Anda di halaman 1dari 12

Gaya Hidup dan Kesehatan

Pernyataan pendapat (tesis) :


Membaiknya kemakmuran membawa konsekuensi meningkatnya penyakit tidak menular
di Indonesia, memberi beban ganda penyakit.

Beban ganda penyakit adalah situasi di mana penanganan penyakit menular belum
sepenuhnya berhasil, pada saat bersamaan muncul penyakit tidak menular atau disebut
juga penyakit degeneratif.
Jumlah penderita penyakit tidak menular cenderung meningkat pesat dan jadi pembunuh
nomor satu. Penyakit tersebut adalah stroke, jantung, hipertensi, diabetes, dan kanker.

Argumentasi :
Data Kementerian Kesehatan memperlihatkan, sebaran penyakit ini relatif merata antara
kota besar dan kota kecil. Keadaan ini menunjukkan pergeseran pola kesehatan dan
penyakit di masyarakat sudah terjadi beberapa waktu.

Salah satu penyebab pergeseran pola kesehatan dan penyakit adalah meningkatnya
kemakmuran masyarakat. Membaiknya daya beli tersebut disertai perbaikan jalur
distribusi produk makanan dan minuman olahan yang kandungan gizinya tidak seimbang
hingga ke pelosok desa. Keadaan ini ditambah dengan gencarnya pemasaran melalui
media massa langsung ke ruang keluarga. Sayangnya, hal tersebut tidak dibarengi
kampanye lebih gencar mengenai pola makan seimbang dan hidup sehat.

Perubahan pola itu bersamaan dengan datangnya bonus demografi tahun ini. Lebih
besarnya jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) daripada penduduk tidak
produktif disertai juga dengan perilaku konsumtif daripada produktif, termasuk dalam
pola makan dan minum.

Indonesia bukan satu-satunya negara dengan persoalan beban ganda penyakit dan bukan
pula yang pertama sehingga sebetulnya dapat belajar dari negara-negara lain mengenai
pencegahan penyakit tidak menular. Meski demikian, belum terlihat upaya jelas
mencegah penyakit tidak menular yang akan sangat membebani masyarakat dan negara.

Penyakit tidak menular menurunkan produktivitas penderita dan keluarga, membutuhkan


waktu lama dan biaya mahal untuk mengobati. Dengan pemerintah mewajibkan tiap
orang mengikuti program asuransi kesehatan nasional, penanganan penyakit tersebut
akan membebani seluruh anggota masyarakat dan pasti menurunkan produktivitas
nasional.

Prinsip dalam penanganan penyakit adalah mencegah lebih baik daripada mengobati.
Karena itu, pemerintah wajib berbuat lebih banyak dari yang telah dilakukan, yaitu
mewajibkan label informasi kandungan gizi makanan dan minuman kemasan yang sulit
dipahami orang kebanyakan. Lebih baik pemerintah tegas mengatur kandungan gizi
makanan olahan menjadi lebih seimbang. Pemerintah kota dapat berperan melalui
penyediaan ruang terbuka hijau, trotoar nyaman, dan kendaraan umum yang layak agar
warga terdorong aktif secara fisik.

Penyataan/Penegasan ulang pendapat (Reiteration) :


Mencegah penyakit tak menular berarti membiasakan hidup sehat seumur hidup, sejak
usia dini hingga dewasa. Program ini lintas kementerian/lembaga, harus terkoordinasi,
dijalankan tanpa putus, dan melibatkan masyarakat.
Kebiasaan Membuang Sampah

Pernyataan pendapat (tesis) :


Kebiasaan membuang sampah di sembarangan tempat telah tertanam di benak orang
Indonesia sejak masih usia dini. Bagaimana tidak orang tua secara tidak sadar
mengajarkan cara membuang sampah yang tidak benar kepada anak-anak mereka. Itu
bisa dilihat dari cara mereka dengan gampang melempar sebungkus sampah ke sungai
atau di depan rumah yang dianggap hal lumrah. Masyarakat kita secara umum
mempunyai kesadaran yang rendah dalam hal memikirkan konsekuensinya.

Parahnya lagi kebiasaan tersebut oleh sebagian besar masyarakat kita tidak dianggap
sebagai sesuatu yang salah. Sampah yang tertumpuk di sungai akan menyumbat aliran air
dan dengan hanya sedikit curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya atau air kiriman
dari daerah yang lebih tinggi, banjir sudah tidak bisa dielakan lagi. Yang disalahkan pasti
pemerintah yang tidak becus.

Kurangnya kesadaran untuk mendidik dan memberikan contoh adalah hal yang perlu
diperbaiki dan akan membutuhkan waktu yang lama supaya kesadaraan akan kebersihan
dapat terciptakan.
Kebiasaan untuk hidup sehat dan bersih tidak terlalu menjadi prioritas masyarakat karena
masih banyak hal-hal yang lebih penting antara lain seperti memikirkan bagaimana
menyediakan makanan sehari-hari di atas meja atau lantai untuk keluarga, kesehatan,
pendidikan, dan lain sebagainya.

Argumentasi :
Menurut opini saya, orang kaya biasanya lebih bersih dan tidak membuang sampah
sembarangan (hanya) di rumah mereka. Masih banyak kebiasaan orang kaya yang kalau
udah di luar rumah atau lingkungan mereka, tetap saja membuang sampah sembarangan.
Tidak sedikit saya lihat botol aqua kosong yang melayang keluar dari pintu kaca mobil di
dalam jalan tol.

Menjaga kebersihan di dalam mobil itu baik, tapi bisa kan kalau sampah itu jangan
dibuang keluar dari mobil yang sedang melaju di jalan umum. Tidak salah kalau sediakan
kantong sampah di dalam mobil, setelah sampai di tempat tujuan kantong sampah
tersebut bisa dibuang ke tempat yang semestinya.

Yang menjadi pertanyaan kenapa sih orang yang punya mobil bisa jaga kebersihan di
dalam mobil mereka dan tidak begitu peduli dengan kebersihan di jalan tol atau di jalan-
jalan umum? Botol kosong yang berterbangan tidak hanya akan membuat mata sakit
kalau pas kita ada di belakangan mobil mereka, tapi kemungkinan besar akan
menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Yang kita butuhkan itu adalah kesadaran diri untuk mau hidup sehat dan bersih, bukan
hidup bersih karena takut dikenai denda sama Jokowi. Berapapun besarnya denda, tetap
saja orang akan curi-curi untuk buang sampah sembarangan, lagian kalau ketangkap,
apakah dendanya akan masuk ke Pemprov DKI? Ini akan membuka peluang baru untuk
korupsi.

Pertanyaannya siapa yang akan menjadi petugas untuk melakukan denda terhadap orang
yang membuang sampah sembarang?

Jika hanya mengandalkan petugas saja, saya rasa tidak akan terlalu efektif karena berapa
petugas yang harus ditempatkan di tempat-tempat umum? Pembuangan sampah
sembarangan itu tidak hanya di tempat umum saja, tapi semuanya bermula dari
lingkungan hidup sekitarnya.

Melibatkan masyarakat umum untuk membantu menjaga kebersihan di lingkungan


masing-masing secara umum akan lebih efektif dan efisien. Masyarakat harus berani
menegur orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan membuat sampah
sembarangan. Sering kali hal-hal seperti ini tidak akan terjadi karena masyarakat meraka
kalau negur orang yang dikenal kan jadinya gak enak dan akan dimusihi, kalau negur
orang yang tidak dikenal malah akan terjadi percecokan atau malah terjadi perkelahian.

Pemerintah Pemprov DKI dan Pusat harus secara rutin melakukan kampanye dan
sosialisasi kepada masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya akan
membuahkan hasil yang diinginkan.
Saya selalu ajarkan cara buang sampah yang benar terhadap anak-anak saya baik di
rumah atau di tempat umum. Di rumah, saya sediakan dua jenis tong sampah, satu untuk
pembuangan sampah organic dan satunya lagi buat sampah yang bisa didaur ulang.

Pernah sekali saya bawa anak saya ke Indonesia, dia tanyain saya kenapa sih ibu itu main
lempar kantong sampah sembarangan? Saya perhatikan dan memang benar sampah ada
dimana-mana, yang absen dari situ adalah tong sampah. Mungkin sebulan sekali atau
kalau lagi punya perasaan menyenangkan baru masyarakat mengumpulkan dan
membakar sampah-sampah yang ada di sekitar rumah mereka.

Masyarakat yang hidup di bantaran sungai akan dengan mudah membuang sampah ke
dalam sungai dari pada harus buang ke dalam tong sampah. Kebiasaan ini telah dilakukan
bertahun-tahun. Lagian tidak akan memakan waktu banyak untuk melemparkan
sekantong sampah ke sungai. Kekurangan yang lain karena tidak tersedianya tong
sampah yang cukup oleh pemerintah dan adanya iuran sampah bulanan.

Bukan rahasia umum lagi kalau ada tanah kosong yang tidak ditempati, dipenuhi oleh
sampah-sampah. Biasanya masyarakat akan keluar malam-malam, diam-diam atau cari
waktu sepi untuk membuang sampah ke tanah kosong tersebut. Jika satu orang lempar
sampah disitu, orang lain akan pada ikutan, dan tidak disadari tanah yang kosong
sebelumnya telah dipenuhin sampah se gunung, kemudian masalah bau sampah yang
menyengat akan mengikuti.

Penyataan/Penegasan ulang pendapat (Reiteration) :


Harusnya Pemprov DKI atau pemerintah pusat menyediakan tong sampah gratis untuk
semua masyarakat yang tidak mampu dan masyarakat tidak dipunggut biaya iuran
sampah, dengan begitu sampah akan diambil pada jadwal yang ditentukan.

Petugas kebersihan tahu betul rumah mana yang bayar iuran sampah dan yang mana yang
tidak, sehingga hanya mengambil sampah dari tempat-tempat tertentu.

Pemerintah jangan hanya memberikan penghargaan untuk RT, kelurahan, kecamatan,


kabupaten, provinsi yang bersih saja, penghargaan ini harus diberikan kepada individual
yang berperan membuat lingkungan mereka bersih dari sampah yang sebelumnya ada
dimana-mana.

Marilah kita mulai hari ini setelah baca artikel ini, memperbaiki kebiasaan buruk kita,
dan mulailah membuang sampah pada tempatnya.
Kutipan koran Sindo, 25-07-2017
Oleh: Rico Afrido Simanjuntak

Radikalisme Bahaya Karena Diimingi Surga


JAKARTA - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menilai radikalisme agama sangat
berbahaya, karena iming-imingnya adalah masuk surga.

"Padahal, semua orang yang beragama tentu merindukan surga," kata Ketua Umum PPP
M Romahurmuziy, Jumat (25/8/2017).

Sebagai akibatnya, agama sendiri dianggap paling benar, dan hal tersebut berdampak
sangat mengerikan. Pasalnya, semua orang bisa melakukan kekerasan atas nama agama.

Pria yang akrab disapa Romi ini mengatakan, radikalisme ada di semua agama. "Misal
dalam agama Hindu ada kelompok radikal Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), yang
menyerang pertemuan ibadah Minggu di Karnataka, India pada 3 Maret 2012," tuturnya.

Kelompok Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) itu pada tahun 2014 melakukan
pemaksaan kepada ratusan penganut Kristen dan Islam di Agra untuk pindah ke agama
Hindu.

Kemudian, kelompok Kristen Radikal Amerika Serikat Timothy Veigh. Mereka pernah
melakukan pengeboman Oklahoma City pada 19 April 1995.

Analisis:

Dalam kutipan koran tersebut terdapat beberapa teks fakta dan opini pada paragraf-
paragraf yang akan dijelaskan pada bagian berikut ini:

- Fakta:
Paragraf ke 4-6 merupakan paragraf-paragraf yang memuat konten-konten faktual.

Pada paragraf ke empat, bahwa kelompok radikal Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS)
pada faktanya memang pernah menyerang pertemuan ibadah Minggu di Karnataka, India,
3 Maret 2012.

Pada paragraf ke 5, faktanya kelompok radikal yang sama, RSS juga telah melakukan
pemaksaan kepada ratusan penganut kristen dan islam di Agra agar memeluk agama
hindu.

Sementara pada fakta yang berbeda, kelompok kristen radikal Timothy Veigh juga
pernah melakukan tindakan pengeboman di Oklahoma City,

- Opini:
Paragraf ke 1-3 sudah tentu merupakan opini;

paragraf 1 memuat penilaian PPP atas keberadaan paham radikal sebagai hal yang
berbahaya, dilanjutkan ke paragraf 2-3.

Mengapa bahaya? Karena tindakan radikal tersebut merupakan implementasi atas iming-
iming masuk sorga, maka dengan demikian banyak orang rela dan mau berbuat apapun
demi sorga.

Hal inilah yang menurut partai PPP agama dijadikan dalih kebenaran atas tindakan
radikal.
Ancaman Di Jalan Raya
Pernyataan Pendapat
Tiap tahun jumlah kendaraan bermotor di pulau Jawa selalu bertambah seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk dan pertambahan jumlah permintaan atas kendaraan
bermotor baik yang roda dua ataupun empat.

Hal tersebut tentunya membuat kondisi di jalan raya selalu ramai dan macet setiap
harinya.

Argumentasi
Setiap beberapa tahun sekali jalan raya tak hanya diperbaharui aspalnya, namun juga
diperlebar mengingat jumlah kendaraan yang lewat semakin ramai.

Tak hanya itu, jalan raya yang dulunya bisa dua arah kini banyak yang dibuat searah
mengingat kemacetan yang terjadi sudah sulit diatasi.

Perkara jumlah kendaraan yang bertambah setiap tahunnya tak hanya berdampak pada
kemacetan semata, namun juga berdampak pada peningkatan jumlah kecelakaan yang
terjadi di jalan raya.

Secara psikologis, kemacetan selalu membuat para pengendara habis kesabaran dan
cenderung ingin saling mendahului.

Di lampu merah terutama, sering terlihat banyak sepeda motor yang berhenti melebihi
batas yang disediakan. Tak jarang sebelum lampu berubah menjadi hijau, beberapa
kendaraan telah melaju duluan. Hal tersebut tentu sangat berbahaya dan tak jarang
kecelakaanpun terjadi.

Menurut data yang dihimpun oleh POLRI, setiap tahun angka kecelakaan selalu
meningkat.

Pada tahun 2015, korban meninggal dunia akibat kecelakaan berjumlah 22.158 jiwa dan
tahun 2016 angkat tersebut naik sekitar tiga persen, yakni 23.683 jiwa.

Sementara itu, jumlah total kecelakaan yang terjadi pada tahun 2015 adalah 87.878 kali
dan pada tahun 2016 sejumlah 96.635 kali.

Tentu angka tersebut menimbulkan kerugian yang tak terkira jumlahnya.

Lantas apa solusi untuk mengurangi resiko kecelakaan ini?

Sementara pemerintah telah meningkatkan jumlah dan mutu pelayanan transportasi


umum seperti bus, kereta, dan pesawat.
Namun demikian, alat transportasi darat seperti bus dan angkot masih belum menjadi
pilihan masyarakat untuk bepergian karena memang tidak sepraktis dan seekonomis
kendaraan pribadi seperti motor.

Hal ini masih menjadi PR bagi pemerintah untuk mengupayakan keselamatan masyarakat
dalam melakukan mobilitas.

Sebenarnya masyarakat tak hanya pasif dalam hal ini, sejumlah solusi dan pendapatpun
telah disuarakan sebagai kritik, misalnya pemerintah selalu menambah kuota jumlah
kendaraan yang bisa dipasarkan di Indonesia dan tidak segera memperbaharui dan
mempercanggih alat transportasi umum.

Bahkan sekarang, untuk mendapatkan kendaraan bermotor sangat mudah dengan cara
kredit yang bahkan tanpa uang muka.

Hal ini sebenarnya mengerikan karena mindset masyarakat tak akan pernah berubah dan
memilih kendaraan umum sebagai sarana transportasi utama. Kalaupun pemerintah
berusaha meredam pemakaian kendaraan bermotor dengan cara menaikan harga bahan
bakar dan menaikkan tarif pajak, hal tersebut tak akan berdampak banyak.

Semestinya pemerintah membuat kebijakan baru, yakni mempersulit atau mengurangi


angka pembelian kendaraan bermotor yang diimbangi dengan penambahan jumlah, mutu,
dan jalur bagi kendaraan umum sehingga situasinya bisa seperti zaman dahulu, yakni
warga lebih memilih kendaraan umum untuk bepergian.

Pernyataan Ulang Pendapat


Kemacetan yang terjadi di jalan raya akibat banyaknya jumlah kendaraan yang melintas
tak hanya berdampak sepele.

Ancaman di jalan raya bukanlah mitos bahwa resiko keselamatan mengendarai kendaraan
pribadi untuk bepergian hanyalah 50% saja.

Berhati-hati kadangkala bukanlah jaminan, pasalnya di jalan raya para pengendara


berhadapan dengan pengendara lainnya yang kadangkala ceroboh dalam berkendara.
Mudik Macet Khas Lebaran

Pernyataan Pendapat
Lebaran di Indonesia selalu diwarnai dengan kemacetan di berbagai wilayah khususnya
pulau Jawa dan Sumatra.

Meski pemerintah telah menyediakan berbagai jenis alat transportasi tambahan, akan
tetapi banyak pemudik yang memilih menggunakan kendaraan pribadi karena dengan
begitu mereka bisa bersilaturahmi ke kerabatnya dengan mudah tanpa harus memikirkan
kendaraan lagi.

Namun, resiko macet yang dihadapi juga tidak bisa disepelekan. Tak hanya itu,
kecelakaan di jalan juga menjadi resiko yang mengerikan.

Argumentasi
Lebaran semestinya menjadi momen yang membahagiakan karena umat muslim tak
hanya dapat berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarganya, namun juga sebagai
media untuk mempererat tali kasih sayang dan persaudaraan.

Sayangnya lebaran juga seringkali diliputi dengan suasana duka dengan kasus meninggal
karena kecelakaan di jalan.

Angka kematian karena kecelakaan pada tahun 2017 bisa dibilang menurun berdasarkan
data yang dihimpu oleh Polri dari angka 1.261 jiwa (tahun 2016) menjadi 743 jiwa (tahun
2017).

Bisa dibilang ini menjadi salah satu prestasi dari upaya pemerintah dan Polri untuk
menekan angka kematian akibat kecelakaan sata mudik.

Tetapi jika disikapi kembali, apakah setiap tahun harus selalu ada korban?

Bagaimanapun juga angka 743 jiwa yang meninggal bukanlah hal yang sepele.

Lantas apa upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk semakin meminimalisir
angka kematian akibat kecelakaan di jalan raya?

Jika ditinjau kembali, banyak masyarakat yang memilih menggunakan kendaraan pribadi
untuk mudik. Tentu selain karena mereka ingin bisa bepergian ke rumah kerabatnya
tanpa harus bingung dengan kendaraan, sarana transportasi yang disediakan oleh
pemerintah tetap tidak memadai.
Kita bisa melihat penumpang yang berjubel di setiap kendaraan umum dan tentunya
bepergian dengan kondisi semacam itu sangatlah tidak nyaman dan sama-sama beresiko.
Apa boleh buat, masyarakat tak punya pilihan lain.

Mudik saat lebaran bisa jadi adalah kewajiban dan kebutuhan yang harus dilakukan oleh
sebagian besar warga muslim (dan bahkan yang non muslim).

Sebetulnya budaya mudik ini merupakan budaya turun temurun yang telah ada bahkan
pada masa kolonial belanda.

Namun demikian, di masa lalu lebaran tidak identik dengan kemacetan karena selain
masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan umum, kendaraan pribadi memang
tak banyak dimiliki oleh masyarakat karena harganya mahal dan cara membelinyapun
susah.

Lalu bagaimana dengan mudik pada tahun-tahun berikutnya ketika jumlah masyarakat
dan jumlah kendaraan sudah semakin bertambah? Akankah jalan raya bisa muat untuk
dilalui semua jumlah kendaraan yang ada?

Rekayasa lalu lintas, pembagian arus, dan penambahan armada harus ditingkatkan oleh
pemerintah guna menekan jumlah angkan kematian akibat kecelakaan pada saat arus
mudik lebaran.

Bagaimanapun juga, masyarakat harus dikondisikan untuk memilih kendaraan umum


sebagai alat transportasi mudik. Tentu hal tersebut harus pula diimbangi dengan kualitas
pelayanan, misalnya semua penumpang bisa duduk, jalur bus dibuat khusus agar dapat
sampai tepat waktu tanpa terganggu kendaraan lain, dan lain sebagainya.

Pernyataan Ulang Pendapat


Sangat disayangkan apabila lebaran diwarnai dengan duka akibat kematian karena
kecelakaan saat mudik.

Masyarakatpun harus menyadari hal ini dan sudah semestinya untuk ikut memikirkan
solusi minimal untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing saat mudik dengan cara
disiplin berkendara, mematuhi aturan dan melaksanakan himbauan pemerintah dan Polri
seperti misalnya beristirahat ketika sudah lelah.
Kutipan Artikel Opini Kompas, 26-07-2017
Oleh: Yonki Karman

Indonesia Itu Kita


”Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.” (Jakarta 17-8-
’45, wakil-wakil bangsa Indonesia) Kepada dunia luar, proklamasi merayakan kekamian
Indonesia sebagai bangsa. Kami berhadapan dengan kekuatan kolonialisme asing. Kami,
para pejuang kemerdekaan, pedagang biasa, kaum terpelajar, ibu rumah tangga, dari
berbagai suku dan agama. Ke dalam, proklamasi juga merayakan kekitaan Indonesia
sebagai bangsa yang bersatu. [...]

Analisis:

- Fakta:
Dari kutipan tersebut kita sudah mendapatkan teks fakta tepat pada kalimat pembuka di
bagian paragraf awal opini tersebut, yakni: “”Kami bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaan Indonesia.”

Kalimat tersebut merupakan dokumen proklamasi kemerdekaan RI yang dibacakan oleh


presiden Soekarno. Dengan demikian, kalimat tersebut merupakan kalimat fakta.

- Opini:
Judul dan kalimat kedua hingga terakhir dalam paragraf kutipan tersebut merupakan
kalimat-kalimat opini yang dibangun oleh penulis berdasarkan kalimat fakta yang telah
dituliskan di awal paragraf.

Anda mungkin juga menyukai