Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiaih ini dengan baik, walaupun masih terdapat kekurangan ata
hambatan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Pada dasarnya karya tulis ilmiah saya yang berjudul “ Analisis Tokoh Dari Novel
KANGEN Karya Putu Deriska” dibuat dengan tujuan mengembangkan kreativitas pembaca
dalam menulis dan meningkatkan pengetahuan bagi pembaca serta untuk tugas dari mata
pelajaran Baha Indonesia.

Pada kesempatan ini saya selaku penulis karya tulis ini mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Minayanti S,Pd selaku guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia,
terima kasih kepada para penulis penulis yang telah mengunggah materi sebagai landasa
teori, serta teman teman kelas XI Mipa 2 yang sama sama berjuang saling mendukung
dalam meyelesaikan tugas ini yang bermanfaat bagi diri kita dimasa yang akan datang.

Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan da pengetahuan pembaca


dan juga penulis seputar karya ilmiah. Terima Kasih.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Novel merupakan salah satu komoditas jenis buku yang paling banyak memiliki
penggemar. Jenis novel juga beragam mulai dari romance, komedi hingga thiler.Tidak jarang
yang banyak diminati adalah novel yang berisi tentang percintaan. Kata novel berasal dari
bahasa Italia “novella” yang berarti sebuah kisah atau sepotong berita. Selain dari bahasa
Italia novel juga berasal dari bahasa latin yaitu “novellus” yang diturunka dari kata “novies”
yang berarti baru(Tarigan 1964;164).

Dalam membaca novel, agar pembaca dapat menikmati dan memahami isi dan jalan
cerita didalamnya diperlukan pengetahuan mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam
sebuah novel yang sering disebu dengan unsur instrinsik Unsur instrinsik tersebu meliputi
tema, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Dengan begitu pembaca akan lebih
mudah menangkap maksud dan makna yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Nurgiyantoro mengemukakan, salah satu unsur terpenting dari sebuah novel adalah
tokoh. Walaupun merupakan ciptaan dari imajinasi pengarang, tidak menutup kemungkinan
tokoh mencerminkan perilaku dan watak dari manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seorang
tokoh memiliki sifat-sifat dan karakter tertntu sabagai invidu, baik sebagai orang yang
memiliki kepribadan yang baik maupun buruk. Sifat dan karakter tokoh dapat dilihat melalui
berbicara ataupun perilaku yang ditunjukkan dalam novel tersebut.

Tokoh memegang peranan penting dalam membangun cerita, segala sesuatu yang
terjadi dalam sebuah novel dapat ditentukan oleh perilaku tokoh-tokoh yanf ada
didalamnya.Penafsiran terhadap sikap dan watak seseorang sangat mendasar pada apa yang
diucapkan dan apa yang dilakukan atau dengan kata lain ucapan dan tindakan seseorang
mencerminkan perwatakannya(Nurgiyantoro,1995 : 173).

Novel yang saya coba analisis unsur instrinsiknya yaitu tokoh adalah novel
“KANGEN” karya Putu Deriska. Novel ini menceritakan tentang kisah asmara ua sahabat
seorang wanita yang sekolah terpisah dengan orang tuanya dengan salah satu murid laki-laki

2
jurusan bahasa di sekolahnya. Yang mungkin pada novel ini memiliki cerita yang sama
dengan teman teman yang cinta sejatinya adalah sahabatnya sendiri.

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana karakteristik tokoh Denis yang berperan dalam novel Kangen karya Putu
Deriska?”

C. Tujuan Penulisan

“Memperoleh deskripsi tentang karakter tokoh denis yang berperan dalam novel
dalam novel karya Putu Deriska”

D. Manfaat Penelitian
1. Dapat menambah wawasan bagi pembaca secara umum tentang unsur instrinsik pada
novel khusunya tokoh/penokohan.
2. Kami selaku siswa(penulis) diharapkan dapat membuat karya tulis menganalisis novel
dan mengetahui unsur-unsur instrinsik noel dengan baik. Disamping kami
memperoleh nilai deri guru bidang studi Bahasa Indonesia.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sastra

Sastra(sanskerts : shastra)merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta “sastra”


yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman” dari kata dasar “Sas”
yang berari “instruksi” atau “ajaran” dan “Tra” yang berarti “alat” atau “sarana”.
Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kususastraan
atau ebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan terentu. Sastra adalalah
seni yang berhubungan dengan penciptaan dan ungkapan pribadi.

Selain itu, sastra juga merupakan salah satu hasil karya manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Manusia hidup di dunia ini memerlukan banyak kebutuhan. Manusia
perlu makan, pakaian agar tidak kedinginan, rumah agar tidak kehujanan dan
kepanasan, perlu kedokteran agar tidak jatuh sakit. Manusia juga perlu hiburan agar
mendapat kesenangan. Manusia perlu berpikir dan mencipta untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya itu. Ada kebutuhan manusia yang berupa kebendaan, ada
pula kebutuhan manusia yang bersifat kerohanian seperti aturan-aturan hidup dalam
hidup bersama, kesenian untuk hiburan. Semua hasil kerja manusia untuk memenuhi
kebutuhannya itu disebut kebudayaan. Karena kebutuhan manusia begitu banyak
maka kebutuhan kebutuhan tersebut digolongkan dalam beberapa kategori yaitu
kebutuhan kebendaan yang terdiri dari ilmu pengetahuan,teknologi, dan ekonomi;
kebutuhan kerohanian terdiri dari kesenian, tata cara berbadah dalam agama,
peraturan- peraturan dalam masyarakat, dan filsafat (Suardjo, 1984: 2).

Karya sastra adalah suatu fenomena sosial. arya sastra terkait dengan pembaca dan
segi kehidupan manusia yang diungkapkan didalam nya. Karya sastra sebagai
fenomena sosial tidak hanya terletak pada segi penciptaannya tetapi pada hakikat
karya itu sendiri tetapi sebagai reaksi sosial seorang penulis terhadap fenomena sosial
yang dihadapinya mendorong ia meulis karya sastra. Oleh sebab itu, mempelajari
karya sastra berarti mempelajari suatu kehidupan sosial, mengkaji manusia,
kehidupan, budaya, ideologi, perwatakan, bahkan menyangkut masalah-masalah lain
yang lebih luas yang terkait dengan kehidupan manusia (Semi, 1990:53).

4
Selain itu dalam kesusastraan,sastra dibagi menjadi sastra tertulis dan sastra
lisan(sastra oral). Sastra dibagi menjadi 2 jenis yaitu Prosa dan Puisi. Prosa adalah
karya sastra yang tidak terikat sedangkan puisi adalah karya sastra yang teikat dengan
kaidah dan aturan tertentu. Novel merupakan salah satu contoh dari karya sastra jenis
prosa.

Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif
sebagai menifestasi kehidupan manusia melalui bahasa sebagai medium dan memiliki
efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan) (Mursal Esten 1978 : 9).

Karya sastra memiliki beberapa ciri, antara lain.

1. Sastra memberikan hiburan. Karya sastra yang baik selalu menyenangkan

untuk dibaca, ingin selalu mengulangi membacanya. Hiburan yang diberikan

karya sastra adalah hiburan spiritual.

2. Sastra menunjukkan kebenaran hidup manusia. Sastra dihargai karena berguna

bagi hidup manusia. Sastra mengungkapkan berbagai pengalaman manusia

agar manusia lain dapat memetik pelajaran baik dari padanya agar manusia menjadi
lebih mengerti manusia lain.

3. Sastra itu melampaui batas bangsa dan zaman.

Kitab sastra Mahabarata dan Rramayana menceritakan kejadian beberapa ratus


tahun sebelum Masehi tetapi cerita tersebut masih tetap digemari orang dalam abad
keduapuluh ini. Ini berarti sastra tersebut melampaui batas zamannya. Ia digemari
manusia sepanjang abad karena ia menceritakan pengalaman manusia yang akan
terjadi berulang-ulang. Persoalan terjadinya perang, kehilangan suami yang gugur
dalam perang, kebaktian kepada guru, adanya manusia serakah yang merebut milik
kiTa, semua itu akan terus dialami manusia. Jadi, karya sastra yang baik adalah karya
yang mempersoalkan hakekat permasalahan manusia. Meskipun Mahabarata ditulis
oleh orang Hindu dan tentang agama Hindu, tetapi berhasil membicarakaN hal-hal
yang menjadi masalah orang-orang di luar agama itu sehingga abadi (Sumardjo,
1984: 14—15).

5
Nilai yang terkandung dalam sastra antara lain:

1. Nilai hedonik (hedonik value) yaitu nilai yang dapat memberikan kesenangan
secara langsung kepada pembaca.

2. Nilai artistik (artistic value), yaitu nilai yang memanifestasikan suatu seni atau
keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.

3. Nilai kultural (cultural value), yaitu nilai yang dapat memberikan atau

mengandung hubungan yang mendalam dengan masyarakat, peradaban, dan

kebudayaan.

4. Nilai etis, moral, agama (ethical, moral, religious value) yaitu berkaitan dengan
dengan etika, moral, dan agama.

5. Nilai praktis (practical value) yaitu nilai yang mengandung hal praktis yang dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

B. Pengertian Novel

Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Novel adalah sebuah karya fiksi yag ditlis
secara naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebu novelis. Kata novel
berasal dari bahasa Italia, “novella” yang berarti “sebuah kisah atau sepotong berita’.

Novel merupakan sebua karya sastra yang mmpunyai dua unsur, yaitu unsur
instrinsik da unsur ekstrinsik yang mana keduanya salin berkaitan dengan saling
berpengaruh dalam sebuah karya sastra(Drs.Rostamaji,M.Pd)

Novel lebih panjang (setidaknya 40.000) kata dan lebih kompleks dari cerpen, dan
ketidakterbatasan struktural.Perbedaan novel dengan cerpen dapat dilihat dari dari isi
kontennya yang lebih panjang dan lebih kompleksdibandingkan denan cerpen. Novel
juga adalah sebuah karya yang biasanya menceritakan tentang kehidupan beberapa
manusia yang saling berineraksi kepada ssamanya dan juga kepada lingkungannya.

Ciri ciri umum dalam novel antara lain :

1. Novel memiliki jumah kata lebih dari 35.000 kata.


2. Durasi untuk membacanya setidaknya 2 jam(120 menit) atau lebih.

6
3. Ceritanya lebih dari satu impresi, efek, dan emosi.
4. Alur cerita dalam novel cukup kompleks.
5. Seleksi cerita dalam nivel lebih luas,
6. Cerita dalam novel lebih panjang dibaningkan cerita pendek, akan tetapi
banyak kalimat yang diulang-ulang.
7. Terbentik dari dua unsur yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik.

C. Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik Novel


Setelah membahas mengenai pengertian novel, sekarang ada dua unsur yang
sangat layak untuk diketahui. Unsur pembentuk novel novel seperti yang telah
disebutkan terdiri dari dua unsur yaitu unsur nstrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-
unur instrinsik dugunakan untu menganalisis novel agar lebih mudah dalam
menganalisis suatu novel, apalagi novel yang sangat tebal dan butuh waktu lama
sehingga dibutuhkannya unsur-unsur instrinsik. Jika unsur instrinsik ada, unsur
ekstrinsik pun juga ada.
Berikut penjelasan tenang unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik pada novel.
1. Unsur Instrinsik Novel
Unsur ekstrinsik novel merupakan unsur pembangun novel yang barasal
dari luar. Jadi unsur ekstrinsik ini tidak dapat kita temukan di dalam novel
tersebut. Unsur ekstrinsik novel ini meski tidak ada di dalam novel, namun
sangat berpengaruh terhadap hasil sebuah karya sastra.
2. Berikut ini adalah beberapa unsur ekstrinsik novel:
3. 1. Unsur Biografi
4. Unsur biografi merupakan unsur tentang latar belakang penulis, diantaranya
seperti tempat tinggal penulis, keluarganya, latar belakang pendidikannya,
lingkungannya, dan lain sebagainya.
5. Latar belakang cukup berpengaruh dalam penulisan puisi, misalnya saja penulis
yang latar belakangnya dari keluarga miskin, maka ia akan dapat membuat puisi
yang sangat menyentuh hati orang yang membacanya.
6. 2. Unsur Sosial
7. Unsur sosial sangat erat hubungannya dengan kondisi masyarakat ketika puisi
dibuat. Misalnya saja puisi tersebut dibuat ketika masa orde baru. Pada waktu itu
kondisi masyarakat sedang dalam keadaan kacau dan keadaan pemerintahan pun

7
acak-acakan, sehingga puisi yang dibuat pada waktu itu adalah puisi yang berisi
sindiran-sindiran terhadap masyarakat.
8. 3. Unsur Nilai
9. Unsur nilai dalam puisi berkaitan dengan pendidikan, ekonomi, politik, sosial,
budaya, adat-istiadat, hukum, seni, dan lain sebagainya. Nilai yang ada dalam
puisi menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca, dan juga cukup mempengaruhi
baik tidaknya puisi tersebut.
10. Dalam membaca novel, pembaca harus penuh konsentrasi dan sungguh-sungguh
menjiwainya, menghayati setiap kata dan juga kalimat, yang akhirnya menjadi
sebuah cerita novel. Dengan begitu amanat yang hendak penulis sampaikan
dapat diterima dan dipahami oleh orang yang membacanya
Unsur instrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam
yang mewujudkan struktur suau karya sastra seperti unsur unsur yang ada dalam
unsur instrinsik. Unsur instrinsik novel yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur,
gaya bahasa, setting atau latar cerita, sudut pandang serta amanat.
a. Tema

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra
dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang
menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan (Hartoko &
Rahmanto, 1986: 142) dalam Nurgiyantoro (2010: 68). Tema dipandang
sebagai dasar cerita atau gagasan umum dalam sebuah karya fiksi. Tema
dalam sebuah karya fiksi sebelumnya telah ditentukan oleh pengarang untuk
mengembangkan ceritanya.

b. Alur

Alur atau plot adalah jalinan peristiwa atau kejadian dalam suatu karya sastra
untuk mencapai efek tertentu. Alur merupakan urutan peristiwa atau kejadian
dalam suatu cerita yang dihubungkan secara sebab-akibat. Alur juga dapat
diartikan sebagai peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita yang memiliki
penekanan pada hubungan kausalitas. Alur juga disebut sebagai urutan-urutan
kejadian dalam sebuah cerita. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanton (1965:
14) dalam Nurgiyantoro (2010 : 113) yaitu, plot adalah cerita yang berisi
urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-

8
akibat peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa
yang lain.

c. Tokoh dan Penokohan

Istilah tokoh merujuk pada orang atau pelaku dalam sebuah cerita, sedangkan
penokohan adalah cara seorang penulis menampilkan sifat dan watak dari
suatu tokoh. Penokohan juga dapat disebut sebagai pelukisan gambaran yang
jelas mengenai seseorang yang ditampilkan dalam suatu cerita. Abrams (1981:
20) dalam Nurgiyantoro (2010: 165) mengemukakan tokoh cerita (character)
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan
dalam tindakan.

d. Latar

Latar disebut juga setting. Latar adalah segala keterangan, pengacuan, atau
petunjuk yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan situasi terjadinya
peristiwa dalam suatu cerita. Latar berfungsi sebagai pemberi kesan realistis
kepada pembaca. Selain itu, latar digunakan untuk menciptakan suasana
tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Hal ini didukung oleh
pendapat Abrams (1981: 175) dalam Nurgiyantoro (12010: 214), Latar atau
setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan.

e. Sudut Pandang

Yang dimaksud sudut pandang di sini adalah kedudukan atau posisi pengarang
dalam cerita tersebut. Dengan kata lain posisi pengarang menempatkan dirinya
dalam cerita tersebut. Apakah ia ikut terlibat langsung dalam cerita itu atau
hanya sebagai pengamat yang berdiri di luar cerita (Suroto, 1989: 96).

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah alat atau sarana utama pengarang untuk melukiskan,
menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. Gaya bahasa juga

9
dapat diartikan sebagai cara pengarang mengungkapkan ceritanya melalui
bahasa yang digunakan dalam cerita untuk memunculkan nilai keindahan.
Contohnya gaya bahasa personifikasi yang digunakan untuk mendeskripsikan
benda-benda mati dengan cara memberikan sifat-sifat seperti manusia atau
mengubah benda mati menjadi benda yang seolah-olah hidup.

g. Amanat

Amanat adalah pesan moral yang disampaikan seorang pengarang melalui


cerita. Amanat juga disebut sebagai pesan yang mendasari cerita yang ingin
disampaikan pengarang kepada para pembaca.

h. Tokoh dan Penokohan

1). Tokoh

Dalam pengkajian unsur-unsur fiksi sering ditemukan istilah “tokoh” dan


“penokohan”, “watak”/”karakter”, dan “penokohan.”. perbedaan istilah-
istilah tersebut perlu dipahami. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro,
2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Menurut Aminuddin (2013: 79) peristiwa dalam karya sastra fiksi seperti
halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh
atau pelaku- pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa dalam
cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut
dengan tokoh.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah


orang atau pelaku yang ditampilkan dalam sebuah cerita atau karya sastra
yang memiliki peranan yang sangat penting. Karena tanpa adanya tokoh
dalam suatu cerita bisa dikatakan cerita tersebut tidak akan hidup dan tidak
akan menarik untuk dibaca. Dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita,
peranan setiap tokoh tidak sama. Ada tokoh yang dapat digolongkan
sebagai tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh yang dapat digolongkan
sebagai tokoh tambahan.

10
Menurut Nurgiyantoro (2010: 176-178) tokoh-tokoh cerita dalam sebuah
fiksi dapat dibedakan berdasarkan beberapa hal meliputi:

a) Berdasarkan peranannya dalam suatu cerita, maka tokoh cerita dibagi


menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah
tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan,
sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya sebagai pelengkap
saja.

b) Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, yaitu tokoh protagonis dan tokoh


antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah
satu jenisnya secara populer disebut hero. Tokoh protagonis menampilkan
sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca, harapan-harapan
pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya
konflik.

c. Berdasarkan perwatakan, tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh


sederhana (simple atau flat character) dan tokoh bulat (compleks
character). Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu
kualitas pribadi tertentu, satu sifat tertentu saja. Sedangkan tokoh bulat
atau tokoh kompleks adalah tokoh yang memiliki kompleksitas yang
diungkap dari berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian
dan jati dirinya (Wellek dan Warren, 2014: 288).

Tokoh-tokoh cerita sebagaimana dikemukakan tersebut, tidak akan begitu


saja secara serta merta hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan sarana
yang memungkinkan kehadirannya. Sebagai bagian dari karya fiksi yang
bersifat menyeluruh dan padu, dan mempunyai tujuan artistik, kehadiran
dan penghadiran tokoh-tokoh cerita haruslah juga dipertimbangkan dan
tidak lepas dari tujuan tersebut. Masalah penokohan dalam sebuah karya
sastra tak semata-mata hanya berhubungan dengan masalah pemilihan
jenis dan perwatakan para tokoh cerita saja, melainkan juga bagaimana
melukiskan kehadiran dan penghadiran secara tepat sehingga mampu
menciptakan dan mendukung tujuan artistik karya yang bersangkutan.

11
2). Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang


ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2010: 166). Cara
pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut dengan penokohan.
Boulton melalui Aminuddin (2013: 79) mengungkapkan bahwa cara
pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat
berbagai macam. Mungkin pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku
yang hanya hidup di alam mimpi, pelaku yang memiliki semangat
perjuangan dalam mempertahankan hidup dan lain sebagainya.

Thobroni (2008: 66) juga mengungkapkan bahwa penokohan menunjuk


pada penempatan tokoh-tokoh tertentu di dalam cerita. Pendeknya,
penokohan adalah penggambaran yang jelas tentang diri seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita, dengan kata lain penokohan atau
perwatakan ialah teknik atau cara-cara menampilkan tokoh.

Pengkajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh disebut penokohan.


Pengkajian tersebut dapat berupa pemberian nama yang menyiratkan arti,
uraian pengarang secara ekspilisit mengenai tokoh, maupun percakapan
atau pendapat tokoh-tokoh lain dalam cerita. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa penokohan adalah cara pengarang menggambarkan atau
menampilkan tokoh dalam sebuah cerita. Penokohan menunjuk kepada
penempatan tokoh-tokoh tertentu dan watak-watak tertentu pula dalam
sebuah cerita. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam karya fiksi
dibedakan ke dalam dua cara, yaitu pelukisan secara langsung dan
pelukisan secara tidak langsung. Pelukisan secara langsung atau disebut
juga dengan teknik analisis adalah pelukisan tokoh cerita yang dilakukan
dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung.
Pelukisan tokoh secara tidak langsung adalah pengarang mendeskripsikan
secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh.Adapun penokohan
adalah pelukisan gambaran jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
cerita. Tokoh dalam cerita sama halnya dengan manusia dalam kehidupan
sehari-hari di sekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu.

Dalam upaya memahami watak pelaku, dapat ditelusuri lewat :

12
1. Tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya

2. Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran-gambaran


kehidupannya maupun cara berpakaian

3. Menunjukkan bagaimana perilakunya

4. Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri

5. Memahami bagaimana jalan pikirannya

6. Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya

7. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain berbincang-bincang


dengannya

8. Melihat bagaimana tokoh-tokoh yang lain itu memberikan reaksi


terhadapnya

9. Melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya.

Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra kebanyakan berupa manusia,


atau makhluk lain yang mempunyai sifat seperti manusia. Artinya, tokoh
cerita itu haruslah hidup secara wajar mempunyai unsur pikiran atau
perasaan yang dapatmembentuk tokoh-tokoh fiktif secara meyakinkan
sehingga pembaca merasa seolah-olah berhadapan dengan manusia
sebenarnya. Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas
pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus
mencap masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, dan
bagaimana penempatan dan pelukisan dalam sebuah cerita sehingga
sanggupmemberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro,
2010: 165-166).

Lebih lanjut, Sayuti (2000: 90-111) membagi cara penggambaran


tokoh menjadi empat, yakni metode diskursi, metode dramatis, metode
konseptual dan metode campuran.

a. Metode diskurtif atau dengan cara langsung adalah cara yang ditempuh
pengarang jika dia menggambarkan perwatakan tokoh-tokoh secara

13
langsung. Kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaan dan
ekonomisnya.

b. Metode dramatis atau dengan cara tidak langsung adalah pelukisan tokoh
secara tidak langsung. Ada tiga macam pelukisan tidak langsung terhadap
kualitas tokoh, yaitu (1) teknik pemberian nama (naming), (2) teknik
cakapan, (3) teknik pemikiran tokoh, (4) teknik stream of consciousness
atau arus kesadaran, (5) teknik pelukisan perasaan tokoh, (6) perbuatan
tokoh, (7) teknik sikap tokoh, (8) pandangan seorang atau banyak tokoh
terhadap tokoh lain, (9) pelukisan fisik, (10) pelukisan latar.

c. Metode kontekstual hampir sama dengan tekhnik pelukisan latar.


Dikatakan demikian karena yang dimaksud dengan metode kontekstual
ialah cara menyatakan karakter tokoh melalui konteks verbal yang
mengelilinginya,

d. Metode campuran adalah penggunaan berbagai metode dalam


menggambarkan karakteristik tokoh.Menurut Minderop (2005: 3),
karakterisasi tokoh dapat ditelaah dengan lima metode yakni, metode
langsung (telling), metode tidak langsung (showing), metode sudut
pandang (point of view), metode telaah arus kesadaran (stream
ofconsciousness), dan metode telaah gaya bahasa (figurative language).

Berikut adalah penjelasan mengenai metode langsung dan tidak langsung.

1. Metode Langsung (telling)

Metode pemaparan karakter tokoh yang dilakukan secara langsung


oleh si pengarang. Metode ini biasanya digunakan oleh kisah-kisah rekaan
zaman dahulu sehingga pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang
dilakukan pengarang semata Pada metode ini, karakterisasi dapat melalui
penggunaan nama tokoh, penampilan tokoh, dan tuturan pengarang.
Penggunaan nama tokoh dugunakanuntuk memperjelas dan mempertajam
perwatakan tokoh serta melukiskan kualitas karakteristik yang
membedakannya dengan tokoh lain. Dalam suatu karya sastra, penampilan
para tokoh memegang peranan penting sehubungan dengan telaah

14
karakterisasi. Penampilan tokoh yang dimaksud misalnya, pakaian apa
yang dikenakannya atau bagaimana ekspresinya. Pemberian rincian tentang
cara berpakaian memberikan gambaran tentang pekerjaan, status sosial, dan
bahkan derajat harga dirinya. Karakterisasi melalui tuturan pengarang
memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator
dalam menentukan kisahannya. Pengarang tidak sekadar menggiring
perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tetapi juga
mencoba membentuk presepsi pembaca tentang tokoh yang dikisahkannya
(Minderop, 2005: 8). Metode karakterisasi melalui tuturan pengarang
memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator
dalam menentukan kisahannya.

2.Metode Tidak Langsung (showing)


Metode yang mengabaikan kehadiran pengarang sehingga para
tokoh dalam karya sastra dapat menampikan diri secara langsung melalui
tingkah laku mereka. Pada metode ini, karakterisasi dapat mencakup enam
hal, yaitu karakterisasi melalui dialog; lokasi dan situasi percakapan;
jatidiri tokoh yang dituju oleh penutur; kualitas mental para tokoh; nada
suara, tekanan, dialek, dan kosa kata; dan karakterisasi melalui tindakan
para tokoh.

15
2. Unsur Ekstrinsik Novel
Unsur Ekstrinsik novel merupakan unsur pembangun novelyang berasal
dari luar. Jadi unsur ekstrinsik ini tidak ditemukan dalam novel tersebut. Unsur
ekstrinsik ini meski tidak ada didalm novel, namun sangat berpengaruh terhadap hasil
karya sastra. Berikut ii beberapa unsur ekstrinsik novel, yaitu :
1. Unsur Biografi
Unsur biografi merupakan unsur tentang latar belakang penulis, diantaranya
seperti tempat tinggal penulis, keluarganya, latar belakang pendidikannya,
lingkungannya dan lain sebagainya.
2. Unsur Sosial

Unsur sosial sangat erat hubungannya dengan kondisi masyarakat ketika karya
dibuat.

3. Unsur Nilai
Nilai yang ada dalam novel menjadi daya tarik bagi pembaca.

16
BAB III

METODE PENILITIAN

A. Variabel dan desain penelitian


 Variabel penelitian.
Variabel yang diamati dalam skripsi ini yaitu pandangan nilai-nilai sosial yang
terdapat dalam novel “KANGEN” pandangan yang dimaksud adalah pandangan
hidup artinya konsep-konsep yang dimiliki seseorang atau golongan masyarakat
yang dimaksud menanggapi dan menerangkan masalah dunia ini.
 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dari seperangkat teori yang
disesuaikan dengan bentuk penelitian yang dilakukan, penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan dengan menganalisis karya sastra yang berbentuk novel.
Penelitian ini merupakan rangkaian perencanaan sesuatu dengan
menggunakan metode ilmiah dan aturam-aturanya metode ini ditempuh melalui
analisis sebuah novel “KANGEN” karya Putu Deriska dengan berbagai literatur pada
buku-buku dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang
berkaitan dengan objek penelitia ini.
B. Devinisi operasional vriabel.
Devinisi operasional variabel digunakan untuk memperjelas nilai-nilai
kehidupan sosial yang melibatkan berbagai macam golongan atau sastra sosial dalam
ermasyarakat yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
C. Data dan sumber data
1. Data
Data adalah semua unsur atau hal yang berkaitan dengan penelitian Camirin,
(1986 : 30)
Adapun yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah nilai-nilai sosial,
pendidikan,yang terdapat dalam novel “ KANGEN” karya Putu Deriska.
2. Sumber Data
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah naskah novel “KANGEN”
karya Putu Deriska.

17
D. Teknik pengumpulan data
1. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data yang berkaitan dengan objek penelitian sangat pentng
keberadaannya untuk keberhasilan dalam penelitian. Data-data yang diperoleh
akan memberikan gambaran atau informasi yang terkait dengan kegiatan objek
penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaaan (Library reserach) melalui pebacaan sejumlah buku serta tulisan-
tulisan yang mempunyai hubungan dengan penelitian melalui majalah, surat
kabar, dan lain-lain dari peran datas diperoleh dua bentuk data yang saling
mendukung dan melengkapi, yaitu:
2. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari novel
“KANGEN” karya Putu Deriska.
3. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berupa penjelasan atau contoh yang dapat
membantu dan menunjang data primer.
4. Prosedur penelitian
Untuk menentkan suatu penelitian dilakukan sangat penting umtuk
menentukan langkah kegiatan yang akan ditempuh. Langkah-langkah yang
ditempuh dalam penelitian secara berurutan sebagai berikut :
1. Menentukan fokus penelitian.
2. Pembaca ojbjek yang akan diteliti.
3. Menemui sejumlah permasalahan yang muncul setelah memenuhi
permasalahan terhadap objek yang diteliti.
4. Membatasi dam merumusan permasalahan penelitian.
5. Merumuskan kesimpulan sementara terhadap permaslahan-
permasalahan yang muncul.

18
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Analisis terhadap novel “KANGEN” karangan Putu Deriska ini masih terbatas
pada penggambaran dan perwatakan dan konflik psikis satu tokoh saja, yaitu Denis
sebaga tokoh utama laki-laki. Disarankan ada penelitian selanjutnya terhadap novel
g”KANGEN” karya Putu Deriska untuk membahas keseluruhan tokoh yang ada di dalam
novel dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra.

Novel “KANGEN” karya Putu Deriskaini masih menyimpan berbagai kemungkinan


permasalahan menarik untuk diteliti. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan
perspektif yang berbeda seperti penelitian sosiologi sastra, struktural sastra dan
penelitian lainnya yang relevan.

19
20

Anda mungkin juga menyukai