budaya karya sastra tersebut dibuat tanda, dalam
pendekatan ini terdiri dari dua aspek yaitu: penanda (hal yang menandai sesuatu)
dan petanda (referent yang diacu).
7. Pendekatan Sosiologi Sastra

Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari pendekatan


mimetik. Pendekatan ini memahami karya sastra dalam hubungannya dengan
realitas dan aspek sosial kemasyarakatannya. Pendekatan ini dilatarbelakangi oleh
fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak dapat lepas dari realitas sosial yang
terjadi di suatu masyarakat (Sapardi Djoko Damono 1979).

8. Pendekatan Resepsi Sastra

Resepsi berarti tanggapan. Dari pengertian tersebut dapat kita pahami makna
resepsi sastra adalah tanggapan dari pembaca terhadap sebuah karya sastra.
Pendekatan ini mencoba memahami dan menilai karya sastra berdasarkan
tanggapan para pembacanya.

9. Pendekatan Psikologi Sastra

Wellek & Waren (1990) mengemukakan empat kemungkinan pengertian.


Pertama adalah studi psikologi pengarang sebgai tipe atau pribadi. Kedua studi
proses kreatif. Ketiga studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan
dalam karya sastra.

Pengertian keempat menurut Wellek & Waren (1990) terasa lebih dekat pada
sosiologi pembaca. 

10. Pendekatan Moral

Di samping karya sastra dapat dibahas dan dikritik berdasrkan sejumlah


pendelatan yang telah diuraikan sebelumnnya, karya sastra juga dapat dibahasa dan
dikritik dengan pendekatan moral. Sejauh manakah sebuah karya sastra
menawarkan refleksi moralitas kepada pembacanya. Yang dimaksudkan dengan
moral adalah suatu norma etika, suatu konsep tentang kehidupan yang dijunjung
tinggi oleh masyarakatnnya. Moral berkaitan erat dengan baik dan buruk.
Pendekatan ini masuk dalam pendekatan pragmatik

11. Pendekatan Feminisme

Pendekatan feminisme dalam kajian sastra sering dikenal dengan nama kritik
sastra feminis. Pendekatan feminisme ialah salah satu kajian sastra yang
mendasarkan pada pandangan feminisme yang menginginkan adanya keadilan
dalam memandan eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya
sastra (Djananegara, 2000:15).

Analisis Novel Laskar Pelangi Menggunakan Pendekatan Mimetik

Sinopsis

Cerita dari sebuah daerah di Belitung, yakni di SD Muhammadiyah. Saat itu


menjadi hari yang menegangkan bagi anak-anak yang ingin bersekolah di SD
Muhammadiyah. Kesembilan murid yakni, Ikal, Lintang, Sahara, A Kiong,
Syahdan, Kucai, Borek, Trapani tengah gelisah lantaran SD Muhammadiyah akan
ditutup jika murid yang bersekolah tidak genap menjadi 10. Mereka semua sangat
cemas. SD Muhammadiyah adalah SD islam tertua di Belitung, sehingga jika
ditutup juga akan kasihan pada keluarga tidak mampu yang ingin menyekolahkan
anak-anak mereka. Di sinilah anak-anak yang kurang beruntung dari segi materi ini
berada.

Saat semua tengah gelisah datanglah Harun, seorang yang keterbelakangan


mental. Ia menyelamatkan ke sembilan temannya yang ingin bersekolah serta
menyelamatkan berdirinya SD Muhammadiyah tersebut. Dari sanalah dimulai
cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan
Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah
cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian
bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh
Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama
Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi
dari rumahnya ke sekolah.

Semua kejadian tersebut sangat menghiasi kehidupan kesepuluh anak yang


mengatasnamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Bu Mus yang merupakan
guru terbaik mereka miliki yang telah memberikan nama tersebut untuk mereka.
Karena Bu Mus tahu mereka semua sangat menyukai pelangi. Saat susah maupun
senang mereka lalui dalam kelas yang menurut cerita pada malam harinya kelas
tersebut sebagai kandang bagi hewan ternak. Di SD Muhammadiyah itulah Ikal
dan kawan-kawannya memiliki segudang kenangan yang menarik.

