Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER

MATA KULIAH
TEORI DAN APRESIASI SASTRA INDONESIA
Dosen Pengampu: Dr. Oom Rohmah Syamsudin, M.Hum.

GENRE SASTRA

Disusun oleh:
Eko Juliyanto (20227179002)
Endah Suci (20227179026)
Regina Rizky Wulandari (20227179030)

FAKULTAS PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
PENDAHULUAN
Sastra dapat dijumpai dalam berbagai literatur yang ditulis oleh para ahli. Ada ahli yang
memberi pengertian sastra sebagai sesuatu yang menyatu dengan diri manusia, mewakili pikiran,
gagasan, perasaan. Ada juga ahli yang memberi pengertian sastra dalam hubungannya dengn
alam, kejadian yang dapat dan tidaknya dijangkau oleh akal dan logika manusia. Ada ahli yang
memberi pengertian dan hubungannya dengan tanda. Pengertian yang diberikan mengalami
perrbedaan satu dengan yang lainnya. Bergantung pada sudut pandang dan bidang ilmu yang
digeluti oleh pemberi pengertian.

Menurut Teeuw (2017:41) sastra adalah segala sesuatu yang tertulis, meskipun tidak
semua yang tertulis adalah sastra. Ada pemakain bahasa lisan dan tulis yang sastra, ada pula
yang bukan sastra. Sebaliknya, ada sastra tulis ada pula sastra lisan. Sastra pada awalnya
merupakan sarana yang digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan pembelajaran terutama
berfungsi secara maksimal pada saat masyarakat belum mengenal tulisan dan teknologi. Saat ini
sastra menjadi sarana tunggal untuk menyampaikan pembelajaran kepada anak. Pembelajaran itu
terutama berkaitan dengan budi pekerti, nilai-nilai luhur dan budaya suatu masyarakat.
Pembelajaran itu biasanya disampaikan secara lisan oleh orang tua atau orang lain yang
mempunyai cerita.

Sastra Indonesia pernah mengalami periodesasi, hingga melahirkan pengelempokkan


zaman pada sejarah perkembangan karya sastra Indonesia. Para pengamat sastra melakukan
suatu tindakan analisis terhadap setiap karakteristik karya sastra Indonesia sesuai dengan
karakter karya sastra tertentu. Maka dari itu karya sastra dan hakikat sastra sampai saat ini pun
perkembangan terhadap pemahaman sastra membawa hasil pada munculnya genre sastra yang
disosialisasikan sebagai ragam jenis karya sastra. (Andri Wicaksono, 2020)

Sastra merupakan suatu bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Karya sastra
sangat bermanfaat untuk kehidupan, dengan adanya sastra dapat memberi kesadaran kepada
pembaca tentang suatu kebenaran hidup, yang diutarakan dalam bentuk fiksi. Teori semiotika
yaitu suatu ilmu sastra yang menemukan konvensi – konvensi yang memungkinkan adanya
makna. Penekanan teori semiotika dan kaitannya dengan karya sastra yaitu suatu pemahaman
makna karya sastra melalui tanda. Hal tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa
merupakan sistem tanda, dan dengan bahasa lah adanya media sastra. Keseluruhan suatu karya

1
sastra merupakan tanda yang harus dimaknai untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
terhadap teks tersebut. (Jafar Lantowa, 2017). Oleh karena itu semua karya sastra memiliki
makna tanda pembangunan karya, dan tanda dipahami melalui kajian semiotika, sehingga
pembaca dan penikmat sastra dapat menemukan makna yang diungkapkan oleh pengarang.

Berbicara mengenai sastra tidak terlepas dari kesusastraan yang dapat diartikan sebagai
kumpulan hal-hal yang berkenaan dengan sastra. Hal ini mengacu pada jenis-jenis sastra dalam
pembahasannya berkenaan dengan karya sastra khususnya abad 21 yang mencakup prosa, puisi
dan drama (Klarer, 2004: 56). Meskipun drama dalam hal ini film menjadi bagian dari jenis
sastra baru-baru ini, namun eksistensinya sudah sangat luar biasa. Hal ini karena film lahir dari
sebuah naskah yang menceritakan sebuah kisah secara tekstual yang mirip dengan naskah drama
karena hasil karyanya dalam bentuk audio dan visual sehingga menarik minat penontonnya.
Berkenaan dengan hal tersebut genre sastra sangat menarik untuk dibahas terlebih di era modern
saat ini.

2
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Sastra

Sastra merupakan topik yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Hal ini
karena sastra merupakan cerminan dari realitas. Sastra merupakan karya imajinatif, kreatif,
dan juga estetis (Nurgiyantoro, 2015:2). Dalam perkembangannya, sastra ini kemudian
berkembang menjadi dua bentuk, yaitu sastra kanon dan sastra populer. Sastra kanon atau
sastra serius merupakan sastra yang sesuai dengan prinsip atau aturan. Sastra tersebut
kemudian diajarkan di pendidikan formal (Santosa, 2013:1). Sastra kanon biasanya
membutuhkan konsentrasi dan pemaknaan yang mendalam. Hal ini dikarenakan
permasalahan dan pengalaman hidup yang tertulis dalam sastra serius tersebut diungkap
secara mendalam dan bersifat universal (Nurgiyantoro, 2015:22). Oleh karenanya, sastra
kanon atau sastra serius tersebut ditulis dengan tujuan mengajak pembaca meresapi
permasalahan yang diangkat dalam sastra tersebut. Sastra populer merupakan kebalikan dari
sastra kanon. Sastra populer merupakan karya sastra yang bertujuan untuk menghibur
pembaca (Nurgiyantoro, 2015; Santosa, 2013). Dewasa ini, sastra mulai berkembang
beriringan dengan kemajuan teknologi. Sastra yang berkembang pesat pada era tersebut
adalah sastra populer. Pada awalnya, sastra populer dianggap sebelah mata karena sastra
tersebut mengangkat permasalahan yang dangkal dan hanya memenuhi keinginan pembaca.
Oleh karenanya, sastra populer tersebut dapat terintegrasi dengan digitalisasi dan
perkembangan teknologi saat ini.

Berdasarkan kekhasan sastra, terdapat beberapa pembagian. Berikut adalah


periodisasi sastra populer (A., 2015).

(1) Periode Zaman Kolonial

Sastra populer Indonesia sudah ada dan berkembang sejak abad ke 19. Sastra populer
tersebut tersebut ditulis oleh kaum Indo-Belanda, peranakan Cina, dan kaum pribum.
Bahasa yang digunakan pada zaman ini adalah bahasa Melayu Pasar. Tema yang
menonjol pada zaman ini adalah: cerita kehidupan para nyai, cerita kriminal yang
diangkat dari pengadilan, cerita hantu, dan cerita percintaan (yang dibumbui dengan
seks). Selain itu, sastra populer juga memuat ideologi tertentu. Sebagai contoh, ideologi

3
komunis dituliskan oleh R. M. Tirto Adhi Soerjo dan Marco Kartodikromo. Pada masa
ini, terjadi pergolakan politik dan sosial sehingga penulis tidak bisa fokus dalam
menuliskan karyanya. Dari beberapa literatur, sastra populer di masa penjajahan Jepang
tidak terdeskripsikan sehingga sastra populer zaman Jepang tidak masuk dalam
periodisasi sastra populer.

(2) Periode 1950-1968-an

Sastra populer Indonesia mulai berkembang kembali setelah masa kemerdekaan.


Pada masa ini, sastra populer memiliki tema yang berbeda dengan masa sebelumnya.
Sastra populer yang ditemukan adalah novel dan cerpen. Tema yang menonjol pada
periode ini adalah cerita percintaan yang sensual, detektif, dan cowboy.

(3) Periode 1970-1990-an

Sastra di periode 1970-1990-an mengalami pergeseran ciri. Pada masa ini,


munculah penulis-penulis wanita yang mengambil tema masalah rumah tangga. Selain
itu, tema remaja juga mulai muncul. Tema remaja meliputi percintaan remaja dan cerita
petualangan.

(4) Periode Era Reformasi

Setelah masa Orde Baru, sastra populer berkembang dengan pesat. Tema-tema
sastra populer juga semakin banyak dan beragam, seperti tema keagamaan, tema
perempuan kosmopolitan. Karakteristik sastra populer pada masa yang lain pun tetap
berkembang meskipun tidak mendominasi. Pada periode ini, muncul pula sastra populer
berjenis chicklit dan teenlit. Perbedaan dari. Catatan penting di dalam sastra populer
periode era reformasi adalah muncul pergeseran bobot tema sastra. Sastra populer pada
era ini lebih melibatkan intelektualitas. Sebagai contoh, novel berjudul Ayat-ayat Cinta
mengandung wawasan keagamaan yang mendalam.

4
B. Genre Sastra

Genre dapat dipahami sebagai macam atau tipe kesustraan yang memiliki seperangkat
karakteristik umum (Lukens, 1999). Genre menunjuk pada pengelompokan kategori karya
sastra menurut style, bentuk atau isi (Mitchell, 2003). Artinya, dalam menentukan masuk ke
genre mana suatu sastra, ada pertimbangan berupa ciri khas sastra mengenai bentuk, gaya,
dan isi atau kontennya. Misalnya, genre fiksi di dalamnya terdapat elemen struktural seperti
alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Dunia sastra berkembang pesat dan
mengikuti perubahan pada masyarakat (Aryanto, 2020). Begitu pula genre sastra yang terbagi
menjadi 2 jenis yaitu : Sastra imajinatif dan sastra non imajinatif. Sastra imajinatif memiliki
ciri bersifat khayali, menggunakan bahasa konotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika
seni. Sastra imajinatif terbagi ke dalam beberapa jenis diantaranya prosa, puisi dan drama,
serta sastra anak yang menjadi bagian dalam kesusastraan.

a) Prosa
Prosa secara sederhana selalu dikontraskan dengan puisi. Prosa selalu identik
dengan kisahan, kalimat yang digunakan cenderung panjang-panjang, bersifat
menjelaskan. Sementara puisi identik dengan bahasa yang padat, kalimat yang pendek-
pendek, selalu bertitik fokus pada penataan persajakan. Keindahan sebuah prosa dilihat
dari sistem pengaluran dan konflik yang dibangun, sedangkan keindahan puisi terletak
pada persajakan yang disajikan melalui diksi yang bersifat khusus dan artistik.

Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas dan tidak terikat
dengan berbagai aturan dalam menulis seperti rima, diksi, irama dan lain sebagainya.
Prosa dalam kesusastraan disebut dengan fiksi. Prosa atau fiksi memiliki arti sebuah
karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan tidak berdasarkan
kenyataan atau dapat di artikan suatu kenyataan yang lahir berdasarkan khayalan. Ada
dua macam prosa yaitu prosa lama dan prosa baru. Komponen-komponen prosa lama
antara lain fabel, legenda, dan cerita rakyat. Sedangkan yang termasuk prosa baru adalah
roman, bahasa, antologi, resensi, kritik.

b) Puisi

5
Wujud karya sastra yang paling menonjol dari penggunaan bahasa sehingga
menimbulkan estetika yaitu puisi. Puisi memiliki ciri khas tersendiri dalam hal
penggunaan bahasa. Bahasa dalam puisi merupakan bahan mentah yang diolah penyair
menjadi sebuah karya sastra. Penempatan kata demi kata oleh penyair merupakan wujud
dari proses kelahiran sebuah puisi. Pradopo (2002) mengatakan bahwa puisi merupakan
karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong
tanpa makna. Puisi selain mempunyai pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang,
puisi juga disusun menggunakan bahasa yang khas maupun penempatan antar kata yang
disusun sedemikian rupa dengan penyepadanan bunyi. Selanjutnya, puisi menurut
beberapa ahli yaitu Suharianto (2009), Jabrohim (2003), dan (Waluyo 2003) dapat
disimpulkan bahwa puisi adalah rangkaian kata yang mengungkapkan pikiran, ide, dan
perasaan penyair yang disusun dengan baik dan indah melalui tulisan sehingga pembaca
mampu memahami dan menikmati apa yang diungkapkan penyair dalam puisinya.

c) Drama

Drama merupakan salah satu genre karya sastra yangn secara etimologi berasal
dari bahasa Yunani Idran yang berarti melakukan sesuatu (Suwardi 2005: 189).
Sementara itu adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan
naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu sepeerti tatat
panggung, serta disaksikan oleh penonton. Sementara Waluyo (2006: 1), mengungkapkan
bahwa drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas.
Sementara menurut Esser, (2007: 122) drama diartikan sebagai Handlung atau “lakon”
yang lebih mengarah pada bagian dari pentasan (Theater). Seorang penyair yang menulis
sebuah cerita sandiwara disebut Dramatiker atau dramawan.

Sastra non imajinatif memiliki ciri penekanan unsur faktual/fakta, menggunakan


bahasa yang cenderung denotatif, dan memiliki estetika seni, tidak semata mata merujuk
pada bentuk, tetapi juga keindahan isi yang berkaitan dengan emosi, imaji, kreasi dan ide.
Jenis sastra non imajinatif yaitu : esai, biografi, otobiografi, sejarah, dan catatan harian. (Tuti
Kusniarti, 2021).

6
a) Esai
Esai merupakan karangan pendek tentang suatu fakta menurut pandangan pribadi
dari penulisnya.

b) Biografi
Biografi merupakan cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.

c) Otobiografi
Otobiografi merupakan biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri.
d) Sejarah
Sejarah merupakan cerita tentang zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan
sumber tertulis maupun tidak tertulis.

e) Catatan harian

Catatan harian merupakan catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungannya


yang ditulis secara teratur.

C. Sastra Anak

Sastra anak adalah sastra terbaik yang dibaca anak dengan karakteristik yang
beragam, tema, dan format (Sarumpet, 2010:2). Sastra anak ditulis berdasarkan sudut
pandang anak yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak. Terdapat
pembahasan terkait dengan sastra anak. Pertama, sastra anak adalah sastra yang memang
sengaja ditujukan untuk anak-anak seperti Bobo, Mentari dan lain-lain. Kedua, sastra anak
berisi cerita yang menggambarkan pengalaman, pemahaman, dan perasaan anak. Ketiga,
sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak. Keempat, sastra anak adalah sastra
yang berisi nilai-nilai moral yang bermanfaat untuk anak. Dari beberapa urain di atas dapat
disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi
pengalaman, perasaan, dan pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak, ditulis oleh
pengarang anak-anak maupun pengarang dewasa.

Menurut Rumidjan (2013:2) menjelaskan karakteristik sastra anak dapat dilihat dari
dua segi, yaitu dari kebahasaan dan kesastraan. Dari segi kebahasaan dapat dilihat dari
struktur kalimat, pilihan kata, dan gaya bahasa (majas). Struktur kalimat yang digunakan

7
masih sederhana, berupa kalimat tunggal, kalimat berita, kalimat tanya, atau kalimat perintah
sederhana. Pilihan kata dalam sastra anak menggunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh
anak-anak. Gaya bahasa masih sedikit karena lebih menggunakan kata-kata konkret.

D. Fungsi Karya Sastra

Menurut (Oman Suparman, 2018) Karya sastra memiliki beberapa fungsi yakni
sebagai berikut:

a) Karya Sastra Sebagai Penghibur Hati

Dalam karangan – karangannya karya sastra bisa juga sebagai penghibur hati,
yaitu memberikan kenikmatan dalam arti sastra, memberi hiburan yang
menyenangkan, dan memberikan suatu nilai bagi kehidupan. contohnya pada saat
menampilkan musikalisasi puisi.

b) Karya sastra sebagai pembawa faedah

Karya sastra juga berfungsi sebagai pembawa faedah/manfaat, misalnya dalam


memuji sifat – sifat baik dalam suatu karya sastra. Dalam membaca salah satu karya
sastra pembaca bisa mengambil salah satu manfaat positif untuk manfaat
kehidupannya sendiri.

8
KESIMPULAN

Keberadaan karya sastra tidak bisa dilepaskan dari seorang pengarang, karya sastra
merupakan suatu ekspresi diri dari seorang penulisnya. Sebuah karya sastra sering kali
menceritakan latar belakang kehidupan seseorang, maupun harapan dari seorang penulisnya,
maka dari itu karya sastra dikatakan cermin dari seorang pengarang. Dapat disimpulkan karya
sastra dan hakikat sastra sampai saat ini pun perkembangan terhadap pemahaman sastra
membawa hasil pada munculnya genre sastra yang disosialisasikan sebagai ragam jenis karya
sastra.

Dalam perkembangannya, karya sastra berkembang menjadi dua bentuk, yaitu sastra
kanon dan sastra populer. Sastra juga tidak terlepas dari kesusastraan yang dapat diartikan
sebagai kumpulan hal-hal yang berkenaan dengan sastra. Karya sastra juga memiliki
kekhasannya yaitu : Periode zaman kolonial, periode 1950 – 1968, periode 1970 – 1990, periode
era reformasi, dari beberapa kekhasan karya sastra masing – masing memiliki arti dan
perkembangan yang berbeda – beda.

Genre sastra pun juga terbagi ke dalam beberapa jenis yakni: Sastra imajinatif dan sastra
non imajinatif. Sastra imajinatif memiliki ciri bersifat khayali, menggunakan bahasa konotatif,
dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sastra imajinatif terbagi ke dalam beberapa jenis
diantaranya prosa, puisi dan drama, serta sastra anak yang menjadi bagian dalam kesusastraan.
Sastra non imajinatif terdiri dari yaitu esai, biografi, otobiografi, sejarah, dan catatan harian.
Kemudian ada juga sastra anak yaitu sastra terbaik yang dibaca anak dengan karakteristik yang
beragam, tema, dan format. karakteristik sastra anak dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari
kebahasaan dan kesastraan. Dari segi kebahasaan dapat dilihat dari struktur kalimat, pilihan kata,
dan gaya bahasa (majas).

Karya sastra pun juga memiliki fungsi yang sangat penting yaitu karya sastra sebagai
penghibur hati dan karya sastra sebagai pembawa faedah, dari beberapa fungsi ini keduanya
sangat berbeda dan dari setiap fungsinya memiliki manfaat yang baik, serta dapat memberikan
nilai bagi suatu kehidupan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Andri Wicaksono, (2020). Tentang Sastra Teori Dan Pembelajarannya. Hal. 15 dan 23.

A., N. L. (2015). Adakah (dan Perlukah) Periodisasi Sastra Populer. H.U. Pikiran Rakyat.

Aryanto, D. E. (2020). Feminisme Eksistensialisme dalam Novel Laut Bercerita Karya Leila S.

Chudori. Kadera Bahasa, 12(2), 121–142.

Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jafar Lantowa, (2017). Semiotika Teori, Metode, Dan Penerapannya Dalam Penelitian Sastra.

Klarer, Mario. 2004. An Introduction to literary Studies. London & USA: Routledge.

Lukens, R. J. (1999). A Critical Handbook of Children’s Literature. New York: Longman.

Mitchell, D. (2003). Children’s Literature, an Invitation to the World. Boston: Ablongman.

Nazla Maharani, (2018). Semiotika Teori dan Aplikasi Pada Karya Sastra. Hal 1 dan 3.

Nurgiyantoro, B. (2015). Teori Pengkajian Fiksi (11 ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Oman Suparman. (2018). Macam – Macam Karya Sastra Klasik. Hal. 11 dan 12

Press Pradopo, Rahmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Rumidjan. 2013. Dasar Keilmuan dan Pembelajaran Sastra Anak SD. Malang: FIP UM.

Rolf Esser. Das grosse Arbeitsbuch Literaturunterricht. Lyrick, Epik, Dramatik. Mülheim:

Rahmadani, H., & Zatin, A. (2019). Apesiasi Prosa Fiksi Teori, Metode dan Penerapannya (Vol.
1). CV Budi Utama.

Santosa, P. (2013). Sastra Adiluhung Dan Industri Kreatif: Ke Manakah Muara Karya Kita
(October 2013).

Suharianto. 2009. Pengantar Apresiasi Puisi. Semarang: Bandungan Institute.

Sarumpet, Riris Toha. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

10
Teeuw, A. 1998. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.

Tuti Kusniarti. (2021). Pengantar Sastra Dan sejarahnya. Hal. 14

Verlag an der Ruhr. 2007 Suwardi Endraswara, Metode dan Teori Penajaran Sastra. Yogyakarta:
Buana Pustaka, 2005.

Waluyo, Herman J . 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

11

Anda mungkin juga menyukai