Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“APRESIASI KARYA SASTRA PROSA FIKSI”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Sastra

Dosen: Wahyu Wiji Astuti, S.Pd., M.A

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Ardila Cristine 2203210003

Putri Indah Nurjannah 2203210036

Program Studi Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan

Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana pada kesempatan ini masih
diberikan nikmat sehat lahir dan batin sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Apresiasi Karya Sastra Prosa Fiksi”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Apresiasi Sastra..
Makalah tentang apresiasi sastra ini juga kami buat untuk turut menambah bahan bacaan
perkuliahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah dan para pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kekeliruan
ataupun kesalahan. Maka dari itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan sebagai perbaikan makalah ini.

Sumatera Utara, maret 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Prosa Fiksi dan Ciri-Ciri
B. Jenis Prosa Fiksi
C. Mengapresiasi Karya Sastra Prosa Fiksi

BAB III PENUTUP


A. Simpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prosa fiksi berasala dari kata fictio yang berarti pembentuk, angan-angan dan
khayalan. Menurut M. Saleh da Anton (Soedjijono, 1984:64), yamg dimaksud dengan
prosa fiksi adalah bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran,
kelakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.
Sedangkan apresiasi sastra adalah kegiatan mengakrabi karya sastra dengan
sungguh-sungguh. Dalam mengakrabi karya sastra tersebut, ada proses pengenalan,
pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan setelah itu penerapan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa penegertian dari prosa fiksi?
2. Apa yang menjadi ciri-ciri dari prosa fiksi?
3. Bagaimana cara mengapresiasi karya prosa fiksi?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian karya prosa fiksi.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari prosa fiksi.
3. Untuk memahami cara apresiasi karya prosa fiksi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ciri-Ciri Prosa Fiksi


Sebagai salah satu karya sastra, genre prosa merupakan yang sering dikaji di
lingkungan akademik. Yang dalam istilah prosa sebenarnya memiliki cakupan yang luas tidak
hanya tulisan yang bersifat seni yang digolongkan dalam karya sastra tapi juga mencakup
berbagai bentuk karya tulis yang berbentuk kajian.
Maka harus diperjelas dengan menambahinya dengan istilah karya prosa fiksi, dengan
kata lain hal ini mengkhususkan pada bentuk karya yang imajiner dan estetis. Kata “fiksi”
atau fiction diturunkan dari bahasa Latin fictio, fictum yang berarti “membentuk, membuat,
mengadakan, menciptakan”.

Pengertian Prosa Fiksi Menurut Para Ahli


● Menurut Aminuddin, “2002:66”
Prosa fiksi ialah kisahan atau ceritera yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarangnya, sehingga menjalin suatu cerita.

● Menurut M. Saleh Saad Dan Anton M. Muliono “Dalam Tjahyono, 1998:106”


Mengemukakan pengertian prosa fiksi “fiksi, prosa narasi, narasi, ceritera berplot atau
ceritera rekaan disingkat cerkan” ialah bentuk ceritera atau prosa kisahan yang mempunyai
pemeran, lakukan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya imajinasi.

● Menurut Henry Guntur Taringan “1993:120”


Dengan demikian dapatlah dianalogikan bahwa kata benda fiksi dalam bahasa
Indonesia secara singkat “sesuatu yang dibentuk, sesuatu yang diciptakan sesuatu yang
dibuat, sesuatu yang diimajinasikan.

● Menurut Teeuw “1984:258-249”


Menyatakan bahwa rekaan bukan lawan kenyataan, tapi membeberkan suatu
kenyataan. Hubungan antara kenyataan dan rekaan ialah hubungan dialetik atau bertetangga,
mimies tidak mungkin tanpa kreasi, tetapi kreasi tidak mungkin tanpa mimieis.
● Menurut Henry Guntur Taringan “1993:121-122”
Dapat juga dikatakan bahwa fiksi bersifat relitas, sedangkan nonfiksi bersifat
aktualitas.

Ciri-Ciri Prosa Fiksi


Adapun ciri-ciri prosa fiksi adalah bahasanya terurai, dapat memperluas pengetahuan
dan menambah pengetahuan, terutama pengalaman imajinatif. Prosa fiksi dapat
menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian dalam kehidupan. Maknanya dapat berarti
ambigu. Prosa fiksi melukiskan realita imajinatif karena imajinasi selalu terikat pada realitas,
sedangkan realitas tak mungkin lepas dari imajinasi. Bahasanya lebih condong ke bahasa
figuratif dengan menitikberatkan pada penggunaan kata-kata konotatif. Selanjutnya prosa
fiksi mengajak kita untuk berkontemplasi karena sastra menyodorkan interpretasi pribadi
yang berhubungan dengan imajinasi.

B. Jenis Prosa Fiksi


Berdasarkan perkembangannya, prosa fiksi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
prosa baru (modern dan prosa lama. Berikut ini adalah penjelasannya.

a. Prosa Baru (Modern)


Prosa baru adalah karya yang penulisannya telah terpengaruh budaya modern Barat.
Literasi Barat merupakan pusat peradaban berbagai pemikiran inovatif dan baru di dunia di
zaman modern (1970-an). Sehingga rumusan baru mengenai sastra juga muncul disana dan
diadopsi oleh seluruh dunia.

● Ciri Prosa Baru


- Bersifat dinamis, yang berarti mengikuti perkembangan zaman
masyarakatnya.
- Masyarakat sentris, mengungkap hal sehari-hari yang terjadi di kalangan
masyarkat
- Memperhatikan urutan peristiwa melalui pengolahan unsur Alur dan
Pengaluran yang disusun dengan lebih apik.
- Bersifat rasional, meskipun terkadang masih meminjam mite dan legenda
tertentu, tetap dibedah secara logis.
- Penulis tidak anonim dan bentuknya sudah berupa tulisan saja.
● Jenis Prosa Baru
- Cerpen
Cerpen adalah akronim dari “cerita pendek” yang merupakan cerita berbentuk prosa
yang hanya fokus terhadap satu tokoh, latar atau situasi saja, sehingga bentuknya lebih
sederhana dan berdurasi pendek.
Namun pendek disini tidak hanya karena ceritanya saja yang berdurasi pendek. Jakob
Sumardjo dan Saini (1995: 30) berpendapat bahwa ukuran pendek dalam cerpen lebih
didasarkan pada keterbatasan pengembangan unsur-unsurnya, cerpen memiliki dampak
tunggal dan tidak kompleks.

- Novelet
Novelet adalah kisah yang ceritanya lebih panjang dari cerpen, tetapi masih lebih
pendek dari novel. Penggarapan unsurnya seperti tokoh, alur dan latar jauh lebih luas
cakupannya jika dibandingkan dengan cerpen, namun masih terhitung sempit jika
dibandingkan novel. Jumlah halaman novelet berkisar dari 60 – 150 halaman.

- Novel
Novel adalah kisah berplot yang jangkauan cerita, latar dan tokohnya luas dan
memiliki runutan peristiwa yang panjang dan kompleks. Berbeda dengan cerpen yang
ceritanya tunggal dan dapat diselesaikan dalam satu duduk (30-60 menit), novel memiliki
cerita berlapis yang dapat dilanjutkan ke buku novel lainnya.
Kata novel berasal dari bahasa Itali, yaitu novella, dan memiliki makna barang baru
kecil. Sebelum berkembang menjadi novel, novella dapat disepadankan dengan cerpen,
ceritanya pendek dan hanya fokus membahas satu cerita atau latar, bisa juga sedikit lebih
detail. Novella baru berkembang menjadi novel ketika jenis prosa ini mulai banyak ditulis di
Inggris dan Amerika.

- Roman
Roman adalah cerita yang menceritakan kisah seorang tokoh secara mendetail dan
menyeluruh dari lahir hingga akhir hayatnya. Roman adalah bentuk klasik dari cerpen,
biasanya penulisnya juga masih anonimus. Meskipun masuk ke dalam kategori sastra klasik
namun tidak menutup kemungkinan masih di tulis di zaman sekarang.
b. Prosa Lama (Klasik)
Prosa lama adalah tulisan cerita atau kisah yang belum mendapatkan pengaruh budaya
modern Barat. Tulisan ini biasanya bersifat anonim (tidak ada penulis tunggal) dan menyebar
dari mulut ke mulut secara lisan dan tulisan terbatas.

● Ciri Prosa Lama


- Statis, cerita dikisahkan secara turun-temurun, sehingga tidak mengalami
perubahan yang signifikan.
- Sedikit Diferensialisasi (Varian), suatu legenda bisa jadi masih yang itu-itu
saja, hanya mengalami sedikit perubahan di suatu daerah.
- Berpusat di Istana, Dalam artian cerita lebih banyak mengisahkan tokoh-tokoh
kerajaan dan kelas atas atau orang yang luar biasa.
- Bersifat Anonim, tidak diketahui siapa penulis aslinya dan terus sedikit
berubah tergantung dari penutur selanjutnya
- Menyebar dengan cara lisan, tidak ada naskah pasti yang dapat dijadikan
sebagai patokan tulisan orisinalnya.

● Jenis Prosa Lama (Klasik)


- Dongeng
Merupakan cerita yang sepenuhnya hasil imajinasi dan khayalan yang menggunakan
gaya estetika klasik dari suatu daerah tertentu.

- Fabel
Fabel adalah cerita rekaan yang bersifat alegori atau simbolisme secara utuh;
keseluruhan cerita menggunakan simbol bintang yang memanusia sebagai pengganti tokoh
manusia itu sendiri.

- Hikayat
Hikayat adalah cerita yang biasanya bertemakan seperti sejarah maupun roman fiksi
yang disampaikan melalui gaya dramatis, bernilai semangat juang, pelipur lara hingga
sebagai hiburan untuk merayakan sesuatu. Contoh: Hikayat Seribu Satu Malam, Hikayat
Hang Tuah, dll.

- Legenda
Legenda menceritakan asal-usul suatu tempat, benda atau tokoh hingga kejadian
fantastis yang dihubungkan dengan asal-muasal sesuatu di suatu tempat atau daerah. Contoh:
Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Asal-muasal Candi Perambanan, dll.

- Mite
Mite atau mitos adalah kisah yang berlatarbelakang sejarah namun mengandung
hal-hal mistis dan gaib yang dipercaya oleh masyarakat penganutnya.

C. Mengapresiasi Karya Sastra Prosa Fiksi


Disini pemakalah akan menunjukkan hasil dari apresiasi karya sastra prosa fiksi jenis
cerpen yang berjudul Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Berikut adalah link untuk
membaca cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A Navis.
( https://nusadaily.com/short-story/robohnya-surau-kami.html )

a. Unsur-Unsur Intrinsik
1. Alur
Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang
telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Adapun alur mundurnya mulai
muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir

2. Tokoh dan Penokohan


● Aku: Sosok yang baik. Pencerita dari segala keseluruhan isi cerita walupun tokohnya
tidak terlalu dominan di dalam peristiwa yang terjadi pada isi cerita ini.
Tokoh: protagonis
● Kakek: Sosok kakek tua yang menghabiskan hampir separuh hidupnya untuk tinggal
dan mengabdi demi keimanannya pada sebuah surau tua. Tetapi kedatangan tokoh Ajo
Sidi suatu hari membuat Kakek menjadi terpukul atas perkataan Ajo Sidi yang tidak
dapat disangkal-sangkal kebenarannya. Kakek pun akhirnya memilih mengakhiri
hidupnya karena dia merasa segala bentuk keimanannya sudah tidak berguna akibat
semua kelalaian yang telah diperbuatnya dimasa mudanya.
Tokoh: antagonis
● Ajo Sidi: Seorang pembual kampung yang terkenal ulung bualannya tetapi bualan Ajo
Sidi selalu bualan yang memang pantas diberikan kepada mereka-mereka yang
menerima bualannya. Suatu hari Ajo Sidi datang menemui Kakek dan bercerita
mengenai penghitungan Allah di hari akhir kelak. Betapa kejamnya cerita Ajo Sidi
sehingga Kakek pun merasa kebenaran dari bualan Ajo Sidi sudah membuatnya
pasrah sehingga Kakek pun memilih mengakhiri hidupnya.
Tokoh: protagonis-antagonis (campuran)

3. Latar
Latar waktu :
● Beberapa waktu yang lalu Tuan datang ke kota…
● Sudah bertahun-tahun ia menjadi garin.
● Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemunggahan…

Latar ruang atau tempat:


● Kampung kecil
● Surau tua
● Neraka

Latar suasana:
● Suasana marah ketika kakek menceritakan bualan Ajo Sidi kepada tokoh aku dalam
cerita tersebut.
● Suasana haru ketika kakek mendapati sebuah makna yang tersimpan dari bualan ajo
Sidi terhadap dirinya diakhir cerita Ajo Sidi. ( dan aku melihat mata kakek berlinang.
Aku jadi belas kasih padanya.)
● Suasana tegang dan penuh kecemasan, ketika haji Saleh dimasukkan Tuhan ke neraka.
Dan dengan penuh harap ia meminta Tuhan memasukkan ia ke surga, setelah ia dan
kawan-kawannya berdemonstrasi dihadapan Tuhan untuk meninjau ulang kembali
keputusan yang telah Tuhan ambil.
● Suasana penuh keheranan dari tokoh aku terhadap Ajo Sidi yang tidak bertanggung
jawab atas meninggalnya kakek.

4. Sudut Pandang
Pada cerpen Robohnya Surau Kami menggunakan sudut pangdang orang ketiga
tunggal. Pengarang menceritakan cerpen dengan gaya ke aku an. Pengarang terlibat langsung
dalam cerita sebagai tokoh aku,dan menceritakan kembali cerita tersebut.
5. Gaya Bahasa
Cerpen Robohnya Surau Kami ditulis pada periode 1945-1953, dimana bangsa
Indonesia sudah mengalami kematangan dalam berbahasa. Sehingga pada cerpen ini
bahasanya mudah dipahami, akan tetapi pada bagian tertentu dalam cerpen ini masih ada
pengaruh bahasa melayu yang dikarenakan latar belakang penulis yang merupakan orang
Sumatra (Melayu).

6. Amanat
Sebagai hamba Allah yang taat, kita haruslah mengikuti segala perintah dan menjauhi
segala laranganNya, berbadah dengan penuh kesungguhan. Namun hal tersebut tidak serta
merta menuntut kita untuk beribadah tanpa menghiraukan kehidupan duniawi. Keseimbangan
diantara keduanya adalah sebuah keharusan yang semestinya dipenuhi tanpa menjadikan
yang satu lebih penting daripada yang lainnya, karena keridhaan Allah dicapai dengan
ketaatan menjalankan perintahNya dalam aktifitas di dunia yang akan membawa kebaikan di
akhirat. Manusia diciptakan dengan tujuan dan aturan yang telah ditetapkan, yaitu beribadah,
dalam artian semua aktifitas yang sesuai dengan aturan Allah akan bernilai ibadah di
dalamnya. Jadi, akan sangat salah jika prioritas ibadah diartikan hanya hubungan kita dengan
sang Khalik, tetapi juga ada kesadaran dalam diri sebagai manusia dan interaksinya dengan
alam, dan kehidupan sesamanya.

b. Unsur-Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Keagamaan
Banyak sekali nilai agama yang dapat dipetik dari kisah ini. Yaitu pentingnya
menyeimbangkan antara kewajiban di dalam dunia maupun di akhirat. Jika di telisik dari
kebahasaan, kisah Robohnya Surau Kami lekat sekali dengan nuansa keagamaan yang tidak
hanya mewajibkan manusia untuk mengejar kebahagiaan di akhirat saja, tetapi kebahagiaan
di dunia pun harus didapat agar keduanya dapat berjalan seimbang. Banyak orang yang
mengejar dunia tetapi akhirnya lupa dengan akhirat, begitu pula sebaliknya. Padahal Tuhan
sudah memberi manusia rahmat yang berlimpah tetapi karena manusia itu terlalu sibuk
memikirkan kepentingan akhiratnya sendiri, manusia itupun menjadi lupa pada nasib
orang-orang terdekatnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Araf bahwa
Allah memerintahkan manusia untuk bekerja demi dunianya tetapi tidak lupa beribadah demi
akhiratnya. Kedua hal ini sangat penting karena Allah sudah memberikan karunia yang
melimpah kepada manusia, kewajiban utama seorang manusia selain beribadah kepada Nya
juga untuk memakmurkan dirinya sendiri beserta keluarganya. Bekerja juga ibadah. Jika
keduanya tidak berjalan justru ibadah pun tidak akan seimbang.

2. Nilai Pendidikan
Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha
dengan sekuat tenaga dan selalu berdoa. Hal ini menjadi pendidikan bagi kita karena tidak
ada gunanya berputus asa dalam menghadapi berbagai permasalahan. Masalah akan menjadi
masalah berikutnya apabila kita berputus asa dan tidak mau berusaha untuk
menyelesaikannya. Berusahalah sebisanya karena tidak ada hal yang sia-sia dalam berusaha
tersebut. Pasti ada hikmah dalam setiap permasalahan.

3. Nilai Kebudayaan
Ada sebuah daerah di Indonesia yang memiliki budaya religi misalnya daerah yang
menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, para tokoh kampung yang kaya dapat dikenali dengan
berapa kali ia naik haji. Nilai-nilai religius yang tertanam begitu kuat, membuat mereka
berpikir bahwa hidup hanya digunakan untuk beribadah saja tanpa dibarengi dengan bekerja.
Padahal seharusnya hubungan manusia terbagi menjadi 2 yaitu vertikal dan horizontal,
dimana seseorang diwajibkan beribadah kepada Tuhan tanpa lupa dengan hubungannya
dengan masyrakat sekitar.

4. Nilai Sosial
Sebagai manusia tidak hanya dituntut untuk taat kepada Tuhan saja.Hubungan
terhadap manusia juga tak kalah penting.Bagaimana sikap manusia terhadap manusia lain
dalam kehidupan masyarakat.Pada cerpen di atas tokoh Hj.Saleh adalah orang yang sangat
taat beribadat,namun ia tidak mempedulikan kehidupan bermasyarakat,ia menelantarkan anak
dan istrinya demi mengejar kehidupan akhirat. Ia hanya mengerjakan hal-hal yang
menurutnya disukai oleh Tuhan dan meninggalkan kegiatan bermasyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari makalah tersebut dapat kmaia simpulkan bahwa karya prosa fiksi merupakan karya
sastra yang beraslaah dari imajinasi dan khayalan penulisnya. Karya prosa fiksi memiliki
jenis yang beragam, seperti novel, cerpen, roman, dongeng, cerita rakyat, mite, legenda,
dan sebagainya. Dalam mengapresiasi karya prosa fiksi, kita harus membaca karya itu
secara berulang dan dengan penghayatan agar kita dengan mudah memahami maksud
yang ingin disampaikan penulis dan dengan mudah mengapresiasi karya tersebut.

B. Saran
Dalam apresiasi karya sastra prosa kritik yang membangun membuat pencipta karya
tersebut semakin semangat dalam membuat karya-karya yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dosenpendidikan.co.id/prosa-fiksi/

http://xerma.blogspot.com/2014/01/pengertian-dan-ciri-prosa-fiksi.html?m=1#:~:text=Adapu
n%20ciri%2Dciri%20prosa%20fiksi,Maknanya%20dapat%20berarti%20ambigu

https://serupa.id/prosa/

https://nusadaily.com/short-story/robohnya-surau-kami.html

Anda mungkin juga menyukai