Anda di halaman 1dari 27

Kandungan Nilai Pendidikan Dalam Novel Menyemai Cinta

Di Negeri Sakura
Sat, 07/03/2009 - 7:11pm AriIatun Nisaa
- Kandungan Nilai Pendidikan Dalam Novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa
Anggraeny dan Seriyawati -
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra adalah karya sastra imajinatiI bermedia yang nilai estetikanya bernilai dominan. Melalui
karya sastra seorang pengarang bermaksud menyampaikan inIormasi, gambaran atau pesan
tertentu kepada pembaca. Sesuatu yang disampaikan itu biasanya merupakan gagasan tentang
kehidupan yang ada disekitar pengarang.
Novel juga sebagai salah satu bentuk karya sastra yang dapat mengemukakan sesuatu secara
bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, melibatkan permasalahan yang lebih kompleks.
Bentuk-bentuk karya sastra itu biasanya berupa prosa, puisi dan drama, disebut sastra. Berdasar
sejarah perkembangan sastra di Indonesia, prosa dikelompokkan menjadi dua yaitu prosa lama
dan prosa baru, berupa cerpen dan novel. Semua karya sastra termasuk novel merupakan sesuatu
totalitas yang memiliki nilai seni. Totalitas itu dibangun oleh unsur-unsur pembangun yaitu dari
unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik karya sastra yaitu unsur-unsur yang berada dalam karya sastra itu sendiri dan
sebagai unsur pembangun dalam tubuh karya sastra itu.
Unsur intrinsik pada karya sastra meliputi tema, alur, penokohan, latar, suasana, gaya bahasa dan
sudut pandang. Analisis struktural bertujuan memaparkan dengan cermat Iungsi dan keterkaitan
antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.
Analisis struktural merupakan hubungan antar unsur yang bersiIat timbal balik, saling
menentukan, mempengaruhi yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh.
Membaca novel berupa nilai-nilai dalam hal ini adalah nilai pendidikan yang digunakan sebagai
cermin atau perbandingan dalam kehidupan.
Pada dasarnya karya sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan kembali pengamatan
dan pengalaman pengarang tentang peristiwa pada kehidupan yang menarik. Peristiwa-peristiwa
itu merupakan peristiwa nyata atau mungkin hanya terjadi dalam dunia khayal pengarang. Sastra
memiliki dunia sendiri. Suatu kehidupan yang tidak harus identik dengan kenyataan hidup.
Kesusastraan pada saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan menggembirakan.
Sepanjang sejarah kehidupan manusia, sastra akan terus bergerak, tumbuh dan berkembang.
Karya sastra adalah suatu hasil cipta manusia yang berdasarkan kenyataan dan diberi imajinasi
pribadi lewat media lisan maupun tulisan.
Pada hakekatnya karya sastra mempunyai dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Unsur Intrinsik adalah unsur pembangun yang terdapat didalam karya sastra itu
sendiri. Unsur Ekstrinsik adalah dunia luar karya sastra yang turut melatar belakangi dan
menunjang lahirnya karya sastra.
Novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati menceritakan
tentang seorang wanita yang tinggal di Jepang tepatnya di Nagoya. Dia selalu menjaga pendirian
islamnya. Dia bernama Ummu S menikah dengan pria pilihannya yang bernama Joy. Berharap
berkecukupan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun harapan itu hanyalah semu.
Selama di Nagoya dia berhasil menyebarkan agama islam pada warga Jepang yang minoritas
islam itu. Mereka tertarik dengan ajaran Ummu S hingga semua anggota berhasil membuat
wadah atau organisasi islamiyah di berbagai daerah di Nagoya. Ia pun mampu mengajak sang
suami menjadi muslim. Anak-anaknya pun senang menggeluti kegiatan rohani.
Membaca novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakura terlihat jelas bahwa meski berada jauh dari
keluarga dan sanak saudara, berada di negeri yang individualis dan tidak mempedulikan agama,
ia tetap menjaga islam dan mampu menarik masyarakat Nagoya untuk menjadi muslimin dan
muslimah. Tetap rutin beribadah menjalankan perintah Allah meski suara adzan lirih terdengar,
masyarakat yang hanya memikirkan karier dan segala sesuatu duniawiah saja.
Novel ini menitik beratkan pada aktivitas rohani, keteguhan seseorang terhadap agamanya yaitu
islam.
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Setiap orang melakukan kegiatan pasti mempunyai alasan-alasan tertentu sesuai dengan kegiatan
yang dilakukannya. Demikian juga dengan judul yang dikemukakan dalam penulisan ini yakni :
1. Novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura memiliki hikmah bahwa meski berada di Negeri
minoritas muslim, ia dapat mempertahankan dan menyebar islam dalam bentuk kegiatan muslim
yang makin mempererat ukhuwah islam.
2. Mengetahui unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam novel Menyemai Cinta di Negeri
Sakura dan mengambil kandungan nilai pendidikan didalamnya.
1.3 Tujuan Penulisan
Setiap kegiatan penulisan pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan dari penulisan ini
adalah :
1. Untuk mendikripsikan unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam novel Menyemai
Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati.
2. Untuk mengetahui nilai pendidikan dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya
Lizsa Anggraeny dan Seriyawati.
1.4 Pembatasan Masalah
Masalah-masalah yang diidentiIikasikan penulis tidak dapat dibahas semua mengingat
keterbatasan penulis dalam penulisan ini. Dalam penulisan ini hanya akan dibahas sebagai
berikut :
1. Analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya
Lizsa Anggraeny dan Seriyawati.
2. Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa
Anggraeny dan Seriyawati.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan. Data didapat dalam bentuk
tulisan, maka harus dibaca, disimak, hal-hal yang penting dicatat, kemudian juga mengumpulkan
dan mempelajari sumber tulisan yang dapat dijadikan acuan dalam hubungannya dengan obyek
yang akan diteliti.
Hasil pemahaman yang berupa cuplikan-cuplikan dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura
yang relevan dan diklasiIikasikan sesuai dengan Iungsinya. Untuk mengumpulkan data perlu
menggunakan tehnik-tehnik yang tepat dengan data yang hendak dicari atau dikumpulkan dalam
penulisan.
Adapun tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah non interaktiI, yaitu catatan
dokumen yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencari sumber data dan mengumpulkan sumber data yang dapat digunakan sebagai
pendukung penulisan.
2. Membaca dengan cermat dan teliti terhadap sumber data yang primer dan mencatat yang
penting berdasarkan kelompok kelas kata.
3. Mengumpulkan data-data sekunder dari buku-buku reIerensi dan novel.
4. Merangkai teori dengan catatan sehingga menjadi perangkat yang harmonis yang siap sebagai
landasan penulisan.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan atau renretan penulisan dari awal sampai akhir, tentang apa yang akan
penulis teliti agar dapat dijadikan pedoman dalam pembahasan.
Secara rinci, laporan hasil penulisan ini dibagi menjadi 5 bab, yaitu :
- Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, alasan
pemilihan judul, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode
pengumpulan data dan sistematika penulisan.
- Bab II Landasan teori yang meliputi pengertian novel, unsur pembangun novel, dan nilai
pendidikan dalam karya sastra.
- Bab III Pembahasan Masalah terdiri dari analisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel serta
sinopsis.
- Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sastra
Kata sastra dapat ditemukan diberbagai aspek dan konteks yang berbeda. Sastra merupakan
istilah yang luas. Sastra dapat dipandang sebagai sesuatu hasil yang dapat dinikmati, sastra juga
merupakan suatu yang erat hubungannya dengan ciri-ciri khusus suatu bangsa atau kelompok
masyarakat.
Kata kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta. Kata kesusastraan terbentuk dari kata susastra
dan imbuhan ke-an. Sedangkan kesusastraan itu sendiri masih dapat dipecah lagi yaitu su dan
sastra yang berarti tulisan atau karangan. Susastra berarti tulisan atau karangan yang indah dan
baik, berimbuhan ke-an berarti segala hal atau sesuatu yang berhubungan dengan sastra. Kata
kesusastraan dapat diartikan sebagai segala nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang
indah.
Sastra adalah ciptaan manusia kedalam bentuk sastra, baik tulisan maupun lisan yang dapat
menimbulkan rasa senang. Dalam Teory OI Literature karangan Rene Wellek dan Austin Werren
dalam teori kesusastraan menyatakan ciri-ciri atau siIat-siIat kesusastraan antara lain: Iiction
(rekaan), imagination (daya angan) dan invention (daya cipta).
Dalam membaca dan memahami karya sastra kita selalu menghadapi keadaan yang paradoksal.
Pada satu pihak sastra merupakan keseluruhan yang bulat, otonomi, disisi lain tidak berIungsi
dalam situasi kosong.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan tentang pengertian sastra. Sastra adalah karya
imajinatiI bermedia bahasa yang nilai atau unsur estetikanya dominan.
2.2 Pengertian Karya Sastra
Sesuatu yang disampaikan oleh sastrawan dalam karyanya adalah tentang manusia dengan segala
macam perilakunya. Kehidupan manusia tersebut diungkapkan lengkap dengan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Oleh karena itu, karya sastra dapat menambah kekayaan batin setiap
hidup dan kehidupan ini. Karya sastra mampu menjadikan manusia memahami dirinya dengan
kemanusiaannya.
Setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini terkandung nilai atau hikmah yang dapat kita
petik manIaatnya. Untuk dapat menangkap nilai-nilai tersebut diperlukan kepekaan dan keariIan.
Bagi orang awam hal yang mungkin tidak dapat menjadi semangat berarti bagi pengarang.
Sesuatu yang dianggap tidak berarti oleh masyarakat itu diolah oleh pengarang kemudian
diwujudkan kembali dalam bentuk karya sastra.
Karya sastra memiliki Iungsi ganda yaitu sebagai hiburan sedangkan disisi lain berusaha
memberikan nilai-nilai yang bermanIaat bagi kehidupan.
Fungsi karya sastra bagi hidup dan kehidupan ke dalam lima kelompok, yaitu :
1. Fungsi RekreatiI yaitu karya sastra dapat memberikan rasa senang, gembira serta menghibur
para pembaca.
2. Fungsi Estetis yaitu karya sastra itu indah, secara otomatis karya sastra akan memberi
keindahan bagi penikmatnya.
3. Fungsi DidaktiI yaitu karya sastra yang baik biasanya mampu mengarahkan dan mendidik
para pembaca karena nilai-nilai kebenaran yang terkandung didalamnya.
4. Fungsi Moralitas artinya karya sastra yang baik biasanya selalu mengandung nilai-nilai moral
yang tinggi. Dengan begitu pembaca akan tahu bagaimana moral yang baik dan buruk bagi
dirinya.
5. Fungsi Religiusitas yaitu karya sastra mengandung ajaran-ajaran agama yang harus dan wajib
diteladani oleh para penikmatnya.
Sasaran karya sastra bukanlah pikiran penikmat, melainkan perasaan. Karya sastra tidak
bermaksud agar penikmat tahu yang dikomunikasikan, melainkan mengajak apa yang dirasakan
pengarang.
Karya sastra merupakan kehidupan buatan atau rekaan sastrawan. Kehidupan di dalam karya
sastra adalah kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap penulisnya, latar belakang
pendidikannya, keyakinannya, dan sebagainya.
Karya sastra merupakan wujud ungkapan perasaan pengarang. Jika dilihat dari siIatnya, sastra
merupakan karangan Iiksi atau non ilmiah. Seperti juga karangan lain, karya sastra dibuat
pengarang dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada pembacanya. Hanya
karena siIat dasarnya yang berbeda dengan karangan lain, maka sesuatu yang dikomunikasikan
tersebut juga berbeda. Macam karya sastra antara lain :
1. Novel
Istilah tentang novel antara Negara satu dengan Negara lain beragam. Dalam Bahasa jerman
disebut Novelle. Sedangkan dlam bahasa perancis disebut Nouvelle. Kedua istilah tersebut
dipakai dalam pengertian yang sama yaitu prosa yang agak panjang dan sederhana karena hanya
menceritakan maksud kejadian yang memunculkan suatu konIlik yang mengakibatkan adanya
perubahan nasib pelakunya.
Beberapa pendapat mengenai novel dikemukakan oleh para ahli sastra. Namun sampai saat ini
belum ada patokan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Novel dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita
dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam.
Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu
dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat
manusia.
Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa
2. Terjadinya konIlik hingga menimbulkan perubahan nasib
3. Terdapat beberapa alur atau jalan cerita
4. Terdapat beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita
5. Perwatakan atau penokohan dilukiskan secara mendalam
Novel ialah suatu cerita dengan alur panjang mengisi satu buku atau lebih yang Mengarang
kehidupan manusia yang bersiIat imajinatiI The Advanced Meaner OI Current English,
menceritakan kehidupan manusia hingga terjadinya konIlik yang dapat menyebabkan perubahan
nasib bagi para pelakunya.
ManIaat dari membaca novel adalah memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-
kebenaran hidup ini. Selain itu dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin, memberikan
penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui, serta dapat menolong pembacanya
menjadi manusia yang berbudaya. Hasil cipta sastra akan selalu berbicara masalah manusia
dengan segala permasalahan hidupnya, baik hubungan manusia dengan manusia, manusia
dengan lingkungannya maupun manusia dengan penciptaNya.
Hasil karya sastra novel mengandung keindahan yang dapat menimbulkan rasa senang, nikmat,
terharu, menarik perhatian, menyegarkan perasaan pembaca, pengalaman jiwa yang terdapat
dalam karya sastra memperkaya kehidupan batin manusia khususnya pembaca.
2. Cerpen
Cerpen mengalami perkembangan yang sangat pesat ketika masa penjajahan jepang. Pada masa
itu segala sesuatu dituntut serba singkat dan cepat. Karena pengaruh suasana, maka dalam
mengutarakan perasaannya pengarang juga mengikuti keadaan. Pengarang mengutarakan segala
sesuatu secara singkat dan memilih medianya yaitu bentuk cerpen.
Cerpen singkatan dari cerita pendek. Oleh karena itu bentuknya yang pendek, maka yang
ditampilkan oleh cerpen hanyalah sebagian saja dari kehidupan yang dialami oleh tokoh cerita.
Sebuah cerpen pada dasarnya menuntut adanya perwatakan yang jelas. Tokoh merupakan pusat
sorotan dalam cerita. Unsur penokohan dalam cerpen terasa lebih dominan, daripada unsur yang
lain. Dengan membaca cerpen seorang pembaca akan memahami karakter tokoh cerita yang
dimiliki. Jadi, membaca cerpen tidak sekedar mengetahui jalan cerita tetapi mengetahui manusia
dengan siIat-siIatnya.
Suatu hasil sastra dapat dikategorikan ke dalam cerita pendek harus dilihat dari ruang lingkup
permasalahan yang ditampilkan dalam karya sastra tersebut. Biasanya cerpen hanya akan
menampilkan suatu pokok permasalahan saja dalam cerita. Karena permasalahan yang
ditampilkan hanya satu atau permasalahannya tunggal, maka tidak memungkinkan tumbuhnya
digresi dalam cerita pendek. Cerpen yaitu kisahan yang memberi kesan tunggal yang dominant
tentang suatu tokoh dalam latar dan satu situasi dramatik.
Predikat pendek pada kata cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk
mewujudkan cerita itu atau sedikitnya tokoh yang terdapat dalam cerita itu, melainkan lebih
disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra
tersebut. Jadi, sebuah cerita pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerita pendek
apabila ruang lingkup permasalahan yang persyaratan yang dituntut oleh cerita pendek.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cerpen hanya menceritakan
permasalahan tunggal. Mengenai jumlah halaman tidak akan berpengaruh banyak terhadap jenis
karya sastra ini. Cerita yang pendek belum tentu cerita pendek dan cerita agak panjang pun
kadang-kadang dapat dikategorikan sebagai cerpen jika permasalahannya tunggal. Oleh karena
permasalahannya tunggal, maka cerpen cenderung pendek.
Perbedaan antara Novel dan Cerpen :
Novel : Terjadi konIlik batin
Cerpen : Tidak harus terjadi
Novel : Perwatakan digambarkan secara detail
Cerpen : Perwatakan digambarkan secara singkat
Novel : Alur lebih rumit
Cerpen : Akhir ceritanya sederhana
Novel : Latar lebih luas dan waktunya lebih lama
Cerpen : Latar hanya sebentar dan terbatas
Novel : Novel lebih panjang karangannya daripada cerpen
Cerpen lebih pendek karangannya
Novel : Unsur-unsur cerita dalam novel lebih kompleks dan beragam dibandingkan cerpen
Cerpen : Unsur cerita dalam cerpen relative sederhana dan pasti tunggal
Novel : Novel minimal halamannya adalah 100 halaman
Cerpen : Cerpen halaman maksimal 30 kuarto
Novel : Jumlah kata dalam novel minimal 35.000 kata
Cerpen : Jumlah kata dalam cerpen maksimal 10.000 kata
Novel : Lama untuk membaca novel kira-kira 30-90 menit
Cerpen : Waktu yang dibutuhkan untuk membaca cerpen hanya 10 menit
Persamaan antara Novel dan Cerpen :
1. Keduanya sama-sama prosa baru
2. Mengandung unsur intrinsik
3. Sama-sama termasuk karya sastra
4. Sama-sama termasuk cerita Iiksi
3. Puisi
Puisi yaitu salah satu bentuk/ ragam sastra yang diwujudkan dengan kata-kata/bahasa yang indah
dan padat yang mengandung nilai-nilai.
Jika dilihat dari isinya puisi terdiri atas berbagai macam diantaranya yaitu Elegi, Balada dan
Ode. Jika dilihat berdasarkan zamannya, puisi dikelompokkan menjadi 3 yaitu puisi lama, puisi
baru dan puisi modern.
Puisi lama biasanya masih sangat mementingkan masalah rima, irama dan aturan-aturan yang
lain. Yang termasuk puisi lama yaitu syair, pantun, gurindam dan seloka. Puisi baru sudah mulai
meninggalkan aturan-aturan dalam puisi lama. Hanya saja
dalam puisi baru masih memperhatikan jumlah baris dalam tiap baitnya. Karya sastra puisi baru
antara lain: distikon, tersina, kuartren dan sebagainya.
Puisi modern sudah jelas dari segala aturan seperti yang mengikat pada puisi lama. Puisi modern
biasanya mengutamakan isi daripada bentuknya. Misalnya rima, irama dan yang lainnya menjadi
aturan dalam puisi lama tidak lagi diperhatikan dalam penyusunan puisi modern. Meskipun
dalam puisi modern telah bebas dari segala aturan seperti yang mengikat pada puisi lama. Tetapi
ia tetap berbentuk puisi yang memiliki perbedaan dengan karya sastra yang lain. Karya sastra
puisi tetap menggunakan bahasa yang singkat dan padat.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Analisis Unsur Intrinsik Novel
3.1.1 Alur/ Plot
Alur adalah penceritaan rentetan peristiwa yang penekanannya ditumpukan kepada sebab-akibat.
Untuk merangkai peristiwa-peristiwa menjadi kesatuan yang utuh, pengarang harus menyeleksi
kejadian mana yang perlu dikaitkan serta mana yang kiranya harus dipenggal ditengah-tengah.
Hal yang demikian berguna untuk lebih menghidupkan cerita menjadi menarik sehingga
pembaca berambisi terus untuk menekuninya.
Alur dalam cerita kadang sulit untuk dicari karena tersembunyi dibalik jalan cerita. Namun, jalan
cerita bukanlah alur. Jalan cerita hanyalah maniIestasi bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur
cerita. Dengan mengikuti jalan cerita maka dapat ditemukan alur.
Alur bisa dengan jalan progresiI (alur maju) yaitu dari awal, tengah, dan akhir terjadinya
peristiwa. Tahap progresiI bersiIat linier. Jalan regresiI (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir
cerita, menuju tahap tengah atau puncak dan berakhir pada tahap awal. Tahap regresiI bersiIat
non linier. Ada juga tehnik pengaluran Ilash back (sorot balik) yaitu tahapannya dibalik seperti
halnya regresiI. Flash back mengubah tehnik pengaluran dari progresiI ke regresiI. Selain yang
tersebut diatas ada juga tehnik alur yang lain yaitu tehnik tarik balik (back tracking) yang dalam
tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang.
Alur adalah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak
hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting ialah menjelaskan mengapa hal
itu terjadi, dengan sambung-sinambungnya peristiwa ini terjadilah sebuah cerita. Sebuah cerita
bermula dan berakhir. Antara awal dan akhir ini lah terlaksana alur itu. Tentu sudah jelas, alur itu
mempunyai pula bagian-bagiannya yang sederhana dapat dikenal sebagai permulaan, pertikaian
dan akhir.
Walaupun cerita rekaan berbagai macam contoh, ada pola-pola tertentu yang hampir selalu
terdapat dalam sebuah cerita rekaan, yang disebut struktur umum alur, yang digambarkan
sebagai berikut :
1. paparan (exposition)
Awal 2. rangsangan (inciting moment)
3. gawatan (rising action)
4. tikaian (conIlict)
Tengah 5. rumitan (complication)
6. klimaks (climax)
7. leraian (Ialling action)
Akhir 8. selesaian (denouement)
Berdasarkan teknik pengaluran, novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura menggunakan alur
sorot balik (Ilash back), yaitu urutan tahapannya dibalik seperti regresiI. Sorot balik dapat
terlihat dalam kutipan berikut :
'Hari itu aku pergi berbelanja ke Supermarket yang agak jauh dari rumahku.. (Lizsa, 2007
:166).
'Kejadian itu telah berlalu beberapa tahun, tetapi masih membekas kuat dalam ingatan. Karena
aku tak tahu mengapa pertanyaan seperti itu terlontar. Hingga kini ku tak tahu jawabnya..
(Lizsa, 2007 :190).
3.1.2 Penokohan/ Perwatakan/ Karakter
Penokohan merupakan proses yang digunakan pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh pelaku
cerita serta siIat atau gambaran yang berkenaan dengannya.
Tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peran yang berbeda-beda.
Menurut Iungsinya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu :
Tokoh Sentral yaitu tokoh yang menentukan gerak dalam suatu cerita.
Tokoh Utama yaitu tokoh yang mendukung suatu cerita baik tokoh protagonis maupun
antagonis.
Tokoh Pembantu yaitu tokoh yang hanya berIungsi melengkapi terjadinya suatu cerita.
Menurut perannya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu :
Tokoh Protagonis yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca.
Tokoh Antagonis adalah pelaku yang tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang tidak
sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca.
Tokoh Tritagonis adalah pelaku yang membantu dalam suatu cerita, baik tokoh protagonis
maupun antagonis.
Penyajian watak dan tokoh serta penciptaan citra tokoh terdapat beberapa metode, masing-
masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Ada kalanya Pengarang melalui penceritaan
mengusahakan siIat-siIat tokoh, pikiran, hasrat dan perasaannya. Kadang menyisipkan komentar
pernyataan setuju tidaknya akan siIat-siIat tokoh itu.
Secara garis besar dapat mengenal watak para tokoh dalam sebuah cerita yaitu melalui apa yang
diperbuatnya melalui ucapan-ucapannya, melalui penggambaran Iisik seorang tokoh, melalui
pikiran-pikirannya dan melalui penerangan langsung dari pengarang.
Penokohan adalah penampilan watak atau karakter para tokoh oleh pengarang.
Penampilan watak yang dilakukan oleh pengarang ada tiga macam cara yaitu :
Cara Analitik yaitu pengarang secara langsung memaparkan watak tokoh-tokohnya. Misalnya,
pengarang menyebutkan watak tokoh yang pemarah, otoriter, sombong, kasar, dan sebagainya.
Cara Dramatik yaitu watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran, cakapan, perilaku tokoh,
bahkan penampilan Iisik, lingkungan atau tempat tokoh, cara berpakaian dan pilihan nama tokoh,
dan sebagainya.
Cara Campuran yaitu gambaran watak tokoh menggunakan cara Analitik dan Dramatik secara
bergantian.
Dalam novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakura, cara yang digunakan pengarang untuk
menampilkan watak tokoh dalam ceritanya, menggunakan cara Analitik. Pengarang memaparkan
watak tokoh-tokohnya yang ditunjukkan pada kutipan berikut ini :
'Joy, seorang suami yang otoriter (perintah yang mutlak tidak boleh dilanggar). Namun, disisi
lain sebenarnya ia sangat menyayangi istrinya yaitu Ummu S. ( Lizsa, 2007 :17).
'Ummu S, istri Konsulat Bosnia. Lahir dan besar sebagai seorang muslim. Namun, tergerak hati
untuk belajar agama di usia senja. Ia seorang ibu rumah tangga, sabar dan pengalah. (Lizsa,
2007 :15)
'Saya percaya, galaknya mertua, cerewetnya mertua atau cap miring apalah yang ada pada
mertua, tidak lebih semata-mata karena mereka pun adalah manusia. Hamba Allah yang tak lepas
dari siIat baik dan buruk. Namun ada kalanya ibu mertua seperti sahabat yang bisa diajak curhat.
Kalaupun ada pergesekan,saya anggap hal yang wajar tak perlu dimasukkan dalam hati. (Lizsa,
2007: 68-69).
Berdasarkan Iungsinya, tokoh dalam novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakura menampilkan
tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh utama yang protagonis adalah Ummu S, semenjak dalam
perantauan negeri Sakura, Nagoya yang individualis, seorang suami yang otoriter. Namun ia
tetap tegar dan tabah. Yang akhirnya ia berhasil menarik warga masyarakat Nagoya untuk
mengenal islam. Hingga semua berhasil membangun organisasi islamiah di berbagai daerah.
Anak-anaknya pun ikut serta menggeluti islam serta suaminya pun mau untuk beragama islam
dan berubah menjadi sosok yang penyayang.
Tokoh Antagonis adalah Joy suami Ummu S sendiri. Ia tidak setuju dengan agama yang dianut
Ummu S yaitu Islam. Dia berusaha mempengaruhi Ummu S untuk melepas jilbab kemana pun ia
pergi. Akan tetapi Ummu S mampu mengelak dengan berbagai akal untuk menjawabnya.
Pernyataan tersebut terdapat dalam kutipan dibawah ini :
'Sudah. Lepas aja tutup kepalanya itu.katanya. (Lizsa, 2007: 106)
'Kalau bisa, jangan pakai itu, kata suamiku kedua kalinya. Liat tuh di TV, orang Islam ngebom
Inggris, katanya pula. Dia masih mencoba menggoncangkan kemantapan hatiku.. (Lizsa,
2007: 107)
Tokoh bawaannya yaitu Kiki, Yosh, Chi-chi, Mertua Ummu S, Shota dan Takahashi. Disebut
tokoh bawaan karena kemunculannya berIungsi untuk mendukung tokoh utama, walaupun
sebagian ada hubungannya dengan tokoh utama. Dilihat dari cara menampilkan tokoh, dalam
novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakuramenggunakan tokoh bulat. Pengarang menampilkan
tokoh protagonist Ummu S selain menyoroti siIat baik, sabar, tabah, rajin sembahyang dan
penolong, juga menyoroti siIatyang tidak baik, tidak mensyukuri nikmat Allah yang diberikan
kepadanya.
3.1.3 Latar/ Setting
Latar adalah tempat suatu peristiwa dalam cerita yang bersiIat Iisikal biasanya berupa waktu,
tempat dan ruang. Termasuk didalam unsur latar adalah waktu, hari, tahun, periode sejarah, dan
lain-lain.
Latar cerita mencakup kerengan-keterangan mengenai keadaan sosial dan tempat dimana
peristiwa itu terjadi.
Fungsi latar selain memberi ruang gerak pada tokoh juga berIungsi untuk menghidupkan cerita.
Dalam latar ini, pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa yang selain
berkaitan untuk membangun cerita yang utuh.
Kemunculan latar dalam cerita disebabkan adanya peristiwa, kejadian, juga adanya tokoh. Tokoh
dan peristiwa membutuhkan tempat berpijak, membutuhkan keadaan untuk menunjukkan
kehadirannya.
Latar dalam novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakurameliputi aspek waktu, ruang dan suasana.
1. Waktu
Novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakura menggunakan istilah waktu dalam cerita seperti pagi,
sore, malam, sekian hari, sekian minggu, sekian bulan dan sebagainya. Terlihat dalam kutipan
berikut :
'Dua minggu kebelakang saya mendapat kabar gembira dari seorang sahabat melalui telepon.
(Lizsa, 2007: 16)
'...Kejadian tersebut telah berlalu lewat dari 10 tahun. Meski kini tak pernah lagi mengejar bus
jurusan ini. Namun peristiwanya masih lekat dibenak. (Lizsa, 2007: 43)
2. Tempat
Tempat yang digunakan dalam novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakuradi Negara Jepang
tepatnya di Nagoya. Tempat tinggal Ummu S setelah menikah dengan Joy. Terlihat dalam
kutipan berikut :
'Di Nagoya tempat tinggal saya ada kegiatan pengajian keluarga yang dilaksanakan tiap hari
ahad pekan ke dua. (Lizsa, 2007: 192)
3. Suasana
Suasana yang tergambar dalam novel ini adalah suasana kota Nagoya yang Individualis. Negara
sekuler yang tak peduli akan keberadaan agama. Kehidupan bebas, hedonisme, serta
mementingkan karier duniawiah saja.
3.1.4 Gaya bahasa
Bahasa dalam karya sastra mempunyai Iungsi ganda. Ia tidak hanya sebagai alat penyampaian
maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampaian perasaan. Pengarang dalam
menyampaikan tujuannya dapat menggunakan cara-cara lain yang tidak kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Cara-cara tersebut misalnya dengan menggunakan perbandingan-
perbandingan, menghidupkan benda-benda mati, melukiskan sesuatu keadaan dan menggunakan
gaya bahasa yang berlebihan.
Usaha atau tindakan yang dilakukan sastrawan agar pendengar atau pembaca tertarik dan
terpengaruh oleh gagasan yang disampaikan melalui tuturnya dengan pemilihan bahasa,
pemakaian ulasan, dan pemanIaatan gaya bertutur Bahasa dalam novel ini menggunakan bahasa
tak baku. Bahasa yang tidak sesuai dengan EYD. Terdapat dalam kutipan berikut :
'Nggak..nggak suka ah,kata Kiki dengan wajah tak suka. (Lizsa, 2007:130)
'Ah..masih agak sepi, nih, batinku senang. (Lizsa, 2007: 119)
Sementara gaya bahasa antara lain meliputi :
PersoniIikasi
Perbandingan MetaIora
Alegori
Perumpamaan
Majas Hiperbola
Pertentangan Ironi
Litotes
Metonimia
Pertautan Alusio
EuIimisme
Sinekdok
Parsprototo Totemproparte
Serta menggunakan gaya bahasa personiIikasi yaitu membandingkan benda yang tercantum
dalam kutipan berikut :
'..suara hati yang satu makin menonjolkan dorongannya.
'Tapi aku ragu, dan sedikit takut kalau nanti tak berjalan lancar.., bisik hati yang lain. (Lizsa,
2007: 118)
3.1.5 Amanat
Amanat adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang. Amanat
dipakai pengarang untuk menyampaikan tanggung jawab problem yang dihadapi pengarang
lewat karya sastra. Amanat merupakan pesan atau gagasan yang mendasar yang dituangkan
pengarang dalam karyanya untuk memecahkan peristiwa yang terjadi.
Istilah amanat berarti pesan. Amanat cerita merupakan pesan pengarang kepada pembaca atau
publiknya. Pesan yang hendak disampaikan mungkin tersurat. Tetapi mungkin juga tidak jelas,
samara-samar atau tersirat.
Amanat yang terdapat dalam novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakura adalah :
'Hendaknya seseorang bersabar dalam segala hal menghadapi cobaan hidup, tetap
mempertahankan islam diri di Negara yang minoritas Islam, hura-hura, hedonisme dan
sebagainya. Dan setidaknya kita mampu mengajak non muslim atau orang-orang tak beragama
untuk bergabung masuk islam dengan teknik pengajaran yang menarik.
Inilah amanat yang dapat penulis ambil dari novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakurakarya
Lizsa Anggraeny dan Seriyawati yang diambil secara tersirat.
3.1.6 Tema
Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita tetapi mau mengatakan suatu
hal pada pembacanya. Sesuatu yang ingin dikatakan itu bila suatu masalah kehidupan,
pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau karakter terhadap kehidupan ini. Kejadian dan
perbuatan tokoh cerita, semua didasari oleh ide dari pengarang.
Berdasarkan keterangan diatas dan dengan membaca novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura
karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati mengisahkan pelaku utama yaitu Ummu S atau Mrs A,
dengan segala permasalahan yang dihadapi maka akan ditemukan ide dasar cerita atau tema yang
terkandung didalam karya sastra tersebut.
Adapun tema dari novel ini ialah keteguhan hati dan pendirian agama dalam negeri perantauan.
3.1.7 Sudut Pandang/ Point OI View
Sudut Pandang ialah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan.
Sudut Pandang merupakan hasil karya seorang pengarang sehingga terdapat pertalian yang erat
antara pengarang dengan karyanya.
Sudut Pandang/ Point OI View menyarankan pada cara sebuah cerita kisahan. Ia merupakan cara
atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan,
latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya Iiksi kepada pembaca.
Pusat pengisahan meliputi : narrator omniscient,narrator observer, narrator observer omniscient,
serta narrator the third person omniscient.
Sudut Pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan ke dalam 2 macam : persona
pertama, gaya 'aku, dan persona ketiga, gaya 'dia.
Pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam cerita, atau darimana dia
melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu.
Lizsa Anggraeny dan Seriyawati menceritakan para pelaku dalam novel adalah pengarang
sebagai orang pertama dengan kata aku atau ku untuk tokoh utama. Dapat dilihat dalam kutipan
berikut :
'Aku menguatkan diri sendiri dengan menceramahi diri, mengolok diri dan mempertanyakan
langkah-langkahku selama ini. ( Lizsa, 2007: 109)
'Disinilah, cintaku bersemi dan makin mekar kepadaNya. Yang kuharap hanyalah cintaNya.
(Lizsa, 2007: 109)
3.2 Analisis Unsur Ekstrinsik Novel
Dalam karya sastra, nilai-nilai pendidikan yang disampaikan penciptaannya dimuat didalamnya.
Hasil karya sastra, pengarang tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya saja tetapi
secara implisit juga mempunyai maksud dorongan, mempengaruhi pembaca untuk memahami,
menghayati dan menyadari masalah serta ide yang diungkapan termasuk nilai-nilai pendidikan
yang terdapat didalam karya sastra tersebut. Pembaca bisa mengambil nilai-nilai pendidikan
yang terdapat didalamnya.
Pembaca karya sastra bisa mengambil pelajaran serta hikmah, nilai-nilai dan contoh-contoh dari
karya sastra yang dibacanya dengan penuh kesadaran sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan dan pengajaran sastra jika ditangani dengan bijaksana, akan
membawa kita dan anak-anak didik ke dalam kontak dengan pikiran-pikiran dan kepribadian-
kepribadian besar dunia. Para pendidik dan pemikir besar dari berbagai zaman.
Unsur kepribadian dapat dilatih melalui pendidikan dan pengajaran sastra, meliputi :
1. Penginderaan (Sensory)
Dalam pengambangan aspek ini studi sastra dapat digunakan untuk memperluas jangkauan dari
semua unsure penginderaan klasik yaitu pengliatan, pedengaran pengecap, pembau, sentuhan,
perabaan, pembeban.
2. Kecerdasan (intellect)
Bentuk pendidikan yang paling bernilai adalah yang telah mengajarkan para siswa untuk
memecahkan masalah bagaimana memperoleh kebenaran-kebenaran yang memungkinkan.
Untuk dapat menguji derajat atau peringkat keberhasilannya. Adapun sastra mengandung hal-hal
yang menjadi tuntutan dalam dunia pendidikan tersebut.
3. Perasaan (Ieel)
Sastra memberikan kepada kita sesuatu cakupan situasi dan kegawatan yang luas yang seakan-
akan menstimulasi beberapa jenis respondensi emosional dan juga bahwa dalam keseluruhannya
penulis sastra lazim menyajikan situasi-situasi itu dalam cara-cara yang memungkinkan kita
untuk mengeksplorasi, mengkaji dalam perasaan kita dalam suatu cara kemanusiaan yang layak.
4. Kesadaran Sosial
Sastra berIungsi menghasilkan suatu kesadaran konprehensip terhadap orang lain. Penulis-
penulis sastra modern, termasuk penulis sastra Indonesia, telah banyak berbuat untuk
merangsang minat dan simpati pada masalah-masalah kegagalan, ketidak beruntungan,
ketertindasan, ketidakberhasilan, pengucilan. Rasa hina dan sakit hati, yaitu mereka yang
memerlukan protes.
5. Kesadaran Religius
Baik suka maupun tidak suka, apakah kita tahu betul atau tidak, segala pikiran dan perbuatan kita
secara rutin didasarkan beberapa asumsi positiI dan semua kecerdasan manusia pada abad ini,
termasuk manusia Indonesia akan selalu didasarkan pada pragmatisme kehidupan mereka yang
lebih daripada diatas landasan rohaniah atau spiritual yang rapuh.
Berdasarkan uraian diatas, nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel 'Menyemai
Cinta di Negeri Sakuradapat dikaji dan dianalisis.
Unsur Ekstrinsik novel adalah unsur yang berasal dari luar cerita. Meliputi nilai religi, nilai
susila atau nilai estetika serta nilai sosial dan sebagainya.
Karya sastra mengandung nilai-nilai pendidikan yang tergantung pada pengertian yang didapat
pembaca lewat karya sastra yang dipahami. Nilai-nilai pendidikan tersebut didapat dalam novel
'Menyemai Cinta di Negeri Sakura meliputi :
1. Nilai Religi/ Nilai Agama
Agama adalah risalah yang disampaikan Allah kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia
dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dan tanggung
jawab kepada Allah, dirinya sebagai hamba Allah, manusia dan masyarakat serta alam
sekitarnya.
Agama dan pandangan hidup kebanyakan orang menekankan kepada ketentraman batin,
keselarasan dan keseimbangan serta sikap menerima terhadap apa yang terjadi. Pandangan hidup
yang demikian jelas memperhatikan bahwa apa yang dicari adalah kebahagiaan jiwa, sebab
agama adalah pakaian hati, batin atau jiwa. Kesadaran religius dalam upaya mengembangkan
kepribadian melalui pendidikan dan pengajaran.
Nilai religius dalam novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakura antara lain :
Salah satu keindahan itu adalah saya semakin menghargai gaungan gema adzan. Ketika masih
berada ditanah air, dimana suara adzan sangat mudah di dengar.
Di bulan Ramadhan amalan sunnah dihitung sebagai amalan Iardlu diberi ganjaran 700X lipat.
Puasa Iisabilillah akan dijauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 tahun. Puasa Ramadhan
akan memberi syaIaat di yaumil akhir.
Terbukanya pintu surga Al-Rayyan bagi orang-orang yang berpuasa. Juga menghapus dosa-dosa
yang lalu. (Lizsa, 2007: 188)
Kegiatan para tokoh memberi nilai religius dapat terlihat dalam kutipan berikut:
...Allah membimbingnya untuk datang ke sebuah pengajian keliling di daerahnya..(Lizsa,
2007: 17-18)
Di Nagoya kota tempat tinggal saya ada kegiatan pengajian keluarga yang dilaksanakan tiap hari
ahad pekan kedua. Acara itu diadakan dirumah salah satu keluarga secara bergantian tiap
bulannya. (Lizsa, 2007: 192)
2. Nilai Estetika
Semua karya sastra atau karya seni memiliki keindahan apabila terdapat keutuhan antara bentuk
dan isi, keseimbangan dan keserasian penampilan dari karya seni yang lain. Nilai keindahan akan
tampak lebih relatiI, jika yang kita perhatikan adalah penilaian atau penghargaan terhadap sastra
itu.
Sastra sebagai cabang seni akan melengkapi sentuhan estetis dengan mengembangkan aspek rasa
ini demi sempurnanya aspek keindahan dalam sastra, yang dihubungkan dengan tehnik cerita,
gaya bahasa, unsur-unsur yang lain sebagai variasinya. Nilai estetika adalah nilai kesopanan dan
budi pekerti atau akhlak. Nilai susila adalah yang berkenan dengan tata krama atau disebut
beradab.
Nilai susila atau estetika dapat terlihat dalam kutipan berikut :
'Saya mendengar itu hanya bisa ikut tersenyum geli. Tapi tidak demikian dengan ibu dari sang
anak tersebut. Mimik sang ibu terlihat kaget. Ia langsung mendekati saya dan berkata,
MaaI.maaIkan anak saya.maaI ,ujar sang ibu.
Bagi setiap orang yang melakukan suatu kesalahan hendaknya segera mengucap maaI, itu adalah
cara berperilaku yang baik. Terdapat kata membungkukkan badan, bagi orang Indonesia
terutama Jawa itu menunjukkan sikap yang sopan dan menghormati orang lain.
3. Nilai Sosial
Keadaan seseorang sebagai individu tidak terlalu penting. Tetapi individu ini secara bersama
membantu masyarakat yang selaras akan menjamin kehidupan yang lebih baik bagi masing-
masing individu. Manusia tidak bisa lepas hidup sendiri terpisah dari yang lainnya. Lebih-lebih
bila seseorang belum mampu menyelesaikan kebutuhan jasmaninya sendiri walaupun itu yang
paling sederhana, seperti seorang anak kecil yang belum mampu mengerjakan sendiri
untuk mencukupi kebutuhannya seperti misalnya mandi, makan, berpakaian, dan sebagainya
tanpa bantuan orang lain baik itu ayah, ibu maupun kakaknya.
Dalam novel ini banyak terlihat interaksi sosial yang terjadi. Antara lain : suasana kebersamaan,
saling membantu, menghargai, menghormati dan menyayangi satu sama lain dalam mengerjakan
sesuatu akan menghasilkan hal positiI. Hal inilah yang dinamakan nilai kerukunan atau nilai
sosial.
Manusia perlu dihargai, dihormati dan diperlakukan secara layak. Sudah sepantasnya kita
menghargai jerih payah dan keinginannya untuk membantu tugas rumah tangga meski tanpa
adanya limitasi pekerjaan. (Lizsa, 2007: 74)
4. Nilai Moral
Moral merupakan tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari nilai baik-buruk, benar dan
salah berdasarkan adapt kebiasaan dimana individu itu berada.
Pesan-pesan moral yang terdapat pada novel 'Menyemai Cinta di Negeri Sakura ini bisa
diambil setelah membaca dan memahami isi ceritanya. Penulis menemukan segi positiI dan
negatiInya. Kedua hal itu perlu disampaikan, sebab kita dapat memperoleh banyak teladan yang
bermanIaat. Segi positiI harus ditonjolkan sebagai hal yang patut ditiru dan diteladani. Demikian
segi negatiI perlu juga diketahui serta disampaikan kepada pembaca. Hal ini dimaksudkan agar
kita tidak tersesat, bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk. Seperti halnya orang
belajar. Ia akan berusaha untuk bertindak lebih baik jika tidak tahu hal-hal yang buruk dan tidak
pantas dilakukan.
Nilai Moral dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura, Jadilah seseorang yang menyemai
cinta pada-Nya meski berada dalam perantauan.
3.3 Sinopsis
Cerita menggambarkan tentang kehidupan Mrs A atau Ummu S, hidup di negeri Sakura dengan
keislamannya. Menikah dengan pria pilihannya dengan harapan hidup berkecukupan dan
bahagia. Namun, ternyata kebahagiaan itu hanya semu. Istri identik dengan pembantu bagi
suami. Perlakuan kasar secara Iisik/ melalui ucapan yang melukai hati. Sering terlontar dari laki-
laki yang menjadi Qawwam baginya. Perintah-perintah otoriter yang mutlak tak dapat dilanggar.
Lemahnya iman dan tak kuatnya dasar pijakan Ruhiyah, menyebabkan dia terombang ambing
dalam kehidupan.
Ia seorang ibu rumah tangga, yang dianggap remeh ternyata tak sesederhana yang dibayangkan.
Melewati tahun pernikahan ke-8 sudah tak terhitung berapa banyak pertanyaaan sejenis tapi
Ummu S belum bisa menjawab.
Masalah klasik ketidakcocokan antara mertua dan menantu sering terjadi setelah pernikahan.
Yang awalnya begitu baik hati dan dirasa lebih perhatian daripada ibu kandungnya sendiri.
Seiring berjalannya waktu. Suatu hari ketika memandang cermin. Ummu S merasa banyak
kekurangan dalam tubuhnya. Hidung yang tidak mancung *(pesek Bahasa Jawa), bulu mata
yang tidak lentik, serta berbagai titik minus lainnya yang menimbulkan kekecewaan dalam diri,
menimbulkan organ-organ yang tak menghargai kondisi apa adanya. Hingga ketika mencuci
piring, tanpa disadari ibu jari tangan kirinya terluka oleh pecahan gelas yang ditumpuk bersama
dengan piring kotor. Sehingga dia harus dirawat ke UGD. Ternyata menurut ahli syaraI, otot ibu
jari tangan kirinya ada yang putus. Maka dari itu telapak tangan kirinya harus di gips selama 3
pekan. Dan perlu waktu kira-kira 3 bulan untuk mengembalikan Iungsi otot. Ini semua terjadi
akibat dirinya yang tidak mensyukuri anugerah yang ada.
Sekian lama Ummu S memakai jilbab membuat suaminya risih dan menyuruh untuk melepas
jilbab. Ummu S hanya diam dan dengan ragu dia menuruti perintah suami. Semakin lama
akhirnya dia gerah dengan perbuatan buka tutup jilbab. Merasakan dikejar oleh dosa, merasa
mempermainkan Allah. Karena takut akan laknat Allah maka ia pun menentang perintah
suaminya dan kembali berjilbab sepenuhnya. Tiap malam memanjatkan dan memohon kekuatan
dan kesabaran dan petunjuk-Nya.
Meskipun hidup jauh dari suasana keislaman, seperti tidak terdengarnya suara adzan dari masjid-
masjid, mushola ataupun langgar, ceramah-ceramah keagamaan di TV atau majelis taklim, tetapi
mereka yang minoritas senantiasa berusaha saling menjaga keimanan dan membuat beragam
kegiatan. Bahkan di negeri orang inilah rasa persaudaraan sesama perantauan terasa mudah
terjalin dan terikat kuat.
Setelah tinggal di Jepang, tidak sedikit yang makin meningkat keimanannya dan memakai jilbab.
Bahkan bisa mengajak teman-temannya sesama orang Indonesia memakai jilbab dan juga
membuat orang Jepang menjadi tertarik dengan agama islam.
Di Nagoya, kota tempat tinggal Ummu S ada kegiatan pengajian keluarga yang dilaksanakan tiap
hari ahad pekan kedua. Acara itu diadakan dirumah salah satu
keluarga secara bergantian tiap bulannya. Lalu tiap hari Ahad di akhir bulan ada pengajian
umum yang sebelumnya dimulai dengan acara mengaji untuk anak-anak.
Selain itu, untuk menambah jam belajar dan bermain bersama anak-anak, ada pula kegiatan
mengaji tiap hari Sabtu di Masjid Nagoya. Juga ada kegiatan mengkaji Al- Qur`an bagi ibu-ibu.
Kelompok mengaji Al- Qur`an ada beberapa kelompok berdasarkan wilayah tempat tinggal
karena tempat tinggal mereka tersebar.
Untuk mereka para muslimah ada milis Fahima sebagai wadah Iorum silaturahmi muslimah di
Jepang yang mencakup sampai ke negara-negara lain. Ada muslimah dari Perancis, Singapura,
Qatar, Amerika dan lain-lain.
Meskipun hidup diluar negeri yang Iasilitas keagamaannya masih kurang daripada di Indonesia,
bukan berarti kehausan mereka akan belajar dan menambah pengetahuan tentang agama Islam
tidak tersalurkan. Justru dengan adanya Iasilitas teknologi canggih, komunikasi antara mereka
bisa berjalan lancar. Ditambah dengan tersedianya transportasi yang beraneka ragam dan tepat
waktu, membuat mereka mudah untuk melangkah kaki menuju majelis ilmu. Dan yang lebih
penting lagi, bukan berarti mereka akan dengan mudah berganti agama.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan terhadap landasan teori serta analisis struktural novel menyemai
Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Sastra adalah karya imajinatiI bermedia bahasa yang nilai atau unsur estetikanya dominan. Karya
sastra adalah sesuatu yang disampaikan oleh sastrawan dalam karyanya adalah manusia dengan
segala macam perilakunya berupa rekaan dari sastrawan. Memiliki 5 Iungsi (Fungsi rekreatiI,
estetis, didaktiI, moralitas dan religiusitas) yang intinya sebagai hiburan dan memberikan nilai-
nilai yang bermanIaat bagi kehidupan. Macam-macam karya sastra modern antara lain : Novel,
Cerpen, serta Puisi.
Hasil analisis unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura
karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati. Unsur Intrinsik meliputi :
1. Alur/ Plot, tehnik pengaluran yang digunakan pengarang adalah tehnik sorot balik/ Flash back
yaitu urutan tahapan dibalik seperti regresiI.
2. Penokohan, dilukiskan dengan jelas dalam cuplikan-cuplikan novel. Ummu S, tokoh yang
menjunjung tinggi nilai-nilai religius dalam tiap langkah.
3. kehidupan dan tegar menghadapi setiap permasalahan hidup yang dialaminya. Sedangkan
tokoh lain berkarakter sesuai dengan siIatnya.
4. Latar, meliputi aspek tempat, waktu dan suasana. Latar tempat dalam novel tersebut terjadi di
beberapa tempat, antara lain di sebuah supermarket di Jepang, Nagoya, Stasiun Tokyo dan lain-
lainnya. Aspek waktu pada tahun 2000-an, kebanyakan bahasa menggunakan bahasa tidak baku
layaknya kehidupan saat ini. Suasana kehidupan yang dialami masyarakat Nagoya adalah karier,
kesibukan yang dilakukan semata hanyalah kepentingan karier namun masih bersosialisasi
dengan masyarakat meskipun ada yang bersiIat individualis.
5. Amanat yang dapat dipetik adalah hendaknya seseorang bersabar dalam menghadapi cobaan
hidup, tetap mempertahankan islam diri di Negara lain, serta mampu mengajak masyarakat untuk
ikut serta menjadi muslimin dan muslimah yang baik.
6. Tema yang terdapat adalah keteguhan hati dan pendirian agama dalam negeri perantauan.
7. Gaya bahasa, dalam novel banyak menggunakan kata-kata tidak baku misal : Nggak., Ah.,
Agak.,.aja, dan lain sebagainya. Majas yang digunakan yaitu personiIikasi.
8. Sudut Pandang, pengarang sebagai orang pertama dengan kataaku atau ku untuk tokoh
utama.
Unsur Ekstrinsik yang ada antara lain nilai religi adanya masjid tergambar dalam cerita novel
meski hanya sedikit, acara siraman rohani dan lain sebagainya, nilai sosial, saling membantu,
menghargai, menyayangi satu sama lain serta nilai estetika kesopanan dalam bertingkah laku
yang dilakukan tokoh dalam novel adalah ucapan maaI bila sekiranya telah berbuat kesalahan.
Itu akan lebih baik daripada tidak mengucap sekalipun.
--------------------------------------
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL................... i
PENGESAHAN................. ii
MOTTO................... iii
PERSEMBAHAN............... iv
KATA PENGANTAR............... v
.
DAFTAR ISI................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............... 1
1.2 Alasan Pemilihan Judul................ 4
1.3 Tujuan Penulisan.................... 4
1.4 Pembatasan Masalah................. 5
1.5 Metode Pengumpulan Data................ 5
1.6 Sistematika Penulisan.................. 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sastra................. 7
2.2 Pengertian Karya Sastra............. 8
1 Novel..................................................... 10
2 Cerpen..................... 11
3 Puisi................... 16
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Unsur Intrinsik Novel
3.1.1 Alur/ Plot ................ 18
3.1.2 Penokohan............... 20
3.1.4 Latar/ Setting............. 24
3.1.3 Gaya Bahasa............... 26
3.1.5 Amanat................. 28
3.1.6 Tema................. 29
3.1.7 Point OI View............. 29
3.2 Unsur Ekstrinsik dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya
Lizsa Anggraeny dan Seriyawati
a. Nilai Agama/ Religi.............. 33
b. Nilai Estetika............... 35
c. Nilai Moral ............... 35
d. Nilai Sosial ............... 36
3.3 Sinopsis .................. 37
BAB IV PENUTUP
1.1 Kesimpulan.................... 41
DAFTAR PUSTAKA
-----------------------------
PENGESAHAN
Diterima dan disetujui oleh guru pembimbing sebagai syarat mengikuti UAS dan UAN SMA Al-
Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
Surakarta, ...
Kepala Sekolah, Pembimbing,
Drs. H. M. Zaini, M,Sc Ibu Riyanti BA
NIP. ......... NIP. .........
-------------------------------
MOTTO
Hidup itu memiliki makna. Allah akan memberi balasan kepada siapapun yang
Berbuat baik, meskipun kebaikan itu hanya sebesar biji dzarrah. |Penulis|
'Tidakkah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian
beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan
yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkan
salam diantara kalian. |HR Muslim|
--------------------------------
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulisan karya tulis ini bisa selesai.
Maksud penulisan karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat mengikuti
UAS dan UAN di SMA Al Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008.
Tanpa adanya dorongan, bimbingan serta bantuan dari pembimbing dan beberapa
pihak tidak mungkin dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Untuk itu, atas segala bimbingan dan bantuannya, tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. H. M. Zaini, M.Sc, Kepala Sekolah SMA Al-Islam 1 Surakarta.
2. Ibu Riyanti BA, selaku guru pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan sehingga penulisan karya tulis ini dapat diselesaikan
dengan baik.
3. Ibu Umi Faizah Spd, selaku wali kelas yang telah memberikan semangat
dan dorongan sehingga penulisan karya tulis ini bisa terselesaikan.
4. Karyawan serta semua pihak yang tidak dapat
sebutkan satu per satu yang telah cukup banyak memberikan bantuan serta
Iasilitas sehingga penulisan dapat dilaksanakan dengan lancar.
Penulis mengharapkan adanya pendapat serta saran yang bersiIat
membangun bagi kesempurnaan karya tulis ini.
Penulis
---------------------------------
PERSEMBAHAN
Kepersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta di rumah
2. Adik-adik yang tersayang dirumah
3. Rekan-rekan semua
4. Semua pihak yang berkenan membaca karya tulis
ini
---------------------------------------
KANDUNGAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL
MENYEMAI CINTA DI NEGERI SAKURA KARYA LIZSA
ANGGRAENY DAN SERIYAWATI
Karya tulis ini disusun dan ditulis sebagai syarat mengikuti UAS dan UAN
SMA Al-Islam 1 Surakarta tahun 2007/2008.
Oleh :
NAMA : ARIFATUN NISAA
NO. INDUK : 5805
SEKOLAH MENENGAH ATAS AL-ISLAM 1 SURAKARTA
2007
---------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman. 1967. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia Sebagai Cermin
Manusia Indonesia Baru. Jakarta: PT Gunung Agung.
Anggraeny, Lizsa dan Seriyawati. 2007. Menyemai Cinta di Negeri Sakura.
Sukoharjo: Penerbit Samudera.
AriIin, Syamsir. 1991. Kamus Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya.
Atmazaki, 1990. Ilmu Sastra: Teori dan Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Henry Guntur Tarigan. 1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Jakarta: Penerbit
Angkasa.
Nilai nilai dalam cerpen
Cerpen merupakan cerlLa flksl aLau rekaan yg menggambarkan sebaglan kecll darl kehldupan seseorang
CerlLa pendek Lldak hanya berlsl rangkalan perlsLlwa Ada hal penLlng yang dlsampalkan pengarang
kepada pembaca ualam cerpen seorang pengarang kadang menampllkan nllalnllal kehldupan yang ada
dalam masyarakaL Pal LersebuL dlharapkan dapaL menambah wawasan pengeLahuan dan pengalaman
hldup pembaca embaca cerpen men[adl leblh arlf dan bl[aksana dalam menylkapl kehldupan seklLar
nllal kehldupan dapaL dlLemukan dalam cerpen melalul ucapan Llndakan plklran dan perasaan Lokoh
Lokoh cerlLa
nllalnllal LersebuL mellpuLl nllal moral budaya agama eLlka kaslh sayang pendldlkan persahabaLan
paLrloLlsme rellglus dan kemanuslaan nllal moral berkalLan dengan ukuran aLau paLokan keLlka
manusla berLlngkah laku bergaul aLaupun berlnLeraksl soslal Moral berpedoman pada slkap dan LaLa
krama unLuk menenLukan prlnslp kebalkan dan keburukan seseorang kelompok aLaupun lembaga
LerLenLu SlngkaLnya moral adalah adaL aLau keblasaan menylkapl hldup seharl harl nllal adalah slfaL
slfaL aLau hal hal yang penLlng aLau berguna bagl kemanuslaan aLau kehldupan seharl harl
rti Persahabatan
Bagiku arti persahabatan adalah teman bermain dan bergembira. Aku juga sering berdebat saat
berbeda pendapat. Anehnya, semakin besar perbedaan itu, aku semakin suka. Aku belajar banyak
hal. Tapi ada suatu kisah yang membuat aku berpendapat berbeda tentang arti persahabatan. Saat
itu, papa mamaku berlibur ke Bali dan aku sendirian menjaga rumah...

'Hahahahaha! aku tertawa sambil membaca.

'Beni! Katanya mau cari reIerensi tugas kimia, malah baca komik. Ini aku menemukan buku dari
rak sebelah, mau pinjam atau tidak? Kamu bawa kartu kan? Pokoknya besok kamis, semua tugas
kelompok pasti selesai. Asal kita kerjakan malam ini. Yuhuuuu... setelah itu bebas tugas.
PlayStation! jelas Judi dengan nada nyaring.

Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1
SMA sampai sekarang duduk di kelas 2 - aku sering sekelompok, beda lagi kalau masalah
bermain PlayStation Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di
permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main PlayStation, gara-
gara Judi, aku jadi ikut-ikutan suka main game.

Sahabatku yang kedua adalah Bang Jon, nama sebenarnya Jonathan. Bang Jon pemberani,
badannya besar karena sehari bisa makan lima sampai enam kali. Sebentar lagi dia pasti datang -
nah, sudah kuduga dia datang kesini.

'Kamu gak malu pakai kacamata hitam itu? Tanyaku pada Bang Jon yang baru masuk ke
perpustakaan. Sudah empat hari ini dia sakit mata, tapi tadi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi
kacamata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewat pede. Aku semakin
merasa unik dikelilingi dua sahabat yang over dosis pada berbagai hal.

Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan sekolah, Bang Jon dan Judi juga
teman satu komplek perumahan. Saat pulang dari sekolah terjadi sesuatu.

Kataku dalam hati sambil lihat dari kejauhan '( Eh, itu... ).
'Aku sangat kenal dengan rumahku sendiri... aku mulai ketakutan saat seseorang asing
bermobil terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin ketakutannya, aku tidak berani
pulang kerumah.
'Ohh iya itu! Judi dan Bang Jon setuju dengan ku. Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku
takut berkelahi. Aku melihat Judi seperti sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
'Oke, Beni kamu pergi segera beritahu satpam sekarang, Aku dan Bang Jon akan pergoki
mereka lewat depan dan teriak .. maling... pasti tetangga keluar semua bisikan Judi terdengar
membuatku semakin ketakutan tak berbentuk.

Karena semakin ketakutan, terasa seperti sesak sekali bernaIas, tidak bisa terucapkan kata
apapun dari mulut. '...Beni, ayo...satpam Judi membisiku sekali lagi.

Aku segera lari ke pos satpam yang ada diujung jalan dekat gapura - tidak terpikirkan lagi
dengan apa yang terjadi dengan dua sahabatku. Pak Satpam panik mendengar ceritaku ia
segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang menangkap maling dirumahku. Aku
kembali kerumah dibonceng petugas dengan motornya. Sekitar 4 menit lamanya saat aku pergi
ke pos satpam dan kembali ke rumahku.

'Ya Tuhan! kaget sekali melihat seorang petugas satpam lain yang datang lebih awal dari pada
aku saat itu sedang mengolesi tisu ke hidung Bang Jon yang berdarah. Terlihat juga tangan Judi
yang luka seperti kena pukul. Satpam langsung menelpon polisi akibat kasus pencurian ini.

'Jangan kawatir... hehehe... Kita bertiga berhasil menggagalkan mereka. Tadi saat kami teriak
maling! Ternyata tidak ada tetangga yang keluar rumah. Alhasil, maling itu terbirit-birit keluar
dan berpas-pasan dengan ku. Ya akhirnya kena pukul deh... Judi juga kena serempet mobil
mereka yang terburu-buru pergi jawab Bang Jon dengan tenang dan pedenya.
Kemudian Judi membalas perkataan Bang Jon 'Rumahmu aman - kita memergoki mereka saat
awal-awal, jadi tidak sempat ambil barang rumahmu.

Singkat cerita, aku mengobati mereka berdua. Mama Judi dan Ban Jon datang kerumahku dan
kami menjelaskan apa yang tadi terjadi. Anehnya, peristiwa adanya maling ini seperti tidak
pernah terjadi.
'Hahahahaha... ' Judi malah tertawa dan melanjutkan bercerita tentang tokoh kesayangannya
saat main PlayStation. Sedangkan Bang Jon bercerita kalau dia masih sempat-sempatnya
menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum hidungnya kena pukul. Bagaimana caranya?
aku juga kurang paham. Bang Jon kurang jelas saat bercerita pengalamannya itu.

'( Hahahahaha... ) Aku tertawa dalam hati karena mereka berdua memberikan pelajaran berarti
bagiku. Aku tidak mungkin menangisi mereka, malu dong sama Bang Jon dan Judi. Tapi ada
pelajaran yang kupetik dari dua sahabatku ini.

Arti persahabatan bukan cuma teman bermain dan bersenang-senang. Mereka lebih mengerti
ketakutan dan kelemahan diriku. Judi dan Bang Jon adalah sahabat terbaikku. Pikirku, tidak ada
orang rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk sahabatnya ( Judi dan Bang Jon salah
satunya ).

Anda mungkin juga menyukai