Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ALUR , PENGALURAN, DAN FAKTOR PENTING DI DALAMNYA

Untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pengkajian Prosa Fiksi


yang diampu oleh Dra. Siti Sumarsilah, M.Pd.

OLEH:

CINTANIA AZHAR AZZAH MUHAMMAD


(2191000310034)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


BUDI UTOMO MALANG
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan sebuah karya yang dibuat oleh pengarang yang mengandung
rekaan dari kehidupan nyata yang penuh dengan permasalahan dan kejadian. Karya satra
adalah produksi masyarakat dalam merekam tentang realitas kehidupan dengan segla
dinamikanya (Sugiarti, 2013: 156). Karya sastra itu sendiri akan menceritakan dinamika-
dinamika kehidupan dari sudut manapun. Dalam sebuah karya sastra, permasalahan
kehidupan dapat dibuat ke dalam sebuah cerita tentang permasalahan kehidupan yang
dipadukan dengan alur yang berjalan dengan baik sehingga membuat cerita tersebut
semakin menarik. Alur dalam cerita sangat penting sebagai jalan cerita yang digunakan
untuk menulis cerita oleh pengarang dalam sebuah karya sastra.

Alur atau plot merupakan unsur yang penting dalam karya sastra. Alur mengatur
bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa
berhubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam
peristiwa itu yang semuanya terikat dalam satu kesatuan alur waktu. Alur yang membawa
kita memahawi keseluruhan cerita dengan segala sebab dan akibat di dalamnya. Jadi
suatu karya prosa fiksi tidak bisa terlepas dari plot atau alur.

Dalam makalah ini penulis akan menyampaikan tentang pola pengaluran. Makalah ini
akan menjelaskan pengertian dari pola pengaluran itu sendiri, peristiwa, konflik, klimaks,
kaidah pengaluran (pemplotan), penahapan alur, dan jenis-jenis alur.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut.
1) Bagaimana hakikat dan pengertian dari pengaluran?
2) Bagaimana eksistensi plot dalam suatu pengaluran cerita fiksi?
3) Bagaimana unsur-unsur alur dan pengaluran?
4) Apa saja jenis-jenis alur?
5) Bagaimana kaidah-kaidah dalam pengaluran?
6) Bagaimana penahapan alur dalam prosa fiksi?
1.3 Tujuan Masalah
1) Mendeskrisipkan hakikat dan pengertian dari pengaluran.
2) Mendeskrisipkan eksistensi plot dalam suatu pengaluran cerita fiksi.
3) Mendeskrisipkan unsur-unsur alur dan pengaluran.
4) Mendeskrisipkan jenis-jenis alur.
5) Mendeskrisipkan kaidah-kaidah dalam pengaluran.
6) Mendeskrisipkan penahapan alur dalam prosa fiksi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alur dan Pengaluran

Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang sangat penting. Stanton (1965 : 14),
mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kajian, namun tiap kajian itu
hanya dihubungkan secara sebab-akibat. Kenny (1966:14), mengemukakan alur sebagai
peristiwa-peristiwa yang disampaikan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena
pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat. Menurut
Semi (1990 : 43), alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang
disusun sebagai interaksi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian
seluruh fiksi. Rangkaian perisitiwa yang dikaitkan dengan perkembangan karakter,
pemikiran para tokoh cerita, persoalan yang dihadapi, dan penyajian susunan peristiwa
yang dihadapi, dan penyajian susunan peristiwa yang dicuatkan pengarang inilah yang
akan menentukan sejauh mana kekuatan sebuah cerita.

Pengaluran merupakan cara yang digunakan oleh pengarang untuk mengatur urutan
peristiwa salam suatu cerita. Nurgiyantoro (2002:114) memaparkan bahwa pengaluran
merupakan bentuk cerminan atau berupa perjalanan tingkah laku para tokoh dalam
bertindak, berpikir, berasa, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Namun, tentu saja hal seperti itu tidak serta merta dikemukakan secara langsung oleh
pengarang melainkan melalui pengolahan dan penyiasatan untuk menjaga daya tarik
cerita.

Melalui alur dan pengaluran cerita, pengarang leluasa menuangkan gagasan ataupun
ide untuk menggiring opini pembaca terhadap suatu persoalan. Ide atau gagasan inilah
yang bisa diserap dan dijadikan acuan dalam pembelajaran kehidupan bagi pembaca
melalui jalinan peristiwa yang terbangun dalam cerita. Cara menganalisa alur adalah
dengan mencari dan mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang memiliki hubungan
kausalitas saja. Adapun pengaluran adalah urutan teks. Dengan menganalisa urutan teks
ini, pembaca akan tahu bagaimana pengarang menyajikan cerita itu (Suyanto, 2012: 49-
50). Dengan demikian pengaluran merupakan bentuk proses kreatif pengarang dalam
mengolah alur sebuah cerita hingga memiliki daya tarik yang memikat pembaca.

Penyampaian penyajian pengaluran peristiwa-peristiwa dalam cerita disampaikan


secara berurutan dan kronologis. Ada beberapa cara yang digunakan dalam mengatur
urutan peristiwa dalam suatu cerita, diantaranya sebagai berikut :
1) Ab ovo (alur maju/alur lurus) : Cerita diawali dengan peristiwa pertama dalam
urutan waktu terjadinya, yaitu pengarang memaparkan keberadaan tokohnya
utamanya lebih dahulu sebelum tokoh tersebut berlakuan. Alur cerita yang diatur
dengan urutan ab ovo pada umumnya berupa alur linier, misalnya cerita cerita hikayat
seperti Hikayat Hangtuah.
2) In medias res (alur mundur/alur flash back) : Sejak awal cerita, para tokoh sudah
langsung berlakuan. Keberadaan tokoh dipaparkan secara bertahap, baik dalam
peristiwa pertama maupun peristiwa lanjutan. Alur cerita yang diatur dengan urutan
in medias ditampilkan melalui dialog dalam mmimpi, lamunan yang menelusuri
kembali jalan hidupnya, atau teringat kembali suatu peristiwa di masa lalu. Misalnya
Belenggu, dan cerita-cerita modern, baik berupa roman, novel, novelet, cerpen,
maupun sketsa.

2.2 Peristiwa, Konflik, dan Klimaks

Eksistensi plot dalam suatu cerita fiksi didukung oleh tiga unsur yaitu peristiwa,
konflik, dan klimaks. Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat
esensial dalam pengembangan sebuah alur cerita. Eksistensi alur atau plot sangat
ditentukan oleh ketiga unsur tersebut.

1. Peristiwa
Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan-keadaan yang lain
(Lexumburg dll, 1992: 150). Peristiwa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
a) Peristiwa fungsional, yaitu peristiwa yang mempengaruhi pengembangan alur
atau plot
b) Peristiwa kaitan, yaitu peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-
peristiwa penting dalam pengurutan penyajian cerita.
c) Peristiwa acuan, yaitu peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh atau
berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu kepada unsur-
unsur lain, misalnya berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang
melingkupi batin tokoh
2. Konflik

Unsur terpenting dalam sebuah alur cerita fiksi adalah konflik. Alur dipengaruhi oleh
konflik dan bangunan konflik yang dikemukakan dalam cerita yang merujuk pada
sesuatu yang dialami oleh tokoh cerita dan bersifat tidak menyenangkan (Meredith &
Fitzgerald dalam Nurgiyantoro 2002:122). Lebih lanjut, Wellek & Warren (dalam
Nurgiyantoro 2002:122) memaparkan bahwa konflik adalah sesuatu yang dramatik,
mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan
adanya aksi dan aksi balasan. Konflik dibagi atas dua bagian, yaitu :

a) Konflik eksternal atau konflik fisik, yaitu konflik yang terjadi antara seseorang
tokoh dengan sesuatu di luar dirinya, mungkin dengan lingkungan alam ataupun
dengan lingkungan manusia. Seperti konflik fisik dan konflik sosial. Konflik fisik
adalah konflik yang hadir karena perbenturan antara tokoh dengan lingkungan
alam. Sebagai contoh peristiwa gunung meletus, banjir besar, kemarau panjang,
dan sebagainya. Konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya
kontak sosial antarmanusia.
b) Sebagai contoh peristiwa pemerkosaan, peperangan, percecokan, penindasan, dan
lain-laninya.
c) Konflik internal atau konflik batin, yaitu konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa
seseorang tokoh sebuah cerita. Akhirnya perlu ditegaskan bahwa kedua konflik
tersebut saling berkaitan, saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain
dan dapat terjadi secara bersamaan. Artinya konflik-konflik tersebut dapat terjadi
dan dialami oleh seseorang pada cerita dalam waktu yang bersamaan, walau
tingkat intensitasnya mungkin saja tidak sama.
3. Klimaks
Konflik demi konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan
konflik menjadi meningkat. Konflik yang sedemikian meruncing hingga mencapai
titik puncak disebut klimaks (Nurgiyantoro 2002:123). Klimaks merupakan hal yang
sangat penting dalam struktur plot sebuah cerita fiksi. Stanton (dalam Nurgiyantoro
2002:127) menyebutkan hakikat klimaks adalah pertemuan konflik yang telah
mengalami tingkat intensitas yang tinggi dan tidak dapat dihindari. Pertemuan antara
dua hal yang saling bertentangan dan saat menentukan bagaimana oposisi akan
diselesaikan inilah yang menentukan perkembangan plot. Klimaks di dalam sebuah
cerita fiksi sering terjadi pada saat konflik memuncak dan harus menemukan jalan
keluar.

2.3 Unsur-unsur Alur dan Pengaluran

a) Pengenalan cerita, pada bagian ini pengarang akan memperkenalkan tokoh


utama, penataan adegan cerita dan hubungan antar tokoh yang terdapat didalam
sebuah cerita.
b) Awal konflik, pada bagian ini sih pengarang atau pembuat cerita akan
memunculkan bagian-bagian dalam sebuah cerita yang bisa menimbulkan suatu
permasalahan.
c) Menuju konflik, pengarang cerita akan meningkatkan suatu permasalahan yang
dialami olah tokoh.
d) Konflik memuncak atau klimaks, pada bagian yang satu ini merupakan puncak
dari permasalahan yang dihadapi oleh sih tokoh, pada bagian ini juga tokoh di
dalam cerita akan dihadapkan dalam sebuah penentuan akhir yang akan
dialaminya, keberhasilan atau kegagalan biasanya menjadi suatu penentuan nasib
tokoh didalam cerita.
e) Penyelesaian atau ending, akhir dari cerita, pada bagian ini akan menjelaskan
bagaimana nasib sih tokoh dalam cerita tersebut apakah endingnya bahagia,
buruk, ataupun menggantung.

2.4 Jenis-jenis Alur

Alur atau Plot adalah rangkaian peristiwa dari awal sampai klimaks serta
penyelesaian yang dijalin berdasarkan hubungan urutan waktu atau hubungan sebab
akibat sehingga membentuk keutuhan cerita. Macam – macam alur cerita berdasarkan
susunannya ialah :

a) Alur Maju (progresif)


Alur maju (progresif) adalah sebuah alur yang memiliki klimaks di akhir cerita
dan merupakan jalinan/rangkaian peristiwa dari masa kini ke masa lalu yang
berjalan teratur dan berurutan sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal
sampai akhir cerita. Secara runtut, cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian,
pengenalan, pemunculan konfliks), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan
akhir (penyelesaian).
b) Alur Mundur (regresif)
Disebut sebagai plot mundur adalah sebuah alur yang menceritakan tentang masa
lampau yang memiliki klimaks di awal cerita dan merupakan jalinan/rangkaian
peristiwa dari masa lalu ke masa kini yang disusun tidak sesuai dengan urutan
waktu/kejadian dari awal sampai akhir cerita.
c) Alur Sorot balik (Flashback)
Alur Sorot balik (Flashback) adalah alur yang terjadi karena pengarang
mendahulukan akhir cerita dan setelah itu kembali ke awal cerita. Pengarang bisa
memulai cerita dari klimaks kemudian kembali ke awal cerita menuju akhir.
d) Alur Campuran (maju-mundur)
Alur Campuran adalah alur yang diawali klimaks, kemudian melihat lagi masa
lampau dan dilanjutkan sampai pada penyelesaian yang menceritakan banyak
tokoh utama sehingga cerita yang satu belum selesai kembali ke awal untuk
menceritakan tokoh yang lain.
2.5 Kaidah-kaidah dalam Pengaluran

Kaidah-kaidah pengaluran meliputi masalah plausibilitas (plausibility), adanya unsur


kejutan (surprise), rasa ingin tahu (suspense), dan kepaduan (unity) (Kenny, 1966 : 19-
22).

1. Plausibilitas (masalah), plausibilitas mengarah pada pengertian sesuatu hal yang


dapat dipercaya sesuai dengan cerita. Sebuah cerita dikatakan memiliki sifat
plausibilitas jika tokoh-tokoh, cerita dan dunia dapat diimajinasi (imaginable).
2. Suspense (rasa ingin tahu), sebuah cerita cerita yang baik harus mampu
membangkitkan suspense pembacanya. Salah satu caara untuk membangkitkan
suspense sebuah cerita adalah menampilkan apa yang disebut foreshadowing atau
penampilan peristiwa tertentu yang bersifat mendahului namun biasanya
ditampilkan secara tak langsung terhadap peistiwa yang penting yang akan
dikemukakan kemudian.
3. Surprise (kejutan), sebuah cerita cerita yang baik selain harus mampu
membangkitkan suspense pembaca juga mampu menciptakan surprise pada
pembacanya. Alur sebuah karya fiksi dikatakan memberikan kejutan jika sesuatu
yang dikisahkan atau kejadian-kejadian yang ditampilkan menyimpang atau
bertentangan harapan kita sebagai pembaca (Abams, 1981 : 138).
4. Unity (kesatupaduan), kesatupaduan mengarah pada pengertian bahwa berbagai
unsure yang ditampilkan, kususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan dan
acuan, yang mengandung konflik atau seluruh pengalaman hidup yang hendak
dikomunikasikan, memiliki keterkaitan sesuatu dengan yang lain, masalah
kesatupaduan ini bukan merupakan suatu hal yang sulit untuk dipenuhi dalam
karya-karya yang berbentuk cerpen atau cerita pendek, karya fiksi sebuah karya
yang direncanakan, disiasat, dikreasi, dan diorganisasikan sedemikian rupa
dengan sengaja sehingga keseluruhan aspek yang dilahirkan dapat saling
berhubungan secara koherensif.
2.6 Penahapan Alur
Secara teoretis alur dapat diurutkan dan dikembangkan ke dalam tahap-tahap tertentu
secara kronologis. Namun, dalam praktiknya dalam langkah “operasional” yang
dilakukan pengarang tidak selamanya tunduk pada teoretis-kronologis tahap-tahap
pengembangan atau lengkapnya struktur alur, dikemukakan sebagai berikut :

1. Tahap alur awal-tengah-akhir

Untuk memperoleh keutuhan sebuah alur cerita, Aristoteles mengumumkan bahwa


alur harus terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap akhir
(end) (Abrams, 1981 : 138).

a) Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut tahap perkenalan. Fungsi pokok dari
tahap awal sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan
seperlunya khususnya yang berkaitan dengan peralatan dan penokohan.
b) Tahap tengah cerita dapat disebut dengan tahap pertikaian. Konflik yang
dikisahkan seperti yang telah dikemukakan diatas, dapat berupa konflik internal,
dan konflik eksternal. Pada tahap tengah ini klimaks ditampilkan, yaitu ketika
konflik utama telah mencapai titik intensitas tertinggi.
c) Tahap akhir sebuah cerita atau bisa disebut akibat klimaks. Dalam teori klasik
yang berasal dari aristoteles penyelesaian cerita dibedakan kedalam dua macam
kemungkinan, yaitu kebahagiaan (happy end), dan kesedihan (sad end).

2. Tahapan alur
Dalam Mochtar Lubis (1978:10) mungkin mendasar dari pada pendapat
RichardSummer, yaitu membedakan tahap alur menjadi lima bagian. Kelima tahap itu
adalah sebagai berikut :
a) Tahap situation atau tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan
pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.
b) Tahap genering circumstances atau tahap peningkatan konflik, masalah-masalah
dan peristiwa-peristiwa menyulut mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan
tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang.
c) Tahap rising action atau tahap peningkatan konflik, konflik yang telah
dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan
kadar intensitasnya.
d) Tahap climax, konflik dan pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang
dilakukan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas
puncak.
e) Tahap denouement atau tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks
diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari Makalah Alur, Pengaluran, dan Faktor Penting


didalamnya, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Pengaluran merupakan cara yang digunakan oleh pengarang untuk mengatur urutan
peristiwa salam suatu cerita.
2) Eksistensi plot dalam suatu cerita fiksi didukung oleh tiga unsur yaitu peristiwa,
konflik, dan klimaks.
3) Unsur pengaluran terdiri atas pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik,
klimaks, ending.
4) Kaidah-kaidah pengaluran yang dimaksud meliputi masalah plausibilitas
(plausibility), adanya unsur kejutan (surprise), rasa ingin tahu (suspense), dan
kepaduan (unity).
5) Alur terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap akhir (end).

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang sedang belajar
pada prosa fiksi, selain belajar jenis-jenis prosa fiksi, kita harus paham mengenai alur dan
pengaluran yang ada di dalam prosa fiksi. Dengan mempelajari alur dan pengaluran prosa
fiksi, kita akan mampu mengkaji lebih dalam lagi mengenai unsur-unsur alur dan
pengaluran yang ada dalam prosa fiksi. Kita harus terus mempelajari tentang sastra agar
berguna untuk generasi yang akan mendatang, agar tidak pernah lupa dan terus mengingat
bagian-bagian dari sastra secara luas.
DAFTAR RUJUKAN
Sativa, Miftalyka Bhakti, 2011. Tehnik Pengaluran Pada Cerbung Detektif Salindri
Kenya Kebak Wewadi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
(http://lib.unnes.ac.id/9044/1/6672.pdf ) diunduh 10 Oktober 2020.
Erawati, Desi. 2014. Makalah Alur dan Pengaluran.
(https://desierawati.wordpress.com/2014/12/29/makalah-alur-dan-pengaluran/),
diakses pada 10 Oktober 2020.
Kuswara, Ade. 2011. Bahasaku Inspirasiku : Cerpen. (http://adeku-
bahasaku.blogspot.com/2011/10/cerpen-cerita-pendek-atau- sering.html), diakses pada
10 Oktober 2020.

Sofiya, Lisa dkk. 2017. Makalah Pola Pengaluran. Makalah. Universitas Muhammadiyah
Malang.
(https://www.academia.edu/35639789/Makalah_Pola_Pengaluran_kelompok_5),
diakses pada 10 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai