PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Keesokan harinya, Aris merencanakan sebuah perayaan kelulusan yang spesial. Malamnya,
kami berempat pergi ke suatu tempat, dan di sana, aku mengalami momen yang tak
terlupakan karena Aris akhirnya mengungkapkan perasaannya kepadaku, dan kami berdua
menjadi pasangan.
Hal yang sama terjadi dengan Andri dan Ana. Malam itu menjadi saat yang istimewa bagi
kami berempat, dan kami bersiap untuk pulang.
Tetapi, dalam perjalanan pulang, aku merasa gelisah. Aku mencoba membagi perasaanku
dengan yang lain, mengatakan bahwa aku merasa tidak enak.
Andri mencoba meyakinkanku, “Tenang saja, Ndi, tidak ada yang akan terjadi. Kita akan
baik-baik saja.”
Namun, ketika kami melihat sebuah truk mendekati kami di jalan, Nindi melihat bahaya. Dia
berteriak, “Aris, hati-hati! Di depan ada truk!”
Ketika itu, terjadilah kecelakaan. Mobil kami masuk ke dalam jurang. Aku tidak bisa
menghentikan air mata yang terus mengalir, dan akhirnya aku kehilangan kesadaran.
Lalu, aku membuka mataku perlahan dan melihat ibuku berada di sampingku.
“Kamu sudah sadar, Nak?” tanya ibu dengan suara sedih.
Aku bertanya, “Di mana aku, Ibu? Di mana Ana, Andri, dan Aris?”
Ibu menjawab dengan suara terisak, “Kamu di rumah sakit, Nak. Sayangnya, Andri dan Aris
tidak bisa diselamatkan di lokasi kecelakaan.”
Aku terdiam mendengar kabar itu, dan air mata tak henti-hentinya mengalir. Hatiku hancur
saat aku berpikir tentang Aris.
“Aris, mengapa kamu meninggalkanku begitu cepat? Aku sangat mencintaimu, dan kamu
pergi meninggalkanku,” pikirku dengan penuh kepedihan.
Dua hari kemudian, aku pergi ke makam mereka, berharap bahwa kita bisa bersama sampai
tua. Tapi kini semua itu hanya menjadi kenangan. Aku berjanji untuk selalu mengenang
mereka.
2.4 Kaidah Kebahasaan
Kaidah kebahasaan teks cerpen menjadi karakteristik dari karya sastra ini. Karena
biasanya dilihat dari bahasa yang digunakan. Berikut ini kaidah kebahasaan teks cerpen
yang perlu dipahami, antara lain sebagai berikut:
Berisi kata sifat yang mendeskripsikan tokoh seperti penampilan fisik dan
kepribadian yang diceritakan dalam cerpen
Berisi kata pendeskripsian latar waktu, tempat dan suasana
Menggunakan kalimat langsung dan tidak langsung untuk menulis percakapan yang
di dalam cerpen Bisa menggunakan gaya bahasa konotasi Menggunakan bahasa yang
tidak baku dan tidak formal
Bisa menggunakan gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan dan juga
perulangan
1. Abstrak
Abstrak merupakan pemaparan gambaran awal dari cerita yang dikisahkan. Pada cerpen
abstrak biasanya digunakan sebagai pelengkap cerita. Maka dari itu abstrak bersifat opsional
atau bisa jadi tidak ada pada cerpen tersebut.
2. Orientasi
Pada orientasi cerpen biasanya menjelaskan tentang latar cerita seperti waktu, suasana,
tempat/lokasi yang digunakan dalam penggambaran cerita cerpen.
3. Komplikasi
Komplikasi menjelaskan tentang struktur yang berkaitan dengan pemaparan awal suatu
masalah yang dihadapi oleh tokoh. Watak dari tokoh juga dijelaskan pada bagian ini. Selain
itu pada komplikasi juga menjelaskan urutan kejadian yang berhubungan dengan sebab
akibat.
4. Evaluasi
Pada bagian evaluasi ini terjadi konflik masalah yang semakin memuncak. Konflik mulai
menuju bagian klimaks dan mendapatkan penyelesaian atas masalah yang terjadi.
5. Resolusi
Resolusi merupakan bagian akhir permasalahan yang terjadi pada cerpen. Pada bagian ini
terdapat penjelasan dari pengarang mengenai solusi permasalahan yang dialami tokoh.
6. Koda
Koda merupakan nilai atau pesan moral yang terdapat pada sebuah cerpen yang disampaikan
oleh penulis kepada para pembaca. Pesan moral yang disampaikan sesuai dengan jenis cerpen
Jenis-Jenis Cerpen
1. Berdasarkan Jumlah Kata Cerpen mini, jumlah antara 750-1.000 kata Cerpen ideal,
jumlah antara 3.000-4000 kata Cerpen panjang, jumlah mencapai 10.000 kata
2. Berdasarkan Teknik Mengarangnya Cerpen sempurna, memfokuskan satu tema
dengan plot yang sangat jelas dan ending yang mudah dipahami. Cerpen tak utuh, tidak
memfokuskan pada satu tema (temanya terpencar-pencar), alurnya tidak terstruktur dan
terkadang dibuat menggantung oleh pengarang atau penulisnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cerpen atau Cerita Pendek sering sekali kita temukan diberbagai media massa bahkan
dipelajaran sekolah, bener nggak sobat terpopuler? Walaupun sudah sering sekali mendengar
kata Cerpen atau Cerita Pendek namun ternyata masih banyak juga yang belum terlalu
memahami apa itu Pengertian Cerpen dan apa saja ciri-ciri cerpen. Oleh karena itu, kali ini
ayo kita sama-sama membahas tentang Pengertian Cerpen dan ciri-ciri cerpen serta tidak lupa
Unsur Intrinsik Cerpen dan Unsur Ekstrinsik Cerpen.
Cerita pendek atau sering disingkat sebagai adalah salah satu
bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya
dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novel. Karena singkatnya, cerita-
cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik
sastra, seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insightsecara lebih luas dibandingkan dengan
fiksi yang lebih panjang. Sedangkan Menurut Sumardjo dan Saini Cerpen atau cerita pendek
adalah cerita atau parasi fiktif yang dibuat relatif singkat atau pendek.
3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa saran antara lain:
1. Penulis berharap para pembaca tidak hanya membaca makalah ini dengan iseng-iseng,
tetapi pembaca mau mempelajari isi dari makalan ini untuk pengetahuan atau penngamalan di
dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pendidikan.
2. Pembaca diharapkan untuk dapat mengambil kebaikan-kebaikan yang terdapat dalam
makalah ini, serta bisa mengamalkannya dalam kehidupan.
3. Pembaca juga diharapkan untuk dapat memberikan pengarahan apabila dalam makalah
ini masih terdapat kekurangn atau kesalahan, guna untuk memberikan motifasi kepada penulis
untuk lebih baik lagi dalam menyusun malakah.
DAFTAR PUSTAKA
Djuri, O. Setawan. 2005. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama Widya.
Adul, J. S. 1985. Bahasa Indonesia Baku. Jakarta: PT Gramedia.
Nafiah, A. Hadi. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya: Usaha Nasional.
Tarigan, Djago. 1981. Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Angasa.
http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/29/unsur-unsur-intrinsik-dalam-prosa/