Anda di halaman 1dari 15

ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESASTRAAN

O
L
E
H

NAMA : JUNANA R. MAMEA

NIM : 2023745801

SEMESTER/KELAS : II/C

PROGRAM STUDI : S-1 MANAJEMEN PERUSAHAAN

TUGAS : UTS DAN UAS MAKALAH ILMU DASAR BUDAYA


KATA PEGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnya maka kita telah menyelesaikan sebuah karya tulis ini tepat waktu.Berikut ini
penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul Konsepsi Ilmu dasar budaya
Dalam Kesastraan.Dalam pembahasannya, makalah ini membahasa tentang pendekatan
kesusastraan, ilmu budaya dasar yang dihubungkan dengan prosa, nilai-nilai dalam proses
fisik, dan ilmu budaya dasar yang dihubungkan dengan puisi

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang
tepat.Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa hormat dan terima
kasih.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan


dan meresepkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu
bagian dari kebudayaan. Manusia sebagai ciptaan tuhan yang dianugrakan pikiran,
perasaan dan kemauan secara nalusi memerlukan perantara budaya untuk menyatakan
rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan
apresiatif.dalam kegiatan apresiatif yaitu mengadakan pendekataan terhadap seni rupa
seolah-olah kita memasuki alam rasa yang kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni yang
nampaknya rupa seolah-olah hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu kadang-
kadang seni rupa itu lebih disamakan dengan seni visual.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Hakekat puisi
2. Penyajian Puisi dalam Pendidikan dan pengajaran di semua tingkatan
3. Prosa fiksi
4. Nilai-nilai di dalam Prosa Fiksi
5. Apa saja ilmu budaya dasar yang dihubungkan dengan prosa
6. Bagaimana pendekatan kesustraan itu
1.3 TUJUAN MASALAH

Tujuan dari karya ilmia ini adalah bagaimana mahasiswa dapat memahami dan megerti
tentang konsepsi ilmu budaya dasar dalam kesusatraan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENDEKATAN KESUSASTRAAN


IBD semula Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris The Humanities. Istilah berasal
dari bahasa Latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan
mempelajari The Humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, berbudaya, dan
halus. Sastra lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah
penjabaran abstraksi.Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa Istilah prosa
kadang disebut narrative fiction, prose fiction atau hanya fiction saja.Dalam bahasa
Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan
sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa
dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.Istilah cerita rekaan umumnya
dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek. Dalam kesusasteraan Indonesia
kita mengenal jenis Prosa Lama dan Prosa Baru
Prosa lama Prosa baru
1. Dongeng 1. Cerpen
2. Hikayat 2. Novel
3. Sejarah 3. Biografi
4. Epos 4. Kisah
5. Cerita Pelipur 5. Otobiografi
Lara

Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :


1. Prosa fiksi memberikan kesenangan. Pembaca mendapatkan pengalaman
sebagaimana mengalami sendiri peristiwa tersebut.

2. Prosa fiksi memberikan informasi. Fiksi memberi informasi yang tidak terdapat di
dalam ensiklopedi.

3. Prosa fiksi memberikan warisan kultural. Merupakan sarana bagi pemindahan yang
tak henti dan warisan budaya bangsa.

4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan.


lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan
pengalamanpengalaman dengan banyak individu. Karya sastra dapat dibagi menjadi
dua:
1. Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya, mengajak pembaca untuk
mengikuti apa yang dikehendaki zamannya.

2. Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, biasanya untuk merenung.

2.2 ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA


prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme
(rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti
leksikalnya. Prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan sutu fakta atau ide.
Karena itu, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majala, novel, ensiklopedia, surat,
serta berbagi jenis media lainya.
 Prosa baru:
1. Roman
Roman merupakan sebuah karya sastra yang menceritakan kehidupan
seorang atau beberapa tokoh, mulai dari kelahirannya, dewasa, hingga
keadaan kematiannya. Selain itu, roman juga didefinisikan sebagai
sebuah karya sastra yang menampilkan urutan kejadian yang
bersambung satu sama lain yang menggambarkan pengalaman
pengalaman tokoh tokoh yang ada dalam suatu situasi kehidupan
tertentu. Gambaran pengalaman tersebut dapat berupa gambaran
pengalaman pengalaman secara lahir maupun batin.Roma juga
menggambarkan keseluruan perjalanan tokoh lengkap beserta
pengalaman dan kehidupan sosial tokoh.
2. Novel
Istilah ‘novel’ diartikan sebagai karangan yang panjang dan menceritakan
rangkaian kisah kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.Istilah ‘novel’, secara
etimologi berasal dari bahasa bahasa Italia, yakni ‘novella’ yang berarti
‘sebuah kisah atau sepotong cerita’.Isi novel lebih panjang dan kompleks
dari cerita pendek (cerpen).Umumnya novel berkisah mengenai pelaku
dalam kehidupan sehari hari dengan semua sifat, watak, tabiat, dan
kejadian kejadian di seputarnya.

3. Cerita pendek
Cerita pendek atau biasa disingkat menjadi cerpen merupakan sebuah
karangan imajinasi yang menceritakan ulang sebuah peristiwa
dan biasanya berpusat pada satu pelaku. Jusuf Sjarif Badudu atau lebih
dikenal dengan nama J. S. Badudu, seorang pakar Bahasa Indonesia,
mendefinisikan cerpen sebagai suatu cerita yang hanya menjurus serta
terfokus pada satu peristiwa saja. Selain itu, Jakobus Sumarjo atau Jakob
Sumarjo, seorang budayawan dan pelopr kajian Filsafat Indonesia,
mendefinisikan cerpen sebagai seni atau ketrampilan menyajikan cerita
(skill to present story), yang di dalamnya merupakan satu kesatuan
bentuk utuh, manunggal (memfokuskan pada satu bagian atau satu
karakter saja), dan tidak ada bagian – bagian yang tidak perlu, tetapi juga
ada bagian yang terlalu banyak. Maksud bagian ‘terlalu banyak’ yang
diutarakan oleh Jakob Sumarjo ini adalah bagian cerita dari sisi sang
tokoh atau bagian ‘ke-aku-an’ yang memang menjadi pusat cerita untuk
dieksplorasi.
4. Riwayat
stilah ‘riwayat’ diartikan sebagai ‘sebuah cerita yang turun temurun’ atau
‘sejarah’ atau ‘tambo’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Riwayat dapat didefinisikan sebagai sebuah kisah yang berisi tentang
pengalaman pengalaman hidup seseorang yang diangkat dari kisah nyata
orang tersebut dari lahir hingga meninggal.Pada umumnya tokoh yang
menjadi fokus utama dalam riwayat merupakan tokoh-tokoh terkenal
atau tokoh-tokoh yang berpengaruh di masyarakat dan
menginspirasi.Riwayat dalam kehidupan sehari hari lebih sering dikenal
sebagai biografi atau autobiografi. Biografi merupakan riwayat yang
ditulis oleh orang lain yang menceritakan tokoh tertentu. Sedangkan
autobiografi merupakan sebuah kisah tokoh yang ditulis sendiri oleh
tokoh yang bersangkutan. Contoh riwayat yang cukup di kenal adalah
‘Soeharto Anak Desa’ yang mengisahkan perjalanan hidup Presiden
kedua Repulik Indonesia, Bapak Soeharto; ‘Hitler’ karya Ian Kershaw
yang mengisahkan tentang pemimpin Nazi selama perang dunia, Adolf
Hitler; ‘Chairul Tanjung Si Anak Singkong’ karya Tjahya Gunawan Diredja
yang menceritakan tentang salah satu pengusaha sukses Indonesia yang
memiliki Trans Corp, Chairil Tanjung; dan lain sebagainya.

5. Kritik
Secara umum, kritik merupakan tulisan yang menilai baik atau buruk,
bermanfaat atau tidaknya, kelebihan atau kekurangan suatu hal, baik
berupa karya seni maupun karya sastra. Kritik akan membicarakan dan
menilai berbagai unsut yang membentuk karya tersebut dan dikemas
dalam sebuah tulisan. Merujuk pada pengertian dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), istilah kritik didefinisikan sebagai kecaman atau
tanggapan, kadang kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk
terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya
6. Resensi
Secara etimologi, istilah resensi berasal dari bahasa Latin, yakni ‘revidere;
atau ‘recensie’ yang memiliki arti menimbang, melihat kembali, tau
menilai.Merujuk pada pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), istilah ‘resensi’ didefinisikan sebagai sebuah ulasan dari sebuah
buku. Namun, dalam perkembangannya, resensi tidak hanya terbatas
pada buku saja, akan tetapi merembet pula pada karya lainnya, seperti
isi majalah, novel, drama, film, dan lain sebagainya. Berdasarkan definisi
di atas, resensi tidak jauh berbeda dengan kritik, yakni suatu tindakan
berupa pemberian penilaian, pembahasaan, kritikan pada suatu karya.
7. Esai
Secara umum, esai memiliki kesamaan dengan tajuk rencana yang
terdapat pada surat kabar, yakni memiliki tujuan untuk meyakinkan
masyarakat terhadap sudut pandang penulis mengenai suatu isu, atau
dengankata lain menggiring opini publik, Bedanya, tajuk rencana hanya
ditulis oleh seorang kepala editor, sedangkan esai dapat ditulis oleh siapa
saja. Contoh salah satu karangan esai dapat kita temukan dalam tajuk
yang ada di surat kabar. Selain itu, artikel penelitian juga merupakan
salah satu contoh dari karangan esai.
 Prosa lama:
1. Hikayat:
Hikayat berasal dari negara India dan arab yang berisi cerita
kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan bahkan raja-raja
yang memiliki kekuatan magis.
Cerita yang diangkat dalam hikayat biasanya tidak masuk akal dan
bersifat fantasi.Kebanyakan cerita yang diangkat dalam hikayat
adalah tokoh-tokoh dalam sejarah.Misalnya Hikayat Hang Tuah, Si
Pitunh, Hikayat Si Miskin dan lain sebagainya.

2. Sejarah:
Sejarah atau sering juga disebut Tambo merupakan suatu prosa lama
yang mengangkat cerita peristiwa sejarah.Cerita yang diangkat dalam
Tambo ini berbeda dengan hikayat, jika hikayat merupakan cerita
fantasi yang sulit ditemukan kebenarannya.
Tambo justru sebaliknya yaitu mengangkat cerita yang terdapat
kejelasan fan juga faktanya. Contohnya natara lain: Sejarah Melayu
karya Datuk Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis
pada tahun 1612.
3. Kisah:
Kisah merupakan salah satu jenis prosa lama yang senantiasa
menceritakan suatu perjakanan di lingkungan sosial ketika seseorang
berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya.Misalnya Kisah
Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan.
4. Dongeng:
Seperti dengan hikayat dongeng memiliki sifat khayal dalam
mengangkat cerita.Dalam jenisnya dogeng memiliki banyak ragam.

2.3 NILAI-NILAI DALAM PROSA FISIK


Yang dimaksud dengan nilai di sini adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh
pembaca lewat sastra (prosa fiksi).Hendaknya disadari bahwa tidak semua pembaca
dapat memperoleh persepsi dan pengertian tersebut.Ini hanya dapat diperoleh
pembaca, apabila sastra menyentuh diririya. Nilai tersebut tidak akan diperoleh secara
otomatis dari membaca. Dan hanya pembaca yang berhasil mendapat pengalaman
sastra saja yang dapat merebut nilai-nilai dalam sastra.
A. Prosa fiksi memberikan kesenangan Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari
membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana jika
mengalaminya sendiri peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat
mengembangkan imaginasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang
belum dikunjunginya, atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya.Pembaca juga
dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit
perjalanan hidupnya untuk mencapai suatu sukses.Namun demikian tidak menutup
kemungkinan bahwa tempat atau tokoh dalam fiksi itu mirip dengan manusia manusia
atau tempat-tempat dalam kehidupan sehari-hari.Kecuali kenikmatan literer, fiksi juga
memberikan kesenangan yang berupa stimulasi intelektual.Ini datang dari adanya ide-
ide, wawasan-wawasan, atau pemikiran-pemikitan yang baru, yang aneh, yang luar
biasa, bahkan juga yang mungkin sangat membahayakan jika diungkapkan bukan lewat
sastra.
B. Prosa Fiksi memberikan Informasi.Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak
terdapat di dalam ensiklopedi.Jika kita memerlukan suatu fakta, maka kita dapat
membuka buku. Tetapi jika kita menginginkan wawasan yang berbeda dari apa yang ada
di dalam fakta, maka kita harus memilih sastra. Dari sastra mungkin kita akan
mendapatkan nilai-nilai dari sesuatu yang mungkin di luar perhatian kita. Dari novel
sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik
tentang kehidupan masa kini, kehidup-an masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan
datang, atau kehidupan yang sama sekali asing. (Kita ingat misalnya Robinson Crusoe
(Defoe) atau Perjalanan ke Akhirat (Djamil Suherman) Fiksi juga memberikan ide atau
wawasan yang lebih dalam daripada sekedar fakta yang hanya bersifat menggambarkan.
Dari fiksi dapat dipahami tentang kelemahan, ketakutan, keterasingan, atau hakekat
manusia lebih daripada apa yang disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, atau
anthropologi. Fiksi bersifat mendramatisasikan, bukan hanya sekedar menerangkan
seperti misalnya buku teks psikologi.Mendramatisasikan, berarti mengubah prinsip-
prinsip abstrak menjadi suatu kehidupan atau lakuan/tindakan (action).Kita jadi ingat
misalnya pada Ziarah (Iwan Simatupang) yang merupakan dramatisasi atau fisikalisasi
dari ide keterasingan kehidupan manusia, sebagaimana diperankan oleh profesor filsafat
itu.
C. Prosa Fiksi memberikan Warisan Kultural.Pelajaran sejarah dapat memberikan
sebagian warisan kultural kepada mahasiswa; demikian pula dengan pelajaran
matematika, seni, dan musik. Para mahasiswa yang mempelajari bahasa dan sastra akan
memperoleh kontak dengan : impian-impian, harapanharapan, dan aspirasi-aspirasi,
sebagai akar-akar dari kebudayaan. Prosa fiksi dapat menstimulai imaginasi, dan
merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya
bangsa. Novel-novel yang terkenal seperti: Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar
Terkembang mengungkapkan impian-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari
generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Bagi bangsa
Indonesia novel-novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti Jalan Tak Ada
Ujung, Perburuhan, jelas merupakan buku novel yang berarti, sementara kita menyadari
bahwa revolusi itu sendiri adalah suatu tindakan heroisme yang mengagumkan dan
memberikan kebanggaan.
D. Prosa Fiksi memberikan Keseimbangan Wawasan.Lewat prosa fiksi seseorang dapat
menilai kehidupan berdasarkan pengalamanpengalamannya dengan banyak individu.
Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon
emosional atau rang-kaian aksi (action) yang mungkin sangat berbeda daripa-da apa
yang disajikan oleh kehidupan sendiri. Rangkaian aksi itu sendiri mungkin tidak pernah
ada dan tidak pernah terjadi di dalam kehidupan faktual.Adanya semacam kaidah
kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilah yang memungkinkan pembaca untuk
dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan wawasannya tentang tokoh, hidup,
dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh pengalaman sastra, pembaca akan
terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dalam menghadapi kenyataan-
kenyataan di luar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya. Seorang dokter
yang dianggap memiliki status sosial tinggi, tetapi ternyata mendatangi perempuan
simpanannya walaupun dengan alasan-alasan psikologis, seperti dikisahkan novel
Belenggu, adalah contoh dari “the probable impossibility.”Tetapi justru dari sinilah
pembaca memperluas perspektifnya tentang kehidupan manusia.Kesanggupan sastra
(fiksi) untuk menembus pikiran dan emosi seperti itu dapat memberikan impaknya yang
luar biasa.Beberapa novel kadang-kadang menyajikan suatu wawasan atau pemikiran
yang subtil, bahkan sampai kepada yang “gila” (Ingat beberapa novelet Putu Wijaya).

2.4 ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI


Pembahasaan puisi dalam rangka pengajaran ilmu budaya dasar tidak diarahkan pada
tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiassinya yang mimi. Puisi dipakai
sebagai media sekaligis sebagai sumber belajar sesuai dengan tema-tema atau pokok
bahasan yang terdapat didalam ilmu budaya dasar.
Keputisan, keartistikan atau keestetikkan bahasa puisi dosebabkan oleh kreativitas
penyair dalam membangun puisinya dengan mengunakan:
1. Fungsi bahasa (figurative language) seperti gaya prosonofikasai, metafora,
perbandingan, alegori. Sehinga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan
memberi kejelasan gambaran angan.
2. Kata-kata yang ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna gambar, banyak
tafsir.
3. Kata-kata berjiwa yaitu kasta-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi
perasaan dan perbandingan jiwa penyair sehinga terasa godup dan memukau.
4. Kata-kata yang konotatof yaitu kata-kata yang sudah diberi tambaha nilai-nilai
rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5. Pengulangan yang berfungsi untuk mengintefikasi hal-hal yang
dilukiskan,sehimga lebih mengugas hati.

Adapun alas an-alasan yang mendasar penyajian puisi pada perkuliahan ilmu
budaya dasar adalah sebagai berikut.

1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia


Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra/puisi disebut
“pengalaman perwakilan’ (vicarious experience, (1) Burton, 1964; (2) Fowler,
1965; (3) Grace, 1965 (4).lni berarti bahwa manusia senantiasa ingin mcmiliki
salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman
hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbalas. Dengan
‘pengalaman perwakilan” itu sastra/puisi dapat memberikan kepada mahasiswa
memiliki kesadaran (insight – wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan
mengerti banyak tentang dirinya sendiri dan tentang masyarakat.Dengan
keseringan membaca dan mendiskusikan hasil karya sastra/puisi dengan
bimbingan dosen yang bijaksana dan matang mereka dapat berkembang untuk
mengerti tidak saja terhadap diri mereka masing-masing dan hubungannya
dengan masyarakat di mana mereka hidup, tetapi juga terhadap kcahlian dan
kearifan senimannya (the craft of the artist).Pendekatan terhadap ‘pengalaman
perwakilan’ ilu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut
‘imaginative entry’ (1965), yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman
hidup sendiri dengan pengalaman yang diluangkan penyair dalam
puisinya.Sebagai pemuda tentulah mahasiswa itu pcrnah jatuh cinta, kebencian
yang mendendam, keberanian memprotes, sakit hati dan penderitaan oleh
kesedihan, keterharuan dan kebanggaan oleh dalang-nya suatu harapan yang
membahagiakan. Dengan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman itu mereka
dapat memasuki pcngalaman dalam puisi dengan membaca dan
mendiskusikannya, sehingga mcreka dapat memperluas ketahuannya terhadap
dirinya dan terhadap orang lain. Puisi mempunyai kekuatannya sendiri dalam
memperluas pengalaman hidup aktual dengan jalan mengalur dan
mensintesekannya.Pengalaman yang melayani kebutuhan universal manusia
untuk memperoleh pelarian dan obat penawar dari beban kesibukan hidup yang
rutin.
2. Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual
Dengan membaca puisi kita dapat diajak untuk dapat menjenguk hati dan
pikiran/kesadaran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri. Hal ini sangat
dimungkinkan oleh puisi itu sendiri, karena melalui puisinya sang penyair
menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan
pengalaman sctiap orang, yang bisa mengenai;
− topang yang dipakai orang dalam kehidupan yang nyata
− berbagai peranan yang diperankan orang dalam mcnampilkan diri di dunia
atau lingkungan masyarakatnya. Adalah hak dan misi seorang penyair lewat
puisinya untuk membuka tabir yang mcnutupi hati manusia dan membawa kita
untuk melihat sedekat-dekatnya rahasia pikiran, perasaan dan impian
manusia.Pada akhirnya puisi mempcrluas daerah KONSEPSI IBD DALAM
KESUSASTRAAN | 48 persepsi kita memperlebar dan memperdalam serta
menyempurnakan sensibilitas emosional kita, kemampuan kita untuk
merasakan, sehingga kila dibuatnya menjadi lebih sensitif, lebih responsif dan
mejadi manusia yang lebih simpatik.
3. Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial, yang terlibat dalam issue dan problema sosial. Secara imajinatif
puisi dapat menafsirkan sittuasi dasar manusia sosial, yang bisa bcrupa:
- penderitaan atas ketidak adilan
- perjuangan untuk kekuasaan
- konfliknya dengan seksamanya
- pemberontakannya lerhadap hukum Tuhan atau hukum manusia sendiri.
4. Puisi dan nilai-nilai
Dengan membcrikan pengarahan dan bimbingan yang tepat dalam proses
membaca dan mendiskusikan puisi, mahasiswa akan men-jumpai nilai-nilai
(value) yang bermanfaat bagi lingkungan hidupnnya. Ia akan membaca tentang
manusia laki-laki atau perempuan yang mungkin telah mengambil sikap tertentu
tentang moral dan etika yang menjadi pilihannya. Kata drama berasal dari kata
Greek draien yang berarti to do, to act.Sementara itu kata teater berasal dari
kata Greek the-atron yang berarti to see, to view. Perbedaan antara kedua
istilah itu dapat dilihat pada pasangan ciri-ciri sebagai berikut;
Drama teater
Play performance
Script production
Text staging
Author actor
Creation interpretation
Theory practice
Dari perbandingan di atas kiranya nampak bahwa drama lebih me-rupakan
lakon yang belum dipentaskan; atau skrip yang belum diproduksikan; atau teks
yang belum dipanggungkan; atau hasil kreasi pengarang yang dalam batas-batas
tertentu masih bersifat teoritis.Sementara itu teater lebih merupakan
performansi dari lakon; atau produksi dari skrip; atau pemanggungan dari teks;
atau hasil interpretasi aktor dari kreasi pengarang yang dalam batas-batas
tertentu bersifat mempraktekkan. Mengapresiasi drama sebagai sastra
(terutama jika menggunakan pendekatan obyektif) tidak dapat dilepaskan dari
memahami elemen-elemen atau unsur-unsur drama yakni: alur (plot) bahasa
lakon (terutama dialog), dan tokoh (character). Namun hendaklah diingat
bahwa ketiganya (plot, dialog dan character) bukanlah monopoli drama, oleh
karena prosa fiksi pun memiliki elemen-elemen tadi.KONSEPSI IBD DALAM
KESUSASTRAAN | 49 Dari sini jelas bahwa perbedaan antara novelis dengan
penulis lakon dalam menyajikan tokoh, terletak pada alat yang digunakan.
Penulis lakon menggunakan alat dialog dan aksi. Sementara itu novelis akan
menggunakan alat dialog dan wacana narator (narrator’s discourse).Dari apa
yang telah disajikan di atas semakin jelaslah bahwa elemen-elemen drama
dalam batas-batas tertentu terdapat juga di dalam prosa fiksi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Keutuhan manusia sebagai pribadi dapat dimungkinkan melalui pemahaman,


penghayatan, dan meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu karya seni
rupa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan.Manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah
memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif
dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.

Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan.Dari makna asalnya dulu, sastra
meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti
catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan
sebagainya.Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu
budaya dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang
berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya
sastra dan seni didalamnya.

1. Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala
keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya,
yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2. Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus
menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan
pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental
manusiapun terkena pengaruhnya .
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi
kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya,
sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah
diciptakannya.
DAFTA PUSTAKA

Konsep Ilmu Budaya Dasar,


http://zarapintar.wordpress.com/2012/03/18/konsep-ilmu-budaya-dasar-dalam-
kesusastraan/

Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan,


http://rihanaz.blogspot.com/2013/06/konssepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam.html,
http://indraspamungkas.wordpress.com/2012/07/04/konsepsi-ilmu-budaya-dasar-
dalam-kesusastraan/, http://vandyaprillyan.blogspot.com/2013/04/konsepsi-ilmu-
budaya-dasar-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai