Anda di halaman 1dari 4

Nama : Atika Duri

Nim : 2210722017
Pengganti UAS : Sejarah Kesusastraan Indonesia
Terkait artikel ilmiah populer

Makna Sastra bagi Mahasiswa


Oleh : Atika Duri

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Indonesia kaya akan berbagai karya sastra , seperti
puisi,prosa dan juga drama. Kata sastra itu sendiri terbentuk dari kata Sansekerta su sas tra yaitu su
yang artinya indah, baik . Sas artinya aturan atau nasihat dan tra artinya alat. Jadi sastra itu sendiri
berarti alat untuk menyampaikan aturan atau nasihat dengan menggunakan bahasa atau suatu hal
yang menarik dan indah. Keindahan dari hasil suatu karya yang diciptakan oleh seorang penyair itu
ditentukan oleh penyair itu sendiri. Menurut Lexemburg, (dalam Surastina, 2018:63) sastra dapat
dipandang sebagai suatu gejala sosial yang terkait dengan kehidupan di masyarakat berdasarkan
normanorma dan adat istiadat pada zaman tertentu pada saat sastra ditulis. Pengarang menulis
sebuah karya sastra berdasarkan pengalaman batin dan sikap hidup yang dijalaninya. Pendek kata,
novel adalah karya imajinatif yang didasari kesadaran dan tanggung jawab kreatif sebagai karya seni
yang berunsur keindahan dengan menawarkan model-model kehidupan yang diseimbangkan
pengarang. Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan
untuk dinikmati dan diapresiasi (Anggraini, 2017:77).

Saya merupakan seorang mahasiswa aktif universitas Andalas Padang dengan jurusan sastra
Indonesia , saya memiliki pandangan sendiri tentang apa itu sastra .

Menurut pendapat saya pribadi sastra itu sesuatu yang memiliki kemampuan dan keindahan yang
dituangkan dalam setiap kata – kata dari seorang penyair. Misalnya saja puisi , puisi merupakan
karangan indah yang dituangkan dalam setiap kata maupun kalimat. Puisi sebagai salah satu jenis
sastra, merupakan pernyataan sastra yang paling utama. Segala unsur seni kesastraan mengental
dalam puisi. Puisi juga banyak mengandung nilai dan keindahan khas yang akan terungkap jika kita
mampu memahaminya dengan baik dan benar. Menulis puisi merupakan sebuah kenikmatan seni
sastra. Menurut Sayuti (2008: 24) puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa
secara khas. Hal ini sejalan dengan pandangan yang menyatakan bahwa jika suatu ungkapan yang
memanfaatkan sarana bahasa itu bersifat “luar biasa” ungkapan itu disebut sebagai ungkapan sastra
atau bersifat sastrawi.

Dahulu masa saya sekolah dasar, puisi yang diajarkan oleh guru saya menggunakan ab-ab ,ac-ac.
Tetapi setelah saya memasuki perkuliahan banyak sekali puisi karya Chairil Anwar atau pun itu
sapardi djoko damono dan juga Moehammad Gunawan, puisi yang dihasilkan oleh mereka tidak
menggunakan ab-ab atau pun ac-ac . Setelah itu pun saya mulai berpikir kenapa para penyair
membuat puisi tidak menggunakan ab-ab seperti yang sudah diajarkan oleh guru saya semasa
sekolah , saya pun mulai bertanya tanya dan sampai sekarang pun saya masih belum mendapatkan
jawabannya , biarlah waktu yang menjawab pertanyaan tersebut.

Dari banyaknya kegunaan sastra, bagi mahasiswa sekarang sastra juga menjadi wadah bagi orang
yang galau, sedih, juga bahagia, saluran bagi provokasi, mobilisasi, dan orang orang yang memiliki
jiwa pengkritik . Dari sebelum datangnya penjajahan, sastra sudah dikenal sejak dahulu terlihat jelas
dari kerajaan melayu memanfaatkan sastra sebagai bahan dokumentasi sejarah, khususnya kejadian-
kejadian penting di nusantara berbentuk prosa macam “Hikayat Hang Tuah”, “Hikayat Pelanduk
Jenaka” dan “Hikayat Raja-Raja Pasai”. Lalu di masa penjajahan sastra digunakan untuk
menyebarkan semangat kemerdekaan, menyusupkan ideologi kepahlawanan layaknya Chairil
Anwar, Mochtar Lubis dan Pramoedya Ananta Toer. Sastra pun juga pernah “nakal” ketika Suharto
duduk dalam tampuk kekuasaan, ialah Seno Gumira Ajidarma dalam bukunya “Ketika Jurnalisme
Dibungkam, Sastra Harus Bicara” berbarenganan dengan hilangnya Widji Thukul, seorang aktivis
yang ganas protes dalam karyanya pada setiap kebijakan Orde Baru.

Pertanyaannya adalah sastra saat ini akan dibawa kearah mana? Apakah karena sudah tidak punya
jalan dan makna, maka sastra sekarang menjadi kering akan arti. Globalisasi, modernisme,
demokrasi dan liberalisasi menjadi bahan bacaan yang penting bagi bahan bakar sastra humanis,
seni untuk seni – bukan bentuk revolusi dari realis – dan seni untuk dinamika sosial masyarakat.

Di dalam sastra itu sendiri terdapat pemikiran – pemikiran budaya yang kuat dan berpotensial .
Mahasiswa sekarang sibuk dengan organisasi – organisasi baik itu di dalam kampus maupun diluar
kampus sedang mahasiswa itu sendiri lupa dengan ilmu budaya yang sangat dekat dengan mereka
sendiri serta mengabaikan ilmu sastra padahal didalam ilmu budaya itu sangat berpotensial dalam
meningkatkan mobilitas sosial. Apakah mahasiswa sekarang akan menjadi hewan yang pandai
seperti yang diungkapkan oleh pram pada novel “bumi dan manusia “ yang tidak lebih baik dari
manusia primitif di benua Afrika yang masih mencintai sastra . Sebaiknya mahasiswa melirik sastra
sebagai bentuk alternatif pengembangan diri, sebuah terapi jiwa paling murah, bahkan gratis, atau
menjadi alat perjuangan ketika semua cara bahkan yang paling terakhirpun tidak bisa memberi
pencerahan yang memuaskan.

Salah satu kualitas sastra yang paling melegenda adalah ketika menulis sebuah fiksi, anda tidak akan
pernah dianggap sebagai penghujat maupun tukang fitnah, karena apa yaitu karena sastra
merupakan karya fiksi yang merupakan imajinasi intelektual sehingga tidak dapat dituntut oleh siapa
pun. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan memanfaatkan sastra sebagai alat untuk menghimpun
pemikiran – pemikiran sebuah pergerakan dengan cara yang cerdas dan juga kreatif yang dapat
dipublikasikan kepada khalayak tanpa memikirkan tuntutan dari orang lain.

Ada beberapa faktor terkait kenapa mahasiswa kurang dengan yang namanya sastra salah satunya
yaitu pembahasan sastra tersebut hanya berisi kan tentang seni dan juga budaya sehingga banyak
mahasiswa menganggap bahwa sastra kurang cocok atau tidak relevan pada konteks studi akademis
moderen , faktor lainnya yaitu tentang minat pribadi ,program studi, dan pengalaman pribadi dapat
memengaruhi pandangan mereka terhadap sastra. Penyebab lainnya adalah kurangnya keterlibatan
atau pemahaman dengan materi, atau bahkan kurangnya relevansi yang mereka rasakan terhadap
studi sastra dalam konteks kehidupan sehari-hari atau karier mereka. Faktor-faktor ini dapat
beragam antara individu.

Untuk meningkatkan minat mahasiswa terhadap sastra, pendekatan yang kreatif dan terlibat bisa
membantu. Beberapa cara yang mungkin efektif:
1. Relevansi Kontemporer: Menyajikan karya sastra yang relevan dengan isu-isu kontemporer
dapat membuatnya lebih menarik dan relevan bagi mahasiswa.

2. Diskusi Terbuka: Mendorong diskusi aktif di kelas dapat membangun pemahaman yang lebih
mendalam dan memberikan mahasiswa kesempatan untuk menyuarakan pendapat mereka.

3. Berbagai Genre: Menyertakan berbagai genre sastra, termasuk yang lebih modern atau
populer, dapat memenuhi berbagai selera dan preferensi.

4. Aktivitas Kreatif: Mengintegrasikan kegiatan kreatif seperti menulis cerpen atau membuat
interpretasi visual dari sebuah karya sastra dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa.

5. Menghubungkan dengan Kehidupan Pribadi: Menunjukkan bagaimana tema sastra dapat


relevan dengan kehidupan sehari-hari atau pengalaman pribadi mahasiswa dapat
meningkatkan ketertarikan mereka.

6. Media Alternatif: Menggunakan media lain seperti film, podcast, atau rekaman sastra dapat
membuat pembelajaran lebih dinamis dan menyenangkan.

7. Tunjukkan Nilai Instrinsik: Menyoroti nilai instrinsik karya sastra, seperti pengembangan
empati, pemahaman mendalam, dan kekayaan bahasa, dapat membantu mahasiswa melihat
manfaat jangka panjang dari memahami sastra.

Penting untuk mendengarkan umpan balik mahasiswa dan terbuka terhadap perubahan
untuk membuat pengalaman pembelajaran lebih positif dan bermakna bagi mereka. Dengan
demikian bisa diharapkan mahasiswa menyukai sastra .

Mahasiswa seharusnya menyukai sastra karena karya sastra dapat memberikan beberapa manfaat
penting. Beberapa alasan mengapa mahasiswa harus menyukai sastra antara lain:

1. Melatih sikap kritis dalam menganalisis setiap permasalahan. Karya sastra diciptakan untuk
menyampaikan pesan tertentu yang memiliki makna, sehingga dengan menyelami karya
sastra, seorang mahasiswa akan memiliki kepekaan terhadap berbagai permasalahan
2. Menumbuhkan daya analisis. Membaca karya sastra, terutama yang bersifat fiksi, dapat
digunakan sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan analisis, terutama bagi mereka
yang menyukai genre misteri dan detektif
3. Meningkatkan kemampuan menulis. Memahami dan menulis karya sastra dapat membantu
dalam mengembangkan kemampuan menulis yang baik.
4. Memperkaya diksi. Dalam karya sastra fiksi, seperti puisi dan prosa, terdapat penggunaan
bahasa yang kaya, sehingga dapat memperkaya kosakata dan gaya penulisan seseorang
5. Menggali kesenangan dalam dunia kata-kata. Menyukai sastra berarti menyukai kemampuan
kata-kata untuk berdansa di atas halaman dan melukiskan berbagai emosi.
6. Melatih sikap kritis dalam menganalisis setiap permasalahan. Karya sastra diciptakan untuk
menyampaikan pesan tertentu yang memiliki makna, sehingga dengan menyelami karya
sastra, seorang mahasiswa akan memiliki kepekaan terhadap berbagai permasalahan.
Dengan demikian, mahasiswa seharusnya mempelajari dan menyukai sastra karena manfaat-
manfaat tersebut dapat membantu dalam pengembangan berbagai aspek keilmuan dan kreativitas.

Anda mungkin juga menyukai