Anda di halaman 1dari 29

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Karya sastra Sastra adalah karya sastra imajinatif bermedia yang nilai estetikanya bernilai dominan. Melalui karya sastra seorang pengarang bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan tertentu kepada pembaca. Sesuatu yang disampaikan itu biasanya merupakan gagasan tentang kehidupan yang ada disekitar pengarang. Novel juga sebagai salah satu bentuk karya sastra yang dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, melibatkan permasalahan yang lebih kompleks. Bentuk-bentuk karya sastra itu biasanya berupa prosa, puisi dan drama, disebut sastra. Berdasar sejarah perkembangan sastra di Indonesia, prosa dikelompokkan menjadi dua yaitu prosa lama dan prosa baru, berupa cerpen dan novel. Semua karya sastra termasuk novel merupakan sesuatu totalitas yang memiliki nilai seni. Totalitas itu dibangun oleh unsur-unsur pembangun yaitu dari unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik karya sastra yaitu unsur-unsur yang berada dalam karya sastra itu sendiri dan sebagai unsur pembangun dalam tubuh karya sastra itu. Unsur intrinsik pada karya sastra meliputi tema, alur, penokohan, latar, suasana, gaya bahasa dan sudut pandang. Analisis struktural bertujuan memaparkan dengan cermat fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya
1

sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural merupakan hubungan antar unsur yang bersifat timbal balik, saling menentukan, mempengaruhi yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Membaca novel berupa nilai-nilai dalam hal ini adalah nilai pendidikan yang digunakan sebagai cermin atau perbandingan dalam kehidupan. Pada dasarnya karya sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan kembali pengamatan dan pengalaman pengarang tentang peristiwa pada kehidupan yang menarik. Peristiwa-peristiwa itu merupakan peristiwa nyata atau mungkin hanya terjadi dalam dunia khayal pengarang. Sastra memiliki dunia sendiri. Suatu kehidupan yang tidak harus identik dengan kenyataan hidup. Kesusastraan pada saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan menggembirakan. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, sastra akan terus bergerak, tumbuh dan berkembang. Karya sastra adalah suatu hasil cipta manusia yang berdasarkan kenyataan dan diberi imajinasi pribadi lewat media lisan maupun tulisan. Pada hakekatnya karya sastra mempunyai dua unsur pembangun yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik adalah unsur pembangun yang terdapat didalam karya sastra itu sendiri. Unsur Ekstrinsik adalah dunia luar karya sastra yang turut melatar belakangi dan menunjang lahirnya karya sastra. Novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati menceritakan tentang seorang wanita yang tinggal di Jepang tepatnya di Nagoya. Dia selalu menjaga pendirian islamnya. Dia bernama Ummu S
2

menikah dengan pria pilihannya yang bernama Joy. Berharap berkecukupan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun harapan itu hanyalah semu. Selama di Nagoya dia berhasil menyebarkan agama islam pada warga Jepang yang minoritas islam itu. Mereka tertarik dengan ajaran Ummu S hingga semua anggota berhasil membuat wadah atau organisasi islamiyah di berbagai daerah di Nagoya. Ia pun mampu mengajak sang suami menjadi muslim. Anakanaknya pun senang menggeluti kegiatan rohani. Membaca novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura terlihat jelas bahwa meski berada jauh dari keluarga dan sanak saudara, berada di negeri yang individualis dan tidak mempedulikan agama, ia tetap menjaga islam dan mampu menarik masyarakat Nagoya untuk menjadi muslimin dan muslimah. Tetap rutin beribadah menjalankan perintah Allah meski suara adzan lirih terdengar, masyarakat yang hanya memikirkan karier dan segala sesuatu duniawiah saja. Novel ini menitik beratkan pada aktivitas rohani, keteguhan seseorang terhadap agamanya yaitu islam.

B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana unsure-unsur yang membangun cerita novel Menyemai Cinta Di Negeri Sakura karya Liza Anggraeni dan Senyawati? 2. Bagaimana penafsiran tentang segala peristiwa yang terjadi dalam Menyemai Cinta Di Negeri Sakura karya Liza Anggraeni dan Senyawati?
3

3. Bagaimanakah penilaian mengenai keseluruhan isi novel Menyemai Cinta Di Negeri Sakura karya Liza Anggraeni dan Senyawati?

