Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk

sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada

masyarakat dan lebih kompleks secara unsur-unsur karya sastra dari sekian banyak

bentuk sastra seperti esei, puisi, cerita pendek, drama. Sesuai dengan pendapat

Waluyo (2002: 136) yang menyatakan bahwa “Cerita rekaan (dalam hal ini

novel) adalah wacana yang dibangun oleh beberapa unsur. Unsur-unsur itu

membangun suatu kesatuan, kebulatan, dan regulasi diri atau membangun sebuah

struktur. Struktur dalam novel merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang

antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling menentukan untuk

membangun kesatuan makna. Unsur-unsur itu bersifat fungsional, artinya dicipta

pengarang untuk mendukung maksud secara keseluruhan dan maknanya ditentukan

oleh keseluruhan cerita itu”.

Kemampuan Ahmad Tohari meramu kata telah diakui secara luas baik di dalam

maupun luar negeri. Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang meliputi Ronggeng

Dukuh Paruk (l982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Jantera Bianglala (1986)

dan Beki sar merah (1993) telah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Jepang,

Jerman, Belanda, dan Inggris. Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk juga telah diadaptasi

ke layar lebar oleh sutradara Ifa Irfansyah dengan judul Sang Penari.

Bekisar Merah merupakan salah satu karya Ahmad Tohari yang mengangkat

kehidupan perempuan. Bekisar Merah diterbitkan pada tahun 1993 oleh penerbit PT
2

Gramedia Pustaka Utama. Bercerita tentang seorang perempuan yang kisahnya

dipenuhi derita sosial. Dalam novel tersebut pengarang juga memcoba

mengungkapkan problematika yang dialami tokoh perempuan dalam ruang lingkup

sebagai masyarakat dan keluarga.

Seperti yang di paparkan dalam khasanah peciptaannya sebuah karya sastra tidak

bisa terlepas dari kehidupan pengarangnya, ini merupakan bukti bahwa karya sastra

sangat sangat berkaitan dengan aspek-aspek sosial yang dialami oleh pengarangnya.

Menurut Damono (dalam Andri Wicaksono 2014: 1-2) menyatakan bahwa “Karya

sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu

kenyataan sosial.

Sumardjo dan Saini (dalam Andri Wicaksono 2014: 5) “Memberikan batasan

tentang sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran,

ide, perasaan, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang

membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Dalam kaitan ini terlihat bahwa peran

perasaan cukup besar dalam proses pengkajian atau penulisan karya sastra. Dapat

disimpulkan karya sastra adalah suatu karya seni manusia yang dituangkan melalui

tulisan yang indah yang dapat dinikmati pembacanya

Mengingat pentingnya mendalami hubungan antara sosial dengan karya sastra

karena Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial

masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiiki sifat-sifat yang abadi dengan

memuat kebenaran-kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada

(Sumardjo dan Saini, 1991:9). Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “Peran tokoh perempuan dalam Novel Bekisar Merah karya Ahmad
3

Tohari”. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran lengkap, utuh dan

menyeluruh tentang peran-peran tokoh perempuan dalam novel tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimanakah struktur Novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari

2) Bagaimanakah peran tokoh perempuan dalam keluarga pada novel

Bekisar Merah karya Ahmad Tohari ?

3) Bagaimanakah peran tokoh perempuan dalam masyarakat pada novel

Bekisar Merah karya Ahmad Tohari ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang hendak dicapai adalah :

1) Memaparkan struktur novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari

2) Memaparkan peran tokoh perempuan dalam keluarga dalam novel

Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari ?

3) Memaparkan peran tokoh perempuan dalam masyarakat dalam novel

Bekisar Merah karya Ahmad Tohari ?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Secara teoritis,penelitian ini diharapkan :

1) Untuk memperkaya kajian tentang peran perempuan.


4

2) Menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya tentang peran

perempuan.

Sedangkan manfaat praktis adalah :

1) Untuk memperkaya khasanah ilmu dalam bidang sastra khususnya

mengenai penelitian peranan perempuan.

2) Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan apresiasi karya sastra

berupa novel
5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Struktur Novel

Berbicara mengenai anatomi fiksi berarti berbicara tentang struktur fiksi atau

unsur-unsur yang membangun fiksi itu. Struktur fiksi itu secara garis besar dibagi

atas dua bagian yaitu, struktur luar (ekstrinsik) dan struktur dalam (intrinsik). Semi

(1984: 27) menyatakan bahwa “Struktur luar (ekstrinsik) adalah segala macam unsur

yang berada di luar suatu karya sastra yang ikut mempengaruhi kehadiran karya

sastra tersebut, misalnya faktor sosial. Faktor kebudayaan, faktor keagamaan, dan tata

nilai yang dianut masyarakat. Sedangkan struktur dalam (intrinsik) adalah unsur-

unsur yang membentuk karya sastra tersebut seperti penokohan atau perwatakan,

tema, alur, plot, latar dan gaya bahasa”.

Luxemburg menekankan pada unsur fiksi yang terletak pada dua hal, yaitu

pada cerita dan alur. Secara garis besar, berbagai macam unsur pembangun fiksi

secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan

unsur ekstrinsik

Luxemburg (dalam Andri Wicaksono 2014:133) merumuskan bahwa

“Struktur sebuah karya atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi suatu

keseluruhan. Hubungan itu tidak hanya bersifat positif, seperti kemiripan dan

keselarasan, melainkan juga negatif seperti misalnya pertentangan dan konflik”.

Selain itu, ditandaskan bahwa suatu kesatuan stuktur mencakup setiap bagian dan

sebaliknya bahwa setiap bagian menunjukkan kepada keseluruhan. Struktur tidak


6

memerlukan hal-hal diluar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya,

struktur itu otonom terhadap rujukan pada sistem-sistem lain (Teeuw, 1984: 141).

2.1.1 Tokoh dan Penokohan


Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting

dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012: 165) “Penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita”.

Penokohan merupakan perwujudan dan perkembangan pada sebuah cerita. Tanpa

adanya tokoh, suatu cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik. Lebih lanjut Jones

(dalam Nurgiyantoro 2005: 166) berpendapat bahwa “Penokohan lebih luas

istilahnya daripada tokoh dan perwatakan karena penokohan mencakup siapa tokoh

cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dalam sebuah cerita”.

Sehingga sanggup memberikan gambaranyang jelas kepada para pembaca Sifat-sifat

tokoh dari suatu cerita, dapat dimengerti dan tersampaikan dengan baik oleh karena

adanya percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut.

Percakapan tersebut tidak hanya dapat menyampaikan sifat-sifat tokoh saja

akan tetapi juga watak dan alur cerita. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1981:

20) “Tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu

karya naratif,atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

dilakukan melalui tindakan”.

Dalam suatu cerita, ada tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama

adalah tokoh yang sering diceritakan di dalam suatu cerita dan sangat menentukan

perkembangan suatu cerita tersebut. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh


7

pendamping dari tokoh utama. Biasanya hanya dimunculkan beberapa kali di dalam

suatu cerita akan tetapi tetap mempunyai peran penting untuk membuat cerita

menjadi lebih berwarna.

Tokoh utama dan tokoh pendamping mempunyai hubungan yang penting satu

sama lainnya oleh karena itu mereka saling melengkapi. Apabila suatu cerita hanya

terdapat tokoh utama saja atau tokoh pendamping saja, cerita tidak dapat

tersampaikan dengan baik bahkan cenderung membingungkan karena tidak ada

interaksi yang terjadi di dalam cerita tersebut.

2.1.2 Alur
Pengertian alur Alur erat kaitannya dengan konflik antar tokoh-tokoh yang ada

dalam cerita. Baik alur maupun konflik berkaitan erat dengan tokoh (penokohan ).

Keduanya merupakan unsur fundamental dari cerita rekaan.

Menurut Nurgiyantoro (2002:113) dalam buku Teori Pengkajian Fiksi

mengatakan “Alur merupakan struktur peristiwa–peristiwa, yaitu sebagaimana yang

terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai

efek artistik tertentu. Peristiwa-peristiwa cerita (alur) dimanifestasikan lewat

perbuatan, tingkah laku dan sikap tokoh-tokoh utama cerita”.

Beberapa jenis Alur menurut Nurgyantoro :

1. Alur maju atau progresif

Pengungkapan cerita lebih dari sudut peristiwa-peristiwa yang terjadi dari

masa kini ke masa yang akan datang.

2. Sorot balik atau regresif


8

Pengungkapa cerita dari sudut peristiwa peristiwa yang terjadi sebelumnya

atau masa lampau ke masa kini.

3. Alur campuran

Pengungkapan cerita kadang-kadang dijalin atas peristiwa yang terjadi pada

masa kini dan masa lampau.

4. Alur erat

Hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya organic sekali.

Tidak ada satu peristiwa pun yang dapat dihilangkan.

5. Alur longgar

Dalam alur longgar hubungan antara peristiwa tidak sepadu sehingga ada

kemungkinan untuk menghilangkan salah satu peristiwa, tanpa merusak

keutuhan cerita.

6. Alur tunggal

Hanya menceritakan satu episode kehidupan.

7. Alur ganda

Menceritakn lebih dari satu kehidupan.

8. Alur menanjak

Jalan cerita terus menaik, tanpa turun, tanpa ada peleraian sampai puncak

penyelesaian cerita.

2.1.3 Latar
Menurut Abrams (dalam Nurgyantoro 2009: 216) menyatakan bahwa “Prosa

fiksi sebagai sebuah dunia, selain membutuhkan tokoh, cerita, plot, dan tokoh juga

memerlukan latar. Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu mengarah pada
9

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa peristiwa yang diceritakan”.

Nurgyantoro (2009: 217-219) “Mengemukakan tahap awal cerita pada

umunya berisi penyesuaian, pengenalan terhadap berbagai hal yang akan diceritakan,

misalnya pengenalan tokoh, pelukisan keadaan alam, lingkungan, suasana tempat,

mungkin berhubungan dengan waktu, dan lain-lain yang dapat menuntun pembaca

secara emosional kepada situasi cerita”.

1) Latar tempat (le lieu)

Latar tempatmengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

karya fiksi. Latar juga harus didukung oleh kehidupan sosial masyarakat, nilai-nilai,

tingkah laku, suasana, dan sebagainya yang mungkin berpengaruh pada penokohan

dan pengalurannya (Nurgyantoro, 2009: 227-228).

2) Latar waktu (le temps)

Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam karya fiksi. Menurut Genette dalam Nurgyantoro (2009: 231)

“Latar waktu memiliki makna ganda, yaitu mengacu pada waktu penulisan cerita dan

urutan waktu kejadian yang dikisahkan dalam cerita.

3) Latar sosial (l’espace social)

Latar sosial melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada suatu

tempat dala karya fiksi. Latar sosial berkaitan dengan kebiasaan hidup, adat istiadat,

tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap yang tercermin dalam

kehidupan masyarakat yang kompleks (Nurgyantoro, 2009:233).


10

2.1.4 Tema
Tema merupakan ide pokok yang menjiwai cerita.Tema merupakan hal yang

sangat penting dalam keseluruhan cerita. Nurgiyantoro dalam Andri Wicaksono

(2014: 140) berpendapat bahwa “Tema dapat dipandang sebagai gagasan dasar umum

sebuah karya novel”. Gagasan dasar unsur inilah yang tentunya telah ditentukan

sebelumnya oleh pengarang dan dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan

kata lain, cerita harus mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan

sebelumnya sehingga berbagai peristiwa dan konflik mencerminkan tema cerita. Jadi,

tema dalam sebuah karya sastra, fiksi hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah

unsur pembangun cerita lain yang secara bersama membentuk sebuah keseluruhan

cerita.

2.2 Peran
Dalam teori sosial Parson, peran didefenisikan sebagai harapan-harapan

yangdiorganisasi terkait dengan konteks interaksi tertentu yang membentuk

orientasimotivasional individu terhadap yang lain. Melalui pola-pola kultural, cetak

biru, atau contoh perilaku ini orang belajar siapa mereka di depan orang lain dan

bagaimana mereka harus bertindak terhadap orang lain (John Scott, 2011:228).

Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indonesia peran

ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan

di masyarakat (E.St. Harahap, dkk, 2007: 854). Sedangkan makna peran yang

dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan

melalui beberapa cara:


11

(1) Penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula

dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau

teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal

ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang

actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu.

(2) Pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti

suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan

tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang

didudukinya tersebut. Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang

yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam

pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan

ditempat tempat tertentu, tidak mesti lembaga pendidikan formal, tetapi

juga bisa dimesjid, surau/mushola, dirumah, dan sebagainya ( Syiful

Bahri Djamarah,1997:31).

2.3 Peran Perempuan


Peran perempuan di bagi menjadi 3 dilihat berdasarkan kedudukanya yaitu

Pertama Kedudukan Perempuan sebagai anak dalam keluarga dapat dilihat dari

statusnya ditengah-tengah keluarga, kedua kedudukan perempuan sebagai ibu rumah

tangga dapat dilihat dari peranan penting yang harus dijalankan dalam kehidupan

sehari-hari, Ketiga Perempuan sebagai istri dalam keluarga, berperan sebagi

penolong, teman hidup pasangannya dikala suka dan duka (Subardini, 2007 :40).

Pada JURNAL ACADEMICA Fisip Untad VOL.05 No. 02 Oktober 2013

menjelaskan untuk melihat peran perempuan dan Aktivitasnya di masyarakat


12

umumnya masyarakat di Indonesia melakukan pembagian kerja antara lelaki dan

perempuan untuk menggambarkan peran perempuan. Basis awal dari pembagian

kerja menurut jenis kelamin ini tidak diragukan lagi terkait dengan kebedaan peran

lelaki dan perempuan dalam fungsi reproduksi. Dalam masyarakat mempresentasikan

peran yang ditampilkan oleh seorang perempuan maka analisis peran perempuan

dapat dilakukan dari perspektif posisi mereka dalam berurusan dengan pekerjaan

produktif tidak langsung (domestik) dan pekerjaan produktif langsung (publik), yaitu

sebagai berikut:

(1) Peran Tradisi menempatkan perempuan dalam fungsi reproduksi mengurus

rumahtangga, melahirkan dan mengasuh anak, serta mengayomi suami).

Hidupnya 100% untuk keluarga. Pembagian kerja sangat jelas, yaitu

perempuan di rumah dan lelaki di luar rumah.

(2) Peran transisi mempolakan peran tradisi lebih utama dari peran yang lain.

Pembagian tugas mengikuti aspirasi gender, tetapi eksistensi mempertahankan

keharmonisan dan urusan rumahtangga tetap tanggungjawab perempuan.

(3) Dwiperan memposisikan perempuan dalam kehidupan dua dunia, yaitu

menempatkan peran domestik dan publik dalam posisi sama penting.

Dukungan moral suami pemicu ketegaran atau sebaliknya keengganan suami

akan memicu keresahan atau bahkan menimbulkan konflik terbuka atau

terpendam.

(4) Peran egalitarian menyita waktu dan perhatian perempuan untuk kegiatan di

luar. Dukungan moral dan tingkat kepedulian lelaki sangat hakiki untuk
13

menghindari konflik kepentingan pemilahan dan pendistribusian peranan. Jika

tidak, yang terjadi adalah masing-masing akan saling berargumentasi untuk

mencari pembenaran atau menumbuhkan ketidaknyamanan suasana

kehidupan berkeluarga.

(5) Peran kontemporer adalah dampak pilihan perempuan untuk mandiri dalam

kesendirian. Jumlahnya belum banyak. Akan tetapi benturan demi benturan

dari dominasi lelaki atas perempuan yang belum terlalu peduli pada

kepentingan perempuan mungkin akan meningkatkan populasinya (Aida

Vitalaya, 2010 :145).

2.3.1 Peran perempuan dalam Keluarga


(1) Kedudukan Perempuan sebagai anak dalam keluarga dapat dilihat dari

statusnya ditengah-tengah keluarga, misalnya anak sulung, anak bungsu, atau

anak tengah. Selain itu dapat dilihat dari ketaatan kepada orang tua,

pembagian tugas dalam keluarga serta yang paling penting adalah perhatian

orang tua terhadap tokoh perempuan.

Sebelum seorang perempuan menjadi seorang ibu dari anak-anaknya

atau istri dari suaminya. Ia adalah adalah anak dari keluarganya, perhatian dari

keluarga terhadap anaknya sangat mempengaruhi anak selanjutnya. Dalam

rangka membina keluarga, peranan terpenting dari seorang ibu rumah tangga,

perempuan adalah sebagai pengasuh dan pendidik anaknya. Baik buruknya

tingkah laku anak sangat di pengaruhi oleh peranan ibu dalam mengasuh dan

mendidik anak, termasuk kasih sayang ibu pada waktu anak masih dalam

kandungan ibu (Fauzi,2000 : 11).


14

(2) kedudukan perempuan sebagai ibu rumah tangga dapat dilihat dari peranan

penting yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai

pendidik putra-putrinya dengan penuh kasih sayang sejak hamil sampai

mempunyai cucu dan seterusnya, sebagi pengatur ekonom keluarga, sebagai

pengatur rumah tangga, serta sebagai seorang yang mengadakan perubahan

sosial dalam kehidupan keluarga. Selain itu dia juga sebagai teman hidup

suaminya dalam memecahkan segala masalah rumah tangga.