Seperti saat kisah percintaan antara Ikal dan A Ling. Awalnya Ikal
disuruholeh Bu Mus untuk membeli kapur di tokoh milik keluarga A Ling. Ia jatuh
cinta pada kuku A Ling yang indah. Ia tidak pernah menjumpai kuku seindah itu.
Kemudian ia tahu bahwa pemilik kuku yang indah tersebut adalah A Ling, Ikal pun
jatuh cinta padanya. Namun, pertemuan mereka harus di akhiri lantaran A Ling
pindah untuk menemani bibinya yang sendiri.

Kejadian tentang Mahar yang akhirnya mnemukan ide untuk perlombaan


semacam karnaval. Mahar menemukan sebuah ide untuk menari dalam acara
tersebut. Mereka para laskar pelangi menari seperti orang kesetanan, hal tersebut
dikarenakan kalung yang mereka kenakan dari buah yang langkah dan hanya ada
di Balitong merupakan tanaman yang membuat seluruh badan gatal. Alhasil
mereka pun menari layaknya orang yang tengah kesurupan. Namun berkat semua
itu akhirnya SD Muhammadiyah dapat memenagkan perlombaan tersebut.

Namun, pada suatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang kaya pindahan
dari SD PN, ia masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak kedatangan Flo di SD
Muhammadiyah tersebut yang membawa pengaruh buruk bagi teman-temannya
terutama Mahar, yang duduk satu bangku dengan Flo. Sejak kedatangan anak
tersebut nilai Mahar seringkali jatuh dan jelek sehingga membuat bu Mus marah
dan kecewa.

Hari-hari mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa maupun tangis.
Namun di balik semua kecerian mereka, ada seorang murid yang benama Lintang
yakni anggota laskar pelangi yang perjuangannnya terhadap pendidikan perlu di
acungi jempol. Ia rela menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi dari
rumahnya ke sekolah hanya untuk agar ia bisa belajar. Ia tidak pernah mengeluh
meski saat perjalanan menuju sekolahnya ia harus melewati sebuah danau yang
terdapat buaya di dalamnya. Lintang merupakan murid yang sangat cerdas.
Terbukti saat ia, Ikal, dan juga Sahara tengah berada pada sebuah perlombaan
cerdas cermat. Ikal dapat menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah
kaya PN yang berijazah dan terkenal, dengan jawabannya yang membuat ia
memenangkan lomba cerdas cermat.

Namun sayang, semua kisah indah laskar pelangi harus diakhiri dengan
perpisahan seorang Lintang yang sangat jenius tersebut. Lintang dan kawan-kawan
membuktikan bahwa bukan karena fasilitas yang menunjang yang akhirnya dapat
membuat seseorang sukses maupun pintar, namun kemauan dan kerja keraslah
yang dapat mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian, setelah
perlombaan tersebut Lintang tidak masuk sekolah dan akhirnya mereka kawan-
kawan Lintang dan juga bu Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya,
Lintang tidak dapat melnjutkan sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal
dunia. Tentu saja hal tersebut menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi
anggota laskar pelangi.

Beberapa tahun kemudian, saat mereka telah beranjak dewasa, mereka


semua banyak mendapat pengalaman yang berharga dari setiap cerita di SD
Muhammadiyah. Tentang sebuah persahabatan, ketulusan yang diperlihatkan dan
diajarkan oleh bu Muslimah, serta sebuah mimpi yang harus mereka wujudkan.
Ikal akhirnya bersekolah di Paris, sedangkan Mahar dan teman-teman lainnya
menjadi seseorang yang dapat membanggakan Belitung.

Kajian Novel

Mimpi adalah sebuah harapan yang harus menjadi nyata dan harus
diwujudkan dengan penuh perjuangan. Rintangan apapun yang menghadang harus
bisa diatasi dan dilewati dengan penuh kesabaran dan ketawakalan. Keterbatasan
juga tak akan bisa menghentikan mimpi apabila usaha dan kerja keras ada dalam
diri kita.

Ini pun dialami Ikal dan teman-temannya yang berusaha mewujudkan mimpi
besarnya dibalik keterbatasan yang terus melanda mereka. Sekolah mereka jadikan
tempat memulai untuk mewujudkan mimpi mereka. Sekolah yang penuh dengan
keterbatasan dan bangunannya yang tidak sebagus sekolah-sekolah pada
umumnya. Bagunannya hampir roboh. Namun mimpi murid-murid sekolah
tersebut tak terbatas dan tak akan roboh seperti sekolah mereka.

Kerja keras dalam meraih mimpi mereka terus dipupuk, walau rintangan
selalu jadi penghalang bagi mereka untuk terus meraih mimpi tersebut. Tidak ada
yang mampu menghentikan mimpi mereka termasuk seekor buaya rawa yang
melintas ketika berangkat menuju sekolah. Laskar pelangi merupakan sebuah
cerita yang menceritakan tentang sepuluh orang anak Belitung yang berusaha
mewujudkan mimpi-mimpi mereka ditengah keterbatasan dan kekurangan yang
ada, baik itu dari segi biaya, murid-muridnya, bahkan sekolah yang hampir roboh.
Namun hal itu tidak menjadi halangan bagi mereka untuk memulai mewujudkan
mimpi mereka. Walau awalnya mimpi mereka hampir tidak akan terlaksana karena
sekolah yang penuh kesederhanaan itu akan ditutup jika muridnya kurang dari 10
orang, namun akhirnya mereka mampu tersenyum ketika secercah harapan itu
hadir lewat anak terbelakang mental.

Dalam isi cerita penulis memang menceritakan kejadian yang sesungguhnya


terjadi di masyarakat Belitung. Kehidupan yang penuh kemiskinan, anak-anak
yang sangat kesulitan untuk bersekolah, dan sekolah yang benar-benar tidak layak
untuk di tempati. Bahkan adapun yang mengatakan bahwa cerita laskar pelangi
merupakan cerita nyata dari sang penulis. Namun tak hanya dalam novel Laskar
Pelangi saja kejadian yang memilukan ini terjadi. Ternyata kejadian memilukan
seperti dalam novel pun banyak terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Ya
bukan hanya di Belitung saja keterbatasan gedung sekolah dan mimpi anak-anak
Indonesia penuh dengan keterbatasan, namun ternyata banyak di daerah-daerah
pelosok bahkan di daerah Ibukota mengalami hal serupa.

Anak-anak mendapatkan pendidikan seadanya, gedung sekolah yang mereka


tempati sudah tidak layak dihuni, atap sekolah yang seharusnya menjadi pelindung
mereka dari kehujanan dan kepanasan tidak mampu memenuhi fungsinya secara
optimal, hanya terdapat beberapa guru saja dalam sekolah, baju seragam juga tidak
dipunyai oleh mereka. Atap sekolah yang sering bocor saat kehujanan, kepanasan
saat cuaca terik menyerang, dan kadang sekolah goyang karena tertiup angin,
menjadi kegiatan yang juga tak terlepas dari mereka. Namun semangat mereka
untuk tetap bersekolah menjadikan hal semacam itu tidak menjadi halangan untuk
mereka. Seperti halnya para laskar pelangi, sekolah mereka yang memiliki
keterbatasan itu menjadi tempat mereka mendapat ilmu yang bermanfaat dan
berguna bagi mereka.

Salah satu sekolah yang mungkin hampir sama dengan yang terjadi dalam
novel Laskar Pelangi adalah sekolah Madrasah Aliyah “Sehati” yang terletak di
daerah Ling, Bontopuasa, Kel. Adatongeng, Kec. Tulikale, Sulawesi Selatan
dimana kondisi sekolah tersebut tak jauh lebih baik dari kandang sapi (tak layak
huni). Bangunan sekolah ini memiliki bangunan yang semi permanen dengan
dinding udara yang tak sedap dilihat mata. Beda lagi di SDN Batakan 3 Pulau Ubi,
Kalimantan yang memiliki bangunan sekolah yang tidak layak ditempati.
Muridnya pun hanya terdiri dari 13 orang saja dari kelas 1 sampai kelas 6, dari
jumlah itu terkadang ada beberapa murid yang tidak masuk di karenakan harus
membantu orang tuanya. sarana dan prasarananya pun sangat mengenaskan. Bukan
hanya itu saja, akses jalan menuju SDN Batakan 3 juga sangat jauh dari kota. Jalan
tanah yang tidak bisa dilalui sepeda motor saat hujan serta jembatan dan titian
batang pohon yang sebagian rusak pun menjadi kendala untuk sampai di sekolah.
Namun Sama halnya dengan tokoh-tokoh dalam novel Laskar Pelangi, murid-
murid di SDN Batakan 3 Kalimantan juga memiliki anak murid yang tidak pernah
menyerah untuk mewujudkan cita-cita besar mereka.

Mungkin masih banyak sekolah-sekolah seperti sekolah dalam novel laskar


pelangi lainnya di Indonesia. Sekolah yang tak layak huni untuk di tempati. bahkan
mungkin lebih parah dari sekolah laskar pelangi. Ada pula hal yang membuat hati
miris lainnya selain gedung sekolah yang tak layak huni antara lain adalah kondisi
ketika berangkat menuju sekolah. Apabila dalam Novel Laskar Pelangi salah satu
tokohnya yang bernama Lintang, yang harus melewati danau yang terdapat buaya
dan apabila hendak berangkat sekolah selalu melintas di depannya serta jarak
rumah yang jauh dari sekolah yaitu sekitar 80 KM. Dalam dunia nyata pun masih
ada yang berjuang untuk sampai di sekolah sampai harus mempertaruhkan nyawa
mereka dengan sebuah pengorbanan demi bisa bersekolah.

Masih ingatkah, beberapa waktu silam ada siaran berita tentang bagaimana
perjuangan seorang anak Sekolah Dasar yang berjuang melewati jembatan putus
untuk sampai di sekolah, betapa mirisnya melihat tayangan tersebut. Siswa sekolah
dasar harus menyeberangi jembatan yang rusak untuk dapat sampai di sekolah
mereka. Sama halnya seperti tokoh Lintang dalam novel Laskar Pelangi, anak-anak
sekolah dasar ini juga memiliki perjuangan yang sangat berat untuk bisa sampai ke
sekolah mereka. Coba kita bayangkan apabila anak-anak tersebut tergelincir dan
terjatuh ke bawah aliran sungai yang airnya deras? Mungkin tak terbayangkan
bagaimana nasib anak tersebut. Adapula yang berjuang dengan melewati arus
sungai yang deras untuk bisa sampai di sekolah mereka. Dan adapula yang berjalan
beberapa kilometer untuk dapat sampai di sekolah mereka. Mungkin konteks
dalam cerita dan kejadian nyata berbeda. Namun dari kedua cerita memiliki tujuan
yang sama yaitu mereka berjuang untuk berusaha melewati rintangan demi
rintangan agar sampai di tempat tujuan mereka yaitu sekolah tercinta. Miris
rasanya melihat perjuangan dan pengorbanan tinggi mereka. Mereka yang gigih
menghadapi semua rintangan demi bisa mendapat sebuah pendidikan yang dapat
dijadikan acuan untuk bisa menggapai mimpi-mimpi mereka. Perjuangan dan
pengorbanan untuk dapat bersekolah juga menjadi salah satu usaha agar kelak cita-
cita dan impian dapat terlaksana sesuai dengan harapan. Murid-murid di Laskar
Pelangi dan seluruh murid-murid sekolah lainnya memiliki sebuah mimpi yang
ingin mereka wujudkan. Walau rintangan dan halangan sering kali mereka hadapi,
namun tekat dan perjuangan mereka untuk tetap bisa bersekolah walau rasanya
amat berat dan susah patut diberikan apresiasi.

Setelah melakukan analisis mimetik Novel Laskar Pelangi karya Andrea


Hirata, dapat disimpulkan bahwa masih banyak anak-anak sekolah yang
mengalami kesulitan untuk dapat bersekolah di tempat yang layak dan memperoleh
akses jalan yang layak pula untuk bisa sampai di sekolah mereka. Namun dengan
keterbatasan yang mereka miliki, tak menjadikan mereka menyerah dengan
keadaan mereka dan mereka tetap bersemangat dan gigih untuk tetap bisa
bersekolah hal itu selalu terpampang dalam dada mereka. Walau halangan dan
rintangan meliputi perjalanan yang dilalui, tapi harus tetap dihadapi dengan senang
hati niscaya hasil yang didapatkan akan memuaskan. Karena kesuksesan akan
muncul apabila kita mau berusaha dan berjuang demi meraih impian. Itulah yang
selalu ada dalam diri anak-anak laskar pelangi maupun anak-anak lainnya yang
mengalami hal yang sama dengan anak laskar pelangi. Karena seorang yang hebat
itu bukan dimana ia bermimpi, tapi bagaimana cara orang itu mewujudkan
impiannya.

Anda mungkin juga menyukai