C. Kerangka Teori 1. Pengertian Sastra Kata sastra dapat ditemukan diberbagai aspek dan konteks yang berbeda. Sastra merupakan istilah yang luas. Sastra dapat dipandang sebagai sesuatu hasil yang dapat dinikmati, sastra juga merupakan suatu yang erat hubungannya dengan ciri-ciri khusus suatu bangsa atau kelompok masyarakat. Kata kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta. Kata kesusastraan terbentuk dari kata susastra dan imbuhan ke-an. Sedangkan kesusastraan itu sendiri masih dapat dipecah lagi yaitu su dan sastra yang berarti tulisan atau karangan. Susastra berarti tulisan atau karangan yang indah dan baik, berimbuhan ke-an berarti segala hal atau sesuatu yang berhubungan dengan sastra. Kata kesusastraan dapat diartikan sebagai segala nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra adalah ciptaan manusia kedalam bentuk sastra, baik tulisan maupun lisan yang dapat menimbulkan rasa senang. Dalam Teory Of Literature karangan Rene Wellek dan Austin Werren dalam teori kesusastraan menyatakan ciri-ciri atau sifat-sifat kesusastraan antara lain: fiction (rekaan), imagination (daya angan) dan invention (daya cipta).

Dalam membaca dan memahami karya sastra kita selalu menghadapi keadaan yang paradoksal. Pada satu pihak sastra merupakan keseluruhan yang bulat, otonomi, disisi lain tidak berfungsi dalam situasi kosong. Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan tentang pengertian sastra. Sastra adalah karya imajinatif bermedia bahasa yang nilai atau unsur estetikanya dominan.

2. Pengertian Karya Sastra Sesuatu yang disampaikan oleh sastrawan dalam karyanya adalah tentang manusia dengan segala macam perilakunya. Kehidupan manusia tersebut diungkapkan lengkap dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, karya sastra dapat menambah kekayaan batin setiap hidup dan kehidupan ini. Karya sastra mampu menjadikan manusia memahami dirinya dengan

kemanusiaannya. Setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini terkandung nilai atau hikmah yang dapat kita petik manfaatnya. Untuk dapat menangkap nilai-nilai tersebut diperlukan kepekaan dan kearifan. Bagi orang awam hal yang mungkin tidak dapat menjadi semangat berarti bagi pengarang. Sesuatu yang dianggap tidak berarti oleh masyarakat itu diolah oleh pengarang kemudian diwujudkan kembali dalam bentuk karya sastra. Karya sastra memiliki fungsi ganda yaitu sebagai hiburan sedangkan disisi lain berusaha memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan.

Fungsi karya sastra bagi hidup dan kehidupan ke dalam lima kelompok, yaitu : a) Fungsi Rekreatif yaitu karya sastra dapat memberikan rasa senang, gembira serta menghibur para pembaca. b) Fungsi Estetis yaitu karya sastra itu indah, secara otomatis karya sastra akan memberi keindahan bagi penikmatnya. c) Fungsi Didaktif yaitu karya sastra yang baik biasanya mampu mengarahkan dan mendidik para pembaca karena nilai-nilai kebenaran yang terkandung didalamnya. d) Fungsi Moralitas artinya karya sastra yang baik biasanya selalu mengandung nilai-nilai moral yang tinggi. Dengan begitu pembaca akan tahu bagaimana moral yang baik dan buruk bagi dirinya. e) Fungsi Religiusitas yaitu karya sastra mengandung ajaran-ajaran agama yang harus dan wajib diteladani oleh para penikmatnya. f) Sasaran karya sastra bukanlah pikiran penikmat, melainkan perasaan. Karya sastra tidak bermaksud agar penikmat tahu yang dikomunikasikan, melainkan mengajak apa yang dirasakan pengarang. Karya sastra merupakan kehidupan buatan atau rekaan sastrawan. Kehidupan di dalam karya sastra adalah kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap penulisnya, latar belakang pendidikannya, keyakinannya, dan sebagainya. Karya sastra merupakan wujud ungkapan perasaan pengarang. Jika dilihat dari sifatnya, sastra merupakan karangan fiksi atau non ilmiah. Seperti juga
6

karangan

lain,

karya

sastra

dibuat

pengarang

dengan

maksud

untuk

mengkomunikasikan sesuatu kepada pembacanya. Hanya karena sifat dasarnya yang berbeda dengan karangan lain, maka sesuatu yang dikomunikasikan tersebut juga berbeda. 3. Novel Istilah tentang novel antara Negara satu dengan Negara lain beragam. Dalam Bahasa jerman disebut Novelle. Sedangkan dlam bahasa perancis disebut Nouvelle. Kedua istilah tersebut dipakai dalam pengertian yang sama yaitu prosa yang agak panjang dan sederhana karena hanya menceritakan maksud kejadian yang memunculkan suatu konflik yang mengakibatkan adanya perubahan nasib pelakunya. Beberapa pendapat mengenai novel dikemukakan oleh para ahli sastra. Namun sampai saat ini belum ada patokan yang dapat diterima oleh semua pihak. Novel dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam. Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia.

Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa 2. Terjadinya konflik hingga menimbulkan perubahan nasib 3. Terdapat beberapa alur atau jalan cerita
7

4. Terdapat beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita 5. Perwatakan atau penokohan dilukiskan secara mendalam Novel ialah suatu cerita dengan alur panjang mengisi satu buku atau lebih yang Mengarang kehidupan manusia yang bersifat imajinatif The Advanced Meaner Of Current English, menceritakan kehidupan manusia hingga terjadinya konflik yang dapat menyebabkan perubahan nasib bagi para pelakunya. Manfaat dari membaca novel adalah memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup ini. Selain itu dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin, memberikan penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui, serta dapat menolong pembacanya menjadi manusia yang berbudaya. Hasil cipta sastra akan selalu berbicara masalah manusia dengan segala permasalahan hidupnya, baik hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya maupun manusia dengan penciptaNya. Hasil karya sastra novel mengandung keindahan yang dapat menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian, menyegarkan perasaan pembaca, pengalaman jiwa yang terdapat dalam karya sastra memperkaya kehidupan batin manusia khususnya pembaca.

D. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan penulisan pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk menganalisis unsure-unsur intrinsic dari novel Menyemai Cinta Di Negeri Sakura karya Liza Anggraeni dan Senyawati. 2. Untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam novel Menyemai Cinta Di Negeri Sakura karya Liza Anggraeni dan Senyawati. 3. Untuk menilai keseluruhan isi novel Menyemai Cinta Di Negeri Sakura karya Liza Anggraeni dan Senyawati.

E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian ilmiah harus memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis, sehingga teruji kualitas penelitian yang dilalukan oleh seorang peneliti Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan terutama di bidang bahasa dan sastra Indonesia serta menambah wawasan dan pengetahuan, bagi penulis dan khususnya kepada pembaca dan pecinta sastra. 2. Manfaat praktis a. Mengetahui unsure-unsur intrinsic yang ada dalam novel Menyemai Cinta Di Negeri Sakura karya Liza Anggraeni dan Senyawati. b. Dapat memahami peristiwa-peristiwa yang ada dalam novel Menyemai Cinta Di Negeri Sakura karya Liza Anggraeni dan Senyawati.
9

c. Sebagai referensi tambahan dalam mata kuliah kritik sastra d. Sebagai motivasi dan referensi penelitian karya sastra Indonesia agar setelah peneliti melakukan penelitian ini muncul penelitian-penelitian baru sehingga dapat menumbuhkan motivasi dalam kesusastraan.

F. Hipotesis Sebuah penelitian tentunya memerlukan hipotesis sebagai asumsi dalam melakukan penelitian dalam rangka menimbang suatu keputusan akhir nantinya. Adapun hipotesis yang kami susun antara lain bahwa Novel Menyemai Cinta Di Negeri Sakura karya Liza Anggraeni dan Senyawati tersusun dari unsure-unsur intrinsic yang lengkap. G. Sumber data Sumber data penelitian ini di dapat dari buku novel Menyemai Cinta Di Negeri Sakura karya Liza Anggraeni dan Senyawati yang diterbitkan oleh penerbit Samudera. Judul buku Pengarang Tahun terbit Penerbit : Menyemai Cinta Di Negeri Sakura : Liza Anggraeni dan Senyawati : 2007 : Samudera, Sukohardjo

10

BAB II PEMBAHASAN

A. Sinopsis Cerita menggambarkan tentang kehidupan Mrs A atau Ummu S, hidup di negeri Sakura dengan keislamannya. Menikah dengan pria pilihannya dengan harapan hidup berkecukupan dan bahagia. Namun, ternyata kebahagiaan itu hanya semu. Istri identik dengan pembantu bagi suami. Perlakuan kasar secara fisik/ melalui ucapan yang melukai hati. Sering terlontar dari laki-laki yang menjadi Qawwam baginya. Perintah-perintah otoriter yang mutlak tak dapat dilanggar. Lemahnya iman dan tak kuatnya dasar pijakan Ruhiyah, menyebabkan dia terombang ambing dalam kehidupan. Ia seorang ibu rumah tangga, yang dianggap remeh ternyata tak sesederhana yang dibayangkan. Melewati tahun pernikahan ke-8 sudah tak terhitung berapa banyak pertanyaaan sejenis tapi Ummu S belum bisa menjawab. Masalah klasik ketidakcocokan antara mertua dan menantu sering terjadi setelah pernikahan. Yang awalnya begitu baik hati dan dirasa lebih perhatian daripada ibu kandungnya sendiri. Seiring berjalannya waktu. Suatu hari ketika memandang cermin. Ummu S merasa banyak kekurangan dalam tubuhnya. Hidung yang tidak mancung *(pesek = Bahasa Jawa), bulu mata yang tidak lentik, serta berbagai titik minus lainnya yang menimbulkan kekecewaan dalam diri, menimbulkan organ-organ
11

yang tak menghargai kondisi apa adanya. Hingga ketika mencuci piring, tanpa disadari ibu jari tangan kirinya terluka oleh pecahan gelas yang ditumpuk bersama dengan piring kotor. Sehingga dia harus dirawat ke UGD. Ternyata menurut ahli syaraf, otot ibu jari tangan kirinya ada yang putus. Maka dari itu telapak tangan kirinya harus di gips selama 3 pekan. Dan perlu waktu kira-kira 3 bulan untuk mengembalikan fungsi otot. Ini semua terjadi akibat dirinya yang tidak mensyukuri anugerah yang ada. Sekian lama Ummu S memakai jilbab membuat suaminya risih dan menyuruh untuk melepas jilbab. Ummu S hanya diam dan dengan ragu dia menuruti perintah suami. Semakin lama akhirnya dia gerah dengan perbuatan buka tutup jilbab. Merasakan dikejar oleh dosa, merasa mempermainkan Allah. Karena takut akan laknat Allah maka ia pun menentang perintah suaminya dan kembali berjilbab sepenuhnya. Tiap malam memanjatkan dan memohon kekuatan dan kesabaran dan petunjuk-Nya. Meskipun hidup jauh dari suasana keislaman, seperti tidak terdengarnya suara adzan dari masjid-masjid, mushola ataupun langgar, ceramah-ceramah keagamaan di TV atau majelis taklim, tetapi mereka yang minoritas senantiasa berusaha saling menjaga keimanan dan membuat beragam kegiatan. Bahkan di negeri orang inilah rasa persaudaraan sesama perantauan terasa mudah terjalin dan terikat kuat. Setelah tinggal di Jepang, tidak sedikit yang makin meningkat keimanannya dan memakai jilbab. Bahkan bisa mengajak teman-temannya
12

sesama orang Indonesia memakai jilbab dan juga membuat orang Jepang menjadi tertarik dengan agama islam. Di Nagoya, kota tempat tinggal Ummu S ada kegiatan pengajian keluarga yang dilaksanakan tiap hari ahad pekan kedua. Acara itu diadakan dirumah salah satu keluarga secara bergantian tiap bulannya. Lalu tiap hari Ahad di akhir bulan ada pengajian umum yang sebelumnya dimulai dengan acara mengaji untuk anak-anak. Selain itu, untuk menambah jam belajar dan bermain bersama anak-anak, ada pula kegiatan mengaji tiap hari Sabtu di Masjid Nagoya. Juga ada kegiatan mengkaji Al- Quran bagi ibu-ibu. Kelompok mengaji Al- Quran ada beberapa kelompok berdasarkan wilayah tempat tinggal karena tempat tinggal mereka tersebar. Untuk mereka para muslimah ada milis Fahima sebagai wadah forum silaturahmi muslimah di Jepang yang mencakup sampai ke negara-negara lain. Ada muslimah dari Perancis, Singapura, Qatar, Amerika dan lain-lain. Meskipun hidup diluar negeri yang fasilitas keagamaannya masih kurang daripada di Indonesia, bukan berarti kehausan mereka akan belajar dan menambah pengetahuan tentang agama Islam tidak tersalurkan. Justru dengan adanya fasilitas teknologi canggih, komunikasi antara mereka bisa berjalan lancar. Ditambah dengan tersedianya transportasi yang beraneka ragam dan tepat waktu, membuat mereka mudah untuk melangkah kaki menuju majelis ilmu. Dan
13

yang lebih penting lagi, bukan berarti mereka akan dengan mudah berganti agama.

B. Analisis Structural Novel 1. Alur Alur adalah penceritaan rentetan peristiwa yang penekanannya ditumpukan kepada sebab-akibat. Untuk merangkai peristiwa-peristiwa menjadi kesatuan yang utuh, pengarang harus menyeleksi kejadian mana yang perlu dikaitkan serta mana yang kiranya harus dipenggal ditengah-tengah. Hal yang demikian berguna untuk lebih menghidupkan cerita menjadi menarik sehingga pembaca berambisi terus untuk menekuninya. Alur dalam cerita kadang sulit untuk dicari karena tersembunyi dibalik jalan cerita. Namun, jalan cerita bukanlah alur. Jalan cerita hanyalah manifestasi bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari alur cerita. Dengan mengikuti jalan cerita maka dapat ditemukan alur. Alur bisa dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari awal, tengah, dan akhir terjadinya peristiwa. Tahap progresif bersifat linier. Jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah atau puncak dan berakhir pada tahap awal. Tahap regresif bersifat non linier. Ada juga tehnik pengaluran flash back (sorot balik) yaitu tahapannya dibalik seperti halnya regresif. Flash back mengubah tehnik pengaluran dari progresif ke regresif. Selain

14

yang tersebut diatas ada juga tehnik alur yang lain yaitu tehnik tarik balik (back tracking) yang dalam tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang. Alur adalah sambung-sinambungnya peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi yang lebih penting ialah menjelaskan mengapa hal itu terjadi, dengan sambungsinambungnya peristiwa ini terjadilah sebuah cerita. Sebuah cerita bermula dan berakhir. Antara awal dan akhir ini lah terlaksana alur itu. Tentu sudah jelas, alur itu mempunyai pula bagian-bagiannya yang sederhana dapat dikenal sebagai permulaan, pertikaian dan akhir. Walaupun cerita rekaan berbagai macam contoh, ada pola-pola tertentu yang hampir selalu terdapat dalam sebuah cerita rekaan, yang disebut struktur umum alur, yang digambarkan sebagai berikut : 1. paparan (exposition) Awal 2. rangsangan (inciting moment) 3. gawatan (rising action) 4. tikaian (conflict) Tengah 5. rumitan (complication) 6. klimaks (climax) 7. leraian (falling action) Akhir 8. selesaian (denouement) Berdasarkan teknik pengaluran, novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura menggunakan alur sorot balik (flash back), yaitu urutan tahapannya dibalik seperti regresif. Sorot balik dapat terlihat dalam kutipan berikut :
15

Hari itu aku pergi berbelanja ke Supermarket yang agak jauh dari rumahku. (Lizsa, 2007 :166). Kejadian itu telah berlalu beberapa tahun, tetapi masih membekas kuat dalam ingatan. Karena aku tak tahu mengapa pertanyaan seperti itu terlontar. Hingga kini ku tak tahu jawabnya. (Lizsa, 2007 :190). 2. Penokohan/ Perwatakan/ Karakter Penokohan merupakan proses yang digunakan pengarang untuk

menciptakan tokoh-tokoh pelaku cerita serta sifat atau gambaran yang berkenaan dengannya. Tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peran yang berbeda-beda. Menurut fungsinya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu : Tokoh Sentral yaitu tokoh yang menentukan gerak dalam suatu cerita. Tokoh Utama yaitu tokoh yang mendukung suatu cerita baik tokoh protagonis maupun antagonis. Tokoh Pembantu yaitu tokoh yang hanya berfungsi melengkapi terjadinya suatu cerita. Menurut perannya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu : Tokoh Protagonis yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca.

16

Tokoh Antagonis adalah pelaku yang tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca.

Tokoh Tritagonis adalah pelaku yang membantu dalam suatu cerita, baik tokoh protagonis maupun antagonis. Penyajian watak dan tokoh serta penciptaan citra tokoh terdapat beberapa

metode, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Ada kalanya Pengarang melalui penceritaan mengusahakan sifat-sifat tokoh, pikiran, hasrat dan perasaannya. Kadang menyisipkan komentar pernyataan setuju tidaknya akan sifat-sifat tokoh itu. Secara garis besar dapat mengenal watak para tokoh dalam sebuah cerita yaitu melalui apa yang diperbuatnya melalui ucapan-ucapannya, melalui penggambaran fisik seorang tokoh, melalui pikiran-pikirannya dan melalui penerangan langsung dari pengarang. Penokohan adalah penampilan watak atau karakter para tokoh oleh pengarang.Penampilan watak yang dilakukan oleh pengarang ada tiga macam cara yaitu : Cara Analitik yaitu pengarang secara langsung memaparkan watak tokohtokohnya. Misalnya, pengarang menyebutkan watak tokoh yang pemarah, otoriter, sombong, kasar, dan sebagainya.

17

Cara Dramatik yaitu watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran, cakapan, perilaku tokoh, bahkan penampilan fisik, lingkungan atau tempat tokoh, cara berpakaian dan pilihan nama tokoh, dan sebagainya.

