Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI SASTRA

PENGERTIAN DAN JENIS PROSA FIKSI PUISI DAN DRAMA

DOSEN PENGAMPU;
Herman Wijaya, M.Pd.

KELOMPOK 1;
AHSANUL AINI (210201002)
YUNI RAHMA NIGSIH (210201031)
RIAN AFRIADI (210201027)
BAIQ MALINDA DWI RIZKI (210201003)
AHMAD ZAINUL MUMTAZ (210201001)
RAUHIL HAERAi (210201032)

FAKULTAS BAHASA SENI DAN HUMANIORA


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2021
A. PENGERTIAN PROSA FIKSI
Prosa dalam pengertian yang luas mencakup berbagai karya tulis yang ditulis dalam bentuk prosa.
Jadi, tidak hanya terbatas pada tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, tetapi juga berbagai
karya nonfiksi termasuk penulisan berita dalam surat kabar. Dalam tulisan ini, istilah dan pengertian
prosa dibatasi pada prosa sebagai salah satu genre sastra.

Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi, teks naratif atau wacananaratif. Istilah fiksi
dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan
teks naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran. Karya fiksi menceritakan sesuatu yang
bersifat rekaan/khayalan, sesuatu yang tidak ada dan sesuatu yang tidak terjadi sungguh-sungguh
sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Meskipun berupa rekaan/khayalan, fiksi
tidak dapat diangkat sebagai hasil kerja lamunan belaka dari seorang pegarang. Pengarang dalam hal
ini melakukan penghayatan dan perenungan secaraintens, perenungan terhadap hakikat hidup dan
kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Fiksi
merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas
sebagai karya seni (Nurgiyantoro, 2010:2).

Dengan demikian prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. (Aminuddin, 1987:66)

1. Perbedaan prosa fiksi dan nonfiksi


Sepetti yang kita ketahui bahwa prosa itu dibagi dua yaitu; prosa fiksi dan nonfiksi. Adapun
perbedaan antara prosa fiksi dan nonfiksi adalah sebagai berikut.
a) Prosa fiksi
Prosa mempunyai pengertian yang luas karena mencakup berbagai tulisan. Oleh karena
itu, perlu dibedakan antara prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Fiksi seperti dikemukakan di atas,
dapat diartikan sebagai cerita rekaan. Namun, pada kenyataannya tidak semua karya yang
mengandungunsurrekaandisebut karya fiksi. Dewasa ini penyebutan untuk karya fiksi lebih
ditujukan kepada karya yang berbentuk prosa naratif/ teks naratif. Karya-karya lain, seperti
drama dan puisi, umumnya tidak disebutkan sebagai karya fiksi. Keduanya dipandang sebagai
genre yang berbeda meskipun tidak dapat disangkal keduanya pun mengandung unsurrekaan.
Prosa fiksi menunjukkan pada karya yang berbentuk novel dan cerita pendek. Keduanya
mempunyai perbedaan dan persamaan. Perbedaannya dapat dilihat dari segi formalitas bentuk,
segi panjang cerita. Sebuahcerita yang panjang, katakanlah berjumlah ratusan halaman tidak
dapat disebut sebagai cerpen, melainkan lebih tepat dikatakan sebagai novel. Cerpen, sesuai
namanya adalah cerita yang pendek. Karya yang berbentuk cerpen memiliki panjang cerita
yang bervariasi. Ada cerpen yang pendek, bahkan mungkin pendek sekali, seperti cerpen yang
ditulis oleh Deddi Iskandar yang berjudul “Nah”.

Ada juga cerpen yang panjangnya cukupan, serta ada cerpen yang panjang. Karya sastra
yang disebut novelet merupakan karya yang lebih pendek daripada novel, tetapi lebih panjang
daripada cerpen. Karya Umar Khayam yang berjudul “Sri Sumarah” dapat dikatakan sebagai
novelet karena bentuknya lebih panjang daripada cerpennya yang berjudul “Seribu Kunang-
Kunang di Manhattan”. Begitu juga karya Ahmad Tohari yang berjudul “Bulan Kuning Sudah
Tenggelam” yang terkumpul dalam buku kumpulan cerpen “Nyanyian Malam” merupakan
novelet. Karya Habiburrahman El Shirazy yang berjudul “Pudarnya Pesona Cleopatra” di
dalamnya ada dua cerita, yaitu “Pudarnya Pesona Cleopatra” dan “Setetes Embun Cinta
Niyala” juga merupakan novelet. Namun, Habiburahman menyebut karya yang ditulisnya
sebagai novel mini.
b) Prosa nonfiksi
Kalau prosa fiksi lebih bersifat rekaan/khayal dan menggunakan bahasa yang konotatif
maka prosa nonfiksi lebih bersifat faktual dan cenderung menggunakan bahasa yang denotatif.
Yang termasuk prosa nonfiksi antara lain: esei, kritik, biografi, otobiografi, sejarah.

1) Esei
Esai adalah karangan tentang suatu fakta yang dikupas menurut pandangan
pribadi penulisnya. Dalam esei, baik pikiran maupun perasaan dan keseluruhan pribadi
penulisnya tergambar dengan jelas sebab esei memang merupakan ungkapan pribadi
penulisnya terhadap sesuatu fakta. Contoh: “Mencari Setangkai Daun Surga? (kumpulan
esai berisi esai-esai pendek, di dalamnya merupakan refleksi tentang sejumlah persoalan
sastra, budaya, hingga situasi politik kontemporer) ditulis oleh Anton Kurnia tahun 2016.
“Republik KenArok” (kumpulan esai yang berisi realitas sosial).

Yang berupa kebekuan interaksi masyarakat akibat kehilangan kepercayaan pada diri
sendiri, kepercayaan kepada orang lain, dan kepercayaan dari orang lain) ditulis oleh
Candra Malik tahun 2016. “Gaduh” (kumpulan esai berisi pergolakan isu perpolitikan di
tanah air yang kian deras mengalir di tahun 2014) ditulis oleh Boyke Pribadi tahun 2015

2) Kritik
Kritik adalah analisis untuk menilai sesuatu karya seni, dalam
hal ini karya sastra. Jadi, kritik sebenarnya termasuk esei argumentasi dengan faktanya
sebuah karya sastra sebab kritik berakhir dengan sebuah simpulan analisis. Contoh:
Aplikasi Kritik Sastra Feminisme Perempuan dalam Karya-karya Kuntowijoyo, yaitu
kritik yang ditulis oleh Adib Sofia pada tahun 2009. Kritik Sastra Indonesia Modern,
ditulis oleh Rachmat Djoko Pradopo tahun 2002. Kritik sastra Feminis: Teori dan
Aplikasinya dalam Sastra Indonesia, ditulis oleh Wiyatmi tahun 2012. Kitab Kritik Sastra
ditulis oleh Maman S. Mahayana tahun 2015. Buku tesebut berisi kritik terhadap puisi,
cerpen, novel dan lain-lain.

3) Biografi atau riwayat hidup


Biografi atau riwayat hidup adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis
oleh orang lain. Tugas penulis biografi, yaitu menghadirkan kembali jalan hidup
seseorang berdasarkan sumber-sumber atau fakta-fakta yang dapat dikumpulkannya.
Sebuah karya biografi biasanya menyangkut kehidupan tokoh-tokoh penting dalam
masyarakat atau tokoh-tokoh sejarah.

5) Sejarah
Sejarah adalah cerita tentang zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan
sumber-sumber tertulis dan tidak tertulis. Meskipun karya sejarah mendasarkan diri pada
fakta yang diperoleh dari beberapa sumber, penyajiannya tidak pernah lepas dari unsur
khayali pengarang. Contoh: Sejarah Kejayaan Singasari ditulis oleh Sri Wintala Achmad,
Sejarah dan Peradaban Islam oleh Badri Yatim, Kejayaan Harun Ar-Rasyid ditulis oleh
BensonBobrick.

Dikatakan oleh Djojosuroto (2009:92) bahwa batas antara fiksi dan nonfiksi tidak mutlak.
Hal ini dsebabkan di dalam karya fiksi terdapat unsur-unsur nonfiksi, begitu pun
sebaliknya. Di dalam karya nonfiksi, faktualitas dapat dipertanggungjawabkan meskipun
ada unsur imajinasi. Di dalam novel, seringkali dijumpai unsur fakta dan realitas,
sedangkan dalam sejarah dan esei sering terdapat unsur-unsur imajinasi dan rasa.
2. Jenis-jenis prosa fiksi
Adapun jenis-jenis prosa fiksi dibagi dua sebagai berikut:
a. Prosa modern
1) Cerita Pendek (cerpen)
Sesuai dengan namanya, cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa
yang pendek. Ukuran pendek di sini bersifat relatif. Menurut Edgar Allan Poe, sastrawan
kenamaan Amerika, ukuran pendek di sini adalah selesai dibaca dalam sekali duduk, yakni
kira-kira kurang dari satu jam. Adapun JakobSumardjoDan Saini K.M (1995:30) menilai
ukuran pendek ini lebih didasarkan pada keterbatasan pengembangan unsur-unsurnya. Cerpen
memiliki efek tunggal dan tidak kompleks.

Cerpen ,dilihat dari segi panjangnya, cukup bervariasi. Ada cerpen yang pendek
(shortshortstory), berkisar 500-an kata; ada cerpen yang panjangnya cukupan
(middleshortstory), dan ada cerpen yang panjang (long shortstory) biasanya terdiri atas
puluhan ribu kata.

Dalam kesusastraan di Indonesia, cerpen yang diistilahkan dengan shortshortstory,


disebut dengan cerpen mini. Sudah ada antologi cerpen seperti ini, misalnya antologi : Ti
Pulpen Nepi Ka Pajaratan Cinta. Contoh untuk cerpen-cerpen yang panjangnya sedang
(middleshortstory) cukup banyak. Cerpen-cerpen yang dimuat di surat kabar adalah salah satu
contohnya .. Adapun cerpen yang long shortstory biasanya cerpen yang dimuat di majalah.
Cerpen “”Sri Sumariah” dan “Bawuk” karya Umar Khayam juga termasuk ke dalam cerpen
yang panjang ini.

2) Novelet
Di dalam khasanah prosa, ada cerita yang yang panjangnya lebih panjang dari cerpen,
tetapi lebih pendek dari novel. Jadi, panjangnya antara novel dan cerpen. Jika
dikuantitaatifkan, jumlah dan halamannya sekitar 60 s.d 100 halaman. Itulah yang disebut
novelet.

Dalam penggarapan unsur-unsurnya : tokoh, alur, latar, dan unsur-unsur yang lain, novelet
lebih luas cakupannya dari pada cerpen. Namun, dimaksudkan untuk memberi efek tunggal.
3) Novel
Kata novel berasal dari bahasa Italia, novella, yang berati barang baru yang kecil. Pada
awalnya, dari segi panjangnya noovella memang sama dengan cerita pendek dan novelet.

Novel kemudian berkembang di Inggris dan Amerika. Novel di wilayah ini awalnya
berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, seperti surat, biografi, dan sejarah. Namun
seiring pergeseran masyarakat dan perkembangan waktu, novel tidak hanya didasarkan pada
data-data nonfiksi, pengarang bisa mengubah novel sesuai dengan imajinasi yang
dikehendakinya.
Yang membedakan novel dengan cerpen dan novelet adalah segi panjang dan keluasan
cakupannya. Dalam novel, karena jauh lebih panjang, pengarang dapat menyajikan unsur-
unsur pembangun novel itu: tokoh, plot, latar, tema, dll. Secara lebih bebas, banyak, dan detil.
Permasalahan yang diangkatnya pun lebih kompleks

Dengan demikian novel dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa yang menyajikan
permasalahn-permasalahan secara kompleks, dengan penggarapan unsurunsurnya secara lebih
luas dan rinci.

4) Roman
Kehadiran dan keberadaan roman sebenarnya lebih tua dari pada novel. Roman
(romance) berasal dari jenis sastra epik dan romansa abad pertengahan. Jenis sastra ini banyak
berkisah tentang hal-hal yang sifatnya romantik, penuh dengan angan-angan, biasanya bertema
kepahlawanan dan percintaan.

Istilah roman dalam sastra Indonesia diacu pada cerita-cerita yang ditulis dalam bahasa
roman (bahasa rakyat Prancis abad pertengahan) yang masuk ke Indonesia melalui
kesusastraan Belanda. Di Indonesia apa yang diistilahkandengan roman, ternyata tidak
berbeda dengan novel, baik bentuk, maupun isinya. Oleh karena itu, sebaiknya istilah roman
dan novel disamakan saja.

Pembahasan jenis prosa di stas akan dibatasi pada cerpen anak dan novel remaja.
1. Cerita Anak
Cerita anak, baik karya asli Indonesia, maupun terjemahan, mencakup rentang umur
pembaca yang beragam, mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun (bahkan 13 dan 14)
tahun. Adapun bentuknya bermacam-macam, baik serial, cerita bergambar, maupun cerpen. Tema
cerita anak juga beragam, mulai dari persahabatan, lingkungan, kemandirian anak, dan lain-lain.
Sifatnya juga beragam. Dari segi sifatnya, cerita anak dalam khasanah sastra modern terdiri atas:

Cerita keajaiban, yakni cerita sihir dan peri yang gaib, yang biasanya melibatkan pula unsur
percintaan dan petualangan. Contoh: Cinderella, Puteri Salju, Puteri Tidur, Tiga Keinginan, dan
lain-lain.

a) Cerita fantasi, yaitu cerita yang 1) menggambarkan dunia yang tidak nyata; 2) dunia yang dibuat
sangat mirip dengan kenyataan dan menceritakan hal-hal aneh; dan 3) menggambarkan suasana
yang asing dan peristiwa-peristiwa yang sukar diterima akal. Macam-macamnya adalah: fantasi
binatang, fantasi mainan dam boneka, fantasi dunia liliput, fantasi tentang alam gaib, dan fantasi
tipu daya waktu.

b) Cerita fiksi ilmu pengetahuan, yakni cerita dengan unsur fantasi yang didasarkan pada hipotesis
tentang ramalan yang masuk akal berdasarkan pengetahuan, teori, dan spekulasi ilmiah,
misalnya cerita tentang petualangan di planet lain, makhluk luar angkasa, dan sejenisnya.

Sumber-sumber cerita anak cukup luas, baik berupa buku, maupun ceritacerita yang
disajikan di majalah anak-anak, dan koran-koran yang memiliki sisipan rubrik anak-anak. Di
Indonesia, para pengarang cerita anak antara lain: Toha Mohtar, Mansur Samin, Titie Said, E.
Siswojo, A. Djan, Triwahyono, Nimas Heming, Slamet

2. Novel Remaja
Novel remaja adalah novel yang ditulis untuk segmentembaca remaja. Oleh karena yang
ditujunya remaja, maka isi dan penyajiannya pun disesuaikan dengan dunia remaja.

Dari segi isinya, novel remaja biasanya berkisah tentang percintaan, persahabatan,
permusuhan, atau petualangan. Bahasanya adalah bahasa khas remaja yang mengacu pada bahasa
gaul: bahasa khas remaja kota. Dilihat dari jenis ceritanya, ada novel detektif, petualangan, juga
novel drama.
Dalam perkembangan sastra akhir-akhir ini, novel remaja dapat dikatakan mengalami
booming. Begitu banyak novel remaja diterbitkan, begitu banyak penulis remaja, dan begitu
banyak pula pembacanya sehingga banyak novel remaja dicetak ulang, dan banyak penulis
remaja yang kewalahan meladeni pesanan penerbit.

Novel remaja yang sedang booming akhir-akhir ini adalah novel remaja yang disebut
chicklit dan teenlit. Chicklit singkatan dari chickliteratur, artinya karya sastra yang bercerita
tentang wanita. Tetapi, chicklit lebih sering didefinisikan sebagai karya sastra populer yang
bercerita tentang kehidupan sehari-hari sorang wanita lajang kota serta pola pikirnya yang
modern. Chicklit disajikan dengan ringan, menghibur, dan bertutur tidak formal. Chicklit
diarahkan pada gadis dewasa (17-26tahun). Adapun teenlit singkatan dari teenagerliteratur,
diarahkan pada remaja yang lebihbelia, seusiaanak SMP.

Dari sejarah kelahirannya, tak ada yang dapat memastikan pelopor pertama lahirnya chicklit dan
teenlit ini. Ada yang menyebut pelopor genre ini adalah novelis Helen Fielding dari Amerika
Serikat lewat karyanya yang berjudul BridgetJones’sDiary. Tetapi, beberapa kritikus
menyebutkan J.K Rowling-lah yang memeloporinya lewat karyanya Harry Potter.

Di Indonesia sendiri, jenis novel ini identik dengan kehidupan remaja di era globalisasi.
Para penulisnya kebanyakan adalah para penulis yang rata-rata juga masih remaja, sehingga
sangat paham dunia remaja. Di tengah maraknya novel-novel remaja yang beragam saat ini yang
ditulis untuk beragam kepentingan, untuk bahan dan sumber pembelajaran di kelas, para guru
hendaknya selektif dalam memilihnya. Selain pertimbangan dari segi kesesuaiannya dengan tahap
perkembangan psikologi siswa, para guru hendaknya mempertimbangkan pula aspek didaktik dan
etik karena banyak novelremajayang ditulis dengan lebih mengedepankan aspek komersial
dengan berani melanggar aspek didaktik dan etik ini.

b. Prosa Lama
Yang dimaksud dengan istilah prosa lama di sini adalah karya prosa yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat lama Indonesia, yakni masyarakat tradisional. Di wilayah
Nusantara. Jenis sastra ini pada awalnya muncul sebagai sastra lisan. Di antara jenis-jenis prosa
lama itu adalah mite, legenda, fabel, hikayat, dan lain-lain. Jenis-jenis prosa lama tersebut sering
pula diistilahkan dengan folklor (cerita rakyat), yakni cerita dalam kehidupan rakyat yang
diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan. Dalam istilah masyarakat umum, jenis-jenis
tersebut sering disebut dengan dongeng.

1) Dongeng, adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang
di mana yang diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.

2) Fabel adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para pelakunya binatna g yang
diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau,
dan lain-lain.

3) Hikayat adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara,
pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang
Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain.

4) Legenda adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau
kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang,
Asal Mula Candi Prambanan, dan lainlain.

5) Mite adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang sudah
dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib
dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul. Cerita Penggeli Hati, sering pula
diistilahkan dengan cerita noodlehead karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat.
Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan), omong kosong, kemustahilan,
ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung unsur kritik terhadap perilaku
manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang, dan
lain-lain.

6) Cerita Perumpamaan adalah dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat
dan bersifat mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang Haji
Bakhil.
7) Kisah adalah karya sastra lama yang berisi cerita tentang perjalanan atau pelayaran seseorang
dari satu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah
Abullah ke Jeddah, dan lain-lain.
B. PUISI
1. Pengertian Puisi
Puisi merupakan suatu bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran serta perasaan
dari penyair dan secara imajinatif serta disusun dengan mengonsentrasikan kekuatan bahasa
dengan pengonsentrasian struktur fisik serta struktur batinnya. Penekanan pada segi estetik pada
suatu bahasa serta penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima merupakan hal yang
membedakan pada puisi dari prosa. Namun dari perbedaan tersebut masih saja diperdebatkan.

Dari pandangan kaum awam biasanya cara dalam membedakan puisi dan prosa yaitu dari
jumlah huruf serta kalimat dalam karya tersebut. Puisi umumnya lebih singkat dan padat,
sedangkan pada prosa lebih mengalir seperti pada mengutarakan cerita. Beberapa dari para ahli
modern memiliki pendekatan untuk mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi
sebagai sebuah perwujudan dari imajinasi manusia, yang hal ini menjadi sumber dari segala
kreativitas. Selain itu pada puisi juga terdapat curahan dari isi hati seseorang yang membawa
orang lain ke dalam keadaan hati yang sedang dialaminya. Pengertian Puisi Menurut Para Ahli:

a) Herman Waluyo
Menurut Herman Waluyo puisi adalah karya sastra yang bersifat tertulis yang paling awal
ditulis oleh manusia.
b) Sumardi
Menurut Sumardi puisi adalah salah satu karya sastra dengan bahasa yang dipersingkat,
dipadatkan, serta diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang
imajinatif.
c) James Reevas
Menurut James Reevas puisi adalah suatu ekspresi bahasa yang kaya dan penuh dengan daya
pikat.
d) Thomas Carlye
Puisi merupakan ungkapan pikiran yang memiliki sifat musikal. 5. Pradopo Puisi merupakan
rekaman serta interpretasi pengalaman manusia yang sangat penting dan digubah dalam wujud
yang berkesan. 6. Herbert Spencer Puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang
memiliki sifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Itulah pengertian puisi
menurut para ahli
2. Jenis Puisi
a. Puisi lama
Puisi lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturanaturan. Aturan puisi lama
seperti jumlah kata yang terdapat dalam 1 baris, jumlah baris yang terdapat dalam 1 bait,
persajakan atau rima, banyak suku kata pada tiap baris, dan irama.

1. Jenis-jenis puisi lama


a) Mantra merupakan sebuah ucapan-ucapan yang masih dianggap memiliki sebuah kekuatan
gaib
b) Pantun merupakan salah satu puisi lama yang mempunyai ciri bersajak a-b-a-b, tiap baris
terdiri atas 8 hingga 12 suku kata, 2 baris pada awal pantun disebut sampiran, 2 baris
berikutnya disebut sebagai isi, tiap bait 4 baris.
c) Karmina merupakan salah satu jenis pantun yang kilat seperti sebuah pantun tetapi sangat
pendek.
d) Seloka adalah pantun yang berkait.
e) Gurindam adalah puisi yang terdiri dari tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, dan biasanya
berisi nasihat.
f) Syair merupakan puisi yang bersumber dari negara Arab dan dengan ciri pada tiap bait 4
baris, bersajak a-a-a-a, biasanya berisi nasihat atau sebuah cerita.
g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari bilangan genap seperti 6, 8, ataupun
10 baris.

2. Ciri-ciri puisi lama


a) Puisi lama bisanya berupa puisi rakyat dan tidak diketahui nama pengarangnya.
b) Puisi lama masih terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti dari jumlah baris pada setiap
baitnya, sajak serta jumlah suku kata pada setiap barisnya.
c) Disampaikan dari mulut ke mulut dan dapat disebut juga dengan sastra lisan.
d) Menggunakan majas atau gaya bahasa tetap dan klise.
e) Biasanya berisikan tentang kerajaan, fantastis, serta istanasentris.

b. Puisi baru
Puisi baru merupakan puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan, berbeda dengan puisi
lama. Puisi baru memiliki bentuk yang lebih bebas dibandingkan puisi lama baik dalam jumlah
baris, suku kata, ataupun rima.

1. Jenis-jenis puisi baru


a) Balada merupakan salah satu jenis puisi baru. Balada merupakan puisi tentang cerita.
Balada terdiri dari 3 bait dan masing-masing dengan 8 larik serta dengan skema rima a-b-a-
b-b-c-c-b. Lalu skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Pada larik terakhir dalam bait
pertama digunakan refren dalam bait-bait selanjutnya.
b) Himne merupakan puisi yang digunakan sebagai pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau
seorang pahlawan.
c) Ode adalah puisi sanjungan bagi orang yang telah berjasa. Nada serta gayanya sangat
resmi, bernada sangat anggun, dan 37 membahas sesuatu yang mulia, memiliki sifat yang
menyanjung baik itu terhadap pribadi tertentu atau suatu peristiwa umum.
d) Epigram adalah puisi yang memiliki isi berupa tuntunan atau ajaran hidup.
e) Romansa adalah puisi yang berisi tentang luapan perasaan penyair tentang cinta kasih.
f) Elegi adalah puisi yang memiliki isi tentang kesedihan.
g) Satire adalah puisi yang berisi tentang sindiran atau suatu kritikan.
h) Distikon adalah suatu puisi yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris (puisi 2 seuntai).
i) Terzinaa adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 3 baris (puisi 3 seuntai).
j) Kuatrain adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 4 baris (puisi 4 seuntai).
k) Kuint adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 5 baris (puisi 5 seuntai).
l) Sektet adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 6 baris (puisi 6 seuntai).
m) Septime, adalah puisi yang pada tiap baitnya terdiri dari 7 baris (puisi 7 seuntai).
n) Oktaf atau Stanza merupakan puisi yang pada tiap baitnya terdiri 8 baris (double kutrain
atau dapat disebut juga dengan puisi 8 seuntai).
o) Soneta merupakan salah satu jenis puisi yang terdiri dari 14 baris yang terbagi menjadi 2, 2
bait pertama masing-masing terdiri dari 4 baris dan 2 bait kedua masing-masing 3 baris.

2. Ciri-ciri puisi baru


a) Diketahui nama pengarangnya, berbeda dengan puisi lama yang tidak diketahui nama
pengarangnya
b) Perkembangannya secara lisan serta tertulis.
c) Tidak terikat oleh berbagai aturan-aturan seperti rima, jumlah baris dan suku kata.
d) Menggunakan majas yang dinamis atau berubah-ubah.
e) Biasanya berisikan tentang kehidupan.
f) Biasanya lebih banyak memakai sajak pantun dan syair.
g) Memiliki bentuk yang lebih rapi dan simetris.
h) Memiliki rima akhir yang teratur.
i) Pada tiap-tiap barisnya berupa kesatuan sintaksis.

3. Struktur fisik puisi


a) Rima atau Irama adalah persamaan bunyi yang terdapat pada puisi, baik itu di awal,
tengah, atau di akhir baris puisi.
b) Imaji merupakan suatu kata atau susunan kata-kata yang mampu untuk dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti perasaan, penglihatan, dan pendengaran.
c) Diksi yaitu pemilihan beberapa kata-kata yang dilakukan penyair dalam karya puisinya.
d) Kata konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan menggunakan indera yang dapat
memungkinkan munculnya imaji.
e) Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan efek serta
menimbulkan konotasi tertentu.
f) Tipografi adalah bentuk puisi seperti pada halaman yang tidak dipenuhi dengan kata-kata,
tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris pada tiap puisi yang tidak selalu dimulai
dengan menggunakan huruf kapital serta diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut
menentukan dalam pemaknaan terhadap puisi.

4. Struktur batin puisi


a) Tema atau makna; media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah suatu hubungan tanda
dengan makna, maka puisi harus memiliki suatu makna baik itu tiap kata ataupun
keseluruhan.
b) Rasa merupakan sikap penyair terhadap suatu pokok permasalahan yang ada dalam
puisinya.
c) Nada atau tone adalah sikap penyair terhadap pembacanya serta nada berhubungan dengan
tema dan rasa.
d) Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan dari penyair kepada pembaca puisi
tersebut.

C. DRAMA
1. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Greek, dari kata dran yang berarti berbuat, to act atau to
do (Henry Guntur Tarigan, 1993 : 69). Ada juga yang mengatakan bahwa kata drama berasal dari
bahasa Yunani atau Greek “draomain” yang berarti: berlaku, bertindak, atau bereaksi. Namun,
dari dua kata itu mengacu pada referensi makna yang sama. Kedua pengertian drama di atas,
mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakekat setiap karangan yang bersifat
drama. Drama berarti perbuatan, tindakan atau beraksi.

Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah
drama sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri.
Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa.
Drama pentas adalah jenis kesenian mandiri, yang merupakan integrasi antara berbagai jenis
kesenian seperti musik, tata lampu, seni lukis (dekor, panggung), seni kostum, seni rias, dan
sebagainya. Jika kita membicarakan drama pentas sebagai kesenian mandiri, maka ingatan kita
dapat kita layangkan pada wayang, ketoprak, ludruk, lenong dan film. Dalam kesenian tersebut,
naskah drama diramu dengan berbagai unsur untuk membentuk kelengkapan.

Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Melihat
drama, penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik yang
disajikan dalam drama sama dengan konflik batin mereka sendiri. Drama adalah potret kehidupan
manusia, potret suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia. Perkataan drama sering
dihubungkan dengan teater. Sebernarnya perkataan “teater” mempunyai makna yang lebih luas
karena dapat berarti drama, gedung pertunjukkan, panggung, grup peain drama, dan dapat juga
berarti segala bentuk tontonan yang di pentaskan di depan orang banyak.

Istilah drama juga dapat mengandung dua pengertian. Pertama yaitu drama sebagi text
play atau repertoire (naskah), yang kedua, drama sebagai theatre atau performance. Atar Semi
juga berpendapat bahwa drama pada umumnya mempunyai dua aspek yakni aspek cerita sebagai
bagian dari sastra, yang kedua adalah aspek pementasan yang berhubungan dengan seni lakon
atau seni teater (1993 : 157). Apabila menyebut istilah drama, maka kita berhadapan dengan dua
kemungkinan, yaitu drama naskah dan drama pentas. Keduanya bersumber pada drama naskah.
Oleh sebab itu pembicaraan tentang drama naskah merupakan dasar dari telaah drama.

2. Unsur-unsur drama
a. Plot
Plot sering disebut alur. Alur merupakan unsur drama yang dapat mengungkapkan
peristiwa-peristiwa melalui jalinan cerita yang berupa elemen-elemen yang dapat membangun
satu rangkaian cerita. Hal tersebut senada dengan pendapat Kenney (1996 : 14) : “plot reveals
events to us, not only in their temporal, but also in their causal relationships. Plot makes us
aware of events not merely as elements in a temporal series but also as an intricate pattern of
cause and effects.”

Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka awal hingga akhir yang merupakan jalinan
konflik antara dua tokoh yang berlawanan (Herman J. Waluyo, 2002 : 8). Atar semi juga
berpendapat bahwa alur dalam sebuah pertunjukan (drama) sama dengan novel atau cerita
pendek,yaitu rentetan dari awal sampai akhir (1993 : 161). Boulton juga mengatakan bahwa
plot berarti seleksi peristiwa yang disusun dalam urutan waktu yang menjadi penyebab
mengapa seseorang tertarik untuk membaca dan mengetahui kejadian yang akan datang
(Herman J. Waluyo, 2002 : 145). Lebih ringkas dari pendapatpendapat sebelumnya, Adjib
Hamzah mengatakan bahwa plot adalah suatu keseluruhan peristiwa di dalam senario (1985 :
96).
b. Penokohan
Penokohan atau perwatakan mempunyai hubungan yang sangat erat karena kedua unsur
tersebut berada pada objek yang sama yaitu tokoh atau suatu peran. Tokoh sering juga disebut
karakter. Kennedy mengatakan bahwa a character, then, is presumably an imagined person
who inhabits a story (1983 : 45). Dalam cerita, karakter diciptakan bukan tanpa maksud dan
tanpa dibarengi sesuatu yang mengelilingi atau melingkupinya. Suatu karakter lahir dalam
suatu cerita pasti membawa suatu “bentuk” atau “peran” tertentu.

Perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama (Asul
Wiyanto, 2004 : 27). Watak para tokoh digambarkandalam tiga dimensi (watak dimensional),
dan penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik, psikis, dan sosial (fisiologis, psikologis, dan
sosiologis) (Herman J. Waluyo, 2002 : 17). Yang termasuk dalam keadaan fisik tokoh adalah
umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmani, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut
muka. Kesukaan , tinggi atau pendek, kurus atau gemuk, dan sebagainya. Keadaan psikis
meliputi watak, kegemaran, mentalitas, standar moral, tempramen, ambisi, kompleks psikologi
yang dialami, keadaan emosinya dan sebagainya. Keadaan sosiologis meliputi jabatan,
pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi, dan sebagainya.
Orson Scott Card (2005 : 105-106) membagi tokoh menjadi tiga macam berdasarkan derajat
kepentingan tokoh dalam cerita.

1) Tokoh Figuran Tokoh-tokoh ini tidak dikembangkan sama sekali, mereka hanya merupakan
orang di latar belakang, dimaksudkan untuk memberi kesan realisme atau melakukan fungsi
sederhana, lalu hilang dan dilupakan.
2) Tokoh Sampingan Tokoh-tokoh ini mungkin memengaruhi plot, tetapi pembaca tidak
dimaksudkan terlibat secara emosional dengan mereka, baik secara negatif maupun positif.
Pada umumnya tokoh sampingan melakukan satu atau dua hal dalam cerita lalu hilang.
3) Tokoh Penting Kelompok ini mencakup ornag –orang yang kita pedulikan, kita cintai atau
membenci mereka, takut mereka atau berharap mereka berhasil. Mereka terus-menerus
muncul dalam cerita

c. Setting
Setting sering juga disebut latar cerita. Robert Stanton berpendapat bahwa latar adalah
lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan
peristiwa-peristiwa yang sedang belangsung (2007 : 35). Asul Wiyanto berpendapat bahwa
setting adalah 22 tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu adegan (2004 : 28). Hampir
senada dengan Asul Wiyanto, Herman J. Waluyo berpendapat bahwa setting biasanya meliputi
tiga dimensi, yaitu : tempat, ruang, dan waktu (2002 : 23). W.H. Hudson menyatakan bahwa
setting adalah keseluruhan lingkungan cerita yang meliputi adat istiadat, kebiasaan, dan
pandangan hidup (Herman J. Waluyo, 2002 : 198). Adapun mengenai fungsi setting,
Montaque dan Henshawmenyatakan tiga fungsi setting yakni mempertegas watak pelaku;
memberikan tekanan pada tema cerita; dan memperjelas tema yang disampaikan. Mengkaji
sebuah fiksi, latar pada hakikatnya memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas.
Abrams (burhan Nurgiyantoro, 2002 : 216) mengatakan bahwa latar merupakan tumpuan yang
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

d. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan
dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan dengan nada dasar dari sebuah drama
dan sudut pandangan yang dikemukakan oleh pengarangnya (Herman J. Waluyo, 2002 : 24).
Mengenai pramis, ia juga mengemukakan bahwa premis dapat juga disebut sebagai landasan
pokok yang menentukan arah tujuan yang merupakan landasan bagi pola konstruksi lakon.
Kennedy mengatakan bahwa the theme of story is whatever general idea or insight the entire
story reveals (1983 : 103). Lebih lanjut dikatakan in literary fiction, a theme is seldom so
obvious. tema-tema dalam sebuah cerita memang seringkali tidak dimunculkan secara eksplisit
melainkan secara implisit.

e. Dialog
Kekhasan dari gerne sastra ini adalah media dialog atau percakapan yang digunakan
dalam penyampaiannya. Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk cakapan atau
dialog (Herman J. Waluyo, 2002 : 20). Lebih lanjut lagi Herman J. Waluyo berpendapat
bahwa ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa yang komunikatif dan
bukan ragam bahasa tulis (2002 : 20). Senada dengan Herman J. Waluyo, Atar Semi juga
berpendapat bahwa dalam drama, ujaran mestilah lebih manarik dan ekonomis dibandingkan
dengan kenyataan sehari-hari (1993 : 164).
DAFTAR PUSTAKA

Widayati, Sri. 2020. Buku Ajar Kajian Prosa Fiksi. Sulawesi Tenggara: LPPM Universitas
Muhammadiyah Buton Press
Ahyar, Juni. 2019. Apa Itu Sastra. Yokyakarta: Deepublish Publisher

Anda mungkin juga menyukai