Anda di halaman 1dari 75

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Pada hakekatnya, suatu penelitian tidak beranjak dari nol secara murni. Akan

tetapi secara umum telah ada acuan yang mendasari atas penelitian yang sejenis. Oleh

karena itu, perlu mengenali peneliti yang terdahulu dan ada relevansinya. Dalam

penelitian ini penulis mengacu pada penelitian yang terdahulu dan relevan

dilaksanakan saat ini.

Penelitian yang dilakukan Wahyu Widiyanto (2003) Skripsinya “Analisis

Struktur dan Sosiologi Sastra Novel Pol Karya Putu Wijaya”. Menyimpulkan bahwa

alur yang diguna kan dalam novel ini adalah alur maju. Temanya adalah seorang

warga penduduk miskin bermimpi bertemu semar tokoh pewayangan yang

menghebohkan warga masyarakat. Masalah yang menonjol dalam novel ini adalah

kemiskinan dan konflik yang terjadi angota masyarakat. Kaitannya dengan penelitian

saya sama-sama mengkaji tentang masalah psikologi sastra tetapi dalam konflik batin

tokoh utama dalam novel Belenggu Merah Muda karya Tyas Damaria.

Penelitian dilakukan oleh Astin Nugraheni (UMS, 2006) skripsi “Konflik

Batin Tokoh Zaza dalam Novel Azela Jingga karya Nanin Pranoto: Tinjauan

Psikologi Sastra”. Zaza harus dihadapi dengan dua pilihan yang berat antara kesetiaan

7
8

serta kecintaan seorang istri terhadap suaminya. Dalam penelitian ini saya

mengkaji dalam konflik batin tokoh utama dalam novel karya Tyas Damaria dengan

judul “Belenggu Merah Muda”.

Penelitian yang dilakukan oleh Nawang Yuanti (2007) skripsinya “Tingkah

Laku Abnormal Tokoh Santo Dalam Novel Et Tulalit Karya Putu Wijaya: Tinjauan

Psikologi Sastra”. Di mana tokoh Santo yang mengalami abnormal, yang mengalami

gangguan egois. Hubungannya dengan penelitian saya dalam konflik batin tokoh

utama dalam novel karya Tyas Damaria dengan judul “Belenggu Merah Muda”.

Penelitian yang dilakukan oleh Lucky Puspitasari (2007). Skripsi yang

berjudul “Perilaku Seksual Dalam Novel Larung Karya Ayu Utami: Analisis

Psikologi Sastra”. Di mana dalam novel tersebut terdapat empat macam perilaku

seksual (1) perilaku seksual Immoralitas/Promiscuity. (2) perilaku seksual Sadisme,

(3) perilaku seksual Mesokhisme, (4) perilaku seksual Biseksual. Hubungannya

dengan penelitian saya dalam konflik batin tokoh utama dalam novel Belenggu merah

muda karya Tyas Damaria.

Berdasarkan uraian mengenai penelitian sebelumnya, adapun persaman dan

perbedaan dengan penelitian yang akan saya lakukan. Perbedaan dengan penelitian

sebelumnya adalah pada objek kajian yakni menggunakan novel yang berbeda.

Sedangkan persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah Persamaan dalam

penelitian ini adalah sama-sama menganalisis konflik batin tokoh utama aspek

kepribadian tokoh utama novel dan juga sama-sama menggunakan tinjauan psikologi

sastra.
9

2. Kajian Teori
a. Hakikat Sastra

Sastra berasal dari bahasa sansakerta sastra yang artinya adalah "tulisan yang

mengandung intruksi" atau "pedoman". Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi

segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu

pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya. Sastra

dalam arti khusus yang digunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi

gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat

diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui

bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah “kesusastraan”. Kata kesusastraan

merupakan bentuk dari konfiks ke-an dan susastra. Menurut Teeuw (1988: 23) kata

susastra berasal dari bentuk su + sastra. Kata sastra dapat diartikan sebagai alat

untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau pengajaran. Awalan su- pada

kata susastra berarti “baik, indah” sehingga susastra berarti alat untuk mengajar,

buku petunjuk, buku instruksi, atau pengajaran yang baik dan indah. Kata susastra

merupakan ciptaan Jawa atau Melayu karena kata susastra tidak terdapat dalam

bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno.

Konfiks ke-an dalam bahasa Indonesia menunjukkan pada “kumpulan” atau

“hal yang berhubungan dengan alat untuk mengajar”. Secara etimologis istilah

kesusastraan dapat diartikan sebagai kumpulan atau hal yang berhubungan dengan
10

alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran, yang baik dan

indah. Bagian “baik dan indah” dalam pengertian kesusastraan menunjuk pada isi

yang disampaikan (hal-hal yang baik; menyarankan pada hal yang baik) maupun

menunjuk pada alat untuk menyampaikan, yaitu bahasa (sesuatu disampaikan

dengan bahasa yang indah).

Adapun pengertian sastra menurut para ahli sebagai berikut:

1) Taum (1997: 13)

Menurut Taum (1997: 13) Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang

bersifat imajinatif atau sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan

berguna menandakan hal-hal lain.

2) Mursal Esten (1978: 9)

Menurut Mursal Esten (1978: 9) Sastra atau kesusastraan adalah

pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan

manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan mempunyai

efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

3) Ahmad Badrun (1983: 16)

Menurut Ahmad Badrun (1983: 16) Kesusastraan adalah kegiatan seni

yang menggunakan bahasa dan garis simbol – simbol lain sebagai alat yang

bersifat imajinatif.

4) Semi (1988: 8)
11

Menurut Semi (1988: 8) Sastra adalah suatu bentuk dan hasil

pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya

menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

5) Panuti Sudjiman (1986: 68)

Menurut Panuti Sudjiman (1986: 68) Sastra adalah karya lisan atau

tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan,

keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.

6) Sapardi (1979: 1)

Menurut Sapardi (1979: 1) memaparkan bahwa sastra adalah lembaga

sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri

merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan

kehidupan itu sendiri merupakan suatu kenyataan sosial.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

sastra adalah karangan atau lukisan yang baik dan indah yang mengandung nilai-

nilai kebaikan yang di tulis dengan bahasa yang indah.

a. Fungsi Sastra

Fungsi sastra harus sesuai dengan sifatnya yakni menyenangkan dan

bermanfaat. Kesenangan yang tentunya berbeda dengan kesenangan yang

disuguhkan oleh karya seni lainnya. Kesenangan yang lebih tinggi, yaitu

kontemplasi yang tidak mencari keuntungan. Dan juga memberikan manfaat

keseriusan. Keseriusan yang menyenangkan, estetis dan keseriusan persepsi.


12

Sehingga ini berarti karya sastra tidak hanya memberikan hiburan kepada

peminatnya tetapi juga tidak melupakan keseriusan pembuatnya.

Selain menampilkan unsur keindahan, hiburan dan keseriusan, karya sastra

juga cenderung membuktikan memiliki unsur pengetahuan. Contohnya puisi,

keseriusan puisi terletak pada segi pengetahuan yang disampaikannya. Jadi puisi

dianggap sejenis pengetahuan. Seperti yang dikatakan oleh filosof terkenal

Aristoteles bahwa puisi lebih filosofis dari sejarah karena sejarah berkaitan dengan

hal-hal yang telah terjadi, sedangkan puisi berkaitan dengan hal-hal yang bisa

terjadi, yaitu hal-hal yang umum dan yang mungkin. Lain lagi dengan novel.

Para novelis dapat mengajarkan lebih banyak tentang sifat-sifat manusia

dari pada psikologi. Karena novelis mampu mengungkapkan kehidupan batin tokoh

- tokoh pada novel yang ditulisnya. Sehingga ada yang berpendapat bahwa novel -

novel bisa dijadikan sumber bagi para psikolog atau menjadi kasus sejarah yang

dapat memberikan ilustrasi dan contoh. Bahkan bisa dikatakan bahwa novelis

menciptakan dunia yang mengandung nilai kebenaran dan pengetahuan sistematis

yang dapat dibuktikan.

Dalam kehidupan masyarakat sastra memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Fungsi rekreatif

Sastra berfungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat karena

mengandung unsur keindahan.

2) Fungsi didaktis
13

Sastra memiliki fungsi pengajaran karena bersifat mendidik dan

mengandung unsur kebaikan dan kebenaran.

3) Fungsi estetis

Sastra memiliki unsur dan nilai-nilai keindahan bagi para pembacanya.

4) Fungsi moralitas

Sastra mengandung nilai-nilai moral yang menjelaskan tentang yang

baik dan yang buruk serta yang benar dan yang salah.

5) Fungsi religius

Sastra mampu memberikan pesan-pesan religius untuk para pembacanya.

b. Jenis-jenis karya sastra

1. Drama

Istilah drama berasal dari kata drame, sebuah kata dari Bahasa Perancis

yang diambil untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas

menengah di Perancis. Dalam buku Webster’s New Collegiate Dictionary,

dinyatakan bahwa drama merupakan karangan berbentuk prosa atau puisi yang

direncanakan bagi pertunjukkan teater (Henry Guntur, 1984). Drama (Yunani)

merupakan jenis karya sastra yang ada bagian tertentu yang diperankan oleh

aktor/aktris.

Definisi drama.

a) Drama adalah kualitas komunikasi. Situasi, dan action


14

b) Drama menurut Moulton adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak

(life presented in action)

c) Drama menurut Brander Mathews adalah konflik dari sifat manusia

merupakan sumber pokok drama

d) Drama menurut Ferdinand Brunetierre adalah melahirkan kehendak

manusia lewat action.

e) Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang

diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action

di hadapan penonton (audience).

Teori Asal Mula Drama menurut Brockett : Drama berkembang dari upacara

religius primitive yang dipentaskan untuk minta pertolongan dewa. Hymne pujian

yang dinyanyikan bersama di depan makam seorang pahlawan. Pembicara

memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan dalam kehidupan

almarhum pahlawan itu. Drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita.

Kisah tentang perburuan/peperangan atau perbuatan yang luar biasa seseorang

pahlawan yang telah gugur.

Dalam pementasan sebuah drama, ada tiga unsur yang penting yang

mempengaruhi keberhasilan pementasan. Tiga unsur tersebut adalah sutradara,

pemain, dan penonton. Pementasa drama dapat menggunakan berbagai media

seperti panggung, film, atau televisi. Kadang pementasannya dikombinasikan

dengan musik dan tarian.


15

2. Prosa

Prosa adalah suatu jenis tulisan yang berbeda dengan puisi karena variasi

ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai

dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin " prosa" yang artinya

"terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu

fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah,

novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa biasanya

dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan

prosa argumentatif. Prosa dibagi menjadi dua, yaitu Roman dan Novel. Roman

adalah cerita yang mengisahkan tokoh sejak lahir sampai meninggal, Sedangkan

novel hanya mengisahkan sebagian kehidupan tokoh yang mengubah nasibnya.

Istilah roman mulai berkembang sejalan dengan munculnya karya sastra

Indonesia modern sejak Balai Pustaka. Pada periode tersebut, terbit karya karya

sastra yang monumental seperti Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Sengsara Membawa

Nikmat, dan sebagainya. Karya-karya prosa itu disebut roman-roman periode Balai

Pustaka. Pada periode selanjutnya yaitu periode Pujangga Baru, muncul pula karya

sastra prosa yang disebut roman seperti Layat Terkembang, Belenggu, dan

sebagainya.

Pada saat itu, istilah novel belum popular. Bahkan, karya-karya Hamka pun

seperti Di Bawah Lindungan Kabah dan Tenggelamnya kapal Van der Wijk yang

terbit setelah periode 1945 masih digolongkan ke dalam roman meskipun saat itu

istilah novel mulai dikenal. Buku-buku yang menggunakan istilah roman di


16

antaranya Roman dalam Masa Pertumbuhan Kesusastraan Indonesia Modern

karangan Aning Retnaningsih, Ikhtisar Sejalan Sastra Indonesia karya Ajip Rosidi,

Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi karangan Liberatus Tengsoe

Tjahyono. Sedangkan novel mulai banyak dibicarakan sekitar tahun 50-an.

Ciri Novel yang membedakannya dengan karya sastra lainnya :

a) Novel adalah karya sastra berjenis narasi.

b) Novel adalah karya sastra berbentuk prosa.

c) Novel adalah karya sastra yang bersifat realis, artinya menceritakan

kehidupan tokoh secara nyata, tanpa disertai peristiwa-peristiwa yang

gaib dan ajaib. Umumnya novel merupakan tanggapan pengarang

terhadap lingkungan sosial budaya sekelilingnya.

d) Novel adalah karya sastra yang berfungsi sebagai tempat menuangkan

pemikiran pengarangnya sebagai reaksinya atas keadaan sekitarnya.

Dalam aliran imprisionisme, pengarang menempatkan dirinya dalam

kehidupan yang diceritakan. Perenungan-perenungan pembaca setelah

membaca sebuah novel akan tiba pada sebuah pemikiran baru tentang

makna hidup

3. Puisi

Puisi adalah tulisan atau salah satu hasil karya sastra yang berisi pesan

yang memiliki arti yang luas. Untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam

sebuah puisi, seseorang perlu mengartikan dan memahami betul secara detil
17

maksud kata-kata yang ada dalam bait bait puisi. Puisi dapat bagi menjadi dua

yaitu puisi lama dan puisi baru.

a) Puisi lama

Puisi lama adalah jenis puisi yang masih terikat erat dengan kaidah

dan aturan-aturan penulisan yang berlaku.

Jenis-jenis puisi lama adalah sebagai berikut:

Mantra adalah ucapan yang dianggap sacral dan memiliki kekuatan

gaib, umumnya mantra digunakan dalam upacara tertentu. Seperti mantra

yang digunakan untuk menolak datangnya hujan dan sebaliknya.

1) Pantun adalah jenis puisi lama yang masih bertahan sampai sekarang ini.

Puisi ini memiliki sajak a-a-a-a atau a-b-a-b yang setiap baitnya terdiri

dari empat atau delapan baris. Pantun dapat dibedakan berdasarkan

temanya yakni: pantun janaka, pantun anak, pantun kehidupan dan

sebagainya.

2) Talibun adalah pantun yang memiliki jumlah baris yang selalu genap

dalam setiap baitnya,

3) Syair adalah puisi atau karya sastra dari arab yang memiliki sajak a-a-a-a.

Biasanya syair menceritakan sebuah kisah dan di dalamnya terkandung

amanat.

4) Karmina adalah pantun yang sangat pendek atau biasa disebut dengan

pantun kilat.

b) Puisi Baru
18

Puisi baru adalah jenis puisi yang tidak lagi terikat oleh aturan yang

memiliki bentuk lebih bebas. Puisi baru dapat dikategorikan menjadi dua

macam yakni berdasarkan isi dan berdasarkan bentuk.

Jenis-jenis puisi baru berdasarkan isinya, sebagai berikut:

1) Balada adalah puisi yang berisi tentang sebuah cerita atu kisah.

2) Himne adalah puisi pujian atau pujaan yang ditujukan kepada Tuhan,

Negara, atau sesuatu yang dianggap begitu penting dan sakral.

3) Romansa adalah puisi yang mengungkapkan perasaan yang umumnya

menimbulkan efek romantisme.

4) Ode adalah puisi yang bersifat memberikan sanjungan kepada orang

yang sangat berjasa. Umumnya kepada orang tua, pahlawan, dan orang

besar.

5) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup. Epigram

berarti unsure pengajaran, didaktik, nasihat membawa kearah

kebenaran untuk dijadikan pedoman ikhbar dan ada teladan.

Jenis puisi baru berdasarkan bentuknya

1) Distikon adalah puisi dimana hanya terdapat dua baris saja pada setiap

baitnya atau sering disebut puisi dua seuntai.

2) Terzina adalah puisi yang memiliki tiga baris disetiap baitnya atau

sering disebut tiga seuntai.

3) Kuatrain adalah puisi yang memiliki empat baris kalimat disetiap

baitnya atau sering disebut empat seuntai.


19

4) Kuint adalah puisi yang memiliki lima baris kalimat disetiap baitnya

atau sering disebut puisi lima seuntai.

5) Sektet adalah puisi yang memiliki enam kalimat disetiap baitnya atau

sering disebut puisi enam seuntai.

c. Novel dan unsur-unsurnya

1. Pengertian novel

Novel merupakan cerita menengah yang menggambarkan realitas

kehidupan yang masuk akal dengan mengetengahkan tokoh heroik beserta

perubahan nasibnya dan terbagi dalam beberapa episode kehidupan (Herman J.

Waluyo, 2002: 36). Sementara itu, Jassin dalam Zulfahnur (1996:67) mengatakan

bahwa novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana

kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan

nasib tokohnya. Lebih lanjut Nugraheni Eko Wardani (2009: 15) mengemukakan

bahwa novel adalah fiksi yang mengungkapkan cerita tentang kehidupan tokoh

dengan problematika dan nilai-nilainya yang mencari nilai otentik dalam dunianya.

Novel terdiri dari 50.000 kata atau lebih.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa novel

adalah suatu karya sastra atau cerita fiksi yang menggambarkan kisah hidup tokoh

melalui rangkaian peristiwa yang kompleks dan mengubah nasib tokoh tersebut

yang tersusun lebih dari 50.000 kata.

2. Jenis-Jenis Novel
20

Novel dapat dibedakan berdasarkan isi cerita dan mutu novel. Berdasarkan

isinya Mohtar Lubis dalam Tarigan (1984:165) mengatakan bahwa novel sama

dengan roman. Oleh karena itu, roman dibagi menjadi roman avontur, roman

psikologis, roman detektif, roman sosial, roman kolektif, dan roman politik.

Sedangkan Burhan Nurgiyantoro (2002: 16) mengklasifikasikan novel

menjadi dua jenis, yaitu novel popular dan novel serius.

Sementara itu Lukas dan Faruk (1994:18), menjelaskan bahwa novel terdiri

dari tiga jenis, yaitu novel idealis abstrak, novel romantisme keputusan, dan novel

pendidikan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel memiliki jenis

yang berupa novel avontur, novel psikologis, novel detektif, novel sosial, novel

kolektif, novel politik, novel popular, novel serius, novel idealis abstrak, novel

romantisme keputusan, dan novel pendidikan.

3. Unsur-Unsur Novel

Menurut Herman J. Waluyo (2002: 141), unsur pembangun novel meliputi:

tema cerita, alur cerita, penokohan (perwatakan), sudut pandang pengarang, setting,

adegan, latar belakang, bahasa, dan dialog.

Lebih lanjut Burhan Nurgiyantoro (2010: 23) memberikan pendapat mengenai

unsur-unsur novel yang meliputi: unsur intrinsik (tema, cerita, plot, penokohan,

pelataran, penyudutpandangan, bahasa, moral) dan unsur ekstrinsik (unsur yang

berada di luar karya sastra).


21

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur

pembangun novel meliputi: tema cerita, alur cerita, penokohan (perwatakan), sudut

pandang pengarang, setting, adegan, latar belakang, bahasa, dan dialog. Secara

global unsur pembangun novel juga dibedakan menjadi unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik.

a) Unsur Intrinsik Novel

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 23), unsur intrinsik adalah

unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur tersebut meliputi

tema, alur/plot, tokoh dan perwatakan, latar/setting, titik pengisahan, gaya

pengarang dan amanat.

1) Tema

Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra

disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar

cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok

masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Tema

dalam banyak hal bersifat “mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran

peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur

intrinsik yang lain.

2) Alur atau plot

Adalah jalinan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjalin

kejadian secara beruntun atau rangkaian/jalinan antar peristiwa/lakuan dalam


22

cerita. Sebuah cerita sebenarnya terdiri dari berbagai peristiwa yang memiliki

hubungan sebab-akibat. Jalinan sebab-akibat itu yang dinamakan alur/plot.

3) Tokoh dan perwatakan

Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami

peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada

umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang

atau benda yang diinsankan.

Penokohan merupakan penggambaran suatu watak tokoh dalam

sebuah novel. Pengenalan watak dari tiap-tiap pelaku.

4) Latar atau Setting

Latar atau setting adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang,

suasana dan lingkungan sosial yang terdapat dalam cerita. Latar berguna

untuk memperkuat tema, plot, watak tokoh dan membangun suasana cerita.

5) Titik Pengisahan atau Sudut Pandang

Titik pengisahaan disebut juga sudut pandang atau juru cerita adalah

kedudukan pengarang dalam bercerita. Hal ini bukan berarti pengarang

menceritakan kehidupan pribadinya, tetapi pengarang menceritakan cerita

rekaannya dalam posisi sebagai juru cerita.

6) Gaya Bahasa

Gaya Bahasa adalah cara pengarang dalam mengungkapkan suatu

pengertian dalam kata, kelompok kata atau kalimat. Gaya bahasa

sesungguhnya muncul berdasarkan niat pengarang memperjelas uraiannya


23

dengan bantuan imajinasi, disamping agar ingin pembaca mampu menerima

nilai-nilai yang sama yang ada dalam bahasa yang dilontarkannya. Gaya

bahasa yang digunakannya bisa personifikasi, metafora, alegori, sinekdok

atau apa saja.

7) Amanat

Adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

Amanat dalam cerita bisa berupa nasihat, anjuran, atau larangan untuk

melakukan/tidak melakukan sesuatu. Yang jelas, amanat dalam sebuah cerita

pasti bersifat positif.

b) Unsur Ekstrinsik Novel

Menurut Burhan Nurgiantoro (2000:23), unsur-unsur ekstrinsik adalah

unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung

mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.

Sedangkan Suyono (2007:178), unsur ekstrinsik novel adalah unsur

luar yang membangun novel. Yang termasuk unsur luar novel adalah latar

belakang pengarang, wilayah atau tempat terciptanya novel, dan ideologi

pengarang yang terkandung dalam novel.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa unsur

ekstrinsik adalah unsur luar yang secara langsung atau tidak langsung

membangun novel. Unsur luar novel terdiri dari latar belakang pengarang,
24

wilayah atau tempat terciptanya novel, dan ideologi pengarang yang

terkandung dalam novel.

d. pengertian konflik

Konflik adalah suatu pertentangan , percekcokan dan perselisihan. konflik

terjadi pada siapapun dan dimanapun seseorang berada. Konflik biasanya terjadi

akibat adanya dua atau lebih keinginan, pendapat atau gagasan yang bertentangan

sehingga mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

Karena itu konflik dapat merupakan hambatan bila tidak segera dicari cara untuk

menyelesaikannya.

Hardjana (1994: 23) mengemukakan bahwa konflik terjadi manakala

hubungan antara dua orang atau dua kelompok, perbuatan yang satu berlawanan

dengan perbuatan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Dalam sastra, diartikan

bahwa konflik merupakan ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau

drama yakni pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh,

pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya.

Menurut Alwi, dkk. (2005: 587) konflik batin adalah konflik yang

disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling

bertentangan untuk mengusai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku.

Selain itu, Irwanto (dalam Fitriannie, 1997: 207) menyebutkan pengertian

konflik adalah keadaan munculnya dua atau lebih kebutuhan pada saat yang

bersamaan.
25

Pendapat lain mengenai jenis konflik disebutkan oleh Kurt Lewin (1997:

213), bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut.

a. Konflik mendekat-mendekat (approach-aproach conflict)

Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya

positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan

untuk memilih satu di antaranya.

b. Konflik mendekat-menjauh (approach -avoidance conflict)

Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang

berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan),

yang lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan). Karena itu ada

kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu.

c. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)

Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif

yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi. Motif yang satu

berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif. Umumnya, konflik

dapat dikenali karena beberapa ciri, yaitu 1) Terjadi pada setiap orang dengan

reaksi berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-

faktor yang sifatnya pribadi. 2) Konflik terjadi bilamana motif-motif

mempuny ai nilai yang seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan

kebimbangan dan ketegangan. 3) Konflik dapat berlangsung dalam waktu

yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa juga berlangsung lama,

berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun (Sobur, 2007: 293).


26

Sigmund Freud dalam (Kusumawati, 2003: 33) Menyatakan bahwa

faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam beberapa gangguan

batin antara lain: 1) teori agresi, 2) teori kehilangan, 3) teori kepribadian, 4)

teori kognitif, 5) teori ketidakberdayaan, dan 6) teori perilaku.

1. Teori Agresi

Teori agresi menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan

marah yang ditujukan kepada diri sendiri. Agresi yang diarahkan pada

diri sendiri sebagai bagain dari nafsu bawaan yang bersifat merusak.

Untuk beberapa alasan tidak secara langsung diarahkan pada objek

yang nyata atau objek yang berhubungan dengan perasaan berdosa

atau bersalah. Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau perasaan

terhadap objek yang sangat dicintainya.

2. Teori Kehilangan

Teori kehilangan merujuk pada perpisahan traumatik individu

dengan benda atau seseorang yang sebelumnya dapat memberikan rasa

aman dan nyaman. Hal penting dalam teori ini adalah kehilangan dan

perpisahan sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi dalam

kehidupan yang menjadi faktor pencetus terjadinya stress.

3. Teori Kepribadian
27

Teori kepribadian merupakan konsep diri yang negatif dan

harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian

seseorang terhadap stressor. Pandangan ini memfokuskan pada varibel

utama dari psikososial yaitu harga diri rendah.

4. Teori Kognitif

Teori kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah

kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif sesorang terhadap

dirinya sendiri, dunia seseorang dan masa depannya. Individu dapat

berpikir tentang dirinya secara negatif dan tidak mencoba memahami

kemampuannya.

5. Teori Ketidakberdayaan

Teori ketidakberdayaan menunjukkan bahwa konflik batin

dapat menyebabkan depresi dan keyakinan bahwa seseorang tidak

mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya,

oleh karena itu ia mengulang respon yang adaptif.

6. Teori Perilaku

Teori perilaku menunjukkan bahwa penyebab depresi terletak

pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan

lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku

individu dengan lingkungan. Teori ini memandang bahwa individu

memiliki kemampuan untuk memeriksa dan mempertimbangkan

perilakunya. Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari faktor


28

internal. Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya

yang dikendalikan lingkungan, tetapi tidak juga bebas dari pengaruh

lingkungan dan melakukan apa saja yang mereka pilih tetapi antar

individu dengan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna antar

satu dengan yang lainnya.

e. Psikologi sastra

Psikologi sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “psyche” dan “logos”.

Psyche berarti jiwa, sedangkan logos berarti pengetahuan. Dengan melihat ini,

berarti pengertian psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan.

Namun demikian, pengertian psikologi ini sudah banyak bergeser karena saat ini

Psikologi lebih banyak mempelajari tentang perilaku manusia. Morgan (1987)

mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku

manusia dan binatang, serta penerapannya pada permasalahan manusia.

Psikologi menurut Gerungan ( Walgito, 1986:7) terdiri dari dua kata yakni

psyche dan logos. Psyche merupakan bahasa Yunani yang memiliki arti jiwa dan

kata logos yang berarti ilmu, sehingga ilmu jiwa merupakan istilah dari psikologi.

Walaupun demikian pengertian antara psikologi dan ilmu jiwa memiliki perbedaan

yang pada intinya sesuatu hal yang disebut dengan ilmu jiwa itu belum tentu bisa

dikatakan sebagai psikologi, tetapi psikologi dapat diartikan sebagai ilmu jiwa.
29

Dengan kata lain psikologi merupakan salah satu ilmu yang memiliki kesan meluas.

Kesan meluas tersebut dapat dilihat dari adanya hubungan antara ilmu psikologi

dengan ilmu-ilmu yang lain seperti biologi, sosiologi, filsafat, ilmu pengetahuan

alam, dan salah satunya yaitu hubungan antara psikologi dengan sastra.

Menurut Walgito, (1986:13) Psikologi merupakan ilmu yang dapat

dihubungkan dengan karya sastra karena psikologi itu sendiri mengarah kepada

suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku serta aktivitas-

aktivitas di mana tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup

kejiwaan. Salah satu bentuk karya seni yang diciptakan oleh pengarang adalah

cerita fiksi. Cerita fiksi seperti yang telah dijelaskan merupakan cerita rekaan yang

dituliskan oleh seorang pengarang secara bebas melalui luapan emosi yang spontan,

sehingga pengarang memiliki banyak kesempatan dalam menggambarkan secara

keseluruhan unsur-unsur yang membangun cerita tersebut. Salah satu bentuk

kebebasan yang dimiliki oleh seorang pengarang adalah pengarang bebas

menentukan siapa sajakah tokoh yang akan hadir dalam karyanya beserta segala hal

yang melekat pada diri tokoh-tokoh tersebut, seperti penokohan dan

perwatakannya.

Dengan demikian tokoh-tokoh fiksi memiliki kesan nyata sebagai manusia

pada umumnya. Sebagai tokoh imajinasi atau tokoh yang diciptakan oleh seorang

pengarang bukanlah menjadi suatu pembatasan dengan tokoh nyata dalam

menjalani proses kehidupan. Walaupun memiliki kesan imajiner, tokoh dalam fiksi

juga memiliki peran yang sama dengan kehidupan manusia yang sebenarnya. Hal
30

tersebut dikarenakan pengarang memasukkan aspek-aspek kemanusiaan pada diri

tokoh-tokoh imajinasinya sehingga terkesan hidup selayaknya manusia pada

umumnya dengan segala bentuk permasalahan yang dihadapi. Aspek-aspek

kemanusiaan itulah yang nantinya merupakan objek utama psikologi sastra.

Keberadaan sastra jika digunakan dalam kerangka ilmu sastra mengacu

pada salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji karya sastra sebagai objek

formalnya secara bersistem dan terorganisir. Melalui kajian sastra yang

menggunakan pendekatan psikologi sastra inilah hubungan antara sastra dan

psikologi terjadi. Secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-

aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra. Meskipun demikian,

bukan berarti bahwa analisis psikologi sastra sama sekali terlepas dengan kebutuhan

masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman

terhadap secara tidak langsung. Melalui pemahaman terhadap tokoh-tokohnya,

misal, masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-

penyimpangan lain yang terjadi dalam masyarakat, khususnya kaitannya dengan

psike (Ratna, 2011:342). Jadi, dalam hal mengkaji sebuah karya sastra, pendekatan

psikologi sastra sangatlah membantu.

Psikologi diperlukan dalam karya sastra guna mengkaji karakter tokoh-

tokoh dan segala hal yang berkaitan dengan proses psikologi yang dihadirkan oleh

seorang pengarang. Pentingnya konsep tidak lain dilatarbelakangi adanya harapan

hubungan diantara psikologi dan sastra yang kemudian dikenal sebagai psikologi
31

sastra mampu untuk menemukan aspek-aspek ketaksadaran yang menyebabkan

terjadinya gangguan psikologi pada diri tokoh-tokoh dalam cerita.

Secara garis besar, psikologi dibagi menjadi dua golongan yaitu psikologi

teoretis dan psikologi terapan (terlaksana). Psikologi teoretis dibagi menjadi dua

yaitu psikologi umum dan psikologi khusus.

1. Psikologi umum

Psikologi umum adalah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari

kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas psikis manusia yang tercermin pada

umumnya, yang dewasa, yang normal, dan yang beradab (berkultur). Psikologi

umum berusaha mencari dalil-dalil yang bersifat umum dari kegiatan-kegiatan

atau aktivitas psikis (Rustiana, 2003:17).

2. Psikologi khusus

Psikologi khusus adalah psikologi yang menyelidiki atau mempelajari

segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia. Hal-hal khusus

yang menyimpang dari hal-hal umum dibicarakan dalam psikolgi khusus.

Psikologi khusus ini ada bermacam-macam, antara lain:

(a) Psikologi perkembangan

Psikologi perkembangan adalah psikologi yang membicarakan

perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua, yang mencakup:

(1) Psikologi anak (termasuk masa bayi)

(2) Psikologi puber dan adolensi (psikologi pemuda)

(3) Psikologi orang dewasa


32

(4) Psikologi orang tua (psikogerontelogi)

(b) Psikologi social

Psikologi sosial adalah psikologi yang khusus membicarakan tentang

tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia di dalam situasi sosial. Psikologi

sosial berhubungan langsung dengan aktivitas kejiwaan manusian dalam

lingkungan sosial masyarakat.

(c) Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan adalah psikologi yang khusus menguaraikan

kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan

situasi pendidikan. Psikologi pendidikan mengaju pada kejiwaan manusia

terhadap dunia pendidikan yang geluti.

(d) Psikologi kepribadian

Psikologi kepribadian adalah psikologi yang khusus menguariakan

tentang pribadi manusia, beserta tipe-tipe kepribadian manusia. Setiap

manusia memiliki tipikal yang berbeda. Oleh karena, psikologi kepribadian

inin khusus membahas tentang watak / tabiat, kepribadian manusia secara

mendalam.

(e) Psikopatologi

Psikopatologi adalah psikologi yang khusus menguraikan keadaan

psikis yang tidak normal (abnormal). Keadaan psikis yang tidak normal

merupakan kondisi di bawah alam taksadar, seperti gangguan mental atau

kejiwaan sehingga tidak menyadari perbuatan baik dan tidak baik


33

(f) Psikologi kriminal

Psikologi kriminal adalah psikolgi yang khusus berhubungan dengan

kejahatan atau kriminalitas dan diterapakan pada proses pengadilan.

Kejahatan seringkali terjadi di sekitar kita, baik pembunuhan , pemerkosaan

dan sebagainnya. Kejahatan seperti itu biasanya dilakukan oleh orang yang

memiliki kelainan jiwa ataupun dendam khusus terhadap korban kejahatan.

(g) Psikologi medis

Psikologi medis adalah psikologi yang diterapkan di bidang

kedokteran, guna mempercepat kesembuhan pasien. Dengan wawasan

psikologi, dokter berusaha memahami keadaan psikologis pasien, untuk

membuat diagnosa, program, dan terapi yang tepat.

(h) Psikologi pastoral

Psikologi pastoral adalah psikologi yang diterapkan untuk

memberikan bimbingan kejiwaan, umumnya diterapkan oleh rohaniwan yang

berusaha membimbing pengikutnya. Istilah pastoral berhubungan denga

pengembalaan. Proses bimbingan berdasarkan pada pandangan psikologi

terhadap kondisi individu yang dibimbing.

Psikologi khusus masih berkembang terus sesuai dengan bidang-bidang

berperannya psikologi. Pada umumnya psikologi khusus merupakan psikologi

praktis, yang diterapkan sesuai bidangnya, sedangkan psikologi terapan adalah

psikologi yang mempelajari psikologi demi satu ilmu itu sendiri, tidak hubungkan

dengan praktik, (Rustiana, 2003:17).


34

Salah satu pendekatan untuk menganalisis karya sastra yang sarat akan aspek-

aspek kejiwaan adalah melalui pendekatan psikologi sastra. Menurut Ratna,

(2011:349) Psikologi sastra sebagai suatu pendekatan merupakan bentuk kreativitas

yang dihadirkan melalui model penelitian interdisiplin dengan menetapkan karya

sastra sebagai pemilik posisi yang lebih dominan. Dari hal tersebut dapat diketahui

bahwa psikologi sastra tak hanya menyodorkan model penelitian saja melainkan

diikutsertakannya bentuk kreativitas kedalam pendekatannya melalui teks.

Menurut Wiyatmi (2011: 1), menjelaskan bahwa psikologi sastra lahir sebagai

salah satu jenis kajian sastra yang digunakan untuk membaca dan

menginterpretasikan karya sastra, pengarang karya sastra dan pembacanya dengan

menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada dalam psikologi.

Pada dasarnya antara psikologi dan sastra memiliki persamaan yaitu sama-

sama membicarakan manusia dan keberlangsungannya sebagai makhluk individu

dan makhluk sosial. Selain itu, keduanya juga memanfaatkan landasan yang sama

yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan telaah (Endraswara dalam

Minderop, 2013:2). Perbedaan diantara keduanya hanya terletak pada objek yang

dibahas saja. Jika psikologi membicarakan manusia sebagai sosok yang riil sebagai

ciptaan Tuhan, dalam karya sastra objek yang dibahas adalah tokoh-tokoh yang

diciptakan oleh seorang pengarang atau disebut sebagai tokoh imajinasi semata.

Menurut Hardjana ( 1991: 60) pendekatan psikologi sastra dapat diartikan

sebagai suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari

asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan
35

manusia yang merupakan pancaran dalam menghayati dan mensikapi kehidupan.

Disini fungsi psikologi itu sendiri adalah melakukan penjelajahan kedalam batin

jiwa yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra dan

untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk-beluk tindakan manusia dan reponnya

terhadap tindakan lainnya.

Menurut Wellek dan Warren (1991: 81-93), psikologi sastra memasuki

bidang kritik sasra lewat beberapa jalan, antara lain: Pembahasan tentang proses

penciptaan sastra. Pembahasan psikologi terhadap pengarangnya (baik sebagai

suatu tipe maupun sebagai seorang peneliti). Pembicaraan tentang ajaran dan kaidah

psikologi yang dapat ditimba dari karya sastra. Pengaruh karya sastra terhadap

pembacanya.

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa konsep psikologi sastra/teori

kepribadian dari beberapa tokoh, diantaranya teori kepribadian Sigmund Freud dan

teori kepribadian Carl Gustav Jung.

1) Psikoanalisis Sigmund Freud

Sigmund Freud (1856-1939) adalah pencetus pertama kali teori

psikoanalisis. Menurut Freud dalam (Nugriyantoro, 2013: 100) mengemukakan

bahwa psikoanalisis adalah sebuah teori psikologi yang banyak membicarakan

masalah kesadaran, mimpi, kecemasan, emosi, motivasi, dan juga kepribadian.

Pada awalnya, teori ini terkait dengan metode psiko terapi untuk

penyembuhan penyakit mental dan syaraf, namun kemudian berkembang

menjadi teori kepribadian. Tentang kesadaran itu Freud mengemukakan bahwa


36

kesadaran terdiri atas dua alam, yaitu alam sadar dan alam bawah sadar. Alam

kesadaran yang dialami manusiahanya merupakan bagian kecil karena

pertimbangan antara alam sadar dan alam bawah sadar bagaikan gunung es.

Puncak gunung es yang kecil adalah alam kesadaran sedangkan dasar gunung es

yang berada di dalam laut yang jauh lebih besar adalah alam ketidaksadaran.

Alam ketidaksadaran adalah basis konsep teori psikoanalisis.

Freud dalam (Anggadewi, 2003: 2) membagi teori psikoanalisis menjadi

tiga yaitu: struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan

kepribadian.

a) Struktur Kepribadian

Salah satu penemuan besar psikoanalisis adanya kehidupan taksadar

pada manusia. Selama ini diyakini para ilmuwan bahwa manusia adalah

makluk rasional yang sepenuhnya sadar akan perilakunya. Ketidaksadaran ini

adalah segi pengalaman yang tak p[ernah kita sadari. Bagi Freud

ketidaksadaran merupakan salah satu inti pokok atau tiang pasak teorinya

(dalam Anggadewi, 2003: 3).

Tahun 1923 Freud secara tegas mengemukakan bahwa struktur

kepriadian manusia terdiri dari tiga bagian yaitu id, ego, dan superego. Ketiga

struktur kepribadian ini saling berkaitan yang ada dalam setiap keribadian

manusia.

(1) Id
37

Id berasal dari bahasa Latin yaitu ‘’itu’’ (dia untuk benda). Id

merupakan bagian ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang

lahir bersama kita. Ini merupakan wilayah gelap, tidak bisa diakses, tinggal

besama nafsu-nafsu naluriah, dan satu-satunya realitas adalah

kebutuhannya sendiri yang egois.

Freud dalam (Anggadewi, 2003:3) mengatakan bahwa Id

merupakan segi kepribadian tertua, sistem kepribadian pertama, dan sejak

lahir (bahkan mungkin sebelum lahir), diturunkan secara genetis, langsung

berkaitan dengan dorongan-dorongan biologis manusia dan merupakan

sumber energi manusia, sehingga dikatakan juga oleh Freud sebagai

jembatan oleh biologis dan psikis manusia

Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar atau lapis psikis

yang paling mendasar, yang berada di dalam naluri bawaan. Id dalam

menjalankan fungsi dan operasinya, dilandasi oleh maksud

mempertahahnkan konstansi yang ditujukan untuk menghindari keadaan

tidak menyenangkan dan mencapai keadaan yang menyenangkan. Id

berada di alam bawah sadar yang berisi kekuatan insting dan dorongan-

dorongan yang berwujud libido (energi psikis yang tak sadar).

Ciri-ciri adalah:

(1) Merupakan aspek biologis kepribadian karena berisi unsur-unsur

biologis termasuk di dalamnya insting-insting


38

(2) Merupakan sistem yang paling asli di dalam diri seseorang karena di

bawah sejak lahir dan tidak memperoleh campur tangan dari dunia luar

(dunia objektif)

(3) Berupa realitas psikis yang sesungguhnya karena merupakan dunia

batin atau dunia subjektif manusia dan sama sekali tidak berhubungan

dengan dunia objektif

(4) Merupakan sumber energi psikis yang menggerakkan ego dan

superego

(5) Prinsip kerja id mengurangi ketengangan adalah prinsik kenikmatan,

yakni mengurangi ketegangan dengan menghilangkan ketidakenakan

dan mengejar kenikmatan.

Prinsip kenikmatan ini dilakukan melalui dua proses yaitu:

(a) Refleksi dan reaksi otomatis, misalnya bersin, batuk, menguak, dan

sebagainya.

(b) Proses primer, misalnya orng yang merasa lapar membayangkan

makanan.

Dari beberapa pendapat Freud di atas, penulis menyimpulkan

bahwa id adalah suatu dorongan yang ada dalam diri manusia yang

bersifat primitif dan menuntut agar dorongan itu segera dilaksanakan

untuk mendapatkan kesenangan atau keinginanan. Id merupakan tempat

ego dan superego berkembang. Selain itu, id juga merupakan wadah yang

berisikan segala sesuatu yang bersifat psikologis, diwariskan, dan telah


39

ada sejak lahir. Dengan kata lain, id merupakan keinginan dan hasrat yang

kuat dalam diri untuk melakukan suatu hal.

(2) Ego

Ego berasal dari bahasa Latin yaitu ‘’aku’’. Ego merupakan bagian

dari pikiran yang bereaksi terhadap kenyataan ekternal. Ego adalah sistem

kerpibadian yang bersifat sebagai pengarah individu kepada objek dari

kenyataan dan menjalankan fungsi berdasarkan realitas.

Freud dalam (K.Bertens, 2006:33) menjelaskan bahwa ego adalah

bagian dari id yang berkembang dalam rangka menghadapi ancaman dari

dunia luar. Untuk sebagian besar ego bersifat sadar dan sebagai contoh

aktivitas sadar boleh disebut: persepsi lahiriah, persepsi batin, dan proses-

proses intelektual. Sebagai contoh tentang aktivitas prasadar dapat

dikemukakan fungsi ingatan, dan aktivitas tak sadar ego dijalankan dengan

mekanisme-mekanisme pertahanan.

Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, seperti tampak dalam

pemikiran yang objektif, yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan sosial, yang

rasional dan mengungkapkan diri melalui bahasa. Adalah tugas ego (bukan

id dan naluri-naluri) untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan

menjamin penyesuain dengan lingkungan sekitar, untuk memecahkan

konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-

keinginan yang tidak cocok satu sama lain. Akhirnya, ego menjamin

kesatuan kepribadian; dengan kata lain, berfungsi mengadakan sintesis.


40

Menurut Freud (2006: 675) mengatakan bahwa dorongan dalam

diri manusia ada dua yaitu doronganego dan dorongan seksual. Dorongan

ego merupakan dorongan dari usaha untuk menjaga diri, misalkan

kelaparan, sedangkan dorongan seksual mengaju pada masalah sosial. Ego

berda di alam bawah sadar dan bersifat rasional. Ego mengendalikan

perilaku dan pikiran yang tidak rasional menjadi rasional.

Ciri-ciri ego adalah:

(a) Merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari kebutuhan

organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi

perantara antara kebutuhan insting organisme dan keadaan lingkungaan.

(b) Bekerja dengan prinsip kenyataan yaitu menghilangkan ketegangan dengan

mencari objek yang tepat di dunia nyata untuk mengurangi ketegangan.

(c) Proses yang dilalui dalam menemukan objek yang tepat adalah proses

sekunder, yaiut proses berfikir realistis melalui permumusan rencana

pemuasan kebutuhan dan mengujinya (secara teknis disebut reality testing)

utnuk mengetahui berhasil tidak melalui suatu tindakan.

(d) Merupakan aspek eksekutif kepribadian karena merupakan aspek yang

mengatur dan mengontrol jalan yang ditempuh serta memilih objek yang

tepat untuk memuaskan kebutuhan.

Dari Freud di atas, dapat disimpulkan bahwa ego adalah eksekutif

kepribadian yang berasal dari id, dan dalam melaksanakan dorongan-


41

dorongan dari id tersebut ego harus menjaga agar tidak bertentangan dengan

kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari superego. Selain itu, ego juga merupakan

bagian dari id yang terorganisir yang hadir untuk memajukan tujuan id dan

bukan mengecewakannya. Ego memiliki dasar kenyataan yang timbul setelah

manusia berhubungan dengan lingkungan. Dengan kata lain, ego merupakan

tuntutan keinginan dari id. Ego terus berjuang dan mencoba memenuhi

keinginan dari ia.

(3) Superego

Superego merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai atau

aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik dan buruk). Menurut Freud

dalam (K. Bertens, 2006:33) superego berada di alam sadar yang dibentuk

melalui internalisasi, artinya larangan-larangan atau perintah-perintah yang

berasal dari luar diolah sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari

dalam. Dengan kata lain, superego adalah buah hasil proses internalisasi,

sejauh larangan-larangan dan perintah-perintah yang tadinya merupakan

sesuatu yang ’’asing’’ bagi si subyek, akhirnya dianggap sebagai sesuatu

yang berasal dari subyek sendiri.

Ciri-ciri Super Ego :

(1) Merupakan aspek sosiologis kepribadian karena merupakan waki

lnilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana

ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah

dan larangan.
42

(2) Merupakan aspek moral kepribadian karena fungsi pokoknya adalah

menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak

sehingga seseorang dapat bertindak sesuatu dengan moral masyarakat.

(3) Dihubungkan dengan ketiga aspek kepribadian, fungsi pokok

superegoadalah:

(a) Merintangi impuls-impuls id terutama impuls-impuls seksual dan

agresi yang sangat ditentang oleh masyarakat.

(b) Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis dari

pada yang realistis.

Dari pendapat para psikologi di atas, dapat disimpulkan bahwa

superego adalah bagian dari kepribadian yang mencerminkan yang ideal dan

bukan yang realserta memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan.

Superego bisa juga dikatakan sebagai sistem kepribadian dalam diri seseorang

yang berisi kata hati yang erat hubungannya dengan moral dan kebutuhan

rohaniah. Dengan kata lain, supereego merupakan kepribadian yang berusaha

menilai dan meyakinkan aktivitas dari ego.

b) Dinamika kepribadian

Berdasarkan kelangsungan energi, Freud mengajukan gagasan bahwa

energi fisik bisa diubah menjadi enegi psikis, dan sebaliknya. Energi fisik

dengan kepribadian dijembatani oleh id dengan naluri-nalurinya (Koswara,

1991:36). Jadi perubahan energi fisik ke energi psikis dapat diartikan sebagai

dinamika kepribadian yang terjadi pada manusia. Terjadinya dinamika


43

kepribadian tersebut disebabkan adanya dorongan-dorongan dari id yaitu

berupa naluri-naluri didalamnya atau disebut juga dengan instink.

c) Perkembangan kepribadian

Sigmund freud berpendapat bahwa kepribadian telah cukup terbentuk

pada akhir tahun kelima, dan bahwa perkembangan selanjutnya sebagian besar

hanya merupakan elaborasi terhadap struktur dasar itu. Ia sampai kepada

kesimpulan ini berdasarkan pengalamannya dengan pasien-pasien yang

menjalani psikoanalisis. Secara tak terelakan, eksplorasi-eksplorasi mental

mereka menjurus kearah pengalaman masa kanak-kanak awal, yang ternyata

berperan menentukan terhadap berkembangnya di kemudian hari (Semiun,

2006:93).

Perkembangan kepribadian itu sendiri dapat diartikan sebagai proses

belajar yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan suatu cara untuk

mengatasi frustasi, konflik dan kecemasan yang disebabkan oleh tegangan-

tegangan. Cara-cara tersebut berupa identifikasi (menyamakan diri dengan

orang lain); pemindahan atau disalurkannya kembali energi dari suatu obyek ke

obyek lain, dan mekanisme pertahanan ego atau strategi untuk mencegah

kemunculan kecemasan dan tegangan dengan beberapa cara meliputi represi

(penekanan), pembentukan represi (penyamaran yang langsung berlawanan

dengan bentuk aslinya), sublimasi (tujuan genital dari eros direpresikan dan

menggantikannya dengan tujuan budaya sosial), fiksasi ( penghentian

perkembangan jiwa), proyeksi (pengalihan pikiran, perasaan, atau dorongan diri


44

sendiri kepada orang lain), introyeksi (memasukan kualitas-kualitas positif dari

orang lain ke dalam ego mereka sendiri).

B. Kerangka Pikir

Novel merupakan salah satu karya sastra tulisan berupa ungkapan serta

gambaran kehidupan manusia pada suatu zaman yang dihadapkan pada berbagai

permasalahan hidup. Dari permasalahan hidup manusia yang kompleks dapat

melahirkan suatu konflik dan pertikaian. Melalui novel pengarang dapat

menceritakan tentang aspek kehidupan manusia secara mendalam termasuk

berbagai perilaku manusia. Novel memuat tentang kehidupan manusia dalam

menghadapi permasalahan hidup, novel dapat berfungsi untuk mempelajari tentang

kehidupan manusia pada zaman.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti kali ini menggunakan

pendekatan psikologi sastra untuk mengkaji kepribadian tokoh utama dalam novel

Belenggu Merah Muda karya Tyas Damaria. Psikologi sastra merupakan gabungan

dari teori psikologi dengan teori sastra. Sastra sebagai “gejala kejiwaan” di

dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang nampak lewat perilaku

tokoh-tokohnya, sehingga karya teks sastra dapat dianalisis dengan menggunakan

pendekatan psikologi.

Sastra dan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung

dan fungsional, demikian menurut Darmanto Yatman (Aminuddin, 1990:93).

Pengarang dan piskolog kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama, yakni
45

kejiwaan manusia. Keduanya mampu menangkap kejiwaan manusia secara

mendalam. Perbedaannya, jika pengarang mengungkapkan temuannya dalam

bentuk karya sestra, sedangkan psikolog sesuai keahliannya mengemukakan dalam

bentuk formula teori-teori psikologi.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa konsep psikologi sastra dari beberapa

tokoh, diantaranya:(1) Sigmund Freud, yang membagi tiga kepribadian yakni id,

ego, dan super ego. Secara garis besar id adalah sistem kepribadian yang paling

dasar, yang berada di dalam naluri bawaan, ego adalah sistem kerpibadian yang

bersifat sebagai pengarah individu kepada objek dari kenyataan, dan super ego (2).

Ketiga keribadian tersebut saling berhubungan sehingga terbentuk suatu keribadian

dalam diri setiap manusia. Carl Gustav Jung, terkenal dengan teorinya tentang

Nirsadar sosial bahwa yang demikian tersebut merupakan bentuk dan gejala sosial

bukan individu penyair, penyair hanya mengungkapkan apa yang terjadi dalam

fenomena-fenomena sosial yang terjadi kemudian mengungkapkannya dalam

bentuk karya sastra.

Berdasarkan penjabaran sebelumnya mengenai teori kepribadian Sigmund

Freud dan Carl Gustav Jung, maka peneliti ingin menggunakan teori Sigmund

Freud untuk menganalisis tokoh utama dalam novel Belenggu Merah Muda karya

Tyas Damaria dan akan diterapkan pada gambar berikut.


46

Sastra

Puisi Prosa Drama

Novel Belenggu Merah Muda

Karya Tyas Damaria

Psikologi Sastra
Sigmund Freud

Id Ego Super Ego

Analisis

Temuan
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Sutopo (2007: 35) menyatakan bahwa dalam mencari pemahaman, penelitian

kualitatif cenderung tidak memotong halaman cerita dan data lainnya dengan

simbol-simbol angka. Peneliti berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan

wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti pada

waktu dicatat.

Moleong (2007: 6) mengartikan kualitatif sebagai suatu jenis penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian

secara holistik; dan denga n cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa; pada

suatu konteks khusus yang alamiah; serta memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa metode deskriptif

kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang

berbentuk kata, skema, dan gambar. Serta tidak memotong halaman cerita dan data

lainnya dengan simbol-simbol angka.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian ini yaitu konflik batin pada tokoh utama dalam Novel

Belenggu Merah muda karya Tyas Damaria dengan pendekatan psikologi sastra

yang dikhususkan pada teori psikoanalisis Sigmund Freud.


48

C. Data dan sumber data

1. Data

Data pada dasarnya merupakan bahan mentah yang dikumpulkan oleh

peneliti dari dunia yang dipelajarinya (Sutopo, 2007: 73). Data yang terdapat

dalam penelitian ini adalah data yang berwujud kata – kata, ungkapan, kalimat

yang terdapat dalam novel Belenggu Merah Muda karya Tyas Damaria.

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel berjudul Belenggu Merah

Muda karya Tyas Damaria cetakan ketiga, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka

Utama, kompas Gramedia Builiding, blok 1 lantai 5. Jalan palmerah barat dan

terdiri dari 199 halaman. Sumber data digunakan untuk mencari konflik batin

yang dialami oleh tokoh utama, faktor penyebab terjadinya konflik batin, serta

penyelesaian konflik batin tokoh utama dalam novel belenggu merah muda

ditinjau dari teori psikoanalisis Sigmund Freud.

a) Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumer data asli, sumber tangan pertama

peneliti. Dari sumber data primer data ini akan menghasilkan data primer

yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh

penyelidik untuk tujuan khusus. Dalam penelitian ini digunakan sumber data

primer berupa novel Belenggu Merah Muda karyaTyas Damaria, diterbitan


49

pertama kali oleh penerbit PT Gramedia pustaka Utama anggota IKAPI .

Jakarta ,2016 dengan tebal halaman 200 halaman.

b) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua (Siswantoro,

2004: 140). Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

buku-buku acuan, hasil penelitian yang berhubungan dengan permasalahan

yang menjadi objek penelitian.

Data sekunder dalam penelitian ini berupa artikel dari internet (http://

dehasjsunda.blogspot.com), dan data-data yang bersumber dari buku-buku

acuan (Psikoanalisis Sigmund Freud, Psikoanalisis dan Sastra, Teori

Pengkajian Fiksi, Teori Fiksi, Pengantar Umum Psikoanalisis, Metode

Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. dan Teori Penelitian Sastra.)

yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik kepustakaan. Data-data yang diperoleh juga ditunjang dengan data primer

dan data sekunder. Data primer terdiri dari teknik membaca dan mencatat,

sedangkan data sekunder merupakan teknik kepustakaan. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

1. Menentukan sumber data yang telah diteliti yaitu Belenggu Merah Muda

karya tyas Damaria


50

2. Melakukan pembacaan awal kemudian dilanjutkan dengan menentukan

judul penelitian yang telah dibahas.

3. Menentukan fokus permasalahan yang sesuai dengan judul penelitian yaitu

tentang Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Belenggu Merah Muda

melalui teori psikoanalisis, adapun fokus permasalahan tersebut dititik

beratkan pada wujud konflik batin yang dialami tokoh utama, faktor-faktor

yang melatarbelakangi konflik batin, dan bentuk penyelesaian permasalahan

konflik batin tokoh utama dalam Novel Belenggu Merah Muda.

4. Melakukan kajian pustaka terhadap penelitian yang sebelumnya. Hal

tersebut dilakukan untuk menghindari adanya segala bentuk plagiat atau

persamaan bentuk penelitian.

5. Mengumpulkan data-data yang disesuaikan dengan bentuk pendekatan yang

dipilih dalam penelitian.

6. Memilih dan mencatat data-data yang sesuai dengan judul dan fokus

permasalahan pada novel yang diteliti menggunakan kertas data. Membaca

novel yang telah diteliti secara cermat dan berulang-ulang.

7. Melakukan penandaan pada novel yang telah diteliti sesuai dengan fokus

permasalahan.

8. Menginterpretasikan fokus permasalahan yang ada pada novel.

9. Mendeskripsikan semua data-data yang diperoleh.

10. Mencatat nukilan novel yang sesuai dengan fokus permasalahan.


51

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis heuristic-hermeneutic. Heuristic merupakan langkah untuk menemukan

makna melalui pengkajian struktur bahasa dengan menginterpretasikan teks sastra

secara referensial lewat tanda-tanda linguistik. Langkah ini berasumsi bahwa

bahasa bersifat referensial, artinya bahasa harus dihubungkan dengan hal-hal nyata.

Pengertian dari hermeneutic yaitu ilmu atau keahlian menginterpretasi karya sastra

dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya (Teeuw,

2003:102).

Terdapat tiga komponen dalam proses tersebut yaitu mengungkapkan kata-

kata (to say) yaitu dimulai dari interpretasi secara menyeluruh yang bersifat

sementara untuk menafsirkan anasir-anasirnya sebaik mungkin; menjelaskan (to

explain) yaitu penafsiran bagian-bagian untuk memperbaiki pemahaman

keseluruhan karya secara lebih tepat dan sempurna bagian-bagiannya;

menerjemahkan (to translate) yaitu diperoleh integrasi makna total dan makna

bagian yang optimal.

F. Keabsahan Data atau validitas

Keabsahan data atau validitas dalam penelitian ini dianalisis dengan

validitas semantik, yaitu dengan cara menafsirkan makna yang terdapat dalam

novel Belenggu Merah Muda sesuai dengan fokus yang diteliti. Reliabilitas data

yang digunakan yaitu reliabilitas intrarater, yaitu pembacaan dan pengumpulan data
52

yang berkaitan dengan judul dan focus permasalahan yang diteliti secara berulang-

ulang agar diperoleh data dengan hasil yang konsisten.


53

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV, disajikan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Konflik
Batin Tokoh Utama dalam Novel Belenggu Merah Muda karya Tyas Damaria
melalui teori psikoanalisis Sigmund Freud. Hasil penelitian akan disesuaikan
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang kemudian disajikan ke dalam
bentuk tabel. Selanjutnya, dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian secara
deskriptif kualitatif.
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Struktur Pembangun Dalam Novel Belenggu Merah Muda karya Tyas
Damaria.
a. Unsur Intrinsik Novel
1) Tema

Tema adalah gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah karya

sastra sebagai struktuk sematis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang

dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit. Novel

“Belenggu Merah Muda” bertemakan “pengorbanan seorang janda untuk orang

yang dicintainya namun berakhir dengan kehancuran”

Kisahnya berawal ketika pergaulan dengan para sosialita mengantar si

janda cantik, humang larasati jatuh kepelukan Arganta Yuda, pejabat dengan

karier yang tengah menanjak. Janji-janji manis arga untuk segera meminangnya

membuat Larasati rela mengorbankan segalanya. Demi melindungi Arga, larasati

bahkan terlibat masalah hukum yang menjebloskannya ke penjara. Selama

menjalani masa hukuman, Larasati belajar menata kembali hidupnya meski


54

hatinya hancur karena Arga. Tema ini dapat dikonkritkan dengan contoh

penggalan novel dibawah ini:

Pandangan hakim tertuju padaku ketika aku duduk di kursi terdakwa.


Ketua majelis hakim mengambil sumpahku secara Islam bahwa aku akan
memberikan keterangan yang akan sebenar-sebenarnya sebelum persidangan
dimulai. Agak miris hatiku karena aku sadar telah mempermainkan sumpah
yang kuucapkan. Tapi aku tak punya pilihan lagi, ini sudah setengah
perjalanan dan aku tinggal menyelesaikan sisa perjalanan kebohonganku yang
kulakukan demi Arga dan keluarganya.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 142)

2) Alur

Alur yang dii pakai dalam novel “Belenggu Merah Muda” karya Tyas

Damaria ini adalah alur campuran karena dalam novel ini penulis menceritakan

tentang kehidupan larasati awalnya bahagia dan selama ia menikah dengan Aji

dan dikaruniai 2 orang anak yang bernama Moses dan Reno. Namun badai

dahsyat tanpa petanda apapun suaminya meninggal. Hal ini dapat dilihat pada

kutipan novel dibawah ini:

Delapan tahun yang lalu…


Memiliki status istri seorang pengusaha mebel yang sukses ibukota,
lima mobil pribadi, dua anak, dan beberapa akun tabungan, bukankah itu
cukup menjadi alasan kuat bagi perempuan untuk merasa bahagia?
Perubahan hidup dari keluarga jawa yang sederhana menjadi istri
konglomerat di usia 18 tahun, menutup niatku untuk melanjutkan kuliah.
Untuk apa lagi? Semua sedih tersedia, dan semua seakan dibeli dengan.
Apalagi Aji, suamiku yang berusia sepuluh lebih tua, sudah terbilang mapan
sejak awal dia meminangku.
Alur hidupku terbilang simpel, mudah, dan santai. Satu bulan setelah
menikah aku langsung mengandung putra pertama., moses, tanpa bersusah
payah mengusahakan kehamilan. Tiga tahun berikutnya, Reno putra keduaku
lahir melengkapi kebahagian kami.
Namun, lima Tahun kemudian, seakan Tuhan memberikan badai
dahsyat tanpa petanda apapun. Di malam hari ulang Tahunku tepatnya setelah
Aji membangunkanku dengan kecupan di pipi dan membawakan kue ulang
55

tahun, itulah hari terakhir aku menikmati kehangatannya. Sebab ketika aku di
pagi harinya, Aji terbujur kaku di sampingku
(Belenggu Merah Muda, 2016: 10-11)

3) Tokoh dan Penokohan

(1) Larasati adalah tokoh utama atau tokoh sentral yang diceritakan dalam novel

“Belenggu Merah Muda” karya Tyas Damaria, hampir setiap hal yang

diceritakan dalam novel ini selalu berhubungan erat dengan Larasati. Larasati

merupakan seorang janda cantik yang memiliki dua orang anak dan

mempunyai bisnis mebel serta memiliki sifat yang sangat baik dan

bertanggung jawab dan sabar dalam menghadapi masalah yang menimpa

dirinya. Seperti pada kutipan novel berikut ini:

“Kalian harus kuat ya, Nak. Mendengar ejekan dari teman-


teman kalian meski Mama tahu itu sangat berat buat kalian. Tapi
kalian harus tahu bahwa tidak mencuri uang dan tidak pernah
menyakiti siapapun. Kesalahan Mama adalah telah mengecewakan
Papa kalian. Jadi biarlah mama di hukum di dunia agar mama tidak
mendapatkan siksa api neraka kelak. Supaya mama bisa berkumpul
bersama Papa di tempat yang indah,” jelasku panjang lebar.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 137)

(2) Tokoh Arga

Arga adalah seorang pria yang sangat terkenal di kotanya, tipe seorang

Arga dalam novel ini adalah tipe orang takut sama istri. Namun disisi lain dia

memiliki hubungan perselingkuhan dengan seorang janda yang bernama

Larasati. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel dibawah ini:
56

“minggu depan ulang tahun pernikahan kami yang kesepuluh.


Aku harus membuat pesta besar-besaran untuknya, agar dia tidak
mencurigai hubungan kita. Aku bisa meyakinkannya bahwa aku dan
kamu hanya sebatas teman. Benar katamu, isi ponsel tidak bisa
membuktikan apa-apa.”
“aku berjanji, ini yang terakhir kalinya kamu memberiku uang,
Laras. Aku berjanji setelah semuanya reda, aku akan membereskan
pelan-pelan hubunganku dengan Ratu. Aku akan segera meyakinkan
orangtuaku bahwa perkawinanku tiak bisa dipertahankan. Aku ingin
terbebas dari Ratu dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku dengan
perempuan yang benar-benar membuatku bahagia, aku akan
melamarmu, sayang. Aku tidak peduli dengan karierku”
(Belenggu Merah Muda, 2016: BMM32).

(3) Tokoh Ratu

Ratu adalah istri dari Arganta Yuda yang memiliki sifat Cemburu. Hal

ini dapat dibuktikan dalam kutipan novel dibawah ini :

“kalau kamu tidak bisa menyanggupi, mungkin harus ibumu


yang menasehatimu supaya tidak menelantarkan istri. Aku juga akan
bilang pada ibu kalau aku cemburu pada teman-teman perempuanmu
(Belenggu Merah Muda, 2016: 17).
4) Latar atau setting

Latar merupakan tempat peristiwa yang diceritakan oleh penulis

terjadi. Latar terbagi atas: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Banyak

sekali latar tempat terjadinya peristiwa dalam novel ini antara lain yaitu: latar

tempat di sebuah restoran Jerman. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan novel

di bawah ini:

Kami sepakat untuk bertemu disebuah restoran Jerman di lantai


30 di sebuah gedung pencakar langit dengan pemandangan menghadap
Monas. Dia telah menungguku di sisi jendela. Siluet tubuhnya tampak
menarik saat terpapar cahaya senja dari luar.
57

Dia berdiri ketika melihatku datang, lalu manyalamiku dan


mencium pipiku. Hal yang lumrah buatku. Layaknya bertemu dengan
teman yang lain. Di depannya sudah ada segelas bir. Kata Arga, lebih
nyaman mengobrol sambil menegukan bir.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 38)

Selanjutnya latar waktu yang terdapat dalam kutipan novel yaitu :

Aku ingin malam ini berhenti agar kami tak lagi terpisahkan.
Langit tak perlu lagi datang unuk menyibakkan selimut kami. Salju tak
perlu mencari perhatian dengan butirannya ini, tak peduli siapa yang
akan mencaci maki di belakang kami. Istri Arga sekalipun.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 64)

Di siang hari yang terik, sehari setelah aku kembali ke Jakarta,


aku menemui Arga di sebuah kedai kopi di Cikini. Kepalaku penat dan
masih merasa jetlag pasca liburan. Namun tampaknya Arga tidak
memerdulikan hal itu. Dia tidak tahu bahwa di balik kacamata hitam
ini mataku sembap.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 91)

Latar sosial yang dapat ditangkap dari novel “ Belenggu Merah Muda

karya Tyas Damaria adalah perubahan hidup selama di tahanan terdapat

dalam kehidupan Laras. Hal ini tercermin dari perubahan kehidupan Laras

yang tak mau dendam dengan Arga. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan

novel dibawah ini:

Tapi dari segala kemungkinan itu hanya ada satu hal yang
pasti. Aku ingin berterimakasih padamu atas keadaan ini. Kalau atidak
mengenalmu, aku tidak akan belajar menjadi seorang laras. Kalau aku
tidak masuk penjara, aku mungkin akan tetap terbuai dengan segala
hal kenikmatan dunia sehingga aku tidak akan pernah mengerti apa
yang dinamakan perjuangan hidup. Tenang saja
Kini aku berjalan menuju kebahagiaan, dimana anak-anakku
sudah menunggu agar kami bisa berkumpul kembali. Tenang saja, aku
sama sekali tidak membencimu. Kalau kita tidak sengaja berpapasan
di jalan, kita tidak perlu kikuk untuk bertegur sapa.
(Belenggu merah muda, 2016: 174)
58

5) Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Belenggu Merah Muda

ini adalah orang pertama pelaku utama.

6) Amanat merupakan pesan yang disampikan penulis kepada pembaca.

Amanat yang terdapat dalam novel “Belenggu Merah Muda” ini adalah

jangan mudah putus asa dalam menghadapi masalah apapun dan Jangan

menyimpan rasa dendam terhadap sesama.

b. Unsure ekstrinsik

1) Biografi Pengarang

Biografi merupakan sedimentasi pengalaman-pengalaman masa lampau,

baik personal, sebagai pengalaman individual, maupun kolektif, sebagai

pengalaman intersubjektif, yang pada saat-saat tertentu akan muncul kembali

(Ratna: 2012:57).

Biografi pengarang Tyas Damaria, S.H.,M.H. Lahir di Surakarta tanggal

16 September. Lulusan dari Magister Hukum Universitas Gadjah Mada yang saat

ini tinggal di Singgpura, berprofesi sebagai seorang lawyer.

Bekerja adalah salah satu hal yang tidak bisa ditinggalkannya meskipun

saat liburan. Memiliki hobi menulis dan travelling; dua hal yang akhirnya

menginspirasi lahirnya novel Belenggu Merah Muda.


59

2) Nilai sosial

Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial

dan tata cara hidup sosial. Suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari

terhadap suatu objek, gagasan, atau orang juga termasuk di dalamnya. Karya

sastra berkaitan erat dengan nilai sosial, karena karya sastra dapat pula

bersumber dari kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Nilai

sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih sayang, kepercayaan,

pengakuan, dan penghargaan. Nilai sosial yang terdapat dalam novel

Belenggu Merah Muda karya Tyas Damaria adalah wujud sang pengacara

membantu membantu Larasati bangkit kembali. Hal ini dapat disinkronkan

pada kutipan novel dibawah ini:

Laras aku disini bukan bermaksud jahat. Akun ingin


menolongmu. Arga bilang bahwa penjara sebenarnya bukan
tempatmu. Karena itu dia mengirimku untuk mendampingimu.
Belenggu merah muda, 2016: 8)

2. Wujud Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Belenggu merah muda Karya

Tyas Damaria Analisis.

a. Id

Konflik batin yang dialami oleh tokoh utama bermula dari banyaknya

tekanan yang dialami. Kehidupan tokoh utama (Larasati) masuk kelingkaran

sosialita semakin menguatkan dirinya. Hal ini dapat disinkronkan atau dijelaskan

pada kutipan cerita novel berikut ini:


60

Mendengar kata ‘sosialita’ membuat perutku seketika seketika


sakit. Aku tidak dapat membayangkan bergaul di antara perempuan-
perempuan yang berkuku panjang berwarna-warni dan menjinjing kantong
belanjaan setiap saat. Tapi menurut Andin, aku harus menjadi sosialita.
Karena itu adalah strategi dalam menjalankan bisnisku imbasnya tentu
pada profit penjualan mebelku.
Kata-kata Andin selalu terngiang-ngiang dalam kepalaku, sudah
waktunya kamu masuk kelingkaran sosialita ibukota Laras. Mereka tidak
akan segan mengeluarkan uang berapa pun demi egonya.
Kuakui hal itu sangat sulit. Itu artinya aku harus membeli tas
bermerek dan memperhatikan keindanhan kuku setiap saat. Tidak
mungkin berkumpul dengan para sosialita dengan tampilan kuku polos
dan baju biasa-biasa saja. Padahal, selama ini aku tidak suka
menghamburkan uang demi penampilan. Tugasku paling penting hanya
memenuhi kebutuhan keluarga. Menyekolahkan Moses dan Reno, juga
menjalankan hobi mendekorasikan rumah.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 14)

id pada diri tokoh utama pada kutipan diatas dapat diperlihatkan melalui

keinginan untuk masuk kelingkaran sosialita yang menjelaskan bahwa larasati

tidak dapat membayangkan kalau dirinya bergaul dengan diantara perempuan-

perempuan yang berkuku panjang, namun kata-kata Andin yang selalu terngiang-

ngiang dikepalanya akhirnya berkeinginan untuk masuk kelingkaran sosialita.

Aku hanya bisa menuruti. Kami melangkah masuk ke toko sepatu


yang dimaksud. Kukelilingi rak sepatu sebelum akhirnya memutuskan
memilih sepasang high heels berwarna hitam. Mudah, tinggal gesek kartu
kredit yang dulu dibuatkan Aji. Mungkin perasaan gembira saat memilih
sepatu waktu SMA, ketika prioritas hidup masih bersenang-senang dan
tidak ingin terbebani dengan apapu.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 17)

Pada kutipan di atas id menjelaskan bahwa ketika hidupnya masih

bersenang-senang dia tidak ingin hidupnya terbebani oleh apapun.

Aku lebih peduli dengan perutku yang sudah berbunyi dari tadi.
Acara yang kutunggu-tunggu datang. Menyantap makanan utama. Aku
61

langsung menarik Andin mengdekati sajian kepiting lada hitam dan tidak
lagi memedulikan tiga perempuan yang masih sibuk dengan Arga.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 28)
Contoh penggalan cerita novel di atas analsis id menjelaskan bahwa

larasati tidak bisa menahan rasa laparnya karena perutnya sudah berbunyi dan

ahkirnya dia dan Andin mendekati sajian yang telah disiapkan.

Hari-hari setelah kepulanganku dari pulau tersasa datar. Tidak ada


hal yang membuatku bergairah. Semuanya berjalan sebagai rutin nitas.
Bermain Moses dan Reno, mengatur karyawan, semuanya terlewati begitu
saja. Kadang aku uring-uringan sendiri tanpa sebab. Mungkin pengaruh
hormonal bulanan perempuan.
Tapi hari-hari menyebalkan itu hanya berlangsung sekitar
seminggu. Di sabtu pagi ketika aku masih berleha-leha di atas kasur, nama
Argant Yuda muncul smarphon-ku. Dia mengirimiku pesan. Aku yang
awalnya lemas, seketika bangkit duduk tegak membaca pesannya.
“shall we meet?”
Kubaca berkali-kali pesan itu sebelum itu sebelum aku
membacanya. Sisi hatiku yang lain berusaha menetralkan perasaaanku
bahwa ajakn itu bukan apa-apa. Bisa jadi dia hanya memiliki ide untuk
bisnisku, aku menetralisirkan rasa. Lalu kubalas pesan itu senetral
mungkin agar tidak memunculkan kesan rasa senang berlebihan.
( Belenggu Merah Muda, 2016: 37)

Berdasarkan kutipan di atas, id tersebut menjelaskan bahwa larasati yang

tadinya tidak bergairah dan hari-harinya yang menyebalkan yang berlangsung

selama seminggu karena di pengaruhi hormonal perempuan, di Sabtu pagi

Arganta Yuda mengiriminya pesan berupa ajakan ahkirnya dia berusaha

menetralisasikan perasaanya.

“Kadang memiliki mimpi besar itu sangat menyenangkan, namun,


dalam eksekusinya sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi. Aku
masih belum bisa menaklukan rasa takut-ku akan kegagalan.”
(Belenggu Merah Muda, 2016: 40)
62

Berdasarkan kutipan di atas, id menjelaskan bahwa larasati mempunyai

mimipi besar namun di sisi lain dia belum bisa menaklukan rasa takutnya akan

kegagalan.

Kali ini aku tidak bisa menyembunyikan rasa senangku. Aku


berteriak girang dan spontan memeluk Arga sekilas. Ah, aku benar-benar
salah tingkah.
Malam itu terasa menyenangkankan untukku dan menjadi waktu
tidur paling nyeyak yang pernah kurasakan.
( Belenggu Merah Muda, 2016:51)
Contoh penggalan cerita novel di atas analisis Id menjelaskan bahwa

Larasati merasakan kesenangan atau kepuasan dalam dirinya ketika dia memeluk

Arga.

Aku ternyata terlalu manja jika harus naik subway dan berjejalan
dengan banyak orang. Akupun memilih naik taksi. Lebih praktis meski
sekali duduk, argo sudah tertulis Y750. Sepuluh kali lipat lebih mahal
dibandingkan dengan taksi di Indonesia, tapi uang segitu apalah artinya
untukku yang mendambakan kemudahan dan tak terbiasa berpetualang
naik kereta sendirian.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 56)
Bedasarkan kutipan di atas id menjelaskan bahwa Larasati merasa dirinya

terlalu manja jika dia naik subway dan berjalan dengan banyak orang. Dan

akhirnya dia memilih naik taksi yang menurutnya lebih praktis.

b. Analisis ego

Keinginan dan hasrat yang sangat kuat dalam diri Larasati, membuat ego

berjuang dan terus mencoba memenuhi kebutuhan dari id. Larasati harus

melewati berbagai macam kisah dalam hidupnya. Hal tesebut akan disinkronkan

pada berbagai aktivitas ego berikut ini.


63

Butuh waktu tiga tahun untukku agar bisa meyelami kehidupan


sosialita dan menggapai popularitas. Kuakui semua ini berkat Andin yang
terus mendorongku untuk bangkit. Aku akhirnya berhasil menjadi bagian
kelompok sosialita paling ternama seantero kota. Dan kini, aku dikenal
publik sebagai businesswoman yang mengispirasi. Wajah dan kisak
hidupku terpampang di berbagai majalah bisnis dan portal gaya hidup. Di
mata para wartawan, julukan ‘sosialita yang rendah hati’ hingga
‘pengusaha mebel paling sukses’ sudah melekat di belakang namak. Ini
adaalah pencapaian terbaik setelah aku menelan kepahitan yang begitu
dalam.
Namun, hati kecilku merasakan secercah rasa bersalah pada Moses
dan Reno. Mereka memang tidak pernah melayangkan protes mengenai
ibunya yang jarang terlihat di rumah . Aku berasumsi mereka mengerti
bahwa kini aku bertanggung jawab nafkah. Namun aku dapat melihat
dengan jelas rasa kehilangan di antara mereka. Hanya saja aku terlalu
sibuk memikirkan lebih jauh. Aku lebih memilih memikirkan cara
mengembangkan bisnis dan perawatan tubuh yang akan kuambil minggu
ini, demi terlihat menonjol diantara sosialita. Kutemukan surat wasiat di
dalam lemari. Dia seperti telah mempersiapkan semuanya. Disana tertulis
bahwa perusahan mebel diwariskan padaku.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 21-22)

Berdasarakan kutipan di atas, maka ego tersebut berusaha

menjelaskan bahwa larasati membutuhkan waktu tiga agar bisa menyelami

dunia sosialita. Sebelumnya id dalam diri Larasati sempat ragu untuk masuk

kedunia sosialita. Namun di sisi lain, ego dalam dirinya merasakan secercah

rasa bersalah pada Moses dan Reno karena dirinya jarang di rumah. Dan

karena terlalu sibuk mengembangkan bisnis.

“sudah sepantasnya kita merayakan keberhasilanmu, Laras.


Jaga keseimbangan, jangan bekerja tanpa henti, ucap Andin di ujung
telpon.
“tentu. Enaknya ngapain, ya?” ucapku.
“Ke pulau, yuk. Sekalian menemani ke ulang tahun temanku,
pejabat muda yang lagi ramai diberitakan di TV.”
“jangan bilang pejabat yang menjadi sorotan karena ganteng
itu.”
64

“yes, you’re right, dear! Arganta Yuda. Dia merayakan ulang


tahunnya di sebuah pulau pribadi.”
Please, Andin. Tidak mungkin aku ikut ke sana, apa lagi
menginap. Siapa pula aku ini begitu berani menghadiri acara pejabat?”
“ingat, Laras. Ini demi bisnismu. Kamu bayangkan kalau
reputasi mebelmu masuk ke kalangan pejabat? Lagi pula pula Arga
orangnya baik. Dia tidak akan keberatan kalau aku mengajak teman.
This time I’m begging you to accompany me, Laras.”
“jangan memelas seperti itu, Din! Kamu tau aku susah
menolak jika kamu memohon seperti itu.”
“so, I count you in?”
“yes, madam. Just. Just once in a lifetime.”
(Belenggu Merah Muda, 2016:23)
Dari kutipan di atas, maka ego menjelaskan bahwa Larasati dan Andin

merayakan keberhasilannya di sebuah pulau sekalian mengikuti acara ulang

tahun seorang pejabat, namun ego yang terdapat dalam diri tokoh utama

sebagai pelaksana memilih untuk tetap mengikuti acara ulang tahun segala

aturan dan rutinitas yang tidak dia sukai. Keputusan tokoh utama tersebut

pada akhirnya menimbulkan konflik batin, karena tokoh utama melakukan

suatu hal yang tidak sesuai dengan kehendaknya melainkan atas dasar

pertimbangan moral yang membuatnya tidak berdaya untuk melakukan

penolakan.

Tidak ada jalan lain. Kalau tidak memberi Arga uang,


keselamatanku terancam karena Ratu bisa saja menyewa seorang
pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawaku.
Tapi jika kuberikan uang itu, mungkin masalah ini akan cepat
teredam. Dan toh akhirnya Arga akan menikahiku. Tapi risikonya,
uang simpananku hampir habis karena sebagian besar hartaku telah
kualihkan ke bisnisku.
Baiklah, Arga. Besok uangnya akan kutransfer. Tapi kamu
sungguh-sungguh soal janjimu itu, kan?
(Belenggu Merah Muda, 2016: 79)
65

Berdasarkan kutipan di atas ego menimbulkan konflik batin dalam diri

tokoh utama karena dirinya harus memilih antara dua pilihan yang sangat

sulit, yaitu antara harus mentransfer uangnya ke rekening Ratu atau nyawanya

akan selalu terancam. Ego sebagai pimpinan utama dalam kepribadian

memutuskan untuk tetap mentranfer uang ke rekeningnya demi melindungi

dirinya dan demi mengesampingkan rasa cintanya terhadap Arga.

“ sebelum itu terjadi, berarti kita harus mengakhiri hubungan


ini, Arga. Anggaplah tidak ada urusan apa-apa lagi diantara kita.” Aku
mulai menitikan air mata yang sejak tadi kutahan.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 76)

Kutipan diatas menunjukan ego tokoh utama yang mengharapkan

kebutuhan memiliki, dimiliki, dan saling mencintai di antara mereka tidak

dapat diwujudkan karena adanya kenyataan bahwa orang yang dia cintai tidak

bisa menjadi miliknya.

Kenapa satu persatu orang yang kusayangi pergi dariku?


Tuhan, inikah jawaban-Mu atas semua dosa yang kuperbuat? Kenapa
tidak nyawaku saja yang kau cabut? Kenapa harus bapak?
(Belenggu Merah Muda, 2016: 150)

Kutipan di atas menunjukan ego dalam diri Larasati yang menjelaskan

bahwa dirinya merasa kehilangan ketika semua orang yang dia saying pergi

meninggalkan dia untuk selamanya. Bahkan dirinya mengatakan kenapa

bukan nyawanya saja yang di cabut.

Aku sudah mati rasa, Arleta. Silahkan lakukan apa yang dirasa
tepat. Pembagian uang tidak masalah bagiku. Hanya saja, aku butuh
mendengar bahwa kondisi anak-anakku aman dan punya tempat
berteduh setiap harinya.
(Belenggu merah muda, 2016: 158)
66

Berdasarkan kutipan di atas, ego menjelaskan bahwa larasati berusaha

untuk memberikan kenyamanan buat kedua anaknya dan soal pebagian uang

baginya tidak masalah yang penting kedua anaknya dapat tempat berteduh.

c. Super ego

Berbagai aktivitas yang telah dijalankan ego demi memenuhi

kebutuhan id dalam diri Dedi Padiku. Oleh karena itu, fungsi superego yang

akan menilai atau memebrikan keyakinan atas aktivitas ego, akan

disinkronkan pada berbagai aktivitas dari superego sebagai berikut.

Keinginan dan hasrat yang kuat dalam diri Larasati (Id) untuk melupakan

Arga berhasil dijalankan oleh Ego yang terus berusaha yakni mengatakan

langsung kepada Arga, mengasingkan diri untuk memtuskan hubungan

dengan Aga. Hal tersebut menimbulkan munculnya Superego dalam diri

Larasati yang memberikan penilaian dan meyakinkan segala aktivitas Ego.

Oleh karena itu akan dijelaskan pada kutipan berikut.

Kamu tidak perlu menebak-nebak isi tulisan ini sebelum kamu


selesai membacanya. Mungkin kamu merasa sangat bersalah padaku
atas semua yang telah terjadi. Mungkin juga kamu berpikir setelah aku
bebas kita akan berjumpa kembali.
Tapi dari segala kemungkinan itu hanya adasatu hal pasti. Aku
ingi berterima kasih kepadamu atas keadaan ini. Kalau aku tidak
mengenalmu, Aku tidak akan belajar menjadi serang laras. Kalau aku
tidak masuk penjara, aku mungkin akan tetap terbuai dengan segala
hal kenikmatan dunia sehingga aku tidakan pernah mengerti apa yang
dinamakan perjuangan hidup.
Kini aku berjalan menuju kebahagiaan, dimana anak-anakku
sudah menunggu agar kami bisa berkumpul kembali. Tenang saja, aka
sama sekali tidak membencimu. Kalau kita tidak sengaja berpapasan
dijalan kita tidak perlu kikuk bertegur sapa.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 174-175)
67

Berdasarkan kutipan di atas, maka superego tersebut menjelaskan

bahwa keinginan dan tekad untuk melupakan Arga merupakan satu-satunya

cara untuk memperbaiki dirinya yang sudah hancur karena Arga. Namun di

sisi lain juga, Superego berperan meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan

Larasti adalah salah satu cara agar hubungannya dengan arga dulu hancur

berusaha untuk tidak saling menebar kebencian diantara mereka ketika

berpapasn di jalan.

Begitu banyak kisah yang dilalui Larasati setelah melewati masa

tahanan. Hal terbut, muncullah superego pada kutipan berikut ini

Hari pertama di tahun baru, setelah empat tahun waktuku


bergulir di penjara. Dan tahun ini (kata orang-orang) merupakan
zaman pembaharuan. Semua hal berjalan dengan cepat, dan bila kita
tidak punya pemikiran yang tepat maka kita akan tertinggal oleh
jaman. Tahun ini juga menjadi tahun keemasan bagiku, karena dua
minggu lagi aku akan menuju pembebasanku. Setidaknya, aku masih
punya harapan untuk melanjutkan hidup walaupun uang tabunganku
sudah habis. Hanya ada beberapa juta rupiah dari hasil kerjaku di
Rutan.
(Belenggu merah muda, 2016: 176)

Berdasarkan kutipan di atas, supereego menjelaskan bahwa Larasti

mempunyai harapan untuk melanjutkan hidupnya setelah masa

pembebasannya dari Rutan yang walaupun tabungannya telah habis.

Bahagianya lagi, bukan hanya anak-anakku saja yang memiliki masa


depan cerah. Aku pun tidak mau kalah dengan mereka. Kini aku
sedang menulis buku yang sudah kuimpikan sejak aku di penjara dulu.
Didalam buku itu tertuang berbagai kisah teman-temanku sesame napi
yang kini sudah keluar maupun masih di penjara. Buku itu sudah di
68

incar oleh beberapa penerbit besar. Saat sudah diterbitkan, aku


berencana akan membagikan buku tersebut kepada para nara pidana
permpuan. Aku ingin membagi pengalamanku untuk terus
membangun semangat hidup dan kepercayaan agar bisa keluar dari
kepahitan hidup yang mereka alami.

Berdasarkan kutipan di atas, superego menjelaskan bahwa Larasti

tidak mau kalah dengan kedua anaknya yang kini dirinya sedang menulis

buku yang dia dimpikan sejak di penjara dan dia ingin membagikan

pengalamannya lewat buku hasil karyanya. Menurutnya, bahwa mimpi akan

memberikan harapan besar dalam berjuang menggapai sebuah impian. Ia

sadar bahwa apa yang diperjuangkannya adalah benar dan mempunyai tujuan

yang mulia, yakni menggapai impian menjadi seorang penulis.

3. Bentuk Penyelesaian Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Belenggu Merah

Muda Karya Tyas Damaria

Dalam novel Belenggu Merah Muda karya Tyas Damaria, konflik batin tokoh

utama dapat diselesaikan melalui beberapa tahap penyelesaian atau disebut juga

dengan bentuk penyelesaian konflik. Bentuk penyelesaian konflik atau disebut juga

dengan mekanisme pertahanan ego merupakan proses atau cara ketika individu

mengalami tekanan-tekanan kecemasan yang berlebih-lebihan, dimana ego individu

tersebut terpaksa menempuh cara ekstrem untuk menghilangkan tekanan (Anna

Freud via Furdyantara, 2012:160).


69

Berikut beberapa bentuk penyelesaian konflik batin tokoh utama dalam

novel Belenggu Merah Muda karya Tyas Damaria dengan menggunakan sudut

pandang bentuk penyelesaian konflik menurut Sigmund Freud.

a. Sublimasi

Sublimasi merupakan mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk

mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan

menyesuaikan dorongan primitive id yang menjadi penyebab kecemasan ke

dalam bentuk (tingkah laku) yang bisa diterima (Koswara, 1991: 46-47).

Bentuk penyelesaian konflik batin berupa sublimasi dilakukan oleh

tokoh utama ketika kehidupan tokoh utama menuju kebangkrutan dirinya

berada di bawah tekanan orang-orang yang menurutnya tidak bisa lagi untuk

dipercayainya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Aku ini menjadi orang yang selalu berpikir negative.


Setelah tiga bulan galeriku menggantungkan nasib dengan
menjual sisa furniture dengan harga murah, akhirnya kuputuskan
untuk menjual perhiasan emasku demi menggaji karyawan. Tak
disangka, aku hidup dalam kekurangn seperti ini, dan bisnisku
akhirnya dinyatakan bangkrut. Dengan berat hati kuminta karyawanku
untuk keluar dan kuberikan pesangon seadanya. Beberapa akun
tabunganku kosong, hanya satu tabungan yang kupisahkan untuk
untuk membiayai sekolah anak-anak.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 110)

Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa sikap tokoh utama

mengambil keputusan untuk menjual perhiasannya demi menggaji karyawan

merupakan bentuk dari cara tokoh utama untuk meredakan kecemasan dengan
70

menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab kecemasan ke

dalam bentuk tingkah laku.

Bentuk penyelesaian konflik batin sublimasi yang dilakukan oleh

tokoh utama atas perasaan marah dan kecewa terhadap karyawan Hal ini dapat

dilihat pada kutipan novel di bawah ini:

Mungkin saat itu aku benar-benar sudah gila karena dapat


mengontrol emosiku. Aku tidak bisa menerima pengakuan jujur
karyawanku. Enak sekali mereka dengan mudahnya mengundurkan
diri dan mengaku dibajak. Lantas masalah selesai begitu saja?
Mengapa tidak berdiskusi dulu denganku? Kenapa tidak minta naik
gaji dulu? Banyak hal yang kupertanyakan. Susah sekali untuk
menerima keadaan tanpa mendapat jawaban dari segala pertanyaan itu.
(Belenggu Merah Muda, 2016:107-108)

Bentuk penyelesaian konflik berupa sublimasi juga dapat dilihat dalam

kutipan di atas. Bentuk pengalihan tokoh utama selain dari sikapnya yang

tidak mau masalahnya selesai begitu saja melalui tingkah laku tokoh utama

yang selalu tegang dan waspada dengan segala sesuatu di sekeliling yang

selalu dicurigainya.

b. Represi

Keputusan tokoh utama memenuhi panggilan dari pihak penyidik secara

paksa atas penggelapan uang investasi dan menunjukan surat panggilan serta

memberikan kartu identitas untuk diditukar dengan kartu pengunjung. Satu-

satunya alasan kecemasan yang dirasakan oleh tokoh utama adalah jika anak-

anaknya mengetahui masalahnya. Penolakan tokoh utama atas keputusan


71

sepihak tersebut membuatnya selalu dihantam mimpi buruk. Hal ini dapat

dilihat pada kutipan berikut:

Seminggu penuh aku di hantam mimpi buruk sehingga aku


menjadi takut tertidur. Setiap kali aku memejamkan mata, Arga, Ratu,
dan ibunya masuk bergantian kealam mimpiku. Terkadang mereka
mengancamku dengan pisau, kadang mememohon-mohon sampai
mencium kakiku. Bayangkan, bahkan sampai di alam mimpi Arga bisa
seenaknya mempermainkanku.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 123)

Tidak ada pilihan bagiku. Aku harus memenuhi panggilan.


Aku tidak ingin anak-anakku mengetahui hal ini, mereka masih terlalu
kecil untuk mengerti masalah yang menimpa ibunya.
(Belenggu Merah Mda, 2016: 124)
Antisipasi yang dilakukan oleh pihak penyidik tersebut membuat

tokoh utama nekat memberikan keterangan palsu yang terkesan jujur itu

begitu saja mengalir dari mulutnya. Keputusan bulat tokoh utama yang lebih

memilih untuk memenuhi panggilan dari penyidik selamanya termasuk ke

dalam represi.

Represi merupakan proses penekanan dorongan-dorongan ke alam tak

sadar, karena mengancam keamanan ego. Represi juga dapat diartikan juga

sebagai proses “penguburan” pikiran dan perasaan yang mencemaskan ke

alam tak sadar. Tingginya rasa cemas yang dirasakan oleh tokoh utama

mendorongnya untuk melakukan berbagai hal yang dapat membahayakan

keselamatanya. Seperti pada kedua kutipan di atas merupakan penekanan atau

proses penguburan pikiran dan perasaan tokoh utama atas kecemasannya dan

membuatnya berada dalam alam tak sadar.

c. Proyeksi
72

Proyeksi diartikan sebagai mekanisme pengubahan kecemasan neurotic

dan moral dengan kecemasan realistik. Pengalihan pikiran yang dilakukan oleh

tokoh utama merupakan pengalihan yang dikarenakan adanya kecemasan

neurotik. Kecemasan neurotik yang dialami oleh tokoh utama disebabkan

adanya pesan teror lagi dari Ratu serta keluarganya dapat dilihat dalam kutipan

berikut.

Selama beberapa hari setelahnya aku mendapat pesan teror lagi


dari Ratu beserta keluarganya. Aku dikirimi SMS ancaman, telepon,
sampai surat kaleng yang dikirim lewat pos. bahkan mereka juga
menuliskan pesan di laman media sosialku sehingga semua temanku
bisa membacanya. Isi pesanya adalah ancaman halus bahwa kesaksian
palsuku saat pemeriksaan Arga akan di bongkar Ratu, dan aku bisa-bisa
dijebloskan ke penjara bila terbukti berbohong. Mereka pun menuliskan
tentang perselingkuhanku dengan Arga.
Apa maksud ancaman itu? Apakah karena Arga mengadu pada
Ratu bahwa dia tak lagi dapat uang dariku?
“Mama, kita pindah rumah saja biar Mama tidak diganggu
terus.” Moses mengungkapkan keinginannya, setelah melihatku
menangis setiap malam.
Akupun menyetujui, sekaligus agar aku pun melupakan
kenangan bersama Arga di rumah ini. Sudah waktunya aku bergerak
maju bersama anak-anakku. Tapi aku tak ingin tinggal di rumah
Bapak. Itulah prisip dalam keluargaku. Setelah seorang anak keluar
dari rumah dan memiliki keluarga sendiri, dia tak akan merengek dan
kembali ke rumah orangtuanya. Menitipkan anak boleh, tapi tidak
untuk tinggal.
(Belenggu Merah Muda 2016:115)

Keputusan tokoh utama ketika memutuskan hubungan dengan Arga

dan mengalihkannya dengan melakukan hal-hal lain bersama anak-anaknya

merupakan bentuk pengalihan kecemasan neurotik tokoh utama ke kecemasan

realistik. Bentuk penyelesaian berupa pengalihan dilakukan oleh tokoh utama


73

karena adanya kecemasan yang dirasakan tokoh utama berupa ancaman pesan

teror dari Ratu dapat memberikan sesuatu hal yang buruk bagi kejiwaannya.

Bentuk pengalihan tokoh utama dengan membuat kehidupan sendiri

merupakan satu-satunya cara agar dirinya dapat menyegarkan pikirannya dari

segala bentuk permasalahannya dengan Ratu Dan Arga, walaupun dirinya tak

mengetahui secara pasti dampak buruk yang akan didapatkannya ketika

melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak patut untuk dilakukannya.

Sikap tokoh utama tersebut sesuai dengan kecemasan neurotik yang

didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik

terhadap suatu bahaya yang mungkin terjadi (Freud via Semiun, 2007:88-89).

Rasa jengkel dirasakan oleh tokoh utama atas sikap Arga yang

semakin tak menghiraukannya pasca dirinya bertemu dengan Ratu. Rasa

muak yang tak terbendung pada diri tokoh utama membuatnya melibatkan

pada masalah, seperti yang ada pada kutipan berikut.

“Sayang mau sampai kapan kamu mencurigaiku terus? Apa


selama ini aku terlihat kurang mencintaimu sampai kamu berpikir hal
yang tidak logis? Tentu Laras harus menolongku agar dirinya tidak
terseret.”
Aku mual mendengar Arga menyebut Ratu dengan panggilan
sayang, seperti ketika dia memanggilku.
“Ya, tapi rencana ini juga jadi melibatkan kebohongan atas
namaku. Kalau orangtuaku dibilang sebagai investor perusahan
furniture, berarti aku juga memiliki risiko terseret-seret. Apa
untungnya untukku?”
(Belenggu Merah Muda, 2016:93)
74

Bentuk penyelesaian konflik batin pada tokoh utama berupa proyeksi

dalam novel ini juga ditemukan ketika tokoh utama bertemu dengan ibunya

Arga di ruangan ICU, seperti dalam kutipan berikut.

Hanya kamu yang bisa menolong Arga, Nak. Umur ibu tidak
akan panjang, tapi ibu tidak bisa melihat kalau anak dan cucu ibu
menderita. Ibu mohon sama Laras, kasihanilah ibu yang sakit-sakitan
ini.” Kalau kutolak langsung permohoanannya, aku takut dia mendapat
serangan jantung lagi dan masalah akan semakin runyam. “Nggih, Bu.
Nanti kupikirkan lagi. Sekarang ibu istirahat saja, fokus pada
kesehatan ibu saja.
(Belenggu Merah Muda, 2016: 122)

Ketika Aku membubuhkan tanda tangan di berita acara


pemeriksaan dengan status sebagai tersangka yang baru selesai
kubaca, tanganku sedikit gemetar. Persetan dengan kebenaran, pikirku.
Biarpun ada kebenaran sesungguhnya, tapi keadaan akan mendorong
kita untuk mengakui kesalahan yang tidak kita buat. Mungkin itulah
yang dinamakan hidup.
(Belenggu M erah Muda, 2016: 126)

Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh utama bahwa

keputusan yang diambil oleh tokoh utama merupakan keputusan terbaik ketika

dirinya menghadapi situasi sulit. Keputusan tokoh utama untuk memenuhi

permohonanan ibunya Arga untuk menolong anak dan cucunya pada kutipan

pertama dilatarbelakangi adanya situasi sulit ketika dirinya melihat keadaan

ibunya Arga yang berbaring lemas dan napasnya semakin tersengal. Ketika

melihat hal tersebut timbul perasaan sedih pada diri tokoh utama kemudian

membuatnya mememuhi permohonannya.

Proyeksi yang terdapat dalam kutipan tersebut diperlihatkan oleh sikap

tokoh utama yang tidak bisa menolak permohonannya hanya karena keadaan
75

semakin sulit. Tidak jauh berbeda dengan pembahasan pada kutipan pertama.

Pada kutipan kedua tokoh utama rela membubuhkan tanda tangan diberita acara

pemeriksaan dengan status sebagai tersangka. Namun keadaan yang

mendorongnya untuk mengakui kesalahan yang tidak pernah dia lakukan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang psikologi sastra yang menggunakan

teori keribadian Sigmund Freud pada novel Belenggu Merah Muda karya Tyas

Damaria, dapat diklasifikasikan ke dalam dua betuk tabel berikut.

1. Tabel 4.1 klasifikasi wujud konflik batin Id, Ego dan Super Ego

No Struktur kepribadian Jumlah

1. Id 7

2. Ego 6

3. Super ego 2

Setelah di bentuk tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa Id berjumlah

7, Ego berjumlah 4, sedangkan Super Ego berjumlah 2. Hasil penelitian yang

diklasifikasikan dalam bentuk tabel di atas menunjukan bahwa id paling

mendominasi dalam diri tokoh utama (Humang Larasati). Keadaan psikologis

yang sering dilakukan oleh tokoh utama adalah Id. Di sini tokoh utama lebih
76

banyak untuk terus berusaha dan mencoba berjuang untuk mendapatkan

segala hal kenikmatannya.

Ego, tokoh utama memiliki keinginan dan hasrat yang sangat kuat

dalam kisah hidupnya. Berbagai keinginan yang timbul dalam dirinya yakni,

keinginannya untuk memutuskan hubunganya dengan Arga.

Super Ego, yang berbatasan langsung dengan lingkungan atau norma-

norma yang berlaku dalam masyarakat. Humang Larasati memiliki Surper

Ego yang mampu mengendalikan Ego dan bahkan menguatkan keyakinan apa

yang dilakukannya adalah benar dan tidak menyalahi aturan yang berlaku.

Supereego tetap meyakinkan bahwa segala bentuk perjuang yang dilalui Dedi,

semata-mata mempunyai tujuan yang mulia, yakni menjadi seorang penulis.

Hal tersebut sangat relevan antara kajian psikologi sastra dan novel

Belenggu Merah Muda. Sangat relevan karena, dalam novel tersebut

menceritakan tentang perjuangan seorang janda cantik yang kehidupannya

penuh dengan masalah. Tentu saja dengan menggunakan kajian psikologi

sastra kita dapat mengetahui kepribadian dan hal-hal apa saja yang dialami

dan dirasakan oleh tokoh utama dalam novel Belenggu Merah Muda .

2. Table 4.2 klasiflikasi bentuk penyelesaian, sublimasi, represi, proyeksi


No Bentuk penyelesaian Jumlah

1. Sublimasi 2

2. Represi 2
77

3. Proyeksi 4

Setelah di bentuk tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa proyeksi

berjumlah 4, represi berjumlah 2, sedangkan proyeksi berjumlah 2. Hasil

penelitian yang diklasifikasikan dalam bentuk tabel di atas menunjukan

bahwa proyeksi paling mendominasi dalam diri tokoh utama (Humang

Larasati). Keadaan psikologis yang sering dilakukan oleh tokoh utama adalah

proyeksi.

C. Demikian ulasan tentang kepribadian tokoh utama dalam novel Belnggu Merah

Muda yang merupakan kisah hidup dan perjuangan dari Humang Larasati selama

menghadapi berbagai. Ia rela mengorbankan segalanya demi orang yang

dicintainya. Oleh karena itu, peneliti menyadari bahwa Larasti merupakan sosok

seorang perempuan yang pantas menjadi inspirasi bagi setiap orang dalam

menghadapi masalah
78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengamatan dan pembahasan terhadap hasil penelitian,

diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, struktur pembangun dalam Novel

Belenggu Merah Muda karya Tyas Damaria meliputi unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik.

Kedua wujud konflik batin yang dialami oleh tokoh utama meliputi

pertentangan antara pilihan yang tidak sesuai dengan keinginan, kebimbangan

dalam menghadapi permasalahan, dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Dari
79

hasil penelitian, menunjukkan bahwa secara keseluruhan permasalahan yang

dialami oleh tokoh utama didominasi oleh id daripada ego. Adanya dominasi id dari

padaego itulah yang menyebabkan tokoh utama mengalami konflik batin,

sedangkan wujud konflik batin yang paling dominan pada diri tokoh utama terdapat

pada varian kebimbangan dalam menghadapi persoalan.

Ketiga, penyelesaian konflik batin atau mekanisme pertahanan ego dalam

novel Belenggu Merah Muda karya Tyas Damaria dapat terselesaikan oleh tokoh

utama. Penyelesaian konflik batin pada tokoh utama meliputi, sublimasi terwujud

dalam varian ketika kehidupan tokoh utama menuju kebangkrutan sejak

hubunganya dengan Arga hancur., represi atau penekanan terwujud dalam varian

ketika kehidupan tokoh utama selalu dihantam mimpi buruk, , proyeksi terwujud

dalam varian mendapat pesan teror dari nomor yang tak dikenal serta rasa jengkel

yang dirasakan tokoh utama.

Berdasarkan penelitian tentang penyelesaian konflik batin pada tokoh utama

dalam novel Belenggu Merah Muda Karya Tyas Damaria dapat disimpulkan bahwa

dalam menyelesaikan permasalahannya tokoh utama sering menggunakan

penyelesaian konflik dalam bentuk proyeksi, yang paling banyak diwujudkan oleh

tokoh utama.

B. Saran

Berdasarkan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan tentang konflik batin

tokoh utama dalam novel Belenggu Merah Muda karya Tyas Damaria, untuk

selanjutnya akan dikemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini.
80

Pertama, struktur pembangun yang terdapat dalam novel Belenggu Merah Muda

merupakan bagaimana cara pembaca untuk menentukan sebuah tema, alur, latar,

tokoh, dan lain-lain yang terdapat dalam Novel yang akan dianalisis.

Kedua, wujud konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel ini

merupakan salah satu konflik yang sering terjadi dalam kenyataan. Konflik batin

yang menimpa tokoh utama merupakan salah satu contoh permasalahan yang

dilatarbelakangi adanya rasa tertekan dan sesuatu hal yang bersifat tidak

menyenangkan. Selain untuk menambah wawasan seputar wujud konflik batin,

hasil penelitian dan pembahasan ini diharapkan dapat memberikan bahan

pertimbangan kepada pembaca tentang bagaimana menyikapi suatu konflik dengan

baik dan mengarahkan pada hal-hal yang dapat memberikan nilai positif pada diri

sendiri.

Ketiga, penyelesaian konflik batin pada tokoh utama dalam novel ini

merupakan salah satu contoh penyelesaian konflik yang sering terjadi. Maka dari

itu, dari penyelesaian konflik yang telah dipaparkan diharapkan dapat memberikan

pengertian dan wawasan luas tentang penyelesaian konflik batin dengan adanya

pertimbangan agar dapat menjadi individu yang lebih bijak dalam mengambil

keputusan melalui wujud tindakan.


81

Anda mungkin juga menyukai