NIM: 180701059
Pendahuluan
Menurut Sumardjo dan Sumaini, salah satu pengertian sastra adalah seni bahasa.
Maksudnya adalah lahirnya sebuah karya sastra adalah untuk dapat dinikmati oleh
pembaca. Untuk dapat menikmati suatu karya sastra secara sungguh-sungguh dan
baik diperlukan pengetahuan tentang sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup,
penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersifat dangkal dan sepintas karena
kurangnya pemahaman yang tepat. Sebelumnya, patutlah semua orang tahu apa
yang dimaksud dengan karya sastra. Karya sastra bukanlah ilmu. Karya sastra
adalah seni, di mana banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya,
khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan,
semangat, kepercayaan, keyakinan sebagai unsur karya sastra sulit dibuat
batasannya.
Pada dasarnya, karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya sastra
dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup,
walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan
kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan
spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya,
karena siapa pun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang
bernilai seni.
1. Pendekatan Mimetik
2. Pendekatan Ekspresif
3. Pendekatan Pragmatik
4. Pendekatan Objektif
5. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural ini memandang dan memahami karya sastra dari segi
struktur karya sastra itu sendiri. Karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang
otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas maupun pembaca (Teeuw,
1984).
6. Pendekatan Semiotik
Pendekatan ini memandang fenomena sosial dan budaya sebagai suatu sistem
tanda. Tanda tersebut hadir juga dalam kehidupan sehari misal: bendera putih di
depan gang, maka orang akan berpikir ada salah satu keluarga yang sedang ada
yang berduka. contoh lain adalah mendung: orang akan berpikir hujan akan segera
turun sebentar lagi. Tentu saja untuk memahaminya dibutuhkan pengetahuan
tentang latarbelakang sosial-budaya karya sastra tersebut dibuat tanda, dalam
pendekatan ini terdiri dari dua aspek yaitu: penanda (hal yang menandai sesuatu)
dan petanda (referent yang diacu).
7. Pendekatan Sosiologi Sastra
Resepsi berarti tanggapan. Dari pengertian tersebut dapat kita pahami makna
resepsi sastra adalah tanggapan dari pembaca terhadap sebuah karya sastra.
Pendekatan ini mencoba memahami dan menilai karya sastra berdasarkan
tanggapan para pembacanya.
Pengertian keempat menurut Wellek & Waren (1990) terasa lebih dekat pada
sosiologi pembaca.
Pendekatan feminisme dalam kajian sastra sering dikenal dengan nama kritik
sastra feminis. Pendekatan feminisme ialah salah satu kajian sastra yang
mendasarkan pada pandangan feminisme yang menginginkan adanya keadilan
dalam memandan eksistensi perempuan, baik sebagai penulis maupun dalam karya
sastra (Djananegara, 2000:15).
Sinopsis
Seperti saat kisah percintaan antara Ikal dan A Ling. Awalnya Ikal
disuruholeh Bu Mus untuk membeli kapur di tokoh milik keluarga A Ling. Ia jatuh
cinta pada kuku A Ling yang indah. Ia tidak pernah menjumpai kuku seindah itu.
Kemudian ia tahu bahwa pemilik kuku yang indah tersebut adalah A Ling, Ikal pun
jatuh cinta padanya. Namun, pertemuan mereka harus di akhiri lantaran A Ling
pindah untuk menemani bibinya yang sendiri.
Namun, pada suatu ketika datanglah Flo, seorang anak yang kaya pindahan
dari SD PN, ia masuk dalam kehidupan laskar pelangi. Sejak kedatangan Flo di SD
Muhammadiyah tersebut yang membawa pengaruh buruk bagi teman-temannya
terutama Mahar, yang duduk satu bangku dengan Flo. Sejak kedatangan anak
tersebut nilai Mahar seringkali jatuh dan jelek sehingga membuat bu Mus marah
dan kecewa.
Hari-hari mereka selalu dihiasi dengan canda dan tawa maupun tangis.
Namun di balik semua kecerian mereka, ada seorang murid yang benama Lintang
yakni anggota laskar pelangi yang perjuangannnya terhadap pendidikan perlu di
acungi jempol. Ia rela menempuh jarak 80 km untuk pulang dan pergi dari
rumahnya ke sekolah hanya untuk agar ia bisa belajar. Ia tidak pernah mengeluh
meski saat perjalanan menuju sekolahnya ia harus melewati sebuah danau yang
terdapat buaya di dalamnya. Lintang merupakan murid yang sangat cerdas.
Terbukti saat ia, Ikal, dan juga Sahara tengah berada pada sebuah perlombaan
cerdas cermat. Ikal dapat menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah
kaya PN yang berijazah dan terkenal, dengan jawabannya yang membuat ia
memenangkan lomba cerdas cermat.
Namun sayang, semua kisah indah laskar pelangi harus diakhiri dengan
perpisahan seorang Lintang yang sangat jenius tersebut. Lintang dan kawan-kawan
membuktikan bahwa bukan karena fasilitas yang menunjang yang akhirnya dapat
membuat seseorang sukses maupun pintar, namun kemauan dan kerja keraslah
yang dapat mengabulkan setiap impian. Beberapa hari kemudian, setelah
perlombaan tersebut Lintang tidak masuk sekolah dan akhirnya mereka kawan-
kawan Lintang dan juga bu Mus mendapatkan surat dari Lintang yang isinya,
Lintang tidak dapat melnjutkan sekolahnya kembali karena ayahnya meninggal
dunia. Tentu saja hal tersebut menjadi sebuah kesedihan yang mendalam bagi
anggota laskar pelangi.
Kajian Novel
Mimpi adalah sebuah harapan yang harus menjadi nyata dan harus
diwujudkan dengan penuh perjuangan. Rintangan apapun yang menghadang harus
bisa diatasi dan dilewati dengan penuh kesabaran dan ketawakalan. Keterbatasan
juga tak akan bisa menghentikan mimpi apabila usaha dan kerja keras ada dalam
diri kita.
Ini pun dialami Ikal dan teman-temannya yang berusaha mewujudkan mimpi
besarnya dibalik keterbatasan yang terus melanda mereka. Sekolah mereka jadikan
tempat memulai untuk mewujudkan mimpi mereka. Sekolah yang penuh dengan
keterbatasan dan bangunannya yang tidak sebagus sekolah-sekolah pada
umumnya. Bagunannya hampir roboh. Namun mimpi murid-murid sekolah
tersebut tak terbatas dan tak akan roboh seperti sekolah mereka.
Kerja keras dalam meraih mimpi mereka terus dipupuk, walau rintangan
selalu jadi penghalang bagi mereka untuk terus meraih mimpi tersebut. Tidak ada
yang mampu menghentikan mimpi mereka termasuk seekor buaya rawa yang
melintas ketika berangkat menuju sekolah. Laskar pelangi merupakan sebuah
cerita yang menceritakan tentang sepuluh orang anak Belitung yang berusaha
mewujudkan mimpi-mimpi mereka ditengah keterbatasan dan kekurangan yang
ada, baik itu dari segi biaya, murid-muridnya, bahkan sekolah yang hampir roboh.
Namun hal itu tidak menjadi halangan bagi mereka untuk memulai mewujudkan
mimpi mereka. Walau awalnya mimpi mereka hampir tidak akan terlaksana karena
sekolah yang penuh kesederhanaan itu akan ditutup jika muridnya kurang dari 10
orang, namun akhirnya mereka mampu tersenyum ketika secercah harapan itu
hadir lewat anak terbelakang mental.
Salah satu sekolah yang mungkin hampir sama dengan yang terjadi dalam
novel Laskar Pelangi adalah sekolah Madrasah Aliyah “Sehati” yang terletak di
daerah Ling, Bontopuasa, Kel. Adatongeng, Kec. Tulikale, Sulawesi Selatan
dimana kondisi sekolah tersebut tak jauh lebih baik dari kandang sapi (tak layak
huni). Bangunan sekolah ini memiliki bangunan yang semi permanen dengan
dinding udara yang tak sedap dilihat mata. Beda lagi di SDN Batakan 3 Pulau Ubi,
Kalimantan yang memiliki bangunan sekolah yang tidak layak ditempati.
Muridnya pun hanya terdiri dari 13 orang saja dari kelas 1 sampai kelas 6, dari
jumlah itu terkadang ada beberapa murid yang tidak masuk di karenakan harus
membantu orang tuanya. sarana dan prasarananya pun sangat mengenaskan. Bukan
hanya itu saja, akses jalan menuju SDN Batakan 3 juga sangat jauh dari kota. Jalan
tanah yang tidak bisa dilalui sepeda motor saat hujan serta jembatan dan titian
batang pohon yang sebagian rusak pun menjadi kendala untuk sampai di sekolah.
Namun Sama halnya dengan tokoh-tokoh dalam novel Laskar Pelangi, murid-
murid di SDN Batakan 3 Kalimantan juga memiliki anak murid yang tidak pernah
menyerah untuk mewujudkan cita-cita besar mereka.
Masih ingatkah, beberapa waktu silam ada siaran berita tentang bagaimana
perjuangan seorang anak Sekolah Dasar yang berjuang melewati jembatan putus
untuk sampai di sekolah, betapa mirisnya melihat tayangan tersebut. Siswa sekolah
dasar harus menyeberangi jembatan yang rusak untuk dapat sampai di sekolah
mereka. Sama halnya seperti tokoh Lintang dalam novel Laskar Pelangi, anak-anak
sekolah dasar ini juga memiliki perjuangan yang sangat berat untuk bisa sampai ke
sekolah mereka. Coba kita bayangkan apabila anak-anak tersebut tergelincir dan
terjatuh ke bawah aliran sungai yang airnya deras? Mungkin tak terbayangkan
bagaimana nasib anak tersebut. Adapula yang berjuang dengan melewati arus
sungai yang deras untuk bisa sampai di sekolah mereka. Dan adapula yang berjalan
beberapa kilometer untuk dapat sampai di sekolah mereka. Mungkin konteks
dalam cerita dan kejadian nyata berbeda. Namun dari kedua cerita memiliki tujuan
yang sama yaitu mereka berjuang untuk berusaha melewati rintangan demi
rintangan agar sampai di tempat tujuan mereka yaitu sekolah tercinta. Miris
rasanya melihat perjuangan dan pengorbanan tinggi mereka. Mereka yang gigih
menghadapi semua rintangan demi bisa mendapat sebuah pendidikan yang dapat
dijadikan acuan untuk bisa menggapai mimpi-mimpi mereka. Perjuangan dan
pengorbanan untuk dapat bersekolah juga menjadi salah satu usaha agar kelak cita-
cita dan impian dapat terlaksana sesuai dengan harapan. Murid-murid di Laskar
Pelangi dan seluruh murid-murid sekolah lainnya memiliki sebuah mimpi yang
ingin mereka wujudkan. Walau rintangan dan halangan sering kali mereka hadapi,
namun tekat dan perjuangan mereka untuk tetap bisa bersekolah walau rasanya
amat berat dan susah patut diberikan apresiasi.