Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kalau kita berbicara tentang studi sastra, hal yang tidak boleh ditinggalkan

adalah pembicaraan tentang karya sastra itu sendiri. Tanpa ada karya sastra, kita tidak

mungkin berbicara tentang studi sastra. ( Selden dalam Siswanto, 2013:59)

mengemukan bahwa karya sastra merupakan kehidupan kreatif seorang penulis dan

mengungkapkan pribadi pengarang.

Merujuk pada pendapat Lilis ( 2009:315) yang menyatakan bahwa sastra

adalah:

Ungkapan sastrawan hasil dari pengalaman dan penghayatan terhadap

kehidupan, sehingga dalam sastra terkandung pandangan, penilaian, dan

penafsiran sastrawan tentang kehidupan. Dengan demikian, sastra

diharapkan membantu pembacanya untuk lebih memahami nilai-nilai yang

terkandung dalam kehidupan dan menumbuhkan kepekaan sosial. Nilai- nilai

yang termuat dalam karya sastra sangat beragam, misalnya nilai moral, nilai

kemanusiaan, dan nilai patriotisme.


Dengan demikian, Kajian untuk kepentingan penulisan skripsi ini dilakukan

terhadap sebuah novel yang berjudul Komodo Inside: Eleanor, nantikan

kedatanganku karya Yuditeha. Novel ini diterbitkan tahun 2014 oleh PT

Gramedia Widisarana Indonesia. Penggunaan novel Komodo Inside: Eleanor,

nantikan kedatanganku karya Yuditeha tersebut sebagai bahan kajian skripsi ini

didasarkan atas pertimbangan bahwa novel tersebut selain memiliki unsur-unsur

intrinsik yang cukup menarik , juga secara fiktif menawarkan sebuah refleksi

tentang nilai-nilai kehidupan sosial dalam bentuk dukungan sosial.

Apresiasi serius yang dilakukan penulis yaitu dengan membaca secara

intensif isi novel Komodo Inside: Eleanor, nantikan kedatanganku karya

Yuditeha tersebut. Salah satu nilai yang sangat menarik yang ditunjukan adalah

tentang struktur alur yang yang tidak beraturan dan bentuk dukungan sosial yang

dibangun atas dasar relasi sosial tokoh dan dalam bentuk percakapan tokoh-

tokoh dalam novel.

Selain unsur kemenarikan sebagaimana dipaparkan di atas, beberapa

komentar yang diberikan para pemerhati sastra terhadap novel ini dipahami

sebagai sebuah gambaran singkat tentang kebudayaan yang ada di pulau Komodo.

Karateristiknya adalah gaya bahasa bermajas metafora di setiap paragraf awal

sesion, hal ini mendukung suasana untuk membangun citraan dalam setiap scene.

Bahasanya sangat mudah dicerna oleh pembaca. Novel dapat dikatakan keluar

dari teenlit yang ada dibelakangan ini, namun bisa menjadi inspirasi bagi yang

belum mengenal Komodo. Novel Komodo Inside : Eleanor, nantikan


kedatanganku Karya Yuditeha memberikan sesuatu yang baru yang didasari atas

style dan citraan.

Citraan yang digunakan sebagai kajian novel ini adalah citraan-citraan

menggambarkan suasana cerita untuk menciptakan fakta dalam kehidupan yang

dibangun pengarang untuk pembaca. Citraan yang paling dominan adalah tentang

kesadaran dan keadaan sekitar tokoh. Menurut Ma’ruf ( 2009:9) style adalah cara

mengungkapkan gagasan dan perasaan dengan bahasa khas sesuai dengan

kreatifitas, kepribadian dan karakter pengarang untuk mencapai efek tertentu yakni

efek estetik atau kepuitisan dan efek penciptaan makna

Novel Komodo Inside: Eleanor, nantikan kedatanganku karya Yuditeha

Novel ini mewakili gejolak kaum milenial yang suka traveling yang tidak

mempunyai referensi tentang suatu wilayah khusus pulau Komodo. Penyajian

dalam novel ini menggunakan metode showing ( tidak langsung ). Metode

showing adalah metode yang memperlihatkan pengarang menempatkan diri di luar

kisahan dengan memberikan kesempatakan pada tokoh untuk menampilkan

perwatakan mereka melalui dialog dan action (pickering dan Hoeper, 1981:27).

Apresiasi pun dilatarbelakangi oleh citraan yang dibangun pengarang untuk

mengekspos nilai- nilai kehidupan sosial dan kesadaran manusia terhadap pola

tingkah laku, relasi, dan pemenuhan tanggung jawab terhadap pribadi maupun

kelompok. Ini menjadi representasi terhadap cipta rasa karya sastra yang dibangun

atass kesadaran kolektif budaya dan fakta sosial masyarakat. Acuan yang lain

pemilihan novel Komodo Inside: Eleanor, nantikan kedatanganku karya


Yuditeha ini dikarenakan struktur alur ( plot dan pemplotan) yang cukup menarik

karena tidak berurutan. Atas pertimbangan tersebut, skripsi ini diberi judul

“Struktur Alur dan Dukungan Sosial Tokoh Dalam Novel Komodo Inside:

Eleanor, nantikan kedatanganku karya Yuditeha”.

B. FOKUS PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus pada struktur Alur dan dukungan

sosial tokoh yang ada dalam Komodo Inside: Eleanor, nantikan kedatanganku

karya Yuditeha. Alasan Penulis melakukan penelitian tentang struktur alur dan

dukungan sosial dalam novel Komodo Inside: Eleanor, nantikan kedatanganku

karya Yuditeha karena alur novel ini memiliki rangkaian peristiwa yang

penyusunannya bervariasi dan tidak beraturan dan juga menggambarkan tentang

tanggung jawab dan rasa persaudaraan yang kuat yang kemudian menjadi takdir

pada sebuah perjumpaan kekal ( cinta). Untuk memperoleh hasil analisis tentang

struktur alur dan dukungan sosial yang bangun tokoh, penelitian ini didahului oleh

analisis unsur instrinsik novel. Dari uraian tersebut, dapat dirumuskan

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana struktur

alur Komodo Inside: Eleanor, nantikan kedatanganku karya Yuditeha? Kedua,

bagaimanakah wujud dukungan sosial terepresentasi dalam Komodo Inside:

Eleanor, nantikan kedatanganku karya Yuditeha? Adapun tujuan dari penelitian

ini yaitu mendeskripsikan (1) struktur alur novel Komodo Inside: Eleanor,

nantikan kedatanganku karya Yuditeha, dan (2) wujud dukungan sosial tokoh
terrepresentasi dalam novel Komodo Inside: Eleanor, nantikan kedatanganku

karya Yuditeha dari perspektif sosiolinguistik.

C. Landasan Teori

1. Teori Struktural

Sebuah teks sastra, menurut kaum strukturalis adalah sebuah totalitas yang

dibangun secara koherensi oleh berbagai unsur pembangunya. Di satu pihak,

struktur karya sastra dapat diartikansebagi susunan, penegasan, dan gambaran

semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama

membentuk kebulatan yang indah ( Abrams dalam Nurgiyantoro, 2015:57).

Struktur dalam sebuah karya menunjukan adanya hubungan antarunsur baik

instrinsik maupun ekstrinsik. Setiap teks kesastraan memiliki sebuah struktur yang

unik dan khas yang menandai kehadirannya. Unsur yang saling berhubungan

itulah yang menjadikan teks sastra menjadi bermakna, masuk akal, dan logis.

Dengan itu struktur dapat dipahami sebagai sistem aturan yang menyebabkan

berbagai elemen itu membentuk sebuah kesatuan yang “bersistem” sehingga

menjadi bermakana ( Ryan dan Tyson dalam Nurgiyantoro, 2015:58).

Struktur mempunyai sifat: Totalitas, Transformatif, Otoregulatif. Studi (kajian)

sastra struktural tidak memperlakukan sebuah karya sastra tertentu sebagai objek

kajiannya. Yang menjadi objek kajiannya adalah sistem sastra, yaitu seperangkat

konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur hubungan berbagai unsur dalam

teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam
keseluruhan yang utuh. Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu

bersifat sosial dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu, namun studi sastra

struktural beranggapan bahwa konvensi tersebut dapat dilacak dan dideskripsikan

dari analisis struktur teks sastra itu sendiri secara otonom, terpisah dari pengarang

ataupun realitas sosial.

Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan

secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang

secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisi struktural tidak

cukup dilakukan hanya mendata unsur tertentu sebuah karyafiksi, misalnya antara

unsur pembangun dari sebuah novel seperti,plot, tema,penokohan dan latar.

Namun yang lebih penting adalah bagaimana mengaitkan antarunsur itu

2. Teori Struktur Novel

Struktur berasal dari kata struktura (bahasa latin) yang berarti bentuk atau

bangunan. Strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur yaitu struktur itu

sendiri dengan mekanisme antar hubungannya, hubungan unsur yang satu dengan

yang lainnya, dan hubungan antar unsur dengan totalitasnya. Strukturalisme sering

digunakan oleh peneliti untuk menganalisis seluruh karya sastra, di mana kita

harus memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra tersebut.

Stuktur yang membangun sebuah karya sastra sebagai unsur estetika dalam dunia

karya sastra antara lain: alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan

amanat (Ratna, 2004:19-94).


Sebagai sebuah rekaan, novel memiliki konvensinya sendiri, yaitu konvensi

sastra sesuai “watak otonom” bahwa karya sastra merupakan keseluruhan yang

bulat, berdiri sendiri, otonom, dan yang harus kita pahami dan tafsirkan pada

dirinya sendiri, sebuah dunia rekaan yang tugasnya satu saja: patuh-setia

pada dirinya sendiri (Teeuw, 1984: 11). Novel sebagai sebuah karya fiksi

menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan,

dunia imajiner, yang dibangun melalui unsure intrinsiknya seperti peristiwa, plot,

tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya, tentu

saja, juga bersifat imajiner (Nurgiantoro, 1995:4).

Analisis yang seksama dan menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsur

yang membangun teks sastra dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan

tentang sistem sastra (http://ogiecellalolo.blogspot.com, diakses 27 Juli 2015).

Unsur-unsur sebuah karya sastra merupakan pembangun yang menjadi tolak ukur

sebuah karya sastra.

3. Teori Struktur Alur

Unsur-unsur pembangun dalam sebuah novel seperti, plot, tema, penokohan,

dan latar secara umum dikatakan lebih terperinci dan kompleks. Hal demikian

dikemukan pada pembicaraan berikut:

a. Alur

Alur biasa juga disebut plot. Plot merupakan rangkaian peristiwa yang

disusun secara logis dan kronologis, saling berkaitan dan yang diakibatkan atau
dialami oleh para pelaku. Ini merupakan salah satu unsur terpenting didalam

unsur fiksi yang lain. ( Kenny dalam Nurgiyantoro, 2015:167), menyatakan

bahwa alur/plot adalah peristiwa – peristiwa yang ditampilkan dalam cerita

yang tidak bersifat sedehana karrena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa

itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Lebih lanjut dikatakan bahwa plot adalah

pola peritiwa dan situasi dalam teks fiksi atau drama yang diseleksi dan disusun

dengan penekanan adanya hubungan kausalitas dan efek untuk membangkitkan

suspense dan surprise pada pembaca.

Dapat ditarik benang merah bahwa plot adalah rangkaian cerita yang

mengandung konflik yang telah disiasati oleh pengarang untuk menumbuhkan

emosional pembaca dan mengarahkan pembaca memasuki efek alur yang

diceritakan.

Nurgiyantoro (2013:173-174) mengungkapkan dalam pengembangan

plot cerita, eksistensi plot itu sendiri sangat ditentukan oleh tiga unsur yang

amat esensial yaitu: Peristiwa, konflik, dan klimaks.

a. Peristiwa

Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan

ke keadaan yang lain( Luxemburg dkk dalam Nurgiyantoro, 2013: 77).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dibedakan kalimat-kalimat

tertentu yang menampilkan peristiwa dengan yang tidak sama.

Misalnya antara kalimat yang mendeskripsikan tindakan tokoh dengan


kalimat yang mendeskripsikan ciri-ciri fisik tokoh. Peristiwa-peristiwa

yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi pastilah banyak sekali,

namun tidak semua peristiwa tersebut berfungsi sebagai pendukung

plot. Itulah sebabnya, untuk menentukan peristiwa-peristiwa

fungsional dengan yang bukan diperlukan penyeleksian, atau tepatnya

analisis peristiwa.

b. Konflik

Konflik mengacu pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak

menyenangkan  yang terjadi dan atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita,

yang jika tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, ia

(mereka) tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya (Meredith

& Fitzgerald, 1972:27). Konflik adalah sesuatu yang dramatik,

mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan

menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.

Bentuk konflik sebagai bentuk kejadian dapat dibedakan ke

dalam dua kategori: konflik fisik dan konflik batin. Pertama, Konflik

fisik (eksternal) adalah konflik yang terjadi antara seseorang tokoh

dengan sesuatu di luar dirinya, mungkin dengan tokoh lain atau

dengan alam. Misalnya, konflik dan atau permasalahan yang

dialami seorang tokoh akibat adanya banjir besar, gunung meletus,

kemarau panjang, dan sebagainya.  Kedua, Konflik sosial, sebaliknya


adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial

antarmanusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat hubungan

antarmanusia. Konflik sosial berupa masalah peperangan, perburuhan,

atau kasus-kasus hubungan sosial lainnya. Konflik batin (internal)

adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh (atau tokoh-

tokoh) cerita.

Dapat disimpulkan bahwa beberapa konflik di atas saling

berkaitan, saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, dan

dapat terjadi secara bersamaan. Konflik dan klimaks merupakan hal

yang amat penting dalam struktur plot, keduanya merupakan unsur

utama pada karya fiksi. Konflik demi konflik, baik internal maupun

eksternal, jika mencapai titik puncak menyebabkan terjadinya klimaks.

Dengan demikian, terdapat kaitan erat dan logis antara konflik dengan

klimaks. Klimaks dimungkinkan ada dan terjadi jika ada konflik.

Namun, tidak semua konflik harus mencapai klimaks. Hal itu mungkin

sejalan dengan keadaan bahwa tidak semua konflik harus mempunyai

penyelesaian.

Masalah itu harus dilihat apakah konflik itu merupakan konflik

utama ataukah konflik (konflik) tambahan sebuah konflik yang lebih

disebabkan, dialami, dan dilakukan oleh tokoh (tokoh) tambahan.

Sebuah konflik akan menjadi klimaks atau tidak (diselesaikan atau

tidak), dalam banyak hal dipengaruhi oleh sikap, kemauan, dan tujuan
pokok pengarang dalam membangun konflik sesuai dengan tuntutan

dan koherensi cerita.

c. Klimaks

Klimaks, menurut Stanton (1965:16), adalah saat konflik telah

mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat (hal) itu merupakan

sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Artinya, berdasarkan

tuntutan dan kelogisan cerita, peristiwa dan saat itu memang harus

terjadi, tidak boleh tidak. Klimaks merupakan titik pertemuan antara

dua (atau lebih) hal (keadaan) yang dipertentangkan dan menentukan

bagaimana permasalahan (konflik) itu akan diselesaikan. Sebagai

bahan perhatian dan pertimbangan, klimaks (utama) sebuah cerita akan

terdapat pada konflik utama, dan hal itu akan diperani oleh tokoh-

tokohutama cerita.

Selain tiga unsur esensial diatas, hal paling penting dalam menganalisis struktur

alur adalah mengetahui tahapan-tahapan alur itu sendiri. Tahap- tahap dijelaskan

sebagai berikut:

a. Tahap perkenalan/Eksposisi
Tahap perkenalan/eksposisi adalah tahap permulaan suatu cerita yang

dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan (perkenalan

para tokoh, reaksi antarpelaku, penggambaran fisik, penggambaran tempat).

b. Tahap pertentangan/Konflik

Tahap pertentangan/konflik adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan

antara pelaku-pelaku (titik pijak menuju pertentangan selanjutnya).

c. Tahap penanjakan konflik/Komplikasi

Tahap penanjakan konflik/komplikasi adalah tahap dimana ketegangan

mulai terasa semakin berkembang dan rumit (nasib pelaku semakin sulit

diduga, serba samar-samar).

d. Tahap klimaks

Tahap klimaks adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak

(perubahan nasip pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang dugaan itu tidak

terbukti pada akhir cerita).

e. Tahap penyelesaian

Tahap penyelesaian adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan

tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu.

Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya

menggantung, tanpa ada penyelesaian.


Nurgiyantoro ( 2013:188) menyatakan empat kaidah dalam pemplotan yang

meliputi:

1. Plausible, menunjukan pengertian pada suatu hal yang dapat dipercaya

sesuai logika cerita. Plot sebuah cerita harusnya dapat dipercaya itu juga

merupakan hal yang esensial dalam cerita fiksi yang konvesional.

2. Suspense, suspense menunjukan adanya perasaan semacam kurang pasti

terhadap peristiwa- peristiwa yang terjadi.

3. Susprise, surprise adalah sebuah cerita yang dapat membangkitkan rasa

ingi tahu pembaca, juga mampu memberikan kejutan sesuatu yang bersifat

mengejutkan.

4. Kesatupaduan, kesatupaduan menunjukan pada pengertian bahwa sebagai

unsur yang ditampilkan, khususnya peristiwa- peristiwa dan konflik, serta

seluruh pengalaman kehidupan yang hendak dikomunikasikan, memeiliki

keterkaitan dengan yang lain.

Untuk memperoleh sebuah keutuhan plot cerita, Aristoteles mengemukakan

bahwa sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal (beginning) yaitu berisi

sejumblah informasi untuk tahapan selanjutnya, tahap tengah (middle) yaitu tahap

pertikaian atau konflik yang sudah diperkenalkan, dan tahap akhir ( end) yaitu

tahap pelarian dengan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Tahapan pemplotan

seperti yang dijelas oleh aristoteles dapat juga digambarkan dalam bentuk

diagram. Diagram struktur yang dimaksud adalah, biasanya didasarkan pada

urutan kejadian secara kronologis. Jadi, diagram tersebut sebenarnya lebih


menggambarkan struktur plot jenis progesig- konvesional teoritis.

Misalnya,diagarm yang digambarkan oleh Jones dalam Nurgiyantoro, 2013:210)

seperti ditunjukan dibawah ini:

Gambar 1. Struktur Plot

Diagram gambar I menggambarkan perkembangan plot yang runut dan

kronologis. Jadi, keadaan itu sesuai betul dengan tahap-tahap pemplotan yang

secara teoritis- konvesional itu. Pada kenyataannya plot Cerita sebuah karya sastra

terutama novel, terlebih muncul kemudian,urutan kejadiannya ditampilkan tidak

secara linear kronologisnya. Jika digambarkan wujud diagram pun tidak akan

sama dengan yang lain.

Oleh karena itu, disamping menerima diagram di atas yang sebenarnya berasal

dari Aristoteles, Rodrigues dan Badaczewski Nurgiyantoro ( 2013:211) juga

menggambarkan diagram plot yang memiliki satu (kemungkinan) klimaks seperti

gambar dibawah ini ( penomoran a,b,c dari saya, dan puncak-puncak itu aslinya

berbentuk sudut).
B
A

Gambar 2. Kemungkinan Klimaks dalam sebuah novel

Walaupun sama-sama dipandang sebagai klimaks puncak a,b,dan c tentunya

tidak sama kadar klimaksnya. Pada gambar diatas misalnya, Klimaks b merupakan

klimaks yang paling intensif.

b. Tokoh dan Penokohan

Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-

tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Penokohan

adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-

tokoh dalam cerita. Sedangkan, menurut Jones dalam (Nurgiantoro, 2015:248)

penokohan adalah pelukisan gambar yang jelas tentang seorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita.

Tokoh menurut Nurgiyantoro (1995:173) adalah pelaku, sekaligus

penderita kejadian dan penentu perkembangan cerita baik itu dalam cara

berfikir, bersikap, berperasaan, berperilaku, dan bertindak secara verbal


maupun non verbal. Tokoh sendiri dapat dibedakan menjadi tokoh utama,

protagonis, antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu.

 Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya

dalam sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai

kejadian, termasuk, konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi

perkembangan plot.

 Tokoh Protagonis

Altenbernd dan Lewis, sebagaimana yang dikutip

Nurgiantoro,1995:4) mengartikan tokoh protagonis sebagai tokoh

yang kita kagumi, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma

norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.

 Tokoh Antagonis

Tokoh Antagonis yaitu tokoh atau pelaku yang

menentang tokoh protagonis sehingga terjadi konflik dalam cerita

(Nurgiantoro, 1995:4).

 Tokoh Tritagonis

Tokoh Tritagonis yaitu tokoh yang menjadi penengah antara

pelaku protagonis dan antagonis (Nurgiantoro, 1995:4)


 Tokoh Pembantu atau Tambahan

Tokoh Pembantu atau Tambahan yaitu pelaku yang bertugas

membantu pelaku utama dalam rangkaian mata rantai pembantu,

mungkin berperan sebagai pahlawan, mungkin juga sebagai

penentang atau sebagai penengah jika terjadi konflik.

c. Tema

4. Pengertian Novel

Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan

cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik

dan ekstrinsik. Novel biasa menceritakan tentang kehidupan manusia dalam

berinteraksi dengan lingkungan dan sesamannya. Porsi pengarang adalah

membangun imajinasi pembaca untuk merunut siklus kehidupan yang dibangun

dalam novel itu.

Menurut sudjiman ( 1985:53), novel adalah prosa rekaan yang panjang dengan

menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilakan serangkaian peristiwa dan latar

secara kronologis. Menurut Khasana Kesusastaraan Indonesia Modern, novel

berbeda dengan roman. Roman menyajikan alur peristiwa yang lebih kompleks

dan jumlah pemeran yang juga lebih banyak. Itulah yang membedakan antara

roman dan novel, novel penyajian alur cerita dan tokoh cerita yang ditampilkan

dalam cerita tidak terlalu banyak. Membaca sebuah novel, untuk sebagian ( besar)

orang hanya menikamti cerita yang disuguhkan. Mereka hanya mendapat kesan

secara umum dan samar tentang plot dan bagian cerita tertentu yang menarik
(Nurgiantoro, 1995:11). Kenikmatan membaca sebuah novel dapat dikatakan

ditentukan oleh alur cerita dan tokoh yang berperan, baik tokoh yang baik maupun

kontroversial.

Dengan kata lain, unsur struktur alur dantokoh dalam novel dapat berpengaruh

terhadap sebuah cerita. Peran tokoh sangt berpengaruh pada alur. Alur merupakan

tulang punggung cerita yang akan menarik perhatian pembaca.

Unsur tokoh dan alur merupakan dua fakta cerita yang saling mempengaruhi

dan menggantungkan satu sama lain. Alur adalah apa yang dilakukan tokoh dan

menimpahnya. Tokoh cerita itula sebagai penderita kejadian dan penentu

perkembangan alur.

Dari berbagai teori yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa novel

adalah sebuah karya sastrayang didalamnya terdapat struktur yang membangun,

sehingga dapat disebut sebagai rangkaian cerita. Akan tetapi, fungsi setiap unsur

struktur harus dapat menunjang makna keseluruhannya sehingga secara bersama

dapat membentuk totalitas kemaknaan.

5. Dukungan Sosial

a. Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial atau social support adalah bentuk perhatian, penghargaan,

semangat, penerimaan, maupun pertolongan dalam bentuk lainnya yang berasal


dari orang yang memiliki hubungan sosial dekat, antara lain orang tua, saudara,

anak, sahabat, teman maupun orang lain dengan tujuan membantu seseorang saat

mengalami permasalahan. Bentuk dukungan dapat berupa informasi, tingkah laku

tertentu, atau pun materi yang dapat menjadikan individu yang menerima bantuan

merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai.

Menurut Menurut Sarafino (2006), dukungan sosial mengacu pada

kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau

kelompok kepada individu. Sedangkan menurut Ritter, dukungan sosial

merupakan segi-segi struktural jaringan mencangkup pengaturan-pengaturan

hidup, frekuensi kontak, keikutsertaan dalam kegiatan sosial, keterlibatan dalam

jaringan sosial. Dukungan sosial mengacu pada bantuan emosional, instrumental,

dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang. Segi-segi fungsional

mencangkup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan,

pemberian nasihat atau informasi, pemberian bantuan material (Smet, 1994:134).

b. Sumber Dukungan Sosial

Menurut Rook dan Dootey terdapat dua sumber dukungan sosial, yaitu

(Kuntjoro, 2012):

1. Dukungan sosial artifisial, yaitu dukungan sosial yang dirancang ke

dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat

bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

2. Dukungan sosial natural, yaitu yang natural diterima seseorang melalui

interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang


yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami

dan kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat non-

formal.

c. Bentuk Dukungan Sosial

Dukungan sosial terdiri dari beberapa bentuk, menurut Sarafino (2006)

terdapat lima bentuk dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan emosional 

Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin

kepada seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan

merasa nyaman, tenteram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika

dia mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat,

kehangatan personal, dan cinta

b. Dukungan penghargaan 

Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang menerima

dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan

merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu

mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar daripada

kemampuan yang dimilikinya.

c. Dukungan instrumental 

Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk

didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan

nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu

meringankan tugas orang yang sedang stres.


d. Dukungan informasi 

Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan

dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan

tindakan yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang

membuatnya stres.

e. Dukungan kelompok 

Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa

bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-

anggotanya dapat saling berbagi.

Sedangkan menurut Cohen dan Hoberman, dukungan sosial terbagi menjadi

empat bentuk, yaitu (Isnawati dkk, 2013:3):

1. Appraisal Support, yaitu adanya bantuan yang berupa nasihat yang

berkaitan dengan pemecahan suatu masalah untuk membantu

mengurangi stressor.

2. Tangiable support, yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan

atau bantuan fisik dalam menyelesaikan tugas.

3. Self esteem support, yaitu dukungan yang diberikan oleh orang lain

terhadap perasaan kompeten atau harga diri individu atau perasaan

seseorang sebagai bagian dari sebuah kelompok dimana para

anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan self-esteem

seseorang.
4. Belonging support, yaitu dukungan yang menunjukkan perasaan

diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan rasa kebersamaan.

d. Manfaat dan Pengaruh Dukungan Sosial 

Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu

dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya. Diharapkan dengan adanya

dukungan sosial maka seseorang akan merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai.

Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada

individu dapat dilihat bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan

efek dari keadaan kecemasan.

Menurut Sarafino (2006), dukungan sosial dapat mempengaruhi fisik dan

psikologis individu yang dijelaskan dalam dua teori berikut ini:

a. The Buffering Hypothesis 

Menurut teori ini, dukungan sosial melindungi individu dengan

melawan efek-efek negatif dari tingkat stres yang tinggi, yaitu dengan dua

cara berikut:

1. Ketika individu menghadapi stressor yang kuat, seperti krisis

keuangan, maka individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi

menjadi kurang melihat situasi tersebut sebagai situasi yang penuh

stres, bila dibandingkan dengan individu dengan tingkat dukungan

sosial yang rendah. Individu dengan tingkat dukungan sosial yang

tinggi berharap bahwa seseorang yang dikenal individu akan

menolong individu tersebut.


2. Dukungan sosial dapat mengubah respon seseorang terhadap stressor

yang telah diterima sebelumnya. Contohnya, individu dengan

dukungan sosial yang tinggi mungkin memiliki seseorang yang dapat

memberikan solusi terhadap masalah individu, atau melihat masalah

tersebut sebagai suatu yang tidak terlalu penting, atau membuat

individu dapat menemukan titik terang dari masalah tersebut.

b. The Direct Effect Hypothesis 

Individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi memiliki

perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargai. Individu

dengan dukungan sosial tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan

membutuhkan individu tersebut, sehingga hal ini dapat mengarahkan

individu kepada gaya hidup yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai