Abstrak
Karya-karya sastra mempunyai nilai positif yang dapat diambil manfaatnya untuk
dikaji. Untuk itulah kita harus mengadakan suatu apresiasi karya sastra dan mengambil
langkah-langkah dengan cara menganalisis hasil karya sastra tersebut. Salah satu bentuk
pengkajian sastra yaitu dengan menganalisis unsur instrinsiknya. Dari latar belakang inilah
yang menarik penulis untuk menyusun penelitian dengan judul “Analisis Novel Roro Mendut
karya Ajip Rosidi dengan Pendekatan Objektif”.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan unsur intrinsik berupa tema, tokoh &
penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan gaya bahasa. Diharapkan dapat mengambil amanat
sebagai pelajaran hidup sekaligus menambah wawasan serta pengalaman yang lebih luas, agar
kita senantiasa mawas diri dalam bertindak. Sumber data penelitian ini adalah novel Roro
Mendut karya Ajip Rosidi yang diterbitkan oleh PT Nuansa. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bertujuan mengungkapkan fakta,
keadaan, fenonema, variabel, dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan
menyuguhkan apa adanya.
Hasil penelitian yang didapat, dalam novel ini mengangkat tema percintaan. Tokoh-
tokoh dalam novel ini, diantaranya Roro Mendut dengan watak gigih dalam memperjuangkan
keinginannya dan menunjukkan ketulusan cintanya pada Pronocitro, Tumenggung Wiroguno
dengan watak suka memaksa, sewena-wena, dan Pronocitro yang digambarkan sebagai laki-
laki tampan, gagah, dan pemberani.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dapat
mengambil hikmah dimana hidup harus memiliki prinsip yang kuat dan konsekwen dalam
menghadapi resiko atas prinsip tersebut.
Kata kunci : Pendekatan Objektif, Roro Mendut
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Karya sastra selain sebagai media pendidikan, kontrol sosial, juga berfungsi sebagai
penyampaian pesan kepada masyarakat atas segala polemik persoalan yang ada sehingga kita
dapat mempunyai gambaran atas apa yang harus kita lakukan saat harus menghadapi persoalan
yang sama dengan apa yang terjadi dalam sebuah karya sastra, seperti dalam novel. Dilihat dari
sejarahnya, mulai dari angkatan Pujangga Baru sampai sekarang telah banyak mengalami
perubahan-perubahan baik dalam cara penyampaiannya, tema yang diangkat, penggunaan
diksi, dan sebagainya ataupun perubahan-perubahan yang disebabkan oleh karya itu sendiri
dalam masyarakat.
Karya sastra merupakan hasil rekaan yang di ciptakan oleh sastrawan melalui
imajinasinya. Walaupun karya sastra sastra yang di ciptakan melalui imajinasi atau khayalan
pengarang yang tinggi, tetapi karyanya tetap bersumber pada kehidupan. Sastrawan merupakan
anggota masyarakat yang terikat oleh status sosial, oleh karena itu karya yang dihasilkan juga
menggambarkan kehidupan masyarakat di lingkungannya.
Dikalangan remaja karya sastra yang paling diminati biasanya karya sastra berbentuk
prosa terutama novel. Novel merupakan karya prosa fiksi yang ditulis secara naratif. Kata novel
berasal dari bahasa Italia “novella” yang berarti sebuah kisah atau sepotong berita. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh problematika
seseorang atau beberapa orang tokoh. Novel menceritakan suatu kejadian luar biasa dari
kehidupan tokoh. Dikatakan luar biasa, karena dari kejadian itu lahir suatu konflik yang
menimbulkan pergolakan jiwa para tokohnya sehingga mengubah jalan hidupnya.
Dalam membaca novel, agar pembaca dapat menikmati dan memahami isi dan jalan
cerita di dalamnya diperlukan pengetahuan mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam
sebuah novel yang sering disebut unsur instrinsik. Unsur intrinsik tersebut meliputi tema, tokoh
& penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Dengan begitu pembaca akan lebih
mudah menangkap maksud dan makna yang ingin disampaikan oleh pengarang. Oleh sebab
itu, jika pembaca dapat memahami dengan tepat unsur intrinsik dari sebuah novel yang dibaca,
maka pembaca dapat menikmati novel tersebut dengan baik karena pembaca telah mengerti
makna dan jalan cerita pada sebuah novel yang dibaca.
B. Kajian Teori
1. Pengertian Novel
Novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan menceritakan
kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan bahasa sehari-hari serta
banyak membahas aspek kehidupan manusia. Hal ini mengacu pada pendapat Santoso dan
Wahyuningtyas (2010: 46) yang menjelaskan kata novel berasal dari bahasa latin novellas,
yang terbentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Karena novel
adalah bentuk karya sastra yang datang dari karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Ada
juga yang mengatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia novella yang artinya sama dengan
bahasa latin. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek
daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang isinya mengungkapkan
suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang secara singkat dari pokok-
pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar saja, tidak
sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya.
2. Ciri-Ciri Novel
Ciri-ciri novel secara umum adalah:
1) Jumlah katanya lebih dari 35.000 kata.
2) Terdiri dari sedikitnya 100 halaman.
3) Waktu untuk membaca novel setidaknya 2 jam atau 120 menit.
4) Ceritanya lebih dari satu impresi, efek, dan emosi.
5) Alur ceritanya cukup kompleks.
6) Seleksi ceritanya luas.
7) Ceritanya panjang, tapi banyak kalimat yang diulang-ulang.
8) Ditulis dengan narasi kemudian didukung dengan deskripsi untuk menggambarkan suasanya
yang ada didalamnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari
cerpen, namun lebih pendek daripada roman, yang isinya mengungkapkan suatu kejadian yang
penting, menarik dari kehidupan seseorang secara singkat dari pokok-pokok saja. Juga
perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar saja, tidak sampai pada masalah
yang sekecil-kecilnya.
3. Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang paling penting sebab pendekatan
apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu pada karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini
memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik.
Misalnya dalam karya fiksi yang dicari adalah unsur-unsur plot, tokoh, latar, sudut pandang.
Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik akan dieksploitasi secara maksimal.
Teori objektif merupakan teori sastra yang memandang karya sastra sebagai dunia
otonom, sebuah dunia yang dapat melepaskan diri dari siapa pengarangnya, dan lingkungan
sosial-budayanya. Karya sastra harus dilihat sebagai objek yang mandiri dan menonjolkan
karya sastra sebagai struktur verbal yang otonom dengan koherensi intern. Dalam teori ini
terjalin secara jelas antara konsep-konsep kebahasaan (linguistik) dengan pengkajian karya
sastra itu sendiri, baik secara metaforis maupun secara elektis. Istilah lain dari teori objektif
adalah teori struktural. Ciri-ciri teori objektif sebagai berikut.
1) Memandang karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri sendiri.
2) Menghubungkan konsep-konsep kebahasaan (linguistik) dalam mengkaji suatu karya sastra.
3) Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang
berlaku.
4) Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut
berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya.
5) Struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji berdasarkan unsur-
unsur pembentuknya seperti tema, alur, penokohan, latar.
6) Untuk mengetahui keseluruhan makna dalam karya sastra, maka unsur-unsur pembentuknya
harus dihubungkan satu sama lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan objektif adalah pendekatan yang dilakukan
pada dasarnya bertumpu pada karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini memusatkan perhatian
semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis intrinsik. Misalnya dalam karya
fiksi yang dicari adalah unsur-unsur plot, tokoh, latar, sudut pandang. Melalui pendekatan
objektif, unsur-unsur intrinsik akan dieksploitasi secara maksimal.
C. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan pada analisis ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (novel, drama, cerpen,
puisi) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Dengan metode deskriptif, seseorang peneliti sastra dituntut mengungkap fakta-fakta yang
tampak atau data dengan cara member deskripsi. Derkripsi merujuk pada tindakan analisis
interpretative, yaitu peneliti melakukan tafsir terhadap temuan data dari sudut fungsi atau peran
kaitannya dengan unsur lain. (siswantoro, 2010 : 56-57).
Metode kualitatif adalah metode yang memberikan perhatian terhadap data alamiah,
melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan, dan memperhatikan hakikat nilai-nilai.
Dalam ilmu sastra sumber datanya adalah karya, dan naskah sebagai data penelitiannya.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan di
kamar kerja peneliti atau perpustakaan, peneliti memperoleh data dan informasi tentang objek
telitinya lewat buku-buku dan media visual lainnya (Semi,1993 : 8)
1. Objek penelitian
Dalam penelitian ini objek yang dikaji adalah aspek sosial dalam novel Roro Mendut karya
Ajip Rosidi.
2. Teknik analisis data
Teknik analisisnya yaitu dengan membaca dan menyimak novel Roro Mendut karya Ajip
Rosidi secara cermat, terarah dan teliti.Kemudian mencatat aspek sosial yang terdapat dalam
novel tersebut.
F. Daftar Pustaka
Kutha Ratna S U, Prof. Dr. Nyoman. 2004 Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra
Yogyakarya : Pustaka Pelajar