1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan bentuk eksternalisasi pada cerpen “Robohnya Surau Kami”
karya AA Nafis.
2. Untuk mendeskripsikan bentuk objektivasi pada cerpen “Robohnya Surau Kami”
karya AA Nafis.
3. Untuk mendeskripsikan bentuk internalisasi pada cerpen “Robohnya Surau Kami”
karya AA Nafis.
1.4 Manfaat
1. Dapat memberikan pengetahuan akan bentuk eksternalisasi, objektivasi, dan
internalisasi yang direpresentasikan dalam cerpen.
2. Dapat menjadi referensi lebih bagi peneliti yang relevan dalam hal mengkaji teori
konstruksi realitas sosial.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Cerita Pendek
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan
sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau
menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004:
431). Cerpen atau dapat disebut juga dengan cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa
naratif fiktif. Cerpen cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan
karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novelet dan novel.
Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang memaparkan kisah atau cerita
mengenai manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek dan singkat. Atau pengertian
cerpen yang lainnya yaitu sebuah karangan fiktif yang berisi mengenai kehidupan seseorang
ataupun kehidupan yang diceritakan secara ringkas dan singkat yang berfokus pada suatu
tokoh saja. Menurut KBBI, cerpen berasal dari dua kata yaitu cerita yang mengandung arti
tuturan mengenai bagaimana sesuatu hal terjadi dan relatif pendek berarti kisah yang
diceritakan pendek atau tidak lebih dari 10.000 kata yang memberikan sebuah kesan dominan
serta memusatkan hanya pada satu tokoh saja dalam cerita pendek tersebut.
Sedangkan menurut Nugroho Notosusanto dalam Tarigan. Cerpen atau cerita pendek
yaitu sebuah cerita yang panjang ceritanya berkisar 5000 kata atau perkiraan hanya 17 hlm
kuarto spasi rangkap serta terpusat pada dirinya sendiri. Cerpen ialah sebuah cerita yang
singkat yang harus memiliki bagian terpenting yakni perkenalan, pertikaian, serta
penyelesaian. Pendapat orang tentang cerpen sangat berbeda, masing-masing pendapatnya
sangat baik dan memiliki perbedaanuntuk itu saya berpendapat cerpen ialah suatu karangan
yang berkisah pendek yang mengandung kisahan tungal, menurut pendapat H. B. Jassin
(2003: 89).
Bentuk eksternalisasi dapat kita petik dari kutipan diatas yang menunjukkan individu
kakek hidup berdasarkan lingkungan masyarakat memperlakukannya. Sebagai garin dan juga
sebagai pengasah pisau. Individu kakek tumbuh menjadi pribadi yang sabar dan ikhlas karena
lingkungan masyarakat sekitarnya pun bahkan tidak memberi imbalan yang pantas atas kerja
keras kakek. Lebih sering hanya memberi imbalan ucapan terima kasih dan sedikit senyum.
3.2 Objektivasi
Bagi Berger, masyarakat adalah produk manusia, berakar pada fenomena eksternalisasi.
Produk manusia (termasuk dunianya sendiri), kemudian berada di luar dirinya,
menghadapkan produk-produk sebagai faktisitas yang ada di luar dirinya. Meskipun semua
produk kebudayaan berasal dari (berakar dalam) kesadaran manusia, namun produk bukan
serta-merta dapat diserap kembali begitu saja ke dalam kesadaran. Kebudayaan berada di luar
subjektivitas manusia, menjadi dunianya sendiri. Dunia yang diproduksi manusia
memperoleh sifat realitas objektif (Berger, 1994: 11–12).
Egois, fanatis, tanah subur tapi penduduknya miskin
Bentuk objektivasi dapat ditemukan sebagaimana dalam kutipan cerpen Robohnya Surau
Kami dibawah ini.
“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap- Mu ini adalah umat-Mu yang
paling taat beribadat, yang paling taat menyem-bah-Mu. Kamilah orang-orang yang
selalu menyebut nama- Mu, me-muji-muji kebesaran-Mu, memprogandakan keadilan-Mu,
dan lain-lain-nya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun kami
membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah kami Engkau panggil
kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebe-lum terjadi hal-hal yang tak
diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar
hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke
surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.” (Nafis, 2010)
Bentuk objektivasi dapat dilihat pada kutipan cerpen di atas yang menunjukkan bahwa
individu Haji Saleh dalam cerita si pembual menerangkan dirinya pada Tuhan bahwa ia
adalah objek atas segala kuasa-Nya. Haji Saleh mengatakan bahwa dirinya serta semua umat
yang di masukkan dalam neraka adalah objek yang selalu taat atas perintah-Nya, selalu
berbuat kebaikan agar mendapat belas kasih-Nya, sehingga Haji Saleh pada akhirnya
menuntut balas atas kepatuhannya pada Tuhan.
3.3 Internalisasi
Berger mengungkapkan yang dimaksud dengan internalisasi yakni suatu pemahaman atau
penafsiran individu secara langsung atas peristiwa objektif sebagai pengungkapan makna.
Berger dan Luckmann (1990:87) menyatakan, dalam internalisasi, individu
mengidentifikasikan diri dengan berbagai lembaga sosial atau organisasi sosial di mana
individu menjadi anggotanya. Internalisasi merupakan peresapan kembali realitas oleh
manusia dan mentransformasikannya kembali dari struktur-struktur dunia objektif ke dalam
struktur-struktur kesadaran subjektif (Berger, 1994:5). Bentuk internalisasi dapat ditemukan
sebagaimana dalam kutipan cerpen Robohnya Surau Kami dibawah ini.
“Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia dibawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang
dikehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap. Alangkah tercengang
Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus,
merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua
orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada
salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu
Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi
sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak mengerti juga.” (Nafis, 2010)
Bentuk internalisasi dapat dilihat dari kutipan cerita pendek diatas yang menunjukkan
bahwa sikap dan perilaku dari masyarakat dipengaruhi oleh karakter tiap individu-individu
yang ada didalamnya. Seperti yang terepresentasikan pada kutipan bahwa yang menghuni
neraka adalah kaum yang melakukan perbuatan salah atau dosa. Sehingga didalam neraka
tidak ada yang namanya kebaikan, yang ada hanya hukuman. Begitulah ketika individu
berkumpul dan melakukan hal-hal yang menyimpang, maka bisa menumbuhkan kumpulan
masyarakat yang menyimpang pula.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cerita pendek yang berjudul Robohnya Surau Kami merupakan cerpen yang mengandung
konstruksi sosial. Pelajaran mengenai eksternalisasi, dimana kaidah manusia diperoleh dari
faktor luar dirinya sendiri, kendali ada pada bagaimana masyarakat sekitar membentuk sikap
dan sifat dari individu, serta internalisasi yang menganggap kaidah manusia berasal dari
bagaimana perilaku masyarakat diawali oleh masing-masing karakter individu yang ada
didalamnya. Begitu pula pengetahuan akan objektivasi juga terepresentasikan dalam cerpen
tersebut. Konstruksi sosial oleh Berger dan Lukman sangat mendukung struktur cerpen
tersebut.
4.2 Saran
Bagi penulis, makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Penulis menghimbau agar
pembaca dapat mengkritisi kekurangan yang terdapat dalam makalah ini berdasarkan oleh
acuan yang lainnya.
Daftar Acuan
Berger, Peter L. & Thomas Luckmann 1990. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang
Sosiologi Pengetahuan (diterjemahkan dari buku asli The Social Construction of
Reality oleh Hasan Basari). Jakarta: LP3ES.
Berger, Peter L. & Thomas Luckmann 1992. Pikiran Kembara: Modernisasi dan Kesadaran
Manusia (diterjemahkan dari buku asli The Homeless Mind: Modernization and
Consciousness). Yogyakarta: Kanisius.
Berger, Peter L. & Thomas Luckmann 1994. Langit Suci: Agama sebagai Realitas Sosial
(diterjemahkan dari buku asli Sacred Canopy oleh Hartono). Jakarta: Pustaka LP3ES.
Dimyati, Mohammad. 2000. Penelitian Kualitatif: Paradigma, Epistemologi. Pendekatan,
Metode, dan Terapan (Malang: IPTI dan UNM)
Manuaba, I.B. Putera. 2008. Memahami Teori Konstruksi Sosial. Jurnal Masyarakat
Kebudayaan dan Politik. Vol 21. No 3. Pg 221-230.
Navis, AA. 2010. Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia.