Anda di halaman 1dari 44

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan suatu wujud ekspresi sastra yang merupakan

aktivitas pengungkapan ide atau gagasan. Ekspresi sastra mencakup dua

subaspek, yaitu subaspek ekspresi lisan dan subaspek ekspresi tulis. Karya sastra

juga menggambarkan ekspresi dari kehidupan nyata. Kehidupan di dalam karya

sastra adalah kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap penulisannya, latar

belakang pendidikannya, keyakinan dan sebagainya.

Karya sastra merupakan bentuk karya yang dapat mengungkapkan realitas

kehidupan masyarakat secara fiksi. Karya itu dapat berbentuk

novel,cerpen,drama,dan roman. Pengarang menuangkan karyanya ke dalam suatu

bentuk karya sastra yang ia pilih. Karya sastra yang dihasilkan itu dengan

menggunakan bahasa indah dan menarik yang lahir dari realitas yang ada dengan

daya imajinasi pengarangnya.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak diminati

kalangan masyarakat karena daya komunikasinya yang sangat luas sehingga novel

mudah dijangkau,dan didalamnya banyak mengandung pembelajaran hingga

dapat dijadikan suatu contoh bagi pembaca. Novel juga biasanya dapat disebut

karangan prosa yang panjang, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan

seseorang.
Tokoh dan penokohan adalah dua unsur yang tidak bisa dipisahkan dari

pencipta karya fiksi. Tokoh adalah pelaku yang ada dalam sebuah fiksi.Tokoh

dapat dihadirkan secara alamiah. Arti tokoh itu merupakan suatu gambaran dari

orang yang memiliki kehidupan atau memiliki ciri hidup. Menurut dan

Nurgiyantoro (dalam Gasong, 2021:92)”

Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu bentuk karya naratif

atau drama yang memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang

diekspresikan dalam ucapan tentang apa yang dilakukan dalam tindakan para

tokoh”. Menurut Nurgiyantoro(dalam Gasong, 2021:92),” Tokoh menempati

posisi yang strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan,amanat,moral atau

sesuatu yang akan disampaikan kepada pembaca.”Penokohan atau perwatakan

yang berhungan dengan sikap atau perilaku tokoh dalam

Pada umumnya penokohan yang dapat disesuaikan dengan peran

tokoh,misalnya pada karakter tokoh protagonist dan tokoh antagonis. Tokoh

protagonis merupakan tokoh yang menampilkan banyak hal-hal yang sesuai

dengan pandangan dan harapan pra pembaca, sedangkan tokoh antagonis adalah

tokoh yang seringkali ditampilkan sebagai tokoh yang bertentangan dan

berlawanan dengan tokoh protagonist.

Karakter merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam novel.

Sebuah karya sastra yang menarik jika pengarang dapat membuat karya sastra

tersebut menarik untuk diasumsi. Karakter memiliki arti sifat kejiwaan,akhlak

atau budi pekerti yang dapat membedakan seseorang dari yang lain karakter
tersebut merupakan sifat kejiwaan yang dimiliki oleh seseorang. Karya sastra

yang dihasilkan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga

karya sastra juga menggambarkan kejiwaan.

Novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R novel ini banyak

menggambarkan hal yang menarik yang terdapat pada cerita ini terutama pada

karakter tokoh yang berbeda-beda,sehingga tidak membosankan dan pembaca

tertarik untuk membacanya dan berbagai karakter yang dimiliki oleh tokoh yang

berperan aktif dalam novel. Adapun berbagai karakter misalnya seperti tanggung

jawab,jujur,pantang menyerah,kerja keras,dan lain sebagainya.

B. Batasan Masalah

Pada latar belakang di atas, bahwa karya sastra bisa dipahami lewat

analisis terhadap unsurnya. Baik unsur intrinsik maupun ekstrinsik karya sastra

khususnya novel. Oleh karena keterbatasan tenaga dan waktu maka penelitian ini

hanya difokuskan pada perwatakan tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian

karya Nuniek K.R.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu bagaimanakah perwatakan tokoh dalam novel Cinta Dalam

Keabadian karya Nuniek K.R.?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini memiliki


tujuan untuk mendeskripsikan perwatakan dalam novel Cinta Dalam Keabadin

karya Nuniek K.R

E. Manfaat Penelitian

1. Dapat menambah pengetahuan bagi penulis mengenai perwatakan tokoh

dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R.

2. Sebagai bahan referensi untuk peneliti yang lain yang akan melakukan

penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Karya Sastra

Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang

yang berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Pengarang dapat

menuanggkan karyanya ke dalam bentuk karya sastra yang telah ia pilih .

Seorang pengarang memiliki daya imajinasi karya yang mampu

menggambarkan dan memperlihatkan kehidupan,masalah ataupun pilihan

yang dihadapi oleh manusia.

Karya sastra merupakan suatu bentuk karya untuk mengungkapkan

realitas kehidupan masyarakat secara imajinasi ataupun fiksi. Karya itu dapat

berbentuk novel, cerpen, dan drama. Pengarang dapat menuangkan karyanya

itu kedalam satu bentuk karya sastra yang ia pilih. Karya sastra dihasilkan

dengan menggunakan bahasa yang indah, menarik yang lahir dari perpaduan

antara realitas yang ada dengan imajinasi. Karya sastra pada hakikatnya.

Sastra berasal dari bahasa (Sansekerta, sastra) yang merupakan kata

serapan dan bahasa sansekerta “sastra” yang berarti suatu teks yang

mengandung instruksi “atau” pedoman”, dari kata ajaran.

Menurut Sapardi (1979:1) “Sastra adalah lembaga sosial yang

menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan

sosial yang menampilkan suatu gambaran kehidupan yang menjadi kenyataan


sosial” Taum(1997:13), “Sastra adalah karya cipta yang bersifat”imajinatif”’,

atau “sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna”. Semi

(1988:8) menyatakan, “Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerja seni

kreatif yang objeknya merupakan manusia dan kehidupannya”.Mennurut

Badrum (1983:16),”Sastra adalah kegiatan yang menggunakan bahasa dan

symbol lainnya sebagai sifat imajinatif.”

2. Jenis-jenis karya sastra

Jenis-jenis karya sastra Gasong (2012:71-99) puisi,prosa, dan drama

a) Puisi

Aminuddin (dalam Gasong,2012:73) menyatakan” secara etimologi

kata puisi berasal dari bahasa Yunani, Poeima yang berarti “membuat”

atau poesis berarti ‘pembuatan’ dan dalam bahasa inggris disebut poem

atau poetry , puisi diartikan “membuat” dan pembuat karena lewat puisi

pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang

mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu baik fisik

maupun batiniah”.

b) Prosa

Prosa fiksi adalah perpaduan atau kerja sama antara pikiran dan

perasaan. Prosa selalu bersumber dari lingkungan kehidupan yang

dialami disaksikan , didengar dan dibaca oleh pengarang. Dalam hal ini

prosa terbagi atas dua yaitu novel dan cerpen.


c) Novel

Novel merupakan karangan prosa yang panjang,rangkaian

mengandung rangkaian suatu cerita kehidupan seseorang dengan orang-

orang di sekitarnya serta menonjolkan watakdan sifat ssetiap pelaku.

Novel juga adalah gendre fiksi dan fiksi dapat didefenisikan sebagai

salah satu seni atau kerajinan. Faruk (1999:29),”Novel adalah produk

masyarakat.Novel berada di masyarakat karena dibentuk oleh anggota

masyarakat berdasarkan desakan-desakanemosional atau rasional dalam

suatu masyarakat.

d) Cerpen

Cerpen adalah salah satu bentuk karya fiksi. Cerpen adalah

rangkaian peristiwa yang terjadi menjadi satu yang didalamnya terjadi

konflik antara tokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur.

Cerpen adalah novel yang diperluas atau tak lebih atau sekedar cerpen

yang diperpanjang.

e) Drama

Secara etimologi, drama berasal dari bahasa Greek, pada kata

kerja dran yang dapat diartikan berbuat. Menurut Moulton (Gasong 2012:

100),”Drama merupakan hidup yang dapat ditampilkan dalam gerak,

sedangkan Baltazar.” Verhagen (Gasong 2012:100) yang mengemukakan

drama adalah suatu kesenian melukis sifat atau sikap manusia dengan

gerak.” Menurut Sudjiman (dalam siswanto,2008: 163),” Drama adalah


karya sastra yang memiliki tujuan gambaran kehidupan dengan

mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog.” Drama

merupakan karya sastra yang dapat di tulis dalam bentuk suatu

percakapan (dialog) yang dapat dipertunjukan oleh tokoh-tokoh diatas

pentas.

Menurut Gasong (2012:102), ada delapan defenisi mengenai drama

yaitu:

1. Drama merupakan salah satu cabang seni sastra.

2. Drama adalah sejumlah suatu kejadian yang dapat memikat dan

menarik hati.

3. Drama dapat mementingkan dialog,gerak,perbuatan.

4. Drama dapat berbentuk prosa atau puisi.

5. Drama adalah suatu lakon yang dipentaskan di atas panggung.

6. Drama merupakan seni-seni lakon mulai sejak pada penulisannya

hingga pada pementasannya.

7. Drama hidup yang disajikan dalam gerak.

8. Drama membutuhkan ruang,waaktu,dan audiens.

3. Pengertian Novel

Menurut Rees, 1973:10) mengatakan bahwa novel adalah sebuah

cerita fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang , yang tokoh dan

perilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata dan yang digambarkan

dalam suatu plot yang cukup kompleks. Menurut ( Reader.1987:6)” Cerita


fiksi dalam bentuk prosa yang cukup panjang sekarang yang biasanya cukup

panjang untuk dimuat dalam satu volume lebih, baik tokoh-tokoh dan

perilakunya merupakan cerminan kehidupan nyata dimasa sekarang ataupun

dimasa lampau, dan digambarkan dalam satu plot yang cukup kompleks”.

Sebagaimana kita pahami, novel merupakan suatu karya fiksi, yaitu

karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan

peristiwa-peristiwa rekaan. Novel adalah karangan prosa yang mengandung

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

4. Unsur Pembentukan Karya Sastra

Menurut Tukan (2006:78) unsur-unsur yang membentuk karya sastra

dapat dibedakan atas dua bagian yakni unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik

Unsur intrinsik dan ekstrinsik ini merupakan unsur atau bagian yang secara

fungsional berhubungan satu sama yang lainnya .

1. Unsur instrinsik

Unsur instrinsik adalah cerita yang mempunyai karya sastra dari

dalam,seperti tema,amanat,plot\alur ,penokohan latar,dan lain-lain yang

mempunyai karya sastradari dalam. Unsur instrinsik adalah unsur yang

berasal dari dalam karya sastra itu sendiri.

Menurut Nurgiyantoro (dalam Esten 2013; 17).” Unsur instrinsik

karya sastra terdiri dari tema,penokohan alur,latar,sudut pandang dan

amanat, berikut unsur instrinsik yaitu:


a. Tema

Tema merupakan persoalan yang diungkapkan dalam sebuah cipta

sastra (Esten 2013: 200,” Pengertian tema adalah

makna,cerita,gagasan sentral atau dasar cerita ,” Menurut

Brooks ,dkk(dalam Gasong ,2018:87),” Tema merupakan pandangan

hidup tertentu atau perasaan yang membentuk atau membangun dasar

atau suatu gagasan utama dari suatu karya sastra,” Menurut Zaidan

(dalam Gasong 2012: 88),” Tema adalah gagasan,ide atau pikiran

utama yang terkandung dalam prosa fiksi ,yang dapat terungkap

ataupun tidak. Sedangkan menurut Aminuddin (dalam

Gasong ,2012:88),” Tema adalah suatu pangkaal tolak pengarang

memaparkan karya sastra yang diciptakan,”

Dengan demikian tema dapat dipandang sebagai dasar cerita,

gagasan dasar umum sebagai karya fiksi. Tema tidak disampaikan

begitu saja , akan tetapi disampaikan elalui sebuah jalinan cerita.

b. Amanat

Seorang pengarang dalam karyanya tidak sekedar ingin

mengungkapkan gagasannnya, tetapi mempunyai maksud yang

tertentu atau pesan yang tertentu yang ingin disampaikan kepada

pembaca. Menurut Junaedi (dalam Gasong ,2012:89),” Amanat adalah


keseluruhan makna atau isi suatu wacana atau perasaan yang ingin

disapaikan pengarang untuk dimengerti dan dapat diterima pembaca.

c. Alur\plot

Alur merupakan kerangka cerita yang menyebabkan peristiwa

yang kemudian terjadi dari peristiwa yang menyebabkannya. Alur

atau plot adalah jalannya cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang

disusun satu per satu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat

dan awal sampai akhir cerita.

Menurut Zaidan (dalam Gasong),” Alur adalah jalinan atau

rangkaian suatu cerita yang dari awal sampai akhir tersusun sebagai

satu kesatuan yang terpadu ,” Menurut Moha Juneidi (dalam Gasong

2012;90),” Alur\plot adalah kerangka peristiwa yang satu dengan

peristiwa yang lain dalam hubungan yang logis dan bersifat kausaitas

sehingga membentuk suatu kesatuan cerita yang utuh,” Sedangkan

Nurgiyantoro (dalam Gasong 2012;90),” Alur atau plot memiliki

sifat yang misterius dan intelektual plot menampilkan suatu kejadian

yang mengandung konflik yang mampu menarik atau bahkan

mencekam pembaca.”

d. Latar\setting

Latar adalah tempat waktu dan suasana yang terdapat dalam

sebuah cerita. Menurut Suroto (dalam Gasong 2012; 95),” Latar atau
setting adalah suatu penggambaran situasi tempat dan waktu serta

suasana terjadinya suatu peristiwa ,,” Sedangkan menurut Tarigan

(dalam Gasong 2012;94),” Latar adalah belakang fisik unsur temput

pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam sebuah

cerita,”

e. Sudut pandang

Sudut pandang berbicara tentang bagaimana cara pengarang dapat

menempatkan dirinya dalam cerita yang ditulisnya. Menurut Suroto

(dalam Gasong , 2012: 95),” Mengatakan sudut panndang adalah

suatu kedudukan atau pososi pengarang dalam sebuah cerita.

2. Unsur ekstrinsik

Unsur ekstrsinsik menurut Gasong (2012:86),” Unsur karya ekstrinsik

adalah segala faktor luar yang melatar belakangi sastra seperti nilai

sosiologi ,nilai kesejaraan,nilai moral,nilai psiklogi,”

Pada gilirannya unsur ekstrinsik yang sebenarnya ada di luar karya

sastra ,cukup dapat membantu para penelaah sastra untuk memahami dan

menikmati karya sastra yang dihadapi..

B. Pengertian Tokoh dan Perwatakan

1. Tokoh

Tokoh dalam karya fiksi merupakan elemen yang penting dari

seluruh unsur yang membangun karya sastra itu melalui tokoh,pembaca

dapat menikmati karakter yang berbeda-beda sehingga menimbulkan konflik


yang beragam. Tokoh cerita mmerupakan ciptaan pengarang,walaupun

demikian tokoh haruslah hidup secara wajar.

Yantoro (dalam santoso, 2011;3),” Tokoh cerita sama dengan tokoh

utama . Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya

dalam prosa yang bersangkutan . Ia merupkan tokoh yang paling bnyak

diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dienaik kejadian.

Menurut Nurgiyantoro (dalam Gasong 2002:92),” Tokoh menempati

posisi yang sangat strategis sebagai pembawa dan penyampai

pesan,amanat,moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada

pembaca.

Tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra dibedakan menjadi;

a) Tokoh utama

Tokoh utama merupakan tokoh yang dapat memiliki peranan penting

dalam suatu cerita, tokoh ini merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan,baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai

kejadian,bahkan pada novel-novel tertentu ,tokoh utama senantiasa hadir

dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita

yang bersangkutan.

Ciri-ciri tokoh utama yaitu:

b. Tokoh yang paling terlibat dengan makna atau tema.

c. Tokoh yang paling banyak memerlukan waktu pencitraan.


d. Tokoh yang paling sering muncul dan paling sering diberikan

komentar.

b) Tokoh bawahan atau Tambahan

Tokoh tambahan merupakan tokoh yang memiliki peran yang tidak

penting karena pemunculannya hanya dapat melengkapi,melayani dan

mendukung tokoh utama. Tokoh tambahan hanya dibicarakan dengan ala

kadarnya. Tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak

dipentingkan dan kehadiranya hanya jika ada kaitannyya dengan tokoh

utama,yang secara langsung ataupun tidak langsung dan hanya tampil

menjadi latar belakang cerita.

c) Tokoh protagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang umumnya dapat kita kagumi

karena menampilkan sesuatu yang dapat sesuai dengan pandangan-

pandangan dan harapan-harapan kepada pembaca. Tokoh yang

mendukung cerita, biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonist

utama yang dibantu tokoh lain yang dalam cerit. Tokoh protagonis ini

biasanya berwatak baik,dan dapat menjadi idola pembaca atau pendengar.

d) Tokoh antagonis

Tokoh antagonis merupakan tokoh yang yang berwatak jahat dan

biasanya kurang disukai oleh pembaca atau pendengar.

2. Perwatakan
Membicarakan masalah tokoh berarti membicarakan pula penokohan.

Penokohan mengarah pada perwatakan, karakter, dari tokoh yang menunjang

pada sifat dan sikap. Masalah penokohan atau perwatakan ini merupakan

salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amanat penting dan

bahkan menentukan karena tidak mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya

tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya

membentuk alur cerita. Menurut Semi (1994:, 37),”Waktu merupakan suatu

unsur yang mutlak harus ada yang mengatur perbuatan sebagai proses .”

Tetapi disamping waktu harus adapula dipersoalkan apakah perbuatan atau

perilaku itu terjadi dengan sendirinya atau diperankan oleh suatu faktor

tertentu yang disebut dengan tokoh.

Menurut Santon (dalam Semi , 1993: 39),” Perwatakan dalam suatu

fiksi dapat dipandang dari dua segi, yang pertama: mengacu kepada pembawa

perbaruan dan minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk individu

yang bermain dalam suatu cerita , yang kedua: pada umumnya fiksi

mempunyai tokoh utama yaitu orang yang mengambil bagian dalam sebagian

besar peristiwa dalam cerita , biasanya peristiwa atau kejadian-kejadian itu

menyebabkan terjadinya perubahan sikap terhadap tokoh tersebut misalnya

menjadi benci, senang, atau simpati kepadanya.”

3. Pendekatan Psikologi Sastra

Pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan yang memiliki

keinginan mengetahui kejiwaan manusia. Dimana pendekatan ini bertolak


belakang dari asumsi karya sastra yang berkaitan dengan peristiwa kehidupan

manusia. Menurut Endaswara (2011:96),psikologi sastra adalah kajian sastra

yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan

menggunakan cipta ,rasa,karya,dan karya dalam berkarya. Karya sastra

dipandang sebagai fenomena psikologi, akan menampilkan aspek-aspek

kejiwaan melalui tokoh-tokoh jiwa kebetulan teks berupa drama maupun

prosa.

a. Sastra dan psikologi

Psikologi sastra dianggap penting 1) karena karya sastra merupkan

produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang ada dalam

situas stenngah sadar setelah medapatkan bentuk yang jelas yang

dituangkan pada bentuk yang tertentu secara sadar dalam penciptaan karya

sastra 2) mutu sebuah karya sastra yang ditentukan oleh proses penciptaan

tingkat pertama yang berada dalam keaddaan sadar 3) disamping

membahas proses pnciptaan dan kedalaman segi perwatakan tokoh,perlu

pula mendapat perhatian dari penelitian,” Menurut Sir Philips Sidney

(dalam Minderop, 2010:52), Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk

memahami hubungan antara psikologi dengan sastra yaitu: a) memahami

unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis b) memahami unsur-

unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalaam karya sastra dan c) memahami

unsur-unsur kejiwaan pembaca.

b. Hubungan psikologi dengan sastra.


Freud ( dalam Nani, 2000:81), mngemukakan hubungan pada sastra

dengan psioanalisis,sebagai berikut:

a. Ada kesamaan pencipta karya sastra dengan apa yang terjadi pada

wilayah tak sadar manusia.

b. Ada kesejajaran penggarapan (kajian) sastra dengan proses kajian

mimpi,karya sastra dikaji dengan mengendalikan tanda-tanda sistem

tanda.

c. Penerapan psikologi sastra

Selanjutnya Nani Tuloli (taahun 84) memusatkan dalam pengkajian

karya sastra,pendekatan psikologi menitikberatkan pembacaan yang ketat

dan mendalam terhadap karya sastra itu terutama pada mnekankan analisis

terhadap unsur intrinsic dn unsur ekstrinsik.

4. Teori psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an

oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan

perkembangan mental manusia. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi

yang memberikan konstribusi besar dan dibuat untuk psikologi manusia

selama ini. Teori ini menganalisis kehidupan jiwa manusia sampai pada

alam bahwa sadar, karena sebagai mahkluk individu manusia selalu

mengalami konflik batin dalam keresahan dan ketekanan jiwa.

Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan

mental manusia. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi manusia


selamaini. Freud membuka akan kesadaran kita akan kebingungan dan

misteri yang menyelimuti segala hal.

Teori psikologi Sigmund Freud (dalam Alberthin Minderop,2010: 10-

11) membandingkan manusia dengan gunung es yaitu bagian yang lebih kecil

yang timbul di permukaan air yang menggambarkan ketidaksadaran. Sigmund

Freud (dalam Alberthin Minderop,2010: 20-21)membagi kepribadian manusia

menjadi tiga aspek yaitu:

a. Id

Freud meyatakan id adalah sumber segala energy psikis yang

dibawa sejak lahir, yaitu naluri-naluri bawaan dan keinginan-keinginan

yang direpresi sehingga komponen utama. Kepribdian Id didorong oleh

prinsip kesenangan,berusaha untuk kepuasan segera dari semua

keinginan dan kebutuhan cara kerja. Id berfungsi untuk mencapai

kepuasan bagi keinginan naluri sesuai kesenangan.

b. Ego

Menurut Freud Ego merupakan aspek psikologi dari

kepribadianyang timbul karena kebutuhan untuk berhubungan dengan

realita. Ego berkembang dari Id dan memastikan bahwa dorongan dari Id

dapat diterima di dunia nyata pada prinsip realitas dengan mencoba

mematuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh realita. Energi psikis

timbul berupa konflik internal atau konflik batin yang diekspresikan


dalam bentuk tingkah laku. Fungsi ego baik dipikiran sadar,prasadar,dan

tidak sadar.

c. Superego

Aspek superego merupakan aspek psikologi kepribadian yang

berfungsi pokoknya menentukan benar salahnya sesuatu. Pribadi dapat

bertindak sesuai dengan moral masyarakat yang berupa sistem

kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang bersifat

evaluative (menyangkut baik buruknya) yang diajarkan dengan perintah

dn larangan yang dilakukan dengan norma-norma agama. Superego

cenderung menentang Id maupun Ego, dan membuat dunia menurut

konsepsi yang ideal.

Menurut Firdaus (1986:43) superego dibentuk pemerintah dan

larangan yang dating dari luar (norma,ajaran,orang tua) yang diolah

sedemikian rupa sehingga terpancar kembali dari dalam diri seseorang.

Dari ketiga struktur itu bersaing untuk mendapatkannya ,jika satu unsur

menjadi lebih kuat maka dua yang lain menjadi lemah kecuali ada energy

baru yang dipindahkan atau ditambah ke sistem itu (Freud dalam

Alwisol,2011:24)
C. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dibawa ini diuraikan terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu

sebagai berikut;

1. Hasil penelitian pertama yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta

masukan pada penelitian yang pernah dilakukan Nur Halisa dan Nur Ika,

jurnal analisis id, ego, dan superego novel pasung jiwa karya Oky Mandasari

menggunakan pendekatan psikologi sastra , jurnal ini meneliti bentuk id, ego

dan superego tokoh utama pasung jiwa karya Oki Madasari dengan

menggunakan pendekatan psikologi sastra. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya ialah sama-sama meneliti tentang karakter tokoh dalam

novel dan sama-sama menggunakan pendekatan psikologi sastra serta sama-

sama meneliti bentuk id, ego dan superego menggunakan teori psikoanalisis

Sigmund Freud. Namun ada juga perbedaan antara peneliti sebelumnya

dengan peneliti ini, peneliti sebelumnya meneliti pada novel yang berjudul

pasung jiwa karya Oky Madasari lain dengan peneitian ini yang meneliti

dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R

2. Hasil penelitian yang kedua dan relevan dapat dijadikan acuan serta masukan

yakni hasil penelitian yang dilakukan Melda Palulun, (skripsi,2021) dengan

judul Karakter Tokoh Dalam Novel Luka Cinta Karya Risna Utami mengkaji

perwatakan tokoh dalam novel dengan menggunakan pendekatan psikologi

sastra. Penelitian sebelumnya memilki kesamaan dengan penelitian ini,sama-

sama meneliti dengan rinci karakter tokoh dengan menggunakan pendekatan


psikologi sastra serta meneliti dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud

namun ada perbedaan diantara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini,

penelitian yang di lakukan oleh Melda Palulun, (skripsi,2021) dengan judul

Karakter Tokoh Dalam Novel Luka Cinta Karya Risna Utami, sedangkan

penelitian ini diteliti dari novel dengan judul Karakter tokoh dalam Novel

Cinta Dalam Keabadian Karya Nuniek K.R.

3. Hasil penelitian ketiga yang relevan dan dapat dijadikan acuan dalam

melaksanakan penelitian ini adalah penelitian pada artikel yang dilakukan

Rahman Fitriani di Universitas Tanjungpura Pontianak dengan judul

perwatakan tokoh dalam novel Mariposa karya Luluk Hf. Persamaan

penelitian sebelumnya dengan penelitian ini sama-sama menganalisis

mengenai karakter tokoh yang ada dalam novel namun ditemukan juga

perbedaanya yaitu penelitian sebelumnya meneliti perwatakaan tokoh secara

dramatic dalam novel Mariposa karya Luluk HF, sedangkan penelitian ini

menganlisis perwatakan tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya

Nuniek K.R berpatokan pada Teori psikoanalisis Sigmund Freud.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif.Menurut Bogdan dan Tailor (dalam Nurul Zurikah, 2009;92),”Penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati,” Data yang diperoleh ini, dianalisis dengan cara deskriptif. Artinya data

yang ada dalam novel cinta dalam keabadian karya Nuniek K.R adalah data yang

menggambarkan perwatakan sang tokoh.

B. Data Dan Sumber Data

1. Data
Menurut Arikunto (2006:161),” Data merupaka hasil dari pecatatan

peneliti,baik yang berupa fakta ataupun angka,” Berdasarkan pendapat

tersebut,maka data dalam penelitian ini adalah berupa kata atau kalimat yang

mengandung perwatakan tokoh dalam Novel Cinta Dalam Keabadian karya

Nuniek K.R.

2. Sumber Data

Sumber data menurut Sukidin dan Mundir (2005:79) Dari mana data

itu diperoleh,” data dalam penelitian ini bersumber dari novel Cinta dalam

keabadian karya Nuniek K.R. Yang diterbitkan oleh Rumah Orange pada

tahun 2014 tebal halaman sebanyak 224.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teknik Baca

Husein Umar (2002:42),” Teknik baca merupakan teknik yang

digunakan untuk mengamati objek yang dibaca secara kritis. Teknik ini

digunakan untuk menemukan data secara akurat,” Berdasarkan pengertian di

atas, maka penelitian ini menggunakan teknik baca untuk memahami

perwatakan tokoh yang terkandung dalam novel Cinta Dalam Keabadian

karya Nuniek K.R.

2. Teknik Catat

Menurut Mahsun (2007:93),” Teknik catat merupakan teknik lanjutan

yang dilakukan ketika menerapkan teknik metode baca,” Teknik ini yang
digunakan untuk memperoleh data dengan mengkaji karakter tokoh dalam

novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R.

D. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini,peneliti menggunakan teknik

sebagai berikut:

1. Mengidetifikasi perwatakan tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya

Nuniek K.R.

2. Mengklasifikasikan perwatakan tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian

karya Nuniek K.R.

3. Memaparkan hasil penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian tentang

Perwatakan Tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R

berdasarkan teori psiko analisis dari Sigmund Freud.

Setelah membaca novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek maka

terdapat beberapa data yang berkaitan pada penelitian ini. Berikut identifikasi

karakter tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R,

berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud yang terdiri dari tiga aspek

kejiwaan manusia yakni Id, Ego dan Super Ego yaitu sebagai berikut.
1. Perwatakan Tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian Karya Nuniek

K.R

Perwatakan merupakan suatu penggambaran tokoh baik yang berupa

sifat lahir dan batin manusia yang mempengaruhi setiap pikiran dan tingkah

lakunya, sehingga membedakan dengan tokoh yang lainnya. Watak tokoh

digambarkan oleh pengarang melalui ucapan, tingkah laku tokoh yang dilihat

dari narasi, dialog ataupun monolog para tokohnya. Berikut hasil penelitian

perwatakan tokoh Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R

Tabel 4.1 Perwatakan Tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya
Nuniek K.R
No Struktur Perwatakan No. Data
Kepribadian
1 Id Jujur 44, 55
Keras kepala 70
2 Ego Bertanggung Jawab 37
Berani 19
Perhatian 42, 45, 110
Penyayang 14,
Rendah hati 30, 35
Beriman 97
3 Super ego Bijaksana 27
Perhatian 53, 79
Menepati Janji 45, 53, 124
Sederhana 122
Peduli 9, 21, 60
Pasrah 75, 79, 80, 98

Tabel 4.2 Konflik Psikis Tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya
Nuniek K.R
No Wujud Konflik Struktur Kepribadian No Data
Psikis Id Ego Superego
1 Kekecewaan √ 108
2 Kecemasan √ 120
3 Emosi √ 122
4 Kekhawatiran √ 26
5 Kekaguman √ 50

B. Pembahasan

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa penelitian ini akan membahas dua

pokok permasalahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu wujud

perwatakan tokoh utama dan konflik psikis tokoh utama dalam novel Cinta

Dalam Keabadian karya Nuniek K.R. Watak tokoh adalah percaya diri, beriman,

perhatian, teguh pendirian, berpikiran maju, pasrah, jujur, bijaksana, sederhana,

pandai bergaul, menepati janji, namun dalam beberapa kondisi Lirih juga

memiliki watak yang kurang baik yaitu keras kepala dan nekat dapat

menimbulkan konflik. Dari berbagai macam watak tersebut dapat menyebabkan

terjadinya konflik.

1. Analisis Perwatakan Tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya

Nuniek K.R

Watak adalah keseluruhan atau totalitas kemungkinan-kemungkinan

reaksi secara emosional dari seseorang yang terbentuk selama hidupnya oleh

unsur-unsur dari luar (pendidikan, pengalaman, faktor eksogen). Menurut

Sujanto (2001: 17) bahwa watak adalah pribadi jiwa yang menyatakan dirinya
dalam segala tindakan dan pernyataan, dalam hubungannya dengan bakat,

pendidikan, pengalaman disekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap novel Cinta Dalam Keabadian

karya Nuniek K.R diperoleh bahwa Shasi merupakan tokoh utamanya. Shasi

digolongkan ke dalam tokoh kompleks. Tokoh kompleks adalah tokoh yang

mempunyai watak dan perilaku yang bermacam-macam. Berikut deskripsi

perwatakan tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R.

a. Id

Id merupakan keinginan dasar yang mendorong manusia untuk

bertindak berdasarkan prinsip kenikmatan, berupa insting dan nafsu yang

belum mengenal nilai. Berikut Wujud perwatakan tokoh utama yang di

pengaruhi oleh id.

1) Jujur

Jujur merupakan suatu sifat untuk berkata apa adanya sesuai

dengan yang di dengar atau yang di lihat. Kejujuran sangat berarti

dalam diri seseorang, terkadang kejujuran dapat membawa kesuksesan

atau keberhasilan. Apalagi hidup bermasyarakat sangat membutuhkan

kejujuran agar terjalin keharmonisan. Tokoh Shasi dalam novel cinta

dalam keabadian memiliki sifat yang jujur. Hal tersebut terlihat dalam

kutipan di bawah ini:

Rumahnya Bagus – bagus ya, Neil? (Hlm 44)


Pada kutipan di atas menunjukan bahwa Shasi memiliki karakter yang

jujur dimana ketika ia pergi keluar Bersama dengan Neil dia melihat

rumah – rumah yang bagus.

2) Keras Kepala

Keras kepala merupakan watak yang tidak mau mendengarkan

nasehat orang lain dan menuruti kemauannya sendiri. Tokoh Neil pada

novel Cinta Dalam Keabadian juga memiliki watak keras kepala. Hal

tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:

“Tidak Bisa. Aku tetap tidak akan mengizinkan kamu ikut.”


(Hlm 70)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Neil memiliki watak

keras kepala dimana ia dengan keras melarang Pangeran Sebastian

untuk mengikuti mereka pulang kerumah.

b. Ego

Ego merupakan sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah

individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya

berdasarkan prinsip kenyataan. Ego biasanya mengawal dan menekan

dorongan Id yang kuat, mengubah sifat Id dari yang abstrak dan gelap ke

hal-hal yang berdasarkan pada prinsip kenyataan. Berikut wujud konflik

psikis yang dialami Tokoh utama yang di pengaruhi oleh ego.

1) Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah orang yang selalu bertanggung jawab

atas apa yang telah dikerjakannya. Neil memiliki tanggung jawab

untuk menjaga shasi pada saat mereka keluar. Tanggung jawab Neil

terlihat ketika Mereka pergi keluar jalan – jalan. Hal tersebut seperti

terdapat dalam kutipan berikut:

Iya Bi, tenang saja. Aku akan menjaga Shasi.” (Hlm 37)

Pada kutipan di atas menunjukan bahwa Neil memiliki karakter

yang bertanggung jawab dimana ketika ia pergi keluar Bersama

dengan Shasi dia akan menjaga sampai Shasi pulang kerumah dengan

selamat.

2) Berani

Keberanian diartikan sebagai sifat yang berani menanggung

resiko dalam pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat

waktu (frinaldi dan embi, 2011). Sifat keberanian seseorang tidak

dimiliki sejak lahir tetapi sifat ini dapat dibentuk dengan membuat

suasana yang kondusif sehingga dia merasa nyaman dan lebih percaya

diri. Pada novel cinta dalam keabadian watak berani dimiliki oleh

Neil. Hal tersebut seperti terdapat dalam kutipan berikut:

“Untung kamu lihat ularnya Neil. Aku tak tahu apa yang akan
terjadi.” (Hlm 19)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Neil sangat berani untuk

melawan melawan ular. Tidak hanya melawan secara fisik, tetapi juga
melawan karena ular tersebut hamper menggigit Shasi. Neil berani

mengambil resiko dengan melawan ular tersebut.

3) Perhatian

Perhatian adalah salah satu bentuk kasih sayang seseorang

kepada orang lain yang diwujudkan dalam bentuk sikap ataupun

perbuatan. Watak perhatian Neil diwujudkan dengan rasa

keperduliaannya terhadap orang lain. Hal tersebut seperti terdapat

dalam kutipan percakapan berikut:

Kita berhenti disini dulu ya? Kamu tunggu saja disini, biar
aku yang menjual semua jagungnya dulu..’ (Hlm 42)

Pada kutipan di atas menunjukan bahwa Neil memiliki karakter

yang perhatian dimana ketika ia melihat Shasi yang sudah capek

membiarkan Shasi untuk istirahat sejenak dan dia yang menjual

jagungnya.

Watak perhatian dalam Novel Cinta Dalam Keabadian kembali

digambarkan oleh pengarang seperti terdapat dalam kutipan berikut:

“Ah iya, aku nggak pernah ajak kamu keliling kota sih ya?
Paling aku ajak pergi ke padang rumput, cari bunga, cari
burung…. Maaf ya? (Hlm 45)
Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Neil juga memiliki

watak perhatian terhadap Shasi yang tidak pernah mengajaknya

keliling kota selain ke padang rumput dan mencari bunga.

4) Penyayang
Penyayang adalah orang yang peduli terhadap lingkungan dan

orang sekitar. Mereka sangat terampil menempatkan diri pada posisi

orang lain untuk memahami apa yang orang lain rasakan. Dalam setiap

hal, orang yang penyayang cenderung melibatkan perasaan. Dalam

novel Cinta Dalam Keabadian watak penyayang juga ditampilkan oleh

tokoh Neil. Hal tersebut terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Enggak bi, ibu masak terlalu banyak. Salam juga dari ibu.”

Dari data di atas dapat menunjukkan bahwa watak penyayang

ditunjukkan oleh Neil pada saat ia membawakan makanan kerumah

Shasi dan Ibunya.

5) Rendah Hati

Rendah hati yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tidak

sombong atau tidak angkuh. Orang yang rendah hati berarti orang

yang menyadari keterbatasan kemampuan diri, dan ketidakmampuan

diri sendiri, sehingga membuatnya tidak mengangkuh dan tidaklah

menyombong. Dalam novel Cinta Dalam Keabadian watak penyayang

juga ditampilkan oleh tokoh Neil. Hal tersebut terlihat dalam kutipan

di bawah ini:

“Sama -sama.. terima kasih juga telah membantu kami.” (Hlm


30)
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Neil memiliki watak

rendah hati yang selalu berterima kasih kepada ibu Shasi yang selalu

membantu mereka.

Watak rendah hati dalam Novel Cinta Dalam Keabadian

kembali digambarkan oleh pengarang seperti terdapat dalam kutipan

berikut:

“Neil Masuk dulu, jagungnya kan masih dibelakang!” (Hlm

35)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Ibu Shasi juga

memiliki watak Rendah hati terhadap Neil yang dengan ramah

mempersilahkan neil untuk masuk kedalam rumah.

6) Beriman

Beriman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap dan

perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

rukun dengan pemeluk agama lain. Jadi dapat diketahui bahwa religius

merupakan suatu sikap yang kuat dalam memeluk dan menjalankan

ajaran agama serta sebagai cerminan dirinya atas ketaatannya terhadap

ajaran agama yang dianutnya. Dalam novel Cinta Dalam Keabadian

watak beriman juga ditampilkan oleh tokoh Sebastian. Hal tersebut

terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Memangnya kenapa? Tentu saja aku percaya.” (Hlm 96)


Dari data di atas dapat menunjukkan bahwa watak Religius

ditunjukkan oleh Pangeran Sebastian yang dengan lantang ia

mengatakan bahwa ia percaya kepada Tuhan.

Watak beriman dalam Novel Cinta Dalam Keabadian kembali

digambarkan oleh pengarang seperti terdapat dalam kutipan berikut:

“Dulu aku hidup jauh dari Tuhan, aku hidup ditengah


kemewahan dan apapun yang aku inginkan selalu
kudapatkan” (Hlm 97)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Pangeran Sebastian

juga memiliki watak religius dimana ia dulu jauh dari Tuhan. Namu

sekarang ia percaya kepada Tuhan.

c. Super Ego

Super Ego merupakan penuntun moral dan apresiasi seseorang,

berfungsi sebagai lapisan yang menolak suatu yang melanggar prinsip

moral. Berikut wujud perwatakan tokoh utama yang di pengaruhi oleh

super ego.

1) Bijaksana

Bijaksana adalah orang yang bertindak selalu menggunakan

akal budinya (KBBI edisi ke3, 2007: 149). Berpikiran maju

merupakan sikap positif yang ada dalam diri seseorang. Watak


bijaksana Neil tampak pada percakapan antara dirinya dengan dengan

ibu Shasi. Hal tersebut terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Sudahlah Bi, memangnya kenapa? Shasi pasti memikirkan


tentang keluarga kerajaan bukan? Tebak Neil jitu.” (Hlm 27)

Pada kutipan di atas menunjukan bahwa Neil memiliki karakter

yang bijaksana dimana ketika ia melihat Shasi yang sudah capek

membiarkan Shasi untuk istirahat sejenak dan dia yang menjual

jagungnya.

2) Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek

psikologis yang tertuju pada suatu objek yang datang dari dalam dan

luar diri individu. Perhatian menurut Slameto (2015:105) adalah

“kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan

pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya”. Hal tersebut

terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Ayo Shasi, parade kerajaan sudah datang!” (Hlm 53)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Neil sangat perhatian

kepada Shasi dimana ia mengajak Shasi untuk melihat dan menonton

parade.

3) Menepati Janji

Menepati janji adalah watak tepat dan tidak ingkar terhadap

apa yang telah dijanjikan seseorang terhadap orang lain. Seperti halnya
Shasi yang juga memiliki watak tepat janji. Shasi berjanji kepada Neil

bahwa dirinya akan berjslsn tegak dan tidak peduli terhadap apa yang

di pikirkan orang lain. Hal tersebut seperti terdapat dalam kutipan

percakapan dibawah ini:

“Besok – besok, aku pasti lebih sering ajak kamu pergi ke


kota!” (Hlm 45)

Pada kutipan di atas menunjukan bahwa Neil memiliki karakter

yang menepati dimana ia berjanji kepada Shasi bahwa suatu saat nanti

dia akan mengajak Shasi keliling Kota.

Ungkapan Neil yang menunjukkan bahwa Neil menepati janji

juga terdapat dalam ungkapan berikut.

“Shasi.. kamu janji untuk selalu berjalan tegak apapun yang


orang lain katakan, bukan? Kamu janji untuk enggak lagi
peduli apapun yang orang lain pikirkan, bukan?” (Hlm 53)

Dari data di atas dapat menunjukkan bahwa watak menepati

janji juga ditunjukkan oleh Shasi yang sudah berjanji kepada Neil

untuk selalu berjalan tegak dan tidak peduli lagi apapun yang orang

lain pikirkan tentang dia.

Watak menepati janji dalam Novel Cinta Dalam Keabadian

kembali digambarkan oleh pengarang seperti terdapat dalam kutipan

berikut:
“Janji padaku Shasi, jangan terlalu dekat dengannya!
Sekalipun dia bangsawan atau apapun itu, dia orang yang kita
tidak kenal dan bukan siapa -siapa.” (Hlm 124)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Shasi harus menepati

janji kepada Neil untuk tidak terlalu dekat dengan Pangeran Sebastian,

sekalipun ia bangsawan.

4) Sederhana

Sederhana merupakan watak seseorang yang hidup apa adanya

tanpa kemewahan. Watak sederhana Shasi tampak pada pernyataanny

tentang dia yang lebih senang memiliki beberapa keping uang

perunggu. Hal tersebut tampak pada kutipan pernyataan Shasi di

bawah ini:

“Tapi kami tidak… kami disini hidup Bahagia dengan hanya


memiliki beberapa keping uang perunggu.” (Hlm 122)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Shasi adalah orang

yang sederhana yang tidak hidup bergelimang harta yang meskipun

hanya memeiliki beberapa keping uang perunggu namun ia sangat

bahagia tinggal bersama dengan ibunya.

5) Peduli

Peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan

bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita. Peduli

merupakan sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri


dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita.

Serta sebagai pencapaian terhadap sesuatu diluar dari dirinya sendiri.

Dalam novel Cinta Dalam Keabadian watak peduli terdapat pada

kutipan dibawah ini:

“Kalau kamu butuh teman bicara, ibu mau mendengarkan


kamu kok!” Ujar ibu tulus. (Hlm 9)

Dari data di atas dapat menunjukkan bahwa ibu Shasi sangat

peduli terhadap Shasi yang selalu termenung dan ia siap menjadi

teman bicara Shasi.

Watak peduli dalam Novel Cinta Dalam Keabadian kembali

digambarkan oleh pengarang seperti terdapat dalam kutipan berikut:

“Iya akhir – akhir ini dia memang lebih pucat dari biasanya.
Mungkin Bibi kurang membawa Shasi keluar rumah..” (Hlm
21)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa ibu Shasi adalah orang

yang peduli terhadap anaknya yang mengetahui keadaan anaknya.

Kemudian Ungkapan lain yang menunjukkan bahwa tokoh peduli juga

terdapat dalam ungkapan berikut:

“Aku nggak tahu! Ayo cepat pergi Shasi! Aku nggak mau
kamu kenapa – kenapa!” (Hlm 60)
Pada kutipan diatas menunjukkan bahwa Neil sangat peduli

terhadap Shasi yang langsung mengajaknya pergi jalan – jalan karena

sering melamun sendiri.

6) Pasrah

Pasrah adalah sikap untuk menerima keadaan yang ada dan

menyerahkan sepenuhnya terhadap Tuhan YME. Dalam novel Cinta

dalam keabadian terdapat beberapa ungkapan pasrah yang di utarakan

oleh tokoh diantaranya terdapat pada ungkapan dibawah ini:

“Aku tak tahu harus pergi kemana, jika salah satu diantara
kalian mau memberikan tempat menginap barang satu atau
dua bulan..” (Hlm 75)

Kemudian watak pasrah selanjutnya yang di utarakan oleh

tokoh yaitu pada kalimat dibawah ini”

“Panggil saja aku Bodoh Bi, aku tak tahu apa – apa! Asalkan
izinkan aku tinggal disini untuk beberapa waktu! Aku mau
bekerja siang dan malam disini untuk..” (Hlm 79)

Kemudian Ungkapan lain yang menunjukkan bahwa tokoh

memilki watak pasrah juga terdapat dalam ungkapan berikut:

“Tapi aku tak punya tempat tujuan! Aku mohon! Aku bukan
orang jahat! Aku orang baik – baik !

Watak pasrah selanjutnya yang ditunjukkan dalam novel Cinta

dalam Keabadian terdapat dalam ungkapan berikut:


“Aku dalam pelarian.. aku putus asa, dan akhirnya ingat
Tuhan. Aku berdoa agar aku bisa bertemu seseorang yang
mampu menolongku.” (Hlm 98)

Dari ke empat data di atas dapat menunjukkan bahwa Pangeran

Sebastian sangat pasrah dengan keadaannya sekarang yang tidak tahu

harus pergi kemana dan tidak punya tujuan sehingga memohon kepada

Shasi untuk menginap dirumahnya.

2. Analisis Konflik Psikis yang dialami Tokoh Darba dalam Novel Cinta

Dalam Keabadian karya Nuniek K. R

Konflik dalam Teori Psikoanalisis Sigmund Freud dinyatakan sebagai

pertentangan antara keinginan atau dorongan yang saling berlawanan,

biasanya menimbulkan ketegangan emosional. Sigmund Freud

mengemukakan bahwa dinamika kehidupan psikis seseorang pada dasarnya

adalah bagaiamana energi psikis itu disalurkan dan digunakan oleh sistem

id,ego, dan superego. Sistem id tidak bisa membedakan sesuatu yang

dihadapinya apakah berupa pengamatan khayalan, ingatan, atau halusinasi.

Oleh karena itu, demi keselarasan batin energi psikis disalurkan atau

dipindahkan ke sistem ego yang realistis dan logis. Ketidakstabilan kehidupan

akan menimbulkan ketegangan psikis (konflik psikis). Ketegangan psikis

tersebut berupa kecemasan, dan pertentangan batin. Adapun ketegangan psikis

yang dialami Darba dalam menghadapi kehidupan psikologi adalah sebagai

berikut.
a. Id

1) Kekecewaan

Kekecewaan adalah bagian dari emosi jiwa dengan ketidaksenangan

dan ketidakpuasan, karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan

keinginannya. Kekecewaan Shasi terdapat pada kutipn sebagai berikut:

“Kamu itu laki – laki atau bukan? Mana ada laki – laki yang
tak bisa memanjat” (Hlm 108)
Kekecewaan Shasi terjadi saat Pangeran Sebastian yang tidak bisa

memanjat. Sistem id Shasi kecewa saat menyuruh Pangeran Sebastian

memanjat. Harapannya Pangeran Sebastian bisa memanjat pohon.

Harapan Shasi yang berujung kekecewaan memperlihatkan bahwa

sistem id Shasi yang mudah marah.

b. Ego

1) Kecemasan

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram

disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam

berbagai situasi. Darba juga mengalami konflik psikis berupa

kecemasan, perasaan cemas akan keadaan yang baru saja

menimpanya. Kecemasan Shasi terdapat pada kutipan sebagai berikut:

“Ya, tentu saja. Aku tak tau apa yang akan terjadi padaku
besok. Siapa yang tau besok ajalku akan datang menemuiku?
(Hlm120)
Kecemasan Shasi pada saat memperhatikan pangeran Sebastian

dimana ia tidak tau apa yang akan terjadi pada dirinya suatu hari

nanti. Sistem ego Shasi merasakan dan melihat kenyataan bahwa ia

dalam keadaan bahaya. Sistem id Shasi mendorong ego

memperlihatkan konflik kecemasan di hati Shasi yang ditunjukan

kepada Pangeran Sebastian. Dalam hal ini Darba mengalami

kecemasan objektif dan kondisi ini sama dengan rasa takut.

2) Emosi

Konflik psikis emosi dalam diri Toko Neil terdapat pada kutipan

sebagai berikut:

“Bodoh! Aku harus berbicara denganmu!” (Hlm 122)

Dorongan sistem id mendorong ego memperlihatkan konflik psikis

emosi dari hati Neil yang kesal dan marah. Sistem ego Neil dalam

keadaan marah tetap bersikap tenang dan menahan kemarahan sistem

id.

3) Kekhawatiran

Konflik psikis di hati Shasi sampai menimbulkan kekhawatiran

di hati Shasi. Kekhawatiran di hati Darba terdapat pada kutipan

sebagai berikut:

“Ya ampun Shasi! Kenapa melamun terus? Kamu itu kkenapa


sih sebenarnya? Jangan buat ibu khawatir!”
Sistem ego dalam diri Shasi merasakan konflik psikis berupa

kekhawatiran di hati Shasi pada saat ibunya mendapati ia melamun.


Atas kehendak sistem id mendorong sistem ego menunjukkan konflik

psikis yang dialami Shasi melalui sikapnya untuk tidak memikirkan

hal-hal yang tidak penting.

c. Super Ego

1) Kekaguman

Konflik psikis perasaan kagum dalam diri tokoh terdapat pada

kutipan sebagai berikut:

“Silahkan Tuan… bunga – bunga ini sangat sesuai untuk


pasangan muda… sepuluh jenis bunga satu keping perunggu”

Kutipan tersebut berawal dari gurauan penjual bunga. Sistem

ego penjual bunga yang merasa kagum dengan Shasi dan Neil yang

ingin membeli bunga. Superego penjual bunga yang kemudian memuji

tindakan Shasi. Insting sistem id yang kemudian mendorong ego

penjual bunga mengungkapkan kekagumannya kepada Shasi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap novel Cinta Dalam

Keabadian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Hasil penelitian terhadap novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K. R,

menunjukkan bahwa perwatakan tokoh utama yang dipengaruhi oleh id

adalah Jujur dan Keras Kepala. Sedangan, perwatakan yang termasuk ego

adalah bertanggung jawab, berani perhatian, penyayang, rendah hati, dan

beriman. Sedangkan perwatakan yang termasuk super ego meliputi jujur,

perhatian, bijaksana, perhatian, menepati janji, sederhana, peduli dan pasrah.

2. Hasil penelitian terhadap konflik psikis yang dialami oleh tokoh dalam novel

Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R menunjukkan beberapa wujud

konflik psikis atau batin diantaranya kecemasan, kekecewaan, emosi,

pertentangan batin, dan kekaguman,. Dari beberapa wujud konflik psikis

tersebut lebih di dominasi konflik psikis cemas dan pertentangan batin yang

dipengaruhi oleh sistem kepribadian ego. Perwatakan yang dimiliki seorang

tokoh sangat mempengaruhi terjadinya konflik. Tokoh yang memiliki watak

bimbang cenderung mengalami konflik psikis khawatir.

B. Saran
1. Bagi pembaca, penelitian ini semestinya dapat dijadikan sebagai media untuk

lebih meningkatkan dalam memahami karya sastra khususnya novel Cinta

Dalam Keabadian karya Nuniek K.R ditinjau dari teori Psikologi Sigmund

Freud, sehingga dapat diambil manfaatnya dalam memahami watak

seseorang.

2. Bagi peneliti lain, penelitian ini seyogyanya dapat dijadikan bahan referensi

bagi penelitian lain yang sejenis, khususnya psikologi sastra. Hal ini

dimaksudkan bahwa mempelajari psikologi, dibutuhkan pemahaman yang

mendalam, karena berhubungan dengan karakter manusia. Sehingga, peneliti

lain lebih memahami lagi keterkaitan antara perwatakan dengan konflik psikis

yang terjadi pada seseorang.

3. Bagi Pendidikan, penelitian ini seharusnya dapat dijadikan pembelajaran di

sekolah-sekolah, karena objek dalam penelitian ini mempunyai nilai sastra

yang tinggi. Sehingga para siswa lebih kreatif dalam mengapresiasi novel

dengan cara menganalisisnya. Misalnya, siswa dapat menentukan perwatakan

tokoh dan menghubungkan dengan kenyataan sosial serta perbedaan budaya

yang ada di sekitar siswa.

Anda mungkin juga menyukai