Cara Campuran yaitu gambaran watak tokoh menggunakan cara Analitik dan Dramatik secara bergantian. Dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura, cara yang digunakan

pengarang untuk menampilkan watak tokoh dalam ceritanya, menggunakan cara Analitik. Pengarang memaparkan watak tokoh-tokohnya yang ditunjukkan pada kutipan berikut ini : Joy, seorang suami yang otoriter (perintah yang mutlak tidak boleh dilanggar). Namun, disisi lain sebenarnya ia sangat menyayangi istrinya yaitu Ummu S. ( Lizsa, 2007 :17). Ummu S, istri Konsulat Bosnia. Lahir dan besar sebagai seorang muslim. Namun, tergerak hati untuk belajar agama di usia senja. Ia seorang ibu rumah tangga, sabar dan pengalah. (Lizsa, 2007 :15) Saya percaya, galaknya mertua, cerewetnya mertua atau cap miring apalah yang ada pada mertua, tidak lebih semata-mata karena mereka pun adalah manusia. Hamba Allah yang tak lepas dari sifat baik dan buruk. Namun ada kalanya ibu mertua seperti sahabat yang bisa diajak curhat. Kalaupun ada pergesekan,saya anggap hal yang wajar tak perlu dimasukkan dalam hati. (Lizsa, 2007: 68-69).

18

Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura menampilkan tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh utama yang protagonis adalah Ummu S, semenjak dalam perantauan negeri Sakura, Nagoya yang individualis, seorang suami yang otoriter. Namun ia tetap tegar dan tabah. Yang akhirnya ia berhasil menarik warga masyarakat Nagoya untuk mengenal islam. Hingga semua berhasil membangun organisasi islamiah di berbagai daerah. Anak-anaknya pun ikut serta menggeluti islam serta suaminya pun mau untuk beragama islam dan berubah menjadi sosok yang penyayang. Tokoh Antagonis adalah Joy suami Ummu S sendiri. Ia tidak setuju dengan agama yang dianut Ummu S yaitu Islam. Dia berusaha mempengaruhi Ummu S untuk melepas jilbab kemana pun ia pergi. Akan tetapi Ummu S mampu mengelak dengan berbagai akal untuk menjawabnya. Pernyataan tersebut terdapat dalam kutipan dibawah ini : Sudah. Lepas aja tutup kepalanya itukatanya. (Lizsa, 2007: 106) Kalau bisa, jangan pakai itu, kata suamiku kedua kalinya. Liat tuh di TV, orang Islam ngebom Inggris, katanya pula. Dia masih mencoba menggoncangkan kemantapan hatiku. (Lizsa, 2007: 107) Tokoh bawaannya yaitu Kiki, Yosh, Chi-chi, Mertua Ummu S, Shota dan Takahashi. Disebut tokoh bawaan karena kemunculannya berfungsi untuk mendukung tokoh utama, walaupun sebagian ada hubungannya dengan tokoh utama. Dilihat dari cara menampilkan tokoh, dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakuramenggunakan tokoh bulat. Pengarang menampilkan tokoh
19

protagonist Ummu S selain menyoroti sifat baik, sabar, tabah, rajin sembahyang dan penolong, juga menyoroti sifatyang tidak baik, tidak mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepadanya. 3. Latar Latar adalah tempat suatu peristiwa dalam cerita yang bersifat fisikal biasanya berupa waktu, tempat dan ruang. Termasuk didalam unsur latar adalah waktu, hari, tahun, periode sejarah, dan lain-lain. Latar cerita mencakup kerengan-keterangan mengenai keadaan sosial dan tempat dimana peristiwa itu terjadi. Fungsi latar selain memberi ruang gerak pada tokoh juga berfungsi untuk menghidupkan cerita. Dalam latar ini, pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa yang selain berkaitan untuk membangun cerita yang utuh. Kemunculan latar dalam cerita disebabkan adanya peristiwa, kejadian, juga adanya tokoh. Tokoh dan peristiwa membutuhkan tempat berpijak, membutuhkan keadaan untuk menunjukkan kehadirannya. Latar dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakurameliputi aspek waktu, ruang dan suasana. a) Waktu Novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura menggunakan istilah waktu dalam cerita seperti pagi, sore, malam, sekian hari, sekian minggu, sekian bulan dan sebagainya. Terlihat dalam kutipan berikut : Dua minggu kebelakang saya mendapat kabar gembira dari seorang sahabat
20

melalui telepon. (Lizsa, 2007: 16) ..Kejadian tersebut telah berlalu lewat dari 10 tahun. Meski kini tak pernah lagi mengejar bus jurusan ini. Namun peristiwanya masih lekat dibenak. (Lizsa, 2007: 43) b) Tempat Tempat yang digunakan dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakuradi Negara Jepang tepatnya di Nagoya. Tempat tinggal Ummu S setelah menikah dengan Joy. Terlihat dalam kutipan berikut : Di Nagoya tempat tinggal saya ada kegiatan pengajian keluarga yang dilaksanakan tiap hari ahad pekan ke dua. (Lizsa, 2007: 192) c) Suasana Suasana yang tergambar dalam novel ini adalah suasana kota Nagoya yang Individualis. Negara sekuler yang tak peduli akan keberadaan agama. Kehidupan bebas, hedonisme, serta mementingkan karier duniawiah saja. 4. Gaya bahasa Bahasa dalam karya sastra mempunyai fungsi ganda. Ia tidak hanya sebagai alat penyampaian maksud pengarang, melainkan juga sebagai penyampaian perasaan. Pengarang dalam menyampaikan tujuannya dapat menggunakan cara-cara lain yang tidak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Cara-cara tersebut misalnya dengan menggunakan perbandingan-perbandingan, menghidupkan benda-benda mati, melukiskan sesuatu keadaan dan

menggunakan gaya bahasa yang berlebihan.


21

Usaha atau tindakan yang dilakukan sastrawan agar pendengar atau pembaca tertarik dan terpengaruh oleh gagasan yang disampaikan melalui tuturnya dengan pemilihan bahasa, pemakaian ulasan, dan pemanfaatan gaya bertutur Bahasa dalam novel ini menggunakan bahasa tak baku. Bahasa yang tidak sesuai dengan EYD. Terdapat dalam kutipan berikut : Nggak.nggak suka ah,kata Kiki dengan wajah tak suka. (Lizsa, 2007:130) Ah.masih agak sepi, nih, batinku senang. (Lizsa, 2007: 119) 5. Amanat Amanat adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang. Amanat dipakai pengarang untuk menyampaikan tanggung jawab problem yang dihadapi pengarang lewat karya sastra. Amanat merupakan pesan atau gagasan yang mendasar yang dituangkan pengarang dalam karyanya untuk memecahkan peristiwa yang terjadi. Istilah amanat berarti pesan. Amanat cerita merupakan pesan pengarang kepada pembaca atau publiknya. Pesan yang hendak disampaikan mungkin tersurat. Tetapi mungkin juga tidak jelas, samara-samar atau tersirat. Amanat yang terdapat dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura adalah : Hendaknya seseorang bersabar dalam segala hal menghadapi cobaan hidup, tetap mempertahankan islam diri di Negara yang minoritas Islam, hurahura, hedonisme dan sebagainya. Dan setidaknya kita mampu mengajak non

22

muslim atau orang-orang tak beragama untuk bergabung masuk islam dengan teknik pengajaran yang menarik. Inilah amanat yang dapat penulis ambil dari novel Menyemai Cinta di Negeri Sakurakarya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati yang diambil secara tersirat. 6. Tema Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita tetapi mau mengatakan suatu hal pada pembacanya. Sesuatu yang ingin dikatakan itu bila suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau karakter terhadap kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semua didasari oleh ide dari pengarang. Berdasarkan keterangan diatas dan dengan membaca novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati mengisahkan pelaku utama yaitu Ummu S atau Mrs A, dengan segala permasalahan yang dihadapi maka akan ditemukan ide dasar cerita atau tema yang terkandung didalam karya sastra tersebut. Adapun tema dari novel ini ialah keteguhan hati dan pendirian agama dalam negeri perantauan. 7. Sudut pandang Sudut Pandang ialah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. Sudut Pandang merupakan hasil karya seorang pengarang sehingga terdapat pertalian yang erat antara pengarang dengan karyanya.

23

Sudut Pandang/ Point Of View menyarankan pada cara sebuah cerita kisahan. Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pusat pengisahan meliputi : narrator omniscient,narrator observer, narrator observer omniscient, serta narrator the third person omniscient. Sudut Pandang cerita itu sendiri secara garis besar dapat dibedakan ke dalam 2 macam : persona pertama, gaya aku, dan persona ketiga, gaya dia. Pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam cerita, atau darimana dia melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu. Lizsa Anggraeny dan Seriyawati menceritakan para pelaku dalam novel adalah pengarang sebagai orang pertama dengan kata aku atau ku untuk tokoh utama. Dapat dilihat dalam kutipan berikut : Aku menguatkan diri sendiri dengan menceramahi diri, mengolok diri dan mempertanyakan langkah-langkahku selama ini. ( Lizsa, 2007: 109) Disinilah, cintaku bersemi dan makin mekar kepadaNya. Yang kuharap hanyalah cintaNya. (Lizsa, 2007: 109)

C. Penafsiran Dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura Dalam karya sastra, nilainilai pendidikan yang disampaikan penciptaannya dimuat didalamnya. Hasil karya
24

sastra, pengarang tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya saja tetapi secara implisit juga mempunyai maksud dorongan, mempengaruhi pembaca untuk memahami, menghayati dan menyadari masalah serta ide yang diungkapan termasuk nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalam karya sastra tersebut. Pembaca bisa mengambil nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalamnya. Pembaca karya sastra bisa mengambil pelajaran serta hikmah, nilai-nilai dan contoh-contoh dari karya sastra yang dibacanya dengan penuh kesadaran sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dan pengajaran sastra jika ditangani dengan bijaksana, akan membawa kita dan anakanak didik ke dalam kontak dengan pikiran-pikiran dan kepribadian-kepribadian besar dunia. Para pendidik dan pemikir besar dari berbagai zaman.

D. Penilaian Menyeluruh Novel Secara keseluruhan Semua karya sastra atau karya seni memiliki keindahan apabila terdapat keutuhan antara bentuk dan isi, keseimbangan dan keserasian penampilan dari karya seni yang lain. Nilai keindahan akan tampak lebih relatif, jika yang kita perhatikan adalah penilaian atau penghargaan terhadap sastra itu. Sastra sebagai cabang seni akan melengkapi sentuhan estetis dengan mengembangkan aspek rasa ini demi sempurnanya aspek keindahan dalam sastra, yang dihubungkan dengan tehnik cerita, gaya bahasa, unsur-unsur yang lain sebagai variasinya. Nilai estetika adalah nilai kesopanan dan budi pekerti atau akhlak. Nilai susila adalah yang berkenan dengan tata krama atau disebut beradab. Dan menurut
25

kami, novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura telah memenuhi unsure-unsur tersebut.

26

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan terhadap landasan teori serta analisis struktural novel menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Sastra adalah karya imajinatif bermedia bahasa yang nilai atau unsur estetikanya dominan. Karya sastra adalah sesuatu yang disampaikan oleh sastrawan dalam karyanya adalah manusia dengan segala macam perilakunya berupa rekaan dari sastrawan. Memiliki 5 fungsi (Fungsi rekreatif, estetis, didaktif, moralitas dan religiusitas) yang intinya sebagai hiburan dan memberikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan. Macam-macam karya sastra modern antara lain : Novel, Cerpen, serta Puisi. Hasil analisis unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam novel Menyemai Cinta di Negeri Sakura karya Lizsa Anggraeny dan Seriyawati. Unsur Intrinsik meliputi : 1. Alur/ Plot, tehnik pengaluran yang digunakan pengarang adalah tehnik sorot balik/ Flash back yaitu urutan tahapan dibalik seperti regresif. 2. Penokohan, dilukiskan dengan jelas dalam cuplikan-cuplikan novel. Ummu S, tokoh yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius dalam tiap langkah. 3. kehidupan dan tegar menghadapi setiap permasalahan hidup yang dialaminya. Sedangkan tokoh lain berkarakter sesuai dengan sifatnya.
27

4. Latar, meliputi aspek tempat, waktu dan suasana. Latar tempat dalam novel tersebut terjadi di beberapa tempat, antara lain di sebuah supermarket di Jepang, Nagoya, Stasiun Tokyo dan lain-lainnya. Aspek waktu pada tahun 2000an, kebanyakan bahasa menggunakan bahasa tidak baku layaknya kehidupan saat ini. Suasana kehidupan yang dialami masyarakat Nagoya adalah karier, kesibukan yang dilakukan semata hanyalah kepentingan karier namun masih bersosialisasi dengan masyarakat meskipun ada yang bersifat individualis. 5. Amanat yang dapat dipetik adalah hendaknya seseorang bersabar dalam menghadapi cobaan hidup, tetap mempertahankan islam diri di Negara lain, serta mampu mengajak masyarakat untuk ikut serta menjadi muslimin dan muslimah yang baik. 6. Tema yang terdapat adalah keteguhan hati dan pendirian agama dalam negeri perantauan. 7. Gaya bahasa, dalam novel banyak menggunakan kata-kata tidak baku misal : Nggak, Ah, Agak,aja, dan lain sebagainya. Majas yang digunakan yaitu personifikasi. 8. Sudut Pandang, pengarang sebagai orang pertama dengan kataaku atau ku untuk tokoh utama.

28

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny, Lizsa dan Seriyawati. 2007. Menyemai Cinta di Negeri Sakura. Sukoharjo: Penerbit Samudera. Nurasmawati. 2010. Kritik Sastra. Bulukumba:STKIP Muhammadiyah Bulukumba Ali, Lukman. 1967. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia Sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru. Jakarta: PT Gunung Agung. Arifin, Syamsir. 1991. Kamus Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya. Atmazaki, 1990. Ilmu Sastra: Teori dan Sastra. Padang: Angkasa Raya. Henry Guntur Tarigan. 1993. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Jakarta: Penerbit Angkasa.

29

Anda mungkin juga menyukai