Menurut Pudjiwati sajigyo (1983 :36) menjelaskan ada 2 tipe peranan

perempuan dalam rumah tangga :

a. Pola peranan, dimana digambarkan peranan wanita seluruhnya hanya

dalam pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan pemeliharaan kebutuhan

hidup semua anggota dan rumahtangganya.

b. Pola peranan, dimana wanita mempunyai dua peranan yaitu peranan

dalam pekerjaaan rumah tangga dan pekerjaannya mencari nafkah. Bobot

dari pekerjaan di bidang nafkah ini berbeda di berbagai masyarakat.

(3) Perempuan sebagai istri dalam keluarga, berperan sebagi penolong, teman

hidup pasangannya dikala suka dan duka. Melayani suami bisa disebut hak

kita sebagai istri, bisa juga disebut kewajiban kita sebagai istri. Istri juga

adalah teman berbagi dan teman untuk mendiskusikan segala sesuatu sebelum

keputusan diambil oleh suami sebagai kepala rumah tangga. Perempuan

sebagai istri juga harus tunduk dan taat kepada suami dengan sikap hati yang

benar. Artinya, sebagai istri mungkin pendapat kita berbeda, tetapi bila

keputusan sudah diambil kita harus mendukung keputusan tersebut, karena di


15

sebuah kapal hanya ada satu Nahkoda dan didalam pernikahan hanya ada satu

kepala keluarga (Subardini, 2007 :23).

2.3.2 Peran perempuan dalam masyarakat


Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata

Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab

syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan

manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu

kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling

berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan

yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan

masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu: 1) Interaksi antar warga-warganya,

2).Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua

warga (Koentjaraningrat, 2009: 115-118).

Kehidupan sosial adalah kehidupan yang bermasyarakat. Peran perempuan

dalam masyarakat dapat terwujud melalui aktivitas-aktivitas tokoh di tengah- tengah

masyarakat. Keterlibatan ini dalam hubungan sosial kemasyarakatan.

Menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto 2006: 22) menyatakan

bahwa “Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan

beraktivitas bersama cukup lama , sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang

dirumuskan dengan jelas”.


16

Rustapa (1992 : 57) Menyatakan “Peranan tokoh dalam masyarakat antara

lain, akan terwujud dalam profesi tokoh. Sebab salah satu hal yang mempengaruhi

profesi tokoh itu sendiri tingkat pendidikan”. Akan tetapi, pendidikan bukan satu-

satunya penentu seseorang mempunyai profesi .peranan dalam masyarakat itu juga

dalam batas tertentu ditunjang dengan adanya panggilan batin tokoh. Pendapat di atas

diperjelas oleh pernyataan Fauzi (2000:22) yang menyatakan “Dengan ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang termasuk kaum

perempuan, mereka mempunyai hak untuk bekerja, menduduki jabatan-jabatan

tertinggi atau semua kegiatan yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat”.

Selama hal tersebut bersifat positif, wanita dapat melakukan pekerjaan apapun selama

ia membutuhkannya atau pekerjaan itu membutuhkannya dan selama norma-norma

agama dan susila terpelihara.

Fauzi (2000 : 27 ) Menyatakan “Wanita baik sebagai warga negara maupun

sebagi sumber daya manusia bagi pembangunan mempunyai hak dan kewajiba,

kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria disegala bidang kehidupan bangsa

dalam segenap kegiatan pembangunan bangsa sesuai kodrat, harkat dan martabat

sebagi Perempuan”.
17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Secara metodologis, penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Moleong

(2004: 26) penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Metode kualitatif memberikan perhatian kepada data alamiah yang berada

dalam konteks hubungan keberadaannya. Jenis penelitian ini digolongkan ke dalam

jenis penelitian kualitatif karena sesuai dengan karakteristiknya yang lebih

menekankan diri peneliti sebagai alat. Pada penelitian ini, peneliti membuat suatu

gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden,

dan melakukan studi pada situasi yang alami.

Endraswara (2008:8) mengatakan metode penelitian sastra adalah cara yang

dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk, isi, dan sifat sastra sebagai

subjek kajian. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan kualitatif peran

perempuan dalam Novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari. Tujuan penelitian ini

adalah untuk menguraikan sampai sejauh mana Novel Bekisar Merah karya Ahmad

Tohari menggali peran-peran tokoh utama perempuan yang hadir dalam karya

tersebut.

3.2 Data dan Sumber Data


Data penelitian ini adalah abstraksi-abstraksi yang mengindikasikan unsur

struktur dan deskripsi peran tokoh perempuan dalam novel Bekisar Merah melalui

peristiwa-peristiwa yang terjalin dalam alur cerita. Data tersebut bersumber dari novel
18

Bekisar Merah karya Ahmad Tohari cerita novel berupa kata-kata, Frasa, Klausa dan

Paragraf yang berupa narasi atau dialog yang sesuai dengan permasalahan yang

diteliti.

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah novel Bekisar Merah

Karya Ahmad tohari, yang diterbitkan pada tahun 1993 oleh penerbit PT Gramedia

Pustaka. Sampul depan berwarna biru, dengan obyek di sampul depan bergambar

sangkar emas dengan selembar bulu Bekisar, sedangkan pada sampul belakang

terdapat sinopsis isi novel. Jumlah halaman novel ini terdiri dari atas 360 halaman.

3.3 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan teknik
dokumentasi dengan menggunakan langkah-langkah pengumpulan data sebagai
berikut:
1) Peneliti membaca sumber data novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari

secara Kritis, cermat dan teliti.Penelitian membaca sumber data secara

berulang-ulang untuk memahami dan menghayati secara kritis, utuh dan

menyeluruh terhadap seluruh sumber data. Dalam melakukan pembacaan

sumber data, penelitian mendasarkan pada sikap kritis, cermat dan teliti

sehingga dapat menghayati dan memahami arti secara mendalam memadai

dan mencakupi.

2) Peneliti membaca, menandai dan mencatat, bagian-bagian dalam novel yang

diangkat menjadi data dan dianalisis lebih lanjut. Langkah ini dipandu oleh

rumusan masalah dan tujuan penelitian, yakni peran tokoh perempuan yang

terdapat dalan Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari untuk mencari

konflik yang ditampilkan tokoh cerita kemudian mengindentifinikasikan.


19

3) Membaca kembali dengan menandai dengan menyusun data berupa Peranan

perempuan yang terkandung dalam novel tersebut, sehingga saat proses

penelitian peneliti lebih mudah dalam mengidentifikasi dan menyusus data

penelitian

4) Membuat Kesimpulan

5) Membuat laporan

Novel Bekisar merah karya


Ahmad Tohari

Struktur Novel : Alur, Tokoh, Latar, Tema

Kata/kalimat Data Peristiwa dan


kejadian
Paragraf
dalam novel
abstraksi

Peranan perempuan

Dalam kelurga dan masyarakat

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

model alir,yaitu suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi

bersamaan yakni reduksi data,penyajian data dan pemeriksaan kesimpulan atau

verifikasi”( Milen dan Huberman,1989:15-21). Langkah-langkah yang dilakukan

sebagai berikut:
20

1. Menganalisa data dengan teknik menandai sekaligus mencatat bagian-bagian dari

novel yang mengandung peran perempuan.

2. Reduksi data yang meliputi seleksi dan klafikasi cerita yang akan dianalisa,

kemudian menyeleksi bagian-bagian tersebut diidentifikasi sesuai dengan

permasalahan peran tokoh perempuan.

3. Penyajian data meliputi penataan, pengkodean (penomoran) dan analisis data.

Setelah data terkumpul baru diadakan analisis terhadap struktur novel dan peran

tokoh perempuan dalam keluarga dan masyarakat.

4. Verifikasi yaitu penarikan simpulan sementara sesuai dengan hasil analisis yaitu

berupa struktur novel, peran tokoh perempuan dalam keluarga dan masyarakat.

Berikut ini adalah tabel hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel I

Struktur novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari

Bagian dari Struktur novel yang diteliti

No Unsur intrinsik yang diteliti Kutipan novel Keterangan

Tabel II

Peran Tokoh dalam Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari

No Peran Kutipan novel Keterangan

1. Peran perempuan dalam


21

keluarga

2. Peran perempuan dalam

masyarakat

3.5 Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan data temuan penelitian, sejalan dengan rancangan, agar diperoleh

kemantapan, kebenaran, dan kesimpulan yang menyakinkan, maka diusahakan

peningkatan Validitas data. Peningkatan validitas data penelitian ini ditempuh dengan

memakai triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lahir di luar data yang lain untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembandingan terhadap data itu (Moleong, 2006:330). Untuk

memperoleh kemantapan dan kebenaran data sehingga diperoleh kesimpulan yang

mantap pula, diusahakan validasi data, yakni triangulasi yang meliputi triangulasi

peneliti, metode, dan teori.

Anda mungkin juga menyukai