Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Hilmi Zuhair
Kelas : XII MIPA 7
Absen : 23
TUGAS 1 TEKS EDITORIAL
(Menganalisis isi dan mendata fakta dan opini)

Bacalah dengan saksama teks editorial berikut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan


yang menyertainya!

Sabtu 05 September 2020, 05:00 WIB

Disiplinkan Protokol Implementasikan Inpres

LEBIH dari enam bulan sejak covid-19 resmi diumumkan keberadaannya di


Indonesia, belum ada tanda-tanda meyakinkan bahwa pandemi penyakit menular dan
mematikan itu telah mencapai puncak. Jumlah penambahan kasus positif covid-19
bukannya berkurang, sebaliknya justru memperlihatkan kurva mendaki. Dalam sepekan
terakhir, level penambahan kasus positif harian pun telah bergeser dari zona 2000-an ke
zona 3000-an.
Penambahan pada Kamis (3/9) bahkan mencapai 3.622 kasus dalam 24 jam dan
mencatatkan rekor harian tertinggi sejak kasus pertama covid 19 diumumkan langsung oleh
Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020. Kemarin, angka penambahan pasien
terkonfirmasi positif korona memang lebih rendah daripada sehari sebelumnya, tetapi tetap
saja di zona 3000-an, yakni sebanyak 3.269 kasus. Artinya, sulit bagi kita untuk menyebut
bahwa pandemi covid-19 di negeri ini benar-benar telah terkendali. Dalam konteks itulah
kita menyambut baik terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Pengetatan dan Peningkatkan Kedisiplinan Masyarakat terhadap Protokol Kesehatan, yang
diumumkan kemarin. Dengan inpres itu, Presiden memerintahkan sejumlah menteri,
Panglima TNI, Kapolri, kepala lembaga, gubernur, bupati, dan wali kota agar bersamasama
menjalankan pengawasan pelaksanaan protokol kesehatan dalam masyarakat.
Kita mencatat, terbitnya inpres tersebut sebagai bentuk sense of crisis Presiden atas
kondisi terakhir perkembangan pandemi covid-19 yang membutuhkan penanganan lebih
intensif dan lebih efektif. Presiden, misalnya, memerintahkan kepala daerah menyusun
petunjuk pelaksanaan dalam bentuk peraturan gubernur/bupati/wali kota yang tetap
memperhatikan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM).
Kita berharap inpres ini bakal menjadi extra effort bagi pemerintah dalam merespons
perkembangan penanganan pandemi yang harus kita katakan belum menggembirakan.
Kita juga ingin inpres ini menjadi instrumen untuk menguatkan upaya penegakan hukum
yang selama ini dinilai tidak realistis dan tidak efektif bagi pelanggar protokol kesehatan.
Misalnya, pemberian sanksi berupa hukuman masuk ke dalam peti mati di DKI Jakarta dan
daerah lain. Yang lebih kita inginkan ialah agar inpres terkait pengawasan protokol
kesehatan ini benar-benar diimplementasikan di lapangan karena berbagai fakta terakhir
yang berkembang menuntut adanya penguatan upaya secara extraordinary dalam
penanganan pandemi. Keterisian tempat tidur perawatan covid-19 di berbagai wilayah,
misalnya, disebut telah mencapai lebih dari 70%. Artinya, ada sinyal bahwa kapasitas
rumah-rumah sakit kita mulai overwhelming. Secara paralel, hal itu juga membuat beban
kerja tenaga medis semakin memuncak. Hasil penelitian Departemen Ilmu Kedokteran
Komunitas FKUI yang menyatakan bahwa 82% tenaga kesehatan kita telah mengalami
burnout dalam menangani pandemi menjadi salah satu indikasi bahwa kita harus
meninggalkan pola business as usual dalam penanganan pandemi. Negara tetangga
seperti Malaysia juga mulai khawatir dengan perkembangan penanganan covid-19 kita.
Mulai Senin (7/9), negeri jiran itu melarang masuk pemegang izin imigrasi jangka panjang
dari Indonesia.
Kita tidak boleh menganggap fakta-fakta itu sebagai fenomena biasa saja. Sudah
saaatnya kita benar-benar menerapkan sense of crisis, senses of urgency, dan sense of
emergency karena kondisi di lapangan memang sangat menghendakinya. Itulah yang juga
kita harapkan terwujud dari terbitnya Inpres Nomor 6 Tahun 2020. Karena itu, disiplinkan
pelaksanaan protokol kesehatan dan implementasikan inpres tersebut.

Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2108-disiplinkan-protokol-
implementasikan-inpres

Tugas:
Analisislah isi teks editorial tersebut dengan ketentuan penulisan:
1. Tulis kembali judul editorial!
2. Berikan gambaran singkat pandanganmu tentang masalah dalam judul tersebut!
3. Tuliskan ide-ide pokok tiap paragraf!
4. Tuliskan fakta-fakta yang terdapat dalam editorial!
5. Kelompokkan opini dalam editorial yang berbentuk kritik, penilaian, prediksi, harapan dan
saran dalam bentuk tabel!
6. Jelaskan saran atau rekomendai yang terdapat dalam teks!
7. Simpulkan isi teks editorial tersebut dengan pengembangan kalimatmu sendiri!

Jawaban
1. Disiplinkan Protokol Implementasikan Inpres
2. Pandangan saya terhadap masalah ini adalah instruksi presiden (Inpres) untuk protokol
kesehatan dalam menghadapi covid-19 belum sepenuhnya berhasil. Dibuktikan
penambahan kasus yang cukup tinggi dari 2000an menjadi 3000an.
3. Paragraf 1 : penambahan kasus positif covid-19 harian yang dari zona 2000an sampai
zona 3000an
Paragraf 2 : terbitnya instruksi presiden (Inpres) nomor 6 tahun tentang pengetatan
protokol kesehatan
Paragraf 3 : alasan munculnya Inpres adalah sebagai ense of crisis Presiden atas
kondisi terakhir perkembangan pandemi covid-19 yang membutuhkan penanganan
lebih intensif dan lebih efektif.
Paragraf 4 : harapan Inpres dapat berdampak baik terhadap masalah covid-19 ini.
4. A.Penambahan pada Kamis (3/9) bahkan mencapai 3.622 kasus dalam 24 jam dan
mencatatkan rekor harian tertinggi sejak kasus pertama covid 19 diumumkan
langsung oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.
B. Keterisian tempat tidur perawatan covid-19 di berbagai wilayah, misalnya, disebut
telah mencapai lebih dari 70%.
C. Hasil penelitian Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI yang menyatakan
bahwa 82% tenaga kesehatan kita telah mengalami burnout dalam menangani
pandemi menjadi salah satu indikasi bahwa kita harus meninggalkan pola business
as usual dalam penanganan pandemi.
D. Mulai Senin (7/9), negeri jiran itu melarang masuk pemegang izin imigrasi jangka
panjang dari Indonesia.
E. Dalam konteks itulah kita menyambut baik terbitnya Instruksi Presiden (Inpres)
Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pengetatan dan Peningkatkan Kedisiplinan
Masyarakat terhadap Protokol Kesehatan, yang diumumkan kemarin.

5.
Kritik Artinya, sulit bagi kita untuk menyebut bahwa pandemi covid-19 di negeri ini
benar-benar telah terkendali.
Penilaian Kita mencatat, terbitnya inpres tersebut sebagai bentuk sense of crisis Presiden
atas kondisi terakhir perkembangan pandemi covid-19 yang membutuhkan
penanganan lebih intensif dan lebih efektif.
Prediksi LEBIH dari enam bulan sejak covid-19 resmi diumumkan keberadaannya di
Indonesia, belum ada tanda-tanda meyakinkan bahwa pandemi penyakit
menular dan mematikan itu telah mencapai puncak.
Harapan - Kita berharap inpres ini bakal menjadi extra effort bagi pemerintah dalam
merespons perkembangan penanganan pandemi yang harus kita katakan
belum menggembirakan.

- Kita juga ingin inpres ini menjadi instrumen untuk menguatkan upaya
penegakan hukum yang selama ini dinilai tidak realistis dan tidak efektif bagi
pelanggar protokol kesehatan.

- Yang lebih kita inginkan ialah agar inpres terkait pengawasan protokol
kesehatan ini benar-benar diimplementasikan di lapangan karena berbagai
fakta terakhir yang berkembang menuntut adanya penguatan upaya secara
extraordinary dalam penanganan pandemi.

- kita harapkan terwujud dari terbitnya Inpres Nomor 6 Tahun 2020.


Saran Kita tidak boleh menganggap fakta-fakta itu sebagai fenomena biasa saja.
Sudah saaatnya kita benar-benar menerapkan sense of crisis, senses of
urgency, dan sense of emergency karena kondisi di lapangan memang sangat
menghendakinya.

6. Kita memang harus terbiasa dan beradaptasi dengan situasi pandemi seperti ini,
namun bukan berarti kita tidak peduli, kita harus melakukan sesuatu untuk
mencegah agar tidak lebih parah seperti menerapkan sense of Crisis, sense of
urgency, dan sense of emergency.
7. Kesimpulan :
Peningkatan kasus positif covid-19 yang drastis sampak 3.622 kasus dalam 24 jam
merupakan ancaman besar sehingga presiden membuat struksi Presiden (Inpres)
Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pengetatan dan Peningkatkan Kedisiplinan
Masyarakat terhadap Protokol Kesehatan. Penanganan protokol kesehatan Inpres
ini lebih efektif untuk menghadapi ancaman tadi.
Kita sebagai masyarakat Indonesia harus mengikuti protokol Inpres ini karena
faktor yang sangat penting untuk menentukan kesuksesan Inpres ini adalah
masyarakatnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai