Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR JAWAB UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL

Mata Kuliah : Kajian Mutakhir Sastra Indonesia


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Harjito, M. Hum

Oleh:
Saiful Jihad
22520001

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SOAL
1. Apakah yang disebut sastra? Jelaskan
2. Apakah ciri-ciri sastra Indonesia? Jelaskan
3. Bagaimanakan relevansi pengkajian sastra Indonesia dengan perkembangan pembangunan di
Indonesia pada masa kini? Jelaskan

JAWABAN
1. Sastra adalah kekayaan rohani yang berupa sebuah cara pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan
ilmu jiwa yang dapat memperkaya rohani seseorang (Siswanto, 2008). Sastra adalah ungkapan
pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam
suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo & Saini
1997). Bentuk dari sastra yang berupa imajinasi atau bahkan data konkret dikarenakan dalam sastra
tidak hanya berupa sastra fiksi saja, namun juga terdapat jenis sastra non fiksi. Jenis sastra tersebut
berasal dari data nyata yang berupa berita atau sejarah yang kemudian dikemas menjadi karya yang
lebih estetis guna menggugah pembacanya. Sastra mempunyai kemampuan untuk merekam sebuah
pengalaman yang empiris, natural, maupun pengalaman yang tidak natural dan empiris. Dengan kata
sederhananya, sastra bisa menjadi sebuah saksi bisu atau komentator dalam kehidupan manusia.
2. Sastra di Indonesia dibagi menjadi dua, yakni sastra lama dan sastra baru. Masing-masing dari jenis
sastra tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda. Ciri dari sastra lama di Indonesia sebagai berikut:
a. cenderung berisi sastra lisan
b. anonim
c. bersifat komunal
d. mencerminkan ketertarikan terhadap aturan hidup bermasyarakat secara kaku
e. terbitan dan angkanya tidak berangka tahun
f. bersifat istana sentris
g. bentuknya baku
h. bersifat mendidik dengan diperlihatkan secara jelas
i. terdapat banyak bahasa klise
Sedangkan ciri dari sastra baru di Indonesia sebagi berikut:
a. berisi karya tulisan dan lisan yang lebih sempurna dari sebelumnya
b. nama pengarang dicantumkan
c. bersifat individual
d. paparan cerita dan peristiwa lebih dinamis
e. mencerminkan kebebasan kehidupan
f. bersifat masyarakat sentris
g. sifat mendidiknya tidak diperlihatkan secara jelas
3. Perkembangan sastra di Indonesia terbagi menjadi dua, yakni sastra lama dan sastra baru. Sastra
lama menjadi bahan untuk melawan penjajah. Dalam sastra lama tersebut, karya-karya yang hadir
berupa ujaran sindiran bagi pemerintahan Koloni. Ujaran tersebut sebagai bentuk perlawanan ke
penjajah yang paling efisien pada masa tersebut. Dengan banyaknya karya-karya sastra yang muncul
pada era tersebut, membuat gejolak nasionalisme rakyat Indonesia menjadi membara, serta menjadi
cikal bakal rakyat Indonesia menggunakan teknik gerilya dalam melawan penjajah dan meraih
kemerdekaan.
Sedangkan sastra baru menjadi tempat dan sarana untuk mengungkapkan kebebasan hidup. Mulai
dari adanya emansipasi wanita, yang mana wanita dapat melakukan kegiatan dan aktivitas yang sama
seperti dilakukan oleh laki-laki. Sastra baru juga menjadi tempat untuk bebas berpendapat dan
mengkritik mengenai kebijakan pemerintahan, maupun kebijakan dari instansi swasta. Selain itu,
sastra baru juga dapat menjadi sarana bercerita mengenai kehidupan pribadi sebagai bentuk
kebebasan atau kemerdekaan berpendapat ke khalayak ramai.
Sebagai salah satu ilmu humaniora, ilmu sastra juga harus berperan dalam mengatasi berbagai
macam permasalahan hidup manusia, termasuk masalah ketidakadilan gender dan degradasi
lingkungan hidup. Dengan kemampuan pengetahuannya yang diperoleh melalui proses penelaahan
ilmiah, ilmuwan sastra diharapkan mampu menempatkan masalah yang dihadapi masyarakat pada
proporsi yang sebenarnya, memberikan perspektif yang benar: untung ruginya, baik buruknya,
sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan.
Dalam konteks ilmu sastra dikenal kritik sastra feminis dan kritik sastra ekofeminis. Kritik sastra
feminis merupakan praktik pemahaman terhadap fenomena sastra, baik yang berorientasi pada karya
sastra maupun penulisnya dengan memfokuskan pada masalah ketidakadilan gender. Lahirnya kritik
sastra feminis tidak dapat dipisahkan dari gerakan feminisme yang pada awalnya muncul di Amerika
Serikat pada tahun 1700-an. Dalam paradigma perkembangan kritik sastra, kritik sastra feminis
dianggap sebagai kritik yang bersifat revolusioner yang ingin menumbangkan wacana yang dominan
yang dibentuk oleh suara tradisional yang bersifat patriarkat (Ruthven, 1985:6). Tujuan utama kritik
sastra feminis adalah menganalisis relasi gender, terutama ketika perempuan berada dalam dominasi
laki-laki. Melalui kritik sastra feminis akan dideskripsikan opresi perempuan yang terdapat dalam
karya sastra. Humm (1986:14-15) juga menyatakan bahwa penulisan sejarah sastra sebelum
munculnya kritik sastra feminis dikonstruksi oleh fiksi laki-laki. Oleh karena itu, kritik sastra feminis
melakukan rekonstruksi dan membaca kembali karya-karya tersebut dengan fokus pada perempuan,
sifat sosiolinguistiknya, mendeskripsikan tulisan perempuan dengan perhatian khusus pada
penggunaan kata-kata dalam tulisannya.

DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.
Sumardjo, Jakob dan Saini. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
https://uny.ac.id/id/fokus-kita/prof-dr-wiyatmi-mhum_peran-sastra-dalam-upaya-penyadaran-
keadilan-gender-dan-keadilan
http://ardisetiawan1989.blogspot.com/2013/11/sejarah-sastra-ciri-ciri-sastra.html

Anda mungkin juga menyukai