No. Induk:8932
Kelas: 9.3
PENDAHULUAN
A.pendahuluan
Salah satu bentuk karya sastra yang membicarakan manusia dengan segala
perilaku dan kepribadiannya dalam kehidupan adalah novel. Membaca karya berupa
novel berarti kita menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasaan batin,
memberikan kesadaran perasaan yang dirasakan saat bersentuhan dengan
kehidupan sekitarnya.mengenai gambaran kehidupan dan belajar untuk menghadapi
masalah yang mungkin akan kita mengenai gambaran kehidupan dan belajar untuk
menghadapi masalah yang mungkin akan kita alami.
Sebagai karya sastra, novel merupakan hasil ungkapan, ide-ide, gagasan
dan pengalaman pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Sebagai karya
imajiner, novel menawarkan berbagai permasalahan tersebut dengan penuh
kesungguhan dan kemudian diungkapkan kembali melalui sarana sastra dengan
pandangannya. dan dengan adanya pembahasan unsur intrinsik ini, pembaca akan
jadi lebih mengerti dan memahami Unsur Intrinsik yang ada pada buku tersebut. Unsur
Intrinsik akan mengacu terhadap sebuah cerita. Ketika sebuah cerita tidak didukung
oleh Unsur Intrinsik yang tepat, maka cerita tersebut tidak akan mudah dipahami oleh
para pembaca.
B. Indentifikasi masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Novel?
2. Apa itu analisis?
3. Apa yang dimaksud dengan unsur intristik?
4. Siapa saja tokoh yang berperan dalam “layar terkembang”?
C. Perumusan masalah
Apa saja unsur-unsur intristik yang terdapat dalam novel layar
D. Tujuan penulisan
Tujuan pembuatan karya tulis ilmiah adalah untuk mendapatkan nilai Bahasa
Indonesia, memenuhi syarat ujian praktik Bahasa Indonesia dan memberi pembaca
informasi tentang novel ……
E. Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Bab IV Penutup
A. Simpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB 2
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN NOVEL
Dalam linguistik, analisis atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap
sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam.
Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata analisis atau analisis dapat juga
berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu
zat dalam cuplikan. Namun, dalam perkembangannya, penggunaan kata analisis
atau analisis mendapat sorotan dari kalangan akademisis, terutama kalangan ahli
bahasa. Penggunaan yang seharusnya adalah kata analisis. hal ini dikarenakan
kata analisis merupakan kata serapan dari bahasa asing (inggris) yaitu analisys.
Dari akhiran -isys bila diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi -isis. Jadi sudah
seharusnya bagi kita untuk meluruskan penggunaan setiap bahasa agar tercipta
praktik kebahasaan yang baik dan benar demi tatanan bangsa Indonesia yang
semakin baik.
1. MENURUT WIRADI
2. MENURUT KOMARUDDIN
4. KAMUS AKUNTANSI
5. ANNE GREGORY
Analisis berarti melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos atau ayat-
ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan yang memungkinkan
tentang perbedaan yang muncul.
1. RIFKA JULIANTY
3. EFFREY LIKER
4. HANIF AL FATTA
5. HUSEIN UMAR
Analisa adalah suatu proses kerja dari rentetan tahapan pekerjaan sebelum
riset di dokumentasikan melalui tahapan penulisan laporan.
6. MINTO RAHAYU
Analisa berasal dari kata Yunani Kuno “analusis” yang berarti melepaskan.
Analusis terbentuk dari dua suku kata yaitu “ana” yang berarti kembali dan “luein” yang
berarti melepas. Sehingga pengertian analisa yaitu suatu usaha dalam mengamati
secara detail pada suatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-
komponen pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.
Analisis adalah kegiatan merangkum sejumlah data besar yang masih mentah
kemudian mengelompokan atau memisahkan komponen-komponen serta bagian-
bagian yang relevan untuk kemudian mengkaitkan data yang dihimpun untuk
menjawab permasalah. Analisis merupakan usaha untuk menggambarkan pola-pola
secara konsisten dalam data sehingga hasil analisis dapat dipelajari dan
diterjemahkan dan memiliki arti
Belajar dari Para ahli yang telah mendefinisikan pengertian analisa maka
sebuah analisis data, proses dan hasil dari analisa biasanya dilakukan meliputi
kegiatan seperti mengorganisasikan data, mengelompokkan data, mengklasifikasi
data, memaparkan data dan menarik kesimpulan dari keseluruhan data tersebut.
Mengorganisasikan data yaitu berarti mengatur data-data yang telah diperoleh peneliti
selama kegiatan penelitian sedang berlangsung, sedangkan pengelompokan data
yaitu mengelompokkan data mana yang hendak dipakai dan data mana yang tidak
dipakai. Mengklasifikasi data juga mengelas-ngelaskan data sesuai kebutuhan.
Memaparkan data yaitu menyampaikan hasil proses analisis data dan menarik
kesimpulan atas informasi dari data yang telah disampaikan.
https://www.pengertiandefinisi.com
1. Tema
Unsur intrinsik cerpen yang pertama adalah tema. Dalam sebuah cerpen tema
merupakan ruh atau nyawa dari setiap karya cerpen. Dengan kata lain tema merupakan
ide atau gagasan dasar yang melatarbelakangi keseluruhan cerita yang ada dari cerpen.
Tema memiliki sifat umum dan general yang dapat diambil dari lingkungan
sekitar, permasalahan yang ada di masyarakat, kisah pribadi pengarang sendiri,
pendidikan, sejarah, perjuangan romansa, persahabatan dan lain-lain.
Namun, yang perlu diketahui adalah tokoh dan penokohan merupakan dua hal
yang berbeda dalam sebuah penulisan cerpen.
Tokoh merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita tersebut.
Sedangkan penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam
cerita. Watak yang diberikan dapat digambarkan dalam sebuah ucapan, pemikiran dan
pandangan dalam melihat suatu masalah.
3. Alur (Plot)
Unsur intrinsik yang ketiga adalah alur. Alur adalah urutan jalan cerita dalam
cerpen yang disampaikan oleh penulis. Dalam menyampaikan cerita, ada tahapan-
tahapan alur yang disampaikan oleh sang penulis. Diantaranya:
Tahap perkenalan
Tahap penanjakan
Tahap klimaks
Anti klimaks
Tahap penyelesaian
Tahap-tahap alur tersebut harus ada di dalam sebuah cerita. Hal ini bertujuan
agar cerita tidak membingungkan orang yang membacanya. Ada 2 macam alur yang
kerapkali digunakan oleh para penulis, yakni:
Alur maju. Alur ini menggambarkan jalan cerita yang urut dari awal perkenalan
tokoh, situasi lalu menimbulkan konflik hingga puncak konflik dan terakhir penyelesaian
konflik. Intinya adalah, pada alur maju ditemukan jalan cerita yang runtut sesuai dengan
tahapan-tahapannya.
Alur mundur. Di alur ini, penulis menggambarkan jalan cerita secara tidak urut.
Bisa saja penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, setelah itu menengok kembali
peristiwa yang menjadi sebab konflik itu terjadi.
4. Setting (Latar)
Setting atau latar mengacu pada waktu, suasana, dan tempat terjadinya cerita
tersebut. Latar akan memberikan persepsi konkret pada sebuah cerita pendek. Ada 3
jenis latar dalam sebuah cerpen yakni latar tempat, waktu dan suasana.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen
untuk menyampaikan ceritanya. Baik itu sebagai orang pertama, kedua, ketiga. Bahkan
acapkali para penulis menggunakan sudut pandang orang yang berada di luar cerita.
6. Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan ciri khas sang penulis dalam menyampaikan tulisannya
kepada publik. Baik itu penggunaan majasnya, diksi dan pemilihan kalimat yang tepat di
dalam cerpennya.
7. Amanat
Amanat (Moral value) adalah pesan moral atau pelajaran yang dapat kita
petik dari cerita pendek tersebut. Di dalam suatu cerpen, moral biasanya tidak ditulis
secara langsung, melainkan tersirat dan akan bergantung sesuai pemahaman
pembaca akan cerita pendek tersebut.
ISI
A. SINOPSIS
Tuti adalah putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis
yang pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak
Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya
Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat
akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut
dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah
Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di
Martapura, Sumatra Selatan.
Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan
Maria pulang. Bagi yusuf, perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia
selal teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah
inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang
cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan
semangat hidup yang dinamis.
Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu
lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan
senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat mereka bercakap-
cakap mengenai berbagai hal.
Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara
itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi
hubungan persahabatan biasa.
Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar
yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan
emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk
memajukan kaumnya.
Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura.
Sesungguhnya ia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan
tanah leluhurnya, namun ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya
kepada Maria. Dalam keadaan demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang
justru membuatnya makin diserbu rindu. Berikutnya, surat Maria datang lagi. Kali
ini mengabarkan perihal perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang
tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali
ke Jakarta, kemudian menyusul sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat
restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan Martapura.
Kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Kedua sejoli
itu pun melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun di
Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria.
Sementara hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri
lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sesungguhpun
demikian pikiran Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan
kemesraan cinta. Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. Lelaki itu pernah
mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.
Ketika Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar.
Saat itulah tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta
jawaban Tuti perihal keinginandsnya untuk menjalin cinta dengannya.
Sesungguhpun gadis itu sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seorang,
Supomo dipandangnya sebagai bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis
surat penolakannya.
Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan
untuk merawatnya di rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria
mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria
dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat.
Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun
keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai
merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah
menerima kenyataan.
Pada suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh
di Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di
pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok
tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi
sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah
menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi
kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan-
kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa
atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.
Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak
makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter
yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi.
Kemudian setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya
tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria mengjhembuskan
napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya
tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti
kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang
penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-
masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir
almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya tidak
dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya
memang sudah tumbuh bersemi.