Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HAKIKAT PENGKAJIAN PROSA FIKSI


DAN PANDANGAN PROSA FIKSI MENURUT PARA AHLI

Untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pengkajian Prosa Fiksi


yang diampu oleh Dra. Siti Sumarsilah, M.Pd.

OLEH:

CINTANIA AZHAR AZZAH MUHAMMAD


(2191000310034)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


BUDI UTOMO MALANG
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau kaidah penggunaan bahasa dalam
bentuk tertulis. Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai
sarana menghibur diri pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Warren dalam
(Nurgiyantoro, 2010:3) yang menyatakan bahwa membaca sebuah karya sastra fiksi
berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin.

Karya sastra merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi


yang terdapat dalam diri pengarangnya. Keberadaan karya sastra dalam kehidupan
manusia dapat mengisi “kedahagaan jiwa” karena membaca karya sastra bukan saja
memberikan hiburan, tetapi dapat memberikan pencerahan jiwa. Dengan kata lain, karya
sastra dapat memberikan hiburan dan manfaat. Dengan membaca karya sastra, kita
sejenak dapat mengalihkan duka dan mengikuti jalan cerita, keindahan, dan keluwesan
bahasa yang ditampilkan pengarang. Manfaat karya sastra diperoleh melalui nilai-nilai
terrsirat, dibalik jalinan cerita yang disampaikan pengarang. Dengan membaca karya
sastra, nilai-nilai tertentu akan meresap secara tidak langsung dibalik alur atau jalinan
cerita yang secara apik ditampilkan. Karya sastra sering dinilai sebagai objek yang unik
dan seringkali sukar diberikan rumusan yang jelas dan tegas. Sastra adalah objek ilmu
yang tidak perlu diragukan lagi. Walaupun unik dan sukar dirumuskan dalam suatu
rumusan yang universal, karya sastra adalah sosok yangdapat diberikan batasan dan cirri-
ciri, serta dapat diuji dengan pancaindra manusia (Semi, 2012:24).

Berdasarkan pembagian sejarah sastra Indonesia, dikenal dua macam sastra, yaitu
sastra klasik dan sastra modern. Sastra klasik mencakup pantun, syair, hikayat, legenda,
mite, sage, parabel, dan fabel. Sedangkan sastra modern termasuk di dalam prosa baru,
yang mencakup prosa, cerpen, novel, roman, puisi, dan drama. Dalam makalah ini,
penuliis lebih memfokuskan pada genre sastra modern yakni prosa fiksi. Prosa adalah
karya fiksi yang dibangun melalui unsur intrinsik. Unsur-unsur tersebut sengaja
dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-
peristiwa di dalamnya, sehingga nampak sungguh terjadi.

Berdasarkan ulasan di atas makalah ini disusun agar pembaca lebih memahami
dan menambah pengetahuan para pembaca tentang prosa fiksi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pengkajian Prosa Fiksi

Kata ”kajian” berasal dari kata ”kaji” yang berarti (1) ”pelajaran”; (2)
penyilidikan (tentang sesuatu). Bermula dari pengertian kata dasar yang demikian, kata
”kajian” menjadi berarti ”proses, cara, perbuatan mengkaji; penyelidikan (pelajaran yang
mendalam); penelaahan (KBBI, 1999: 431).

Fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan (tidak mengacu)
pada kebenaran sejarah (Abrams, 1981:61). Istilah fiksi sering dipergunakan dalam
pertentangannya dengan realitas (sesuatu yang benar ada dan terjadi didunia nyata
sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris). Muliadi (2017:1)
mengatakan bahwa fiksi atau prosa “adalah salah satu jenis gengre sastra,di samping
gengre lainya.gengre lain yang di maksut ialah puisi dan drama. Prosa termasuk karya
sastra yang disebut,cerpen, cerber,dan novel”. Secara umum prosa/fiksi memiliki arti
sebuah cerita rekaan yang kisahannya mempunyai aspek tokoh, alur, tema, dan pusat
pengisahan yang keseluruhannya dihasilkan oleh daya imajinasi pengarang.

Proses penciptaan karya sastra pada hakikatnya adalah proses berimajinasi. Hal
ini sejalan dengan pengertian prosa fiksi yakni rangkaian cerita yang diperankan sejumlah
pelaku dalam urutan peristiwa tertentu dan bertumpu pada latar tertentu pula sebagai hasil
dari imajinasi pengarang. Dengan demikian, proses penciptaan prosa fiksi adalah hasil
kerja imajinasi yang tertuang dalam bentuk lisan maupun bentuk tulisan (Wahid,
2004:65). Pengertian prosa fiksi tersebut adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh
pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan serta rangkaian cerita
tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita
(Aminuddin, 2011: 66). Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks naratif
atau wacana naratif. Istilah fiksi adalah cerita rekaan atau cerita khayalan yang berbentuk
prosa, prosa naratif atau teks naratif.

Kajian sastra bisa diartikan sebagai proses atau perbuatan mengkaji, menyelidiki,
dan menelaah objek material yang bernama sastra (Wiyatmi, 2006:19). Nurgiyantoro
(2000: 30-31) menyatakan bahwa hakikat pengkajian fiksi menyaran pada penelaahan,
penyelidikan, pemahaman melalui analisis karya fiksi dengan kerja analisis yang
dilakukan langsung dalam keadaan totalitasnya. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengkajian prosa fiksi merupakan proses, cara, perbuatan mengkaji,
menganalisis, menyelidiki, menelaah, dan memahami melalui analisis karya prosa fiksi
(prosa cerita, prosa narasi, atau cerita berplot).

Dengan demikian, kegiatan mahasiswa dalam mengkaji prosa fiksi meliputi


kegiatan memahami teori, menganalisis, mengkaji, menentukan, atau mendapatkan nilai
atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam pengkajian prosa fiksi dan memenuhi
kondisi syarat yang sesuai dengan pengkajian prosa fiksi. Hal ini harus dipahami serta
dikenali dengan baik pada saat mengkaji prosa fiksi.

Keterampilan yang harus dimiliki mahasiswa dalam mengkaji prosa fiksi adalah sebagai
berikut :

1) Memahami kajian prosa fiksi, yaitu memahami dan mengidentifikasi karya prosa
fiksi yang akan dikaji atau ditelaah.
2) Memilih teori sebagai pisau analisis kajian prosa fiksi.
3) Menyelesaikan pengkajian, penelaahan, yaitu melakukan pengkajian, penelaahan
struktur prosa fiksi secara benar dengan teori kajian yang tepat.
4) Menafsirkan solusi, yaitu memperkirakan dan memeriksa kebenaran pengkajian atau
penelaahan, masuk akalnya hasil penelaahan, dan apakah penelaahan yang dilakukan
sudah memadai.

2.2 Ciri Ciri Prosa Fiksi

Setelaah membahas tentang pengertian prosa fiksi, adapun ciri ciri yang terdapat pada
prosa fiksi, sebagai berikut :

a. Bersifat fiksi/ rekaan.


b. Menyerupai kenyataan.
c. Bentuk karangan biasanya narasi.
d. Memiliki tokoh, latar, alur, dan pesan/ajaran.
e. Memiliki fungsi menghibur, kejiwaan, dan menyampaikan nilai-nilai kebenaran.

Hal ini sejalan dengan pemikiran Semi (2008 :77-79) bahwa karya fiksi mengandung
beberapa aspek atau ciri penanda yaitu adanya unsur cerita, situasi bahasa teks fiksi tidak
homogen, adanya peristiwa yang disusun secara kronologis.

Ciri utama dari prosa fiksi adalah berupa narasi atau rangkaian beberapa kejadian
atau peristiwa yang terjalin menjadi sebuah cerita. Jenis karya sastra yang termasuk prosa
fiksia dalah mitos, parabel, roman, novel, dan cerita pendek(Musthafa, 2008 : 25).
2.3 Jenis-Jenis Prosa
1. Prosa Modern

Prosa baru adalah karya yang penulisannya telah terpengaruh budaya modern
Barat. Literasi Barat merupakan pusat peradaban berbagai pemikiran inovatif dan baru di
dunia di zaman modern (1970-an). Sehingga rumusan baru mengenai sastra juga muncul
disana dan diadopsi oleh seluruh dunia.

Ciri Prosa Baru :

1. Bersifat dinamis, yang berarti mengikuti perkembangan zaman masyarakatnya.


2. Masyarakat sentris, mengungkap hal sehari-hari yang terjadi di kalangan
masyarkat
3. Memperhatikan urutan peristiwa melalui pengolahan unsur Alur dan Pengaluran
yang disusun dengan lebih apik.
4. Bersifat rasional, meskipun terkadang masih meminjam mite dan legenda
tertentu, tetap dibedah secara logis.
5. Penulis tidak anonim dan bentuknya sudah berupa tulisan saja

Yang termasuk kedalam prosa modern yaitu :

a. Cerita pendek/cerpen, adalah cerita berbentuk prosa yang pendek.


b. Novelet, adalah cerita yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih
pendek dari novel.
c. Novel/roman, adalah cerita berbentuk prosa yang menyajikan permasalahn
permasalahan secara kompleks dengan penggarapan unsur-unsurnya secara lebih
luas dan rinci.
d. Cerita anak, adalah cerita yang mencakup rentang umur pembaca beragam,
mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun (bahkan 13 dan 14) tahun.
e. Novel remaja (chicklit dan teenlit), adalah novel yang ditulis untuk segmen
pembaca remaja.

2. Prosa Lama

Prosa lama adalah tulisan cerita atau kisah yang belum mendapatkan pengaruh
budaya modern Barat. Tulisan ini biasanya bersifat anonim (tidak ada penulis tunggal)
dan menyebar dari mulut ke mulut secara lisan dan tulisan terbatas.

Ciri Prosa Lama :


1. Statis, cerita dikisahkan secara turun-temurun, sehingga tidak mengalami
perubahan yang signifikan.
2. Sedikit Diferensialisasi (Varian), suatu legenda bisa jadi masih yang itu-itu saja,
hanya mengalami sedikit perubahan di suatu daerah.
3. Berpusat di Istana, Dalam artian cerita lebih banyak mengisahkan tokoh-tokoh
kerajaan dan kelas atas atau orang yang luar biasa.
4. Bersifat Anonim, tidak diketahui siapa penulis aslinya dan terus sedikit berubah
tergantung dari penutur selanjutnya. Menyebar dengan cara lisan, tidak ada
naskah pasti yang dapat dijadikan sebagai patokan tulisan.

Yang termasuk kedalam prosa lama yaitu :

a. Dongeng, adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau


khayalan pengarang di mana yang diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.
b. Fabel adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para pelakunya
binatang yang diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang
Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan lain-lain.
c. Hikayat adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang dibaca
untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan
pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain.
d. Legenda adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat,
benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban
Perahu, Malin Kundang, Asal Mula Candi Prambanan, dan lain-lain.
e. Mite adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang
sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan
mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul.

2.4 Unsur Prosa Fiksi

Di dalam prosa fiksi, terdapat unsur-unsur pembangun yang disebut unsur


intrinsik. Yang termasuk unsur intrinsik, yaitu: tema, alur, penokohan, latar, amanat,
sudut pandang, dan gaya bahasa.

a. Tema

Tema ialah inti atau landasan utama pengembangan cerita. Hal  yang sedang
diungkapakan oleh pengarang dalam ceritanya. Tema dapat bersumber pada
pengalaman pengarang, pengamatan pada lingkungan, permasalahan kehidupan, dan
sebagainya. Misalnya, tentang cinta, kesetiaan, ketakwaan, korupsi, perjuangan
mencapai keinginan, perebutan warisan, dan sebagainya.

b. Alur/Plot

Alur ialah jalan cerita atau cara pengarang bercerita. Alur dapat  disebut juga
rangkaian atau tahapan serta pengembangan cerita. Dari mana pengarang memulai
cerita mengembangkan dan mengakhirinya. Alur contoh teks ulasan terdiri atas  alur
maju, alur mundur (flash back), alur melingkar, dan alur campuran. Tahapan-tahapan
alur yaitu:

 pengenalan
 pengungkapan masalah
 menuju konflik
 ketegangan
 penyelesaian

c. Penokohan

Penokohan ialah cara pengarang mengambarkan para tokoh di  dalam cerita.


Penokohan terdiri atas tokoh cerita, yaitu orang-orang yang terlibat secara langsung
sebagai pemeran sekaligus penggerak cerita dan orang-orang yang hanya  disertakan
di dalam cerita. Dan watak tokoh, yaitu penggambaran karakter serta perilaku tokoh-
tokoh cerita. Untuk menimbulkan konflik, biasanya di dalam cerita ada tokoh yang
berperan penting dengan kepribadian yang menyenangkan dan ada tokoh yang
berseberangan tindak-tanduk dan perilakunya dengan tokoh sentral tersebut. Tokoh
utama disebut dengan tokoh protagonis dan lawannya adalah tokoh antagonis.

Cara pengarang  menggambarkan para tokoh cerita ialah dengan secara langsung
dijelaskan nama tokoh beserta gambaran fisik, kepribadian, lingkungan kehidupan,
jalan pikiran, proses berbahasa, dan lain-lain. Dapat juga dengan cara tidak langsung,
yaitu melalui percakapan/dialog, digambarkan oleh tokoh lainnya,  reaksi dari tokoh
lain, pengungkapan kebiasaan tokoh, jalan pikiran, atau tindakan saat menghadapi
masalah.
d. Latar/Setting

Latar cerita adalah gambaran tentang waktu, tempat, dan  suasana yang


digunakan dalam suatu cerita. Latar merupakan sarana memperkuat serta
menghidupkan  jalan cerita.

e. Amanat

Amanat cerita adalah pesan moral atau nasehat yang disampaikan  oleh


pengarang melalui cerita yang dikarangnya. Pesan atau nasehat disampaikan oleh
pengarang dengan cara tersurat yakni dijelaskan oleh pengarang langsung atau
melalui dialog tokohnya; dan secara tersirat atau tersembunyi sehingga pembaca baru
akan dapat menangkap pesan setelah membaca keseluruhan isi cerita.

f. Sudut Pandang Pengarang

Sudut pandang pengarang atau point of view ialah posisi pengarang  dalam cerita.
Posisi pengarang dalam cerita terbagai menjadi dua, terlibat dalam cerita dan berada
di luar cerita.

 Pengarang terlibat di dalam cerita

Terdiri atas pengarang sebagai pemeran utama (orang pertama), isi cerita
bagaikan mengisahkan pengalaman pengarang. Selain itu, keterlibatan pengarang
dalam cerita juga dapat memosisikan pengarang hanya pemeran pembantu.
Artinya, pengarang bukan tokoh utama atau sentral namun ia ikut menjadi tokoh,
misalnya cerita tentang kehidupan orang-orang terdekat pengarang, ayah, ibu,
adik, atau sahabat seperti roman sastra berjudul “Ayahku” yang dikarang oleh
HAMKA.

 Pengarang berada di luar cerita, terdiri atas pengarang serbatahu

Pengarang menceritakan apa yang dilihatnya, sebatas yang dilihatnya. Ia tidak


mengetahui secara bathin tokoh-tokoh cerita. Posisi pengarang seperti ini
biasanya terdapat pada cerita narasi yang berupa kisah perjalanan.

g. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bagaimana pengarang menguraikan ceritanya. Ada yang


menggunakan bahasa yang lugas, ada yang bercerita dengan bahasa pergaulan atau
bahasa sehari-hari.  Ada juga yang bercerita dengan gaya satire atau sindiran halus,
menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya.
2.5 Pandangan Prosa Menurut Para Ahli

Ada beberapa pandangan dari pengertian prosa fiksi menurut para ahli, diantaranya
yaitu:

1) Menurut Aminuddin

Prosa fiksi ialah kisahan atau ceritera yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian ceritera tertentu yang
bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya, sehingga menjalin suatu ceritera
(Aminuddin 2002 : 66). Selain itu, Aminuddin juga menyebutkan bahwa istilah
prosa fiksi atau cukup disebut karya fiksi, biasa juga disebut dengan prosa cerita,
prosa narasi, narasi, atau cerita berplot. Pengertian prosa fiksi tersebut adalah
kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan
pemeranananya, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak
dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin
1985: 66). Secara umum prosa/fiksi memiliki arti sebuah cerita rekaan yang
kisahannya mempunyai aspek tokoh, alur, tema, dan pusat pengisahan yang
keseluruhannya dihasilkan oleh daya imajinasi pengarang.

2) Menurut M. Saleh Saad Dan Anton M. Muliono “Dalam Tjahyono, 1998:106”

Mengemukakan pengertian prosa fiksi “fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera berplot
atau ceritera rekaan disingkat cerkan” ialah bentuk ceritera atau prosa kisahan
yang mempunyai pemeran, lakukan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya
imajinasi. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks
naratif (nartive text) atau wacana naratif (narrative discource). Sehingga istilah
prosa atau fiksi atau teks naratif, atau wacana naratif berarti cerita rekaan
(cerkan) atau cerita rekaan.

3) Menurut Henry Guntur Taringan “1993:120”

Kata fiksi (fiction) diturunkan dari bahasa Latin ficti, fictum, yang berarti
”membuat, membentuk, mengadakan, dan menciptakan”. Dengan demikian
dapatlah dianalogikan bahwa kata benda fiksi dalam bahasa Indonesia secara
singkat “sesuatu yang dibentuk, sesuatu yang diciptakan sesuatu yang dibuat,
sesuatu yang diimajinasikan.
4) Menurut Teeuw “1984:258-249”

Teeuw menyatakan bahwa rekaan bukan lawan kenyataan, tapi membeberkan


suatu kenyataan. Hubungan antara kenyataan dan rekaan ialah hubungan dialetik
atau bertetangga, mimies tidak mungkin tanpa kreasi, tetapi kreasi tidak mungkin
tanpa mimieis. Sesuatu yang ditulis berdasarkan imajinasi penulis atau rekaan
penulis sebagai ungkapan yang ada di dalam pikiran. Meskipun diciptakan atau
direka oleh penulis bukan berarti karya fiksi tidak mengandung kenyataan.

5) Menurut Henry Guntur Taringan “1993:121-122”

Dapat juga dikatakan bahwa fiksi bersifat relitas, sedangkan nonfiksi bersifat
aktualitas.

6) Menurut Herman J. Waluyo “2006:1”

Karya prosa fiksi menurutnya dibagi menjadi tiga yakni roman, novel dan cerita
pendek “cerpen”.

7) Menurut Burhan Nurgiyantoro “2005:9”

Ketiga genre sastra tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda ketiganya hanya
terpaut pada perbedaan panjang pendeknya cerita dan kedalam cerita. Namun
ketiganya memiliki persamaan tentang unsur pembangunnya. Novel dan cerita
pendek “juga dengan roman” sering dicoba bedakan orang, walaupun tentu saja
hal itu bersifat teoritis.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari Hakikat dan Pengertian Pengkajian Prosa Fiksi dan
Pandangan Prosa Fiksi menurut Beberapa Ahli Sastra, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1) Pengkajian prosa fiksi merupakan proses, cara, perbuatan mengkaji,


menganalisis, menyelidiki, menelaah, dan memahami melalui analisis karya
prosa fiksi (prosa cerita, prosa narasi, atau cerita berplot.
2) Prosa fiksi “fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera berplot atau ceritera rekaan
disingkat cerkan” ialah bentuk ceritera atau prosa kisahan yang mempunyai
pemeran, lakukan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya imajinasi
3) Karya fiksi mengandung beberapa aspek atau ciri penanda yaitu adanya unsur
cerita, situasi bahasa teks fiksi tidak homogen, adanya peristiwa yang disusun
secara kronologis.
4) Prosa fiksi memili dua jenis, yaitu prosa baru (modern) dan prosa lama (klasik).
5) Di dalam prosa fiksi, terdapat unsur-unsur pembangun yang disebut unsur
intrinsik. Yang termasuk unsur intrinsik, yaitu: tema, alur, penokohan, latar,
amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa.

3.2 Saran

Sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kita seharusnya


patut memahami tentang sastra dan bagian-bagian dari sastra. Kita harus mulai
memahami dan mengerti tentang sebuah pengkajian, terutama pengkajian prosa fiksi
yang telah dirangkai dalam makalah ini. Selain itu, kita harus mempelajari lebih dalam
tentang unsur-unsur prosa fiksi. Kita harus terus mempelajari tentang sastra agar berguna
untuk generasi yang akan mendatang, agar tidak pernah lupa dan terus mengingat bagian-
bagian dari sastra secara luas.
DAFTAR RUJUKAN

Bankpundi. 2019. Unsur Intrinsik di dalam Prosa Fiksi.


(https://bankpundi.co.id/unsur-intrinsik-di-dalam-prosa-fiksi/), diakses pada 22
September 2020.

Dosen Pendidikan 2. 2020. Prosa Fiksi. (https://www.dosenpendidikan.co.id/prosa-


fiksi/ ), diakses pada 23 September 2020.
Hairudin, D, Radmila, K.D. 2017. Hakikat Prosa dan Unsur-unsur Cerita Fiksi.
Universitas muslim Indonesia. Makasar. (www.osf.io pdf ), diakses 21 september
2020.
Hentri, Nurma.dkk. 2017. Makalah Kajian Prosa Fiksi (Kelompok1).
(https://www.academia.edu/35636178/MAKALAH_KAJIAN_PROSA_FIKSI_
KELOMPOK_1_rtf) , diunduh pada 22 September 2020.

Istiqomah, Nuriana.dkk. 2014. Sikap Hidup Orang Jawa dalam Novel Orang-Orang
Proyek Karya Ahmad Tohari. Jurnal Sastra Indonesia, 3 (1) : 1-9.
(https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi/article/view/3964), diunduh pada
23 September 2020.

Syarifudin, Muhamad dan Nursalim. 2019. Strategi Pengajaran Sastra. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5 (2) : 1-8. (http://e-
jurnal.unisda.ac.id/index.php/pentas/article/view/1540), diunduh pada 22
September 2020.

Thabroni, Gamal. 2019. Prosa- Pengertian, Unsur, Jenis, dan Prnjelasn Lengkap.
(https://serupa.id/prosa/) , diakses pada 23 September 2020.

Yanti, Citra Salda. 2015. Regionalitas Islam dalam Novel Ratu yang Bersujud Karya
Amrizal Mochamad Mahdavi. Jurnal Humanika, 3 (15) : 1-15.
(http://ojs.uho.ac.id/index.php/HUMANIKA/article/view/585), diunduh pada 22
September 2020.

Anda mungkin juga menyukai