Anda di halaman 1dari 9

1.

Pengertian Cerpen

Cerita pendek merupakan satu karya sastra yang sering kita jumpai di berbagai media massa.
Namun demikian apa sebenarnya dan bagaimana ciri-ciri cerita pendek itu, banyak yang masih
memahaminya. Kita juga harus mengetahui apa itu cerpen, supaya kita bisa memahami dan
mengamalkan penulisan cerpen dalam kehidupan kita sehari-hari.

Menurut Suroto (1989:18), cerpen ialah suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa
kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Dalam karangan tersebut dapat pula
peristiwa lain tetapi peristiwa tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya hanya sekedar
sebagai pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti cerita hanya
dikonsentrasikan pada satu peristiwa yang menjadi pokok cerita.

Dari pendapat Suroto di atas, penulis dapat memberi ulasan mengenai pendapatnya tersebut,
bahwa cerpen adalah karangan prosa yang berisi sebuah cerita kehidupan manusia, dan manusia
itulah yang menjadi pelaku atau tokohnya. Dalam cerpen, terdapat satu peristiwa saja. Namun
biasanya ada peristiwa lain yang akan menjadi pendukung dari peristiwa pokoknya, sehingga
peristiwa-peristiwa lain tersebut tidak dikembangkan atau diceritakan secara mendalam. Jadi, hanya
satu peristiwa yang penjadi pokok suatu cerita. Tidak jauh berbeda dengan pengertian tersebut,
berikut ada pengertian lain menurut

ahli mengenai pengertian cerpen. Cerita pendek apabila diuraikan menurut kata yang
membentuknya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut, cerita artinya
tuturan yang membentang bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan pendek berarti kisah pendek
(kurang dari 10,000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada
satu tokoh dalam situasi atau suatu ketika (1988: 165).)

Dari pengertian cerpen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas, penulis dapar mengulas
pengertian tersebut yaitu, cerpen merupakan tuturan yang memaparkan bagaimana terjadinya
suatu peristiwa, yang memiliki kurang dari sepuluh ribu kata dan memberikan sebuah kesan tunggal
di dalamnya yang memusat dalam satu orang tokoh saja.

Tidak jauh berbeda pula dengan pengertian tersebut, dapat dibandingkan menurutpendapat ahli lain
mengenai pengertian cerpen, yaitu sebagai berikut. Menurut Nursito (2000:112), mengatakan
cerpen ialah cerita yang hanya menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan pelakunya
pendek. Cerita pendek merupakan cerita yang pendek, namun tidak setiap cerita yang pendek
digolongkan ke dalam cerpen.

Dari pendapat Nursito di atas, tidak jauh berbeda dengan pendapat menurut Suroto yang
mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang menceritakan satu peristiwa dari seluruh kehidupan
pelakunya yang pendek. Cerita itu pula tidak menceritakan banyak peristiwa, meskipun kehidupan
pelakunya memiliki banyak peristiwa penting. Karena cerita pendek ini hanya menceritakan satu
peristiwa kehidupan sang pelaku. Namun, menurut Nursito tidak setiap cerita yang pendek dapat
digolongkan ke dalam cerpen. Hal itu dikarenakan tidak semua cerita yang pendek menceritakan
sebuah peristiwa seorang tokoh. Melainkan dapat berupa sebuah cerita curahan, prosa, dll.

Dari pendapat Nursito di atas, berikut ada pendapat lain mengenai pengertian cerpen, yaitu
menurut Surana.

Menurut Surana (2001:68), cerita pendek menceritakan pokok persoalan yang sama dengan roman,
yaitu perikehidupan manusia. Hanya dalam cerpen tidak terdapat uraian yang panjang lebar. Yang
diceritakan adalah sejumput dari kehidupan yang menimbulkan pertikaian yang harus diselesaikan.
Dari pendapat Surana di atas, tidak jauh berbeda pula dengan pendapat-pendapat ahli lainnya, yaitu
cerpen adalah menceritakan pokok persoalan, yang meurutnya sama dengan roman yang sama-
sama menceritakan kehidupan manusia. Hanya saja, Surana mengatakan bahwa dalam cerpen tidak
terdapat uraian-uraian yang panjang seperti halnya dalam roman yang bercerita panjang lebar
tentang tokoh dalam cerita, Cerpen ini hanya menceritakan sejumput atau sebuah kehidupan pelaku
yang menimbulkan pertikaian dan pertikaian tersebut harus diselesaikan.

Dai pendapat di atas, dapat dibandingkan pengertian cerpen menurut ahli lain, yaitu pengertian
menurut Lailasari dan Nurlaila..Menurut Lailasari dan Nurlaila (2006:62), cerita pendek adalah suatu
karangan pendek yang berbentuk karangan naratif atau cerita prosa yang mengisahkan kehidupan
manusia yang penuh perselisihan, mengharukan, atau menggembirakan, dan mengandung kesan
yang sulit dilupakan.

Dari pendapat ahli di atas, penulis dapat mengulas pendapatnya mengenai cerpen. Cerpen dalam
pendapatnya ialah karangan pendek yang berbentuk karangan naratif atau cerita prosa yang
mengisahkan kehidupan manusia yang penuh perselisihan, memberikan cerita yang mengharukan,
atau cerita yang menggembirakan, dan bagi pembaca akan menimbulkan kesan-kesan yang sulit
dilupakan. Setelah pembaca membaca cerpen, maka akan menyisakan kesan yang akan selalu
diingat, sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam hidupnya.

Dari penjelasan pengertian cerpen di atas, dapat kita lihat pengertian menurut pendapat ahli lain
mengenai cerpen, sebagai berikut. Menurut H.B Jassin dalam Suroto (1989:18), sebuah cerita yang
memakan seratus

halaman tentu bukan sebuah cerpen. Ukuran yang digunakan dalam sebuah cerpen adalah
kesingkatan dan kepadatannya. Dengan kata lain, apa yang hendak disampaikan pengarang lewat
cerpennya benar-benar terasa.

Dari pendapat di atas, penulis dapat mengulas pendapatnya mengenai cerpen, yaitu cerpen tidak
memiliki halaman seratus atau lebih. Jika pada cerita terdapat halaman seratus atau lebih, maka
tidak termasuk cerpen. Melainkan ukuran cerpen yang digunakan ialah kesingkatan dan
kepadatannya. Sehingga tidak bertele-tele dalam penyampaian cerita, dan kesan yang akan didapat
oleh pembaca akan lebih terasa dan mudah dipahami. Dapat kita bandingkan dengan pendapat ahli
lain mengenai pengertian cerpen, yaitu sebagai berikut.

Cerpen menurut http://bayu-xp.blogspot.com/2012/03/pengertian-dan-ciri-ciri cerpen.html


Kepanjangan cerpen adalah cerita pendek. Cerpen adalah suatu cerita naratif fiktif yang dikarang
oleh sseorang. Cerpen bisa terinspirasi dari kisah nyata, atau bahkan hanya bayangan pengarang
atau fiksi. Atau mungkin hanya alur imajinasi dari pengarangnya, Dari pengertian cerpen di atas,
penulis dapat mengulas pendapat tersebut bahwa

cerpen adalah cerita naratif yang dikarang oleh seseorang yang terinspirasi dari kisah nyata atau
khayalan dari pengarangnya. Tidak jauh berbeda pula dari pendapat ahli di atas dengan pendapat
ahli berikut ini: Menurut Kosasi, dkk (2004:431), cerpen adalah karangan yang berbentuk prosa.

Dalam cerpen diceritakan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang

mengharukan, atau menyenangkan dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.

Dari pendapat ahli di atas, hampir sama dengan pendapat menurut Lailasari dan Nurlaila. Yang
menurutnya cerpen merupakan karangan yang berbentuk prosa, yang menceritakan sepenggal atau
sekelumit kehidupan tokoh yang mengandung pertikaian, peristiwa yang mengharukan, peristiwa
yang menyenangkan dan kesan-kesan yang terkandung tidak mudah dilupakan oleh pembaca.

Dari pendapat Kosasi di atas, tidak jauh berbeda dengan pengertian cerpen menurut ahli di bawah
ini..

Menurut Susanto dalam Tarigan (1984: 176), cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar
5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya
sendiri. Dari pendapat di atas, penulis dapat menjelaskan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang
panjangnya memiliki lima ribu kata dan kira-kira 17 halaman dalam menceritakan kisah tersebut,
dengan menggunakan kertas kuarto berspasi rangkap. Dapat kita lihat pengertian cerpen di bawah
ini sebagai pengetahuan mengenai cerpen. Sementara itu, Sumardjo dan Saini (1997: 37)
mengatakan bahwa cerita pendek

adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi
dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek). Dari pendapat ahli di atas, penulis
dapat mengulas pendapat Sumardjo dan Saini mengenai pengertian cerpen, yaitu cerpen merupakan
cerita atau parasi, yang bukan merupakan analisis argumentatif. Tetapi cerpen merupakan cerita
fiktif yang tidak benar benar ada dan terjadi, namun bisa terjadi di mana saja dan cerita itu sangat
pendek.

Setelah kita mengetahui pengertian cerpen menurut ahli di atas, tidak ada salah jika kita membuat
kesimpulan dari pengertian-pengertian tersebut guna untuk menambah pengetahuan kita. Jadi, dari
beberapa pendapat ahli di atas penulis dapat menyimpulkan pengertian dari cerpen. Para ahli telah
mengemukakan pendapatnya masing-masing mengenai pengertian cerpen. Dengan hal itu pula,
penulis memiliki kesimpulan tersendiri dari pengertian cerpen tersebut, yaitu cerpen merupakan
suatu karangan pendek, yang pada dasarnya hanya memiliki satu peristiwa, pertikaian serta
penyelesaiannya. Dalam cerpen juga hanya menceritakan satu orang tokoh saja, yaitu yang
dinamaakan dengan tokoh utama.

2. Sejarah Cerpen

Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan yang menghasilkan kisah-kisah terkenal, misalnya
Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama,
dan irama yang berfungsi sebagai alat untuk mendorong orang utnuk mengingat ceritanya. Bagian-
bagian singkat dari kisah-kisah ini dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan
pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita
tersebut telah disampaikan.

Cerita-cerita pendek modern sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19. Contoh awal dari
kumpulan cerita pendek termasuk dongeng-dongeng Grimm Bersaudara (1824 1826), Evenings on a
Farm Near Dikanka (1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and Arabesque (1836),
karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842) karya Nathaniel Hawthome.

Penerbitan cerpen di Malaysia sebagaimana yang dikatakan oleh Othman Puteh lebih banyak
terdapat dalam surat kabar dan majalah. Oleh karena itu, wajarlah jika dikatakan sebagai sastra
kesuratkabaran bahwa majalah dan surat kabar punya andilbesar dalam mempublikasikan cerpenhal
itu tidak terlepas dari peranan yang dimainkan sastrawan Asas 50.

Peta cerpen Malaysia tahun 1950-an ditandai dengan miskinnya penerbitan antologi cerpen. Safian
Husain, dkk, mencatat bahwa antolopgi cerpen yang terbit pada dasawarsa itu berjumlah sembilan
buah. Tujuh di antaranya terbit selepas 1955. Jadi, sebelum tahun 1955 antologi cerpen hanya terbit
dua buku, itupun berisi cerpen-cerpen hasil lombayaitu cerpen pemenang Peraduan Pengarang
cerita yang diselenggarakan Jabatan Pelajaran persekutuan masalah Melayu pada 1953 dan 1951.
Kesemarakan cerpen Malaysia masa itu justru terjadi

diberbagai majalah dan surat kabar. Keadaan itou tak dapat dilepaskan dari turadisi yang
melatarbelakangi penulisan cerpen. Otman Puiteh mengatakan "Cerpen-cerpen melayu selepas
perang Dunia II masih tetap dan terus populer hingga saat ini sebagai sastera persuratkabaran".

Tahap-tahap perkembangan itu mulai diperkenalkan pada tahun 1920, dan tumbuh dengan pesat
hingga tahun 1941. Agak tercatat perkembangannya sewaktu perkembangan fusis Jepang di
Semenanjung Tanah Melayu dari tahun 1942-1945. Kembali berkembang setelah perang Dunia II
pada tahun 1949 dan dari tahun 1950 hingga ke pertengahan tahun 1955 mulai mendapat defenisi
bentuk yang agak jelas dan konkrit. Cerpen juga digemari dan dimantapkan pada tahun-tahun
sebelum dan sesudah kemerdekaan malaysia 1955-1959.

3. Ciri-ciri Cerpen

Menurut Surana (2001:45), ciri-ciri cerpen ialah sebagai berikut: Pada umumnya cerita itu pendek

Yang ditampilkan dalam cerpen hanya hal-hal yang penting benar dan berarti

1.

2.

3.

4. Isinya singkat lagi padat Menggambarkan tokoh cerita menghadapi suatu pertikaian (konflik) dan
untuk

Menyelesaikannya

5. Sanggup meninggalkan suatu kesan dalam hati pembaca Dari ciri-ciri yang sebutkan oleh Surana di
atas, penulis dapat mengulas pendapatnya mengenai ciri-ciri cerpen bahwa cerpen pada umumnya
memiliki cerita yang pendek yaitu cerita yang tidak bertele-tele atau cerita yang terlalu banyak
penjabaran yang tidak penting untuk dituliskan. Cerpen menampilkan hal-hal yag sangat penting dan
ada artinya, tidak terbuat dari kalimat-kalimat yang tidak menimbulkan kesan pada pembaca. Isi dari
cerpen pun singkat dan paadat. Dalam cerpen hanya menggambarkan tokoh cerita yang menghadapi
peristiwa pertikaian dan di sanalah tokoh berusaha menyelesaikan pertikaiannya. Cerpen juga
mampu meninggalkan kesan yang mendalam pada hati pembacanya.

4. Unsur-unsur dalam Cerpen

Cerita fiksi seperti cerpen dan novel dapat kita analisis dengan dua segi, yaitu unsur

yang meleklat paada tubuh karya sastra itu sendiri (unsur intrinsik) dan unsur yang ada di luar tubuh
sastra itu sendiri (unsur ekstrinsik). Unsur insur intrinsik sebuah cerita fiksi mencakup tema, latar,
cara bercerita, alur, penokohan, suasana, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik yaitu nilai-
nilai yang terdapat dalam cerita itu sendiri.

A. Unsur intrinsik cerpen


a. Tema
Pengertian tema ialah permasalahan sebuah cerita yang terus menerus dibicarakan sepanjang cerita.
Seorang pengarang tidak menyebutkan apa yang menjadi tema dalam cerita, tapi hal itu dapat kita
ketahui setelah membaca cerita itu secara keseluruan. Dengaan kata lain, tema sebuah cerita
biasanya merupakan sesuatu yang tersirat bukan tersurat, yaitu tema dalam cerpen tidak dituliskan
namun hanya tersirat oleh pengarang dan kemusia dipahami oleh pembaca setelah membaca cerita
tersebut. Dari pernyataan di atas, penulis dapat mengulas pernyataan tersebut yang membahas
tentang tema, yaitu tem merupakan sebuah cerita yang dibicarakan secara terus menerus. Namun
dalam tema tidak tidak dituliskan secara langsung apa yang menjadi tema pada cerpen tersebut,
melainkan tema hanya dapat diketahui setelah pembaca membaca secara keseluruhan isi ceritanya.

b. Latar/setting

Latar atau setting adalah tempat dan waktu serta keadaan yang menimbulkan suatu peristiwa dalam
sebuah cerita. Sebuah cerita itu harus jelas di mana berlangsungnya dan kapan peristiwa itu terjadi.
Guna untuk memperjelas jalan cerita.

• Latar Tempat.

Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin
berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.

• Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

• Latar suasana

Latar suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang
timbul dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena
berlangsung dalam suasana tertentu,

Dari pernyataan di atas, penulis dapat mengulas, bahwa latar atau setting meupakan tempat dan
waktu serta keadaan yang ada dalam sebuah cerita. Dengan adanya latar atau setting akan
mempermudah pembaca memahami cerita tersebut.

c. Alur atau plot

Alpur atau plot adalah susunan peristiwa-peristiwa yang telah membentuk sebuah

cerita. Alur cerita sangatlah penting bagi sebuah cerpen dan merupakan sebuah kerangka karangan.
Secara sederhana plot terdiri atas tiga tahap yaitu thap perkenalan, tahap pertikaian dan tahap
penyelesaian. Menurut O. Setiawan Djuharie dan Suherli (2005:64), alur yang terdapaat dalam
cerpen atau fiksi ialah sebagai berikut:

• Alur maju

Alur maju adalah jalan cerita yang mengungkapkan peristiwa dari awal hungga akhir secara
berurutan.

• Alur mundur

Alur mundur adalah jalan cerita dari bagian akhir peristiwa kebagian awalnya.

• Alur keras
Alur keras adalah jalan cerita pada akhir dari akhir bagian peristiwa mengejutkan pembacanya atau
melenceng dari tebakan pembaca.

• Alur lembut

Alur lembut adalah alur cerita yang pada begian akhirnya mengecoh pembaca secara perlahan.

• Alut terbuka

Alur terbuka adalah jalan cerita yang menuntut pembaca ultmuk memngembangkan atau
meneruskan cerita berikutnya.

• Alur tertutup

Alur tertutup adalah jalan cerita yang tidak menuntut pembaca untuk tidak melanjutkan dalam
cerita yang dikisahkan oleh pengarang.

Dari pendapat pakar mengenai macam-macam alur di atar, penulis dapat mngulas pendapatnya
mengenai hal tersebut, bahwa alur yang ada dalam cerpen atau cerita fiksi ialah ada enam macam,
yaitu alur maju, alur mundur, alur keras, alur lembut, alur terbuka, dan alur tertutup. Namun yang
lebih terkenal dan lebih dipakai oleh kebanyakan orang, tentang alur ini hanya dua bentuk alur yaitu
alur maju dan alur mundur. Juga tidak sedikit pula ada yang mengatakan selain dua bentuk tersebut,
yang ketiganya adalah alur campuran atau alur yang di dalamnya terdapat dua bentuk yaitu alur
maju dan alur mundur.

d. Sudut pandang

Sudut pandang terdiri dari dua macam yaitu:

• Sudut pandang orang pertama yaitu pengarang memakai istilah aku dan saya dalam bercerita.

• Sudut pandang orag ketiga, yaitu pengarang biasanya menggunakan istilah dia atau memakai nama
orang. Dalam hal ini pengarang seolah-olah menjadi dalang dalam ceritanya.

Dari kedua sudut pandang di atas, dapat diulas bahwa sudut pandang yang dipakai dalam membuat
karangan cerpen atau karya fiksi itu memakai sudut pandang orang pertama, yang biasanya tampak
seperti pengarang menjadikan pembaca sebagai tokoh yang ada di dalam ceritanya, dan sudut
pandang orang ketiga, dan pada sudut pandang tersebut tampak pula pengarang sedang
menceritakan seseorang kepada pembaca.

e. Penokohan dan karakteristik

Penokohan menurut Djuharie (2005:65), ialah para pelaku yang terlibat di dalam cerita. Penokohan
berhasil jika tokoh-tokoh yang diketengahkan jelas dan tidak menyulitkan pembaca untuk mengingat
karena terlalu banyak yang ditonjolkan. Selain jelas penokohan juga harus menarik bagi pembaca.

Dari pengertian penokohan yang paparkan oleh Djuharie di atas, penulis dapat mengulas. bahwa
penokohan ialah semua pelaku yang ada di dalam cerita. Dalam pembentukan tokoh, haruslah jelas
dan tidak menyulitkan pembaca dalam memahami ceritanya. Maksudnya, dalam pemaparan tokoh
haruslah jelas, tokoh utama akan sering dibicarakan atau dipaparkan bagaimana kehidupan dan
pertikaian yang di alaminya. Namun, jika tokoh lain hanya disebut atau diceritakan hanya sekilas,
tidak terus-terusan seperti tokoh utama, yang dibicarakan dari awal cerita hingga berakhirnya cerita.
Jenis-jenis tokoh adalah sebagai berikut:

• Tokoh protagonis: mendukung cerita

• Tokoh antagonis: penentang cerita

• Tokoh tritagonis: tokoh pembantu, baik protagonis/antagonis

Dari jenis-jenis tokoh di atas, dapat diulas bahwa dalam penokohan suatu cerita pendek terdapat
tokoh ptotagonis sebagai tokoh utama atau tokoh putih, tokoh antagonis sebagai tokoh penentang
atau sering disebut dengan tokoh hitam, dan ada pula tokoh tritagonis sebagai tokoh pembantu dari
tokoh hitam atau tokoh putih.

Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat lahir (rupa, bentuk) dan sifat batin (watak, karakter).
Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui:

a. Tindakan, ucapan dan pikirannya

b. Tempat tokoh tersebut berada

c. Benda-benda di sekitar tokoh

d. Kesan tokoh lain terhadap dirinya Deskripsi langsung secara naratif oleh pengarang

Karakteristik menurut Djuharie (2005:65), ialah watak atau sikap setiap tokoh di dalam karangan
tersebut. Perwatakan ini dapat diungkapkan secara eksplisit oleh pengarang melalui pendeskripsian
setiap tokohnya, namun dapat juga diungkapkan secara implisit, melalui sikap tokoh-tokohnya
terhadap suatu konsep atau pandangan yang terdapat dalam suatu cerita. Sikap tokohnya
ditampilkan dalam dialog-dialog atau melaui tindakannya.

Dari pemaparan pakar di atas, dapat penulis ulas, bahwa karakteristik ialah sikap atau tingkah laku
setiap tokoh yang terlibat di dalam cerita dan biasanya dinamakan sebagai perwatakan tokoh. Dalam
perwatakan ini, pengarang dapat menguraikan watak tokoh dengan cara implisit atau eksplisit.
Implisit yaitu pengarang tidak memaparkan watak tokoh secara jelas atau secara langsung,
melainkan dengan cara yang tersimpul dan halus. Sedangkan eksplisit yaitu pengarang memaparkan
watak tokohnya secara langsung, tegas dan tidak berbelit-belit.

Ada dua macam cara untuk memperkenalkan tokoh dan karakteristik tokoh dalam fiksi, yaitu sebagai
berikut:

a. Secara analitik (langsung)

Pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan
bahwa seorang tokoh keras hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya.

b. Secara dramatik (tidak langsung)

Penggambaran perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi disampaikan melalui; pilihan
nama tokoh, penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku tokoh, keadaan
lingkungannya, dialog tokohdengan dirinya atau dengan tokoh lainnya. dan pola pikir saat
menghadapi masalah.

Ditinjau dari cara dan hasil penggambarannya, ada empat macam perwatakan, yaitu sebagai berikut:

• Perwatakan statis, yaitu pelukisan watak sang tokoh tetap tidak berubah-ubah dari awal sampai
akhir cerita.
• perwatakan dinamis, yaitu watak snag tokoh berubah atau berkembang dari waktu ke waktu dan
dari tempat ke tempat sesuai dengan situasi yang dimasukinya.

• Perwatakan datar, yaitu watak sang tokoh disoroti hanya dari satu unsure atau satu dimensi saja.

• Perwatakan bulat, yaitu watak sang tokoh dilukiskan dari segala aspek dan meliputi semua
dimensi, yaitu dimensi fisiologis, psikologis, dan sosial seperti yang terdapat pada tokoh nyata dalam
hidup sehari-hari.

f. Gaya bahasa

Gaya bahasa menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu
memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Gaya bahasa yang cermat dapat
menciptakan suasana yang berterus terang atau satiris, simpatik menjengkelkan atau emosional.
Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan
peperangan dan lain-lain. Bahasanya segar, komunikatif, mudah dipahami atau tidak berbelit-belit.

Seorang pengarang biasaya mempunyai gaya bahasa yang khas sehingga menghasilkan karyakarya
yang khas pula. Artinya, bagaimana cara seorang pengarang memilih tema. persoalan dan
menceritakanya dalam sebuah cerpen (Sudjiman dan Saini. 1991:92)

Dari pendapat ahli di atas dapat diulan, bahwa gaya bahasa merupakan cara pengarang
memaparkan suatu tema dalam cerita, yang dapat menghasilkan karya yang khas.

B. Unsur ekstrinsik cerpen

Unsur ekstrinsik cerpen merupakan unsur yang melatarbelakangi diluar cerita misalnya yaitu yang
berhubungan dengan Unsur-Unsur Kehidupan. Misalnya Unsur Sosial, dimana unsur sosial melatar
belakangi cerita tersebut dimana dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari misalnya kerjasama.
Unsur-unsur tersebut bisa anda tuliskan setelah anda membaca cerita tersebut. Tidak hanya unsur
sosial tetapi ada juga unsur agama, atau yang melatar belakangi kehidupan pengarang sehingga ia
ceritakan lewat sebuah tulisan.

Unsur ekstrinsik Cerpen adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
Nilai-nilai ekstrinsik dalam cerita yaitu (agama, budaya, sosial, moral)

a. Nilai Agama

Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran yang bersumber dari
agama tertentu. Sastra pada umumnya bertalian dengan religiusitas manusia dan humanisme.
Manusia alam dan religiusitas membentuk sistem kehidupan. Dalam teori klasik, alamlah yang
memberikan inspirasi menggerakkan hati dan tangan manusia dalam penciptaan sesuatu seperti
halnya menciptakan suatu karya yang bisa disebut karya sastra (Jarkasi, 2002:1). Dari pengertian di
atas dapat penulis ulas, bahwa nilai religius itu tidak pernah terlepas dari manusia dan masyarakat
yang membentuk seuatu kehidupan. Juga yang berisi inspirasi menggerakkan hati dan tangan
manusia utnuk menciptakan sesuatu jalan yang lebih baik.

b. Nilal Moral

Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai atau etika. Nilai
moral dalam cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral yang buruk jelek. Wujud
moral dalam karya fiksi dapat berupa hal-hal berikut:
1. hubungan manusia dengan dirinya sendiri:
2. hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial.
3. hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya;
4. hubungan manusia dengan Tuhannya.

Pesan moral yang sampai kepada pembaca dapat ditafsirkan berbeda beda oleh pembaca. Hal ini
berhubungan dengan cara pembaca mengapresiasi isi cerita. Pesan moral tersebut dapat berupa
cinta kasih, persahabatan, kesetiakawanan sosial, sampai rasa takjub kepada Tuhan. Untuk melatih
Anda mengenal unsur moral dalam cerita fiksi.

c. Nilai Budaya

Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan kebiasaan/tradisi/adat-istiadat yang berlaku
pada suatu daerah. Dari pengertian di atas, penulis dapat mengulas bahwa nilai budaya itu
merupakan nilai kebiasaan, tradisi atau adat istiadat yang ada dalam suatu masyarakat..

d. Nilai Sosial

Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu

dalam masyarakat. Latar belakang kehidupan pengarang dan situasi sosial ketika cerita itu
diciptakan.

Dari pengertian di atas, penulis dapat mengulas bahwa nilai sosial adalah nilai-nilai yang
berhubungan dalam kehidupan bermasyarakat atau sebuah latar belakang pengarang ketika cerita
itu diciptakan.

Anda mungkin juga menyukai